Anda di halaman 1dari 3

1.

Definisi

kita mengenali Nasal Polip sebagai pertumbuhan massa jinak yang biasanya timbul
sebagai akibat dari peradangan sinus paranasal, yaitu rhinosinusitis kronis (CRS).
Penyakit Nasal Polip dianggap sebagai subtipe CRS yaitu rinosinusitis kronis dengan
poliposis hidung (CRSNP). Secara histopatologi, kebanyakan Nasal Polip diketahui
mengalami radang eosinofilik. Polip Nasal dapat ditemukan, pucat, edematous,
massa tertutup mukosa yang biasa terlihat pada pasien dengan rhinitis alergi. Oleh
sebab itu, mekanisme alergi diasumsikan berperan penting dalam pembentukan polip.

2. Epidemiologi

Epidemiologi penyakit Nasal Polip sulit untuk tentukan karena diagnosisnya


menggabungkan beberapa sindrom dan kemungkinan etiologi untuk pembentukan Nasal
Polip. Kuesioner dan studi survei cenderung tidak akurat, sehingga biasanya diperlukan
endoskopi nasal untuk diagnosis definitif. Terlepas dari keterbatasan ini, data dari
beberapa penelitian yang dirancang dengan baik menunjukkan prevalensi penyakit Nasal
Polip menjadi 1% sampai 4%. Sebuah studi melaporkan prevalensi yang lebih tinggi
namun hasil ini belum jelas secara klinis yang melaporkan bahwa penyakit Nasal Polip
yang signifikan tampaknya lebih sering terjadi pada pria.

Perbedaan etnis dan geografis dapat mempengaruhi timbulnya berbagai bentuk


penyakit Nasal Polip. Rinosinusitis jamur alergi (AFRS), terjadi 5% sampai 10% . Kasus
Rhinosinusitis akut dengan nasal poli (CRSNP) yang dibawa ke operasi, tampaknya lebih
umum di iklim hangat atau lembab, dan sebagian besar merupakan penyakit remaja dan
dewasa muda. Penyakit NP tanpa-genosis tampaknya lebih umum terjadi pada populasi
Asia. Usia merupakan faktor penting dalam kejadian berbagai bentuk penyakit Nasal
Polip. Nasal Polip pada anak-anak sangat jarang terjadi dengan perkiraan kejadian 0,1%
sampai 0,2%. Sekitar 5% kasus polip lebih sering pada orang dewasa muda. AFRS,
subtipe CRSNP yang penting juga didominasi oleh penyakit remaja dan dewasa muda.
Pasien dengan rinosinusiti eosinofilik (non-AFRS) lainnya cenderung berusia
pertengahan (rata-rata usia 48).
Predisposisi genetik cukup masuk akal untuk menyumbang setidaknya beberapa
kasus penyakit Nasal Polip, mengingat heritabilitas penyakit radang eosinofilik lainnya
seperti allergic rhinitis dan asma. Dasar genetik juga jelas menyebabkan untuk terjadinya
penyakit-penyakit yang diketahui menyebabkan Nasal Polip, seperti CF dan Sindrom
Kartagener.

3. Etiologi
a. Nasal Polip dan Alergi
peradangan eosinofilik pada NP, dan peran alergi yang diketahui sebagai mekanisme untuk
memproduksi peradangan eosinofilik, dapat dilihat dengan adanya radang. (Yaitu, adanya
eosinofil, IgE, dan IL-4, IL-5, dan IL-13) pada CRSNP.
b. Nasal Polip dan Asma
CRSNP dan asma terkait secara signifikan. Dari sudut pandang epidemiologi kedua kondisi ini
sering kali berdampingan. Sekitar 7% pasien asma memiliki NP, dan diperkirakan 50% pasien
Nasal Polip menderita asma. penyakit asma dan Nasal Polip yang telah lama dikenal, temuan
histopatologis dan molekuler pada asma dan Nasal Polip serupa.
c. Nasal Polip dan Penyakit Fungi
Jamur bisa menjadi salah satu pemicu ekstrinsik untuk penyakit inflamasi sinonasal. Rongga
hidung biasanya terpapar spora jamur inhalasi, dan telah dihipotesiskan bahwa jamur
berfungsi sebagai pemicu ekstrinsik untuk kebanyakan sinusitis kronis eosinofilik, termasuk
penyakit Nasal polip.
d. ASPIRIN EXACERBATED RESPIRATORY DISEASE
AERD, juga dikenal sebagai penyakit aspirin-triad, atau triad Samter, adalah gangguan onset
rinosinusitis dewasa, polip hidung, dan asma. Urticaria, Angioedema dan anafilaksis adalah
manifestasi klinis tambahan pada beberapa individu. AERD biasanya hadir pada awalnya
dengan gejala rinitis kronis diikuti oleh perkembangan asma dan akhirnya polip hidung,
namun urutan ini sama sekali tidak universal karena beberapa subjek telah mengalami rhinitis
alergi atau asma yang sudah ada sebelumnya. Sekitar 20% dari semua pasien dengan CRSNP
memiliki sensitivitas aspirin. Kondisi ini tampaknya lebih sering terjadi pada wanita dengan
onset pada usia 30 sampai 40an.
e. CYSTIC FIBROSIS
CF adalah penyakit resesif autosomal yang disebabkan oleh mutasi gen CFfR pada kromosom
7q31. Defek molekuler menyebabkan saluran klorida yang rusak dan peningkatan viskositas
lendir pada saluran pernapasan, dan hiperviskositas lendir menyebabkan disfungsi parah
pembersihan mucodliary di rongga sinonasal dengan infeksi sekunder, pembengkakan,
penyumbatan sinus, dan pembentukan polip.

Anda mungkin juga menyukai