Anda di halaman 1dari 40

REFRESHING

DERMATOTERAPI

Pembimbing :

dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK

Oleh :

Alda Yulianita - 2013730004

STASE ILMU KULIT & KELAMIN

KEPANITERAAN KLINIK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa salawat serta salam kepada junjungan
besar Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tutorial ”Dermatoterapi”.

Selain itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK,
selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan refreshing
ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Semoga dengan adanya kritik dan saran yang diberikan pembimbing dan pembaca,
saya bisa mengoreksi laporan di lain kesempatan

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banjar, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB IPENDAHULUAN ....................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.

1.2 Tujuan Penulisan ..................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IIPEMBAHASAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

2.1 Pengobatan Topikal ................................. Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Bentuk Sediaan Topikal ................... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Mekanisme Kerja ............................. Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Cara Pakai ........................................ Error! Bookmark not defined.

2.1.4 Prinsip Pemilihan Sediaan .................................................................4

2.2 Pengobatan Sistemik ............................... Error! Bookmark not defined.

2.3 Pengobatan Fisik ..................................... Error! Bookmark not defined.

2.4 Pengobatan Alternatif dan Komplementer .............................................. 32

2.5 Tindakan Bedah....................................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Dermatologi Kosmetik ............................................................................ 34

BAB IIIPENUTUP ................................................ Error! Bookmark not defined.

3.1 Kesimpulan.............................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan organ tubuh terbesar dan memiliki banyak fungsi
penting, di antaranya adalah fungsi proteksi, termoregulasi, respon imun, sintesis
senyawa biokimia, dan peran sebagai organ sensoris. Terapi untuk mengkoreksi
berbagai kelainan fungsi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya :
 Topikal
 Sistemik
 Intralesi
Jika cara pengobatan di atas belum memadai, maka masih dapat
dipergunakan cara-cara lain, yaitu1 :
 Radioterapi
 Sinar Ultraviolet
 Pengobatan Laser
 Krioterapi
 Bedah listrik
 Bedah scalpel

Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi,


maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik
perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa
perubahan dari cara pengobatan non spesifik dan empirik menjadi pengobatan
spesifik dengan dasar yang rasional. 1

1
1.2 Tujuan Penulisan
a) Memahami mengenai jenis-jenis terapi pada penyakit kulit.
b) Memperkenalkan bentuk dan cara pengobatan pada penyakit kulit
sesuai dengan keadaan penyakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENGOBATAN TOPIKAL
Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik dan
kimiawi obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara
lain ialah mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi,
mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari
luar. Semua hal itu bermaksud untuk mengadakan homeostasis, yaitu
mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan fisiologik
stabil secepat-cepatnya. Di samping itu untuk menghilangkan gejala-gejala yang
mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.1
Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat –
preparat topikal yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap
organisme di kulit atau terhadap kulit itu sendiri.Secara ideal maka pemberian
obat topikal harus berkhasiat fisis maupun kimiawi. Jika obat topikal di gunakan
secara rasional, maka hasilnya juga optimal, sebaliknya kalau digunakan secara
salah obat topikal menjadi tidak efektif dapat menyebabkan penyakit iatrogenik.1

Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian :


 Bahan dasar (vehikulum)
 Bahan aktif

BAHAN DASAR (VEHIKULUM)


Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topical merupakan langkah awal
dan terpenting yang harus diambil dalam pengobatan penyakit kulit. Pada
umumnya sebagai pegangan ialah pada keadaan dermatosis yang membasah
dipakai bahan dasar yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah,
misalnya kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering,
misalnya salep. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi : 1

3
1. Cairan
2. Bedak
3. Salap

Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :


4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.
5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap
6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak
7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salap. 1

Cairan Bedak Kocok Bedak

Krim Pasta Pendingin Pasta Berlemak

Salap

Gambar Bagan Vehikulum1

Prinsip Pemilihan Sediaan


Berbagai hal menjadi pertimbangan dalam pemilihan vehikulum dalam
dermatoterapi, antara lain:2

1) Stadium dan tipe penyakit kulit, prinsip pengobatan basah-dengan-basah


serta keringdengan-kering masih merupakan hal yang perlu diperhatikan
dalam dermatoterapi. Misalnya, dermatosis akut yang eksudatif
ditatalaksana dengan vehikulum yang bersifat mendinginkan yaitu dengan
menggunakan kompres dengan atau tanpa zat aktif. Sementara dermatitis
kronik dengan kelainan kulit yang kering dapat ditatalaksana dengan
menggunakan vehikulum salep, lotion, dan krim.

4
2) Tipe/status kulit, vehikulum dapat mengubah keadaan fisik dan kimiawi
kulit dengan cara mempengaruhi kandungan lemak dan air di dalamnya.
Vehikulum yang bersifat hidrofilik sesuai untuk digunakan pada kondisi
kulit normal atau berminyak, sedangkan vehikulum yang bersifat lipofilik
lebih cocok untuk keadaan kulit yang kering.

3) Lokasi penyakit kulit, pemilihan vehikulum berdasarkan lokasi anatomis


kelainan kulit menjadi hal penting. Ketebalan stratum korneum dan
kepadatan folikel rambut yang bervariasi pada berbagai lokasi anatomis,
mempengaruhi penyerapan sediaan topikal. Misalnya sediaan berbentuk
salep dapat digunakan dalam pengobatan dermatosis pada telapak tangan
atau telapak kaki. Pertimbangan lain yang berkaitan dengan lokasi
anatomis juga menyangkut kenyamanan pasien dan pertimbangan
kosmetik.

4) Faktor lingkungan, serta faktor lingkungan, misalnya kondisi iklim yang


ekstrim dapat mengubah struktur matriks suatu vehikulum, sehingga
diperlukan uji untuk mengetahui kestabilan vehikulum pada berbagai
keadaan iklim.

5) Pertimbangan kosmetik. Stadium dan tipe penyakit kulit, penampilan


fisik, bau, kemudahan dalam aplikasi, serta kemampuan untuk tidak
meninggalkan residu setelah aplikasi menjadi pertimbangan penting
dalam pemilihan vehikulum karena dapat meningkatkan kepatuhan pasien
dalam pengobatan.

1. Cairan
Cairan terdiri atas :
a. Solusio artinya larutan dalam air
b. Tingtura artinya larutan dalam alkohol

5
Solusio dibagi dalam :
1. Kompres
2. Rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan
3. Mandi (fullbath)
Prinsip pengobatan cairan ialah membersihkan kulit yang sakit dari
debris (pus, krusta dan sebagainya) dan sisa–sisa obat topikal yang pernah
dipakai.Disamping itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan
pustul. Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi
kering, permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat
tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan cairan berguna
juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar,
parastesi oleh bermacam–macam dermatosis. 1
Harus diingat bahwapengobatan dengan cairan dapat menyebabkan
kulit menjadi terlalu kering.Jadi pengobatan cairan harus di pantau secara
teliti, jika keadaan sudah mulai kering pemakainnya di kurangi dan bila
perlu di hentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lain. Cara
kompres lebih di sukai dari pada cara rendam dan mandi, karena pada
kompres terdapat pendingin dengan adanya penguapan, sedangkan pada
rendam dan mandi terjadi proses maserasi. 1
Indikasi cairan Penggunaan kompres terutama kompres terbuka
dilakukan pada dermatitis eksudatif (pada dermatitis akut atau kronik yang
mengalami eksaserbasi), dan infeksi kulit akut dengan eritema yang
mencolok. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres ialah biasanya bersifat
astringen dan antimikrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat
presipitasi protein. Dikenal dua macam cara kompres, yaitu :
a. Kompres terbuka
Dasar : Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau
pus.
Indikasi:
 Dermatosis madidans
 Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisipelas

6
 Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

Efek pada kulit


 Kulit yang semula eksudatif menjadi kering
 Permukaan kulit menjadi dingin
 Vasokontriksi
 Eritema berkurang

Cara
Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi
serta tidak terlalu tebal (3 lapis).Balutan jangan terlalu ketat, tidak
perlu steril dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan
menghambat penguapan. 1
Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu di balutkan
dan didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya
jangan sampai terjadi maserasi.Bila kering basahi lagi. Daerah yang di
kompres luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan. 1

b. Kompres tertutup
 Sinonim : Kompres impermeabel
 Dasar : Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.
 Indikasi : Kelainan yang dalam,misalnya limfogranuloma venerium.
 Cara : Digunakan pembalut tebal dan di tutup dengan bahan
impermeabel, misalnya selofan atau plastik. 1

2. Bedak
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang
tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali. Yang diharapkan
dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talkum venetum.
Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat

7
mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah dan antipruritus
lemah. 1
a. Efek bedak ialah :
 Mendinginkan
 Anti-inflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokontriksi
 Anti-pruritus lemah
 Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo )
 Proteksi mekanis1

b. Indikasi :
 Dermatosis yang kering dan superficial
 Mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah,misalnya pada
varicela dan herpes zoster. 1
c. Kontraindikasi :
 Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi
sekunder. 1

3. Salap
Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat
pula lanolin atau minyak. 1
a. Indikasi pemberian salap ialah :
 Dermatosis yang kering dan kronik
 Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap
paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainya.
 Dermatosis yang bersisik dan berkrusta
b. Kontraindikasi ialah :
 Dermatitis madidans, jika kelainan kulit terdapat pada bagian
badan yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan
salap jangan dipakai di seluruh tubuh. 1

8
4. Bedak kocok
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya di
tambah dengan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu
kental dan cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40%
dan jumlah gliserin 10 – 15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat
ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilampaui. 1
a. Indikasi bedak kocok ialah :
 Dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang
diinginkan ialah sedikit penetrasi.
 Pada keadaan subakut
b. Kontraindikasi :
 Dermatitis madidans
 Daerah badan yang berambut1
5. Krim
Krim ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator.
Krim ada dua jenis :
a. Krim W/O : air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.
b. Krim O/W : minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.
Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet,
misalnya paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif
dapat di masukan di dalam krim.

Indikasi penggunaan krim ialah :


 Indikasi kosmetik
 Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi
yang lebih besar daripada bedak kocok.
 Krim boleh digunakan di daerah yang berambut.

Kontraindikasi ialah :
 Dermatitis madidans. 1

9
6. Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin.Pasta bersifat
protektif dan mengeringkan Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep,
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.
 Indikasi pengguanaan pasta ialah dermatosis yang agak basah.
 Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang
berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan – lipatan
badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.1

7. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salap.
 Indikasi : dermatosis yang subakut
 Kontraindikasi : dermatosis madidans1

8. Gel
Terdapat vehikulum lain yang tidak termasuk dalam “bagian
vehikulum” ialah gel. Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa
suspensi yang dibuat dari senyawa organik. Zat untuk membuat gel
diantaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. Bila zat -zat
tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan tertentu akan terbentuk
gel. Karbomer akan membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel
segera mencair, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorbsi per kutan lebih baik daripada krim.1

9. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari
getah alami seperti tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.3

10. Losion

10
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak
dapat larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi mencapai
20%.Komponen yang tidak tergabung ini menyebabkan dalam pemakaian
losion dikocok terlebih dahulu.Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin
oleh karena evaporasi komponen air.Beberapa keistimewaan losion, yaitu
mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang
tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.3

11. Foam aerosol


Foam aerosol merupakan emulsi yang mengandung satu atau lebih
zat aktif menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan obat dari
wadah.Foam aerosol merupakan sediaan baru obat topikal.Foam dapat
berisi zat aktif dalam formulasi emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan
foam yang pernah dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan
betametasone foam. Keistimewaan foam adalah foam saat diaplikasikan
cepat mengalami evaporasi, sehingga zat aktif tersisa cepat berpenetrasi,
sediaan foam memberikan efek iritasi yang minimal. 3

12. Cat
Cat Pada dasarnya, cat merupakan bentuk lain solusio yang berisi
komponen air dan alkohol. Penggabungan komponen alkohol dan air
menjadikan sediaan ini mampu bertahan lama. Sediaan baru pernah
dilaporkan berupa solusio ciclopirox 8% sebagai cat kuku untuk terapi
onikomikosis. 3

BAHAN AKTIF
Memilih obat topical selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang
dimaksudkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai
untuk pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan
fisiko – kimia permukaan kulit, disamping komposisi formulasi zat yang dipakai.1

11
Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat
berinteraksi satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita
campurkan itu dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya
O.T.T (obat tidak tercampurkan).1
Asam salisilat misalnya dapat dicampur dengan asam lainya, contohnya
asam benzoate atau dengan ter, resorsinol tidak tercampur dengan yodium, garam,
besi atau bahan yang bersifat oksidator.1
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk konsentrasi obat, kelarutanya dalam vehikulum, besar partikel,
viskositas dan efek vehikulum terhadap kulit. Bahan aktif yang digunakan di
antaranya ialah :
1. Aluminium asetat
Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung alumunium asetat 5%.
Efeknya ialah astringen dan antiseptik ringan.jika hendak digunakan
sebagai kompres diencerkan 1 : 10 1

2. Asam asetat
Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptik pada infeksi
pseudomonas.1
Produk-produk asam asetat mencakup:

 Asam kloroasetat (monochloroacetic acid, MCA), asam


dikloroasetat (sebagai produk sampingan), dan asam trikloroasetat.
MCA digunakan dalam fabrikasi pewarna indigo.
 Asam bromoasetat, yang jika diesterifikasi menghasilkan pereaksi
etil bromoasetat.
 Asam trifluoroasetat, merupakan pereaksi umum dalam sintesis
organik.

3. Asam benzoate
Mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Digunakan dalam
salap, contohnya dalam salap Whitfield dengan konsentrasi 5%.1

12
4. Asam borat
Konsentrasinya 3% tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak,
kompres atau dalam salap berhubung untuk antiseptiknya sangat sedikit
dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelainan yang luas dan erosif
terlebih pada bayi.1

5. Asam salisilat
Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam
pengobatan topikal. Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan
menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi yang rendah
(1-2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu menunjang pembentukan
keratin yang baru. Pada konsentrasi yang tinggi (3-20%) bersifat
keratolitik dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratolitik. Pada
konsentrasi yang sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan–kelainan
yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil
konsentrasi1% dipakai sebagai kompres, bersifat antiseptik.
Penggunaanya, misalnya untuk dermatitis eksudatif, asam salisilat 3% -
5% juga bersifat mempertinggi absorbsi per kutan zat – zat aktif.1

6. Asam undersilenat
Bersifat antimitotik dengan konsentrasi 5% salap atau krim.
Dicampur dengan garam seng (Zn undecylenic) 20%.1

7. Asam vit.A ( tretonin,asam retinoat )


 Efek : memperbaiki keratinisasi menjadi normal jika terjadi
gangguan, meningkatkan sintesis D.N.A dalam epithelium
germinatif, meningkatkan laju mitosis, menebalkan staratum
granulosum, menormalkan parakeratosis.
 Indikasi : penyakit dengan sumbatan folikular, penyakit dengan
hiperkertaosis, pada proses menua kulit akibat sinar matahari1

13
8. Benzokain
Bersifat anastesia, konsentrasinya ½-5%, tidak larut dalam air,lebih
larut dalam minyak (1:35), dan lebih larut lagi dalam alkohol. Dapat
digunakan dalam venikulum yang lain. Sering menyebabkan sensitisasi.1

9. Benzyl benzoate
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan
sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% dan 25%.1

10. Camphora
Konsentrasinya 1-2%. Bersifat anti-pruritus berdasarkan
penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke
dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung alkohol agar dapat larut.
Juga dapat di pakai dalam salap dan krim.1

11. Kortikosteroid topikal


Mempunyai khasiat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti alergi,
anti pruritus, anti mitotik, dan vasokontriksi. Zat–zat ini pada konsentrasi
0.025% sampai 0.1% memberikan pengaruh anti inflamasi yang kuat, yang
termasuk dalam golongan ini ialah : betametason valerat, betametason
benzoate, fluinolon asetonid dan triamnisolon asetonid.1
a. Penggolongan
Kortikosteroid topical dibagi menjadi 7 golongan besar,
diantaranya berdasarkan anti-inflamasi dan anti mitotik. Golongan 1
yang paling kuat daya anti–inflamasinya dan anti mitotiknya
(superpoten). Sebaliknya golongan VII yang terlemah (potensi
lemah).1
b. Indikasi
Dermatosis yang responsif dengan KT ialah psoriasis, dermatitis
atopik, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis

14
numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis
intertriginosa, dan dermatitis solaris (fotodermatitis). 1
Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi ialah
keloid, jaringan parut hipertrofik, alopesia areata, akne berkista,
prurigo nodularis, morfea, dermatitis dengan likenifikasi, liken
amiloidosis dan vitiligo.1
KT mempunyai kemampuan menekan inflamasi/peradangn dengan
cara menghambat fosfolipase A dan menekan IL-1∝. Sebagai obat
imunosupresan, kortikosteroid dapat menghambat kemotaksis
neutrophil, menurunkan jumlah sel Langerhans dan menekan
pengeluaran sitokin, menekan reaksi alergi-imunologi, serta menekan
proliferasi/antimitotik. KT juga menyebabkan vasokonstriksi dan efek
ini sejalan dengan daya antiinflamasi.2
Tabel Responsif Dermatoterapi Kortikosteroid3

c. Pemilihan jenis KT
Dipilih KT yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga
murah : disamping itu ada beberapa faktor yang perlu di
pertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi
penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi.
Perlu juga di pertimbangkan umur penderita.1

d. Aplikasi klinis
1. Cara aplikasi

15
Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3x/hari sampai
penyakit tersebut sembuh.Perlu dipertimbangkan adanya gejala
takifilaksis, ialah menurunya respon kulit terhadap glukokortikoid
karena pemberian obat yang berulang – ulang. : berupa toleransi
akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, berupa
toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang ,
setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul
lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.1

2. Lama pemakaian steroid topikal


Lama pemakain steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4 – 6
minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu
untuk potensi kuat.1

e. Efek samping
Efek samping terjadi bila penggunaan KT yang lama atau
berlebihan, dan penggunaan KT dengan potensi kuat atau sangat kuat
atau penggunaan secara oklusif. Efek samping, baik lokal maupun
sistemik, lebih sering terjadi pada bayi dan anak, pada pemakaian KT
jangka panjang, potensi kuat, dan pada pengolesan lesi yang luas.4
1. Efek samping lokal
Pemakaian KT jangka panjang atau potensi kuat menginduksi
atrofi kulit, striae, telengiektaksi, purpura, hipopigmentasi,
akneiformis, dermatitis perioral, hipertrikosis, dan moonface (table
efek samping KT).Pada pemakaian KT tidak terkontrol dan jarang
dilaporkan adalah adiksi KT. Beberapa contoh adiksi KT, yaitu lesi
eritematosa di wajah setelah peeling, kulit skrotum tipis dan merah,
vulvodynia, atrofi perianal, dan dermatitis atopic rekalsitrans.
Pemakaian KT jangka panjang di wajah dapat menyebabkan
topical corticosteroid-induces rosacea-like dermatitis (TCIRD)
atau topical steroid-dependent face (TSDF).4

16
2. Efek samping sistemik
KT berpotensi kuat dan sangat kuat dapat diabsorbsi dan
menimbulkan efek sistemik, di antaranya sindrom Cushing, supresi
kelenjar hypothalamic-pituitary-adrenal, gangguan metabolik,
misalnya hiperglikemi, gangguan ginjal/elektrolit, contohnya
hipertensi, edema hipokalsemi. Pada umumnya efek samping
tersebut bersifat reversible, membaik setelah obat dihentikan,
kecuali atropik striae yang lebih sulit diatasi karena telah terjadi
kerusakan sawar kulit.4

3. Reaksi hipersensitivitas
Dermatitis kontak akibat KT umumnya jarang terjadi. Prevalensi
diperkirakan 0,2-6%, umumnya lebih sering disebabkan oleh KT
non-fluorinated. Perlu diperhatikan respons KT kurang
memuaskan bila terdapat infeksi yang tidak terdiagnosis.Dermatitis
kronik sulit diatasi, karena adanya fenomena adiksi terhadap KT.
Perlu dibedakan antara reaksi hipersensitif terhadap KT atau reaksi
hipersensitif terhadap vehikulum atau bahan pengawet pembuktian
dapat dengan uji tempel. Vehikulum yang berpotensi menyebabkan
alergi di antaranya adalah propilen glikol, sorbitan sesquoleate,
lanolin, paraben, formldehid, dan pewangi.4

Klasifikasi Nama Dagang Nama Generik

Golongan I : Diprolene ointment 0,05% betamethason dipropionate


(super poten)
Diprolene AF cream
Psorcon ointment 0,05% diflorasone diacetate
Temovate ointment 0,05% clobetasol proprionate
Temovate cream
Ultravate ointment 0,05% halobetasol proprionate
Ultravate cream
Golongan II : Cyclocort ointment 0,1% amcinonide
(potensi tinggi)

17
Diprosone ointment 0,05% betamethason dipropionate
Elocon ointment 0,01% mometasone fuorate
Florone ointment 0,05% diflorasone diacetate
Halog ointment 0,01% halcinonide
Halog cream
Halog solution
Lidex ointment 0,05% fluocinonide
Lidex cream
Lidex gel
Lidex solution
Maxiflor ointment 0,05% diflorasone diacetate
Maxivate ointment 0,05% betamethason dipropionate
Maxivate cream
Topicort ointment 0,25% desoximetasone
Topicort cream
Topicort gel 0,05% desoximetasone

Golongan III : Aristocort A ointment 0,1% triamcinolone acetonide


(potensi tinggi)
Cutivate ointment 0,005% fluticasone propionate
Cyclocort cream 0,1% amcinonide
Cyclocort lotion
Diprosone cream 0,05% betamethason dipropionate
Florone cream 0,05% diflorasone diacetate
Lidex E cream 0,05% fluocinonide
Maxiflor cream 0,05% diflorasone diacetate
Maxivate lotion 0,05% betamethason dipropionate
Topicort LP cream 0,05% desoximetasone
Valisone ointment 0,01% betamethason valerate

Golongan IV : Aristocort ointment 0,1% triamcinolone acetonide


(potensi medium)
Cordran ointment 0,05% flurandrenolide
Elocon cream 0,1% mometasone furoate
Elocon lotion
Kenalog ointment 0,1% triamcinolone acetonide
Kenalog cream
Synalar ointment 0,025% fluocinolone acetonide
Westcort ointment 0,2% hydrocortisone valerate

Golongan V : Cordran cream 0,05% flurandrenolide


(potensi medium)
Cutivate cream 0,05% fluticasone propionate
Dermatop cream 0,1% prednicarbate
Diprosone lotion 0,05% betamethason dipropionate

18
Kenalog lotion 0,1% triamcinolone acetonide
Locoid ointment 0,1% hydrocortisone butyrate
Locoid cream
Synalar cream 0,025% fluocinolone acetonide
Tridesilon ointment 0,05% desonide
Valisone cream 0,01% betamethason valerate
Westcort cream 0,2% hydrocortisone valerate

Golongan VI : Aciovate ointment 0,05% aclometasone


(potensi medium)
Aciovate cream
Aristocort cream 0,1% triamcinolone acetonide
DesOwen cream 0,05% desonide
Kenalog cream 0,025% triamcinolone acetonide
Kenalog lotion
Locoid solution 0,1% hydrocortisone butyrate
Synalar cream 0,01% fluocinolone acetonide
Synalar solution
Tridesilon cream 0,05% desonide
Valisone lotion 0,01% betamethason valerate

Golongan VII : Obat topikal dengan hidrokortison, deksametason,


(potensi lemah) glumetalon, prednison, dan metilprednisolon
12. Mentol
Bersifat antipruritik seperti campora. Pemakainnya seperti pada
campora, konsentrasinya ¼ - 2%.1

13. Pedofilin
Dammar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai
tingtur untuk kondiloma akuminata. Setelah 4-6 jam hendaknya di cuci.1

14. Selenium disulfide


Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada
kepala dan tinea versikolor. Kemungkinan terjadinya efek toksik rendah.1

15. Sulfur
Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad–abad
dalam dermatologi. Bersifat antiseboroik, anti-akne, anti scabies,

19
antibakteri positif, gram dan anti jamur. Yang digunakan ialah sulfur
dengan tingkat terhalus yaitu sulfur presipitatum / belerang endap berupa
bubuk kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%.
Dapat digunakan dalam pasta, krim, salap, dan bedak kocok.1

16. Ter
Preparat golongan ini di dapat sebagai hasil destilasi kering dari
batubara (liantral dan likuor karbonis detergen), kayu (oleum kadini dan
oleum ruski) dan fosil (iktiol). Preparat ter yang kami gunakan ialah likuor
karbonis detergen karena tidak berwarna hitam seperti yang lain dan tidak
begitu berbau. Konsentrasinya 2-5%.Efeknya antipruritus, anti radang, anti
ekzem, anti kantosis keratoplastik, dapat digunakan untuk psoriasis dan
dermatitis kronik dan salap. Jika terdapat lesi yang universal, misalnya
psoriasis tidak boleh dioleskan keselurh lesi karena akan diabsorbsi dan
memberi efektoksik pada ginjal. 1
Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari 1 : kepala dan
ekstremitas atas, hari II : batang tubuh dan hari III ekstremitas bawah.
Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi
fototoksik, pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis
dan ter akne. Efek karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakaian
yang lama. Pada pemakaian dalam waktu yang singkat efek samping tidak
pernah terjadi.1

17. Urea
Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai
emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi
40% melarutkan protein.1

18. Zat antiseptik


Zat ini bersifat antiseptik dan atau bakteriostatik. Golongan
antiseptik diantaranya :

20
a. Golongan alkohol
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimal. Efek
sampingya menyebabkan kulit menjadi kering.1

b. Golongan fenol
 Fenol
Pada konsentrasi tinggi, misalnya fenol likuifaktum yang
berkonsentrasi jenuh mempunyai efek kaustik, sedangkan pada
konsentrasi rendah bersifat bakteriostatik dan anti pruritik ( ½-1% )
 Timol
Bersifat desinfektan pada konsentrasi 0.5% dalam bentuk tingtur.
 Resorsinol
Efek ialah antibakterial, antimikotik, keratolitik, antiseboroik,
konsentrasi 2-3%
 Heksaklorofen
Senyawa ini mengandung klor. Bersifat bakteriostatik. Larutan
heksaklorofen 3% berkhasiat terhadap kuman gram positif 1

c. Golongan halogen
Yodium. Bersifat bakteriostatik. Misalnya pada tingtur yodium dan
lugol. Tingtur yodium berwarna coklat dapat sebabkan iritasi,
vesikulasi kulit dan deskuamasi. Khasiat antibakterial dan antimikotik
dengan konsentrasi 1%. Dalam klinik yodium dipakai untuk desinfeksi
kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu dibersihkan dengan alkohol
70%. 1

d. Zat pengoksidasi
Zat pengoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermatoterapi
topikal.
 Permanganas kalikus

21
Zat ini mempunyai efek antiseptik lemah dalam larutan encer
dalam air. Pada konsentrasi tinggi bersifat astringen dan kaustik.
Dipakai sebagai komores terbuka 1:10.000 untuk dermatosis yang
akut dan eksudatif. Untuk ulkus yang eksudatif dapat dipakai
konsentrasi 1:5000. Larutan harus dibuat segar karena cepat
mengdakan dekomposisi (warna coklat)1
 Benzol-peroksida
Zat ini merupakan zat pengoksidasi kuat pada konsentrasi 2.5% -
10%.Bersifat antiseptic, merangsang jaringan dranulasi dan bersifat
keratoplastik. Efek samping terjadi alergi dan memutihkan
pakaian1

e. Senyawa logam berat


1. Merkuri
2. Perak
 Larutan perak nitrat
 Sulfadiazine perak1

f. Zat warna
Zat warna masih sering dipakai dalam pengobatan topikal.Efeknya
ialah astringen dan antiseptik.Misalnya : Zat warna akridin,
umpamanya ekridin laktat (rivanol) di pakai untuk kompres dengan
konsentrasi 1 % juga bersifast deodorant. Metil rosanilin klorida /
gentian violet dipakai dalam konsentrasi 0,1-1% dalam air. Zat ini
jjuga mempunyai efek antimikroba terhadap candida albicans didaerah
intertrigo atau anogenital1

19. Obat imunomodulator topikal


Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam riset obat yang bersifat
imunomodulator yaitu yang tercakup dalam terapi imun.Salah satu obat
imunomodulator adalah takrolimus (TKL) suatu calcinerin inhibitors

22
(CnLs) yaitu suatu makrolactam yang pertama-tama diisolasi dari
streptomyces.
TKL dapat diberikan secara oral, topikal, dan intravena. TKL di
metabolisasi di hati dan mempunyai bioavailabilitas lebih tinggi.
Formulasi topikal mempunyai konsentrasi 0,03% dan 0,1% dalam bentuk
salap.
TKL terutama diindikasikan untuk dermatitis atopik dan mencegah
sel T, dengan demikian mencegah sintesis IL2-IL3-IL4, IL5 dan sitokin
yang lain misalnya CSF, TNFa dan TFNy. TKL tidak menyebabkan atrofi
kulit dan tidak berpengaruh pada sintesis kolagen kulit.
Pimekrolimus juga dikenal sebagai ASM981 adalah derivat
gugusan asli ascomycin yang semula diisolasi dari hasil fermentasi
S.Higroscopicus ascomyticus. Pimekrolimus mempunyai mekanisme
kerja yang sama dengan CnLs yang lain. Pimekrolimus diformulasi dalam
bentuk krim 0,1%, 0,6%, dan 1,0%.1

MEKANISME KERJA
Senyawa yang diaplikasikan pada permukaan kulit, termasuk obat topikal,
masuk ke dalam kulit mengikuti suatu gradien konsentrasi (difusi pasif).Gradien
konsentrasi ditimbulkan oleh perbedaan konsentrasi obat aktif dalam sediaan yang
diaplikasikan pada kulit dan konsentrasi obat aktif dalam jaringan kulit serta
jaringan di bawahnya (dermis dan subkutan).Analisis farmakokinetik dari suatu
sediaan topikal yang diaplikasikan pada kulit meliputi pembahasan mengenai tiga
kompartemen yang dilalui obat aktif, yaitu vehikulum sebagai pembawa obat
aktif, stratum korneum, dan lapisan epidermis serta dermis.2,3

Untuk dapat masuk ke dalam lapisan kulit, bahan/obat aktif dalam suatu
sediaan topikal harus dilepaskan dari vehikulumnya setelah sediaan obat topikal
diaplikasikan.Pelepasan/disolusi bahan aktif dari vehikulumnya ditentukan oleh
koefisien partisinya. Makin besar nilai koefisien partisi, maka bahan aktif makin
mudah terlepas dari vehikulum. 2,3

23
Bahan aktif yang telah terlepas dari vehikulumnya akan berinteraksi
dengan permukaan kulit/stratum korneum. Bahan aktif yang telah berinteraksi
dengan stratum korneum akan segera berdifusi ke dalam stratum korneum. Difusi
yang terjadi dimungkinkan dengan adanya gradien konsentrasi.Pada awalnya,
difusi bahan aktif terutama berlangsung melalui folikel rambut (jalur
transfolikular). Setelah tercapai keseimbangan (steady state), difusi melalui
stratum korneum menjadi lebih dominan. 2,3

a) Jalur transfolikular. Bahan aktif yang masuk ke dalam folikel rambut


akan berpartisi dan selanjutnya berdifusi ke dalam sebum yang terdapat
di dalam folikel rambut hingga mencapai lapisan epitel pada bagian
dalam folikel dan kemudian berdifusi menembus epitel folikel hingga
mencapai lapisan epidermis.
b) Jalur transkorneal (transepidermal). Hingga saat ini, penyerapan obat
interselular (melalui celah di antara korneosit) menjadi jalur utama pada
penyerapan obat transkorneal.
Difusi bahan/obat aktif melalui kedua jalur di atas pada akhirnya akan
mencapai lapisan yang lebih dalam yaitu epidermis hingga kemudian dermis.
Dengan adanya pembuluh darah dalam dermis, bahan aktif yang mencapai lapisan
dermis kemudian akan diresorpsi oleh sistem sirkulasi. 2,3

CARA PAKAI
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi
pada permukaan kulit. Beberapa cara aplikasi sediaan topikal yaitu:3

1. Oles
Pengolesan pada lokasi lesi merupakan cara pakai sediaan topikal yang
umum dilakukan. Cara ini dilakukan untuk hampir semua bentuk
sediaan.Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan dengan luas
kelainan kulit.

24
2. Kompres
Cara kompres digunakan untuk sediaan solusio.Komponen cairan yang
dominan menjadikan kompres efektif untuk lesi basah dan lesi
berkrusta.Dua cara kompres yaitu kompres terbuka dan tertutup. Pada
kompres terbuka diharapkan ada proses penguapan. Caranya dengan
menggunakan kain kasa tidak tebal cukup 3 lapis, tidak perlu steril, jangan
terlampau erat.Pembalut atau kain kasa dicelupkan ke dalam cairan
kompres, sedikit diperas, lalu dibalutkan pada kulit lebih kurang 30 menit.
Pada kompres tertutup tidak diharapkan terjadi penguapan, namun cara ini
jarang digunakan karena efeknya memperberat nyeri pada lokasi kompres.

3. Penggunaan oklusif pada aplikasi


Cara oklusi ditujukan untuk meningkatkan penetrasi sediaan; namun cara
ini tidak banyak digunakan. Berbagai teknik oklusi menggunakan balutan
hampa udara seperti penggunaan sarung tangan vinyl, membungkus
dengan plastik.Teknik oklusi mampu meningkatkan hantaran obat 10-100
kali dibandingkan tanpa oklusi, namun lebih cepat menimbulkan efek
samping obat, seperti efek atrofi kulit akibat kortikosteroid.

4. Mandi
Mandi atau berendam dianggap lebih disukai daripada kompres pada
pasien dengan lesi kulit luas seperti pada penderita lesi vesiko bulosa.
Contoh zat aktif yang pernah digunakan untuk mandi seperti potassium
permanganate. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan lagi mengingat efek
maserasi yang ditimbulkan.

PENGOBATAN SISTEMIK
Pengobatan sistemik diperlukan pada kondisi kulit yang berhubungan
dengan penyakit sistemik atau jika pilihan obat topikal tidak adekuat. Obat-obatan
sistemik diantaranya adalah:

a) Glukokortikosteroid sistemik

25
Glukokortikosteroid/kortikosteroi sistemik (KS) banyak digunakan
dalam bidang dermatologi karena obat tersebut mempunyai obat anti-
inflamasi dan imunosupresi. Penyakit-penyakit berikut ini merupakan
indikasi KS :
1. Penyakit vesikobulosa autoimun (pemfigus, pemfigoid bulosa)
2. Reaksi anafilaksis (akibat sengatan, alergi obat)
3. Penyakit jaringan ikat dan gangguan vascular autoimun (lupus
eritomatosus sistemik, dermatomyositis)
4. Reaksi kusta tipe 1
5. Urtikaria yang luasatau rekalsitran dan angioedema
6. Lain-lain; pyoderma ganggrenosum, sarcoidosis, penyakit
Behcet
7.

Gambar Kortikosteroid Sistemik

b) Antihistamin
Antihistamin digolongkan menjadi tiga kategori yaitu antihistamin
penghambat resptor H1 (AH1), antihistamin penghambat resptor H2
(AH2), antihistamin penghambat resptor H3 (AH3). AH1 dibagi menjadi 2
golongan, yaitu AH1 generasi pertama yaitu yang memiliki efek sedasi
karena memiliki kemampuan untuk melewati sawar darah otak.Sedangkan
AH1 generasi kedua tidak dapat menembus sawar darah otak sehingga
efek sedasi minimal atau tidak ada. Antihistamin H1 digunakan secara luas

26
untuk mengobati urtikaria, angioedema dan mengobati pruritus akibat
berbagai penyebab, misalnya DKA, berbagai macam dermatitis
eksematosa, gigitan serangga, liken planus, mastositosis, maupun pruritus
idiopatik.1

c) Antibiotik
Antibiotik adalah senyawa terlarut yang dihasilkan oleh organisme
yang menghambat pertumbuhan bakteri.Mayoritas infeksi kulit dan
jaringan lunak disebabkan oleh organisme Gram positif, yang sebagian
besar rentan terhadap agen terkenal dengan spektrum aktivitas antimikroba
yang relatif sempit. Antibiotik β-laktam, makrolida, dan florokuinolon
merupakan antibiotik utama untuk infeksi kulit dan jaringan lunak yang
ringan.5

Gambar. Antibiotik

27
d) Antivirus
Antivirus sekarang disetujui untuk pengobatan berbagai infeksi
virus.Resistansi antiviral adalah perhatian yang berkembang, terutama
dalam pengobatan infeksi virus human immunodeficiency.Antiviral
bekerja dengan berbagai cara, dan spektrum aktivitasnya bisa sangat
spesifik (amantadine) atau cukup luas (ribavirin).Penggunaanobat
asiklovir dan gansiklovir telah meningkatkan bioavailabilitas oral dari
agen ini, yang memungkinkan perawatan rawat jalan pada banyak
infeksi herpesvirus5

e) Antifungi
Diindikasikan untuk infeksi kulit jamur yang luas, tinea pedis,
onikomikosis, dan tinea capitis.Terapi pencegahan untuk
imunosupresi.Kelas utama obat antijamur yang digunakan dalam
pengaturan rawat jalan adalah allylamines (terbinafine), triazol
(itrakonazol, flukonazol) dan imidazol (ketokonazol), griseofulvin,
polyenes (nistatin, amfoterisin B), dan oligon ciclopirox. Spesimen
infeksi jamur dapat menjadi penting dalam menentukan lama
pengobatan dan memilih obat yang tepat.5

f) Dapson
Dapson (4,4'-diaminodipenilsulfon) diklasifikasikan sebagai
sulfonamida namun memiliki sifat farmakologis yang unik. Penyakit
dengan respon yang konsisten terhadap dapson adalah dermatitis
herpetiformis, eritema elevatum diutinum, imunoglobulin
linier.Penyakit dermatosis / kronis bulosa erupsi pada anak dan bulosa
lupus eritematosus sistemik.Penyakit dengan respon sporadis terhadap
dapson mencakup spektrum yang luas dan beragam seperti penyakit
kolagen vaskular / autoimun dan jerawat.Dapson juga efektif pada
infeksi tertentu seperti kusta, actinomycetoma, atau rhinosporidiosis.
Efek sampingnya adalah hemolisis dan methemoglobulinemia.5

28
g) Obat imunosupresif dan imunomodulator
Tujuan utama dalam imunoterapi adalah keamanan dan
efektivitas. Tidak seperti imunomodulator, obat imunosupresif
semuanya ditandai oleh jendela terapeutik yang sempit yang
memerlukan dosis yang tepat dan pemantauan efek samping yang
ketat.5

h) Retinoid
Fungsi biologis dan tindakan retinoid (tidak termasuk
penglihatan) meliputi: reproduksi, pertumbuhan embrio, dan
morfogenesis, modulasi proliferasi dan diferensiasi epitel,
penurunan ukuran kelenjar sebaceous (isotretinoin), efek
imunologis dan anti-inflamasi, pencegahan dan pengobatan tumor
dan efek pada komponen matriks ekstraselular. Terdapat empat
jenis retinoid oral dan indikasi utama penggunaannya adalah
isotretinoin (jerawat), alitretinoin (eksim tangan kronis), acitretin
/etretinate (psoriasis, gangguan keratinisasi), dan bexarotene
(limfoma sel T kutaneous).Kontraindikasi untuk penggunaannya
termasuk kehamilan, menyusui, dan ketidakpatuhan terhadap
rejimen kontrasepsi. Retinoid harus selalu dikonsumsi dengan
makanan atau susu untuk meningkatkan penyerapan usus. Dosis
sekali sehari biasanya cukup.Efek samping mukokutan (cheilitis,
xerosis, pengelupasan kulit, konjungtivitis) umum terjadi, seperti
juga hasil abnormal reversibel pada tes laboratorium
[hiperlipidemia, peningkatan tingkat enzim hati, dan hipotiroidisme
(bexarotene)].Efek samping sistem otot dan saraf pusat jarang
terjadi.5

i) Sitotoksik dan anti metabolik


Agen sitotoksik dan antimetabolik digunakan dalam
dermatologi untuk mengobati penyakit serius, bertahan hidup, dan
bandel.Agen umum yang digunakan dalam dermatologi meliputi

29
methotrexate, azathioprine, mycophenolate mofetil, thioguanine,
hydroxyurea, cyclophosphamide, chlorambucil, dan liposomal
doxorubicin.5

j) Aminokuinolin (anti malaria)


Aminoquinolin telah digunakan dalam pengobatan klinis
selama lebih dari satu abad, awalnya sebagai senyawa
antimalaria.Beberapa mekanisme tindakan, terutama gangguan
pengasaman lisosom oleh sel penyajian antigen, penghambatan
pembunuh alami dan aktivasi sel T, dan penghambatan mediator lipid
peradangan.Kecenderungan untuk pigmen melanin, menyerap sinar
ultraviolet, dan menunjukkan sifat photoprotective terhadap luka yang
dimediasi sinar ultraviolet pada kulit. Aminoquinolin yang digunakan
untuk mengobati kondisi dermatologis meliputi hydroxychloroquine,
chloroquine, dan quinacrine.5

k) Antiangiogenik
Agen antiangiogenik "langsung" bertindak langsung pada sel
endotel yang tidak dapat ditransformasikan untuk mencegah
proliferasi, migrasi, dan kelangsungan hidup.Agen antiangiogenik
“tidak langsung” menghambat protein onkogen yang diproduksi tumor
yang mempromosikan keadaan proangiogenik.Agen antiangiogenik
adalah golongan obat yang menjanjikan karena efektif melawan tumor
yang tumbuh lambat.5

TERAPI SINAR
Fototerapi, Fotokemoterapi dan terapi fotodinamik
Fototerapi adalah penggunaan radiasi elektromagnetik non ionisasi untuk
kepentingan pengobatan. Di bidang dermatologi meliputi fototerapi UV A/UV B/
UV A-B, regimen Goeckerman, fototerapi UV selektif, dan fototerapi di rumah.
Sinar ultra violet (UV) adalah radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi

30
dengan panjang gelombang 10-400 nm. Sinar tak tampak ini dibagi dalam tiga
spektrum : UV A (320-400 nm), UV B (290-320 nm), dan UV C (10-190 nm).
Sumber sinar UV dapat sinar matahari atau buatan (karbon, xenon, merkuri,
lampu fluoresen).Fototerapi adalah penggunaan radiasi elektromagnetik non
ionisasi untuk kepentingan pengobatan. Fotokemoterapi adalah fototerapi yang
dikombinasi dengan bahan kimia yang bersifat fotosensitizer seperti psoralen
dalam PUVA. Kombinasi UV B dan UV A lebih baik daripada hanya UV B. UV
A bekerja pada sel Langerhans dan eosinofil, sedangkan UV B mempunyai efek
imunosupresif dengan cara memblokade fungsi sel Langerhans, dan mengubah
produksi sitokin keratinosit.5,6
Penelitian terkontrol mengkonfirmasi UV B dapat membantu kondisi
seperti plak psorisasis kronik, atopik dermatitis, pityriasis rosea, pruritus akibat
gagal ginjal, dll. UVB berguna untuk desinsitisasi pasien dengan fotodermatosis
seperti urtikaria solaris, dan polymorphic light eruption. 6

Terapi laser dan lampu flash


Terapi laser pada penyakit kulit dimasukkan dalam bidang bedah kulit,
dikenal sebagai bedah laser terutama laser dengan energi tinggi (High Power
Laser Therapy) yang bersifat destruktif. Di samping itu terdapat laser dengan
energi rendah (Low Power Laser Therapy) yang bersifat biostimulan, yaitu
stimulasi untuk mempercepat respons fisiologis sel dan jaringan. Kemudian sinar
laser dipakai juga dalam bidang estetika dan kosmetologi kulit, yang berkembang
sangat cepat. 5,6

Radioterapi
Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan radiasi tingkat tinggi
untuk menghancurkan sel-sel kanker. Baik sel-sel normal maupun sel-sel kanker
bisa dipengaruhi oleh radiasi ini. Radiasi akan merusak sel-sel kanker sehingga
proses multiplikasi ataupun pembelahan sel-sel kanker akan terhambat. Sekitar
50-60% penderita kanker memerlukan radioterapi. Tujuan radioterapi adalah
untuk pengobatan secara radikal, sebagai terapi paliatif yaitu untuk mengurangi

31
dan menghilangkan rasa sakit atau tidak nyaman akibat kanker dan sebagai
adjuvant yakni bertujuan untuk mengurangi risiko kekambuhan dari kanker.
Dengan pemberian setiap terapi, maka akan semakin banyak sel-sel kanker yang
mati dan tumor akan mengecil. Sel-sel kanker yang mati akan hancur, dibawa oleh
darah dan diekskresi keluar dari tubuh. Sebagian besar sel-sel sehat akan bisa
pulih kembali dari pengaruh radiasi. Tetapi bagaimanapun juga, kerusakan yang
terjadi pada sel-sel yang sehat merupakan penyebab terjadinya efek samping
radiasi. Radiasi mempunyai efek yang sangat baik pada jaringan yang membelah
dengan cepat.5,6

Hal-hal yang harus diingat pada radioterapi adalah: efek samping yang
terjadi selama radioterapi bisa ditangani, radiasi yang diberikan melalui tubuh
pasien dan tidak tertinggal di dalam tubuh sehingga pasien tidak bersifat
radioaktif, hanya bagian tubuh pada area radiasi yang dipengaruhi dan sel-sel
normal yang terpapar radiasi akan segera memulihkan diri beberapa jam setelah
terkena paparan.5,6

Pengobatan Alternatif dan Komplementer


Pengobatan komplementer adalah pendekatan holistik terhadap diagnosis
dan pengobatan. Banyak terapi dermatologis berkembang dengan cara yang mirip
dengan pendekatan pelengkap dan kemudian divalidasi secara ilmiah. Perhatian
terhadap lingkungan dan dampaknya terhadap pasien adalah prinsip dasar
dermatologi komplementer. Ini berarti organisasi dermatologi dunia kita memiliki
kewajiban untuk berbicara tentang apa yang merugikan kulit, kesehatan, karena
terkait. Pengobatan herbal, suplemen, diet, dan bantuan sistem pencernaan adalah
empat dari intervensi utama yang digunakan dalam dermatologi holistik.5

TERAPI BEDAH
a) Eksisi
Bedah kulit yang paling sering dilakukan adalah biopsi eksisional maupun
insisional untuk mendiagnosis dan atau sekaligus mengobati kelainan kulit. Biopsi

32
kemudian bertambah dengan tindakan eksisi pada bedah kulit yang sangat
berguna dalam mengangkat tumor, kulit, baik yang jinak maupun yang ganas.5

b) Mohs Micrographic Surgery


Mohs micrographic surgery (MMS) adalah metode tepat untuk mengobati
kanker kulit yang menghasilkan tingkat kesembuhan tertinggi dengan konservasi,
kosmesis, dan fungsi maksimal.MMS diindikasikan untuk pengobatan atau kanker
sel basal dan kanker sel skuamosa dan beberapa jenis kanker kulit yang jarang
terjadi. Kemajuan dalam teknik pengolahan dan pewarnaan dan penggunaan
immunostains telah meningkatkan kecepatan dan ketepatan MMS sebagai cara
efektif untuk mengatasi kanker kulit.6

c) Krioterapi
Krioterapi disebut juga cryosurgery adalah suatu tindakan yang tidak
hanya digunakan untuk tumor-tumor eksternal seperti yang ada di kulit, tetapi
akhir-akhir ini juga mulai digunakan untuk tumor-tumor yang ada dalam tubuh,
seperti kanker prostat, kanker hati baik yang primer maupun yang merupakan
metastasis dari tumor lain, kanker tulang, otak dan non small cell lung cancer.
Beberapa ahli bahkan menggabungkan tindakan ini dengan radiasi, operasi dan
terapi hormon. Cara terapi dengan cryotherapy yakni menggunakan CO2snow (dry
ice) atau N2 liquid(-196oC) 5,6

d) Bedah Listrik (Electrosurgery)


Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan
dengan perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik bolak-balik berfrekuensi
tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan secara selektif agar
jaringan parut terbentuk cukup estetis dan aman baik bagi dokter maupun
penderita. Teknik yang dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah :
elektrofulgurasi, elektrodedikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,
elektrolisis, dan elektrokauter.5,6

33
Dermatologi Kosmetik
Kosmetik dan Skin Care
Perawatan kulit nonmedis dan penggunaan produk yg ada di pasaran
mewakili area pertumbuhan utama di kalangan konsumen.Memahami variasi jenis
kulit dengan menggunakan sistem klasifikasi baru memudahkan seleksi pasien
terhadap produk-produk yang ada di pasaran.

Kosmetik dan produk perawatan kulit bisa menjadi sumber berbagai reaksi
buruk termasuk iritasi dan alergi.5

Terapi Laser ablatif, Chemical Peels dan Dermabrasio

Beberapa pendekatan tersedia untuk perawatan photodamage, rhytides,


dan jaringan parut.Pilihan pengobatan yang populer mencakup pelepasan kulit
laser ablatif dan fraksional ablatif dan pengelupasan kimiawi. Pemilihan teknik
yang tepat mensyaratkan bahwa faktor pasien serta risiko dan manfaat prosedur
ditimbang. 5
Penggunaan Kosmetik untuk Laser Non-Ablatif
Berbagai laser danperangkat lainnya dapat digunakan untuk merawat
masalah kulit melalui kosmetik.Photorejuvenation dapat dicapai dengan
perangkat non-ablatif dan perangkat non-ablatif fraksional.Lesi vaskular dan
berpigmen mendapat manfaat dari pengobatan dengan laser yang mampu
melakukan fototermikolisis selektif.Pemilihan pasien dan harapan pasien sangat
penting untuk hasil optimal. Semua tindakan pencegahan keselamatan harus
diikuti selama perawatan. 5

Sedot Lemak (Liposuction)


Liposuction adalah salah satu prosedur kosmetik yang paling sering
dilakukan dan dipraktikkan secara luas oleh ahli bedah dermatologis.Teknik
tumescent anestesi lokal adalah salah satu inovasi terpenting dalam operasi sedot
lemak.Liposuction yang dilakukan dengan anestesi lokal tumesen memungkinkan
pengangkatan sejumlah besar lemak dengan aman dan efektif.Liposuction ditandai
dengan keamanan yang tak tertandingi, pemulihan pasien yang cepat, dan

34
morbiditas pasca operasi yang rendah. Yang penting, sedot lemak telah terbukti
sangat aman dilakukan di tempat kerja, tempat yang disukai untuk prosedur saat
dilakukan oleh ahli bedah kulit. 5,6

Pembesaran Jaringan Lunak (Soft Tissue Augmentation)


Augmentasi jaringan lunak adalah cara terbaik untuk mengembalikan
kontur kepenuhan muda ke wajah yang menua. Prosedur kosmetik yang paling
umum dilakukan dalam praktik dermatologi.Pengisi jaringan lunak bervariasi
dalam umur panjang, potensi alergen, keamanan, dan aplikasinya. Tidak ada
pengisi yang sempurna saat ini, namun pengisi jaringan lunak ideal harus
nonallergenic, noncarcinogenic, nonteratogenic, biocompatible, nonmigratory,
dan terjangkau, dan harus memberikan efek yang dapat direproduksi dan tahan
lama namun dapat dipulihkan. 5,6

Toksin Botulinum
Transplantasi Rambut dan Pengurangan Alopecia
Sebagian besar pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk rambut
rontok memiliki pola kebotakan laki-laki/ Male Pattern Boldness (MPB) atau pola
rambut rontok/Female Hair Loss (FPHL). Teknik bedah yang digunakan untuk
mengatasi kerontokan rambut meliputi transplantasi rambut, pengurangan
alopecia (AR) dan flaps transposisi. Follicular units (FU) adalah blok bangunan
transplantasi rambut modern [unit folikel transplantasi (FUT)]. Keuntungan utama
FUT pada teknik pencangkokan punch lebih tua adalah bahwa hasilnya tampak
alami setelah operasi tunggal. Minoxidil atau finasteride dapat menahan atau
membalik MPB dan FPHL sebagian sehingga percobaan pengobatan sesuai
sebelum operasi, atau bersamaan dengan pembedahan.5

35
BAB III
KESIMPULAN
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya.Kadang diketahui penyebab yang multifaktor atau juga tidak
diketahui dengan pasti.Jadi pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan
menghilangkan atau mengurangi keluhan dan gejala, dan menekan
peradangan.

Pada terapi atau pengobatan kulit, banyak jenis dan bentuk sediaan
obat yang dapat digunakan.Jenis pengobatannya ada yang menggunakan
obat-obatan seperti penggunaan topikal dan sistemik, selain itu dengan
pengobatan fisik seperti tindakan atau operatif, sinar radiasi, sinar laser dan
berbagai macam jenis tindakan dalam pengobatan kulit.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editor. Dermatoterapi. Ilmu Penyakit Kulit


dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2015. p. 342-352
2. Asmara A, Daili SF, Noegrohowati T, Zubaedah I. Vehikulum dalam
dermatoterapi topikal. MDVI. 2012; 39(1): p. 25-35.
3. Yanhendri , Yenny SW. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi.
CDK. 2012 Aug 06; 39(6): p. 423-429.
4. Johan R. Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. CDK-227 Vol. 42
No.4.Dalam:[http://www.kalbemed.com/Portals/6/25Penggunaan
Kortikosteroid TopikalyangTepat.pdf]; 2015.
5. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 8th ed. New York: Mc Graw
Hill Medical; 2012. p. 2643-2076
6. Weller RB, Hunter HJ, Mann MW. Clinical dermatology. 5th ed. Oxford:
Wiley Blackwell; 2015. p. 359-396

37

Anda mungkin juga menyukai