Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI POTENSI AKUIFER AIR TANAH DENGAN

METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER


PADA DAERAH PIYUNGAN BANTUL DIY

Rizal Dhaneswara
115.160.016
Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
rizaldhnswr@gmail.com
Jl. SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

ABSTRAK

Air tanah merupakan kebutuhan pokok sehari-hari manusia. Kebutuhan air yang tinggi
akibat meningkatnya kepadatan penduduk menyebabkan kurangnya daerah resapan air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi letak akufier penyimpan air tanah dibawah
permukaan. Dengan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Schlumberger untuk
mengetahui perbedaan nilai resistivitas batuan. Diperoleh nilai resitivitas semu kemudian
diolah menggunakan software IP2Win untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya,
ketebalan, dan kedalaman setiap lapisan. Serta menggunakan software Golden Strarter 5
untuk pembuatan profil bawah permukaan. Pada penelitian ini diperoleh kedalaman
maksimal 19 m yang tediri dari 4 lapisan. Pendugaan akuifer air tanah terdapat pada
kedalaman antara 9,49m hingga 19 m. Nilai resistivitas akuifer tersebut sangat rendah
sebesar 13 Ωm .Lapisan ini memiliki porositas yang tinggi dengan kandungan air yang
besar.

Kata kunci: Metode geolistrik, Schlumberger, resistivitas, IP2Win, akuifer air tanah

ABSTRACT

Groundwater is a basic daily human need. High water demand due to increased
population density causes a lack of water catchment areas. This study aims to identify the
location of soil water storage beneath the surface. With Schlumberger configuration
resistivity geoelectric method to determine differences in rock resistivity values. Obtained
resistivity value is then processed using IP2Win software to get the true resistivity value,
thickness, and depth of each layer. And using Golden Strarter 5 software for creating
subsurface profiles. In this study obtained a maximum depth of 19 m consisting of 4 layers.
Estimation of groundwater aquifers is at depths between 9.49m to 19m. The resistivity
value of the aquifer is very low at 13 Ωm. This layer has high porosity with a large water
content.

Keywords: Geoelectric method, Schlumberger, resistivity, IP2Win, Groundwater aquifer

1
1. PENDAHULUAN baik secara alamiah maupun akibat
injeksi arus ke dalam bumi. Injeksi arus
Sumber daya air tanah merupakan
listrik ini menggunakan 2 buah
sumber daya utama bagi masyarakat
‘Elektroda Arus’ A dan B yang
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin
ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak
bertambahnya penduduk di suatu daerah
tertentu. Semakin panjang jarak
kebutuhan air tanah akan semakin
elektroda AB akan menyebabkan aliran
meningkat. Dampak dari kepadatan
arus listrik bisa menembus lapisan batuan
penduduk ialah daerah resapan air tanah
lebih dalam.
yang akan berkurang. Hal ini
Dengan adanya aliran arus listrik
menyebabkan tempat penyimpanan air di
tersebut maka akan menimbulkan
bawah permukaan tidak maksimal.
tegangan listrik di dalam tanah.
Kondisi air tanah dapat diketahui dari
Tegangan listrik yang terjadi di
kondisi akuifer. Akuifer ialah lapisan
permukaan tanah diukur
batuan atau formasi geologi bawah
dengan penggunakan multimeter yang
permukaan dengan struktur yang
terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda
memungkinkan air untuk masuk dan
Potensial’ M dan N yang jaraknya lebih
bergerak melaluinya (Tood, 1980).
pendek dari pada jarak elektroda AB.
Diperlukan identifikasi khusus untuk
Bila posisi jarak elektroda AB diubah
mendeteksi keberadaan akuifer di suatu
menjadi lebih besar maka tegangan listrik
daerah.
yang terjadi pada elektroda MN ikut
Pada penelitian ini menggunakan
berubah sesuai dengan informasi jenis
salah satu metode goefisika, yaitu metode
batuan yang ikut terinjeksi arus listrik
geolistrik resistivitas. Metode geolistirk
pada kedalaman yang lebih besar.
resistivitas ialah suatu metode aktif yang
Dengan asumsi bahwa kedalaman
menginjeksikan arus listrik ke tanah
lapisan batuan yang bisa ditembus oleh
kemudian diperoleh beda potensial yang
arus listrik ini sama dengan separuh dari
ditangkap oleh elektroda potensial.
jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
Tujuannya untuk mengetahui perbedaan
digunakan arus listrik DC murni), maka
nilai resitivitas batuan di bawah
diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
permukaan. Survei ini sangat cocok
arus listrik ini berbentuk setengah bola
untuk pendugaan lapisan pembawa air
dengan jari-jari AB/2.
tanah karena resistivitas batuan sangat
sensitif terhadap air.
Dengan prinsip Vertical Electrical
Sounding (VES) dan konfigurasi
Schlumberger dapat diperoleh
permodelan 2 D. Dari permodelan
tersebut dapat diidentifikasi litologi
setiap lapisan berdasarkan perbedaan
resistivitas. Nilai resistivitas ini
dikorelasikan dengan table resistivitas Gambar 1.1. Cara kerja metode geolistrik
Telford (1976). Sehingga diperoleh letak
kedalaman akuifer air tanah yang Metode Geolistrik resistivitas
menjadi target dalam penelitian ini. dilakukan dengan cara menginjeksikan
arus listrik ke permukaan bumi yang
2. DASAR TEORI kemudian diukur beda potensial diantara
Metode geolistrik merupakan salah dua buah elektrode potensial. Metode ini
satu metode geofisika yang mempelajari menganggap bahwa material bumi
sifat aliran listrik di dalam bumi dan memiliki sifat resistif atau seperti
bagaimana cara mendeteksinya di perilaku resistor, dimana material-
permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi materialnya memiliki kemampuan yang
pengukuran potensial, pengukuran arus

2
berbeda dalam menghantarkan arus
listrik.
Berdasarkan pada tujuan
penyelidikan, metode geolistrik tahanan
jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu: Gambar 1.3. Susunan konfigurasi
a. Metode Tahanan Jenis Mapping schlumberger
Metode tahanan jenis mapping
merupakan metode tahanan jenis yang ρ Kelemahan dari konfigurasi
bertujuan untuk mempelajari variasi Schlumberger ini adalah pembacaan
resistivitas bawah permukaan secara tegangan pada elektroda MN adalah lebih
lateral. kecil terutama ketika jarak AB yang
relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur
b. Metode Tahanan Jenis Sounding multimeter yang mempunyai
karakteristik ‘high impedance’ dengan
Metode tahanan jenis sounding akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay
bertujuan untuk mempelajari variasi tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di
resistivitas batuan di bawah permukaan belakang koma. Atau dengan cara lain
bumi terhadap kedalaman. diperlukan peralatan pengirim arus yang
Ilustrasi garis ekipotensial yang mempunyai tegangan listrik DC yang
terjadi akibat injeksi arus ditunjukkan sangat tinggi.
pada dua titik arus yang berlawanan di Sedangkan keunggulan konfigurasi
permukaan bumi (gambar 2) semakin Schlumberger ini adalah kemampuan
besar jarak antar elektroda menyebabkan untuk mendeteksi adanya non-
makin dalam tanah yang dapat diukur. homogenitas lapisan batuan pada
permukaan, yaitu dengan
membandingkan nilai resistivitas semu
ketika terjadi perubahan jarak elektroda
MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada
elektroda MN bisa dipercaya, maka
ketika jarak AB relatif besar hendaknya
jarak elektroda MN juga diperbesar.
Pertimbangan perubahan jarak elektroda
MN terhadap jarak elektroda AB yaitu
Gambar 1.2. Pola aliran dan bidang
ketika pembacaan tegangan listrik pada
Ekipotensial
multimeter sudah demikian kecil,
misalnya 1.0 milliVolt.
Pada konfigurasi Schlumberger Umumnya perubahan jarak MN bisa
idealnya jarak MN dibuat sekecil- dilakukan bila telah tercapai
kecilnya, sehingga jarak MN secara perbandingan antara jarak MN
teoritis tidak berubah. Tetapi karena berbanding jarak AB = 1 : 20.
keterbatasan kepekaan alat ukur, maka Perbandingan yang lebih kecil misalnya
ketika jarak AB sudah relatif besar maka 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat
jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan utama pengirim arus yang mempunyai
jarak MN hendaknya tidak lebih besar keluaran tegangan listrik DC sangat
dari 1/5 jarak AB. besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih,
sehingga beda tegangan yang terukur
pada elektroda MN tidak lebih kecil dari
1.0 milliVolt.
ρ = resistivitas semu
0 = titik yang diukur secara sounding

3
AB = spasi elektroda arus (m)
MN = spasi elektroda potensial (m),
dengan syarat bahwa MN < 1/5 AB
K = faktor geometri
Parameter yang diukur :
1. Jarak antara stasiun dengan elektroda-
elektroda (AB/2 dan MN/2)
2. Arus (I)
3. Beda Potensial (∆ V)
Parameter yang dihitung :
1. Tahanan jenis (R)
2. Faktor geometri (K)
3. Tahanan jenis semu (ρ)

3. METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan di daerah


Piyungan Bantul pada tanggal 22
Agustus 2018 dengan alat resistivity
meter Oyo McOhm. Konfigurasi yang Gambar 3.2. Diagram Alir
digunakan ialah konfigurasi
Schlumberger Vertical Electrical Diagram pengolahan data
Sounding (VES). Pengolahan data merupakan seluruh rangkaian atau
menggunakan software IP2Win dan
urutan pengolahan data dari awal
profil bawah permukaan dengan Golden
Strater 5. Lintasan pengukuran berupa input data sampai dihasilkan
sepanjang 120 m untuk elektroda arus profil bawah permukaan. Berikut ini
dan 10 m untuk elektroda potensial. merupakan urutan secara rinci
rangkaian pengolahan data:
1. Input data lapangan ke Microsoft
Excell untuk menghitung nilai
hambatan, K, dan Rho.
2. Langkah selanjutnya input nilai
AB/2, MN, dan Rho ke software
IP2Win.
3. Melakukan permodelan curve
matching untuk memperoleh jumlah
lapisan, kedalaman, ketebalan dan
nilai resistivitas.
4. Kemudian membuat profil bawah
Gambar 3.1. Alat Metode Geolistrik
permukaan dengan Strater
Alat-alat yang digunakan dalam berdasarkan data tabel hasil curve
penelitian ini adalah: matching.
1. Alat Resistivitymeter OYO-McSeis 5. Melakukan interpretasi litologi
2. 2 buah kabel Elektroda Arus setiap lapisan hasil dari profil bawah
3. 2 buah kabel Elektroda Potensial permukaan 1D.
4. Accu 220 volt
5. Kompas Geologi
6. Palu
7. Meteran

4
4. HASIL DAN PEMBAHASAN resistivitas tinggi dengan struktur relatif
massif dan porositas yang buruk. Pada
Pada pengolahan menggunakan lapisan ketiga dengan kedalaman 5,99 m
IP2Win dilakukan kontrol data dengan sampai 9,49 m dan ketebalan lapisan
cara menghapus 2 titik pengukuran. sebesar 3,5 m. Memiliki nilai resistivitas
Sehingga pada pengolahan ini 202 Ωm. Nilai rho relatif turun karena
menggunakan 16 data. Hal ini dilakukan diindikasikan terdapat rekahan pada
karena 2 titik tersebut tidak sesuai dengan lapisan ini. Sehingga terdapat celah untuk
trendline dari curve matching. jalannya air ke bawah permukaan. Untuk
lapisan keempat dengan kedalaman 9,49
m hingga 19 m memiliki ketebalan
lapisan sebesar 9,53 m. Lapisan ini
memilikki resistivitas rendah bernilai
13,4 Ωm. Lapisan yang diperkirakan
berfungsi sebagai akuifer dangkal.

Gambar 4.1. Curve Matching

Gambar 4.2. Tabel Hasil Curve


Matching

Pada gambar 4.2 merupakan curve


matching hasi pengolahan software
IP2Win. Permodelan tersebut mencapai
error 15,2 %. Diperoleh data berupa nilai
rho, ketebalan (h), dan kedalaman (d)
pada gambar 4.2. Dari hasil permodelan
curve matching tersebut diperoleh 4
lapisan. Lapisan pertama berada pada
kedalaman 0 sampai 1,08 m dengan Gambar 4.3. Profil Lapisan Bawah
ketebalan 1,08 m yang merupakan Permukaan
lapisan top soil atau lapukan. Nilai
resitivitasnya sebesar 353 Ωm. Untuk Diperoleh hasil profil bawah
lapisan kedua memiliki kedalaman 1,08 permukaan yang diolah menggunakan
m sampai 5,99 m. Ketebalannya sebesar software Strater. Menggambarkan
4,91 m dengan nilai true resistivitas litologi bawah permukaan daerah
bernilai 1110 Ωm. Memiliki nilai penelitian beserta ketebalan setiap

5
lapisan. Kedalaman maksimal yang hingga 19 m. Nilai rho yang kecil
diperoleh sebesar 19 m. Pada gambar 4.3 sebesar 13,4 Ωm menandakan
dapat dilihat dominasi batuan breksi lapisan ini terdapat kandugan air
dengan nilai resistivitas yang relatif yang cukup banyak dengan
tinggi. porositas yang tinggi.
Lapisan topsoil berupa batuan breksi
yang mengalami pelapukan dengan
kedalaman berkisar antara 1,08 m. 5. SARAN
Akibat pelapukan ini menyebabkan nilai
rho tidak terlalu tinggi sebesar 353 Ωm. Setelah dilakukannya pengolahan
Untuk lapisan dibawahnya berupa breksi data dan pembuatan profil bawah
yang masih segar dengan ketebalannya permukaan pada penelitian ini penulis
sebesar 4,91 m. Nilai rho yang tinggi memberi saran berupa ketika melakukan
yaitu 1110 Ωm akibat struktur yang pengolahan data harus teliti saat
relatif massif dengan porositas yang perhitungan serta menentukan litologi
rendah sehingga tidak terisi oleh air. lapisan. Ketika melakukan akusisi di
Lapisan ini tidak konduktif terhadap arus lapangan harus cermat melakukan
listrik sehingga nilai hambatannya tinggi. kontrol data. Selain itu dapat
Pada lapisan ketiga masih sama memperbanyak referensi tentang dasar
dengan lapisan diatasnya tetapi memliki geologi agar saat interpretasi data
rekahan yang cukup banyak. Sehingga air hasilnya akan optimal. Juga dapat data
dapat melewati lapisan ini melalui lain untuk menunjang saat melakukan
rekahan tersebut. Sehingga lapisan interpretasi.
ketiga memiliki porositas dengan nilai
rho sebesar 202 Ωm. Lapisan keempat
diindikasikan berupa akuifer air tanah DAFTAR PUSTAKA
karena memiliki nilai resistivitas yang
[1]Locke, M. H. 2004. 2D and 3D
rendah yaitu 13,4 Ωm. Adanya akuifer ini
Electrical Imaging Surveys.
akibat rekahan rekahan tempat
England: Birmingham University
mengalirnya air pada lapisan diatasnya.
[2]Telford, W. M., Goldrat, L. P., dan
Kedalaman akuifer ini berkisar antara
Sheriff, R. P. 1976. Applied
9,49 m hingga 19 m.
Geophysics 1nd ed. Cambridge:
Cambridge University Pres
[3]Widodo, J. dan Halik, G. 2008.
5. KESIMPULAN
Pendugaan Potensi Air Tanah
Setelah dilakukan penelitian dengan Dengan Metode Geolistrik
metode geolistrik konfigurasi Konfigurasi Schlumberger Di
Schlumberger diperoleh beberapa Kampus Tegal Boto Universitas
kesimpulan yaitu: Jember. Jember: Laboraturium
Hidroteknik Fakultas Teknik
1. Pada penelitian ini diperoleh 4 Jurusan Sipil Unej
lapisan di bawah permukaan dengan
kedalaman maksimal mencapai 19m
2. Lapisan pertama berupa topsoil
berupa breksi yang lapuk dengan
nilai rho sebesar 353 Ωm.
3. Untuk lapisan kedua memiliki nilai
rho paling tinggi sebesar 1110 Ωm
yang diinterpretasikan berupa breksi
segar.
4. Akuifer air tanah diperkirakan
terdapat pada kedalaman 9,49 m

Anda mungkin juga menyukai