RAYON PERTANIAN
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah S.W.T, karena berkat-
Nyalah yang telah memberikan akal sehat kepada kita. Sehingga kita dapat
menggunakan akal ini untuk senantiasa kita gunakan dalam menuntut ilmu
pengetahuan.
Sebagai kata pengantar dari makalah ini yang menjadi salah satu syarat
peserta dalam mengikuti SAS (sekolah analisis sosial), saya sangat mengapresiasi
acara ini sebagai wadah bagi kader dalam mengikuti berbagai kegitan kaderisasi
yang ada di PMII. Ada banyak judul yang bisa kita angkat dalam membuat
makalah ini (syarat peserta SAS). Namun melihat kondisi-kondisi hangat seputar
suku anak dalam, penulis coba mengangkat permasalahan sosial yang terjadi yaitu
marginalisasi orang rimba di provinsi jambi.
Ihdinashirothol mustaqim
Wassalamualaikum Wr.Wb
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian masalah sosial
2. Untuk mengetahui permasaahan apa saja yang timbul ketika menjelang
pilpres
3. Menemukan solusi yang dilakukan pihak yang berkepentingan menjelang
pilpres
BAB II
PEMBAHASAN
1
Samuel Koenig, Man and Society, the Basic Teaching of Sosiology, (New York : Barners & Noble Inc.
1957), hlm. 302
2
Robert A. Nisbet “The Study of Social Problems” dalam cotemporary Social Problems and Introduction to
The Sociology of Deviant Behaviour and Social Disorganization, (New York-Chicago-Burliname: Robert K.
Merton dan Robert A. Nisbet, Harcourt Brace & World Inc, 1961), hlm. 12
mempelajari masalah sosial seperti kejahatan, konflik antarras, kemiskinan,
perceraian, pelacuran, delinkuensi anak-anak dan seterusnya. Hanya dalam hal
ini, sosiologi bertujuan untuk menemukan sebab-sebab terjadinya masalah
sosiologi tidak berlaku menekankan pada pemecahan atau jalan keluar dari
masalah-masalah tersebut. Karena usaha-usaha untuk mengatasi masalah sosial
hanya mungkin berhasil apabila didasarkan pada kenyataan serta latar
belakangnya, sosiologi dapat pula ikut serta membantu mencari jalan keluar
yang mungkin dianggap efektif.3
Semula para sosiolog tidak menaruh perhatian pada masalah sosial
tersebut.4 Kemudian, ada pula yang berpendapat bahwa aspek tersebut bukan
bagian merupakan dari teori sosiologi. Akan tetapi, dengan meningkatnya
perhatian terhadap dinamika masyarakat, timbul pendapat bahwa masalah
sosial merupakan bagian sosiologi. Sebenarnya masalah sosial yang merupakan
hasil dari proses perkembangan masyarakat. Artimya, problema tadi memang
sewajarnya timbul apabila tida diinginkan adanya hambatan-hambatan
terhadap penemuan-penemuan baru atau gagasan baru. Banyak perubahan yang
yang bermanfaat bagi masyarakat, walaupun mungkin mengakibatkan
kegoncangan-kegoncangan terutama apabila perubahan berlangsung cepat dan
bertubi-tubi. Dalam jangka waktu masyarakat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan, timbullah masalah sosial, sampai unsur-unsur
masyarakat berada dalam keadaan stabil kembali. Masalah sosial merupakan
akibat interaksi sosial anatara individu, antara individu dengan kelompok atau
antar kelompok. Interaksi sosial berkisar pada ukuran adat istiadat, tradisi dan
ideologi yang ditandai dengan suatu proses sosial yang disosiatif.
3
Prof. Dr. Soerjono Soekanto & DRA. Budi Sulistyowati, MA. SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 311
4
Gillin dan Giliin menamakannya social pathology; lihatlah dalam Cultural Sociology, a Revision of an
Introduction to Sociology, (New York: The Macmillan Company, 1964), hlm. 739
2017 bahwa : “perpolitikan di Indonesia semakin tidak dapat diprediksi.
Dengan semakin meningkatnya isu Agama di Indonesia-yang seringkali
dikaitkan dengan isu politik-dan lemahnya perekonomian, nampaknya sulit
untuk memprediksi apakah jokowi akan kembali menjadi Presiden pada
pemilihan umum tahun 2019. Hal ini menunjukan bahwa pertarungan di 2019
akan seketat pertarungan kepresidenan di tahun 2014”
Berdasarkan kutipan berita diatas, kepentingan politik yang
menggunakan isu Agama sudah pasti akan berpengaruh terhadap tatanan sosial.
Karena, Agama merupakan salah satu sumber hukum yang terdapat di
masyarakat yang berada dalam tatanan sosial. Oleh karena itu kepentingan
politik yang memanfaatkan isu agama juga akan berimplikasi pada umat yang
memeluk agama tertentu.
Masih mengutip dari sumber berita yang sama : “..dengan senyum penuh
semangat dan hanya beberapa helai janggut di dagunya, Ibrahim berusia
30tahun seorang peserta protes di Jakarta, tidak nampak seperti peserta yang
rusuh. Namun pada tanggal 29 september lalu, ia dan puteranya yang berusia 4
tahun, Alid, yang membawa bendera dengan tulisan ayat-ayat Al-Quran,
bergabung dengan ribuan kelompok Islam garis keras lainnya untuk melakukan
protes terhadap pemerintah. Apa yang mereka khawatirkan? Komunisme dan
Kriminalisasi terhadap Islam di negara dengan populasi Muslim terbesar di
dunia tersebut”.
Menyambung, “...setelah dipikir kembali, ia juga melawan kapitalisme,
Ibrahim (30Thn) berucap: tidak ada distribusi kekayaan, sehingga mereka
yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Ibrahim mungkin
memiliki gagasan yang tidak pasti mengenai alasan ia melakukan protes.
Namun ideologinya yang masih buram tersebut juga dapat memberikan
ancaman terhadap Jokowi yang akan mencalonkan diri di pilpres 2019”.
Berdasarkan kasus kasus diatas, permasalahan yang timbul akibat
kepentingan politik ini memang berimplikasi pada tatanan masyarakat secara
kompleks. Mulai dari Agama, ekonomi dan juga Ideologi yang terdapat dalam
masyarakat. Oleh sebab itu harus ada solusi dalam mengatasi permasalahan ini.
2.3 SOLUSI
Dari contoh permasalahan yang dipaparkan di poin sebelumnya.
Tentunya ada suatu langkah-langkah solusi yang bisa ditempuh. Karena jika
permasalahan tersebut terus berlarut akan semakin membuat parah tatanan
sosial dalam masyarakat. Permasalahan yang ada dianggap suatu konflik dapat
diatasi dengasalah satunya menggunakan media.
Intervensi Mediator, Intervensi artinya mediator memasuki sistem
hubungan konflik, berada diantara pihak-pihak yang terlibat konflik secara
imparsial untuk mengubah kekuasaan, pola pikir, kepercayaan dan dinamika
konflik dengan cara memberikan informasi agar terjadi negosiasi yang lebih
baik sehingga tercapai sebuah kesepakatan. Oleh karena melakukan intervensi,
mediator disebut juga sebagai intervetor. Dalam intervensi, mediator berfungsi
sebagai fasilitator bukan sebagai pengambil keputusan.5
Di era milenial sekarang ini peran media ataupun sosial media memilik
peran penting dalam mengubah pola pikir masyarakat. Namun pemanfaatan
media juga bisa berdampak positif dan negatif, tergantung kita
menggunakannya. Dampak positif yang bisa dimanfaatkan adalah media
sebagai fasilitas pengatur konflik.
Dilansir dari TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA senin, 16 april 2018
WIB “menjelang pilpres 2019, sangat perlu menyusun strategi dan pelaksanaan
literasi media digital didunia maya secara masif, sistematis, berkesinambungan,
dan efektif diseluruh tanah air. Demikian menurut Pakar Komunikasi
Universitas Pelita Harapan(UPH) Emrus Sihombing Kepada Tribunnews.com”.
Adapun materi Literasi media digital dunia maya, antara lain :
1. Kenali ciri-ciri hoax, ujaran kebencian dan eksploitasi SARA.
2. Kiat menulis pendapat, informasi dan berita yang tidak bertentangan
dengan UU ITE
3. Etika komunikasi di ruang publik
4. Dampak hoax dan eksploitasi SARA pada masyarakat dan budaya
5. Kecerdasan menggunakan sosial media
5
Wiraman, KONFLIK DAN MANAJEMEN KONFLIK, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009) hlm. 200
6. Keceerdasan mebuat release untuk sosial media
7. Kecerdasan menganalisis isi website
8. Kemampuan untuk membuat weblog dan mengisi konten multimedia
9. Teknik produksi konten video dengan kamera Smartphone yang
Produktif
10. Menguasasi penggunaan aplikasi editing video dan foto
Menyambung “...Perang konten politik melalui berbagia sosial media
yang sangat tidak produktif itu, sudah menjadi realitas komunikasi politik di
ruang publik pada tahun-tahun politik di Indonesia. Merujuk pada realitas
komunikasi politik yang sedang terjadi saat ini, menimbulkan pertanyaan
mendasar, apakah masyarakat pengguna sosial media sudah siap menyaring,
memilah, memahami isi perang konten yang dimainkan oleh para elite politik
melalui sosial media digital dunia maya?” Senin, 16 April 2018-
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kajian sosilogi yang membahas tentang permasalahan sosial pada
mulanya ada bukan untuk mememukan solusi untuk mengatasinya. Namun
dalam perkembangan keilmuan dan sifat manusia yang dinamis mengalami
pendapat baru bahwa dalam sosiologi juga bisa ditemukan suatu solusi dalam
permasalahan sosial dalam masyarakat. Hal ini yang menyebabkan ada
perbedaan pendapat diantara ilmuan.
Permasalahan sosial begitu kompleks, apalagi di era milenial dengan
maraknya penggunaan media ataupun sosial media. Media sebagai wadah
proses ruang publik juga bisa berdampak positif maupun negatif karena
media juga adalah alat kepentingan. Sebagai alat kepentingan media bisa
mengubah pola pikir masyarakat dengan informasi yang diberikan.
Sebagai alat kepentingan juga, media bisa digunakan sebagai media
pengatur konflik. Gelar-gelar menuju pilplres 2019 pun tidak lepas dari peran
media. Bagaimana media ini bisa berdampak positif ataupun negatif
tergantung pada individu atau kelompok yang bijak menggunakan media.
3.2 SARAN
Prof. Soerjono Soekanto & DRA. Budi Sulistyowati, MA. SOSIOLOGI SUATU
PENGANTAR. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.