Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015),


jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak
12.740.265 jiwa, jumlah ini tergolong besar dan membuktikan bahwa
angka harapan hidup lansia di Indonesia semakin tinggi. Khususnya di
Aceh, menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (2015), jumlah lansia
saat ini dengan rentang usia lebih dari enam puluh lima tahun mencapai
188.100 jiwa dan diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya.
Meningkatnya jumlah populasi lansia dapat menyebabkan berbagai
masalah yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lansia. Semakin
lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun
sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya.
Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain. Disamping itu, kebutuhan psikologis pada
lanjut usia juga harus diperhatikan, seperti kebutuhan rasa nyaman bagi
diri sendiri serta rasa nyaman terhadap lingkungan. (Tamher &
Noorkasiani,2009).

Masalah yang paling serius terjadi di kalangan masyarakat adalah


pengabaian pada lansia. Menurut laporan Administration of aging (1998),
pengabaian pada lansia di Amerika meliputi perlakuan pengabaian sebesar
49%, kekerasan emosional 26% dan lansia ditinggalkan sendiri sebesar
3%. Hal ini termasuk salah satu masalah yang sulit untuk diidentifikasi
karena berbagai alasan dalam masyarakat. Kemungkinan lansia yang
mengalami pengabaian tidak berani untuk menuntut haknya karena takut
akan penganiayaan dan takut ditinggalkan dipanti (Stockslager &
Schaeffer, 2007).
Menurut Swagerty, Takahashi dan Evans (dikutip dari Mezey,
2007), pengabaian adalah kegagalan yang dilakukan oleh pemberi
perawatan pada lansia untuk memberikan pelayanan yang baik atau
mempersiapkan segala sesuatu yang lansia butuhkan untuk mencapai
fungsi optimal dan menjauhi dari sesuatu yang membahayakan. Menurut
Blais, dkk, (2006) ; Maas, dkk, (2011), pengabaian terbagi kepada tiga
jenis, diantaranya pengabaian fisik, pengabaian psikologis, serta
pengabaian finansial (Stockslager & Schaeffer,2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pengabaian pada lansia?
2. Apa saja kategori pengabaian?
3. Apa saja karakteristik pengabaian?
4. Apa tanda dan gejala pengabaian pada lansia?
5. Apa factor yang mempengaruhi pengabaian?
6. Apa saja bentuk pengabaian dalam keperawatan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan tentang pengabaian pada lansia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengabaian pada lansia
2. Untuk mengetahui kategori pengabaian
3. Untuk mengetahui karakteristik pengabaian
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pengabaian pada lansia
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengabaian
6. Untuk mengetahui bentuk pengabaian dalam keperawatan
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang pengabaian pada lansia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengabaian Pada Lansia


2.1.1 Pengertian
Pengabaian adalah kegagalan pemberian pelayanan dalam
menyediakan dengan baik atau kegagalan dalam memerikan pelayanan
yang menimbulkan kondisi bahaya fisik, mental atau menimbulkan
sakit mental, seperti meninggalkan lansia, menolak memberi makan
atau menyiapkan makan ataupun pelayanan yang berhubungan dengan
kesehatan (Maurier & Smith, 2005). Selanjutnya Maurier dan Smith
menyatakan kegagalan dalam pemberian pelayanan yang adekuat dan
kenyamanan pada lansia merupakan perlakuan pengabaian pada lansia.
Pengabaian termasuk kondisi yang dilakukan dengan sengaja atau
tidak sengaja, ketika lansia memerlukan makanan, pengobatan atau
pelayanan pada lansia tidak dilakukan.meninggalkan lansia sendirian
merupakan bentuk pengabaian. Tidak menyiapkan pelayanan pada
lansia sebagai tindakan hukuman untuk lansia yang dilakukan oleh
seseorang juga merupakan bentuk pengabaian pada lansia (Mauk,
2010).

2.1.2 Kategori pengabaian

Menurut Burke dan Laramie (2000) pengabaian dibagi 2, yaitu;


1. Pengabaian aktif
Penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan melakukan
kewajibannya yang dilakukan dengan sadar dan sengaja sehingga
menyebabkan pederitaan fisik dan distress emosional pada lansia.
2. Pengabaian pasif
Penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan melakukan
kewajiban dalam memenuhi kebutuhan lansia tanpa adanya unsur
kesengajaan tetapi menimbulkan distress fisik dan emosional pada
lansia.

2.1.3 Karakteristik Pengabaian

Berdasarkan peneltian yang dilakukan Acierno (2009) tentang


kejadian pengabaian, beberapa hal yang merupakan kebutuhan spesifik
untuk mengidentifikasi kejadian pada lansia yaitu transportasi,
kebutuhan makan dan obat, kegiatan menyiapkan makanan/memasak,
aktifitas makan, aktifitas mengambil obat, membersihkan
rumah/kegiatan rumah lainnya, berpindah tempat, berpakaian, mandi
dan membayar daftar tagihan.
Menurut Stevenson (2008) kriteria untuk kejadian pengabaian
berfokus pada kelalaian dalam memberikan pelayanan dalam
memenuhi kebutuhan dasar pada lansia. Selanjutnya Stevenson
menyatakan efek dari pengabaian tersebut dapat dilihat pada adanya
kondisi malnutrisi yang merupakan kondisi physical neglect.
Pengabaian merupakan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi tubuh
lansia seperti adanya kondisi meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi,
cairan dan kebersihan diri pada lansia.
Menurut Springhouse (2002) beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
pada lansia untuk mengidentifikasi adanya kondisi pengabaian.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:
1. “apakah anda sering ditinggal sendiri?”
2. “apakah seseorang tidak memberikan bantuan atau tidak
memberikan pelayanan saat anda membutuhkan bantuan?”
3. “apakah seseorang tidak menyiapkan kebutuhan finansial
anda?”
Bila lansia menjawab ya berarti lansia berisiko untuk mengalami
kondisi pengabaian di masa yang akan datang.
2.1.4 Tanda dan Gejala Pengabaian pada lansia

Menurut Mauk (2010) tanda-tanda adanya bentuk perlakuan


pengabaian pada lansia antara lain:
1. Terlambat dalam melakukan pengobatan
2. Dehidrasi, malnutrisi, ulkus decubitus, atau kondisi kebersihan
kurang
3. Perubahan dalam pemberian pelayanan kesehatan
4. Kehilangan alat bantu seperti gigi palsu, kacamata,alat bantu
dengar serta alat bantu lainnya.
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian pengabaian pada lansia ditemukan pada seluruh tingkat
sosial ekonomi dan pada seluruh tingkat pendidikan (Maurier &
Smith,2005). Pengabaian dipengaruhi oleh faktor yaitu individu hidup
dalam jangka waktu yang lama sehingga membutuhkan pelayanan
dalam jagka waktu yang lama, terjadinya peningkatan ketergantungan
lansia pada keluaga sebagai pemberi pelayanan (Murray & DeVos,
1997 dalam Burke & Laramie, 2000). Selanjutnya Burke dan Laraime
menyatakan pengabaian pada lansia dapat diidentifikasi sumber
penyebab kejadiannya.
1. Sumber penyebab pada lansia
Kondisi pada individu lansia karena ketergantungan pada
orang lain dalam mendapatkan pelayanan, membuat lansia berisiko
mendapatkan perlakuan pengabaian ataupun perlakuan lainnya
(Stanhope & Lancaster, 2004)
Lansia dengan ketergantungan tinggi berisiko tinggi untuk
mengalami perlakuan pengabaian (Mauk, 2010). Lansia dengan
tingkat ketergantungan yang tinggi dalam mendapatkan pelayanan,
memicu kondisi stress sehingga menjadi penyebab dan kesempatan
bagi lanisa untuk mendapatkan perlakuan pengabaian dan
eksploitasi (Maurier & Smith, 2005).
Faktor risiko yang lain yang dapat memicu kejadian bentuk
pengabaian pada lansia yaitu adanya isolasi sosial dan demensia
pada lansia. Sebagian besar kejadian pengabaian tidak dilaporkan.
Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan yang berkaitan dengan
perubahan memori yang dialami oleh lansia. Pada beberapa kasus
bentuk pengabaian pada lansia, terjadi pada lansia dalam kondisi
demensia (Maurier & Smith, 2005).

2. Sumber penyebab pada keluarga


Faktor yang dapat menjadi indikator sehingga pemberi
pelayanan berisiko untuk melakukan atau menjadi pelaku
pengabaian yaitu adanya penurunan kesehatan fisik, kerusakan
kognitif, gangguan emosi atau sakit jiwa, penurunan harapan,
ketergantungan secara emosional dan finansial pada penerima
pelayanan, mendapatkan bentuk perlakuan kekerasan pada masa
anak-anak, khususnya lansia pernah sebagai pelaku kekerasan,
isolasi sosial dan kurangnya system pendukung, adanya konflik
dengan individu lansia. Hal ini dapat menimbulkan stress pada
pemberi pelayanan (Burke & Laramie, 2000)
Faktor beban yang dipikul keluarga, dimana keluarga
bertanggungjawab untuk dua generasi yaitu orang tua dan anak.
Hal ini disebabkan karena adanya beban pekerjaan, melakukan
pelayanan pada anak dan orang tua dapat menjadi pemicu
terjadinya perlakuan pengabaian pada lansia (Maurier & Smith,
2005). Pelaku pengabaian pada lansia yang dilakukan oleh anngota
keluarga dapat juga disebabkan oleh stress karena adanya kesulitan
dalam hal finansial dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
(Mauk, 2010).
Sebagian besar bentuk perlakuan pengabaian dan kekerasan pada
lansia dilakukan oleh anak dewasa ataupun pasangan lansia
(Maurier & Smith, 2005: Meiner & Lueckonette, 2006)
2.1.6 Bentuk Pengabaian Dalam Keperawatan

Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan


kelalaian dalam keperawatan diantaranya yaitu (Kozier, 2009) :
1. Kesalahan pemberian obat
Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan begitu
banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang
bervariasi. Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya kegagalan
membaca label obat, kesalahan menghitung dosis obat, obat
diberikan kepada pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan
konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan
tersebut akan menimbulkan akibat yang fatal, bahkan
menimbulkan kematian.
2. Mengabaikan Keluhan Pasien
Termasuk perawat dalam melalaikan dalaM melakukan observasi
dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja keluhan
pasien menjadi data yang dapat dipergunakan dalam menentukan
masalah pasien.
3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien
Kemungkinan terjadi pada situasi RS yang cukup sibuk, sehingga
kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan.
4. Kelalaian di ruang operasi
Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat kesehatan yang
tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian
perawat, dimana peran perawat di kamar operasi harusnya mampu
mengoservasi jalannya operasi, kerjasama yang baik dan terkontrol
dapat menghindarkan kelalaian ini.
5. Timbulnya Kasus Decubitus selama dalam perawatan
Kondisi ini muncul karena kelalaian perawat, kondisi ini sering
muncul karena asuhan keperawatan yang dijalankan oleh perawat
tidak dijalankan dengan baik dan juga pengetahuan perawat
terdahap asuhan keperawatan tidak optimal.
6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien
Contoh yang sering ditemukan adalah kejadian pasien jatuh yang
sesungguhnya dapat dicegah jika perawat memperhatikan
keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit memiliki
aturan tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk mencegah hal
ini.

2.2 Asuhan Keperawatan Pengabaian pada Lansia

Nama Wisma : Panti Jompo Cinta Orang Tua

Tanggal Pengkajian : 06 Desember 2016, Pkl 08.30 WIB

2.2.1. Pengkajian
2.3a. Identitas Klien
Nama : Ny. ” J”
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Kec. Suka Damai
Tanggal datang : 04 Desember 2016 PKL 10.00
wib
Lama tinggal di panti : 2 hari

2.4b. Data Keluarga


Nama : Tn . “A”
Hubungan : Anak kandung
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kec. Suka Damai

2.5c. Status Kesehatan Sekarang


Klien terlihat tidak semangat dan bergairah, lebih banyak
menghabiskan waktunnya di dalam kamar. Klien lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat tidur.

d. Keluhan Utama

e. Klien beranggapan bahwa dirinya sudah tua dan hanya merepotkan


serta menjadi beban bagi anak dan menantunya, nyeri pada luka
memar dan lebam pada kedua siku dan kedua lutut klien.

f. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan


Tidak ada.

2.6g. Age Related Changes (Perubahan Terkait Proses Menua)


Fungsi fisiologis
a) Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : 
Perubahan BB : 
Perubahan nafsu makan : 
Masalah tidur : 
Kemampuan ADL : Mandiri
Keterangan : Klien terlihat lelah, tidak ada perubahan BB, klien makan
2x sehari.

b) Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : 
Pruritus : 
Perubahan pigmen : 
Memar : 
Pola penyembuhan lesi : - -
Keterangan : Ada luka memar dan lebam pada
kedua siku dan kedua lutut klien.

c) Hematopoetic

Ya Tidak
Perdarahan abnormal : 
Pembengkakan kel limfe : 
Anemia : 
Keterangan : Tidak ada keluhan

d) Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : 
Pusing : 
Gatal pada kulit kepala : 
KETERANGAN : Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak
terdapat benjolan, bentuk tengkorak simetris, dengan bagian frontal
menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap kebelakang, kulit
kepala tidak mengalami peradangan, gatal-gatal, tumor, maupun bekas
luka. Klien tidak mengeluh sakit kepala

e) Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan : 
Pakai kacamata : 
Kekeringan mata : 
Nyeri : 
Gatal : 
Photobobia : 
Diplopia : 
Riwayat infeksi : 
Keterangan : Hasil visus mata klien normal, klien tidak memakai
kaca mata, tidak ada kekeringan mata, tidak ada nyeri, tidak ada
gatal-gatal, tidak ada photobobia, tidak ada diplopia dan tidak ada
riwayat infeksi.

f) Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : 
Discharge : 
Tinitus : 
Vertigo : 
Alat bantu dengar : 
Riwayat infeksi : 
Kebiasaan membersihkan : 
Dampak pada ADL : Klien tidak ada gangguan
keseimbangan dan tidak mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi.
Keterangan : Tidak ada keluhan

g) Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : 
Discharge : 
Epistaksis : 
Obstruksi : 
Snoring : 
Alergi : 
Riwayat infeksi : 
Keterangan : Tidak ada keluar cairan / sekret
dari hidung, tidak ada mimisan, tidak ada sumbatan,
tidak ada ngorok / snoring, dan tidak ada alergi serta
tidak ada riwayat infeksi

h) Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : 
Kesulitan menelan : 
Lesi : 
Perdarahan gusi : 
Caries : 
Perubahan rasa : 
Gigi palsu : 
Riwayat Infeksi : 
Pola sikat gigi : 3x sehari (setelah mandi dan
sebelum tidur malam)
Keterangan : Tidak ada keluhan

i) Leher
Ya Tidak
Kekakuan : 
Nyeri tekan : 
Massa : 
Keterangan : Setelah dilakukan inspeksi, palpasi, dan
teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan leher
secara terkoordinasi tanpa gangguan.
j) Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : 
Nafas pendek : 
Hemoptisis : 
Wheezing : 
Asma : 
Keterangan : Tidak ada keluhan

k) Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : 
Palpitasi : 
Dipsnoe : 
Paroximal nocturnal : 
Orthopnea : 
Murmur : 
Edema : 
Keterangan : Tidak ada keluhan

l) Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : 
Nausea / : 
vomiting
Hemateemesis : 
Perubahan nafsu : 
makan
Massa : 
Jaundice : 
Perubahan pola : 
BAB
Melena : 
Hemorrhoid : 
Pola BAB : Klien BAB 1 – 2 hari sekali
Keterangan :Setelah dilakukan pemeriksaan fisik
abdomen normal, dan simetris. makan 2x sehari, tidak ada
perubahan BB.

m) Perkemihan

Ya Tidak
Dysuria : 
Frekuensi : 4 – 5 x sehari
Hesitancy : 
Urgency : 
Hematuria : 
Poliuria : 
Oliguria : 
Nocturia : 
Inkontinensia : 
Nyeri berkemih : 
Pola BAK : Bila kencing selalu tuntas, tidak ada
rasa sakit atau gangguan lainnya
Keterangan : Tidak ada keluhan

n) Reproduksi

Ya Tidak
Lesi : 
Discharge : 
Postcoital bleeding : 
Nyeri pelvis : 
Prolap : 
Riwayat menstruasi : Klien sudah mengalami menopouse
Aktifitas seksual :
Pap smear :
Keterangan : Tidak ada masalah, klien sudah
menopouse dan suami klien telah
meninggal

o) Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : 
Bengkak : 
Kaku sendi : 
Deformitas : 
Spasme : 
Kram : 
Kelemahan otot : 
Masalah gaya berjalan : 
Nyeri punggung : 
Pola latihan : Kurang
Dampak ADL : Tidak ada yang mengganggu
ADL
Keterangan : Klien mengalami nyeri pada
lutut dan siku akibat
terjatuh, namun klien masih
dapat melakukan ADL
secara mandiri.
p) Persyarafan
Ya Tidak
Headache : 
Seizures : 
Syncope : 
Tic/tremor : 
Paralysis : 
Paresis : 
Masalah memori : 
Keterangan : Tidak ada keluhan

h. Additional Risk Factor


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang
mempengaruhi kondisi saat ini :
Klien baru dua hari di panti, klien dibawa oleh anaknya karena
menantunya merasa tidak kuat merawatnya dirumah. Menantu
Ny.J merasa jengkel karena Ny. J telah merusak baju
kesayangannya dan membuat cucunya diare dan jatuh sakit,
menantu Ny.J merasa Ny.J hanya merepotkan dan meminta
suaminya membawa Ny. J ke panti jompo. Sebelumnya saat
dirumah Ny.J sering mendapatkan kata-kata yang kasar dan juga
diminta membantu pekerjaan rumah dan merawat cucunya.

i. Negative Functional Consequences


a. Kemampuan ADL : skor 100 yaitu mandiri
b. GDS : skor 9 yaitu depresi
c. Status Nutrisi : 2 yaitu Good

j. Hasil pemeriksaan Diagnostik :


Jenis
Tanggal
No pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan
Diagnostik
1 TTV 07 Nov 2016 S : 36,50 C,
RR : 20x/menit,
TD : 140/90 mmHg,
N : 88x/menit,
TB 155 cm
BB awal 60 kg
BB sekarang 60 kg
2.2.2. Analisa Data dan Diagnosa

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : -Klien mengeluh “ Saya dititipkan di panti ini Riwayat penolakan Harga diri rendah situasional
oleh anak dan menantu saya” (Nanda 00120,
- Klien juga mengatakan “Menantu saya Domain 5,
mengatakan bahwa saya sudah tua, biar istirahat Hal 291)
di panti saja, dan juga merepotkan kalau
dirumah”.
- klien juga mengatakan “Saya juga menyadari
bahwa saya sudah tua dan hanya merepotkan
serta menjadi beban bagi anak dan menantu
saya”.
Do : - Klien nampak murung dan menyendiri

2. - Klien nampak menangis Risiko pelemahan martabat,


- Klien nampak tidak bersemangat dan
Merasa tidak diperlakukan(Nanda 00174
bergairah
- Klien lebih banyak menghabiskan waktunyasecara manusiawi Domain 6,

di tempat tidur Kelas 1,


Hal 285 )

Ds :

16
Klien mengatakan “Dulu saat dirumah menantu
saya sering mengeluarkan kata-kata yang tidak
sepatutnya kepada saya ”
Klien juga mengatakan “Sebelum dibawa kesini Nyeri akut
menantu saya memarahi saya karenan saya tidakAgens cedera fisik (mis,(Nanda 00132,
3 sengaja merusak baju kesayangannya dantrauma) Domain 12,
membuat cucu saya sakit diare karena saya beri Hal 469)
jajan sembarangan”.
Klien juga mengatakan “Saya didorong menantu
saya sehingga ada luka memar dan lebam pada
kedua siku dan kedua kaki saya”.
Do : - Klien nampak bersedih dan tidak tenang
- Klien terlihat menangis
- Adanya memar dan lebam pada kedua siku
dan kedua lutut klien

Ds : - Klien mengatakan “Nyeri pada daerah memar


dan lebam dikedua lutut dan kedua siku saya”
- Klien juga mengatakan “Nyeri bertambah bila
dibawa jalan dan beraktivitas”

17
Do : - Wajah klien nampak sesekali meringis menahan
nyeri
- Skala nyeri 3-4 (skal 0-10)
- Nyeri bertambah bila berjalan dan beraktivitas
- Nyeri hilang timbul
- Nampak memar dan lebam pada kedua lutut
dan kedua siku klien
- Kedua tangan dan kaki masih bisa digerakkan
- Kebutuhan ADL dilakukan mandiri
- TTV :
TD :130/70
N : 88x/m
S : 36,50C
RR : 20x/m

2.2.3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Harga diri rendah NOC : outcome : Harga diri NIC (hal. 516)
(hal. 611)
situasional  Domain : 3
Kriteria Hasil (1205) :
(Nanda 00120, Kelas :R
1. Verbalisasi penerimaan diri
Domain 5, Kode : 5330

18
Hal 291) sering positif Manajemen alam perasaan
2. Penerimaan terhadap - Evaluasi alam perasaan (misal : tanda, gejala, riwayat pribadi) di
keterbatasan diri sering positif awal dan teratur selama perkembangan penanganan
3. Komunikasi terbuka konsisten - Pertimbangkan perawatan pada pasien yang mengalami
positif gangguan alam perasaan yang memiliki resiko
4. Tingkat kepercayaan diri
keamanan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
konsisten positif
perawatan dirinya atau kurangnya dukungan sosial.
5. Perasaan tentang nilai diri
- Interaksi dengan pasien dengan menggunakan interval (waktu0
konsisten positif
yang teratur dalam rangka menunjukan perhatian atau
menyediakan kesempatan bagi pasien untuk membicarakan
mengenai perasaan.
- Dukung pasien, dimana dia dapat menoleransi, untuk terlibt dalam
interaksi sosial dan aktivitas dengan orang lain.

 Domain : 4
Kelas :V
Kode : 6400
Dukungan perlindungan terhadap kekerasan
- Dengarkan penjelasan mengenai bagaimana cedera bisa terjadi
- Dengarkan dengan penuh perhatian pada klien yang mulai
membicarakan masalahnya sendiri

19
- Dukung pasien untuk menghubungi polisi pada saat keamanan
secara fisik terancam
- Informasikan pada pasien mengenai undang-undang dan
pelayanan yang terkait dengan penganiayaan

 Domain : 3
Kelas :R
Kode : 5270
Dukungan emosional
- Diskusikan dengan pasien mengenai pengalaman emosinya
- Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan
- Bantu pasien untuk mengenali perasaannya seperti adanya cemas,
marah atau sedih
- Dorong pasien untuk mengekpresikan perasaan cemas, marah atau
sedih
- Dorong untuk bicara atau menangis sebagai cara untuk
menurunkan respon emosi

Risiko pelemahan NOC : Outcome : Status NIC (hal. 337)


martabat, kenyamanan: psikospiritual  Domain : 3
(Nanda 00174 Kelas :R
(hal. 531)
Domain 6, Kode : 5230
Kriteria Hasil (2011) :

20
Kelas 1, 1. Terpenuhinya kesejahteraan Peningkatan koping
Hal 285 ) psikologis - Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi kehidupan
pasien terhadap peran dan hubungan yang ada
2. Afek tenang dan tentram
- Gunakan pendekatan yang tenang
3. Makna dan tujuan hidup baik
- Berikan suasana penerimaan
4. Hubungan dengan batin tidak
terganggu - Bantu pasien dalam mengembangkan penilaian terkait dengan
kejadian dengan lebih objektif
5. Tidak adanya stress
- Dukung sikap pasien terkait dengan harapan yang realistis
sebagai upaya mengatasi perasaan ketidak berdayaan

- Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur

- Dukung verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut

- Intruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi sesuai


dengan kebutuhan.

21
Nyeri akut NOC : Outcome : Kontrol nyeri NIC (hal. 510)
(hal. 247)
(Nanda 00132,
 Domain : 1
Domain 12, Kriteria Hasil (hal. 1605) :
Kelas :E
Hal 469)
1. Sering menunjukkan Kode : 1380
menggunakan analgesik yang
Aplikasi panas / dingin
direkomendasikan - Jelaskan penggunaan panas / dingin, alasan perawatan dan
2. Secara konsisten melaporkan
bagaimana hal tersebut mempengaruhi gejala pasien
nyeri yang terkontrol - Pilih metode yang nyaman dan tersedia (mis, botol air panas,
kompres basah, atau kain atau handuk yg dicelupi air es.
- Pertimbangkan kondisi kulit dan identifikasi setiap perubahan
yang memerlukan perubahan prosedur atau kontraindikasi
terhadap prosedur
- Instruksikan indikasi mengenai frekuensi dan prosedur aplikasi.

 Domain : 2
Kelas :H
Kode : 2300

Pemberian Obat
- Ikuti prosedur lima benar dalam pemberian obat
- Monitor kemungkinan alergi obat, interaksi dan kontraindikasi.
- Instruksikan klien dan keluarga mengenai jenis obat, alasan

22
pemberian obat, hasil yang diharapkan dan efek lanjutan yang
akan terjadi sebelum pemberian obat
- Dokumenasikan pemberian obat dan respon klien (mis. nama obat,
dosis, waktu, cara, alasan pemberian obat, dan efek yang dicapai )
sesuai dengan protokol

BAB III

PENUTUP
23
3.1 Kesimpulan
Pengabaian adalah kegagalan pemberian pelayanan dalam menyediakan dengan baik atau kegagalan dalam
memerikan pelayanan yang menimbulkan kondisi bahaya fisik, mental atau menimbulkan sakit mental, seperti
meninggalkan lansia, menolak memberi makan atau menyiapkan makan ataupun pelayanan yang berhubungan dengan
kesehatan (Maurier & Smith, 2005).
Kategori pengabaian tedapat pengabaian aktif.yaitu penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan melakukan
kewajibannya yang dilakukan dengan sadar dan pengabaian pasif yaitu penolakan atau kegagalan pemberi pelayanan
melakukan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan lansia tanpa adanya unsur kesengajaan tetapi menimbulkan distress
fisik dan emosional pada lansia.
Kriteria pengabaian menurut Stevenson (2008) kriteria untuk kejadian pengabaian berfokus pada kelalaian dalam
memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar pada lansia. Selanjutnya Stevenson menyatakan efek dari
pengabaian tersebut dapat dilihat pada adanya kondisi malnutrisi yang merupakan kondisi physical neglect.

Tanda dan Gejala Pengabaian pada lansia yaitu terlambat dalam melakukan pengobatan, Dehidrasi, malnutrisi,
ulkus decubitus, atau kondisi kebersihan kurang dan perubahan dalam pemberian pelayanan kesehatan

Dan faktor yang mempengaruhi terdapat Sumber penyebab pada lansia yaitu Kondisi pada individu lansia karena
ketergantungan pada orang lain dalam mendapatkan pelayanan, dan Sumber penyebab pada keluarga faktor yang dapat
menjadi indikator sehingga pemberi pelayanan berisiko untuk melakukan atau menjadi pelaku pengabaian bentuk
Pengabaian Dalam Keperawatan.

24
Bentuk Pengabaian Dalam Keperawatan contohnya faktor kesalahan pemberian obat ,mengabaikan Keluhan
Pasien ,kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien, kelalaian di ruang operasi, timbulnya Kasus Decubitus selama dalam
perawatan, kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien
3.2 Saran
Materi tentang pengabaian mempunyai pembahasan yang luas, oleh sebab itu maka perlu di pelajari dan di
mengerti, sebagai dasar untuk mempelajari mata kuliah keperawatan gerontik, Supaya mahasiswa dapat lebih paham
tentang materi perkuliahan berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

Roziqin, Muhammad dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Penelantaran, Pengabaian Dan Kekerasan Pada Lansia.
Fakultas Keperawatan: Surabaya

25

Anda mungkin juga menyukai