ITS Paper 29523 2709100052 Paper PDF
ITS Paper 29523 2709100052 Paper PDF
) MILIK ANDA 1
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <
Abstrak—Aluminum adalah logam konduktor yang sangat baik dalam jumlah besar untuk transmisi jarak jauh dan untuk
pada tingkat kemurnian yang tinggi dan terkontrol, hampir konstruksi menara yang dibutuhkan untuk menyokong jaringan
mencapai 2x konduktivitas tembaga. Aluminum ANSI 6061 kabel diatas tanah, yang menyalurkan energi listrik dari area
mempunyai 2 unsur pemadu utama yaitu Magnesium (Mg) dan
pembangkit tenaga. Dalam beberapa dekade Wright
Silikon (Si) sehingga mempunyai kekuatan yang menengah dan
kemampuan ekstrusi yang baik, lebih baik dari aluminum dengan bersaudara memberikan terobosan bagi seluruh industri baru
kemurnian yang tinggi walaupun konduktivitasnya menurun yang berkaitan dengan pengembangan industri pembuatan
dengan turunnya tingkat kemurnian dari Aluminum ANSI 6061 aluminum yang dapat diandalkan secara struktural, kuat,
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komponen mainframe yang tahan patah, mesin, dan terutama
penambahan timah (Sn) terhadap sifat mekanik dan untuk badan misil, sel bahan bakar, dan komponen satelit.
konduktivitas listrik paduan aluminum timah. Aluminum ANSI
Aluminum secara khas menunjukkan konduktivitas listrik dan
6061 dipadukan dengan variasi prosentase timah sebesar 0, 5, 10,
15, 20 wt%. Dilebur didalam tungku dan dibiarkan membeku termal yang baik sekali, tetapi paduan tertentu telah
didalam krus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan dikembangkan untuk tahanan listrik yang tinggi. Aluminum
timah menurunkan sifat mekanik. Nilai kekerasan tertinggi sering dipilih karena konduktivitas listriknya, yang hamper dua
terdapat pada 0 wt% Sn yaitu 39 HB, sementara nilai terendah kali dari konduktivitas listrik milik tembaga pada berat yang
terdapat pada 20 wt% Sn yaitu 32 HB. Konduktivitas listrik sama. Aluminum bersifat nonferomagnetik, sebuah sifat
meningkat dengan penambahan timah. Nilai tertinggi terdapat
pada paduan dengan 20 wt% Sn yaitu 9,376 S/cm, sementara
penting dalam industri listrik dan elektronik [3].
nilai terendah terdapat pada paduan dengan 0 wt% Sn yaitu Coran dapat didefinisikan sebagai sebuah “objek logam
4,870 S/cm. yang didapatkan dari solidifikasi logam cair didalam cetakan”,
bentuk dari objek ditentukan oleh bentuk dari rongga cetakan.
Kata Kunci—Aluminum, Timah, Sifat Mekanik, Konduktivitas Founding atau Pengecoran adalah proses pembentukan objek
Listrik, Pengecoran. logam dengan melelehkan logam dan menuangkannya kedalam
cetakan. Foundry adalah istilah resmi untuk founding, atau
proses produksi pengecoran. Coran terbentuk saat logam cair
I. PENDAHULUAN mengalami solidifikasi di bentuk yang diinginkan [1]
A
luminum berada di urutan kedua dalam deretan Proses pemaduan dilakukan sebelum proses pengecoran,
elemen logam yang berlimpah di bumi. Aluminium yakni saat peleburan logam. Proses pemaduan logam
diperkirakan berjumlah sebesar 8% dari lapisan kulit dilakukan melalui peleburan dan pengecoran berdasarkan
bumi, sehingga aluminum menjadi salah satu dari sekian berbagai faktor antara lain temperatur lebur material yang
elemen-elemen yang berlimpah. Aluminum adalah unsur dari relatif rendah, kapasitas yang relatif besar, dan efisiensi waktu
banyak material silikat, beberapa digunakan sebagai permata yang tinggi.
dan sebagai bahan penting untuk industri [1]. Aluminum
Penelitian sebelumnya menggunakan logam tanah jarang
primer diproduksi dari berbagai grade, normalnya antara 99%
Cerium (Ce) sebagai unsur pemadu dalam aluminum dengan
hingga 99,999%. Dan aluminum sekunder diproduksi dari
prosentase 0,05% hingga 0,16% Cerium menunjukkan bahwa
peleburan ulang skrap fabrikasi atau peralatan usang dan
biasanya ditemukan dalam bentuk paduan. Bahkan dengan resistivitas berada pada 27,74×10-8 Ω/m hingga 27,95×10-8
meleburkan ulang bahan-bahan berkualitas tinggi seperti kabel Ω/m. Bila nilai tersebut diubah menjadi konduktivitas listrik
elektronik, atau batangan bus, aluminum murni sekunder yang maka nilainya akan berada diantara 0,0359×108 S/m hingga
dihasilkan tidak semurni aluminum primer karena kontaminasi 0,0357×108 S/m [4]. Nilai tersebut setara dengan nilai
material lain yang tidak dapat dihindari [2]. konduktivitas listrik paduan Al–Cu pada temperatur eutektik
Pada tahun 1886 aluminum memainkan perannya sebagai dengan prosentase Cu sebanyak 52,5 wt% yaitu 0,033×108
bahan otomotif seiring dengan peningkatan nilai teknik. Selain S/m [5]. Penelitian lain mengenai pengaruh temperatur
itu elektrifikasi membutuhkan logam konduktif yang ringan terhadap konduktivitas Pb–Sn juga dilakukan secara praktis
> GANTI BARIS INI DENGAN NOMER IDENTIFIKASI ARTIKEL (N.I.A.) MILIK ANDA 2
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <
Unsur %
D. Pengujian Konduktivitas Listrik
Sn 99,93
Pengujian konduktivitas listrik menggunakan mesin RCL
Pb 0,0421
Sb 0,0033 Otomatis Fluke and Philips the T & M Alliace PM 6303 A di
Cu 0,0080 Laboratorium Instrumentasi Fisika, Jurusan Fisika FMIPA
Bi 0,0064 ITS. Preparasi spesimen dilakukan dengan memotong hasil
Zn 0,0007 coran dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi masing-
Fe 0,0053
Al 0,0009 masing 1,3; 0,3; dan 0,3 cm, sehingga didapat luas penampang
As 0,0010 A=0,09 cm dan panjang L=1,3 cm.
Cd 0,0011
Variasi persen berat unsur pemadu yaitu 0, 5, 10, 15, dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
20% timah (Sn). Pembuatan spesimen dilakukan dengan
A. Komposisi Kimia Coran
meletakkan bahan didalam krus keramik, memasukkan
kedalam tungku, dan melebur pada temperatur 750 oC. Komposisi kimia hasil coran ditunjukkan pada Tabel 2,
prosentase timah meningkat dan prosentase aluminum
Pengadukan dilakukan saat logam telah cair, bertujuan untuk
menurun. Kenaikan prosentase timah tidak selalu sesuai
meningkatkan homogenitas paduan. Pendinginan dilakukan
dengan variasi prosentase unsur pemadu yang diberikan saat
didalam furnace sehingga paduan membeku didalam krus.
penyiapan bahan karena homogenitas paduan pada seluruh
Pembongkaran hasil coran dilakukan setelah temperatur kamar bagian hasil coran sangat sulit untuk dicapai. Oleh karena itu
tercapai dan melakukan pemotongan hasil coran untuk prosentase timah pada paduan yang ditunjukkan oleh Tabel 2
kemudian dijadikan spesimen uji. memiliki kemungkinan untuk kurang maupun lebih dari variasi
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji prosentase timah yang diberikan pada saat penyiapan bahan.
komposisi, uji metalografi, uji kekerasan, dan uji konduktivitas
listrik. Tabel 2.
Komposisi kimia coran
Al – 0 Al – 5 Al – 10 Al – 15 Al – 20
A. Pengujian Komposisi Kimia Coran Unsur wt% Sn wt% Sn wt% Sn wt% Sn wt% Sn
Pengujian komposisi paduan hasil coran dilakukan dengan (%) (%) (%) (%) (%)
Al 94,56 89,27 88,36 77,23 77,32
menggunakan alat EDX di Laboratorium Jurusan Teknik Sn 0,74 4,47 7,64 16,96 18,59
Materil dan Metalurgi ITS. Bertujuan untuk mengetahui Mg 1,38 1,18 0,92 1,52 0,76
komposisi kimia hasil coran terutama aluminum dan timah Si 2,74 4,48 2,68 4,29 0,76
setelah penambahan timah. Preparasi spesimen dilakukan Cu 0,57 0,61 0,41 0,00 0,37
dengan memotong hasil coran sesuai dengan ukuran holder
pada EDX dan meratakan permukaan spesimen.
> GANTI BARIS INI DENGAN NOMER IDENTIFIKASI ARTIKEL (N.I.A.) MILIK ANDA 3
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <
B. Struktur Mikro
Batas Butir
Struktur mikro diamati dengan menggunakan mikroskop
dengan metode Brightfield sehingga permukaan yang tegak
lurus arah lensa akan berwarna cerah, sedangkan permukaan
yang tidak tegak lurus akan berwarna gelap. Porositas
Struktur mikro paduan Aluminum ANSI 6061 dengan
Timah dapat dilihat pada Gambar 1–5 . Struktur mikro pada
Gambar 1–5 menunjukkan bahwa semakin tinggi prosentase
timah maka daerah batas butir semakin melebar dan ukuran
butir semakin mengecil. Daerah batas butir semakin melebar
karena timah dalam paduan ini terletak di batas butir, sehingga Mg2Si
batas butir yang berwarna cerah merupakan daerah yang kaya
akan timah [8]. Gambar 3 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 10 wt% Sn
(a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x
Gambar 1–5 juga menunjukkan bahwa terdapat porositas
pada hasil coran ditunjukkan dengan bercak kecil berwarna
hitam pada gambar. Senyawa Mg2Si ditunjukkan oleh bercak Batas Butir
dengan berwarna cokelat tua [9].
Faktor yang menjadi penyebab porositas pada hasil coran
adalah cetakan yang digunakan dan turbulensi yang terjadi saat Porositas
pengadukan logam cair. Cetakan yang digunakan adalah krus
alumina yang permukaannya tidak berpori sehingga krus
alumina mempunyai permeabilitas kecil, hal ini membuat gas
terperangkap didalam coran dan tidak dapat keluar. Sedangkan
aliran logam yang buruk terjadi saat proses pengadukan
disebabkan waktu yang tersedia tidak cukup untuk mengaduk
seluruh bagian logam cair sehingga hasil adukan menjadi tidak Mg2Si
maksimal dan aliran logam menjadi buruk sehingga Gambar 4 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 15 wt% Sn
menyebabkan terbentuknya porositas. (a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x
Batas Butir
Batas Butir
Mg2Si
Mg2Si
Gambar 1 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 0 wt% Sn (a)
Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x Gambar 5 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 20 wt% Sn
(a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x
Batas Butir
C. Sifat Kekerasan Material
Gambar 6 menunjukkan pengaruh penambahan timah (Sn)
terhadap kekerasan paduan. Nilai kekerasan brinell menurun
dengan bertambahnya prosentase timah dalam paduan
Porositas
walaupun Gambar 1–5 menunjukkan bahwa batas butir
mengecil dengan penambahan timah dimana ukuran butir yang
mengecil menyebabkan peningkatan pada nilai kekerasan. Hal
ini terjadi karena timah tidak berikatan dengan membentuk
senyawa dengan aluminum melainkan berada pada batas butir
Mg2Si
aluminum sehingga tidak terjadi penguatan yang disebabkan
Gambar 2 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 5 wt% Sn oleh terbentuknya senyawa yang mempunyai sifat baru yang
(a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x berbeda dari sifat masing-masing unsur pembentuknya.
> GANTI BARIS INI DENGAN NOMER IDENTIFIKASI ARTIKEL (N.I.A.) MILIK ANDA 4
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <