Anda di halaman 1dari 4

> GANTI BARIS INI DENGAN NOMER IDENTIFIKASI ARTIKEL (N.I.A.

) MILIK ANDA 1
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <

Pengaruh Penambahan Timah (Sn) terhadap Sifat Mekanik dan


Konduktivitas Listrik Paduan Aluminum – Timah melalui Proses
Pengecoran

Rizky Ramadhan dan Hosta Ardhyananta


Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Sukolilo
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111, Indonesia
E-mail: hostaa@mat-eng.its.ac.id

Abstrak—Aluminum adalah logam konduktor yang sangat baik dalam jumlah besar untuk transmisi jarak jauh dan untuk
pada tingkat kemurnian yang tinggi dan terkontrol, hampir konstruksi menara yang dibutuhkan untuk menyokong jaringan
mencapai 2x konduktivitas tembaga. Aluminum ANSI 6061 kabel diatas tanah, yang menyalurkan energi listrik dari area
mempunyai 2 unsur pemadu utama yaitu Magnesium (Mg) dan
pembangkit tenaga. Dalam beberapa dekade Wright
Silikon (Si) sehingga mempunyai kekuatan yang menengah dan
kemampuan ekstrusi yang baik, lebih baik dari aluminum dengan bersaudara memberikan terobosan bagi seluruh industri baru
kemurnian yang tinggi walaupun konduktivitasnya menurun yang berkaitan dengan pengembangan industri pembuatan
dengan turunnya tingkat kemurnian dari Aluminum ANSI 6061 aluminum yang dapat diandalkan secara struktural, kuat,
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komponen mainframe yang tahan patah, mesin, dan terutama
penambahan timah (Sn) terhadap sifat mekanik dan untuk badan misil, sel bahan bakar, dan komponen satelit.
konduktivitas listrik paduan aluminum timah. Aluminum ANSI
Aluminum secara khas menunjukkan konduktivitas listrik dan
6061 dipadukan dengan variasi prosentase timah sebesar 0, 5, 10,
15, 20 wt%. Dilebur didalam tungku dan dibiarkan membeku termal yang baik sekali, tetapi paduan tertentu telah
didalam krus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan dikembangkan untuk tahanan listrik yang tinggi. Aluminum
timah menurunkan sifat mekanik. Nilai kekerasan tertinggi sering dipilih karena konduktivitas listriknya, yang hamper dua
terdapat pada 0 wt% Sn yaitu 39 HB, sementara nilai terendah kali dari konduktivitas listrik milik tembaga pada berat yang
terdapat pada 20 wt% Sn yaitu 32 HB. Konduktivitas listrik sama. Aluminum bersifat nonferomagnetik, sebuah sifat
meningkat dengan penambahan timah. Nilai tertinggi terdapat
pada paduan dengan 20 wt% Sn yaitu 9,376 S/cm, sementara
penting dalam industri listrik dan elektronik [3].
nilai terendah terdapat pada paduan dengan 0 wt% Sn yaitu Coran dapat didefinisikan sebagai sebuah “objek logam
4,870 S/cm. yang didapatkan dari solidifikasi logam cair didalam cetakan”,
bentuk dari objek ditentukan oleh bentuk dari rongga cetakan.
Kata Kunci—Aluminum, Timah, Sifat Mekanik, Konduktivitas Founding atau Pengecoran adalah proses pembentukan objek
Listrik, Pengecoran. logam dengan melelehkan logam dan menuangkannya kedalam
cetakan. Foundry adalah istilah resmi untuk founding, atau
proses produksi pengecoran. Coran terbentuk saat logam cair
I. PENDAHULUAN mengalami solidifikasi di bentuk yang diinginkan [1]

A
luminum berada di urutan kedua dalam deretan Proses pemaduan dilakukan sebelum proses pengecoran,
elemen logam yang berlimpah di bumi. Aluminium yakni saat peleburan logam. Proses pemaduan logam
diperkirakan berjumlah sebesar 8% dari lapisan kulit dilakukan melalui peleburan dan pengecoran berdasarkan
bumi, sehingga aluminum menjadi salah satu dari sekian berbagai faktor antara lain temperatur lebur material yang
elemen-elemen yang berlimpah. Aluminum adalah unsur dari relatif rendah, kapasitas yang relatif besar, dan efisiensi waktu
banyak material silikat, beberapa digunakan sebagai permata yang tinggi.
dan sebagai bahan penting untuk industri [1]. Aluminum
Penelitian sebelumnya menggunakan logam tanah jarang
primer diproduksi dari berbagai grade, normalnya antara 99%
Cerium (Ce) sebagai unsur pemadu dalam aluminum dengan
hingga 99,999%. Dan aluminum sekunder diproduksi dari
prosentase 0,05% hingga 0,16% Cerium menunjukkan bahwa
peleburan ulang skrap fabrikasi atau peralatan usang dan
biasanya ditemukan dalam bentuk paduan. Bahkan dengan resistivitas berada pada 27,74×10-8 Ω/m hingga 27,95×10-8
meleburkan ulang bahan-bahan berkualitas tinggi seperti kabel Ω/m. Bila nilai tersebut diubah menjadi konduktivitas listrik
elektronik, atau batangan bus, aluminum murni sekunder yang maka nilainya akan berada diantara 0,0359×108 S/m hingga
dihasilkan tidak semurni aluminum primer karena kontaminasi 0,0357×108 S/m [4]. Nilai tersebut setara dengan nilai
material lain yang tidak dapat dihindari [2]. konduktivitas listrik paduan Al–Cu pada temperatur eutektik
Pada tahun 1886 aluminum memainkan perannya sebagai dengan prosentase Cu sebanyak 52,5 wt% yaitu 0,033×108
bahan otomotif seiring dengan peningkatan nilai teknik. Selain S/m [5]. Penelitian lain mengenai pengaruh temperatur
itu elektrifikasi membutuhkan logam konduktif yang ringan terhadap konduktivitas Pb–Sn juga dilakukan secara praktis
> GANTI BARIS INI DENGAN NOMER IDENTIFIKASI ARTIKEL (N.I.A.) MILIK ANDA 2
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <

dan perhitungan. menyatakan bahwa konduktivitas listrik B. Pengujian Metalografi


meningkat dengan naiknya temperatur dan prosentase timah Pengujian metalografi dilakukan dengan menghaluskan
[6-7]. Sebagaimana telah diketahui bahwa konduktivitas listrik permukaan spesimen dengan kertas abrasif SiC mulai dari grit
menurun dengan naiknya temperatur operasi sehingga tentunya 80 hingga 2000 dan memoles dengan alumina. Penentuan etsa
nilai konduktivitas listrik yang didapatkan dalam penelitian dilakukan sesuai standar ASTM E 407 menggunakan
pada Al–Cu menjadi lebih tinggi pada temperatur kamar. Oleh campuran antara HF (Hydrofluoric Acid) dengan Aquades
karena itu penelitian ini menggunakan timah sebagai unsur masing-masing 1 mL dan 200 mL. Pengamatan struktur mikro
pemadu yang lebih praktis dari cerium dan mempunyai dilakukan dengan menggunakan mikroskop Olympus di
temperatur lebur yang jauh lebih rendah dari tembaga, Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Material dan
selanjutnya variasi persen berat diberikan untuk mendapatkan Metalurgi ITS yang terintegrasi dengan satu set personal
paduan dengan sifat optimum. computer.

II. METODOLOGI C. Pengujian Kekerasan


Aluminum ANSI 6061 sebagai logam utama dalam Pengujian kekerasan menggunakan alat Universal Hardness
penelitian ini diperoleh di pasaran dalam bentuk silinder pejal, Tester di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS dengan
sedangkan timah (Sn) ACE Solder SBA100LF sebagai unsur metode brinell. Dilakukan sesuai dengan ASTM E 10.
pemadu diperoleh dari PT. Ropicon Victorindo Sejati dalam Menggunakan indentor dengan diameter 2,5 mm dan
bentuk ingot. Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia timah pembebanan 62,5 kgf. Pengujian dilakukan dengan
ACE Solder Solder SBA100LF pada sertifikat yang disertakan memberikan 5 indentasi pada setiap 1 spesimen sehingga
saat pembelian. didapat 5 nilai kekerasan brinell pada setiap spesimen,
kemudian menghitung rata-rata nilai kekerasan brinell untuk
Tabel 1. setiap spesimen.
Komposisi kimia timah ACE Solder SBA100LF

Unsur %
D. Pengujian Konduktivitas Listrik
Sn 99,93
Pengujian konduktivitas listrik menggunakan mesin RCL
Pb 0,0421
Sb 0,0033 Otomatis Fluke and Philips the T & M Alliace PM 6303 A di
Cu 0,0080 Laboratorium Instrumentasi Fisika, Jurusan Fisika FMIPA
Bi 0,0064 ITS. Preparasi spesimen dilakukan dengan memotong hasil
Zn 0,0007 coran dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi masing-
Fe 0,0053
Al 0,0009 masing 1,3; 0,3; dan 0,3 cm, sehingga didapat luas penampang
As 0,0010 A=0,09 cm dan panjang L=1,3 cm.
Cd 0,0011

Variasi persen berat unsur pemadu yaitu 0, 5, 10, 15, dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
20% timah (Sn). Pembuatan spesimen dilakukan dengan
A. Komposisi Kimia Coran
meletakkan bahan didalam krus keramik, memasukkan
kedalam tungku, dan melebur pada temperatur 750 oC. Komposisi kimia hasil coran ditunjukkan pada Tabel 2,
prosentase timah meningkat dan prosentase aluminum
Pengadukan dilakukan saat logam telah cair, bertujuan untuk
menurun. Kenaikan prosentase timah tidak selalu sesuai
meningkatkan homogenitas paduan. Pendinginan dilakukan
dengan variasi prosentase unsur pemadu yang diberikan saat
didalam furnace sehingga paduan membeku didalam krus.
penyiapan bahan karena homogenitas paduan pada seluruh
Pembongkaran hasil coran dilakukan setelah temperatur kamar bagian hasil coran sangat sulit untuk dicapai. Oleh karena itu
tercapai dan melakukan pemotongan hasil coran untuk prosentase timah pada paduan yang ditunjukkan oleh Tabel 2
kemudian dijadikan spesimen uji. memiliki kemungkinan untuk kurang maupun lebih dari variasi
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji prosentase timah yang diberikan pada saat penyiapan bahan.
komposisi, uji metalografi, uji kekerasan, dan uji konduktivitas
listrik. Tabel 2.
Komposisi kimia coran
Al – 0 Al – 5 Al – 10 Al – 15 Al – 20
A. Pengujian Komposisi Kimia Coran Unsur wt% Sn wt% Sn wt% Sn wt% Sn wt% Sn
Pengujian komposisi paduan hasil coran dilakukan dengan (%) (%) (%) (%) (%)
Al 94,56 89,27 88,36 77,23 77,32
menggunakan alat EDX di Laboratorium Jurusan Teknik Sn 0,74 4,47 7,64 16,96 18,59
Materil dan Metalurgi ITS. Bertujuan untuk mengetahui Mg 1,38 1,18 0,92 1,52 0,76
komposisi kimia hasil coran terutama aluminum dan timah Si 2,74 4,48 2,68 4,29 0,76
setelah penambahan timah. Preparasi spesimen dilakukan Cu 0,57 0,61 0,41 0,00 0,37
dengan memotong hasil coran sesuai dengan ukuran holder
pada EDX dan meratakan permukaan spesimen.
> GANTI BARIS INI DENGAN NOMER IDENTIFIKASI ARTIKEL (N.I.A.) MILIK ANDA 3
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <

B. Struktur Mikro
Batas Butir
Struktur mikro diamati dengan menggunakan mikroskop
dengan metode Brightfield sehingga permukaan yang tegak
lurus arah lensa akan berwarna cerah, sedangkan permukaan
yang tidak tegak lurus akan berwarna gelap. Porositas
Struktur mikro paduan Aluminum ANSI 6061 dengan
Timah dapat dilihat pada Gambar 1–5 . Struktur mikro pada
Gambar 1–5 menunjukkan bahwa semakin tinggi prosentase
timah maka daerah batas butir semakin melebar dan ukuran
butir semakin mengecil. Daerah batas butir semakin melebar
karena timah dalam paduan ini terletak di batas butir, sehingga Mg2Si
batas butir yang berwarna cerah merupakan daerah yang kaya
akan timah [8]. Gambar 3 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 10 wt% Sn
(a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x
Gambar 1–5 juga menunjukkan bahwa terdapat porositas
pada hasil coran ditunjukkan dengan bercak kecil berwarna
hitam pada gambar. Senyawa Mg2Si ditunjukkan oleh bercak Batas Butir
dengan berwarna cokelat tua [9].
Faktor yang menjadi penyebab porositas pada hasil coran
adalah cetakan yang digunakan dan turbulensi yang terjadi saat Porositas
pengadukan logam cair. Cetakan yang digunakan adalah krus
alumina yang permukaannya tidak berpori sehingga krus
alumina mempunyai permeabilitas kecil, hal ini membuat gas
terperangkap didalam coran dan tidak dapat keluar. Sedangkan
aliran logam yang buruk terjadi saat proses pengadukan
disebabkan waktu yang tersedia tidak cukup untuk mengaduk
seluruh bagian logam cair sehingga hasil adukan menjadi tidak Mg2Si
maksimal dan aliran logam menjadi buruk sehingga Gambar 4 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 15 wt% Sn
menyebabkan terbentuknya porositas. (a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x

Batas Butir
Batas Butir

Mg2Si
Mg2Si
Gambar 1 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 0 wt% Sn (a)
Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x Gambar 5 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 20 wt% Sn
(a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x

Batas Butir
C. Sifat Kekerasan Material
Gambar 6 menunjukkan pengaruh penambahan timah (Sn)
terhadap kekerasan paduan. Nilai kekerasan brinell menurun
dengan bertambahnya prosentase timah dalam paduan
Porositas
walaupun Gambar 1–5 menunjukkan bahwa batas butir
mengecil dengan penambahan timah dimana ukuran butir yang
mengecil menyebabkan peningkatan pada nilai kekerasan. Hal
ini terjadi karena timah tidak berikatan dengan membentuk
senyawa dengan aluminum melainkan berada pada batas butir
Mg2Si
aluminum sehingga tidak terjadi penguatan yang disebabkan
Gambar 2 Struktur mikro paduan aluminium 6061 – 5 wt% Sn oleh terbentuknya senyawa yang mempunyai sifat baru yang
(a) Perbesaran 100x (b) Perbesaran 200x berbeda dari sifat masing-masing unsur pembentuknya.
> GANTI BARIS INI DENGAN NOMER IDENTIFIKASI ARTIKEL (N.I.A.) MILIK ANDA 4
(KLIK DUA KALI UNTUK EDIT) <

hal tersebut kembali mengerucut pada pembacaan resistansi


pada mesin LCR Otomatis yang digunakan pada pengujian ini.

Gambar 6. Nilai kekerasan brinell

D. Sifat Listrik Gambar 7. Nilai konduktivitas listrik paduan


Tabel 3 menunjukkan nilai resistansi yang didapat dari
pengujian dengan menggunakan mesin RCL meter Otomatis, IV. KESIMPULAN
resistansi menurun dengan bertambahnya prosentase timah Kesimpulan dari studi ini didapatkan bahwa penambahan
dalam paduan. Sifat kelistrikan ini juga dipengaruhi oleh timah pada aluminum 6061 menurunkan nilai kekerasan. Nilai
kristal, dimana dislokasi pada kristal dapat meningkatkan rata-rata kekerasan tertinggi terdapat pada hasil coran dengan
konduktivitas listrik [10]. 0 wt% Sn yaitu 39,0 HB, sedangkan nilai terendah terdapat
Nilai resistansi paduan yang didapat dari pengujian ini jauh pada hasil coran dengan 20 wt% Sn yaitu 32 HB. Penambahan
lebih besar dari resistansi aluminum pada literatur. Hal ini timah pada aluminum 6061 menaikkan konduktivitas listrik.
terjadi karena terdapat perbedaan metode pengujian antara Data tertinggi diperoleh pada komposisi 20 wt% Sn yaitu
metode pengujian pada paduan ini dengan metode pengujian 9,376 S/cm, sedangkan data terendah diperoleh pada
yang terdapat pada literatur. komposisi 0 wt% Sn yaitu 4,870 S/cm.

Tabel 3. DAFTAR PUSTAKA


Nilai resistansi listrik
[1] C. R. Hayward. An Outline of Metallurgical Practice. D. Van Nostrand
Resistansi (Ω) Company, Ltd: New York. (1957).
Al – 0 Al – 5 Al – 10 Al – 15 Al – 20 [2] L. F. Mondolfo. Aluminum Alloys: Structure and Properties.
No
wt% Sn wt% Sn wt% Sn wt% Sn wt% Sn Butterworths : London. (1976).
(%) (%) (%) (%) (%) [3] ASM Handbook Volume 2: Properties and Selection: Nonferrous Alloys
1 3,000 2,535 2,446 1,714 1,543 and Special-Purpose Materials. ASM International Handbook
2 2,900 2,532 2,444 1,698 1,541 Committee, (1990).
3 2,900 2,531 2,445 1,712 1,541 [4] Li Pengfei, Wu Zhigang, Wang Yunli, Gao Xizhu, Wang Zaiyun, Li
4 3,000 2,532 2,446 1,699 1,538 Zhiqiang. Effect of Cerium on Mechanical Performance and Electrical
5 3,000 2,532 2,446 1,689 1,539 Conductivity of Aluminum Rod for Electrical Purpose. Journal of Rare
6 3,000 2,529 2,445 1,691 1,541 Earths. Volume 24, 355-357 (2006).
[5] S. Aksoz, Y. Ocak, N. Marasli, E. Cadirli, H.Kaya, U. Boyuk.
Dependency of thermal and electrical conductivity on the temperature
Skala pengukuran resistansi pada RCL Meter hanya and composition of Cu in the Al based Al-Cu Alloys. Experimental
Thermal and Fluid Science. Volume 34, 1507-1516 (2010).
mencapai skala minimal 101 Ω sedangkan skala pengukuran [6] Y. Ocak, S. Aksoz, N. Marasli, E. Cadirli. Dependency of thermal and
pada metode four-point-probe yang digunakan pada literatur electrical conductivity on temperature and composition of Sn in Pb–Sn
dapat mencapai hingga skala minimal 10-9 Ω. Pada metode alloy. Fluid Phase Equilibria. Volume 295, 60-67 (2010).
[7] E. Cadirli, U. Boyuk, H. Kaya, N. Marasli, S. Aksoz, Y. Ocak.
RCL Meter, saat resistansi spesimen lebih kecil dari 101 Ω Dependence of Electrical Resistivity on Temperature and Sn Content in
maka mesin RCL Otomatis mengatur arus agar resistansi dapat Pb-Sn Solders. Journal of Electronic Materials. Volume 40, 195-202
terbaca hingga skala 101. Metode four-point-probe yang (2010).
[8] K.S. Cruz, J.E. Spinelli, I.L. Ferreira, N. Cheung, A. Garcia.
dilakukan dalam literatur menggunakan alat yang mempunyai
Microstructural Development in Al–Sn Alloys Directionally Solidified
akurasi dan sensitivitas yang tinggi sehingga arus yang under Transient Heat Flow Conditions. Material Chemistry and
dialirkan bersifat konstan dan sensitivitas pembacaan Physics. State University of Campinas : Brazil, Volume 109 87-98
voltmeter dapat mencapai skala 10-9 V. (2008).
[9] G. F. V. Voort. Metallography Principles and Practice. McGraw-Hill,
Gambar 7 menunjukkan nilai konduktivitas listrik. Inc : USA (1984).
meningkat dari 4,870 S/cm hingga 9,376 S/cm. Walaupun [10] D.N. Rositawati. Pengaruh Doping dan Annealing Terhadap
konduktivitas listrik dapat meningkat hingga 190% namun Konduktivitas Listrik Film Polianilin. SIGMA. Universitas Sanata
Dharma : Indonesia, Volume 7 117-122 (2004)
nilainya masih jauh dari nilai konduktivitas logam konduktor
yang pada umumnya berkisar antara 105 – 106 S/cm. Penyebab

Anda mungkin juga menyukai