Analisis Sperma
Outline materi:
1. Fisiologi sperma dan semen: fungsi, sifat, dan produksinya
2. Prosedur analisis: sampling, uji makroskopik, uji mikroskopik, dan uji kimiawi
3. Nomenklatur kualitas semen
Sperma normal, motil, dan fertil dapat bergerak dengan kecepatan 1-4mm/menit. Sperma dapat
hidup beberapa minggu dalam testis, namun dalam saluran kelamin wanita sperma hanya hidup
sekitar 1-2 hari.
Cairan semen (seminal fluid) adalah cairan yang berfungsi mentransport sperma.
Semen disekresi di:
Sekresi vesica seminalis menyusun 70% ejakulat dan banyak mengandung flavin, yang memeberi
tampakan keabuan dari semen dan memberi warna hijau-putih fluoresens di bawah sinar ultraviolet.
Sekresi kelenjar-kelenjar genital dibutuhkan sperma sebagai pendilusi, agar dapat bergerak lebih
bebas dalam suatu medium cairan. Kekurang-adekuatan sekresi cairan dari kelenjar genital
menurunkan motilitas sperma.
harus telah sampai di laboratorium pemeriksaan dalam 1 jam setelah pengambilan spesimen. Jangan
lupa memberi label nama pasien, periode abstinensi seksual, dan tanggal pengambilan spesimen pada
kontainer. Informed consent menjadi hal penting, juga instruksi tertulis maupun verbal bagi
kenyamanan pasien harus diperhatikan. Pasien sebaiknya disediakan ruangan khusus untuk
pengambilan spesimen yang tidak jauh dari laboratorium.
Hanya ejakulat yang lengkap yang sebaiknya dijadikan spesimen pemeriksaan. Ejakulat lengkap yang
dimaksud yaitu ejakulat yang mengandung komponen dari semua sekresi glandula aksesori di traktus
genital. Jika bagian awal ejakulat tidak ada, konsentrasi sperma berkurang negatif, kekurangan sekresi
prostat, pH meningkat negatif, dan faktor koagulasi gagal mencairkan semen. Sebaliknya, jika bagian
akhir ejakulat yang hilang (terutama vesikula seminalis), volum semen akan berkurang, konsentrasi
sperma meningkat negatif, pH menurun negatif, dan koagulasi tidak terbentuk.
Analisis semen dilakukan bertahap: 5 menit pertama diinkubasi 37°C untuk likuefaksi, 30-60 menit
lakukan pemeriksaan makroskopis, vitalitas, jumlah dan konsentrasi, round cells; dalam 3 jam lakukan
uji kimia fruktosa; dan setelah 4 jam fiksasi dan nilai morfologinya.
Likuefaksi adalah mencairnya semen. Semen adalah larutan homogen-kental, terkoagulasi segera
setelah ejakulasi, namun dalam 30 menit segera terlikuefaksi (lebih cair). Nilai normal likuefaksi
menurut WHO adalah 15-60 menit. Semen yang akan dianalisis harus dalam bentuk telah terlikuefaksi.
Setelah terlikuefaksi pemeriksaan fisik dan mikroskopik harus segera dilakukan.
Viskositas dievaluasi menggunakan pipet pasteur (Pasteur pipette) dengan mengamati tetesan-
tetesan dari carian semen, jatuh karena gravitasi, yang ditarik dengan pipet pasteur yang telah
dicelupkan ke dalam semen. Normalnya akan terbentuk tetesan-tetesan (pemeriksaan viskositas
Materi Praktikum C.1
dilakukan setelah semen terlikuefaksi), dengan nilai normal kurang dari 2 cm.
Peningkatan viskositas dapat dikarenakan over-sekresi mukus, kekurangan sekresi prostat (yang
mengandung pro-likuefaksi), kelebihan sekresi vesikula seminalis (yang mengandung pro-koagulan),
produksi antibodi antisperma dan kondisi oligoasthenospermia.
Warna semen normal adalah abu-abu-putih, atau seperti air beras. Jika berwarna cokelat atau merah
pertanda adanya darah di semen, sedangkan warna kuning dihubungkan dengan konsumsi obat
tertentu. Semen akan tampak lebih turbid (kurang translusen) jika sejumlah leukosit hadir, namun jika
tampak lebih jernih menandakan konsentrasi spermanya kurang. Gumpalan mukus kadang dapat
teramati.
Bau semen khas, seperti bunga akasia. Infeksi traktus genitalia pria dapat merubah bau semen namun
jarang dilaporkan.
Volum semen diukur menggunakan sterile serologic pipette (atau modified graduated cylinder)
dengan satuan mL dan ketelitian satu digit desimal (0,1 mL). Normalnya cairan ejakulat lengkap
(keseluruhan dari awal hingga akhir) berkisar 2-5 mL (≤ 1,5mL di buku blok C.1), kekurangan atau
kelebihan pertanda abnormalitas yang dihubungkan dengan sterilitas.
pH semen berkisar antara 7,2-7,8 (lebih ke alkali). Semen dengan nilai di bawah 7,2 dapat didapatkan
dari pasien dengan abnormalitas epididimis, vas deferens, atau vesikula seminalis. Semen dengan nilai
di atas 7,8 mengindikasikan infeksi di traktus genital pria. pH semen yang tidak diukur dalam sejam
setelah ejakulasi dapat mengalami perubahan. Pengukuran pH semen dapat menggunakan universal
pH-meter dengan berbagai warna dan interpretasi.
Pemeriksaan Mikroskopis
Motilitas yaitu pergerakan sperma menjadi satu aspek penting dalam penilaian fertilitas. Jumlah
sperma yang adekuat tidak berarti jika pergerakannya tidak optimal, karena sperma butuh pergerakan
yang baik untuk dapat membuahi sel telur di tuba uterina.
Prinsip pemeriksaan motilitas adalah menghitung sperma motil dan tidak motil pada minimal 200
sperma dan 8 lapang pandang mikroskop. Pemeriksaan minimal 2 kali dan tidak berselisih jauh.
1. Progressively Motility (PR): spermatozoa bergerak aktif dengan gerak yang linier atau dalam
lingkaran yang besar, tidak bergantung pada kecepatannya
Materi Praktikum C.1
2. Non-Progressively Motility (NP): semua jenis pergerakan sperma tanpa progresi (berpindah
tempat), seperti berenang dalam lingkaran kecil, gerakan flagela tidak dapat memindahkan kepala
sperma, atau hanya pergerakan flagela.
Nilai normal menurut WHO adalah persentil ke
3. Immotil (IM): tidak ada pergerakan
5, artinya dengan nilai itu kemungkinan hamil
hanya sekitar 5%
Nilai normal: PR= 32%, PR+NP=40%
Vitalitas/Viabilitas adalah ukuran jumlah sperma yang masih hidup. Vital staining dapat
membedakan sperma yang masih hidup dengan yang sudah mati – stain akan masuk dalam membran
sel sperma mati. Jika banyak sperma immotil ditemukan, perlu dicek lebih jauh apakah immotilnya
karena ia mati atau karena abnormalitas alat gerak.
Jumlah Sperma normal dalam semen yakni 20-250 juta/mL semen. Jumlah sperma dalam semen pria
ditentukan oleh lamanya abstinensi, infeksi virus, juga kondisi stres pria.
Prosedur
Periksa sampel dalam 10-15 menit (setelah itu evaporasi akan memberikan efek pada posisi
sperma di chamber)
Hitung paling tidak 200 sperma per replikat di tengah kotak erythrocyte chamber dari
improved neubauer hemocytometer.
Bandingkan hitungan replikat untuk melihat apakah nilainya dapat diterima. Jika demikian,
lakukan kalkulasi; jika tidak, siapkan larutan baru. Berbedaan hitung harus <5% atau di bawah
kurva toleransi. Jika nilai >5% atau di atas kurva toleransi; ulang penghitungan dengan sampel
terhomogenisasi.
Aturan penghitungan:
Hitung hanya spermatozoa (dengan kepala dan ekor)
Spermatozoa dihitung dari kepalanya (yang masuk area hitungan), bukan ekornya
Batas persegi (area yang dihitung) adalah garis tengah dari 3 garis
Materi Praktikum C.1
Berikut contoh penghitungan spermatozoa (yang warna hitam tidak dihitung, yang warna
putih dihitung):
Direkomendasikan menghitung jumlah spermatozoa per ejakulat, yang menunjukkan kapabilitas testis
memproduksi sperma dan keintakan traktus genital. Gunakan formula:
Nilai normal: konsentrasi sperma = 15 juta sperma per ml, atau 39 juta per ejakulat
Morfologi
Sperma memiliki 3 bagian: kepala, leher (mid-piece), dan ekor. Beberapa defek bentuk menandakan
kelainan yang spesifik, misalnya tapered sperm (sperma yang meruncing) diduga varicocele, namun
kebanyakan yang lainnya tidak spesifik. Berikut klasifikasi morfologi sperma yang abnormal:
Defek kepala: kepala besar, kecil, tapered (meruncing), piriformis (bentuk seperi api/pir),
amorfus (tidak berbentuk), bervakuola (dua vakuola atau >20% kepala bervakuola kecil-kecil),
Materi Praktikum C.1
vakuola di area post-akrosom, double head (kepala ganda), atau kombinasi dari beberapa
yang telah disebutkan.
Defek leher dan midpiece: pemasukan asimetris midpiece ke kepala, tebal atau reguler,
bentuk tajam, tipis yang abnormal, atau kombinasi dari jenis-jenis ini. Atau defek pokok piece:
pendek, multiple (ganda), rusak, berliku pendek, berliku tajam, lebar ireguler, bergulung, atau
kombinasi dari jenis-jenis ini.
Excess Recidual Syttoplasm (ERC): defek proses spermatogenesis. sitoplasma berwarna
ireguler.
Sel selain sperma (Round Cell) seperti leukosit, sel epitel urethra, dan sel sperma immatur (spermatid,
spermatosit, spermatogonium) juga dapat ditemukan. Pewarna yang digunakan adalah new methylen
blue.
Lebih 1 juta leukosit dalam 1 mL ejakulat menandakan proses inflamasi, biasanya pada glandula
asesori pria. Penemuan sel darah merah atau bakteri juga merupakan indikasi abnormalitas.
Pemeriksaan Kimia
Fruktosa disekresi oleh glandula vesicula seminalis, digunakan sperma sebagai sumber energi. Kadar
fruktosa menunjukkan fungsional glandula vesicula seminalis dan utuhnya saluran genital. Biasanya
fruktosa dicek pada kejadian azoospermia. Obstruksi ductus ejaculatorius atau abnormalitas pada
vesicula seminalis atau vas deferens dapat menyebabkan fruktosa rendah atau azoospermia.biasanya
fruktosa semen 13 mcL per ejakulat.
Prinsip pemeriksaan: fruktosa dan reorsinol akan membentuk senyawa warna merah, ukur
absorbansinya dan hitung terhadap standar fruktosa.
𝐴𝑏𝑠𝑇
𝐹𝑟𝑢𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 = 𝑥 200𝑚𝑔/𝑑𝐿
𝐴𝑏𝑠𝑆
AbsT : absorbansi tabung uji ; AbsS : absorbansi tabung sampel ; 200mg/dL standar fruktosa digunakan
Aglutinasi adalah penempelan sperma. Penempelan tersebut dapat terjadi kepala-ke kepala, kepala-
ke kaki, kaki-ke kaki, mengindikasikan adanya antibodi aglutinasi. Diesebut aglutinasi jika sperma motil
bertempelan dengan sperma motil. Sperma yang bertempelan dengan sperma immotil keluar dari
Materi Praktikum C.1
kategori aglutinasi, juga penempelan sperma karena sebab lainnya, seperti karena mukus, tidak
disebut sebagai aglutinasi. Aglutinasi sperma dapat dihubungkan dengan infertilitas.
Catatan:
1. Nomenklatur / penamaan ini digunakan untuk melaporkan hasil dari pemeriksaan sperma.
2. Cryptozoospermia menandakan adanya sel spermatozoa dalam semen, namun tidak dapat
ditemukan dari uji mikroskopis (terlalu sedikit jumlahnya), hanya dapat ditemukan jika
disentrifugasi.
Materi Praktikum C.1
Eritrosit
1. Fungsi: membawa hemoglobin yang berfungsi mengikat dan
melepaskan oksigen
2. Bentuk: sel bentuk cakram bikonkaf, ukuran 6-8µm (mikron, 10-
6
m), area sentral 1-3 µm
3. Produksi dan maturasi (hematopoiesis): pada orang dewasa di
bone marrow, tahapan:
a. Produksi: Pluripotent Stem Cell CFU-GEMM
Proeryhtroblast
b. Maturasi: Pronormoblast Basophilic normoblast Polychromatophilic normoblast
Orthochromic normoblast Reticulocyte (Polychromatic macrocyte) Erythrocyte
4. Usia: ±120 hari, destruksi utama di lien.
Anemia
Definisi fungsional: penurunan massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity).
Definisi praktis, anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit.
Rasa lemah, lesu, tinnitus, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dyspepsia,
tampak pucat (mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, bawah kuku).
Gejala ini bersifat tidak spesifik : gejala ini dapat ditimbulkan oleh penyakit selain anemia
Gejala ini bersifat tidak sensitif : baru timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb <7g/dL)
Pemeriksaan : serum iron (↓), TIBC (↑), saturasi transferrin, protoporfirin eritrosit,
ferritin serum, reseptor transferrin, pengecatan besi pada sumsum tulang (Perl’s stain)
Manajemen : suplemen besi (oral)
Catatan
Jika CBC dan
retikulosit rendah,
curiga ke arah
hemolisis/hemorage.
(bagan kanan)
Untuk manajemen
disesuaikan dengan
anemia spesifiknya.
Materi Praktikum C.1
Referensi
Ciesla, B et al. 2012. Hematology in Practice 2nd Edition. FA Davis Company
Hall, John E et al. 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology 12th Edition. Elsevier
Saunders
McPherson, Richard A et al. 2011. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods 22nd Edition. Elsevier Saunders
Ratnaningsih, Tri. 2016. Modul Praktikum Strategi Diagnosis Anemia. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
WHO. 2010.WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing of Human Semen 5th
Edition