Anda di halaman 1dari 31

TUTORIAL KLINIK

ILMU PENYAKIT SYARAF


Oleh: Feby Ario Anindito

Dibimbing oleh :
dr. Nazwan Hassa, Sp. S

RSUD Banyumas / 5 Desember 2019


Identitas Pasien
Nama : Bp. I
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Tanggal Periksa : 2 Desember 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Wajah sebelah kanan perot

• Riwayat Penyakit Sekarang :


2 MSMRS pasien merasa leher pegal dan kemudian pasien pergi ke
tukang pijit. Pagi harinya pasien merasa wajah sebelah kanan perot,
saat minum air mengalir dari bibir sebelah kanan. Susah makan.
Kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter umum, dan diberi
vitamin saraf. Karena merasa khawatir, pasien memeriksakan diri ke
dokter spesialis saraf.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Hipertensi (+)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Disangkal
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
• Pasien tinggal dengan istri dan dua anak. Pasien menggunakan JKN.
ANAMNESIS SISTEM

• Sistem Serebropinal : kelemahan pada satu sisi wajah


• Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan
• Sistem Respiratorius : Tidak ada keluhan
• Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan
• Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
• Sistem Urogenitalis : Tidak ada keluhan
• Sistem Integumental : Tidak ada keluhan
RESUME ANAMNESIS
• Pasien laki-laki 53 tahun datang control rutin dengan keluhan wajah
sebelah kanan perot sejak 2 minggu yang lalu saat pasien memijatkan
lehernya karena pegal. Keluhan tidak disertai dengan kelemahan satu
sisi anggota gerak, pandangan kabur, kelainan bicara.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS

•Keadaan umum : Compos mentis

•Status gizi : Cukup

•Tanda vital
• TD : 147/104 mmHg
• Nadi : 74x/menit (simetris, reguler, kuat angkat)
• Respirasi : 20x/menit (reguler, tipe thorakoabdominal)
• Suhu : afebris
• VAS :0
PEMERIKSAAN FISIK

• Kepala : wajah asimetris, lagophthalmos, pupil bulat isokor


3mm/3mm, RC (+/+), RK (+/+), CA (+/+), SI (-)
• Leher : JVP tidak meningkat, limfonodi tidak teraba
• Paru-paru : Simetris, SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung : Suara jantung I-II normal, reguler, murmur (-)
• Abdomen: distensi(-), BU(+), timpani, hepatosplenomegali(-), supel, NT(-)
• Ekstremitas : akral hangat, edema - -

- -
STATUS NEUROLOGIS

Kesadaran : GCS E4V5M6, compos mentis


Nervus craniales :
N. Fasialis
Dextra Sinistra
Mengangkat Alis - +
Kerutan Dahi - +
Menutup Mata - +
Menyeringai - +
Bersiul Tidak bisa
STATUS NEUROLOGIS
• Refleks Patologis
Dextra Sinistra
Babinsik - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Hoffman/Tromner -/- -/-
STATUS NEUROLOGIS

• Anggota Gerak Atas • Anggota Gerak Atas


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Bentuk Tidak ada
Trofi Eutrofi Eutrofi deformitas
Kekuatan 5/5/5 5/5/5 Trofi Eutrofi Eutrofi
Refleks + +
Bisep Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Refleks - - Refleks Patella + +
Trisep

Sensibilitas : Baik
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis:
Bell’s Palsy

Diagnosis Topis:
Parese N. Fasialis

Diagnosis Etiologi:
Idiopatik
PLAN
• Alpentin 3x1
• Metilprednisolon 3x1
• Mecobalamin 2x1
• Amlodipin 1x1
PROGNOSIS

• Death : ad bonam
• Disease : ad bonam
• Disability : ad bonam
• Discomfort : ad bonam
• Dissatisfaction : ad bonam
• Destitution : ad bonam
PEMBAHASAN
DEFINISI
Paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari paralisis
fasialis unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian akut, unilateral,
paralisis saraf fasial type LMN (perifer), yang secara gradual mengalami
perbaikan pada 80-90% kasus.

Bells’ palsy merupakan satu dari penyakit neurologis tersering yang


melibatkan saraf kranialis, dan penyebab tersering (60-75% dari kasus
paralisis fasialis unilateral akut) paralisis fasial di dunia. Bells’ palsy lebih
sering ditemukan pada usia dewasa, orang dengan DM, dan wanita
hamil.
EPIDEMIOLOGI
• Penyakit pada nervus fasialis yang paling sering terjadi.
• Prevalensi di Amerika: 22,8 per 100.000 penduduk per tahun.
• Frekuensi BP sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati, terbanyak
pada usia 21-30 tahun
• Penderita diabetes berisiko 29% lebih tinggi
• Wanita = Laki-laki
• Pada wanita hamil trimester III dan 2 minggu pasca persalinan,
kemungkinan timbul BP > dibanding wanita tidak hamil (hingga 10x)
• Tidak ditemukan perbedaan insidensi antara iklim panas maupun
dingin. Akan tetapi beberapa pasien didapatkan riwayat terkena udara
dingin.
ETIOLOGI
Penyebab Bells’ palsy tidak diketahui, diduga penyakit ini bentuk
polyneuritis dengan kemungkinan virus, inflamasi, auto imun dan
etiologi iskemik.
Peningkatan kejadian berimplikasi pada kemungkinan infeksi HSV type I
dan reaktivasi herpes zoster dari ganglia nervus kranialis.
PATOFISIOLOGI
• Proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal,
di sekitar foramen stilomastoideus. BP hampir selalu terjadi secara
unilateral. Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih
dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau
kambuh.
PATOFISIOLOGI

Inflamasi Kompresi
Diameter N. saraf saat Gangguan
Demyelinisasi
fasialis ↑ melalui tulang konduksi
Iskemik temporal
ANAMNESIS
Gejala Awal: Onset BP mendadak, dan gejala
• Kelumpuhan otot wajah mencapai puncaknya kurang dari 48
jam. Kebanyakan pasien mencatat
• Tidak mampu menutup mata paresis terjadi pada pagi hari.
• Nyeri tajam pada telinga & mastoid
(60%)
• Perubahan pengecapan (57%)
• Hiperakusis (30%)
• Kesemutan pada dagu dan mulut
• Epiphora
• Nyeri ocular
• Penglihatan kabur
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan Nervus Kranial  N. Fasialis  satu sisi wajah
• Pasien dengan kelumpuhan fasial bilateral harus dievaluasi sebagai
Sindroma Guillain-Barre, penyakit Lyme, dan meningitis.
• Manifestasi okular
• Lagoftalmos, penurunan sekresi air mata
• Nyeri auricular posterior
• Hiperakusis pada telinga ipsilateral paralisis, sebagai akibat kelumpuhan
sekunder otot stapedius.
• Gangguan pengecapan
• Walaupun hanya sepertiga pasien melaporkan gangguan pengecapan, sekitar
80% pasien menunjukkan penurunan rasa pengecapan.
Grading ( House and Brackmann)
• Grade I  fungsi fasial normal • Grade III  disfungsi moderat
• Grade II  disfungsi ringan • Asimetri jelas, kelemahan minimal
• Kelemahan ringan saat diinspeksi • Sinkinesis, kontraktur, spasme
mendetil hemifasial
• Sinkinesis ringan • Simetris normal saat istirahat
• Simetris normal saat istirahat • Gerakan dahi sedikit sampai
moderat
• Gerakan dahi sedikit sampai baik
• Menutup mata sempurna dengan
• Menutup mata sempurna dengan usaha
sedikit usaha
• Sedikit lemah gerakan mulut
• Sedikit asimetri mulut dengan usaha maksimal
Grading ( House and Brackmann)
• Grade IV  disfungsi moderat- • Grade V  disfungsi berat
berat • Hanya sedikit gerakan
• Kelemahan dan asimetri jelas • Asimetris pada istirahat
• Simetris normal saat istirahat • Tidak terdapat gerakan dahi
• Tidak terdapat gerakan dahi • Mata menutup tidak sempurna
• Mata tidak menutup sempurna • Gerakan mulut hanya sedikit
• Asimetris mulut dilakukan dengan • Grade VI  paralisis total
usaha maksimal
• Asimetris luas
• Tidak ada gerakan
DIAGNOSIS BANDING
• Acoustic neuroma danlesi • Cholesteatoma telinga tengah.
cerebellopontine angle. • Malformasi congenital.
• Otitis media akut atau kronik. • Schwannoma N. Fasialis.
• Amiloidosis. • Infeksi ganglion genikulatum
• Aneurisma A. vertebralis, A.
basilaris, atau A. carotis.
• Sindroma autoimun.
• Botulismus.
• Karsinomatosis.
• Penyakit carotid dan stroke
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah rutin, ureum, kreatinin, gula darah
• Electromyography (EMG)
• MRI kepala + Kontras (jika curiga lesi sentral)
TATALAKSANA EPILEPSI
Pengobatan Inisial
• Kortikosteroid (prednison) 1 mg/kg atau 60mg/hari selama 6 hari,
tapering off bertahap selama 10 hari
• Antiviral: asiklovir 400 mg 5x/hari selama 10 hari. Jika virus varicella
zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg 5x/hari.

Lindungi mata  lubrikasi ocular topical dan menutup mata


Fisioterapi  mempercepat perbaikan dan menurunkan sequele
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai