Buku Pengantar Fisika Matematik Rinto Anugraha
Buku Pengantar Fisika Matematik Rinto Anugraha
FISIKA MATEMATIK
P (a, b, c)
r
θ c
O y
φ
a
YOGYAKARTA
2011
PRAKATA
Saat ini buku yang membahas topik Pengantar Fisika Matematik masih
jarang dijumpai. Padahal, topik tersebut merupakan salah satu topik penting dalam
menggunakan matematika untuk menyelesaikan problem-problem fisika. Buku ini
ditulis dengan maksud untuk menambah perbendaharaan literatur dalam bidang
ilmu fisika, khususnya tentang Fisika Matematik.
Bahan buku ini sebagian diambil dari pengalaman kami dalam mengampu
matakuliah Pengantar Fisika Matematik di Jurusan Fisika FMIPA UGM,
ditambah dari sejumlah buku teks penting berbahasa asing. Meski demikian, buku
ini tidak saja terbatas hanya pada pengguna di Jurusan Fisika FMIPA UGM saja,
namun dapat pula sebagai salah satu referensi mahasiswa dan dosen bagi
matakuliah sejenis di Perguruan Tinggi lain. Buku ini sangat penting bagi
mahasiswa tahun pertama sebagai dasar-dasar matematika untuk mempelajari
fisika. Bagi khalayak umum, buku ini juga dapat menjadi referensi mengingat
tingkat kesulitannya disesuaikan dengan tingkat kesulitan bagi mahasiswa tahun
pertama.
Penyajian buku ini dimulai dari pembahasan bilangan kompleks yang
merupakan perluasan dari konsep bilangan real. Selanjutnya ditelaah aljabar
vektor, matriks, determinan dan persamaan linear. Pada bab empat disajikan limit,
fungsi dan turunan, diteruskan dengan bab lima tentang integral. Pada bab enam
diberikan konsep turunan parsial.
Pada setiap bab, cukup banyak diberikan contoh soal serta soal latihan itu
sendiri. Banyaknya contoh soal yang disajikan akan memudahkan pembaca lebih
memahami konsep setiap bab. Kami menyarankan agar soal-soal latihan yang
terdapat pada akhir setiap Bab dicoba untuk diselesaikan, agar pemahaman
tentang isi buku ini dapat lebih sempurna.
Melalui kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
segenap pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Selanjutnya,
meski telah disiapkan cukup lama, kami menyadari bahwa buku ini masih
memiliki banyak kekurangan. Barangkali pula di sana sini masih terdapat salah
i
tulis dan ketik. Karena itu kami dengan tangan terbuka sangat mengharap
masukan positif dari para pembaca, dalam rangka penyempurnaan buku ini.
Akhirnya kami berharap, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
fisika di masa depan.
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA i
iii
Pengintegralan Parsial 108
Substitusi Variabel 108
Metode Pecahan Parsial 109
Integral Tertentu (Integral Riemann 113
Penerapan Integral Tertentu 116
Mencari Luas di bawah Benda Putar 116
Volume Benda Putar 117
Menentukan Panjang Busur Kurva 118
Fungsi Gamma 120
Fungsi Beta 125
iv
1 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
BAB I
BILANGAN KOMPLEKS
− b ± b 2 − 4ac
z1, 2 = .
2a
Jika diskriminan D = b 2 − 4ac bernilai negatif, maka dua nilai z mengandung
akar bilangan negatif. Karena itulah didefinisikan nilai
− 1 = i,
sehingga i 2 = −1 . Selanjutnya
− 16 = 4i , − 3 = i 3 , i3 = −i
adalah bilangan imaginer, tetapi
i2 = −1, − 2 − 8 = i 2 .i 8 = −4
adalah bilangan real. Untuk contoh persamaan kuadrat berikut :
z 2 − 2z + 2 = 0
maka akar-akar penyelesaiannya adalah :
2 ± 4 − 8 2 ± 2i
z= = =1± i .
2 2
Istilah bilangan kompleks digunakan untuk menunjukkan set bilangan real,
imaginer atau gabungan keduanya, seperti 1 ± i . Maka i + 5, 17i, 4 mewakili
contoh-contoh bilangan kompleks.
Bilangan kompleks dirumuskan sebagai
z = x + iy
_______________________________________________________________________________
2 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
yang merupakan gabungan bilangan real x dan bilangan imaginer iy. Besaran x, y
z = x2 + y 2 .
_______________________________________________________________________________
3 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
adalah sudut antara sumbu real (sumbu X) dengan fasor yang dilambangkan
dengan φ . Dari Gb. 1.1 tampak bahwa
r y
φ x
O x
Gb. 1.1
Bidang Argand
x = r cos φ
y = r sin φ
dan
φ = arctan ( y / x)
sehingga
_______________________________________________________________________________
4 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
z = r (cos φ + i sin φ ) .
Contoh soal :
Nyatakan bentuk z = 2 + 2i 3 dalam koordinat polar.
Jawab :
x = 2, y = 2 3
sehingga
r = 4 + 12 = 4
dan
φ = arctan(2 3 / 2) = π / 3
sehingga
z = 4[cos(π / 3) + i sin(π / 3)] .
Contoh soal :
Tuliskan z = −1 −i dalam bentuk polar
Jawab :
Disini kita memiliki x = −1, y = −1 sehingga r = 2 . Terdapat tak terhingga
banyaknya nilai θ yaitu
5π
θ= + 2 nπ
4
dengan n adalah sembarang bilangan bulat. Nilai sudut θ = 5π / 4 seringkali
disebut sudut utama dari bilangan kompleks z = −1 −i. Jadi z dapat dituliskan
sebagai
z = −1 − i = 2 [cos(5π / 4 + 2πn ) + i sin (5π / 4 + 2πn )]
jika dan hanya jika keduanya memiliki bagian real yang sama :
Re ( z1 ) = Re ( z 2 ) ,
demikian pula dengan bagian imaginernya :
Im ( z1 ) = Im ( z 2 ) .
2. Penjumlahan dua bilangan kompleks z1 = x1 + iy1 dan z 2 = x2 + iy 2 juga
menghasilkan bentuk bilangan kompleks
z = z1 + z 2 = ( x1 + x2 ) + i( y1 + y 2 ) .
Demikian pula untuk pengurangan berlaku
z = z1 − z 2 = ( x1 − x2 ) + i( y1 − y 2 ) .
3. Penjumlahan bilangan kompleks memenuhi kaedah ketaksamaan segitiga
yaitu
z1 − z 2 ≤ z1 + z 2 ≤ z1 + z 2
Re z* = Re z ,
Im z* = − Im z ,
x = Re z = 12 ( z + z*),
dan
y = Im z = 2i ( z * − z )
Menyederhanakan ke bentuk x + iy
Sembarang bilangan kompleks dapat ditulis dalam bentuk x + iy. Untuk
menjumlahkan, mengurangi dan mengalikan bilangan kompleks, perlu diingat
(1 + i ) 2 = 1 + 2i + i 2 = 2i .
Untuk membagi sebuah bilangan kompleks dengan lainnya, caranya masing-
masing pembilang dan penyebut dikalikan dengan kompleks konjugat penyebut
sehingga penyebut menjadi real.
Contoh :
2 + i 2 + i 3 + i 5 + 5i 1 1
= = = + i.
3−i 3−i 3+i 10 2 2
Terkadang lebih mudah menghitung ketika disajikan dalam bentuk polar.
Contoh :
Tuliskan bentuk
1
2(cos 20 0 + i sin 20 0 )
dalam bentuk x + iy .
Jawab :
_______________________________________________________________________________
7 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
1 1 1
= = = 0,5e −0,349i =
2(cos 20 + i sin 20 )
0 0 2(cos 0,349 + i sin 0,349) 2e 0 , 349i
Contoh soal :
Tunjukkan z1 = 1 + i 3 dan z 2 = 2 − 2i 3 memenuhi kaedah ketidaksamaan
segitiga.
Jawab :
z1 = 1 + 3 = 2 ,
z 2 = 4 + 12 = 4 ,
z1 + z 2 = 3 − i 3 ,
dan
z1 + z 2 = 9 + 3 = 2 3
sehingga
2 − 4 = 2 < 2 3 <2 + 4 = 6.
Contoh soal :
2+i
Carilah nilai absolut z = .
3 − 2i
Jawab :
2 + i 3 + 2i 4 + 7i
z= ⋅ =
3 − 2i 3 + 2i 13
sehingga
16 + 49 5
z = = .
13 13
Contoh soal :
Carilah x dan y jika ( x + iy ) 2 = 2i .
Jawab :
Karena ( x + iy ) 2 = x 2 + 2ixy − y 2 , maka diperoleh dua persamaan real :
_______________________________________________________________________________
8 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
x2 − y2 = 0
dan
2 xy = 2 .
Dari persaman pertama diperoleh
y2 = x2
sehingga
y = x atau y = − x .
Substitusi hal ini kepada persamaan kedua menghasilkan
2 x 2 = 2 atau − 2 x 2 = 2 .
Karena x real, maka x 2 tidak boleh negatif. Karena itu
x 2 = 1 dan y = x
yang memberikan
x = y =1
dan
x = y = −1 .
Contoh soal :
Bagaimanakah bentuk kurva dalam bidang (x, y) yang memenuhi persamaan
z =3 ?
Jawab :
Karena
z = x2 + y 2 = 3
maka
x2 + y2 = 9 .
Soal-Soal Latihan
1. Carilah nilai-nilai absolut berikut ini
_______________________________________________________________________________
9 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
2 + 3i
a.
1− i
z
b.
z
c. (1 + 2i ) 3
5
1+ i
d.
1− i
2. Carilah seluruh nilai yang mungkin untuk bilangan real x dan y pada
persamaan berikut
a. (2 x − 3 y − 5) + i ( x + 2 y + 1) = 0
b. ( x + iy )3 = −1
x + iy + 2 + 3i
c. =i+2
2 x + 2iy − 3
b. z − z = 5i
c. z −1 + i = 2
d. z +1 + z −1 = 8
e. Re ( z 2 ) = 4
f. z2 = z 2
g. z2 + z 2 = 0
a. e3(1− 4πi )
4
1 + i
b.
1− i
_______________________________________________________________________________
10 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
(1 + i ) 48
c.
( 3 − i ) 25
d. (1 − 2i)i
e. i ln i
f. e − (iπ / 4) + ln 3
_______________________________________________________________________________
11 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
e ± iφ = cos φ ± i sin φ
Dari bentuk di atas nilai cos φ dan sin φ dapat dituliskan sebagai
dan
sin φ = 1
2i
( e iφ − e − iφ )
_______________________________________________________________________________
12 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
z= ( 2 exp(iπ / 4) )
−i
= ( 2 ) − i exp(π / 4) = exp(−i ln 2 ). exp(π / 4)
(
= exp(π / 4) cos(ln 2 ) − i sin(ln 2 ) )
= 2,19 × (0,94 − 0,34i)
= 2,06 − 0,74i.
Contoh soal :
Carilah semua akar persamaan x 4 + 2 x 2 + 4 = 0 .
Jawab :
Dengan substitusi :
u = x2
diperoleh bentuk persamaan kuadrat dalam u :
u 2 + 2u + 4 = 0
yang memiliki akar-akar
− 2 ± 4 − 16
u1, 2 = = −1 ± i 3 .
2
Jadi
u1 = −1 + i 3 = x 2 = 2 exp(2πi / 3)
sehingga
x1, 2 = ± 2 exp(πi / 3) = ± 2 (cos π / 3 + i sin π / 3)
1+ i 3
=± .
2
Kemudian
u 2 = −1 − i 3 = x 2 = 2 exp(4πi / 3)
sehingga
−1+ i 3
x3, 4 = ± 2 exp(2πi / 3) = ± 2 (cos 2π / 3 + i sin 2π / 3) = ± .
2
_______________________________________________________________________________
13 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
1+ i 3 1+ i 3 −1+ i 3 −1 + i 3
, − , dan − .
2 2 2 2
Dapat dilihat bahwa jumlah keempat akar tersebut sama dengan nol.
Contoh soal :
3
Carilah seluruh nilai akar 8.
Jawab :
z = 8 = 8(cos 0 + i sin 0)
= 8(cos 2π + i sin 2π )
= 8 (cos 4π + i sin 4π ) .
3
Jadi akar-akar untuk bentuk 8 adalah :
2
atau
2(cos 2π / 3 + i sin 2π / 3) = −1 + i 3
atau
2(cos 4π / 3 + i sin 4π / 3) = −1 − i 3 .
Soal-soal Latihan
5. Carilah seluruh akar-akar bilangan kompleks berikut
5
a. 1 (ada 5 jawaban)
8
b. 16 (ada 8 jawaban)
c. 4
8i 3 − 8
_______________________________________________________________________________
14 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
n(n − 1) n − 2 2
= x n + nx n −1 y + x y + ... + nxy n −1 + y n
2!
Untuk menunjukkan nilai e secara eksplisit, dituliskan
eiφ = ein (φ / n ) = (cos(φ / n) + i sin(φ / n)) n .
e = lim [1 + (1 / n)]n
n→∞
Apabila ke dalam rumus binomium Newton diisikan nilai :
x =1
dan
y = 1/n,
_______________________________________________________________________________
15 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
n=0 n!
Dapat ditunjukkan dengan rumus binomium Newton bahwa bentuk untuk
cos φ dan sin φ berturut-turut adalah :
∞
φ2 φ4 (−1) n φ 2 n
cos φ = 1 −
2!
+
4!
− ... = ∑
n = 0 ( 2 n)!
dan
φ3 φ5 ∞
(−1) n φ 2 n +1
sin φ = φ − + − ... = ∑ .
3! 5! n = 0 ( 2n + 1)!
cos(iα ) yang real yang akan disebut cosh α, dan bentuk sin(iα ) yang imaginer =
i sinh α . Jadi
cos(iα ) = cosh α
dan
sin(iα ) = i sinh α .
Bentuk eksplisit keduanya adalah
∞
α2 α4 α 2n
cosh α = 1 + + + ... = ∑
2! 4! n = 0 ( 2 n)!
dan
_______________________________________________________________________________
16 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
α3 α5 ∞
α 2 n +1
sinh α = α + + + ... = ∑ .
3! 5! n = 0 ( 2n + 1)!
Analog dengan kaitan untuk sin α dan cos α , bentuk hiperbolik di atas dapat
cosh α = 12 (eα + e −α )
dan
sinh α = 12 (eα − e −α )
α 2z ± 4z 2 − 4
e = = z ± z2 −1
2
sehingga diperoleh
α = sinh −1 z = ln( z ± z 2 − 1) .
Bentuk penyelesaian di atas menunjukkan penyelesaian ganda (kecuali untuk z =
1) dan bernilai real apabila z ≥ 1. Untuk
z = sinh α
maka diperoleh penyelesaian yang berbentuk
α = sinh −1 z = ln( z + z 2 + 1) .
_______________________________________________________________________________
17 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
Bentuk di atas merupakan penyelesaian tunggal dan bernilai selalu real untuk
sembarang z real. Sedangkan untuk
z = tanh α
diperoleh bentuk penyelesaian
1+ z
α = tanh −1 z = 12 ln
1− z
yang bernilai real hanya untuk −1 < z < 1.
Contoh soal :
Nyatakan bentuk sin (π − 2i ln 3) dalam bentuk x + iy .
Jawab :
z = sin (π − 2i ln 3) = (2i ) −1 (exp(iπ + 2 ln 3) − exp(−iπ − 2 ln 3) )
(
= (2i ) −1 9(cos π + i sin π ) − 9 −1 (cos π − i sin π ) )
1
−9+
= 9 = 40 i .
2i 9
Contoh soal :
Buktikan bahwa sin 2 z + cos 2 z = 1 .
Jawab :
2
eiz − e − iz e 2iz − 2 + e − 2iz
sin z =
2
=−
2i 4
dan
2
eiz + e − iz e 2iz + 2 + e − 2iz
cos z =
2
=
2 4
sehingga
2 2
sin 2 z + cos 2 z = + = 1.
4 4
Contoh soal :
d
Buktikan bahwa sin z = cos z .
dz
Jawab :
_______________________________________________________________________________
18 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
1 d iz
2i dz
(
e − e − iz =)i (eiz + e −iz )
2i
= cos z .
z = ew
maka menurut definisi
w = ln z .
Karena sembarang bilangan kompleks z dapat dinyatakan dalam bentuk
z = re iθ
maka
w = ln(re iθ ) = ln r + iθ
Perumusan di atas memberikan nilai logaritma suatu bilangan kompleks z yaitu
logaritma dari modulusnya (yang real positif) ditambah dengan iθ yang pasti
imaginer.
Karena θ memiliki sejumlah tak hingga banyaknya (sudut utama dan sudut
lainnya yang berbeda kelipatan 2π dari sudut utama), karena itu logaritma
bilangan kompleks terdapat tak hingga banyaknya, yang nilainya berbeda dengan
lainnya oleh kelipatan 2πi . Nilai utama dari ln z adalah satu nilai menggunakan
sudut utama dari θ , disini digunakan 0 ≤ θ < 2π . (Buku-buku lainnya ada yang
menggunakan − π < θ ≤ π )
Contoh soal :
Carilah ln(−1).
Jawab :
ln(−1) = ln[exp i (π ± 2πn)] = i (π ± 2πn) untuk n = 0, 1, 2, …
Contoh Soal :
Carilah nilai ln(1 + i )
_______________________________________________________________________________
19 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
Jawab :
Untuk z = 1 + i, maka
r= 2
dan
θ = π / 4 ± 2 nπ
maka
ln(1 + i ) = ln 2 + i (π / 4 ± 2nπ )
= 0,347 + i (π / 4 ± 2nπ ) .
Untuk setiap bilangan real positif, persamaan
ln a b = b ln a
ekuivalen dengan
a b = e b ln a .
Pangkat kompleks didefinisikan dengan rumus yang sama untuk a dan b
kompleks. Jadi menurut definisi
a b = e b ln a .
Karena nilai logaritma bilangan kompleks ada sejumlah tak hingga banyaknya,
demikian pula dengan pangkat kompleks ini. Kita dapat mengambil nilai utama
dengan sudut yang dipilih adalah sudut utama.
Contoh Soal :
i −2i = e −2i ln i .
Karena
ln i = i (π / 2 ± 2nπ )
maka
i −2i = eπ ± 4nπ
dimana
_______________________________________________________________________________
20 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
eπ = 23,14 .
i1 / 2 = e (1 / 2) ln i = e iπ / 4 e inπ .
Mengingat
+ 1 untuk n genap
e inπ =
− 1 untuk n gasal
maka
1+ι
i 1 / 2 = ± e iπ / 4 = ± .
2
Ternyata, meskipun ln i memiliki sejumlah tak hingga banyaknya, nilai untuk
i1 / 2 hanya dua nilai, sebagaimana kita peroleh untuk akar pangkat dua.
Contoh Soal :
Carilah z = arc cos 2 atau cos z = 2.
Jawab :
Dari bentuk
eiz + e −iz
2= ,
2
dilakukan substitusi
u = eiz
sehingga diperoleh
u 2 − 4u + 1 = 0
Penyelesaian persamaan kuadrat di atas adalah :
4 ± 16 − 4
u1, 2 = =2± 3
2
atau
eiz = 2 ± 3 .
_______________________________________________________________________________
21 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
Soal-soal Latihan
9. Nyatakan bilangan kompleks berikut dalam bentuk x + iy.
a. cos (π − 2i ln 3)
b. tan 2i.
iπ
c. sinh ln 2 +
3
d. (
ln − 2 − i 2 )
3 + i
e. sin i ln
2
f. arccos (−2)
g. tanh −1 (i 3 )
h. ln(sin −1 2i )
i. tanh −1 (i −i )
j. e −iπ +3 ln 2
3
k. i
_______________________________________________________________________________
22 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
dan
a = d 2 z / dt 2 .
_______________________________________________________________________________
23 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
dz dz dz − 3i 3i 3
v= = = =
dt dt dt (t − i ) 2 (t + i ) 2 t 2 + 1
Sedangkan
d 2z 6i
=
dt 2
(t − i )3
sehingga
d 2z 6
a= 2 = 2 .
dt (t + 1) 3 / 2
Soal-soal Latihan
11. Sebuah partikel bergerak dalam bidang XY sehingga posisinya (x, y)
sebagai fungsi waktu diberikan oleh
z = x + iy = cos 2t + i sin 2t
Tentukan besar kecepatan dan percepatan partikel tersebut sebagai fungsi
waktu. Bagaimanakah bentuk gerakannya ?
dengan
_______________________________________________________________________________
24 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
b
β=
2m
dan
k
ω0 = .
m
Tetapan ω 0 adalah frekuensi sudut alamiah osilator yang tak teredam. Untuk
menyelesaikan persamaan di atas, dilakukan substitusi
x = eα t
sehingga diperoleh persamaan kuadrat dalam α :
α 2 + 2αβ + ω 02 = 0 .
Penyelesaian persamaan di atas adalah
α1 = − β + β 2 − ω 02
dan
α 2 = − β − β 2 − ω 02 .
α1 = α 2 = − β
yang menghasilkan penyelesaian yang berbentuk eksponensial, yaitu
x1 = exp(− β t )
_______________________________________________________________________________
25 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
ω1 = ω 02 − β 2 .
Penyelesaian umum untuk kasus ini adalah
x = exp(− β t )(c1 exp(iω1t ) + c2 exp(−iω1t ) ) .
Bentuk di atas dapat diolah menjadi
x = exp(− β t )(a1 sin(ω1t ) + a2 cos(ω1t ) )
dengan
a1 = i (c1 − c2 )
dan
a2 = c1 + c2 .
Karena x real, c1 dan c2 adalah bilangan kompleks yang dihubungkan melalui
persamaan
c2 * = c1 .
Tetapan a1 dan a2 bernilai real.
Bentuk lain penyelesaian di atas adalah
x = A exp(− β t ) cos(ω1t − δ )
dengan tetapan A dan δ diberikan oleh
A = a12 + a22
_______________________________________________________________________________
26 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
dan
a1
tan δ = .
a2
Penyelesaian di atas dinamakan teredam meluruh.
Masalah Kelistrikan
Dalam teori arus listrik, jika VR adalah tegangan antara ujung-ujung
hambatan R, dan I adalah arus yang mengalir pada hambatan tersebut maka
berlaku hukum Ohm yang dirumuskan sebagai
VR = I R
Selain itu, kaitan antara arus I dan tegangan VL pada sebuah induktansi L adalah
dI
VL = L
dt
sedangkan arus dan tegangan yang melalui sebuah kapasitor berkapasitansi C
dihubungkan melalui persamaan
dVC I
=
dt C
Ditinjau sebuah rangkaian seri dengan
tegangan bolak-balik V dan arus bolak-balik
I yang disa-jikan pada gambar di samping
ini. V dan I bervariasi terhadap waktu yang
diberikan oleh persamaan
I = I 0 sin ω t
Dengan I diberikan pada persamaan di atas, tegangan yang melalui R, L dan C
adalah
VR = RI 0 sin ω t
VL = ωLI 0 cos ω t
dan
1
VC = − I 0 cos ω t
ωC
sehingga tegangan total bernilai
_______________________________________________________________________________
27 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
V = VR + VL + VC .
Ada metode lain yang dapat digunakan untuk menelaah kasus di atas dengan
menggunakan konsep bilangan kompleks. Bentuk persamaan arus yang bervariasi
terhadap waktu dapat ditulis sebagai
I = I 0 e iω t
dimana kuat arus secara fisis diberikan oleh bagian imaginer I dalam persamaan di
atas. Jadi
VL = RI 0 e iω t
1 I
VC = I 0 e iω t =
iω C iω C
sehingga
1
V = VR + VL + VC = R + i ω L − I .
ω C
Dari persamaan terakhir didefinisikan besaran impedansi (kompleks) sebagai
1
Z = R + i ω L − .
ω C
Karena itu tegangan V dapat ditulis sebagai
V = ZI
yang mana penampilannya nampak seperti hukum Ohm. Besar Z dapat dicari
dengan menentukan modulusnya sebagai
Z = R 2 + ( X L − X C )2
dengan
XL =ω L
dan
1
XC =
ωC
berturut-turut adalah reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif. Nilai Z akan
minimum jika
_______________________________________________________________________________
28 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
X L = XC
yang berarti
1
ω= .
LC
Keadaan ini disebut dengan keadaan resonansi. Pada keadaan ini bentuk Z tidak
mengandung bagian kompleks.
Optika
Dalam optik, orang sering menggabungkan sejumlah gelombang cahaya
(yang dapat diwakili oleh fungsi sinus) Misalkan terdapat n gelombang yang
dapat dituliskan sebagai
sin(ωt ), sin(ωt + δ ), sin(ωt + 2δ ), ... , sin(ωt + (n − 1)δ )
Jika orang ingin menjumlahkan seluruh gelombang tersebut,langkah termudah
adalah dengan menyatakan fungsi sinus tersebut, langkah termudah adalah dengan
menyatakan fungsi sinus tersebut sebagai bagian imaginer dari suatu bilngan
kompleks, sehingga n gelombang tersebut dapat dinyatakan sebagai bagian
imaginer dari deret bilangan kompleks berikut :
eiωt + eiωt + δ + eiωt + 2δ + ... + eiωt + ( n −1)δ .
Deret di atas adalah deret geometri dengan suku pertama eiωt dan rasio eiδ .
Dengan menggunakan rumus jumlah untuk n suku pertama deret geometri :
a (1 − r n )
Sn =
1− r
dengan a dan r berturut-turut suku pertama dan rasio deret, deret bilangan
kompleks di atas dapat dinyatakan sebagai
eiωt (1 − einδ )
.
1 − e iδ
Dengan menggunakan bentuk
1 − einδ = einδ / 2 (e −inδ / 2 − einδ / 2 ) = −2ieinδ / 2 sin(nδ / 2)
dan
1 − eiδ = eiδ / 2 (e −iδ / 2 − eiδ / 2 ) = −2ieiδ / 2 sin(δ / 2)
_______________________________________________________________________________
29 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
Soal-soal Latihan
13. Pada integral-integral berikut ini nyatakan sin dan cos dalam bentuk
eksponensial, selanjutnya tunjukkan bahwa
π π π
a. ∫−π cos 2 x cos 3x dx = ∫−π sin 2 x sin 3x dx = ∫−π sin 2 x cos 3x dx =0
π
b. ∫−π cos
2
3x dx = π .
2π
c. ∫0 sin 2 4 x dx = π
( a + ib ) x
14. Carilah nilai ∫e dx , kemudian ambillah bagian real dan imaginer
16. Tunjukkan bahwa tan z tidak pernah bernilai ± i , serta tanh z tak pernah
bernilai ± 1 .
_______________________________________________________________________________
30 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
N
cos[ Nθ / 2] sin[( N + 1)θ / 2]
d. 1 + ∑ cos nθ =
n =1 sin θ / 2
N
sin[ Nθ / 2] sin [( N + 1)θ / 2]
e. ∑ sin nθ = sin θ / 2
n =1
21. Dalam teori relativitas khusus, laju partikel bermassa (v) selalu lebih kecil
daripada laju cahaya dalam vakum (c). Sementara itu nilai tanh θ untuk θ
real selalu memiliki jangkauan nilai −1 < tanh θ < 1. Jika didefinisikan
tanh θ = v/c,
buktikan bahwa
_______________________________________________________________________________
31 Bilangan Kompleks
_________________________________________________________________________________________
1
cosh θ =
1 − v2 / c2
dan
v/c
sinh θ = .
1 − v2 / c2
_______________________________________________________________________________
32 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
BAB II
ALJABAR VEKTOR
_______________________________________________________________________________
33 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
Besar Vektor
Panjang panah yang mewakili suatu vektor A disebut panjang atau
magnitud (magnitude) vektor A , yang ditulis dengan A atau A. Terkadang
ditulis pula sebagai norm A , yang ditulis dengan A . Dengan menggunakan
teorema Phytagoras, panjang A adalah
atau
Contoh soal :
Gaya F memiliki komponen ke arah x sebesar 3 N dan komponen ke arah y
sebesar 4 N. Maka :
Fx = 3N , Fy = 4 N , F = Fx2 + Fy2 = 5 N.
dan
F 3
θ = sudut antara F dengan sumbu x = arctan y = arctan .
Fx 4
_______________________________________________________________________________
34 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
a + b = b + a.
3. Hukum penjumlahan asosiatif :
( a + b ) + c = a + ( b + c ).
4. Eksistensi vektor nol.
Terdapat suatu vektor 0 sedemikian sehingga
a + 0 = 0 + a = a.
5. Untuk sebuah vektor a tertentu terdapat lawan (− a ) sedemikian sehingga
a + (− a ) = 0 .
Jika α1 dan α 2 adalah skalar maka (α1 + α 2 )a = α1a + α 2a .
6.
α (a + b ) = α a + α b .
7.
α1 ( α 2 a ) = ( α1 α 2 ) a
8.
Penjumlahan Vektor
Dua vektor A dan B dapat dijumlahkan secara geometri dengan dua cara :
(1) cara segitiga, dan
(2) cara jajaran genjang.
Pada penjumlahan dua vektor atau lebih, berlaku kaedah-kaedah :
Kaedah komutatif : A + B = B + A
Kaedah asosiatif : ( A + B) + C = A + (B + C) .
8iˆ + 5 ˆj
Sebuah vektor cA menyatakan sebuah vektor yang panjangnya c kali vektor
A dan arahnya adalah sejajar (berlawanan) dengan A jika c positif (negatif).
Jadi jika
= 5iˆ + 3 ˆj
A
maka
_______________________________________________________________________________
35 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
4 A = 20iˆ + 12 ˆj .
A = 5iˆ + 3 ˆj
maka
− A = − 5iˆ − 3 ˆj .
Jumlah keduanya menghasilkan vektor nol ( 0 ). Vektor nol adalah vektor dengan
panjang nol, seluruh komponennya nol namun tidak memiliki arah. Sebuah vektor
dengan panjang satu disebut vektor satuan (unit vector). Jadi untuk sebarang
Soal-soal Latihan
1. Tunjukkan bahwa ketiga garis bagi (garis yang membagi garis sama
panjang) pada suatu segitiga sembarang bertemu pada satu titik.
3. Tunjukkan bahwa sebuah garis yang melalui titik tengah sisi pertama dan
sejajar sisi kedua, akan membagi dua sisi ketiga.
4. Tunjukkan bahwa garis yang menghubungkan titik tengah dua sisi pada
sembarang segitiga akan sejajar dengan sisi ketiga dan panjang garis
tersebut sama dengan setengah panjang sisi ketiga.
_______________________________________________________________________________
36 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
Perkalian Skalar
Perkalian skalar antara vektor A dan B didefinisikan sebagai sebuah
besaran skalar yang sama dengan panjang A dikalikan panjang B dikalikan
cosinus sudut antara A dan B . Dituliskan sebagai
A ⋅ B = A B cos θ .
_______________________________________________________________________________
37 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
(B + C) ⋅ A = B ⋅ A + C ⋅ A .
Jika A dan B adalah fungsi parameter t maka :
d dB dA
( A ⋅ B) = A ⋅ + ⋅B
dt dt dt
Jika perkalian skalar ingin dinyatakan dalam bentuk komponen-
komponennya, diperoleh
A ⋅ B = ( Ax iˆ + Ay ˆj + Az kˆ) ⋅ ( Bx iˆ + B y ˆj + Bz kˆ) .
iˆ ⋅ iˆ = iˆ iˆ cos 0 = 1.1.1 = 1
Sedangkan
iˆ ⋅ ˆj = ˆj ⋅ kˆ = kˆ ⋅ iˆ = 0
karena sudut yang mengapit kedua vektor satuan yang berlaian tersebut sama
dengan 900 sehingga cos 900 = 0. Jadi diperoleh
A ⋅ B = Ax Bx + Ay B y + Az Bz .
A = 32 + 6 2 + 9 2 = 3 14
B = (−2) 2 + 32 + 12 = 14
_______________________________________________________________________________
38 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
A ⋅ B = Ax Bx + Ay B y + Az Bz = AB cos θ
atau
Ax Bx + Ay B y + Az Bz − 6 + 18 + 9 21 1
cos θ = = = =
AB 3 14 14 42 2
sehingga
θ = 600 .
Jika dua vektor A dan B tegaklurus, maka
cos θ = 0
sehingga berlaku
Ax Bx + Ay B y + Az Bz = 0
Sedangkan jika kedua vektor tersebut sejajar, berlaku (jika tak ada komponen
yang bernilai nol)
Ax Ay Az
= = .
Bx B y Bz
_______________________________________________________________________________
39 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
dW d s dv
= F⋅ = F⋅v = m ⋅v,
dt dt dt
padahal
( )
v = (v ⋅ v ) = 2 v ⋅
d 2 d dv
dt dt dt
sehingga diperoleh
d 1 dE
F ⋅ v = mv 2 = K .
dt 2 dt
Persamaan terakhir di atas menyatakan bahwa laju gaya F yang bekerja
pada partikel berkecepatan v sama dengan perubahan energi kinetik E K terhadap
waktu t. Selain itu diperoleh pula bentuk berikut :
ds
dW = Fdt ⋅ = m dv ⋅ v = p ⋅ dv
dt
dengan momentum partikel p dirumuskan sebagai
p = mv .
Soal-soal Latihan
1. Untuk dua buah vektor
a = 3iˆ + m( ˆj + kˆ)
dan
b = −iˆ + 5 ˆj + 2mkˆ ,
carilah nilai m sedemikian sehingga vektor a tegak lurus dengan vektor b .
Untuk nilai m tersebut, carilah semua vektor satuan yang tegaklurus pada a
dan b .
sepanjang lintasan
r = 2iˆ − 3 ˆj − 4kˆ m.
_______________________________________________________________________________
40 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
4. Tunjukkan bahwa
BA + AB
tegaklurus dengan
AB −BA
untuk A dan B sembarang.
yang hasilnya didefinisikan sebagai sebuah vektor yang memiliki panjang dan
arah sebagai berikut :
= A×B
C
adalah tegaklurus bidang A dan B dan mengikuti rotasi putar kanan dari A ke
B.
Perkalian silang antara A dan B tidak mematuhi kaedah komutatif. Jadi
A × B tidak sama dengan B × A . Perumusannya
A×B = −B× A
sehingga
_______________________________________________________________________________
41 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
A×B + B× A = 0 .
Jika A dan B sejajar atau berlawanan arah, maka sudut yang mengapit
keduanya 00 atau 1800 sehingga sin θ = 0 . Jadi
iˆ × ˆj = kˆ , ˆj × iˆ = −kˆ , ˆj × kˆ = iˆ ,
kˆ × ˆj = −iˆ , kˆ × iˆ = ˆj , iˆ × kˆ = − ˆj .
sebagai
A × B = ( Ax iˆ + Ay ˆj + Az kˆ) × ( Bx iˆ + B y ˆj + Bz kˆ)
= iˆ( Ay Bz − Az B y ) + ˆj ( Az Bx − Ax Bz ) + kˆ( Ax B y − Ay Bx )
iˆ ˆj kˆ
= Ax Ay Az .
Bx By Bz
B = iˆ + 3 ˆj − 2kˆ .
Jawab :
_______________________________________________________________________________
42 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
iˆ ˆj kˆ
A×B = 2 1 − 1 = iˆ + 3 ˆj + 5kˆ .
1 3 −2
uˆ =
iˆ + 3 ˆj + 5kˆ
=
1 ˆ
( )
i + 3 ˆj + 5kˆ .
12 + 32 + 52 35
Selain hasil di atas, vektor satuan yang dicari adalah
−
1 ˆ
35
(
i + 3 ˆj + 5kˆ ) (Mengapa ?)
dengan
A1 = Ax , A2 = Ay , A3 = Az
Jika vektor A dikalikan skalar dengan vektor B , hasilnya
A ⋅ B = ( Ai nˆi ) ⋅ ( B j nˆ j ) = Ai B j nˆi ⋅ nˆ j .
_______________________________________________________________________________
43 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
1, i = j
nˆi ⋅ nˆ j = δ ij =
0, i ≠ j
Sebagai contoh :
δ 11 = δ 22 = δ 33 = 1
sedangkan
δ 12 = δ 21 = δ 13 = δ 31 = δ 23 = δ 32 = 0 .
Jadi
A ⋅ B = Ai B j δ ij = Ai Bi
= Ax Bx + Ay B y + Az Bz .
digunakan rumus
B jδ ij = Bi
_______________________________________________________________________________
44 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
( A × B) 2 = A3 B1 − A1 B3 ;
dan
( A × B)3 = A1 B2 − A2 B1 .
Sementara itu dari bentuk di atas dapat pula disimpulkan pula bahwa :
Ai B j − A j Bi = ε ijk ( A × B) k
Perkalian silang antara A dan B dapat ditulis sebagai :
Sementara itu
( A × B) × C = ε imn ( A × B) i C m nˆn = ( Am Bn − An Bm ) Cm nˆ n
Untuk mencari kaitan antara epsilon dan delta Kronecker, dua persamaan di atas
ditulis sebagai
ε ijk ε kmn Ai B j Cm nˆn = ( Am Bn − An Bm ) Cm nˆn
_______________________________________________________________________________
45 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
atau
ε kij ε kmn ( Ai B j Cm nˆn ) = (δ imδ jn − δ inδ jm )( Ai B j Cm nˆ n )
sehingga diperoleh
ε kij ε kmn = δ imδ jn − δ inδ jm .
Jika dipilih i = m :
ε kmj ε kmn = δ mmδ jn − δ mnδ jm = 3δ jn − δ jn = 2δ jn .
Selanjutnya untuk j = n diperoleh
ε kmn ε kmn = 2δ nn = 6 .
Contoh soal :
Carilah nilai ( A × B) × C jika A = iˆ + ˆj + kˆ , B = iˆ − ˆj + 2kˆ dan C = −2iˆ + ˆj − kˆ .
Jawab :
iˆ kˆ
ˆj
A×B = 1 1 1 = 3iˆ − ˆj − 2kˆ .
1 −1 2
Jadi
iˆ ˆj kˆ
( A × B) × C = 3 − 1 − 2 = 3iˆ + 7 ˆj + kˆ .
− 2 1 −1
= − 2B + 5A = 3iˆ + 7 ˆj + kˆ .
_______________________________________________________________________________
46 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
Jika partikel dalam keadaan rehat yang berarti v lenyap atau v sejajar atau
berlawanan arah dengan B maka gaya Lorentz di atas tereduksi menjadi gaya
Coulomb :
F = qE .
Contoh Soal :
Misalkan ingin dicari gaya Lorentz F yang bekerja pada partikel bermuatan q
yang bergerak dengan kecepatan
c
v = (2iˆ + 2 ˆj + kˆ)
5
dalam medan
E = E0 (iˆ − ˆj − kˆ)
dan
B = 5E0 (−iˆ + ˆj + 2kˆ) / c .
Jawab :
iˆ ˆj kˆ
v × B = E0 2 2 1 = E0 (3iˆ − 5 ˆj + 4kˆ)
−1 1 2
sehingga
1 3
F = qE0 − 1 + − 5 = qE0 (4iˆ − 6 ˆj + 3kˆ).
Penggunaan perkalian silang yang lain adalah pada momentum sudut rotasi
partikel yang bermassa m berkecepatan v yang berada pada vektor posisi r .
Momentum sudut rotasi partikel tersebut adalah
L = r × mv .
_______________________________________________________________________________
47 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
v×v = 0
dan
dv
m = F,
dt
diperoleh
dL
= r×F = τ.
dt
Jadi perubahan momentum sudut rotasi partikel terhadap waktu sama dengan
torka partikel tersebut. Jika gaya luar yang bekerja pada partikel tersebut lenyap,
maka perubahan momentum sudut rotasi terhadap waktu menjadi lenyap, atau
momentum sudut rotasi partikel bernilai kekal.
−soal Latihan
Soal−
Buktikan bahwa A × (B × C) = B( A ⋅ C) − C( A ⋅ B)
1.
Jika diketahui tiga buah vektor A = 2iˆ + 3 ˆj − 4kˆ , B = − 2iˆ + 3 ˆj + 4kˆ serta
5.
( A × B) × C = B( A ⋅ C) − A (B ⋅ C)
dan
( A × B) ⋅ C = (B × C) ⋅ A = (C × A ) ⋅ B
_______________________________________________________________________________
48 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
7. Carilah gaya Lorentz F yang bekerja pada partikel bermuatan q yang
bergerak dengan kecepatan
c
v = (−2iˆ + ˆj − 2kˆ)
5
dalam medan
E = E0 (3iˆ − 2 ˆj + kˆ)
dan
B = 5E0 (iˆ − ˆj − kˆ) / c .
Tunjukkan bahwa
dL / dt = mr × (d 2 r / dt 2 ) .
y − y0
=m
x − x0
atau
y = mx + ( y0 − mx0 )
Diberikan sebuah garis pada dua dua dimensi dengan vektor
A = aiˆ + bˆj .
sejajar, maka vektor yang satu adalah tetapan kali vektor yang lain, atau
r − r0 = At
atau
r = r0 + At
dengan t adalah tetapan skalar. Besaran t tersebut dapat dipandang sebagai suatu
parameter sehingga persamaan di atas dapat dijabarkan menjadi
x − x0 = at
dan
y − y0 = bt .
_______________________________________________________________________________
50 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
dengan vektor A = aiˆ + bˆj + ckˆ . Jika ( x, y, z ) adalah sembarang titik pada garis
sebanding dengan komponen a, b dan c dari vektor A , dan diperoleh
x − x0 y − y0 z − z 0
= = .
a b c
Persamaan di atas merupakan persamaan garis lurus dengan a, b dan c ≠ 0. Jika
misalkan c = 0, dari persamaan di atas diperoleh
x − x0 y − y0
= , z = z0 .
a b
Sebagaimana dalam kasus dua dimensi, dua persamaan terakhir di atas dapat
dituliskan sebagai
r = r0 + At
atau
x = x0 + at
y = y 0 + bt .
z = z 0 + ct
Kembali ditinjau pada dua dimensi, ingin dicari persamaan garis lurus L
yang melalui titik ( x0 , y0 ) dan tegaklurus terhadap vektor N = aiˆ + bˆj .
melalui garis tersebut. Karena vektor tersebut tegaklurus dengan vektor N , maka
perkalian titik antara keduanya bernilai nol, yang memberikan
a ( x − x0 ) + b( y − y0 ) = 0
_______________________________________________________________________________
51 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
atau
y − y0 a
=− .
x − x0 b
Persamaan di atas adalah persamaan garis yang tegaklurus pada N .
Dalam kasus tiga dimensi, yang akan diperoleh adalah persamaan bidang
yang tegaklurus suatu vektor normal. Jika ( x0 , y0 , z0 ) adalah suatu titik dalam
bidang dan ( x, y, z ) adalah sembarang titik pada bidang tersebut, maka vektor
r − r0 = ( x − x0 )iˆ + ( y − y0 ) ˆj + ( z − z0 )kˆ
terletak pada bidang tersebut. Jika N = aiˆ + bˆj + ckˆ adalah vektor normal /
Contoh soal :
Carilah persamaan bidang yang melalui tiga titik A (−1, 1, 1), B (2, 3, 0) dan C (0,
1, −2).
Jawab :
Vektor yang menghubungkan titik-titik tersebut pasti terletak pada bidang yang
diinginkan. Dalam hal ini dapat dipilih dua vektor, yaitu
AC = (1, 0, −3).
_______________________________________________________________________________
52 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
Perkalian silang antara kedua vektor tersebut akan tegaklurus pada bidang. Vektor
tersebut adalah
iˆ ˆj kˆ
N = AB × AC = 3 2 − 1 = −6iˆ + 8 ˆj − 2kˆ .
1 0 −3
Sekarang persamaan bidang dengan arah normal diberikan oleh vektor N yang
melalui salah satu titik, katakanlah B, adalah
− 6( x − 2) + 8( y − 3) − 2( z − 0) = 0
atau jika disederhanakan menjadi
3x − 4 y + z + 6 = 0 .
Contoh soal :
Carilah persamaan garis yang melalui (1, 0, −2) dan tegaklurus pada bidang di
atas.
Jawab :
Pada contoh di atas, vektor 3̂i − 4 ˆj + kˆ tegaklurus pada bidang di atas, sehingga
vektor tersebut sejajar dengan garis yang ingin dicari. Karena itu persamaan garis
tersebut adalah
x − 1 y − 0 z − (−2)
= = .
3 −4 1
Contoh soal :
Carilah jarak antara titik P (1, −2, 3) ke bidang 3 x − 2 y + z + 1 = 0 .
Jawab :
Terlebih dahulu dipilih salah satu titik pada bidang, yaitu titik Q (1, 2, 0). Vektor
yang menghubungkan dari P ke Q adalah
Karena itu jarak antara titik P ke bidang adalah proyeksi vektor PR ke vektor
normal N yang dirumuskan sebagai
_______________________________________________________________________________
53 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
PQ ⋅ N
0−8−3 11
Jarak = = = 14 .
N 3 + ( − 2) + 1
2 2 2 14
Soal-soal Latihan
1. Carilah sudut antara garis 2x + 3y = 6 dan −3x + 4y = 12.
3. Carilah persamaan bidang yang tegaklurus vektor 2iˆ − ˆj − 2kˆ dan melalui
titik ( 3, 2, 1).
5. Carilah persamaan bidang yang melalui titik (1, 2, 3), (2, 3, 1) dan (3, 1, 2).
i =1
i =1
_______________________________________________________________________________
55 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
dalam ruang tersebut pasti gayut linear. N vektor yang dapat dicari dengan sifat
bebas linear tersebut dalam ruang vektor berdimensi N dapat diperlakukan sebagai
basis. Terhadap suatu perangkat basis
{b i =1,2,..., N } ,
sembarang vektor x dalam ruang berdimensi N dapat diuraikan menjadi :
N
x = x1b1 + x2b 2 + ... + x N b N = ∑ xi b i .
i =1
xi (i = 1, 2, ..., N) adalah proyeksi vektor x terhadap basis.
Soal-soal Latihan
1. Buktikan berlakunya ketaksamaan Schwartz :
A+B ≤ A + B
2. Titik-titik dalam ruang fisis 3 dimensi dengan vektor letak r yang
memenuhi persamaan
r.n = n x x + n y y + n z z = h
terletak pada suatu bidang datar S yang tegaklurus pada vektor satuan
n = n x iˆ + n y ˆj + n z kˆ
rB = 3iˆ + 2 ˆj + 5kˆ
dan
rC = 6iˆ + 3kˆ
_______________________________________________________________________________
57 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
Ekspansikan rumus tersebut. Jika r tegaklurus dengan ω (yang berarti r
dan v terletak pada satu bidang), tunjukkan bahwa besar momentum sudut
adalah
L = mvr.
a = −ω 2 r .
8. Dua partikel bermuatan yang bergerak menghasilkan dua gaya yang bekerja
pada pasangannya tersebut. Dua gaya tersebut sebanding dengan
v1 × ( v 2 × r )
dan
v 2 × ( v1 × −r )
dengan r adalah vektor jarak yang menghubungkan kedua partikel.
Tunjukkan bahwa kedua gaya tersebut besarnya sama dan berlawanan arah
(hukum Newton tiga) jika dan hanya jika
r × ( v1 × v 2 ) = 0 .
9. Tunjukkan bahwa sebarang vektor V pada sebuah bidang, dapat dinyatakan
sebagai kombinasi linear dari dua vektor tak sejajar A dan B pada bidang
tersebut, yaitu dalam bentuk V = aA + bB . Selanjutnya carilah nilai a dan
b.
(Petunjuk : Carilah hasil perkalian silang A × V dan B × V . Tunjukkan pula
bahwa
(B × V ) ⋅ n
a=
(B × A ) ⋅ n
dengan n adalah vektor normal bidang. Dengan cara yang sama cari pula
nilai b.)
_______________________________________________________________________________
58 Aljabar Vektor
_________________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
59 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
BAB III
MATRIKS, DETERMINAN
DAN PERSAMAAN LINEAR
Pada bagian ini akan ditelaah kombinasi aljabar dan geometri yang sangat
berguna dalam berbagai problem fisika. Dalam fisika, banyak persoalan yang
melibatkan penyelesaian berupa set persamaan linear, misalnya persoalan
rangkaian listrik dengan menggunakan hukum Kirchoff. Jika diasumsikan telah
diselesaikan dua persaman linear simultan untuk x dan y berupa penyelesaian x =
2 dan y = −3, maka penyelesaian tersebut dapat dipandang sebagai titik (2, −3)
dalam bidang (x, y). Jika dua persamaan linear yang melibatkan dua variabel
bebas dipandang mewakili dua persamaan garis lurus, pada penyelesaiannya
berupa titik potong antara dua garis tersebut. Penyajian tersebut merupakan
wilayah geometri.
Banyak problem dalam fisika memerlukan penyelesaian set persamaan
linear dalam beberapa variabel yang tak belum diketahui nilainya. Untuk
menyelesaikan set persamaan linear, dapat digunakan metode substitusi atau
eliminasi. Metode ini cukup berguna untuk menyelesaikan kasus sederhana,
misalnya dua persamaan yang berisi dua variabel. Namun, untuk persoalan yang
lebih kompleks diperlukan metode yang lebih sistematik, terpadu dan cepat dalam
mencari penyelesaian yang diinginkan. Akan ditinjau dua metode tersebut untuk
menyelesaikan set persamaan simultan. Metode pertama yang biasa digunakan
disebut reduksi baris (row reduction) atau eliminasi Gauss, biasanya digunakan
dan beguna dalam komputasi numerik dan cukup efisien untuk menyelesaikan
banyak persamaan linear dengan bantuan komputer. Metode kedua adalah metode
Cramer yang memberikan perumusan untuk menyelesaikan seluruh variabel
dengan menghitung determinan matriks yang ordenya sama dengan jumlah
variabel bebas. Untuk kedua metode tersebut diperlukan konsep matriks dan
determinan.
Ditinjau 3 persamaan linear yang berisi 3 variabel :
__________________________________________________________________
60 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
2x + 5 y + z = 4
3x − 4 y − 2 z = 6
− 3x + 7 y − 5 z = 8
Seluruh angka pada set persamaan tersebut dapat disusun sebagai
2 5 1 4
3 − 4 − 2 6 .
− 3 7 − 5 8
Bentuk di atas disebut matriks yang berode 3 × 4 karena berisi 3 baris dan 4
kolom. Pada matriks tersebut, sebagai contoh, angka 5 terletak pada baris ke satu
dan kolom ke dua. Angka 8 terletak pada baris ketiga dan kolom keempat.
Ada beberapa operasi matriks, yaitu :
1. Kesamaan matriks .
Dua buah matriks dikatakan sama jika dan hanya jika orde kedua matriks
tersebut sama, serta komponen-komponen matriks yang letaknya sama bernilai
sama. Sebagai contoh
a + 2 2b c + d b + 1 4 2 d − 1
=
b + d ae 2c − f 6 b + c e − 5a
menghasilkan penyelesaian (buktikan !)
a = 1, b = 2, c = 3¸ d = 4, e = 5 dan f = 6.
2. Transpos matriks
Jika terdapat
1 2 3
A =
4 5 6
maka
1 4
T
A = 2 5
3 6
dikatakan sebagai transpos matriks A. Mentranspos sebuah matriks berarti
menukar antara baris dengan kolom atau sebaliknya.
3. Perkalian skalar
__________________________________________________________________
61 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
1 2
A =
3 4
dan
2 3
B =
4 1
maka
10 5
AB =
22 13
dan
11 16
BA =
7 12
yang berarti AB ≠ BA . Karena itu dapat dikatakan bahwa secara umum perkalian
matriks tidak bersifat komutatif.
6. Invers matriks
A A −1 = A −1 A = I
dengan I adalah matriks persegi identitas yang memiliki komponen-komponen
bernilai 1 hanya pada komponen diagonalnya, dan 0 untuk komponen selainnya.
Sebagai contoh,
1 2 7 − 2
A = dan A−1 =
3 7 − 3 1
sedemikian sehingga
1 0
A A−1 = A−1 A = = I .
0 1
Konsep invers matriks sangat erat hubungannya dengan determinan matriks, yaitu
nilai karakteristik suatu matriks. Sebuah matriks persegi memiliki invers jika dan
hanya jika determinan matriks tersebut tidak sama dengan nol. Jika determinannya
sama dengan nol, matriks tersebut tidak memiliki invers, serta disebut pula
matriks singular. Contoh matriks singular adalah
__________________________________________________________________
63 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
2 3
A =
8 12
Soal-soal Latihan
1 2 2 3 3 4
1. Jika A = , B = dan C = , carilah :
3 4 4 1 1 2
a. A + B, B − C, AB, BA, BC.
b. Tunjukkan bahwa AB ≠ BA, namun ( AB )C = A( BC ) .
2. Jika diketahui
x y x 6 4 x + y
3 = +
z w − 1 2w z + w 3
carilah nilai x, y, z dan w.
__________________________________________________________________
64 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________
65 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
1 0 x x
= = .
0 1 y y
Hasil di atas menunjukkan bahwa matriks
cos θ − sin θ
sin θ cos θ
merupakan invers matriks
cos θ sin θ
A = .
− sin θ cos θ
Sehingga dapat dituliskan
cos θ − sin θ
A−1 = .
sin θ cos θ
Persamaan transformasi dari ( x' , y ' ) ke ( x, y ) dapat pula diperoleh dari
kaedah transformasi ( x, y ) ke ( x' , y ' ) dengan substitusi θ → −θ , sehingga
x = x' cos(−θ ) + y ' sin(−θ ) = x' cos θ − y ' sin θ
dan
y = − x' sin(−θ ) + y ' cos(−θ ) = x' sin θ + y ' cos θ .
Untuk bentuk di atas telah digunakan identitas
sin(−θ ) = − sin θ
dan
cos(−θ ) = cos θ .
Determinan
Determinan matriks persegi A berorde n × n dengan komponen baris ke i
dan kolom ke j yaitu aij dituliskan sebagai
__________________________________________________________________
66 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
2. Jika dua baris atau lebih, begitu pula dengan dua kolom atau lebih adalah
identik (komponen-komponennya sama) maka nilai determinannya sama
dengan nol. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mudah, mengingat jika baris
atau kolom dipertukarkan maka nilainya menjadi minusnya, padahal sama
sekali tidak mengubah nilai determinan semula (mengingat identiknya baris
atau kolom yang dipertukarkan). Jadi kalau nilai determinan sama dengan
minusnya, pasti nilai determinan tersebut sama dengan nol.
Contoh :
1 2 3 4
5 6 7 8
=0
1 2 3 4
9 10 11 12
karena komponen baris pertama sama dengan komponen baris ketiga.
Sedangkan
1 2 3 1
5 6 7 5
=0
8 9 10 8
9 11 12 9
karena komponen kolom pertama sama dengan komponen kolom keempat.
__________________________________________________________________
67 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
3. Jika komponen suatu baris atau suatu kolom dikalikan dengan tetapan s
maka nilai determinan menjadi s × nilai determinan mula-mula. Sebagai
contoh :
1 2
=2,
3 8
maka
1 2 1 2
= = 3 .2 = 6 .
9 24 3.3 3.8
4. Jika suatu baris ditambah dengan s × baris yang lain, maka nilai determinan
tidak berubah. Demikian juga untuk kolom. Contoh :
1 2 8
3 2 1 =1,
1 1 2
Dalam hal ini matriks terakhir dimodifikasi dalam bentuk baris pertama
ditambah 2 × baris kedua.
5. Untuk menghitung determinan matriks, dapat dilakukan ekspansi Laplace,
sehingga orde matriks dapat diperkecil sehingga memudahkan penghitungan
determinannya. Sebuah matriks yang memiliki komponen baris ke m dan
kolom ke n yaitu amn , nilai determinan matriknya dapat dirumuskan
melalui ekspansi Laplace sebagai
dengan M mn adalah minor unsur amn yaitu determinan yang diperoleh dari
det A apabila baris nomor m dan kolom nomor n dihilangkan. Bentuk
(−1) m + n M mn = K mn
__________________________________________________________________
68 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
2 −3 1
0 −4 −1 − 4 −1 0
−1 0 −4 = 2 + (−1)(−3) +1
3 −2 4 −2 4 3
4 3 −2
= 24 + 54 − 3 = 75
Contoh soal :
Nyatakan persamaan bidang yang melalui tiga titik (0, 0, 0), (1, 2, 5) dan (2, −1,
0) dalam bentuk determinan matriks.
Jawab :
Determinan matriks yang dimaksud adalah
x y z 1
0 0 0 1
= 0.
1 2 5 1
2 −1 0 1
Contoh soal :
hitunglah determinan berikut ini :
1 2 3 4
2 3 4 1
D= .
3 4 1 2
4 1 2 3
Jawab :
Dengan melakukan operasi sebagai berikut : Baris II − 2 × Baris I ; Baris III − 3 ×
Baris I ; Baris IV − 4 × Baris I, maka nilai D tetap.
1 2 3 4
0 −1 −2 −7
D= .
0 −2 −8 − 10
0 − 7 − 10 − 13
Dilakukan ekspansi Laplace terhadap seluruh komponen pada kolom I, sehingga
nilai D yang tak lenyap hanyalah
−1 −2 −7 1 2 7
D = − 2 − 8 − 10 = (−1)3 2 8 10 .
− 7 − 10 − 13 7 10 13
__________________________________________________________________
69 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
Carilah A −1 , untuk
a 0 − b
A = 0 1 0
b c a
Jawab :
Det A = a 2 + b 2 .
Kofaktor setiap elemen di atas adalah :
1 0 0 0 0 1
Baris pertama : =a, − = 0, = −b
c a b a b c
0 −b a −b a 0
Baris kedua :− = −bc , = a2 + b2 , − = − ac
c a b a b c
0 −b a −b a 0
Baris ketiga : =b, − = 0, = a.
1 0 0 0 0 1
Sehingga
a 0 −b
C = − bc a 2 + b 2 − ac
b 0 a
Jadi :
__________________________________________________________________
70 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
a − bc b
−1 1 T 1 2 2
A = C =
2 2 0 a +b 0 .
det A a +b
− b 0 a
Rumus Cramer
Determinan matriks orde n × n dapat digunakan untuk menentukan
penyelesaian n buah persamaan linear yang mengandung n variabel. Metode ini
dinamakan dengan metode Cramer (Cramer’s rule). Sebagai contoh mula-mula
ditinjau 2 buah persamaan linear dengan 2 variabel bebas x dan y :
a1x + b1 y = c1
a2 x + b2 y = c2 .
Dari dua persamaan di atas diperoleh penyelesaian
c b − c2b1
x= 1 2
a1b2 − a2b1
dan
a c − a2 c1
y= 1 2
a1b2 − a2b1
Bentuk penyelesaian di atas dapat dituliskan menjadi :
c1 b1
c b
x= 2 2
a1 b1
a2 b2
dan
a1 c1
a c2
y= 2 .
a1 b1
a2 b2
__________________________________________________________________
71 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
1 3 3 − 21
x= = =3
D 5 −2 −7
dan
1 2 3 7
y= = = −1 .
D 1 5 −7
Metode Cramer ini dapat digunakan untuk menyelesaikan n persamaan dengan n
variabel jika D ≠ 0. Penyelesaian akan menghasilkan satu nilai untuk setiap
variabel. Metode ini bermanfaat jika misalkan akan dicari satu variabel tertentu.
Contoh :
Gunakan rumus Cramer untuk menentukan x dari persamaan di bawah ini.
( a − b) x + 2z = a2 + b2
abx − a 3 y + bz = 0
( a + b ) x − a ( a − b) y = a ( a − b) .
Jawab :
Dengan menuliskan D sebagai :
a−b 0 2
D = ab − a3 b
a + b − a ( a − b) 0
__________________________________________________________________
72 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
ab − a3 a −b 0
= 2 −b
a + b − a( a − b) a + b − a ( a − b)
= a ( 2 a 3 + a 2b + b 3 )
sehingga
a2 + b2 0 2
1 3
x= 0 −a b
D
a ( a − b) − a ( a − b ) 0
a2 + b2 0 2
1 3 3
= −a −a b
D
0 − a ( a − b) 0
a ( a − b) a 2 + b2 2
= 3
= a−b
3 2
a ( 2a + a b + b ) 3 −a b
Soal-soal Latihan
1. Tunjukkan bahwa dengan menggunakan sifat-sifat determinan :
1 a bc
1 b ac = (c − a)(b − a )(c − b)
1 c ab
1 1 1 1
a b c d
b.
a2 b2 c2 d2
a3 b3 c3 d3
0 a −b
c. −a 0 c
b −c 0
R3 I1 − ( R1 + R3 + R5 ) I 2 + R5 I 3 = 0
R4 I1 + R5 I 2 − ( R2 + R4 + R5 ) I 3 = 0 .
__________________________________________________________________
74 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
R1 = 10 Ω, R2 = 12 Ω, R3 = 14 Ω, R4 = R5 = 15 Ω, V = 9 V ,
Jika pada set persamaan linear ternyata seluruh ruas kanan sama dengan nol,
serta det A ≠ 0, maka hanya muncul penyelesaian trivial, yaitu nilai seluruh
variabel tersebut = 0.
Contoh :
Pada set persamaan linear :
x + 3y + 2z = 0
− x − 2 y + 4z = 0
4x − 2 y − z = 0
maka diperoleh penyelesaian
x= y=z=0
karena
1 3 2
D = −1 − 2 4 ≠ 0 .
4 − 2 −1
__________________________________________________________________
75 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
ternyata
1 2 3
D = −2 3 −2 =0.
3 −1 5
Ini menunjukkan bahwa salah satu persamaan linear merupakan kombinasi linear
persamaan-persamaan linear lainnya (Hal ini dapat pula dilihat bahwa persamaan
ketiga sama dengan persamaan satu dikurangi persamaan kedua).
Perbandingan nilai antara
x1 : x2 : x3 = x : y : z
adalah sama dengan
M ( D 1) : (−1) M ( D 2) : M ( D 3)
(karena ada tiga variabel atau tiga persamaan) dan kolom ke k. Jadi
2 3 1 3 1 2
x: y:z = :− = = −13 : −4 : 7
3 −2 −2 −2 −2 3
Untuk mengecek kebenaran hasil tersebut, dengan melihat petunjuk bahwa
persamaan ketiga merupakan kombinasi linear persamaan pertama dan kedua,
maka keberadaannya dapat diabaikan. Karena itu persamaan linear yang tersisa
tinggal :
x + 2 y + 3z = 0
− 2x + 3y − 2z = 0
Dari persamaan pertama dan kedua, dengan mengisikan misalnya nilai
x = −13,
berturut-turut diperoleh :
2 y + 3 z = 13 .
3 y − 2 z = −26 .
Dua persamaan terakhir memberikan nilai
y = −4
dan
z = 7,
__________________________________________________________________
76 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
1, maka set fungsi tersebut dikatakan bebas linear jika dan hanya jika nilai
determinan Wronskian W :
f1 ( x) f 2 ( x) f 3 ( x) ... f n ( x)
f1 ' ( x) f 2 ' ( x) f3 ' ( x) ... f n ' ( x)
W= f1 ' ' ( x) f 2 ' ' ( x) f 3 ' ' ( x) ... f n ' ' ( x) ≠ 0 .
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
( n −1) ( n −1) ( n −1) ( n −1)
f1 ( x) f2 ( x) f3 ( x) ... fn ( x)
__________________________________________________________________
77 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
Contoh :
x x2 x3
2 x 3x 2 x2 x3
W = 1 2 x 3x 2 = x −1
2 6x 2 6x
0 2 6x
= x(12 x 2 − 6 x 2 ) − (6 x 3 − 2 x 3 ) = 2 x 3 ≠ 0
yang menunjukkan bahwa set fungsi x, x 2 , x 3 bebas linear. Sedangkan untuk set
fungsi x, 2 x, x 2 maka
x 2x x2
W=1 2 2x = 0
0 0 2
yang menunjukkan bahwa set fungsi x, 2 x, x 2 gayut linear. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan menuliskan
a1 x + a2 (2 x) + a3 x 2 = 0
yang tak perlu seluruh a1, a2 , a3 bernilai nol. Dengan mengisikan misalnya
a1 = 2, a2 = −1, a3 = 0 ,
bentuk kombinasi linear di atas tetap dipenuhi.
Soal-soal Latihan
1. Selesaikan persamaan linear berikut :
x − y + 2z = 5
a. 2x + 3 y − z = 4
2x − 2 y + 4z = 6
x − 2y = 5
b. 2 x + 5 z = 10
3 y − 4 z = −4
__________________________________________________________________
78 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
−x+ y−z =4
c. x − y + 2z = 3
2x − 2 y + 4z = 6
x − 2 y + 3z = 0
d. x + 4 y − 6z = 0
2 x + 2 y − 3z = 0
3x + 4 y + 5 z − 2w = 0
2 x − 5 y − z + 3w = 0
e.
− 2x − 3 y + 5z + w = 0
− x + y − z + 4w = 0
2. Tunjukkan apakah set fungsi berikut ini bebas atau gayut linear.
a. sin x, sin 2 x, sin 3 x
b. x, e x , xe x
d. sinh 2 x, cosh 2 x, e x , e 2 x
Soal-Soal Latihan
1. Pergerakan partikel sepanjang sumbu x sebagai fungsi waktu t dengan
percepatan konstan diberikan oleh
x = x0 + v0 t + 1 at 2 ,
2
__________________________________________________________________
79 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
2. Tunjukkan bahwa :
cos θ 1 0
a. 0 2 cos θ 1 = cos 3θ
0 1 2 cos θ
cosθ 1 0 0 . . 0 0
1 2 cosθ 1 0 . . . 0
0 1 2 cosθ 1 0
0 0 1 2 cosθ 0
b. = cos nθ
. . .
. . .
. 2 cosθ 1
0 0 0 0 . . 1 2 cosθ
untuk matriks orde n.
t ' = Γ(t − vx / c 2 )
dengan
Γ = (1 − v 2 / c 2 ) −1 / 2 .
4. Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan untuk meluruh hingga tersisa
menjadi separuh dari jumlah semula. Suatu sampel zat radioaktif berisi
komponen A dan B yang masing-masing memiliki umur paruh 2 jam dan 3
jam. Diasumsikan bahwa hasil peluruhan menjadi gas yang lepas ke udara
(maksudnya tidak lagi menyatu dengan zat mula-mula). Setelah 12 jam,
suatu sampel zat tinggal bermassa 56 gram, dan setelah 18 jam tinggal
bermassa 12 gram. Hitunglah massa A dan B mula-mula.
__________________________________________________________________
80 Matriks, Determinan dan Persamaan Linear
_________________________________________________________________________________________
6. Perkalian matriks berikut ini biasanya muncul dalam telaah lensa tebal di
udara :
1 (n − 1) / R2 1 0 1 − (n − 1) / R1
A =
0 1 d / n 1 0 1
dengan d adalah tebal lensa, n adalah indeks bias, R1 dan R2 adalah jari-
7. Sementara itu perkalian matriks yang muncul dalam telaah dua lensa tipis di
udara adalah
1 − 1 / f 2 1 0 1 − 1 / f1
M =
0 1 d 1 0 1
__________________________________________________________________
81 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
BAB IV
LIMIT, FUNGSI DAN TURUNAN
Fungsi adalah kaedah pemetaan (mapping) dari suatu nilai yang disebut
variabel bebas yang himpunannya merupakan wilayah (domain) fungsi, ke suatu
nilai lain (variabel tak bebas) yang himpunannya merupakan jangakauan (range)
fungsi.
Misalkan terdapat fungsi
f ( x) = 2 x + 4 ,
maka domain fungsi f (x) tersebut adalah
−2 ≤ x < ∞,
atau jika ditulis :
domain f = [−2, ∞).
Adapun range fungsi tersebut adalah
0 ≤ f (x) < ∞,
atau dapat ditulis :
range f = [0, ∞).
Misalkan terdapat fungsi
g ( x) = x 2 + 2 x − 3 ,
maka
g (1) = 12 + 2.1 − 3 = 0
( f g )( x) = f ( g ( x)) = 2 g ( x) + 4 = 2 x 2 + 4 x + 1
sedangkan
( g f )( x) = ( 2x + 4 )2 + 2 2x + 4 − 3 = 2x + 1 + 2 2x + 4 .
__________________________________________________________________
82 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
x = f −1 ( y ) .
Contoh :
2x + 3
Misalkan y = g ( x) = . Carilah g −1 ( x) .
x−4
Jawab :
2x + 3
y=
x−4
xy − 4 y = 2 x + 3
x ( y − 2) = 4 y + 3
4y + 3
x = g −1 ( y ) =
y−2
sehingga
4x + 3
g −1 ( x) = .
x−2
Misalkan
g ( x) = x − 4
dan
( f g )( x) = 2 x + 3
maka
g −1 ( x ) = x + 4 ,
sehingga
f ( x) = ( f g g −1 )( x) = ( f g )( g −1 ( x)) = 2( x + 4) + 3
= 2x + 11.
__________________________________________________________________
83 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
Soal-soal Latihan
x +1
1. Jika f ( x) = 2 x + 4 dan g ( x − 2) = , carilah
− 2x + 3
a. f (2 x) , f ( x = 4) , g ( x + 3) , g ( x 2 + 1)
b. ( f g )( x) , ( g f )(2) .
c. ( f f )(2 x) , ( g g )(3 x − 1) .
b. (
g ( y ) = 1 + (2 y − 3)1 / 3 )3 / 2
3. Carilah ( f g )( x) dan ( g f )( x) jika
x −1
f ( x) =
2x
__________________________________________________________________
84 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
dan
3x
g (2 x − 3) = .
2x + 1
5. Tunjukkan bahwa :
a. ( f g ) −1 = g −1 f −1
b. ( f −1 ) −1 = f
c. ( f g −1 ) −1 = g f −1
f ( x) = ax n ,
yang jika diperluas menjadi fungsi polinomial berderajat n :
n
Pn ( x) = a0 + a1x + a2 x 2 + ... + an x n = ∑ ak x k
k =0
__________________________________________________________________
85 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
y = f ( x) = ax 2 + bx + c , a ≠ 0.
D = b 2 − 4ac
adalah diskriminan fungsi.
Titik puncak maksimum diperoleh untuk a < 0, sedangkan titik
puncak minimum untuk a > 0.
Parabola dengan titik puncak ( xe , ye ) dapat pula dinyatakan sebagai
y = a ( x − xe ) 2 + ye .
Jika D > 0, grafik fungsi memotong sumbu x di dua titik yang
berlainan. Dua titik potong tersebut adalah :
−b− D
x1 =
2a
__________________________________________________________________
86 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
dan
−b+ D
x2 = .
2a
Jika D = 0, grafik fungsi menyinggung sumbu x di satu titik, yaitu
b
x=− ,
2a
yang juga sekaligus titik puncak.
Jika D < 0, grafik fungsi tidak memotong sumbu x. Dalam kasus ini,
jika a > 0, maka range fungsi selalu positif (definit positif), sedangkan
jika a < 0 maka range fungsi selalu negatif (definit negatif).
Jika pada fungsi kuadrat dipilih nilai y = 0, maka fungsi kuadrat tersebut
menjadi persamaan kuadrat :
ax 2 + bx + c = 0 , a ≠ 0.
Sifat-sifat persamaan kuadrat ini adalah :
−b± D
x1,2 = .
2a
Dari akar-akar tersebut diperoleh rumus-rumus :
b
• Jumlah dua akar : x1 + x2 = − .
a
c
• Hasil kali dua akar : x1x2 = .
a
D
• Selisih dua akar : x1 − x2 = .
a
__________________________________________________________________
87 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
3. Fungsi trigonometri f ( x) = sin x dan cos x kontinu untuk selang −∞ < x <
∞. Fungsi
sin x
f ( x) = tan x =
cos x
maupun
1
cot x =
tan x
masing-masing mengalami diskontinu di titik-titik
x = (n + 1 )π dan x = nπ
2
sin 2 x + cos 2 x = 1
sec 2 x = 1 + tan 2 x
csc 2 x = 1 + cot 2 x
__________________________________________________________________
88 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
tan x ± tan y
tan( x ± y ) =
1 ∓ tan x tan y
sin 2 x = 2 sin x cos x
4. Fungsi-fungsi eksponen
y = ax
dengan a > 0 kontinu untuk selang − ∞ < x < ∞ dengan range y > 0.
±x
Jika a = e (bilangan logaritma alam), maka fungsi eksponensial e
kontinu dalam selang − ∞ < x < ∞ , demikian pula dengan fungsi-fungsi
hiperbolik :
e x − e− x
sinh x = ,
2
__________________________________________________________________
89 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
e x + e−x
cosh x =
2
dan
sinh x e x − e − x
tanh x = = .
cosh x e x + e − x
Adapun fungsi
1
coth x =
tanh x
mengalami diskontinu di titik x = 0. Identitas yang terdapat dalam fungsi-
fungsi hiperbolik adalah :
cosh 2 x − sinh 2 x = 1
sech 2 x = 1 − tanh 2 x
csch 2 x = coth 2 x − 1 .
5. Fungsi-fungsi inversi : Untuk fungsi-fungsi trigonometri terdapat fungsi
inversi yaitu arcsin x , arccos x , arctan x , arccot x , arcsec x dan arccsc x.
Jadi jika
y = f ( x) = sin x
maka
x = arcsin y .
y = ax ,
maka
x = e log y = ln y .
Fungsi y = ln x kontinu untuk 0 < x < ∞ .
Sedangkan inversi fungsi hiperbolik
y = sinh x
adalah
x = sinh −1 y .
Soal-soal Latihan
1. Carilah titik potong antara dua fungsi linear : 2 x + 3 y = 6 dan 3 x + y = 9 .
a1x + b1 y = c1 dan a2 x + b2 y = c2 :
a. Sejajar
b. Tegaklurus
c. Membentuk sudut 450.
c. Melalui titik potong dengan sumbu x di (−1, 0) dan (3, 0) dan titik
potong dengan sumbu y di (0, 3).
d. a 2 + b2
e. a 3 + b3 .
__________________________________________________________________
92 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
b. 2 sin 2 x + 5 cos x = 4
c. cos x − cos 2 x = 1 .
2
Limit Fungsi
Definisi Limit Fungsi : Diberikan fungsi f (x) yang didefinisikan pada interval
terbuka yang memuat bilangan x0 . Limit fungsi f (x) dengan x mendekati x0
adalah bilangan L yang ditulis sebagai :
lim f ( x) = L
x → x0
jika untuk setiap ε > 0 yang diberikan, terdapat bilangan δ > 0 sedemikian
sehingga
f ( x) − L < ε
0 < x − x0 < δ .
__________________________________________________________________
93 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
ln(1 + x)
lim = lim ln(1 + x)1 / x = ln lim(1 + x)1 / x = ln e = 1.
x
x→0 x→0 x→0
x2 − 4 ( x − 2)( x + 2)
lim = lim = lim x + 2 = 4.
x−2 x−2
x→2 x→2 x→2
Dengan substitusi
ex −1 = u
sehingga
x = ln(1 + u )
maka
−1
ex −1 u ln(1 + u )
lim = lim = lim = 1.
x ln(1 + u ) u
x→0 u→0 u→0
Soal-soal Latihan
__________________________________________________________________
94 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
xk − ak
a. lim
x−a
x→a
sin x − tan x
lim
b. x3
x→0
c. lim x 2 + 2 x + 5 − x 2 − 3x + 4
x→∞
x 2 +3
x2 + 2
lim
d. x2 −1
x→∞
x2
e. lim
cos x − sec x
x→0
Turunan Fungsi
Jika terdapat suatu fungsi y = f (x) , maka perilaku suatu titik sembarang (x,
y) yang terletak pada fungsi tersebut dapat diselidiki dengan mencari apakah pada
titik tersebut, kurva bersifat naik / turun atau stasioner. Cara menyelidikinya
adalah dengan menentukan tangen sudut garis singgung kurva y = f (x) di titik (x,
y) tersebut. Jika α adalah sudut kemiringan garis singgung tersebut, maka :
Untuk tan α > 0 , fungsi tersebut naik di titik itu.
Untuk tan α < 0 , fungsi tersebut turun di titik tersebut.
Untuk tan α = 0 , fungsi tersebut mendatar / stasioner di titik tersebut.
Dari kasus tersebut, lahirlah konsep berikut turunan fungsi y = f ( x)
dy f ( x + h) − f ( x)
= lim
dx h
h→0
(Untuk penjelasan dan penjabaran lebih terinci, silakan dilihat pada buku-buku
Kalkulus standar). Turunan pertama y = f ( x) ditulis sebagai
__________________________________________________________________
95 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
dy df
y' = = = f ' ( x) .
dx dx
Turunan kedua, ketiga dan seterusnya dituliskan sebagai
d2y
y ' ' = f ' ' ( x) = ,
dx 2
d3y
y ' ' ' = y (3) = , dan seterusnya.
dx 3
Dengan menggunakan definisi turunan fungsi, dapat diperoleh beberapa
rumus-rumus penting turunan (derivatif) :
1. Jika F ( x) = af ( x) + bg ( x) maka
dF df dg
=a +b
dx dx dx
2. Jika F ( x) = f ( x) g ( x) maka
dF df dg
= g+ f
dx dx dx
f ( x)
3. Jika F ( x) = maka
g ( x)
df dg
g− f
dF dx
= dx = f ' g − fg '
dx g2 g2
4. Jika F ( x) = F{ f ( x)} maka
dF dF df
= .
dx dx dx
Berikut ini disajikan nilai turunan fungsi-fungsi elementer
1. Jika F ( x) = c , maka
dF
=0.
dx
2. Jika F ( x) = x n maka
F ' = nx n −1 .
3. Jika F ( x) = a x maka
__________________________________________________________________
96 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
F ' = a x ln a .
Khusus untuk a = e :
F ( x) = e x
maka
F'= ex .
F ' = sec 2 x
8. Jika F ( x) = cot x maka
F ' = − csc 2 x
9. Jika F ( x) = sec x maka
F ' = sec x tan x
10. Jika F ( x) = csc x maka
F ' = − csc x cot x
11. Jika F ( x) = arcsin x maka
1
F'=
1− x2
__________________________________________________________________
97 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
F ' = sech 2 x
20. Jika F ( x) = coth x maka
F ' = −csch 2 x
21. Jika F ( x) = sech x maka
F ' = −sech x tanh x
22. Jika F ( x) = csch x maka
F ' = −csch x coth x
__________________________________________________________________
98 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
Soal-soal Latihan
1. Buktikan rumus-rumus di atas.
d. (
y = cosh e arccos( x
2
)
)
3. Carilah nilai turunan fungsi di bawah ini pada titik x = 0 atau pada
pengambilan limit x → 0 , jika nilainya ada :
cos(ln[ x + 1])
a. y=
ln(cos[ x + 1])
b. y = x sin x + (sin x) x
e sin x
c. y=
(sin x) e
( x − x0 ) menurut :
∞
2
f ( x) = a0 + a1 ( x − x0 ) + a2 ( x − x0 ) + ... = ∑ ak ( x − x0 ) k .
k =0
a 0 = f ( x0 ) .
df
x = x0 . a1 =
dx
__________________________________________________________________
99 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
Selanjutnya jika f (x) diturunkan dua kali, kemudian hasilnya diisikan nilai
x = x0 , diperoleh
d2 f
2a 2 = x = x0 .
dx 2
Jika proses penurunan ini dilakukan terus hingga turunan ke n, yang kemudian
hasilnya diisikan nilai x = x0 , diperoleh
1 dn f
an = x = x0 .
n! dx n
Jadi
∞ (x − x )k k
d f
f ( x) = ∑ 0
x = x0
k =0
k! dx k
Bentuk di atas adalah deret Taylor untuk fungsi f ( x) di sekitar titik x0 .
k =0 (2k + 1)!
x3 x5 x7
= x− + − + ... , − ∞ < x < ∞ .
3! 5! 7!
∞
x 2k
2. cos x = ∑ (−1) k (2k )!
k =0
__________________________________________________________________
100 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
x2 x4 x6
= 1− + − + ... , − ∞ < x < ∞
2! 4! 6!
∞ k +1
k x
3. ln(1 + x) = ∑ (−1) k +1
k =0
x 2 x3 x 4
= x− + − + ... , − 1 < x ≤ 1
2 3 4
∞
1
4. = ∑ (−1) k x k
1 + x k =0
f ' ( x0 ) . Jika :
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) > 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik maksimum relatif.
f ' ( x0 ) = 0 dan f ' ' ( x0 ) < 0 maka titik ( x0 , y0 ) adalah titik minimum relatif.
Soal-soal Latihan
1. Ekspansikan deret Taylor untuk fungsi ln x di sekitar x = 1. Selanjutnya
carilah nilai ln 0,99 sampai lima angka desimal.
4. Pada telaah tetapan Madelung dalam zat padat, terdapat bentuk deret
deret ln (1 + x).
__________________________________________________________________
101 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
5. Pada telaah difraksi Fresnel dalam optika, muncul bentuk integral berikut
1
I = ∫ sin x 2 dx .
0
1
v = c 1− . (V bersatuan juta volt).
4V 2
Dengan menggunakan deret binomium, carilah nilai 1 − v / c jika :
a. V = 100 juta volt,
b. V = 25.000 juta volt
c. V = 100 giga volt.
Penerapan Turunan
Ditinjau penerapan turunan pada kasus mekanika. Sebuah partikel bergerak
lurus dengan persamaan gerak
x(t ) = mt 2 + nt + p .
Maka :
1. Saat t = 0, maka posisi partikel terletak di x0 = x(t = 0) = p
dx
2. Laju partikel adalah v = = 2mt + n .
dt
3. Laju partikel saat t = 0 adalah v0 = n .
dv
4. Percepatan partikel adalah a = = 2m .
dt
Karena itu dari persamaan laju dan percepatan partikel diperoleh
v = v0 + at .
__________________________________________________________________
102 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
x = x0 + v0t + 12 at 2 .
Hubungan antara v, v0 , a, x dan x0 dapat dituliskan sebagai
v 2 = v02 + 2a ( x − x0 )
x = x0 + 12 t (v + v0 )
Selanjutnya dibahas penerapan turunan untuk menentukan maksimum atau
minimum pada luasan tertentu. Ditinjau sebuah tali yang panjangnya l. Tali
tersebut dipotong menjadi dua bagian, satu bagian dibuat lingkaran dan satu
bagian dibuat bujursangkar. Ingin dicari panjang potongan tali masing-masing,
agar jumlah kedua luas tersebut bernilai minimum.
Misalkan panjang tali lingkaran dan bujursangkar berturut-turut x dan l − x.
Maka
x2
Luas lingkaran = π ( x / 2π ) 2 = ,
4π
sedangkan
(l − x) 2
luas bujursangkar = .
16
Jumlah kedua luas tersebut :
1 1 lx l 2
L= + x2 − + .
4π 16 8 16
Dengan menurunkan L ke x diperoleh
dL 1 1 l
= + x − = 0
dx 2π 8 8
atau
l
x=
4π + 1
Dengan menurunkan L sekali lagi ke x diperoleh
__________________________________________________________________
103 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
d 2L 1 1
= + >0
dx 2 2π 8
yang menunjukkan bahwa x yang diperoleh adalah titik minimum. Jadi agar
jumlah luas keduanya minimum :
l
panjang tali untuk lingkaran = ,
4π + 1
sedangkan
4π l
panjang tali untuk bujursangkar = .
4π + 1
2. Kuat penerangan pada sebuah titik berbanding terbalik dengan jarak titik
tersebut dari sumber cahaya, serta berbanding lurus terhadap intensitas
cahaya. Jika terdapat dua sumber cahaya yang berjarak x dan masing-
masing memiliki intensitas I1 dan I 2 , tentukanlah pada titik manakah di
antara kedua sumber cahaya tersebut sehingga jumlah kuat penerangan
menjadi minimum ?
__________________________________________________________________
104 Limit, Fungsi dan Turunan
_________________________________________________________________________________________
garis singgung pada titik di mana ia saat itu berada. Pada titik mana ia harus
mematikan mesin agar ia dapat mencapat titik (4, 10) ?
5. Jika sebuah benda dilempar ke atas dari suatu ketinggian awal s0 meter
s = −5t 2 + v0t + s0 .
6. Gunakan konsep turunan ekstrem dan asas Fermat tentang lintasan cahaya,
untuk menunjukkan berlakunya hukum Snellius tentang pemantulan dan
pembiasan.
x 2 x3 x 4
(Petunjuk : ln(1 + x) = x − + − + ... )
2 3 4
dv
m = − kx
dt
mc 2
E= .
2 2
1− v / c
Carilah dua suku pertama dalam ekspansi deret
(1 − v 2 / c 2 ) −1 / 2
2
dan kalikan dengan mc . Apakah bentuk suku kedua dalam ekspansi
tersebut, jika v / c bernilai kecil ?
__________________________________________________________________
106 Integral
_________________________________________________________________________________________
BAB V
INTEGRAL
jika
d
f ( x) = F ( x) .
dx
Fungsi yang diperoleh dari proses integral f (x) ini tidaklah tunggal. Bentuk
F (x) dapat ditambah dengan suatu tetapan integrasi C yang boleh bernilai
sembarang, karena fungsi induk yang baru ini yaitu
Finduk = F ( x) + C
memenuhi pula
dFinduk dF
= = f ( x) .
dx dx
_______________________________________________________________________________
107 Integral
_________________________________________________________________________________________
e ax
∫ e dx = +C
ax
a
∫ sin x dx = − cos x + C
∫ cos x dx = sin x + C
∫ tan x dx = ln sec x + C
∫ cot x dx = ln sin x + C
∫ sec x dx = ln sec x + tan x + C
∫ csc x dx = ln csc x − cot x + C
∫ sinh x dx = cosh x + C
∫ cosh x dx = sinh x + C
∫ tanh x dx = ln cosh x + C
∫ coth x dx = ln sinh x + C
−1
∫ sech x dx = tan (sinh x) + C
∫ csch x dx = ln tanh( x / 2) + C .
Penjabaran / penurunan rumus-rumus tersebut dapat dilihat pada buku-buku
kalkulus standar.
Soal-soal Latihan
1. Hitunglah integral-integral berikut ini :
dx
a. ∫ ax + b
x 2 dx
b. ∫ ax + b
dx
c. ∫ x2 − a
2
∫e
cos x
d. sin 2 x dx
e. ∫x 2 x 2 + 3 dx
_______________________________________________________________________________
108 Integral
_________________________________________________________________________________________
dy x
2. Diketahui persamaan = 2 . Jika untuk x = 2, nilai y = 2, carilah
dx x + 4
nilai y untuk x = 0.
Pengintegralan Parsial
Integral parsial dirumuskan sebagai :
∫ u dv = uv − ∫ v du
Contoh :
−2 ax
∫ x e dx = xe / a − (1 / a)∫ e dx = a e (ax − 1) + C
ax ax ax
atau
2I = e x (sin x − cos x) + C
sehingga
Substitusi Variabel
Berikut ini beberapa contoh substitusi variabel dalam penghitungan integral
dx
Ingin dicari nilai I= ∫ ( x + 2) x +1
.
Melalui substitusi
y = x +1
maka
x = y2 −1,
dan
dx = 2 y dy ,
sehingga
_______________________________________________________________________________
109 Integral
_________________________________________________________________________________________
2 y dy dy
I= ∫ ( y 2 + 1) y = 2∫ y 2 + 1 = 2 arctan y + C
= 2 arctan x + 1 + C .
Melalui substitusi :
x = a tan u
dan
dx = a sec 2 u du ,
maka
dx a sec 2 u du
∫ = a −1 ∫ du = u / a + C = a −1 arctan( x / a ) + C .
x 2 + a 2 ∫ a 2 (tan 2 u + 1)
=
Melalui substitusi :
x = a sin u ; dx = a cos u du ,
maka
dx a cos u du
∫ a2 − x2
=∫
a 2 (1 − sin 2 u )
= ∫ du = u + C = arcsin( x / a) + C .
Melalui substitusi :
x = a sinh u ; dx = a cosh u du ,
maka
dx a cosh u du
∫ =∫ = ∫ du = u + C = sinh −1 ( x / a) + C .
a +x
2 2
a (1 + sinh u )
2 2
P( x)
∫ Q( x) dx
Ada beberapa keadaan antara bentuk P (x) dan Q (x) yang menentukan
penyelesaian integral pecahan rasional.
1. Q' ( x) = P( x)
Pada kondisi ini, nilai integral adalah
Q'
∫ P dx = ln P( x) + C
Sebagai contoh :
2x + 3
∫ x 2 + 3x + 4 dx = ln x + 3x + 4 + C .
2
_______________________________________________________________________________
111 Integral
_________________________________________________________________________________________
+ D ( x − 1)( x + 1)( x + 2) .
Dengan menyamakan suku-suku berpangkat sama dalam x antara kedua
ruas, diperoleh
x3 → A + B + C + D = 0
x 2 → 6 A + 4 B + 3C + 2 D = 0
x → 11A + B − C − D = 1
x 0 → 6 A − 6 B − 3C − 2 D = 5
Dari empat persamaan di atas dengan empat variabel A, B, C dan D tersebut,
masing-masing dapat dicari nilainya yaitu :
1 1
A= , B = −1, C = 1, D = −
4 4
Untuk mencari keempat nilai tersebut, dapat pula ditempuh cara lain, yaitu
dengan mengisikan nilai pada persamaan pembilang :
Untuk x = 1, diperoleh 6 = 24A
Untuk x = −1, diperoleh 4 = −4B
Untuk x = −2, diperoleh 3 = 3C
Untuk x = −3, diperoleh 2 = −8D
yang selanjutnya juga menghasilkan nilai A, B, C dan D yang sama. Jadi
x+5 1 1 1 1
= − + −
( x − 1)( x + 1)( x + 2)( x + 3) 4( x − 1) x + 1 x + 2 4( x + 3)
sehingga
x+5 1 dx dx dx 1 dx
∫ ( x − 1)( x + 1)( x + 2)( x + 3) dx = 4 ∫ ( x − 1) − ∫ x + 1 + ∫ x + 2 − 4 ∫ ( x + 3)
1 1 1 ( x − 1)( x + 2) 4
= ln x − 1 − ln x + 1 + ln x + 2 − ln x + 3 + C = ln +C .
4 4 4 ( x + 3)( x + 1) 4
_______________________________________________________________________________
112 Integral
_________________________________________________________________________________________
Metode pengerjaan di atas terjadi pada saat penyebut Q (x) dapat diuraikan
serta tak terdapat akar yang sama. Jika terdapat akar yang sama, dapat
disimak pada contoh di bawah ini.
Contoh :
Ingin dicari bentuk eksplisit
x
∫ ( x − 2)( x − 1) 2 ( x + 1)3 dx
Jawab :
Bentuk pecahan rasional pada integran tersebut dapat diuraikan menjadi
x A B C D E F
= + + + + + .
( x − 2)( x − 1) ( x + 1)
2 3
x − 2 x − 1 ( x − 1) 2
x + 1 ( x + 1) 2
( x + 1)3
Persamaan untuk pembilang adalah
x = A( x − 1) 2 ( x + 1)3 + B ( x − 2)( x − 1)( x + 1) 3 + C ( x − 2)( x + 1)3
_______________________________________________________________________________
113 Integral
_________________________________________________________________________________________
x 2 1 5 1
∫ ( x − 2)( x − 1) 2 ( x + 1)3 dx = 27 ln x − 2 − 16 ln x − 1 − 432 ln x + 1 + 8( x − 1)
1 1
− − +C
36( x + 1) 24( x + 1) 2
Soal-soal Latihan
1. Carilah nilai-nilai integral di bawah ini :
∫e
x
a. sin x dx
3x 2 + 2 x + 4
b. ∫ 2 x 3 + 2 x 2 + 8 x + 5 dx
x2 + 2x + 4
c. ∫ x − 3 dx
x
d. ∫ ( x − 1)( x − 2) dx
x −1
e. ∫ x( x + 1) 2 ( x + 2)3 dx
tersebut dinamakan integral layak (proper integal). Apabila salah satu dari ketiga
hal tersebut bernilai takhingga, tetapi nilai integralnya ada dan berhingga, maka
integral tersebut dinamakan integral tak layak (improper integral).
Pada gambar 5.1 , daerah A yang dibatasi oleh :
kurva y = f (x) , sumbu x, x = a dan x = b
dibagi menjadi sejumlah n buah daerah yang bentuknya mendekati empat persegi
panjang dengan lebar masing-masing ∆x dan tinggi f (ξ i ) . Diketahui :
Lebar ∆x = (b − a ) / n
_______________________________________________________________________________
114 Integral
_________________________________________________________________________________________
dan
y
f (x)
f (ξi )
x
a xi xi + ∆x b
Gambar 5.1.
Unsur luas dan integral Riemann
ξ i = a + (i − 1 + ηi )∆x
dengan
0 ≤ ηi ≤ 1 .
b c b
2. ∫ f ( x) dx = ∫ f ( x) dx + ∫ f ( x) dx
a a c
b b b
3. ∫ ( Af ( x) + Bg ( x)) dx = A∫ f ( x) dx + B ∫ g ( x) dx
a a a
_______________________________________________________________________________
115 Integral
_________________________________________________________________________________________
b b
4. ∫ f ( x) dx = ∫ f (t ) dt
a a
b
dG ( x) b
5. Jika f ( x) =
dx
maka ∫ f ( x) dx = G ( x) a = G (b) − G (a)
a
Contoh soal :
π /2 π /2
∫ (1 − cos 2 x) dx = 12 [x − 12 sin 2 x] 0
π /2
∫ sin x dx =
2 1
2
0 0
π 1 π
2 − 2 sin π − (0 − 0 ) = 4 .
1
= 2
Soal-soal Latihan
Hitunglah integral-integral di bawah ini
3
∫ (x + 2 x + 5) 2 dx
2
1.
−2
π /4
∫ sin 2 x + cos
2
2. x dx
0
4
8
3. ∫ x 2 + 16 dx
0
π /2
∫e
x
4. sin x dx
0
e2
5. ∫ ln x dx
1
1
∫0 x ( x + 1)10 dx
2
6.
_______________________________________________________________________________
116 Integral
_________________________________________________________________________________________
3 x2 + 1
7. ∫1 x 3 + 3x
dx
π /2
8. ∫0 cos 4 x sin x dx
2002 x 2001
9. ∫− 2002 x 2000 + x1998 + x1996 + ... + x 4 + x 2 + 1 dx
π /3
10. ∫−π / 3 ( x + sin x) dx
Contoh soal :
Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh kurva y1 = x 3 + 3x 2 dan y2 = 4 x .
Jawab :
Titik potong antara kedua kurva dapat dicari melalui :
x 3 + 3x 2 = 4 x
_______________________________________________________________________________
117 Integral
_________________________________________________________________________________________
atau
x( x + 4)( x − 1) = 0
sehingga diperoleh titik potong :
x = −4, x = 0 dan x = 1.
Untuk daerah −4 < x < 0, hubungan kedua kurva adalah y1 > y2 , sedangkan untuk
∫ (x ) ( )
0 1
= 3
+ 3 x 2 − 4 x dx + ∫ − x 3 − 3 x 2 + 4 x dx
−4 0
= [
1
4
x 4 + x3 − 2 x 2 ] 0
−4
[
+ − 14 x 4 − x 3 + 2 x 2 ] 1
0
=
131
4
.
( )
b
Vx = π ∫ f12 ( x) − f 22 ( x) dx .
a
_______________________________________________________________________________
118 Integral
_________________________________________________________________________________________
( )
b
V y = π ∫ g12 ( y ) − g 22 ( y ) dy .
a
Contoh :
Carilah volume kerucut yang ditimbulkan oleh perputaran garis y = mx
mengelilingi sumbu x dengan batas x = h.
h h
Volume kerucut = π ∫ y 2 dx = πm 2 ∫ x 2 dx = 13 πm 2 h 3 .
0 0
Pada metode kulit, misalkan terdapat suatu luasan yang dibatasi oleh
yatas = f ( x) , sumbu x, garis xkiri = a dan xkanan = b .
Diasumsikan pada selang [a, b], yatas > 0 . Volume benda yang terbentuk jika
diputar terhadap sumbu y adalah
b
V y = 2π ∫ x f ( x) dx .
a
Contoh :
Pada daerah yang dibatasi oleh
parabola y = x 2 , sumbu x dan garis x = 4,
carilah volume akibat perputaran mengelilingi sumbu y.
Jawab :
[ ]
2π 4
4
4
V = 2π ∫ x.x 2 dx = x 0 = 128π .
0
4
_______________________________________________________________________________
119 Integral
_________________________________________________________________________________________
b 2
dy
sab = ∫ 1 + dx .
a dx
Contoh :
Ingin dicari panjang busur ¼ lingkaran yang berjari-jari R. Persamaan busur
tersebut di kuadran pertama dirumuskan sebagai
y = R2 − x2 .
Batas integrasi adalah x = 0 dan x = R . Maka
dy x
=−
dx R2 − x2
sehingga
2
dy x2 R2
1+ = 1+ 2 = .
dx R − x2 R2 − x2
Jadi panjang busur :
R
dx
s = R∫
0 R2 − x2
x R π
= R arcsin = R(arcsin 1 − arcsin 0 ) = R .
R 0 2
Mengingat hasil di atas adalah panjang busur ¼ lingkaran, maka keliling lingkaran
sama dengan 2πR .
Soal-Soal Latihan
1. Carilah luas daerah yang dibatasi oleh :
a. Garis y = x 3 − 3x 2 − x + 3 , sumbu x, garis x = −1 dan garis x = 2.
_______________________________________________________________________________
120 Integral
_________________________________________________________________________________________
y4 1
b. x= + 2 antara y = −2 dan y = −1. (perhatikan bentuk u 2 = −u
16 2 y
untuk u < 0)
c. x = 3t 2 + 2, y = 2t 3 − 1; 1 ≤ t ≤ 3.
Fungsi Gamma
Untuk menyajikan perilaku fungsi gamma, ditinjau nilai integral berikut.
Untuk α > 0 :
∞
−αx 1 −αx ∞ 1
∫ e dx = − α
e = .
0 α
0
atau
_______________________________________________________________________________
121 Integral
_________________________________________________________________________________________
∞
−αx 1
∫ xe dx =
α2
;
0
∞
2 −αx 2
∫x e dx =
α3
;
0
∞
3 −αx 3!
∫x e dx =
α4
;
0
Sejauh ini n masih berupa bilangan bulat tak negatif. Adapun untuk
sembarang bilangan bilangan positif, didefinisikan fungsi gamma :
∞
Γ( p) = ∫ x p −1e − x dx , p > 0.
0
Untuk 0 < p < 1, integral di atas merupakan integral tak layak (improper integral)
p −1
karena x menjadi tak hingga pada batas bawah integral (x = 0). Namun
demikian integral tersebut merupakan integral yang bernilai konvergen untuk p >
0 (termasuk untuk selang 0 < p < 1). Khusus untuk p bulat, diperoleh
Γ( p ) = (n − 1)!
sehingga diperoleh nilai-nilai berikut :
_______________________________________________________________________________
122 Integral
_________________________________________________________________________________________
Γ(1) = 0!= 1 ,
Γ(2) = 1!= 1 ,
Γ(3) = 2! = 2 dan seterusnya.
Untuk sembarang p positif :
∞
Γ( p + 1) = ∫ x p e − x dx
0
x p = u , e − x dx = dv , du = px p −1dx, v = −e − x
maka
∞ ∞
∞
p −x
Γ( p + 1) = − x e − ∫ ( −e − x)
px dx = p ∫ x p −1e − x dx = pΓ( p) .
p −1
0
0 0
Γ( 5 ) = Γ( 3 + 1) = 3 Γ( 3 ) = 3 1 Γ( 1 ) = 3 π
2 2 2 2 22 2 4
mengingat
Γ( 1 ) = π .
2
Soal-soal Latihan
1. Nyatakan bentuk-bentuk di bawah ini dalam bentuk fungsi gamma :
∞
2/3 −x
a. ∫x e dx
0
∞
b. ∫ xe − x dx
0
_______________________________________________________________________________
123 Integral
_________________________________________________________________________________________
∞
−1 / 2 − x
c. ∫x e dx
0
∞
2 −x 2
∫ x e dx (petunjuk : x = u )
2
d.
0
∞
−x 3
e. ∫ xe dx
0
1 3
21 −u
f. ∫ x ln x dx (petunjuk : x = e )
0
1
∫
g. 3 ln x dx
0
∞
−1 / 3 −8 x
h. ∫x e dx
0
1
∫x (− ln x) 3 dx
2
i.
0
a = d 2 x / dt 2 = −1 / x .
Tentukan waktu yang diperlukan saat partikel tiba di titik O.
Petunjuk : gunakan
a = dv / dt = (dv / dx)(dx / dt ) = v(dv / dx) ,
serta mengingat selama gerakan berlangsung :
v = dv / dt < 0 .
Jika penghitungan telah sampai pada t sebagai integral fungsi x, lakukan
_______________________________________________________________________________
124 Integral
_________________________________________________________________________________________
1.3.5...(2n − 1) (2n)!
Γ( n + 1 ) = π = π
2 n
2 4 n n!
4. Buktikan bahwa
∞
d
Γ( p ) = ∫ x p −1e − x ln x dx
dp 0
dan
∞
dn
n
Γ( p ) = ∫ x p −1e − x (ln x) n dx .
dp 0
a.
d1/ 2
dx1/ 2
(
2 x 2 − 3x + 5 )
d 3/ 2
b. (4 x − 7 ) .
dx 3 / 2
Adapun untuk p → 0 :
Γ( p + 1)
Γ( p ) = → ∞.
p
Demikian juga untuk p bilangan bulat negatif, nilai Γ( p ) → ∞ ( p = −1,−2,−3,...) .
∞
1 −t
Γ( 1 ) =
2 ∫ t
e dt .
0
_______________________________________________________________________________
125 Integral
_________________________________________________________________________________________
Dengan substitusi :
t = x2
yang berarti
dt = 2 x dx ,
maka
∞
−x 2
Γ( 1 ) = 2
2 ∫ e dx .
0
2
0
Integral ini meliputi seluruh daerah pada kuadran I. Dengan melakukan substitusi
ke koordinat kutub :
r 2 = x2 + y2 ,
dx dy = dA = r dr dθ ,
0≤r <∞,
0 ≤θ ≤π /2
maka
π /2 ∞
[ ] π e−r ∞
2
−r 2
Γ( 1 ) 2 = 4 ∫ ∫e r dr dθ = 4. . =π
2 2 −2 0
θ −0 r =0
sehingga diperoleh
Γ( 1 ) = π .
2
Fungsi Beta
Fungsi Beta didefinisikan sebagai
_______________________________________________________________________________
126 Integral
_________________________________________________________________________________________
1
B( p, q) = ∫ x p −1 (1 − x) q −1 dx , p > 0, q > 0.
0
Bentuk fungsi beta dapat pula dinyatakan dalam bentuk trigonometri, yaitu
dengan melakukan substitusi :
x = sin 2 θ ,
dx = 2 sin θ cosθ dθ ,
1 − x = cos 2 θ ,
sehingga
π /2
2 p −1
B ( p, q ) = 2 ∫ (sinθ ) (cosθ ) 2q −1 dθ
0
Hubungan antara fungsi beta dan fungsi gamma dapat dinyatakan dalam
bentuk :
Γ( p)Γ(q )
B ( p, q ) = .
Γ( p + q )
Untuk membuktikannya, dimulai dengan
∞
Γ( p) = ∫ t p −1e − t dt
0
Dengan substitusi
_______________________________________________________________________________
127 Integral
_________________________________________________________________________________________
y → x dan p → q
diperolah
∞
Γ(q) = 2 ∫ x 2 q −1e − x dx .
2
00
x 2 + y 2 = r 2 , dx dy = dA = r dr dθ ,
0 ≤ r < ∞ , 0 ≤θ ≤π /2,
perkalian fungsi gamma terakhir di atas menjadi :
∞ π /2
(r cos θ ) 2 q −1(r sin θ ) 2 p −1 e − r r dr dθ
2
Γ( p )Γ( q ) = 4 ∫ ∫
r =0 θ =0
∞ π /2
= 4 ∫ r 2 p + 2 q −1e − r dr 2q −1
(sin θ ) 2 p −1 dθ .
2
∫ (cosθ )
0 0
Jadi
Γ( p )Γ(q ) = 4. 1 Γ( p + q ). 1 B ( p, q )
2 2
atau
Γ ( p )Γ( q )
B ( p, q ) = .
Γ( p + q )
_______________________________________________________________________________
128 Integral
_________________________________________________________________________________________
Soal-soal Latihan
1. Buktikan bahwa :
B ( p, q ) = B ( q, p ) .
(petunjuk : x = 1 − y . Dapat pula dilihat secara eksplisit pada hubungan
antara fungsi beta dengan fungsi gamma)
m n!
C (m, n) = =
n (n − r )!r!
adalah koefisien binomial / perumusan kombinasi. (petunjuk : gunakan
hubungan antara fungsi beta dengan fungsi gamma).
∞
y 2 dy
c. ∫ (1 + y )6
0
∞
y dy
d. ∫ (1 + y 3 )2
0
2
x 2 dx
e. ∫ 2− x
.
0
5. Buktikan bahwa :
B(n, 12 )
B(n, n) = ,
22 n −1
selanjutnya tunjukkan berlakunya rumus duplikasi (duplication formula)
untuk fungsi gamma :
22 n −1
Γ ( 2n) = Γ(n)Γ(n + 12 ) .
π
6. Tunjukkan bahwa
∞
y m dy 1
∫ ( y + 1) n +1 = (n − m) C (n, m)
0
7. Tunjukkan bahwa :
B(m, n) B (m + n, k ) = B (n, k ) B (n + k , m) .
_______________________________________________________________________________
130 Integral
_________________________________________________________________________________________
E =0
__________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
131 Integral
_________________________________________________________________________________________
dengan k adalah tetapan. Apabila suhu benda tersebut turun menjadi 500 C
setelah 1 jam, berapakah suhu benda tersebut setelah 3 jam ?
_______________________________________________________________________________
132 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
BAB VI
FUNGSI VARIABEL BANYAK :
TURUNAN PARSIAL
Turunan Parsial
Jika y = f(x) maka dy / dx menyatakan kemiringan kurva y = f (x) atau laju
perubahan y terhadap x. Konsep kelajuan sangat banyak muncul dalam fisika,
sebagai contoh : konsep kecepatan gerak partikel sebagai perubahan jarak
terhadap waktu, konsep percepatan sebagai perubahan kecepatan terhadap waktu,
laju pendinginan benda yang bersuhu tinggi, perubahan tekanan sebagai fungsi
volume pada suhu tetap dan sebagainya. Konsep derivatif digunakan untuk
menentukan nilai ekstrem, yaitu maksimum atau minimum fungsi pada kurva
tersebut. Konsep turunan ini dapat pula diperluas untuk sejumlah variabel.
Ditinjau fungsi dua variabel
z = f ( x, y ) .
Fungsi tersebut dapat ditinjau variasinya sebagai fungsi x saja dengan nilai y
dipertahankan tetap = y0 atau fungsi y saja dengan x dipertahankan tetap = x0 .
Untuk keadaan pertama tersebut dengan z diturunkan parsial ke x saja,
penulisannya adalah
__________________________________________________________________
__
133 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
∂z z ( x + h, y0 ) − z ( x, y0 )
= ∂ x z = lim
∂ x y = tetap = y 0 h .
h→0
Serupa dengan rumus di atas, untuk keadaan kedua dengan z diturunkan parsial ke
y, penulisannya adalah
∂z z ( x0 , y + h) − z ( x0 , y )
= ∂ y z = lim
∂ y x = tetap = x 0 h .
h→0
z = x2 + y2 .
Turunan parsialnya ke x dan y berturut-turut adalah
∂ x
∂xz = x2 + y 2 =
∂x z
dan
∂ y
∂yz = x2 + y2 = .
∂y z
Turunan pertama parsial ini dapat diturunkan lagi untuk menghasilkan turunan
parsial orde tinggi, misalnya dengan menurunkan ∂ x z ke y dan ∂ y z ke x. Untuk
∂2z ∂
= = − xy
x
∂ y∂ x z =
∂y∂x ∂y x 2 + y 2 z3
dan
∂2z ∂
∂ x∂ y z = =
y = − yx .
∂x∂y ∂x x 2 + y 2 z3
Ternyata hasil keduanya sama, atau dapat disimpulkan bahwa turunan parsial orde
tinggi tidak bergantung pada urutan pengambilan turunan. Jadi untuk sembarang
fungsi f ( x, y ) yang memiliki sifat-sifat turunan pertamanya ada, kontinu dan
dapat diambil turunan parsialnya, berlaku
__________________________________________________________________
__
134 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
∂ 2 f ( x, y ) ∂ 2 f ( x, y )
= .
∂y∂x ∂x∂y
Soal-soal Latihan
1. Carilah turunan parsial pertama fungsi yang diberikan terhadap tiap variabel
bebasnya
a. f ( x, y ) = ( 4 x − y 2 ) 3 / 2
b. f ( x, y ) = e x + y (cos x + sin y )
tan −1(4 x − 7 y )
c. f ( x, y ) =
cosh(2 x 2 + 3 y )
a. f ( x, y ) = 2 x 2 y 3 − 3 x 3 y 2
b. f ( x, y ) = e2 xy [1 + ln( xy )]
x+ y
c. f ( x, y ) = sin −1 2
x + y3
Diferensial total
Jika
z = f ( x, y )
maka diferensial total z dirumuskan sebagai
∂z ∂z
dz = dx + dy .
∂x ∂y
Sebagai contoh
z = x2 + y 2
__________________________________________________________________
__
135 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
maka
x y
dz = dx + dy .
x2 + y2 x2 + y 2
Jika z adalah fungsi dari banyak variabel, maka bentuk diferensial total z
menyerupai bentuk di atas. Misalkan z adalah fungsi n variabel yang dirumuskan
sebagai
z = f ( x1, x2 ,..., xn )
maka diferensial total z adalah
n
∂z ∂z ∂z ∂z
dz = dx1 + dx2 + ... + dxn = ∑ dxk .
∂x1 ∂x2 ∂xn k =1
∂xk
f ( x) = 1 / x 2 ,
maka nilai di atas dapat dituliskan sebagai
∆ f = f (1015 + 1) − f (1015 ) .
Mengingat ∆ f dapat didekati dengan
2 2
∆ f ≈ df = − dx ≈ − ∆x
3
x x3
Jika m1 bertambah sebesar 1%, berapakah fraksi perubahan m2 agar nilai µ tak
berubah ?
Dengan mengambil diferensial persamaan di atas serta mengisikan
dm1 = 0,01m1 , diperoleh
dm1 dm2
0=− −
m12 m22
atau
dm2 0,01m2
=− .
m2 m1
Soal-soal Latihan
1. Massa tereduksi µ untuk sistem dua partikel bermassa m1 dan m2
dirumuskan sebagai
m1m2
µ= .
m1 + m2
R = kl / r 2 .
Jika ralat relatif dalam pengukuran panjang adalah 0,05% dan ralat relatif
dalam pengukuran jari-jari adalah 0,15 %, carilah ralat maksimum R
tersebut
4π 2l
g= .
T2
Carilah ralat maksimum g jika ralat relatif l adalah 0,2 % dan ralat relatif T
adalah 0,3%.
dengan q dan m berturut-turut adalah muatan dan massa rehat partikel yang
dipercepat dalam sinkroton tersebut, B adalah imbas medan magnet, R
__________________________________________________________________
__
138 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
adalah jari-jari orbit lintasan partikel, ω adalah frekuensi sudut dan c adalah
laju cahaya. Jika ω dan R bervariasi (seluruh besaran lain konstan),
tunjukkan bahwa hubungan antara dω dan dB dapat ditulis sebagai
2
dB q dω
=
B m ω3
atau dapat pula ditulis sebagai
dB dω 1
= .
B ω 1 − (ωR) 2 / c 2
Dalil rantai
Selanjutnya ditinjau konsep dalil rantai (chain rule) yang sangat berguna
untuk memudahkan menentukan derivatif suatu fungsi. Misalnya ingin dicari nilai
dy / dx untuk y = ln sin 2 x . Soal tersebut dapat diselesaikan dengan menuliskan
y = ln u
u = sin v
dan
v = 2x
yang selanjutnya nilai dy / dx dicari melalui dalil rantai :
dy dy du dv
=
dx du dv dx
1 2 cos 2 x
= . cos v.2 = = 2 cot 2 x
u sin 2 x
Konsep diferensial total dan dalil rantai juga dapat digabungkan untuk
menentukan derivatif fungsi. Misalkan tentukan dz / dt jika
dz x y ln x
= yx y −1 cos t +
dt 1 + t2
−1
−1 −1+ tan −1 t (sin t ) tan t ln(sin t )
= tan t (sin t ) cos t + .
1+ t2
Diferensial Implisit
Selanjutnya diberikan konsep diferensial implisit, melalui contoh soal
berikut ini. Diberikan bentuk
x + ex = t
d 2x ex
= − .
dt 2 (1 + e x )3
Persoalan ini akan lebih mudah dipahami jika hanya ingin dicari nilai
derivatif pada suatu titik tertentu.
Sebagai contoh untuk x = 0, maka t = 1 sehingga
dx 1 1
= = .
dt 1 + e0 2
dan
d 2x e0 1
=− =− .
2 0 3
dt (1 + e ) 8
Dari contoh di atas tampak bahwa diferensial implisit adalah metode terbaik untuk
menentukan kemiringan kurva yang memiliki bentuk persamaan yang kompleks /
rumit.
Contoh penerapan lain adalah menentukan persamaan garis singgung kurva
x3 − 3 y 2 + xy + 21 = 0
pada titik (1, 2). Dengan melakukan diferensial implisit persamaan di atas ke x,
diperoleh
dy dy
3x 2 − 9 y 2 + x + y = 0.
dx dx
Substitusi nilai x = 1 dan y = 2 :
dy dy
3 − 36 + +2=0
dx dx
atau
dy 1
m= = .
dx 7
Jadi persamaan garis singgung adalah
__________________________________________________________________
__
141 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
1
y = ( x − 1) + 2
7
atau
x − 7 y + 13 = 0 .
Soal-soal latihan
2. Untuk kurva
x2 / 3 + y 2 / 3 = 4 ,
carilah persamaan garis singgung pada titik ( 2 2 , − 2 2 ), (8, 0) dan (0, 8).
__________________________________________________________________
__
142 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
Jika s konstan, z hanya fungsi variabel t sehingga persamaan di atas dapat dibagi
dengan dt. Ruas kiri ditulis sebagai ∂z / ∂t , yaitu turunan parsial z ke t ketika s
konstan. Didapat
∂z
= y cos( s + t ) − x
∂t
dan serupa dengan itu diperoleh untuk turunan parsial z ke s berupa
∂z
= y cos( s + t ) + x .
∂s
Bentuk ∂z / ∂t sebenarnya dapat pula diperoleh dengan menggunakan dalil
rantai. Mengingat z adalah fungsi x dan y sementara keduanya fungsi t (dan s),
maka derivatif parsial z ke t dirumuskan sebagai
∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
= + .
∂t ∂x ∂t ∂y ∂t
Dengan rumus di atas, nilai ∂z / ∂t adalah
∂z
= y cos( s + t ) − x
∂t
yang sama dengan hasil di atas.
Soal-soal Latihan
1. Jika diberikan fungsi-fungsi berikut
__________________________________________________________________
__
143 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
Tunjukkan bahwa :
[ ]
(dx) 2 + (dy ) 2 + (dz ) 2 = (dr ) 2 + r 2 (dθ ) 2 + sin 2 θ (dφ )2 .
∂ 2u 1 ∂ 2u
− = 0.
∂x 2 c 2 ∂t 2
∂ 2u 1 ∂ 2u
− = 0.
∂ x2 c2 ∂ t 2
∂x ∂y
= 1
∂y z ∂x z
dan
∂x ∂y ∂z
= −1 .
∂y z ∂z x ∂x y
(Catatan : rumus-rumus tersebut banyak digunakan dalam termodinamika)
Pengubahan Variabel
Salah satu kegunaan diferensial parsial adalah dalam melakukan
pengubahan variabel (sebagai contoh dari koordinat Cartesan menjadi koordinat
kutub). Pengubahan variabel akan memberikan ungkapan yang lebih sederhana
atau persamaan diferensial yang lebih sederhana terhadap suatu sistem fisis yang
sedang ditinjau. Sebagai contoh, pada getaran selaput berbentuk lingkaran atau
aliran panas dalam silinder tegak, lebih baik digunakan koordinat polar,
sedangkan pada persoalan gelombang suara dalam suatu ruangan, koordinat
Cartesan yang lebih cocok digunakan. Untuk memperjelas konsep tersebut,
ditinjau contoh berikut ini. Gunakan pengubahan variabel :
r = x + vt
dan
s = x − vt
dalam persamaan gelombang
∂2F 1 ∂2F
− =0
∂x 2 v 2 ∂t 2
dan selesaikan persamaan tersebut.
Dari transformasi variabel tersebut, diperoleh
∂F ∂F ∂r ∂F ∂s ∂F ∂F ∂ ∂
= + = + = + F
∂x ∂r ∂x ∂s ∂x ∂r ∂s ∂r ∂s
dan
∂F ∂F ∂r ∂F ∂s ∂F ∂F ∂ ∂
= + =v −v = v − F
∂t ∂r ∂t ∂s ∂t ∂r ∂s ∂r ∂s
__________________________________________________________________
__
145 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
Dari bentuk di atas diperoleh kaedah
∂ ∂ ∂
= +
∂x ∂r ∂s
dan
∂ ∂ ∂
= v − .
∂t ∂r ∂s
Selanjutnya diperoleh pula
∂2F ∂ ∂F ∂ ∂ ∂F ∂F 2
2 ∂ F ∂ 2 F ∂ 2 F
= = v − v − v = v − 2 + 2
∂t 2 ∂t ∂t ∂r ∂s ∂r ∂s ∂r 2 ∂r ∂ s ∂s
Dengan mengisikan keduanya ke dalam persamaan diferensial asli, diperoleh
∂ 2 F ∂ ∂F
= =0
∂r∂s ∂r ∂s
yang menghasilkan penyelesaian
F = f ( s ) + g (r ) = f ( x − vt ) + g ( x + vt )
dengan f dan g adalah fungsi sembarang.
Contoh berikutnya adalah menuliskan persamaan Laplace
∂2F ∂2F
+ =0
∂x 2 ∂y 2
dalam koordinat polar r, θ dengan
x = r cosθ
dan
y = r sin θ .
Dari dua transformasi koordinat di atas, diperoleh
__________________________________________________________________
__
146 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
∂F ∂F ∂x ∂F ∂y ∂F ∂F
= + = cosθ + sin θ
∂r ∂x ∂r ∂y ∂r ∂x ∂y
dan
∂F ∂F ∂x ∂F ∂y ∂F ∂F
= + = − r sin θ + r cosθ
∂θ ∂x ∂θ ∂y ∂θ ∂x ∂y
Sementara itu transformasi inversi (r ,θ ) sebagai fungsi ( x, y ) adalah
r = x2 + y 2
dan
y
θ = arctan .
x
Karena itu
∂F ∂F ∂r ∂F ∂θ ∂F sin θ ∂F
= + = cosθ −
∂x ∂r ∂x ∂θ ∂x ∂r r ∂θ
dan
∂F ∂F ∂r ∂F ∂θ ∂F cosθ ∂F
= + = sin θ + .
∂y ∂r ∂y ∂θ ∂y ∂r r ∂θ
Untuk menentukan derivatif kedua, digunakan bentuk
∂F
G=
∂x
dan
∂F
H=
∂y
yang selanjutnya memberikan
∂F sin θ ∂F
G = cosθ −
∂r r ∂θ
dan
∂F cosθ ∂F
H = sin θ + .
∂r r ∂θ
Sehingga
∂2F ∂G
=
∂x 2 ∂x
__________________________________________________________________
__
147 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
∂2F ∂H
=
∂y 2 ∂y
dan
∂ 2 F ∂ 2 F ∂G ∂H
+ = +
∂x 2 ∂y 2 ∂x ∂y
Dengan substitusi F menjadi G pada turunan parsial ke x dan F menjadi H
pada turunan parsial ke y diperoleh
∂G ∂G sin θ ∂G
= cosθ −
∂x ∂r r ∂θ
dan
∂H ∂H cosθ ∂H
= sin θ + .
∂y ∂r r ∂θ
Substitusi hasil di atas dihasilkan
∂2F ∂2F ∂G ∂H 1 ∂H ∂G
+ = cos θ + sin θ + cos θ − sin θ .
∂x 2
∂y 2 ∂r ∂r r ∂θ ∂θ
Dari hasil di atas, tentu saja dibutuhkan empat turunan parsial G dan H yaitu
dengan menurunkan bentuk G dan H di atas :
∂G ∂ 2 F sin θ ∂ 2 F sin θ ∂F
= cos θ − +
∂r ∂r 2 r ∂r∂θ r 2 ∂θ
∂H ∂ 2 F cos θ ∂ 2 F cosθ ∂F
= sin θ + −
∂r ∂r 2 r ∂r∂θ r 2 ∂θ
∂G ∂H ∂ 2 F
cosθ + sin θ =
∂r ∂r ∂r 2
__________________________________________________________________
__
148 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
dan
1 ∂H ∂G 1 ∂F 1 ∂ 2 F
cosθ − sin θ = +
r ∂θ ∂θ r ∂r r ∂θ 2
Akhirnya diperoleh
∂2F ∂ 2 F ∂ 2 F 1 ∂F 1 ∂ 2 F 1 ∂ ∂F 1 ∂ 2 F
+ = 2 + + = r + .
∂x 2 ∂y 2 ∂r r ∂r r 2 ∂θ 2 r ∂r ∂r r 2 ∂θ 2
Transformasi Legendre
Selanjutnya ditelaah tentang metode pengubahan variabel yang sangat
berguna dalam termodinamika dan mekanika, yang disebut dengan transformasi
Legendre (Legendre transformation). Diberikan sebuah fungsi f ( x, y ) , maka
∂f ∂f
df = dx + dy .
∂x ∂y
Selanjutnya dengan menuliskan
∂f
p=
∂x
dan
∂f
q=
∂y
maka bentuk diferensial total f menjadi
df = p dx + q dy .
Jika bentuk df dikurangi bentuk d (qy ) , diperoleh
df − d (qy ) = pdx + qdy − qdy − ydq
atau
d ( f − qy ) = pdx − ydq .
Jika didefinisikan fungsi g sebagai
g = f − qy
maka
dg = pdx − ydq
__________________________________________________________________
__
149 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
sehingga dapat disimpulkan bahwa
∂g
=p
∂x
dan
∂g
= −y .
∂q
Serupa dengan hal di atas, bentuk pdx dalam df dapat diganti dengan
− xdp melalui bentuk fungsi f − xp .
Soal-soal Latihan
1. Dalam persamaan diferensial parsial
∂2z ∂2z ∂2 z
− 5 + 6 = 0,
∂x 2 ∂x ∂y ∂y 2
lakukan substitusi
s = y + 2 x dan t = y + 3 x ,
selanjutnya tunjukkan bahwa persamaan tersebut menjadi
∂2 z
= 0.
∂s ∂t
Selesaikan bentuk persamaan terakhir ini.
d2y dy
(1 − x 2 ) − 2x + 2y = 0
dx 2 dx
sehingga berubah menjadi
d2y dy
+ cot θ + 2y = 0 .
dθ 2 dθ
__________________________________________________________________
__
150 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
2 d2y dy
x +x − (1 − x) y = 0
2 dx
dx
berubah menjadi
d2y dy
u2 +u + (u 2 − 4) y = 0 .
2 du
du
Deret Taylor dan nilai turunan-turunan parsial di berbagai titik sangat bermanfaat
untuk menentukan nilai ekstrem suatu fungsi serta mengidentifikasi sifat ekstrem
tersebut.
Ditinjau ekspansi deret Taylor fungsi f ( x, y ) di sekitar titik ekstrem /
stasioner ( xe , ye ) hingga orde dua dalam ∆x = x − xe , ∆y = y − ye atau hasil kali
silangnya, yang dirumuskan sebagai
∂f ∂f (∆x) 2 ∂ 2 f
f ( x, y ) = f ( xe , ye ) + ∆x + ∆y +
∂x x , y ∂y x , y 2 ∂x 2
e e e e xe , ye
(∆y ) 2 ∂ 2 f ∆x∆y ∂ 2 f
+ +
2 ∂y 2 2 ∂x∂y
xe , ye xe , ye
= f ( xe , ye ) + ∆f
dengan
[
∆f = P∆x + Q∆y + 12 (∆x) 2 A 1 + 2( B / A)(∆y / ∆x) + (C / A)(∆y / ∆x) 2 ]
dengan berturut-turut
∂f ∂f ∂2 f ∂2 f ∂2 f
P= ,Q = ,A= 2 ,B = 2 ,C = .
∂x x y ∂y x y ∂x ∂y ∂x∂y
e e e e xe y e xe y e xe y e
__________________________________________________________________
__
152 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
P =Q =0.
C B2
− >0
A A2
atau
B 2 − AC < 0 .
Kondisi untuk mana ∆ f > 0 di sekitar ( xe , ye ) menyebabkan f minimum lokal.
Soal-Soal Latihan
1. Volume V suatu tabung lingkaran tegak diberikan oleh
V = π r 2h
dengan r adalah jari-jari dan h adalah tinggi tabung. Jika h dipertahankan
tetap pada h = 10 cm, carilah laju perubahan V terhadap r pada r = 5 cm.
2. Menurut hukum gas ideal, tekanan P, volume V dan suhu T dirumuskan oleh
persamaan
PV = kT
dengan k adalah konstanta. Carilah nilai laju perubahan tekanan terhadap
suhu pada waktu suhunya sama dengan 400 C jika volume dipertahankan
tetap pada 100 cm3.
__________________________________________________________________
__
153 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
∂P ∂P
V +T = 0.
∂V ∂T
∂ 2 f ( x, y ) ∂ 2 f ( x, y )
+ =0
∂2 x ∂2 y
disebut sebagai fungsi harmonik. Tunjukkan bahwa fungsi-fungsi di bawah
ini adalah fungsi harmonik.
a. f ( x, y ) = x3 y − xy 3
b. f ( x, y ) = ln(4 x 2 + 4 y 2 ) .
5. Suhu pada ( x, y ) dari suatu lempeng lingkaran yang berpusat di titik asal
diberikan oleh rumus
200
T ( x, y ) = .
5 + x2 + y 2
Carilah di daerah manakah yang paling panas ?
a. f ( x, y ) = x 2 − 2 x + 14 y 4
y2 x2
b. f ( x, y ) = −
b2 a2
c. f ( x, y ) = cos x + cos y + cos( x + y ) ; 0 < x < π / 2 ; 0 < y < π / 2
f ( x, y ) = e − ( x + y − 4 y ) .
2 2
d.
__________________________________________________________________
__
154 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
8. Carilah jarak terpendek antara :
9. Tentukan ukuran balok (panjang, lebar dan tinggi) yang bervolume V agar
luas permukaannya minimum.
10. Carilah ukuran balok yang volumenya V agar jumlah panjang rusuk-
rusuknya minimum.
11. Carilah suatu vektor dalam ruang tiga dimensi yang bertitik asal di O
dengan panjang 8 agar jumlah komponen-komponennya maksimum.
dan
n n
nc + m∑ xi = ∑ yi .
i =i i =1
__________________________________________________________________
__
155 Fungsi Variabel Banyak : Turunan Parsial
_________________________________________________________________________________________
____
Selanjutnya carilah nilai m dan c untuk titik-titik (1,2), (2, 3), (3, 5) dan (4,
7).
__________________________________________________________________
__
155 Daftar Pustaka
_______________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Boas, M.L., 1983, Mathematical Methods in the Physical Sciences, John Wiley &
Sons, New York.
Bradbury, T.C., 1984, Mathematical Methods with Applications to Problems in
the Physical Sciences, John Wiley & Sons, New York.
Harper, C., 1976, Introduction to Mathematical Physics, Prentice−Hall, New
Jersey.
Muslim, 1993, Pengantar Fisika Matematik, Lab Atom−Inti, FMIPA UGM
Yogyakarta.
Spiegel, M.R., 1992, Matematika Lanjutan untuk Para Insinyur dan Ilmuwan,
Erlangga, Jakarta.
_______________________________________________________________________________