Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Kelompok 1A
BAB I
PENDAHULUAN
- Peningkatan koordinat
Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon terbuka dapat dibagi
lebihlanjut menjadi :
1. Tanpa ikatan sama sekali,
2. Pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali,
3. Pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada ujung yang lain
tanpa ikatan sama sekali,
1
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
4. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan pada ujung
yang lain tanpa ikatan sama sekali,
5. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth,
6. Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat
azimuth,
7. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat ,
8. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang
lain terikat azimut saja,
9. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang
lain terikat koordinat saja
10. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat
Kesepuluh macam polygon terbuka berdasarkan pengikatan-pengikatannya
itu akan dibicarakan satu persatu berikut ini.
2 4
5 Q
3
S1
S2 2 4 S6
1 S3 S4 S5
3 5
b. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut terikat azimut saja dan
ujung lain tanpa ikatan
2
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Gambar :Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut terikat azimut saja dan
ujung lain tanpa ikatan
I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
aw = azimut yang diketahui
c. Polygon terbuka, satu ujung terikat koordinat saja dan ujung lain
tanpa ikatan
d. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, satu ujung
lagi tanpa ikatan
3
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Gambar : Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, satu ujung lagi
tanpa ikatan
I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
aw = azimut yang diketahui
4
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
1
3 5
1 2 6
4
S1
S2 2 4 S6
S3 S4 S5
3 5
5
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
P, Q= titik yang diketahui koordinatnya
h. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, ujung yang
lain terikat azimut saja
1 7
3 5
1 2 6
4 6
S1
S2 2 4 S6
S3 S4 S5
3 5
Si = sisi-sisi ukuran
aw = azimut yang diketahui
6
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar
I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
aw = azimut yang diketahui
Polygon tipe ini merupakan polygon yang paling baik karena kedua ujungnya
terikat penuh. Kalau digambarkan polygon tipe ini mempunyai bentuk
sebagai berikut :
7
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Gambar poligon
untuk mendapatkan koordinat titik 1, 2, 3 dan 4 maka dilakukan pengukuran
sudut (β1, β2,β3, β4) dan jarak (dB1, d12, d23, d34, d4C).
Rumus koordinat secara umum :
Xn+1 = Xn + dn,n+1 sin φn,n+1
8
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
1. Syarat Sudut
2. syarat absis
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum poligon tertutup, beda tinggi, detail situasi dan
peta tranches adalah:
9
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
juga kita dapat lebih mengenal dan dapat menggunakan alat theodolite secara
benar.
Bab I. Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, dan
sistematika penulisan.
Lampiran
11
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
Pada pengukuran poligon tertutup dalam detail situasi ini kami terdiri dari
beberapa kelompok mengukur pada daerah yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan
lakukan.
12
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Rektorat
Kamis 16.00-18.00 Penentuan azimuth
6 Universitas
23 Mei 2013 WIB matahari
Bengkulu
13
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
LAY OUT
Skala 1: 800
14
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
BAB III
DASAR TEORI
15
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
meter di lapangan.
Untuk memilih skala peta, tergantung dari maksud pembuatan peta itu
titk detail yang harus diambil, khususnya untuk pembuatan garis kontur.
16
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
17
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
1. Syarat sudut.
2. Syarat sisi.
Σd sin α = 0
Σd cos α = 0
18
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
3. Azimut awal.
Azimut awal dapat dihitung dengan menggunakan titik tetap yaitu dengan
Apabila tidak ada titik ikat, maka azimut awal yang digunakan adalah
Dalam Praktikum Ilmu Ukur Tanah, apabila tidak ada titik ikat (titik
waktu asistensi).
αn – ( n -1 ) = α n – ( n -1 ) + 180º - βn : dimana
n = nomer titik poligon
β = sudut hasil ukuran
α = Azimut
Exc: α2-3 = α1-2 + 180º - β2
α3-4 = α 2-3 + 180º - β3
Untuk poligon tertutup dimana sudut poligon yang di ukur adalah sudut
19
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Keterangan gambar:
1. Syarat sudut.
2. Syarat sisi.
Σd sin α = 0
Σd cos α = 0
3. Azimut awal.
dalam polygon.
αn – ( n -1 ) = α n – ( n -1 ) + 180º - βn dimana
α = Azimut
21
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Keterangan:
Ta = Benang tengah rambu A
Tb = Benang tengah rambu B
h A-B = beda tinggi = Ta –Tb
22
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
23
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
D’ = Jarak Miring
D = Jarak Datar
Hi = Tinggi Pesawat
ΔH = Beda Tinggi A dan B
Dari pengukuran dilapangan yang dilakukan dapat diperoleh pembacaan: BA;
BT; BB; azimuh, maka;
L’ = L cos h = L sin z; sehingga:
D’ = L’ x K = L sin z x 100 = 100 x L x sin z
D = D’ sin z = 100 x L sin2 z
Beda tinggi ( ΔH );
(ΔH) = D’ cos z
=100 x L x sin z x cos z
= 100 x ½ (2 cos z x sin z)
= 50 L cos z
Sehingga Beda tinggi = A & B
ΔH = hi + ΔH – BT
Sehingga titik B ketinggiannya :
HA-B = HA + hi + ΔH –BT
Pengukuran titik detail ada banyak cara seperti dengan koordinat siku-
siku, koordinat kutup, interpolasi dan pengukuran titik detail cara memancar
(menyebar dan meloncat).
24
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
25
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Jalannya Praktikum :
1. Pesawat dipasang diatas statip, diatas titik 1 dengan unting-unting tepat
diatasnya, kemudian disetel sampai pesawat dalam keadaan setimbang stabil
dan kuat.
2. Stel gelembung nivo, sampai masuk pada lingkaran kaca.
3. Kunci azimut dibuka, dan tutup kembali.
4. Ukur tinggi pesawat.
5. Memasang rambu pada titik 7 yang merupakan rambu belakang.
6. Bidikan rambu pda rambu belakang, sesuaikan benang tengah teropong tepat
sama dengan tinggi pesawat yang telah diukur.
7. Baca benang atas dan benang bawah, azimuth dan zenith lalu catat hasilnya.
8. Kemudian catat nonius I, nonius II dalam keadaan biasa.
9. Dirikan rambu di titik 2, yang merupakan rambu depan.
10. Bidikan rambu theodolith kearah rambu sedimikian, benang tengah tepat
pada tinggi pesawat yang telah diukur.
11. Bacalah benang tengah, Atas, Bawah, Azimuth, Zenith, dan catat hasilnya
(buka kunci Azimuthnya).
12. Kemudian baca nonius I, nonius II dalam keadaan biasa ke titik 2.
13. Lalu teropong kita batik (vitier dibawah) ini teropong dalam keadaan luar
biasa lalu bidikan kearah 2 baca nonius I & II.
14. Kemudian arahkan pesawat kearah titik 7 (rambu belakang) catatlah nonius I
dan nonius II.
15. Teropong di balik (dalam keadaan biasa) lalu diadakan pengukuran detail
sesuai titik yang dibutuhkan (titik a, b, c dst) lalu bidik rambu sesuai tinggi
pesawat.
16. Buka kunci azimuthnya, tunggu beberapa saat lalu tutup lagi.
17. Catatlah Azimuth, BA, BB, Zenith.
18. Lalu pindahkan pesawat ke titik 2 rambu satu sebagai titik belakang dan titik
3 sebagai rambu belakang,lakukan langkah-langkah diatas pada kedudukan
ini, dst tinggi pesawat sampai ke titik 1 dan akhir lintasan berupa poligon.
19. Jarak praktikum maksimum antara pesawat & rambu ±80 m.
20. Membuat seketsa jalannya praktikum memberi tanda adanya saluran, pagar,
dan sebagainya sehingga mempermudah pekerjaan selanjutnya.
26
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
21. Semakin banyak titik, titik yang kita detail semakin baik peta kontur yang
kita peroleh (lebih teliti).
27
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
BAB IV
METODOLOGI PENGUKURAN
28
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
29
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
lain, sebuah titik pasti yang digunakan untuk membuat titik pasti yang
lain dalam jumlah yang banyak.
30
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
akan menangkap data peta. Hal ini, misal perbedaan tinggi muka
tanah yang cuckup extrim, sehingga nantinya akan menambah /
membantu dalam pembuatan kontur.
32
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
3. Menyetel Pesawat
Menyetel ketiga sekrup penyetel pesawat, hingga gelembung nivo
didalam lingkaran kaca nivo, dan alat siap digunakan.
4. Menegakkan Rambu
Rambu ditegakkan pada titik yang akan dicari diatas dan harus benar-
benar tegak di atas tanah tersebut. Jarak diantara pesawat dan rambu
±60 m
33
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
34
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
35
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Keterangan Gambar :
1. Instrument Height Mark
2. Pengatur Diafragma
3. Tabung Okuler
4. Sekrup Pengatur Okelur
5. Boussuk
6. Nivo Tabung
7. Sekrup Penggerak Halus
8. Sekala Horizontal
9. Nivo Kotak, berfungsi bersama sekrup 19a ,19b, 19c membuat sumbu I
vertikal.
10. Sekrup koreksi nivo tabung alhedade horizontal, untuk mengoreksi nivo
tabung alhedade agar tegak lurus sunbu I
11. Plat dasar Instrument, untuk landasan instrument dan untuk menempatkan
instrumentpada statip
12. Plat dasar statip, untuk menempatkan instrument diatas statip
13. Lensa obyektif teropong, untuk membentuk bayangan obyek yang
ditunjukkan pada pengukuran
14. Teropong, Berguna untuk memperbesar bayangan obyek agar dibidik jelas.
15. Kaki penyangga sumbu II, untuk menyangga teropong dan sumbu II yang
bersama-sama berputarnya teropong pada sumbu II tersebut.
16. Mikrometer, berfungsi untuk kedudukan pembacaan teropong agar teliti.
17. Klem teropong, Untuk menguci teropong pada arah putaran vertikal.
18. Centering obtik, berfungsi agar instrument berdiri tepat diatas patok.
19. Sekrup penyetel instrument, berfungsi untuk membuat sumbu I vertikal.
20. Sekrup penggerak halus repetisi, untuk menggerakkan halus sumbu repetisi.
21. Vitier mengarahkan teropong secara kasarpada sasaran.
22. Klem repetisi, untuk mengunci sumbu repetisi.
23. Statip, penopang teropong agar kokoh.
24. Lensa Okuler
Berfungsi sebagai loupe, untuk memperbesar bayangan yang diterima dari
lensa obyektip.
36
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
1. RECONAISANCE
Sebelum melakukan pengukuran dilapangan yang akan
dipetakan dalam meninjau harus dilengkapi dengan gambar tentang
keadaan tanah atau daerah secara sketsa, guna memudahkan
pelaksanaan dilapangan selanjutnya.
Pada tahap ini pula pemasangan patok poligon dilakukan baik
poligon keliling ataupun poligon bantu. Yang perlu diperhatikan
dalam pemasangan patok-patok tersebut adalah:
a Patok harus ditanam dalam tanah, harus cukup kuat dan tidak
mudah dicabut.
b Harus diberi sketsa pemasangannya dan ditandai
kedudukannya sehingga mudah mencarinya pada pengukuran
selanjutnya.
c Patok jangan terlalu tinggi diatas tanah, 1-2 cm sudah cukup.
d Mengingat tinggi ketelitian alat maka arah antar patok ±80 m.
e Patok harus diberi nomor agar tidak membingungkan.
37
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
38
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
39
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
(ΔH) = Hi + Δh – BT
HB = HA + Hi + Δh – BT (tinggi titik B)
Contoh perhitungan :
= 0,8191 m
40
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Hi = BT = 1250
H2 = Hi + Δh – BT + H1
41
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
1. Semua jalan yang meliputi ; jalan raya, jalan KA, jalan kecil dan lain-lain.
7. Detail ketinggian sesuai dengan skala peta dan obyek-obyek lain yang
dianggap penting berdasarkan keperluaannya.
42
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Dengan bantuan rambu baca sudut vertikal BA, BB, BT lakukan dan
ulangi pada titik detail yang lain sampai 12 x.
Yang diperlukan disini adalah pemberian notasi yang teratur, baik notasi
titik detail maupun titik poligon sehingga tidak akan menyulitkan dalam
penyusunan laporan selanjutnya.
43
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
BAB V
PENENTUAN AZIMUTH GEOGRAFIS
METODA PENENTUAN TINGGI MATAHARI
5. 1 Umum
Pengukuran dengan azimuth matahari adalah pengukuran yang dilakukan
untuk mendapatkan azimuth astronomis, dimana sudut jurusan ke satu titik
ditentukan berdasarkan referensi lintang astronomis.
Jadi dapat dikatakan disini bahwa maksud dan tujuan dari pengukuran,
pengamatan matahari adalah :
Untuk mendefinisikan azimuth dititik awal pekerjaan dan titik akhir
pekerjaan.
Untuk kontrol hasil ukuran poligon.
5. 2 Dasar Teori
Posisi bintang atau matahari terhadap bumi dinyatakan dengan bantuan bola
langit dan beberapa sistem koordinat yang ditentukan pada bola langit tersebut.
Penentuan azimuth geografis dari suatu garis di permukaan bumi dengan metode
pengamatan tinggi matahari dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Pengamatan tinggi matahari.
Penentuan azimuth matahari.
Penentuan azimuth geografis.
dilakukan dengan cara ditadah, filter dan prisma reolofs. Dalam praktikum IUT ini
44
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
menangkap cahaya matahari dan bayangan benang diafragma. Bayang yang jelas
dapat diatur sedemikian rupa dengan menekan tromol pengatur bayangan atau fokus.
Sebagai contoh penggunaan kuadran tersebut dapat dilihat pada gambar 20,
sedangkan aturan pemakaian tanda (+) / (-) ½ dapat dilihat pada gambar 19.3
(a)
45
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
d
hu'+ 1/2 d 1/2 d
(b)
+ ½d + ½d
- ½d - ½d
Note : pada posisi luar biasa, bacaan lingkaran tegak zenith “V” harus dikonversikan
46
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
-? h
+? h
h
S
-?? +? ? U Horizon
?' AS
?
AM
Dengan ψ’ = Hs – Hm ??
matahari
Am
Hm
?
?'
Hs
Z
C
Gambar 24
47
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Secara pendekatan :
P = R/D x sin Z’
Ph = R/D
Harga paralaks ini dapat diperoleh dari tabel yang terdapat pada Almanak
2. Koreksi Refraksi
Faktor alam, seperti temperatur, tekanan dan tekanan udara adalah hal yang
sangat berpengaruh terhadap pengukuran yang dilakukan. Hal ini jelas diketahui
karena dapat memberikan efek pemuaian ataupun melengkungnya sinar yang masuk
ke dalam teropong ( Refraksi ). Semua gejala ini dialami oleh hasil pengukuran sejak
mulai dari target yang dibidik sampai didalam teropong itu sendiri. Oleh karenanya
Harga koreksi refraksi tersebut dapat diperoleh dari tabel pada almanak
48
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
r” = rmCp Ct
Dimana :
dari matahari.
Segitiga astronomi adalah bola langit yang dibatasi oleh lingkaran besar yang
dibentuk oleh titik zenith, titik matahari atau bintang yang diamati dan sebuah titik
Tinggi matahari (h) diperoleh dari hasil pengamatan dari stasiun pengamat.
Deklinasi matahari (δ) yang diperoleh dari tabel pada almanak matahari dan
Lintang (φ) stasiun pengamat yang diperoleh dari hasil interpolasi peta, yaitu
49
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Lingkaran Equator
Z
A
KU Lingkaran Horizon
Bt
90°- h
bumi 90°- d
S U
KS
N
50
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Bila dilakukan pada pagi hari maka zenith yang sesungguhnya sama
5.2 Peralatan
2. Kertas tadah.
peta tofografi.
3. Atur fokus teropong ke titik jauh tak hingga, perjelas benang diafragma.
6. Siapkan kertas putih yang akan digunakan untuk menadah bayangan dan
51
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
11. Dengan sekrup gerak halus horisontal tempatkan tepi bayangan matahari
12. Pada pagi hari dengan sekrup gerak vertikal tepi bawah / atas bayangan
bila pada sore hari tepi bawah / atas bayangan matahari digeser ke bawah.
13. Memberi aba-aba “AWAS”, disini pencatat waktu siap dan selalu
14. Pada saat mendengar aba-aba “YA” pencatat waktu mencatat detiknya,
52
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
17. Untuk kuadaran lain langkah pelaksanaan sama dengan prosedur diatas,
18. Data-data lain yang perlu diambil : temperatur, tekanan udara pada saat
pengamatan.
5.5 Perhitungan
DATA
SOLUSI :
cara kaca hitam). Dimana harga 1/2d dapat diperoleh dari tabel almanak
53
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
pengamatan.
2. Koreksi refleksi dan paralaks terhadap tinggi matahari, harga rm, Cp, Ct,
h” = h’ – (rm x Cp x Ct) + p”
Cos Ψ x Cos h” = D
Pagi hari : Am = A
54
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Tentukan :
Ψ
o a.Sudut horizontal terhadap tepi matahari ΨΨΨΨ = Hs - Hm
o b.Koreksi ∆Ψ = ½ d / cos hu
Tentukan rm , Cp dan Ct dengan interpolasi dari tabel VI, VIIb dan VIII.
h = hu – r’ + p
Hitung L – M = N
Hitung cos Q
Hitung cos h
55
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
o a.Pagi hari = A
56
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
BAB VI
PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN
= 0o 11’ 40”
Vβ = -f β
n
= - 0o 11’ 40”
4
= - 0o 2’ 55”
= 352o 4’ 17,69”
dan seterusnya………
57
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
= -0,0113 m
58
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
= 0,0139 m
59
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
60
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
Jarak rantai = jarak optis x cos h
= 31,9094 x cos 3˚ 03’ 00”
= 31,8642 m
Beda tinggi = jarak optis x sin h
= 31,9094 x sin 3˚ 03’ 00”
= 1,6978 m
61
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
62
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
63
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Kelompok 1A
64