Makalah PLTG PDF
Makalah PLTG PDF
PENDAHULUAN
Walaupun pembangkit tenaga gas memiliki 3 buah siklus, tapi PLTG pada
dasarnya menggunakan siklus turbin gas. Siklus turbin gas sendiri memiliki beberapa
komponen penting, diantaranya :
Cara kerja dari PLTG sendiri adalah sebagai berikut, udara dikompres di
dalam kompresor, kemudian udara dialirkan kedalam ruang pembakaran, bersamaan
dengan bahan bakar yang disulut. Gas terkembang yang memiliki suhu dan tekanan
tinggi, dimasukkan ke dalam turbin gas. Turbin berputar dan akhirnya menggerakkan
generator.
Siklus turbin gas pada dasarnya bekerja berdasarkan prinsip gas Brayton
atau Joule. “Siklus ini memiliki tingkat efisiensi yang rendah, karena selain pemakian
bahan bakar yang tinggi, gas yang dibuang melalui turbin juga masih memiliki suhu
yang tinggi yang masih dapat dipakai.” Karena kelemahan – kelemahan itu, PLTG
lebih sering digunakan sebagai pembangkit cadangan atau pembangkit yang akan
digunakan pada beban puncak saja.
Terdapat perbedaan utama antara siklus kombinasi dengan siklus turbin gas dan
siklus turbin gas regenratif.
Pada siklus turbin gas, udara dikompresi lalu masuk kedalam ruang pembakaran
kemudian diteruskan ke turbin, namun gas buang yang dihasilkan masih memiliki suhu
yang tinggi.
Pada siklus turbin gas regeneratif, gas buang pada siklus turbin gas digunakan
kembali sebagai pemanas udara, pemanas udara ini dipasang sebelum ruang
pembakaran. Jadi, setelah udara dikompresi, udara akan masuk ke dalam pemanas
udara, lalu menuju ke ruang pembakaran sehingga udara yang semestinya memiliki
suhu yang standar menjadi lebih panas dan efisiensi termalnya meningkat.
Pada siklus kombinasi, proses yang terjadi akan sama seperti siklus Brayton, yaitu
udara dikompresi lalu masuk kedalam ruang pembakaran kemudian diteruskan ke
turbin, akan tetapi perbedaannya gas buang yang masih memiliki suhu yang tinggi
akan digunakan kembali untuk memanaskan HRSG, yang kemudian akan
menggerakkan turbin dan kemudian akan diubah oleh generator menjadi energi
listrik
Jika dilihat, pada pembangkit tenaga gas yang menggunakan siklus Brayton
pada umumnya memiliki efisiensi yang tidak begitu tinggi, yaitu dibawah 30 persen.
Lalu apabila dilihat pada pembangkit tenaga uap yang menggunakan siklus Rankine,
efisiensi yang dihasilkan hanya sekitar 35 persen, tidak jauh berbeda dengan siklus
Brayton. Akan tetapi apabila kedua siklus itu digabungkan, maka sebuah pembangkit
dapat mencapai efisiensi lebih dari 50 persen atau hampir mencapai 60 persen.
Lebih baik lagi bilamana dapat diperoleh pemasukan gas bumi dengan harga rendah.
Selanjutnya juga dapat disebut bahwa gas bumi sering disebut sebagai bahan
bakar yang "bersih" sehingga dengan menggunakan siklus kombinasi pencemaran
dapat diminimalisir. Indonesia, dalam hal ini PT PLN (Persero), kini telah banyak
mengoperasikan pembangkit dengan siklus kombinasi.
Selain itu dengan menggunakan daur kombinasi gas dapat diperoleh dua
keuntungan utama yaitu: dapat menambah daya listrik dan dapat menghemat biaya
bahan bakar. Penambahan daya listrik tanpa menambah bahan bakar juga berarti
akan menaikkan efisiensi termal sistem dan dapat dinaikkan dari sekitar 24 %
menjadi sekitar 42 %. Besarnya peningkatan efisiensi ini tergantung dari
temperatur air pendingin yang digunakan pada PLTU dan besarnya temperatur gas
buang PLTG. Makin dingin temperatur air pendingin dan semakin tinggi temperatur
gas buangnya maka peningkatan efisiensinya juga semakin besar. Berikut ini adalah
grafik efisiensi termal antara PLTG dan PLTGU.
Alasan lain pemilihan PLTGU adalah waktu konstruksi yang cepat sehingga bila
ada lonjakan permintaan tenaga listrik yang harus dipenuhi dalam waktu singkat
dapat dibangun PLTGU secara bertahap. Tahap pertama dibangun PLTG untuk
memenuhi lonjakan permintaan, sedangkan HRSG beserta PLTU dibangun dan
dioperasikan kemudian bila permintaan tenaga listrik sudah meningkat.
PLTGU dapat dioperasikan sebagai pembangkit untuk beban puncak maupun
untuk beban dasar. Sebagai pembangkit untuk beban dasar yang perlu diperhatikan
adalah kontinuitas air pendingin, sedangkan sebagai pembangkit untuk beban pencak
perlu dipertimbangkan waktu start-up dari PLTGU. PLTG mempunyai waktu start-up
yang cepat sedangkan untuk PLTU mempunyai waktu start-up yang lambat bila dalam
kondisi cold start-up. Sehingga untuk melayani beban puncak perlu beroperasi
secara warm start-up .
BAB III
PENUTUP
Di samping itu waktu pembangunan PLTGU yang cepat merupakan hal yang
mendorong dipilihnya PLTGU, khususnya untuk memenuhi lonjakan permintaan tenaga
listrik.Dengan kemungkinan pengembangan PLTGU yang cukup besar dan teknologi
PLTGU di Indonesia masih belum pernah digunakan maka perlu dipersiapkan tenaga
trampil. Pembangunan PLTGU dalam waktu dekat ini diharapkan akan memberi
pengalaman dalam pengoperasian dan perawatan PLTGU.