Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PRESENTASI

XEROSTOMIA
(DRY MOUTH)

OLEH:
Kiki Dwi Qori Ayatulloh, S.Ked
G 0004132

Pembimbing :
drg. Tri Darmani

KEPANITERAAN KLINIK LAB/UPF PENYAKIT GIGI DAN MULUT


FK UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2009

0
I. PENDAHULUAN

Xerostomia merupakan suatu hal yang sering dikeluhkan pada orang dewasa,
sekitar 20%-nya terjadi pada usia dewasa muda. 1 Sebuah penelitian di London
mengatakan bahwa xerostomia menyerang 1 dari 4 orang pasien rawat jalan. Seringnya
xerostomia muncul akibat obat-obatan.2 Banyak hal yang bisa menyebabkan penurunan
produksi saliva. Penurunan produksi saliva ini selalu disertai dengan perubahan
komposisi saliva yang mengakibatkan sebagian besar fungsi saliva tidak dapat berjalan
dengan lancar.3 Hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa keluhan pada penderita
mulut kering, seperti kesukaran dalam mengunyah dan menelan makanan, kesukaran
dalam berbicara, kepekaan terhadap rasa berkurang, kesukaran dalam memakai gigi
palsu, mulut terasa seperti terbakar dan sebagainya.3, 4, 5, 6
Saliva mempunyai peran penting dalam pertahanan di dalam rongga mulut
untuk menjaga kebersihan mulut. Rongga mulut berisi bakteri patogen yang dengan
mudah dapat merusak jaringan, saliva membantu mencegah
proses kerusakan melalui berbagai cara antara lain:
1. Aliran saliva mampu membantu membuang bakteri patogen juga
partikel-partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri.
2. Saliva mengandung beberapa faktor yang mampu menghancurkan bakteri, misalnya:
ion tiosianat, lisosim, dll.
3. Saliva sering mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat
menghancurkan bakteri rongga mulut termasuk bakteri penyebab karies.
Oleh karena itu pada keadaan tidak ada saliva, jaringan rongga mulut menjadi
berulserasi dan kemudian menjadi terinfeksi, dan karies gigi akan meluas.7
Keluhan mulut kering atau xerostomia umumnya berhubungan dengan
berkurangnya aliran saliva, namun adakalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi
seseorang tetap mengeluh mulutnya kering. 4
Mengingat pentingnya peranan saliva dan akibat yang ditimbulkan oleh karena
berkurangnya aliran saliva, maka perlu diupayakan penanggulangan terhadap pasien-
pasien dengan keluhan mulut kering. Perawatan yang diberikan tergantung dari
penyebab dan keparahan mulut kering. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang
berkaitan dengan xerostomia.

1
II. SEKRESI DAN FUNGSI SALIVA

Saliva atau ludah adalah suatu cairan oral yang kompleks yang terdiri atas
campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut.
Saliva terdiri dari 99.5% air dan 0.5% benda padat.3, 4, 5
Pada orang dewasa yang sehat, saliva diproduksi lebih kurang 1,5 liter dalam
waktu 24 jam. Sekresi saliva dikendalikan oleh sistem persarafan, terutama sekali oleh
reseptor kolinergik. Rangsang utama untuk peningkatan sekresi saliva adalah melalui
rangsang mekanik.4, 5
a. Kelenjar ludah
Sekresi dilakukan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor, yaitu kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis, serta sekresi dari
kelenjar saliva minor yang terdapat di dalam mukosa pipi, bibir, langit-langit keras
dan lunak serta lidah. 3, 4, 5

Ganbar 1. Menunjukan letak dari glandula salivatorius

Pada individu yang sehat, gigi geligi secara terus menerus terendam di dalam
saliva (resting) sampai sebanyak 0.5 mL, keadaan ini akan membantu melindungi
gigi, mukosa mulut, lidah, orofaring. Pada orang dewasa sekresi saliva + 1 mL per
menit, pada keadaan berkurangnya produksi saliva yang tidak begitu parah
produksinya 0.1-0.7 mL per menit. 4, 5
Sifat kelenjar ludah dan sekresinya ditentukan oleh tipe sel sekretori, yaitu:
serous, seromukus, mukus. Ludah serous menunjukkan ludah yang encer, dihasilkan
oleh kelenjar Parotis, sedangkan ludah mukus adalah ludah pekat yang dihasilkan
oleh kelenjar sublingualis, dan glandula submandibularis menghasilkan ludah
seromukous. Musin membuat ludah pekat, sehingga tidak mengalir pada semua

2
permukaan karena mempunyai selubung air dan terdapat pada semua permukaan
mulut, dapat melindungi jaringan mulut dari kekeringan, serta melindungi mukosa
terhadap infeksi bakteri dengan pembentukan lapisan lendir, yang sukar ditembus
dan dirusak oleh bakteri-bakteri.4

b. Sekresi saliva
Sekresi ludah sebagian besar merupakan proses aktif, yang menunjukkan
bahwa proses tersebut membutuhkan energi. Dalam proses ini dibedakan 2 fase:
1) Sintesis dan sekresi cairan asiner oleh sel-sel sekretori
2) Perubahan yang terjadi pada muara pembuangan yaitu pada duktus striata 4

Rangsangan β adrenergik biasanya menghasilkan sekresi ludah pekat, kaya


protein dan berbusa dari sel-sel asiner. Di pihak lain rangsangan kolinergik
neurotransmiter asetilkolin menghasilkan reaksi air yang kuat dengan kadar protein
rendah. Pada rangsangan β adrenergik melalui neurotransmiter noradrenalin (=
pesuruh pertama) di dalam sel dibentuk cyclic Adenosin Mono Phospate (cAMP)
sebagai “pesuruh kedua” untuk meneruskan rangsangan di dalam sel. 4

Gambar 2 : Skema Pengaturan Sekresi Kelenjar Parotis (Amerongen, 1991)

3
Pada keadaan istirahat glandula submandibularis menghasilkan bagian yang
terbesar dari seluruh saliva, sebaliknya glandula parotis mempunyai efek yang paling
kuat saat distimulasi. Meskipun glandula sublingualis dan kelenjar-kelenjar
tambahan menghasilkan sedikit bantuan pada volume ludah, tapi sangat membantu
penambahan jumlah sekresi protein tertentu seperti musin dan imunoglobulin.4
Volume saliva dipengaruhi oleh banyak hal dan dalam waktu 24 jam volume
saliva sekitar 1000–1500 mL dengan derajat keasaman saliva sekitar 7. Pada waktu
tidur dihasilkan volume saliva 0.1 mL per menit. Pada waktu terjaga dan tidak ada
rangsangan volumenya sekitar 0.3 mL per menit. Tetapi pada waktu mengunyah
makanan volume akan meningkat menjadi 1-2 mL per menit. Pada keadaan
xerostomia penurunan produksi saliva bisa mencapai 0.7-0.1 mL/mnt, bahkan pada
keadaan yang sangat parah bisa mencapai kurang dari 0.1mL/mnt. 4, 5, 8

Tabel 1. Sumbangan persentil rata-rata kelenjar ludah pada volume cairan


mulut dalam berbagai macam stimulasi (Amerongen, 1991)

Ludah merupakan cairan dengan susunan yang sangat berubah-ubah, dilihat


dari segi derajat keasaman (pH), elektrolit dan protein yang ditentukan oleh: irama
siang dan malam, sifat dan kekuatan rangsangan, keadaan psikis, stres, kadar
hormon, diet, obat-obatan, dll.4
Pada malam hari sekresi ludah hampir berhenti + 10 mL per 8 jam, glandula
parotis pada malam hari hampir tidak menghasilkan ludah, sumbangan relatif
glandula submandibularis pada malam hari adalah 70%, sedang glandula
sublingualis dan kelenjar ludah tambahan 30%. Glandula parotis menghasilkan

4
ludah yang encer dan glandula submandibularis ludah pekat, sehingga bantuan relatif
masing-masing menentukan sifat psikokimiawi cairan mulut. Hal ini dapat
membedakan irama siang dan malam hari. Kelenjar ludah dapat dirangsang dengan
cara-cara sebagai berikut:
1) Mekanik
Misalnya mengunyah makanan atau permen karet, rangsangan mekanik
merupakan rangsangan terbesar bagi produksi saliva
2) Kimiawi
Oleh rangsangan rasa seperti asam, manis, asin, pahit, pedas.
3) Neuronal
Melalui sistem syaraf autonom, baik simpatis maupun parasimpatis.
4) Psikologis
Stres menghambat sekresi.
Ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulasi.
5) Rangsangan rasa sakit
Misal oleh radang, ginggivitis, protesa dapat menstimulasi sekresi4

c. Fungsi Saliva
Nilai kegunaan saliva biasanya baru dirasakan kalau produksinya sudah
berkurang. Mukosa oral, tanpa daya proteksi dan lubrikasi dari saliva akan mudah
mengalami luka dan terkena infeksi. Sekresi ludah dapat menurun pada keadaan
dehidrasi, usia lanjut, gangguan emosional seperti stres, putus asa, dan rasa takut.4, 5
Peranan saliva yang paling penting adalah untuk mempertahankan integritas
gigi, lidah, dan membran mukosa daerah oral dan orofaring. 5 Saliva yang disekresi
mengandung suatu protein air liur, antara lain amilase, mukus, dan lisozim. Hal ini
cukup berperan dalam menentukan fungsi saliva, yaitu:
1) Memulai pencernaan karbohidrat di dalam mulut melalui kerja amilase ludah,
suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.4
2) Mempermudah untuk menelan makanan dengan membasahi partikel-partikel
makanan, sehingga mereka saling menyatu dan dengan melumasi oleh karena
adanya mukus yang kental dan licin. Lapisan mukus pelindung pada membran
mukosa juga bertindak sebagai barier terhadap iritan dan akan mencegah
kekeringan.5

5
3) Air liur memiliki efek anti bakteri melalui efek ganda. Efek ini pertama kali
dilakukan oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan
bakteri tertentu, dan kedua dilakukan dengan membilas bahan yang mungkin
digunakan bakteri sehingga sumber makanan.4
4) Air liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil
pengecap. Hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor
papil pengecap.4
5) Air liur membantu dalam berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan
lidah.4, 5
6) Air liur berperan penting dalam kebersihan mulut dengan membantu menjaga
kebersihan mulut dan gigi. Aliran air liur yang terus-menerus membantu
membilas residu makanan, melepaskan sel epitel dan benda asing.4, 5, 7
7) Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam dalam makanan serta asam
yang dihasilkan oleh bakteri di dalam rongga mulut, sehingga membantu
mencegah karies gigi 4
8) Saliva membantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena
kandungan kalsium dan fosfatnya. Saliva membantu menyediakan mineral
yang dibutuhkan email yang belum sempurna terbentuk pada saat awal erupsi
(membantu maturasi pasca erupsi). Lapisan glukoprotein yang terbentuk oleh
saliva pada permukaan gigi (acquired pellicle) juga akan melindungi gigi
dengan menghambat keausan karena abrasi dan erosi.4, 5

6
III. DEFINISI XEROSTOMIA

Xerostomia berasal dari kata xeros (artinya kering) dan stoma (artinya mulut).
Xerostomia (dry mouth) atau mulut kering adalah suatu kondisi yang muncul akibat
penurunan produksi saliva.4 Xerostomia merupakan sebuah gejala, bukan sebuah
penyakit.1, 8, 4 Xerostomia ini menimbulkan keluhan berupa rasa tidak nyaman di mulut,
kesulitan menelan, rasa terbakar di mulut, bau mulut dan masalah-masalah lain yang
timbul akibat peningkatan jumlah mikroorganisme di mulut, misal candida albicans. 2, 8

Gambar 3. nampak kandidiasis oral pada penderita xerostomia (Cohen, 2009)

Gambar 4. Nampak pola serangan karies yang khas pada pasien dengan
xerostomia yang pada kasus ini disebabkan oleh terapi penyinaran terhadap
daerah kelenjar liur. Ujung tonjolan dan insisial gigi merupakan daerah yang khas
terserang karena dentin daerah ini sering kali terbuka karena keausan
emailselama berfungsi dan dentin lebih peka terhadap karies dari pada email
(Kidd dan Bekal, 1992)

7
Ada artikel yang membedakan antara xerostomia dan hiposalivasi. Xerostomia
dianggap merupakan sebuah simptom (yang bersifat subyektif), sedangkan hiposalivasi
dianggap sign (yang bersifat obyektif). Xerostomia dapat terjadi tanpa hiposalivasi dan
hiposalivasi tidak selalu memunculkan gejala mulut kering. Pada hiposalivasi,
pemeriksaan jumlah sekresi saliva mutlak harus dilakukan.9
Adanya rangsangan pada mukosa mulut menyebabkan terciptanya sinyal yang
menuju ke otak, sinyal ini menyebabkan otak memberikan respon melalui jaras efferen
neuron yang menuju ke glandula salivatorius. Glandula salivatorius memiliki reseptor
Muscarinik M3 untuk menerima perintah produksi saliva. Sinyal efferen ini
menyebabkan terlepasnya asetilkolin dari saraf efferen perifer menuju ke glandula
salivatorius, akibatnya terjadi produksi saliva. Hal-hal lain yang juga bisa menimbulkan
stimulus untuk produksi saliva yaitu bau-bauan, kecemasan, rasa makanan.1, 8
Keluhan mulut kering dapat terjadi akut atau kronis dan sementara atau
permanen. Dalam bentuk apa keluhan mulut kering timbul, tergantung dari
penyebabnya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan mulut kering, seperti radiasi pada
daerah leher dan kepala, Sjogren sindrom, penyakit-penyakit sistemik, efek samping
obat-obatan, stress dan juga usia.2, 4, 8, 10

Xerostomi yang irreversibel : pada kasus Sjögren’s syndrome, anomali kongenital,
HIV/AIDS, radiasi 2

Xerostomi yang reversibel : pada keadaan cemas, akibat obat-obatan, infeksi akut,
dehidrasi 2

IV. PENYEBAB
Mulut kering dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Keadaan-keadaan
fisiologis seperti berolahraga, berbicara terlalu lama, bernafas melalui mulut, stress
dapat menyebabkan keluhan mulut kering. Penyebab yang paling penting diketahui
adalah adanya gangguan pada kelenjar saliva yang dapat menyebabkan penurunan
produksi saliva, seperti radiasi pada daerah leher dan kepala, penyakit lokal pada
kelenjar saliva dan lain-lain.3, 4, 6
a. Radiasi Dada daerah leher dan keoala
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah
terbukti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai

8
derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan
dengan berkurangnya volume saliva terjadi penurunan kecepatan sekresi saliva
sampai kurang dari 0.1 mL per menit. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan
kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran. Selain itu juga terjadi
peningkatan kadar protein total yang cukup besar sehingga saliva menjadi
kental.3, 4, 5

Tabel 1. Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva


(Amerongan, 1991).

Dosis Gejala
< 10 Gray Reduksi tidak tetap sekresi saliva
10 -15 Gray Hiposialia yang jelas dapat ditunjukkan
15 -40 Gray Reduksi masih terus berlangsung, reversibel
> 40 Gray Perusakan irreversibel jaringan kelenjar
Hiposialia irreversibel

Pengaruh radiasi lebih banyak mengenai sel asini dari kelenjar saliva
serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus.4 Tingkat perubahan kelenjar
saliva setelah radiasi yaitu: untuk beberapa hari, terjadi radang kelenjar saliva,
setelah satu minggu terjadi penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan
kelenjar saliva dan penyumbatan.3
Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya pada saliva,
dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi turun dan sekresi Ig
A berkurang. 4
Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva
menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah
diterima. 5

b. Gangguan pada kelenjar saliva

Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva


dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum
mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan
degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. 4

9
Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat
menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan
dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva. 4, 5
Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat
mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva
rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang. 5, 11, 12

c.Kesehatan umum yang terganggu


Pada orang-orang yang menderita penyakit-penyakit yang menimbulkan
dehidrasi seperti demam, diare yang terlalu lama,diabetes, gagal ginjal kronis dan
keadaan sistemik lainnya dapat mengalami pengurangan aliran saliva. 4, 5
Hal ini
disebabkan karena adanya gangguan dalam pengaturan air dan elektralit, yang
diikuti dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang menyebabkan
turunnya sekresi saliva. 4
Pada penderita diabetes, berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor
angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan karena
poliuria yang berat. Penderita gagal ginjal kronis terjadi penurunan output. Untuk
menjaga agar keseimbangan cairan tetap terjaga perlu intake cairan dibatasi.
Pembatasan intake cairan akan menyebabkan menurunnya aliran saliva dan saliva
menjadi kental.3
Penyakit-penyakit infeksi pernafasan biasanya menyebabkan mulut terasa
kering. Pada infeksi pernafasan bagian atas, penyumbatan hidung yang terjadi
menyebabkan penderita bernafas melalui mulut. 4, 5, 6

d. Penggunaan obat-obatan
Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi sativa. Ada sekitar 400
macam obat yang bisa menyebabkan xerostomia. Yang tersering adalah obat-obatan
anti kolinergik, anti parkinson, dan anti neoplastik. Xerostomia yang disebabkan
oleh obat-obatan biasanya menghilang bila pemakaian obat dihentikan.1, 2, 8

10
Tabel 2. Obat-obatan yang menyebabkan mulut kering
(Kidd dan Bechal,1992; Amerongan, 1991; cohen, 2009)

Some Causes of Xerostomia


Drugs Examples
Anticholinergic Antidepressants
Antiemetics
Antihistamines
Antipsychotics
Anxiolytics
Recreational/illicit Cannabis
Methamphetamines
Other Antihypertensives
Antineoplastics (chemotherapy drugs)
Anti parkinsonians
Bronchodilators
Decongestants
Diuretics
Meperidine Some Trade Names
Demerol
and other opioids

Obat-obat tersebut mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf
autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan
untuk salivasi. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva
dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi
aliran darah ke kelenjar.3

e.Keadaan fisiologis.
Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan fisiologis.
Pada saat berolahraga, berbicara yang lama dapat menyebabkan berkurangnya aliran
saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas melalui mulut juga akan memberikan
pengaruh mulut kering. Gangguan emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut
dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut

11
merangsang terjadinya pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan
menghalangi sistem parasimpatik yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.4, 6

f. Usia.

Peningkatan usia akan menyebabkan terjadinya perubahan atropik pada


kelenjar ludah yang akan menurunkan sekresi saliva. Sampai dengan umur 15 tahun
volume saliva lebih besar dibandingkan dengan umur yang lebih dewasa. Dengan
bertambahnya umur seseorang, akan terjadi penurunan produksi saliva. Perubahan
terbesar terjadi pada glandula parotis, karena secara bertahap akan terjadi perubahan
jaringan yang menyusunnya. Selain terjadi perubahan pada sel-selnya terjadi juga
penurunan sintesis protein. Hal ini akan berakibat pada terjadinya penurunan
produksi saliva. 5
Pada umumnya penurunan produksi saliva dianggap merupakan akibat
proses penuaan yang tidak dapat dihindari, akan tetapi penyelidikan terakhir
menunjukkan bahwa tidak ada penurunan cairan produksi kelenjar parotid pada
individu yang beranjak tua namun sehat dan tidak minum obat. Dilain pihak ada
bukti yang menunjukkan bahwa perubahan atropik yang terjadi di kelenjar
submandibularis sesuai dengan pertambahan usia akan menurunkan produksi saliva
dan mengubah komposisinya sedikit. Dengan demikian, setiap penurunan produksi
saliva dianggap sebagai akibat dari faktor usia, namun hal ini tidak berarti apa-apa
bila dibandingkan dengan penurunan akibat penyakit dan penggunaan obat-obatan.5

g. Keadaan-keadaan lain.
Agenesis dari kelenjar saliva sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang
ada pasien yang mengalami keluhan mulut kering sejak lahir. Hasil sialograf
menunjukkan adanya cacat yang besar dari kelenjar saliva.4
Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multiple
akan mengakibatkan hilangnya innervasi kelenjar saliva, kerusakan pada parenkim
kelenjar dan duktus, atau kerusakan pada suplai darah kelenjar saliva juga dapat
mengurangi sekresi saliva. Sebaliknya gangguan sistem saraf juga dapat
meningkatkan produksi saliva, seperti pada penyakit Parkinson.4 Belakangan telah
dilaporkan bahwa pasien-pasien AIDS juga mengalami mulut kering.8

V. AKIBAT ADANYA XEROSTOMIA

12
Xerostomia menyebabkan beberapa problem bagi penderitanya. Perhatian
terhadap penurunan produksi saliva baru muncul apabila telah menimbulkan gejala
mulut kering atau xerostomia, antara lain :
Berikut ini beberapa keluhan yang muncul akibat xerostomia 1, 3, 4, 5
Mukosa mulut kering, mudah teriritasi
Sukar berbicara
Sukar mengunyah dan menelan
Persoalan dengan protesa
Penimbunan lendir Rasa seperti terbakar
Gangguan sensasi pengecapan (dysgeusia), lidah terasa sakit (glossodyna)
Perubahan jaringan lunak
Pergeseran dalam mikroflora mulut
Karies gigi meningkat
Radang periodonsium
Halitosis (nafas bau)
Bibir pecah-pecah, kering dan kulit terkelupas di sudut mulut

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis xerostomia dapat berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan rongga
mulut dan atau sialometri (suatu prosedur sederhana untuk mengukur aliran saliva).
Xerostomia harus mulai dipikirkan jika pasien mengeluh mulut terasa kering, terutama
saat malam hari, atau sulit makan-makanan kering. Ketika dilakukan pemeriksaan, lidah
tampak lengket dengan mukosa buccal. Pada wanita tampak “Lipstick Sign” dimana
lipstik menempel pada gigi anterior, yang bisa menjadi indikator xerostomia.1
Mukosa oral tampak kering dan lengket atau mungkin dijumpai eritematous
disertai pertumbuhan Candida Albicans. Kadang-kadang bisa juga dijumpai
Pseudomembran Candidiasis yang nampak sebagai plak putih mudah dilepas di
beberapa permukaan mukosa. Sangat sedikit dijumpai saliva di dasar mulut dan lidah
nampak kering. Karies dentis bisa dijumpai pada permukaan cervik, incisal dan
oklusal.1, 5
Beberapa pemeriksaan penunjang bisa digunakan untuk mengetahui fungsi dari
glandula saliva, misal sialometri, sialografi, biopsi kelenjar, dan lain-lain. 1 Sialometri,
merupakan suatu pemeriksaan untuk mengukur aliran produksi saliva dari glandula

13
salivatorius dengan menempatkan suatu alat khusus di duktus ekskresi glandula
salivatorius. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam sitrat. Saat
istirahat sekresi saliva berkisar antara 0-0.1 mL/mnt, setelah dirangsang dengan asam
sitrat meningkat menjadi 0.4-1.5ml/mnt. Bila sekresi setelah dirangsang di bawah 0.3
mL/mnt dianggap patologis.8, 13 Pemeriksaan sialografi merupakan suatu teknik imaging
untuk mengidenifikasi batu pada glandula saliva atau massa. Sialografi, merupakan
suatu pemeriksaan radiologik dengan menggunakan kontras yang larut dalam air atau
minyak yang dimasukan melalui duktus submandibula atau parotis. Setelah dilakukan
pemakaian anestesi topikal, lalu dilakukan penekanan lembut pada kelenjar, muara
duktus nampak sebagai lubang yang mengeluarkan air liur. Muara tersebut dilebarkan
dengan sonde lakrimal, kemudian dimasukan kateter, kemudian masukan kontras 1.5-2
mL secara lembut, sampai penderita merasakan adanya tekanan tapi tidak mengeluh
nyeri. Kemudian dilakukan pemotoan.14 Biopsi minor glandula saliva bisa digunakan
untuk mendignosis Sjogren’s syndrom, HIV, sarcoidosis, amiloidosis, dan Graft versus
host disease. Biopsi mayor dilakukan jika dicurigai malignansi.1, 2, 4, 5, 6

VII. HUBUNGAN XEROSTOMIA DENGAN KEADAAN LOKAL RONGGA MULUT


Saliva mempunyai peranan yang penting dalam menjaga kesehatan rongga
mulut. Pada kondisi xerostomia dimana terjadi penurunan produksi saliva, hal ini
memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan rongga mulut. Saliva memiliki
peran dalam menjaga pertumbuhan bakteri patogen dalam rongga mulut, pada kondisi
xerostomia kuman akan lebih mudah berkembang sehingga munculah manifestasi
berupa kandidiasis, karies yang meluas, periodontitis, dan sebagainya. Saliva juga
berperan dalam proses menelan makanan, sehingga pada pasien xerostomia akan
mengalami kesulitan dalam menelan.1, 4, 5

Xerostomia sering menjadi faktor penting dalam problem kesehatan yang


ringan maupun serius. Hal ini dapat mempengaruhi gizi dan kesehatan gigi. Beberapa
masalah umum yang berkaitan dengan xerostomia antara lain nafas bau, sulit bicara dan
makan, rasa terbakar di mulut. Xerostomia merupakan faktor penting dibalik penyakit-
penyakit mulut dan kehilangan gigi 3 dari 10 orang dewasa.1

14
VIII. HUBUNGAN ANTARA KONDISI SISTEMIK DENGAN
XEROSTOMIA
Sindrom Sjögren
Sindrom Sjögren adalah sebuah kelainan otoimun di mana sel imun menyerang
dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang memproduksi air mata dan liur. Sindrom ini
dinamakan dari seorang ahli penyakit mata Henrik Sjögren (1899-1986) dari Swedia,
yang pertama kali memaparkan penyakit ini. Sindrom Sjögren diderita oleh 1-4 juta jiwa
di Amerika Serikat. Sembilan dari sepuluh pasien Sjögren adalah wanita dan usia rata-
rata pada akhir 40-an.. Wanita, 9 kali lebih rentan terkena penyakit ini daripada pria. 11,12

Gambar 5. Gambar infiltrasi limfoid pada jaringan glandula salivatorius minor


terkait sindroma Sjögren

Gejala-gejala utama pada sindrom ini adalah kekeringan mulut dan mata.
Kombinasi antara xerostomia dan xerophtalmia biasa disebut sicca complex. Selain itu
juga dapat menyebabkan kekeringan pada kulit, hidung, dan vagina. Pada sindroma ini,
terutama sekresi ludah saat istirahat hampit tidak ada. Sindrom ini juga dapat
mempengaruhi organ lainnya seperti ginjal, pembuluh darah, paru-paru, hati, pankreas,
dan otak.4, 12
Penyakit paling sering menyebabkan xerotomia adalah sindrom Sjögren.
Manifestasi oral yang sering muncul pada sindrom Sjögren yaitu xerostomia dengan

15
atau tanpa pembesaran glandula saliva, candidiasis, karies dentis, gangguan pengecapan,
disfagia, nafas berbau. 1
Berikut adalah kriteria klasifikasi yang direvisi untuk sindrom Sjögren 12
1. Gejala pada mata: paling tidak salah satu keadaan di bawah ini:
a. kekeringan mata selama lebih dari 3 bulan
b. rasa berulang seperti terdapat pasir atau kerikil pada mata
c. membutuhkan penggunaan obat pengganti air mata lebih dari 3 kali sehari
2. Gejala pada mulut: paling tidak salah satu keadaan di bawah ini:
a. perasaan mulut kering setiap harinya selama lebih dari 3 bulan
b. pembengkakan kelenjar liur
c. membutuhkan bantuan air untuk membantu menelan makanan kering
3. Tanda pada mata - bukti pada mata akan sah bila terdapat hasil positif terhadap
paling tidak satu tes di bawah ini:
a. Tes Schirmer, dilakukan tanpa pembiusan (<5 mm selama 5 menit)
b. Nilai pada Rose bengal atau nilai lainnya (<4 menurut penialian van Bijsterveld)
4. Histopatologi: Pada sialoadenitis limfositik fokal kelenjar liur minor dinilai oleh ahli
histopatologis, dengan nilaian fokus >1, yang didefiniskan sebagai jumlah fokal
limfositik.
5. Peran kelenjar liur: sebuah respon positif pada paling tidak salah satu keadaan di
bawah ini:
a. Aliran liur yang tidak distimulasi (<1.5 ml dalam 15 menit)
b. Adanya sialografi parotid dengan adanya sialektasis difus (pola punktata,
kavitaris, atau destruktif), tanpa bukti obstruksi pada duktus mayor.
c. Skintigrafi liur memperlihatkan pengambilan yang terlambat, konsentrasi yang
berkurang dan/atau ekskresi terlambat.
6. Otoantibodi: muncul pada serum dengan jenis:
antibodi untuk antigen Ro(SSA) atau La(SSB), atau keduanya.
Belum ditemukannya terapi spesifik untuk sindrom Sjögren untuk penyembuhan yang
sempurna. Pemberian terapi yang dapat diberikan hanya sebatas simtomatik dan
suportif. Tindakan terapi penggantian air mata dapat membantu mengatasi gejala mata
kering. Beberapa pasien memerlukan pelindung mata untuk meningkatkan kelembaban
atau tindakan pada punctum lacrimal. Siklosporin dapat membantu untuk mengatasi

16
kekeringan mata kronis dengan menekan reaksi radang yang menghambat pengeluaran
air mata.4, 12
Obat sevimelin dan pilokarpin dapat merangsang aliran air liur. Obat anti-radang non-
steroid (NSAID, Non-steroid Anti-inflammatory Drugs) dapat membantu mengatasi
gejala muskuloskeletal. Bagi penderita dengan komplikasi dapat diberikan
kortikosteroid atau obat penekan imun. Obat antirheumatik seperti metotreksat dapat
diberikan pula.4, 12

Sarkoidosis dan Amiloidosis


Keduanya merupkan penyakit inflamasi kronik yang bisa menyebabkan
xerostomia. Pada sarkoidosis terdapat granuloma epiteloid non kaseosa di glandula
saliva mengakibatkan berkurangnya aliran saliva ke rongga mulut. Sedangkan pada
amiloidosis, deposit amiloid di glandula saliva bisa menyebabakan xerostomia. 1

Terapi radiasi pada kanker


Xerostomia berat dapat terjadi pada radiasi yang mengenai glandula saliva
selama perawatan kanker kepala dan leher (>5200cGy menyebabkan kekeringan yang
berat dan permanen, tetapi pada dosis rendah efeknya sementara). 1, 4, 8
Radiasi pada
kelenjar ludah dapat mengurangi produksi saliva setelah 7-10 hari, mencapai titik
terendah dalam 2-3 minggu, dan akan berlanjut selama beberapa waktu yang berbeda-
beda bergantung individu.6
Mulut kering dapat berlangsung sementara waktu atau bersifat permanen,
bergantung pada jumlah dan jenis radiasi, filtrasi yang dipakai, daerah yang diradiasi
dan lamanya paparan. Bahkan pada gangguan yang bersifat sementara, untuk pulihnya
produksi saliva memerlukan waktu hingga satu tahun. Gangguan ini lebih sering terjadi
denngan terapi ortovoltase dan isotop. Pada pasien yang mengalami xerostomia yang
menetap, hal tersebut terjadi karena telah terjadi atropi kelenjar ludah akibat penyinaran
tersebut.4, 5, 6, 8

Berikut ini merupakan hal-hal yang bisa terjadi pasca radiasi : 6


 Stomatitis akibat radisi dengan mukositis deskuamasi sering terjadi, namun biasanya
hanya berlangsung sementara
 Karies akibat radiasi secara khas menyerang gigi-gigi akibat berkurangnya produksi
saliva

17
 Resiko infeksi tulang meningkat (terutama pada rahang bawah) akibat hilangnya
vitalitas sel-sel tulang dan berkurangnya suplai darah.

HIV-salivary gland disease


Kondisi ini terjadi pada individu yang sudah terinfeksi HIV, terutama pada
anak-anak. Penyakit ini menyebabkan pembesaran kelenjar parotis dan kadang-kadang
kelenjar submandibular sehingga mengakibatkan xerostomia.1

Penyakit sistemik lainya


Rheumatoid artritis, skleroderma, SLE, diabetis melitus, hipertensi, kista
fibrosis, tranplantsi sumsum tulang, defisiensi besi, gangguan endokrin, nefritis, disfungsi
tiroid, gangguan neurologi seperti Bell’s palsy. Kondisi hiposekresi seperti sirosis hepatis,
gastritis atropi, insufisiensi pankreas juga bisa menyebabkan xerostomia.1

IX. PENATALAKSANAAN XEROSTOMIA


Xerostomia merupakan sebuah gejala, bukan sebuah penyakit. Idealnya
penatalaksanan xerostomia berdasar pada penyebabnya. Penanggulangan Xerostomia
terdiri dari tiga prinsip pokok, yaitu : 10
1. Mencari penyebab dan menghilangkan gejala
misalnya diabetis melitus, maka perlu pengendalian kadar gula darah, pada kondisi
dehirasi atau kehilangan banyak cairan tubuh, maka pasien perlu mengkonsumsi
cairan yang cukup, pada kasus xerostomia akibat obat-obatan sebapada kasus
xerostomia akibat obat-obatan sebaiknya obat tersebut dihentikan atau bila obat
tersebut dilanjutkan maka dibutuhkan penanganan untuk xerostomianya, dan
sebagainya. 2, 4, 5, 6, 8

2. mencegah kerusakan gigi dan jaringan sekitar gigi 1, 6


 Penggunaan pasta gigi dan obat kumur yang mengandung fluoride dan bebas
alkohol.
 Penggunaan sikat gigi yang bulunya soft
 Kontrol gigi rutin
3. meningkatkan produksi saliva atau menggunakan preparat saliva substitut

18
a. Zat perangsang produksi saliva (saliva stimulans)
Zat ini hanya berfungsi jika masih ada kelenjar liur yang masih aktif/berespon
terhadap rangsangan. Berikut merupakan obat-obat yang biasa digunakan:

Permen karet atau permen isap asam, akan lebih jika menggunakan permen
karet bebas sukrosa (sugar free) agar tidak membahayakan gigi.5
Pengunyahan permen karet sugar free mampu meningkatkan produksi saliva
tujuh kali lebih besar dari pada tanpa stimulasi permen karet. Penggunaan
permen karet ini dirasa lebih efektif dari pada pilihan lainya. 2 Ada pendapat
yang mengatakan bahwa pasien lebih menyukai mengunyah zat tanpa rasa
yaitu lilin parafin (1.0-1.5mg) tiga sampai lima kali sehari.4, 5

Mouth Lubricant (pH 2.0) dan Lemon Mucilage (pH 2.8). kedua zat ini
mengandung asam sitrat. Stimulasi dengan zat asam sitrat mampu
merangsang sangat kuat sekresi ludah encer dan memberikan rasa kesegaran
di mulut, tetapi zat ini memiliki kerugian berupa mudah terjadi iritasi pada
selaput lendir yang peka dan rendahnya pH akan mempermudah
demineralisasi gigi.2, 4, 5

Salivix berbentuk tablet isap (lozenge) yang berisi asam malat, gom arab,
kalsium laktat, natrium fosfat, lycasin dan sorbitol. Namun zat ini perlu
diteliti lebih lanjut mengenai efeknya terhadap dentin, karena pH nya 4. 5

Pilokarpin Hidroklorid dan asam nikotinat, merupakan obat sistemik yang
terbukti dapat merangsang produksi saliva. Akan tetapi Pada penggunaan
pilokarpin, perlu dievaluasi tentang pengaruh stimulasi parasimpatis. Ada
penelitian yang mengatakan bahwa penggunaan pilokarpin memiliki
keefektifan dalam menstimulus produksi saliva, tetapi bila muncul efek
samping berupa gejala parasimpatis yang hebat, maka pengobatan harus
dihentikan. 2, 5

Anhydrous crystaline maltose (ACM), mampu menstimulasi produksi saliva.
Ada penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan ACM pada pasien
Sjogren’s sindrom akan meningkatkan produksi saliva secara signifikan dan
mampu memperbaiki keluhan pasien. ACM dikemas dalam bentuk tablet isap
yang dipakai tiga kali sehari. 1
Berikut ini merupakan contoh-contoh zat saliva stimulans yang juga
mengandung 3 macam enzim, yaitu lactoperoxidase, glucose oxidase and

19
lysozyme, yang diformulasikan khusus untuk aktivitas anti bakteri dalam mulut,
antara lain : 1
• Biotene® Dry Mouth Toothpaste
• Biotene® Gentle Mouthwash
• Biotene® Dry Mouth Gum
• Oralbalance® Long-lasting Moisturizing Gel

b. Zat pengganti saliva (saliva substitut)


Ludah menjaga agar jaringan lunak tetap basah dan melindungi dari agen yang
merugikan dan perusakan mekanik dengan suatu lapisan yang tersusun dari
protein ludah dan glikoprotein ludah. Lapisan protein basah ini berfungsi sebagai
bahan pelicin lidah saat menelan dan berbicara. Lapisan p[rotein ludah pada
permukaan gigi, akan melindungi email gigi terhadap keausan dan
demineralisasi.4
Penggunaan saliva substitut hanya pada pasien yang glandula salivatoriusnya
tidak bereaksi terhadap rangsangan/stimulus. Dahulu, individu yang menderita
xerostomia terpaksa harus selalu membasahi mulutnya dengan air atau cairan
seperti gliserin atau parafin. Namun saat ini sudah ada zat pengganti saliva yang
lebih nyaman digunakan dan zat ini juga mengandung ion fosfat dan kalsium
untuk membantu remineralisasi. Zat ini berbentuk spray, cairan dan tablet
isap.2, 5

Berikut ini merupakan syarat zat pengganti ludah: 4


 Osmolaritas fisiologis, diperoleh dengan penambahan NaCl dan Kcl ekstra
 Pembasahan yang baik, ini diperoleh dengan penambahan musin
 Larutan agak pekat agar tidak cepat kluar dari rongga mulut, efek ini
diperoleh dengan penambahan polimer hidrofil yang mengikat air, seperti
karboksi metil selulosa dan musin
 Penghambatan pertumbuhan bakteri, CNS- dengan laktoperosidase mampu
menghambat metabolisme bakteri
 Meningkatkan remineralisasi dan menghambat demineralisasi, dengan
kandungan garam kalsium, fosfat dan fluoride

20
 Pengaruh buffer, dengan penambahan fosfat. Dengan menambahkan KH2PO4
dan K2HPO4 dengan perbandingan yang cukup, maka pH akan mendekati
normal dan stabil
 Rasa yang menyenangkan, ditambah mentol, xilitol, sorbitol, minyak sitrun.

Cairan
1) hypromellose (pH 8.0) merupakan kombinasi antara hidroxipropilmetil
selulosa buatan dengan sakharin. 5
2) V.A. oralube (pH 7.0) merupakan zat untuk merangsang viskositas dan
tingkat elektrolit seluruh saliva. Bahan ini didesain untuk menimbulkan
remineralisasi email dan dentin. Saat ini ada produk Luborant yang dibuat
dengan formulasi yang mirip telah dipasarkan. 5
3) Obat kumur metylselulose (misal metyl selulosa 10.0 g per liter air),
merupakan pengganti saliva yang sangat bermanfaat bila digunakan sebelum
makandan efeknya bertahan selama setengah jam. 6

Tabel 2. Susunan beberapa pengganti ludah yang tersedia


(Amerongen, 1991)

21
Tabel 3. Formulasi V.A. Oral Lubricant (Kidd dan Bekal, 1992)

Spray
1) Saliva orthana (pH 7.0) mengandung ion kalsium, fosfat, natrium,
magnesium dan kalium, juga berisi musin sebagai pengganti
karboksimetilselulosa untuk mendapatkan viskositas. Glikoprotein hidrofilik
dengan berat molekul yang tinggi terdapat pada musin mampu menurunkan
tegangan permukaan, sehingga secara teoritis mampu melindungi gigi
ataupun membran epitel.5
2) Glandosan (pH 5.1) komposisi hampir serupa dengan saliva orthana, namun
tanpa kandungan fluor dan hidroksimetil selulosa. pH nya rendah karena
mengandung karbondioksida untuk mempermudah penyemprotan.5

Tablet isap
Polyox adalah tablet isap yang berisi oksida polietilen yangbersifat visikoelastik
sama dengan saliva jika dilarutkan dalam mulut. Sekitar satu sampai dua persen
larutan ini mampu membantu mencekatkan gigi palsu. 5

Beberapa contoh merk saliva substituts: 1

• Carboxymethyl, or hydroxyethylcellulose solutions:

• Entertainer's Secret® (KLI Corp) , spray

• Glandosane® (Kenwood/Bradley) spray

• Moi-Stir® (Kingswood Labs) spray

• Moi-Stir® Oral Swabsticks (Kingswood Labs) swabs

22
• Optimoist® (Colgate-Palmolive) spray

• Saliva Substitute® (Roxane Labs) liquid

• Salivart® (Gebauer) preservative-free aerosol

• Salix® (Scandinavian Natural Health & Beauty) tablets

• V. A. Oralube® (Oral Dis. Res. Lab) sodium-free; liquid

• Xero-Lube® Artificial Saliva (Scherer) sodium-free; spray

• Mucopolysaccharide Solutions

• MouthKote® (Parnell) , spray

Nasihat pemilihan makanan 4, 6


Pentingnya kesadaran pasien akan bahaya yang akan muncul bila keluhan mulut kering
tidak dirawat dengan baik. Untuk meringankan keluhan pasien, berikut ini beberapa tips
untuk penderita xerostomia dalam memilih makanan:
 Diet yang tepat dan higiene mulut yang terjaga baik
 Es batu, yogurt, butter milk, merupakan minuman yang mampu melembabkan mulut
secara sederhana.
 Asupan alkohol dan kafein tidak boleh terlalu berlebih
 Pasien dengan mulut kering, harus selalu minum saat makan, demikian pula minum
diantara waktu makan
 Makanan yang sulit dikunyah perlu dilumatkan dahulu
 Bahan makanan yang tidak menimbulkan rasa sakit dan sedikit mengandung gula :
contoh ketimun, tomat
 Makanan lunak atau cair kaya protein lebih dianjurkan dari pada makanan keras

X. PENUTUP

Xerostomia merupakan masalah yang sering dialami oleh orang dewasa. Bila
xerostomia ini dibiarkan maka akan menimbulkan keluhan-keluhan yang akan

23
mempengaruhi kualitas hidup seseorang, baik mempengaruhi gizi (asupan makanan),
kesehatan gigi, kehidupan sosial, dan sebagainya.

Dampak negatif terhadap


Kehidupan biologi dan sosial

Mulut Kering: Perubahan:


problem dengan gigi & Tubuh lemas
mukosa Cemas
problem dalam menelan Saling Ketergantungan
makanan Berhubungan Sedih
problem dalam berbicara Terkucilkan
bau nafas Apatis

Xerostomia atau mulut kering merupakan suatu gejala/keluhan yang


disebabkan oleh berbagai macam hal, ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat
permanen. Terapi untuk mengatasi keluhan xerostomia disesuaikan dengan kondisi
pasien. Dengan perawatan yang tepat maka keluhan xerostomia ini dapat dikurangi atau
dihilangkan. Selain mengatasi penyebab dan penggunaan saliva substitut atau saliva
stimulans, pengaturan cara memilih makanan juga merupakan hal yang penting untuk
mengurangi keluhan akibat xerostomia. Dengan perawatan yang tepat maka keluhan
xerostomia ini dapat dikurangi atau dihilangkan sehingga akan tercapai kualitas hidup
yang lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Bartels, Cathy L. 2009. Xerostomia information for dentists : Helping patients with dry
mouth. http://www.oralcancerfoundation.org/dental/xerostomia.htm. 18 November 2009.

2. Thornhill, Martin. 2009. Xerostomia: Care And Management.


http://betteroralhealth.info/orbit_us/professional-area/research/xerostomia-
relief/xerostomia-care-and-management/index.htm. 18 November 2009.

3. Hasibuan, Sayuti. 2002. Keluhan Mulut Kering Ditinjau Dari Faktor Penyebab,
Manifestasi Dan Penanggulangannya. http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-sayuti.pdf.
18 November 2009.

4. Amerongen, AVN, 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti bagi Kesehatan Gigi.
Xerostomia Sindroma Mulut Kering. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hal.
194-212.

5. Kidd, Edwina AM., dan Bechal, Sally Joston. 1992 Dasar-dasar Karies (nyakit dan
Penanggulangannya) : Karies dan Saliva. Diterjemahkan oleh Sumawinata, Narlan, dan
Faruk, Safrida. Jakarta. EGC. hal: 66-73.

6. Walsh, Declan. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi : Xerostomia. Jilid I. Jakarta.
EGC. Hal : 432-440.

7. Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran (Edisi ke Sembilan). Jakarta :
EGC. hal: 1016-1018.

8. Cohen, Robert B. 2009. Xerostomia.


http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch094/ch094f.html. 18 November 2009.

25
9. Nederfors, T. 2000. Xerostomia and Hyposalivation.
http://adr.sagepub.com/cgi/reprint/14/1/48. 18 November 2009.

10. American Dental Association. 2008. Xerostomia (Dry Mouth).


http://www.simplestepsdental.com/SS/ihtSS/r.WSIH000/st.32219/t.25069/pr.3.html. 18
November 2009.

11. Nikolov, Nikolay P dan Gabor G. Illei. 2009. Pathogenesis of Sjögren's


syndrome.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2766246/?tool=pmcentrez. 18
November 2009.

12. Wikipedia. 2009. Sindrom Sjögren. http://id.wiki.detik.com/wiki/Sindrom_Sj


%C3%B6gren 18 November 2009.

13. Graamans, K. dan H. P. van den Akker. 1991. Diagnosis of Salivary Gland Disorders :
Sialometry and Sialochemistry. http://www.salivalis.com/diagnosis.htm 18 November
2009.

14. Adam, George L., et al. 1997. Boies : Buku Ajar Penyakit THT. Cetakan ke III. Jakarta.
EGC.

26
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Bagaimana cara melakukan sialometri?


Jawab:
Sialometri, merupakan suatu pemeriksaan tambahan yang berfungsi untuk mengukur
kecepatan/aliran produksi saliva dari glandula salivatorius dengan menempatkan suatu
alat khusus di duktus ekskresi glandula salivatorius. Hasil pemeriksaan ini dalam
satuan mL/gland/mnt. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam
sitrat. Yang sering dipakai adalah glandula Parotis, diukur selama 5 menit. Saat
istirahat sekresi saliva berkisar antara 0-0.1 mL/mnt, setelah dirangsang dengan asam
sitrat meningkat menjadi 0.4-1.5ml/mnt. Bila sekresi setelah dirangsang di bawah 0.3
mL/mnt dianggap patologis.8, 13

2. Bagaimana cara melakukan sialografi?


Jawab:
Pemeriksaan sialografi merupakan suatu teknik imaging untuk mengidenifikasi batu
pada glandula saliva atau massa. Sialografi, merupakan suatu pemeriksaan radiologik
dengan menggunakan kontras yang larut dalam air atau minyak yang dimasukan
melalui duktus submandibula atau parotis. Setelah dilakukan pemakaian anestesi
topikal, lalu dilakukan penekanan lembut pada kelenjar, muara duktus nampak sebagai
lubang yang mengeluarkan air liur. Muara tersebut dilebarkan dengan sonde lakrimal,
kemudian dimasukan kateter, kemudian masukan kontras 1.5-2 mL secara lembut,
sampai penderita merasakan adanya tekanan tapi tidak mengeluh nyeri. Kemudian
dilakukan pemotoan.14

3. diantara beberapa preparat saliva stimulans, manakah yang dirasa lebih efektif?
Jawab:
Stimulan dengan cara mekanik (misal; pengunyahan) adalah suatu stimulus yang
terkuat untuk merangsang sekresi saliva, terutama glandula Parotis. Penggunaan
permen karet sugar free lebih banyak memberikan manfaat dibanding preparat
stimulans yang lain, hal ini karena permen karet sugar free tidak mengandung gula
atau zat asam seperti preparat lain, sehingga permen karet sugar free tidak mempunyai
resiko terhadap karies gigi. Ada penelitian yang mengatakan bahwa penggunaan
permen karet sugar free mampu merangsang sekresi saliva 7 kali lebih besar
dibanding orang yang tidak mengunyah permen tersebut. 4, 5, 8

4. Bagaimana cara membedakan xerostomia reversibel dan ireversibel? Apa gold standart
dari xerostomia?
Jawab:

Xerostomi yang irreversibel : pada kasus Sjögren’s syndrome, anomali kongenital,
HIV/AIDS, radiasi 2

Xerostomi yang reversibel : pada keadaan cemas, akibat obat-obatan, infeksi akut,
dehidrasi 2

27
Untuk membedakan keduanya melalui anamnese yang lengkap, yaitu adakah resiko
radiasi dengan dosis berapa, adakah penyakit dasarnya, adakah riwayat minum obat
tertentu, dll
Pemeriksaan gold standartnya berupa suatu pemeriksaan tambahan yaitu sialometri,
karena pada kasus xerostomia ini disebabkan oleh suatu hiposalivasi yang
pembuktianya melalui pengukuran kecepatan sekresi saliva.8, 13
5. Berikan contoh merk paten dari saliva substituts?
Jawab:
 Entertainer's Secret® (KLI Corp) , spray
 Glandosane® (Kenwood/Bradley) spray
 Moi-Stir® (Kingswood Labs) spray
 Optimoist® (Colgate-Palmolive) spray
 Salivart® (Gebauer) preservative-free aerosol
 Xero-Lube® Artificial Saliva (Scherer) sodium-free; spray
 MouthKote® (Parnell) , spray
 Aquae dry mouth spray, tiap 1 mL berisi :
Carmellose Sodium 10mg
Sorbitol Solution 42.86mg
Sodium Chloride 0.84mg
Potassium Chloride 1.2mg
Calcium Chloride 0.14mg
Magnesium Chloride 0.06mg
Potassium Phosphate Monobasic 0.34mg
Kemasan 25mL dan 100mL
 Aqwet spray, berisi:
Composition Sodium Carboxymethylcellulose 1.00 %
Potassium chloride IP 0.12 %
Sodium chloride IP 0.0844 %
Magnesium chloride IP 0.0052 %
Calcium chloride IP 0.0146 %
Potassium dihydrogen phosphate BP 0.0342 %
Kemasan 50mL

Berikut ini merupakan alur terjadinya Sindroma Sjogren:

28
Sel B menginfiltrasi
Produksi BAFFdan bertahan
Ekspresi
Ekspresi Sel
Gen
PDCs
B223
IFN RNAt
teraktifasi
regulator
SecaraSel
spontan
T ( Bhidup
Cell
Produksi Activating
padaαsel
Penurunan
Monosit
IFN kelenjar
Fakctor ) Sel epitel kelenjar
Sekresi
naik
Pada
( Plasmacytoid
Dan Pada gendengan
berikatan 193
glandula
Dendritic Cells
sel sekresi
)

Anda mungkin juga menyukai