Anda di halaman 1dari 130

MENYUSUN RENCANA

PENGELOLAAN KONTRAK
Pengadaan Barang/Jasa UK 19
Buku Informasi

Mengidentifikasi Titik Kritis dalam Pelaksanaan


Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

Menyusun Rencana Pengelolaan Pelaksanaan


Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

Direktorat Pelatihan Kompetensi 2016


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
PROFIL

Program Pelatihan
Diklat Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa

Buku Informasi
Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa

Editor
Seksi Materi Pelatihan LKPP
Direktorat Pelatihan Kompetensi
da

Unit Kompetensi 19
M.749020.019.02
Mu

Versi. 2
31 Januari 2017
B U K U I N FO R M AS I
Berdasarkan SKKNI 2016

Unit Kompetensi 19

menyusun rencana pengelolaan


kontrak pengadaan barang/jasa

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


2016
Materi SKKNI 2016
Unit Kompetensi 19
Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

Disusun Oleh :
Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Direktorat Pelatihan Kompetensi
Deputi Bidang Pengembangan Pembinaan Sumber Daya Manusia
LKPP

ISBN :

Cetakan I : Jakarta, Penerbit : LKPP RI, 2016


Cetakan II : Jakarta, Penerbit : LKPP RI, 2017

Versi 1 : 31 Oktober 2016


Versi 2 : 31 Januari 2017

Hak Penerbitan pada LKPP


Hak Cipta Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
LKPP

Alamat Penerbit :
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Kuningan
Jakarta Selatan 12940
Indonesia
Telp : (021) 2991 2450
www.portalppsdm.lkpp.go.id
www.lkpp.go.id
K ata P e n ga n ta r

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), pada tahun


2016 telah menyusun materi pelatihan berdasarkan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) 2016 untuk Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebanyak
29 Unit Kompetensi yang dikelompokan dalam 4 Fungsi Kunci, meliputi;
1) Merencanakan Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 6 unit kompetensi;
2) Memilih Penyedia Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 9 unit kompetensi;
3) Mengelola Kontrak dan Swakelola Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 9 unit
kompetensi;
4) Mengelola Logistik, Kinerja dan Risiko sebanyak 5 unit kompetensi.
Materi Pelatihan ini disusun untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya
Manusia di bidang Pengadaan Barang/Jasa baik pada sektor pemerintah maupun
non pemerintah. Materi pelatihan ini juga dapat membantu para peserta, instruktur,
penyelenggara pelatihan dalam melaksanakan kegiatan pelatihan, sehingga dapat
berlangsung secara terencana, terarah, dan efektif.
Semoga materi pelatihan ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan secara
optimal oleh semua pihak terkait dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Dengan demikian kegiatan Pengadaan Barang/
Jasa dapat dilakukan oleh para SDM yang profesional dan menghasilkan Pengadaan
Barang/Jasa yang efektif, efisien dan akuntabel.
Jakarta, Oktober 2016

Kepala Lembaga Kebijakan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

AGUS PRABOWO
U n i t ko m p e t e n si

Merumuskan Lingkungan & Organisasi PBJ


UK 01 : Menelaah Lingkungan PBJ
UK 02 : Melakukan Penyelarasan Kebijakan PBJ MERENCANAKAN
UK 03 : Merumuskan Organisasi PBJ PENGADAAN
Merencanakan PBJ BARANG
UK 04 : Menyusun Kebutuhan dan Anggaran PBJ JASA
UK 05 : Menyusun Spesifikasi Teknis
UK 06 : Menyusun Harga Perkiraan

Merencanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


UK 07 : Mengkaji Ulang Paket PBJ
MEMILIH UK
UK
08
09
:
:
Memilih Penyedia Barang/Jasa
Menyusun Rancangan Kontrak PBJ
PENYEDIA UK 10 : Menyusun Dokumen PBJ
Mengelola Penyedia Barang/Jasa
PENGADAAN UK 11 : Melakukan Kualifikasi PBJ
BARANG UK 12 : Melakukan Evaluasi Kinerja PBJ
Melaksanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
JASA UK 13 : Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ
UK 14 : Mengevaluasi Dokumen PBJ
UK 15 : Mengelola Sanggahan

Mempersiapkan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


UK 16 : Melakukan Negosiasi
UK 17 : Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ
Mengelola Kontrak Pengadaan Barang/Jasa MENGELOLA
UK
UK
18
19
:
:
Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ
Menyusum Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ
KONTRAK DAN
UK
UK
20
21
:
:
Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ
Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ
SWAKELOLA
UK 22 : Melakukan Penerimaan Hasil Kontrak PBJ PBJ
Melaksanakan PBJ Secara Swakelola
UK 23 : Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
UK 24 : Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola

Mengelola Logistik
MENGELOLA UK 25 : Mengelola Pengiriman
UK 26 : mengelola Persediaan
LOGISTIK, Uk 27 : Mengelola Penyimpanan

KINERJA DAN Mengelola Kinerja dan Risiko


RISIKO UK 28 : Mengelola Kinerja
UK 29 : Mengelola Risiko
BUKU INFORMASI

MENYUSUN RENCANA PENGELOLAAN


KONTRAK PENGADAAN BARANG/ JASA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA
DIREKTORAT PELATIHAN KOMPETENSI
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Jakarta
2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------- 2


DAFTAR GAMBAR ---------------------------------------------------------------------------------- 4
DAFTAR TABEL------------------------------------------------------------------------------------- 5

BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------- 7


A. Tujuan Umum ---------------------------------------------------------------------- 7
B. Tujuan Khusus --------------------------------------------------------------------- 7
C. Gambaran Umum ------------------------------------------------------------------ 8

BAB II MENGIDENTIFIKASI TITIK KRITIS DALAM PELAKSANAAN KONTRAK PBJ --- 10


2.1 Syarat-Syarat Umum Kontrak --------------------------------------------------- 13
2.2 Syarat-Syarat Khusus Kontrak -------------------------------------------------- 16
2.3 Program Mutu Pekerjaan -------------------------------------------------------- 18
2.4 Mutual Check ----------------------------------------------------------------------- 35
2.5 Pengawasan Pekerjaan ----------------------------------------------------------- 36
2.5.1 Tujuan Pengawasan --------------------------------------------------------- 37
2.5.2 Sasaran Pengawasan -------------------------------------------------------- 37
2.5.3 Ruang Lingkup ---------------------------------------------------------------- 38
2.6 Struktur dan Isi Kontrak --------------------------------------------------------- 38
2.7 Titik Kritis Pelaksanaan Kontrak ------------------------------------------------ 41
2.7.1 Pekerjaan yang Bersifat Strategis ----------------------------------------- 43
2.7.2 Pekerjaan/Kegiatan yang Berada Pada Lintasan – Lintasan
Strategis ------------------------------------------------------------------------ 44
2.7.3 Sengketa Kontrak ------------------------------------------------------------ 52

BAB III MENYUSUN RENCANA PENGELOLAAN PELAKSANAAN KONTRAK PBJ -------- 55


3.1 Pengelolaan Jadwal Kontrak ---------------------------------------------------- 55
3.2 Rencana Biaya Pelaksanaan Kontrak ------------------------------------------ 56
3.3 Kualitas Pelaksanaan Kontrak --------------------------------------------------- 62
3.4 Pengelolaan Risiko Dalam Pengelolaan Kontrak ----------------------------- 67

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 2 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3.4.1 Definisi Risiko Dalam Pengadaan Barang/Jasa ---------------------- 67


3.4.2 Gejala Munculnya Risiko -------------------------------------------------- 70
3.4.3 Persiapan Pengelolaan Risiko -------------------------------------------- 71
3.5 Jenis Risiko Jadwal Dalam Pelaksanaan Kontrak ---------------------------- 76
3.5.1 Kelengkapan Spesifikasi dan Model Birokrasi dalam Penentuan
Jadwal ------------------------------------------------------------------------ 76
3.5.2 Kejadian tak Terduga ----------------------------------------------------- 80
3.6 Pengelolaan Risiko Jadwal Pelaksanaan Kontrak ---------------------------- 81
3.6.1 Manajemen Risiko Awal --------------------------------------------------- 81
3.6.2 Solusi Tindakan Atas Risiko Jadwal ------------------------------------- 82
3.7 Jenis Risiko Biaya Dalam Pelaksanaan Kontrak ------------------------------ 82
3.7.1 Kenaikan Biaya Pengiriman ---------------------------------------------- 82
3.7.2 Pengurangan Nilai Tukar Mata Uang dan Inflasi --------------------- 83
3.7.3 Pajak ------------------------------------------------------------------------- 84
3.7.4 Biaya Tak Terduga --------------------------------------------------------- 85
3.8 Pengelolaan Risiko Biaya Pelaksanaan Kontrak ------------------------------ 86
3.9 Jenis Risiko Kualitas Dalam Pelaksanaan Kontrak --------------------------- 87
3.9.1 Spesifikasi yang Kurang Sesuai dan Pengujian yang Kurang
Tepat ------------------------------------------------------------------------- 87
3.9.2 Kerusakan Barang --------------------------------------------------------- 88
3.10 Pengelolaan Risiko Atas Kualitas -------------------------------------------- 89
3.10.1 Manajemen Risiko Kualitas ---------------------------------------------- 90
3.10.2 Solusi Tindakan Atas Risiko Kualitas ---------------------------------- 91
3.11 Dokumentasi Rencana Pengelolaan Kontrak -------------------------------- 92
3.11.1 Metode dan Instrumen Dokumentasi --------------------------------- 92
3.11.2 Mekanisme Dokumentasi ----------------------------------------------- 93
3.12 Klaim -------------------------------------------------------------------------------- 93
3.12.1 Pengertian Klaim ---------------------------------------------------------- 93
3.12.2 Jenis Klaim ----------------------------------------------------------------- 94
3.12.3 Faktor-Faktor Penyebab Klaim ----------------------------------------- 95
3.12.4 Penyelesaian Klaim ------------------------------------------------------- 96

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 3 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------------------------- 98

LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------------------------------- 106


1. Contoh Berita Acara Show Cause Meeting (SCM) --------------------- 112
2. Contoh Berita Acara Pre Construction Meeting (PCM) ---------------- 108

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 4 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh Bar Chart Schedule ------------------------------------------------------- 20


Gambar 2. Contoh Curva S Schedule --------------------------------------------------------- 20
Gambar 3. Prinsip Metode Penjadwalan Network Planning ------------------------------- 21
Gambar 4. Contoh Network Planning (NWP) ------------------------------------------------ 21
Gambar 5. Contoh Vektor Diagram ------------------------------------------------------------ 22
Gambar 6. Contoh CPM (Critical Path Method) ---------------------------------------------- 22
Gambar 7. Contoh Work Breakdown Structure (WBS) ------------------------------------- 23
Gambar 8. Contoh PDM (Precedence Diagram Method) ----------------------------------- 24
Gambar 9. Matriks Pendekatan PDCA --------------------------------------------------------- 30
Gambar 10. Siklus OHSAS 18001 -------------------------------------------------------------- 31
Gambar 11. Skema Tujuan Pengawasan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi ----- 37
Gambar 12. Ruang Lingkup Pengawasan Penyelenggaraan Pekerejaan Konstruksi -- 38
Gambar 13. Critical Line pada diagram Network Planning (NWP) ----------------------- 42
Gambar 14. Tindakan Sebelum RPP/PCM ---------------------------------------------------- 46
Gambar 15. Proses STPP dan STAP ------------------------------------------------------------ 51
Gambar 16. Metode Penjadwalan Pelaksanaan Pekerjaan -------------------------------- 56
Gambar 17. Pengadaan Barang dalam INCO ------------------------------------------------- 59
Gambar 18. Proses Pengelolaan Resiko ------------------------------------------------------ 68
Gambar 19. Jenis – Jenis Resiko --------------------------------------------------------------- 68
Gambar 20. Bagan Prinsip, Kerangka Kerja, dan Proses Manajemen Risiko ------------ 74
Gambar 21. Komponen Kerangka Kerja Manajemen Resiko ------------------------------- 75
Gambar 22. Komponen Proses Manajemen Risiko ------------------------------------------ 75
Gambar 23. Kurva Supply Positioning Model (SPM) ----------------------------------------- 77
Gambar 24. Supply Positioning Model (SPM) Pekerjaan Konstruksi ---------------------- 80
Gambar 25. Manajemen Risiko Kualitas dan Solusinya ------------------------------------- 91
Gambar 26. Jenis Klaim -------------------------------------------------------------------------- 95
Gambar 27. Penyebab Klaim -------------------------------------------------------------------- 96

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 5 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Titik Kritis Awal dan Kemungkinan Timbulnya Masalah ------------------------- 12


Tabel 2. Jenis-Jenis Perlakuan Risiko --------------------------------------------------------- 72
Tabel 3. Karakteristik Item Kuadran SPM ---------------------------------------------------- 79
Tabel 4. Solusi Tindakan Atas Risiko Jadwal ------------------------------------------------- 81
Tabel 5. Manajemen Risiko Biaya dan Solusi Tindakan ------------------------------------ 86
Tabel 6. Solusi Tindakan Atas Risiko Kualitas ------------------------------------------------ 91

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 6 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu melakukan proses
pengidentifikasian titik kritis dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa
serta penyusunan rencana pengelolaan kontrak barang/jasa pada berbagai jenis
dan sektor organisasi pengadaan barang/jasa.

B. Tujuan Khusus
Pada modul ini, peserta akan mempelajari hal berikut :
1. Mengidentifikasi titik kritis dalam pelaksanaan kontrak PBJ yang meliputi
kegiatan :
• mengidentifikasi syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus dalam
kontrak pengadaan barang/ jasa,
• memvalidasi program mutu secara cermat kesesuaiannya dengan dokumen
kontrak pengadaan barang/jasa,
• menetapkan kegiatan yang menjadi titik kritis dalam pelaksanaan kontrak
pengadaan barang/ jasa secara cermat.
2. Menyusun rencana pengelolaan pelaksanaan kontrak PBJ yang meliputi
kegiatan:
• menyusun rencana pengelolaan jadwal, biaya dan kualitas dalam
pelaksanaan kontrak pengadaan barang/ jasa secara lengkap,
• mengidentifikasi pengelolaan risiko terhadap jadwal, biaya, dan kualitas
dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa secara lengkap,
• mendokumentasikan rencana pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa
secara lengkap.

C. Gambaran Umum
Pengelolaan Kontrak merupakan kegiatan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan untuk setiap
penyelenggaraan kontrak pengadaan barang/ jasa (termasuk didalamnya, kontrak

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 7 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

pengadaan pekerjaan konstruksi, kontrak pengadaan barang, kontrak pengadaan


jasa lainnya, dan kontrak pengadaan jasa konsultansi). Sedangkan Pengendalian
Kontrak adalah proses penentuan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai
sesuai sasaran berdasarkan standard atau benchmark, pedoman pengelolaan
kontrak, capaian kinerja, dan perbaikan terus-menerus. Pengelolaan kontrak (UK-
19) dibahas pada buku informasi ini, sedangkan pengendalian kontrak akan dibahas
pada Buku Informasi UK-20.

Pengelolaan Kontrak yang dibahas pada modul in mencakup :


1. Pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.
2. Pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa di lingkungan Pelaku Bisnis
(Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah/Badan Usaha
Milik Swasta/Badan Usaha Asing yang bekerja dan beroperasi di
Indonesia).

Setelah bab pendahuluan ini, pembahasan berikutnya adalah :

Bab II menjelaskan cara mengidentifikasi titik kritis dalam pelaksanaan kontrak PBJ.
Bab ini akan membahas syarat umum dan syarat khusus kontrak sebagai acuan
pelaksanaan dan pengelolaan kontrak, program mutu, pengawasan pekerjaan,
sampai dengan lintasan strategis kegiatan pelaksanaan kontrak.

Bab III menjelaskan rencana pengelolaan pelaksanaan kontrak PBJ, termasuk


pengelolaan berbagai jenis risiko dalam pelaksanaan kontrak (seperti biaya, jadwal,
kualitas)

Buku Informai UK-19 ini merupakan bagian dari modul pembelajaran pengadaan
barang/ jasa berdasarkan SKKNI No.70, Tahun 2016. Sangat direkomendasikan
bagi para peserta untuk mempelajari kompetensi lain yang terkait dengan kontrak
atau pengelolaan kontrak, seperti Buku Informasi UK 8, UK 18, UK 20, UK 21 dan UK
22 untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 8 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Pada bagian akhir modul ini, tersedia :


• Daftar Referensi yang berisikan rujukan literatur terkait
• Glossary yang berisikan istilah yang digunakan dalam modul ini
• Index untuk memudahkan pencarian topik tertentu

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 9 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

BAB II
MENGIDENTIFIKASI TITIK KRITIS
DALAM PELAKSANAAN KONTRAK PBJ

Di dalam setiap pelaksanaan kontrak, baik pelaksanaan Kontrak Pengadaan


Barang, Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi, Kontrak Pengadaan Jasa
Lainnya, Kontrak Jasa Konsultansi, atau kontrak perikatan lainnya yang
dibuat oleh para pihak, tunduk pada ketentuan hukum di Indonesia artinya, semua
kontrak sepenuhnya tunduk pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH-Perdata
1842). Semua kontrak dibuat berdasarkan pada azas kebebasan berkontrak menurut
ketentuan KUH-Perdata pasal 1320 tentang sahnya suatu kontrak, pasal 1337
KUHPerdata tentang dilarangnya kontrak menyimpang atau melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan pasal 1338 KUH-Perdata. Undang-undang
tersebut menyatakan bahwa kontrak yang dibuat oleh para pihak berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka kontrak tersebut berlaku sebagai undang-
undang bagi pembuatnya.
Demikian halnya untuk kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah ketentuan
tersebut di atas juga menjadi dasar, di samping ketentuan peraturan perundang-
undangan yang diatur dalam Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010. Sedangkan untuk
kontrak pekerjaan konstruksi/jasa konstruksi (pelaksana konstruksi atau konsultan
konstruksi) disamping tunduk kepada Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 beserta
perubahannya juga secara khusus wajib tunduk kepada Undang-Undang no. 18 tahun
1999 tentang jasa kontruksi, yang dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah no. 28
tahun 2000 beserta perubahannya tentang usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi,
Peraturan Pemerintah no. 29 tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi
beserta perubahannya dan Peraturan Pemerintah no. 30 tahun 2000 tentang
penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi, serta secara teknis operasional mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam beberapa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum/Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Untuk kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah menunjukkan adanya hubungan
antara Pemilik/Pengguna dengan Penyedia Barang/Jasa. Dalam ketentuan Peraturan
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 10 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Presiden no. 54 tahun 2010 beserta perubahannya pasal 86 ayat 1 diatur bahwa Pemilik
atau Pengguna sebelum menandatangani kontrak perlu menyempurnakan rancangan
kontrak, mengingat kontrak yang dibuat merujuk kepada standart dokumen pengadaan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Maka dari itu dari hal-hal yang bersifat standart
dengan adanya penyempurnaan rancangan kontrak akan menjadi ketentuan yang lebih
bersifat operasional sesuai dengan kebutuhan hubungan kontraktual antara Pengguna
dengan Penyedia Barang/Jasa.
Dalam pelaksanaannya kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilihat
sebagai satu kesatuan ketentuan hukum perikatan perdata yang wajib ditaati oleh para
pihak. Dalam hal ini adalah Pengguna dan Penyedia Barang/Jasa beserta organisasinya.
Bahwa struktur kontrak merupakan satu kesatuan ketentuan hukum perikatan perdata
yang terdiri dari dokumen-dokumen sebagai berikut :
1. Amandemen kontrak/surat perjanjian apabila sudah diterbitkan.
2. Kontrak atau surat perjanjian yang merupakan pokok-pokok dari perjanjian
tersebut.
3. Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK).
4. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK).
5. Surat penawaran dari Penyedia Barang/Jasa berikut penawaran harga (daftar
kuantitas dan harga).
6. Spesifikasi khusus.
7. Spesifikasi umum.
8. Gambar perencanaan atau gambar-gambar.
9. Dokumen lain yang tidak terpisahkan yang ditentukan oleh Pengguna dan
Penyedia Barang/Jasa sesuai dengan tingkat kepentingan hubungan
kontraktualnya.
Dokumen nomor 1 sampai dengan nomor 9 tersebut merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan, ketentuan-ketentuan kekuatan hukum dari dokumen tersebut bersifat
mengikat disesuaikan dengan urutannya.
Dari uraian di atas maka ditetapkan bahwa yang paling berperan dalam mengatur
pelaksanaan kontrak adalah ketentuan yang telah ditetapkan dalam Syarat-Syarat Umum
Kontrak (SSUK) dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK). SSUK dan SSKK sebagai
pedoman pelaksanaan kontrak yang diharapkan dapat menjamin keberhasilan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 11 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

pelaksanaan kontrak tersebut. Kunci keberhasilan dari pelaksanaan kontrak tersebut


dapat diperhatikan melalui pengelolaan program mutu pekerjaan, penentuan struktur
beserta isi kontrak/surat perjanjian, dan pengelolaan terhadap titik-titik kritis yang akan
menjadi faktor hambatan atau faktor risiko dalam pelaksanaan kontrak, sehingga perlu
dilakukan identifikasi secara lebih sistematis.
Untuk pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa non pemerintah juga harus
tunduk pada ketentuan-ketentuan hukum keperdataan di Indonesia (KUH-Perdata),
namun tidak diwajibkan mengikuti ketentuan dalam Perpres 54/2010 beserta
perubahannya. Para Pemilik/Pengguna pekerjaan non pemerintah memiliki otoritas untuk
mengatur sendiri pengelolaan kontrak sepanjang mengindahkan ketentuan dalam pasal
1337 KUH-Perdata dan tidak bertentangan dengan hukum lainnya. Jika dipertimbangkan
menggunakan acuan pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah maka
tidak akan timbul permasalahan, hanya perlu penyesuaian kondisi masing-masing
perusahaan.

Tabel 1. Titik Kritis Awal dan Kemungkinan Timbulnya Masalah


KEMUNGKINAN TIMBULNYA
TITIK KRITIS AWAL
MASALAH
1. Kontrak surat perjanjian yang 1. Definisi-definisi dari kontrak tidak jelas
tidak difinalisasi/disempurnakan 2. Perbedaan cara pandang, perbedaan
(bahasa hukum dalam dokumen tafsir yang mengakibatkan sengketa
kontrak sesuai kondisi obyek para pihak
yang diperjanjikan) 3. Lemahnya keterikatan hukum antar
para pihak karean tidak terdefinisi
dengan baik
4. Anatomi dan struktur kontrak tidak
kuat
2. Dokumen-dokumen yang menjadi 1. Para pihak akan melihat hanya sekedar
satu-kesatuan kontrak tidak sebagai pelengkap administrasi
diuraikan dengan baik (SSUK, 2. Para pihak tidak memahami apa yang
SSKK, Spec, gambar dan harus dilakukan dan/atau harus tidak
dokumen lain yang ditetapkan dilakukan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 12 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

KEMUNGKINAN TIMBULNYA
TITIK KRITIS AWAL
MASALAH
oleh para pihak) 3. Kontrak beserta dokumennya dianggap
tidak mengikat
4. Perumusan tindakan bagi para pihak
menjadi kabur
5. Tumpang tindih pemahaman terhadap
klausul-klausul yang sebenarnya sudah
ditetapkan
6. Para pihak tidak memahami apapun
yang telah mereka tetapkan dalam
dokumen kontrak.
7. Koordinasi dan komunikasi professional
tidak terbangun

2.1 Syarat-Syarat Umum Kontrak (General Condition of Contract/General


Term of Contract)
Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) merupakan ketentuan umum dalam
pelaksanaan pengelolaan kontrak yang dimulai dari persiapan kontrak hingga
penyerahan hasil pekerjaan. Dalam hal ini diperlukan pengaturan yang lebih rinci
untuk menjabarkan apa yang dimaksudkan dalam ketentuan umum bagi Pengguna
maupun Penyedia Barang/Jasa untuk dituangkan ke dalam Syarat-Syarat Khusus
Kontrak. Hal ini disebabkan oleh karena kontrak bersifat setara bagi para pihak yang
telah sepakat menandatangani kontrak tersebut.
Dengan demikian perlu adanya satu langkah untuk mengidentifikasi dan
menginventarisasi titik kritis yang akan menjadi hambatan bagi para pihak dalam
melaksanakan kontrak, khususnya menjadi hambatan bagi Pemilik/Pengguna dalam
pengelolaan kontrak. Bentuk hambatan yang dapat dikenali adalah :
a) Sengketa kontrak (contract dispute)
b) Multitafsir terhadap ketentuan kontrak
c) Kegagalan penjaminan mutu dari Penyedia Barang/Jasa

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 13 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

d) Kegagalan penjaminan pencapaian fungsi dan manfaat dari Penyedia


Barang/Jasa
e) Kegagalan penyelesaian pekerjaan sesuai jangka waktu pelaksanaan yang
telah ditetapkan
f) Terjadinya risiko hukum perikatan berupa sengketa perdata dan lebih khusus
adalah hukum tidak pidana korupsi

Untuk meniadakan atau meminimalisir hambatan tersebut di atas maka perlu


adanya identifikasi titik kritis terhadap ketentuan kontrak yang diatur dalam Syarat-
Syarat Umum Kontrak (SSUK). Ketentuan SSUK adalah sebagai berikut :
1) Penetapan definisi secara jelas
2) Penjelasan tentang asal material/bahan
3) Wakil sah yang ditunjuk oleh para pihak
4) Tata cara sub kontrak
5) Kerjasama operasional bagi Penyedia Barang/Jasa dengan Penyedia
Barang/Jasa lain
6) Penetapan jadwal pelaksanaan pekerjaan
7) Penyerahan lokasi kerja
8) Penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja/SPMK (Commencement of Work)
untuk kontrak pekerjaan kontruksi, jasa lainnya, dan jasa konsultansi atau
Purchase Order/PO
9) Rapat persiapan pelaksanaan kontrak (pre construction meeting untuk
kontrak pekerjaan kontruksi, jasa lainnya, dan jasa konsultansi
atau rapat persiapan pelaksanaan kontrak/RPP untuk kontrak
pengadaan barang, jasa lainnya, dan jasa konsultansi non
konstruksi)
10) Pengawasan pelaksanaan pekerjaan
11) Prosedur persetujuan pengawas pekerjaan untuk penggunaan gambar
rencana atau gambar-gambar acuan, gambar contoh barang sesuai yang
ditawarkan, gambar lain yang diatur dalam kontrak dan gambar untuk
pelaksanaan pekerjaan sementara.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 14 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

12) Ketaatan Penyedia Barang/Jasa kepada perintah Pengguna dalam


pelaksanaan kontrak
13) Pemeriksaan pekerjaan bersama (joint inspection) atau inspeksi pabrikasi
untuk pengadaan barang
14) Jangka Waktu pelakasanaan pekerjaan dan perpanjangan waktu
15) Peringatan dini dari Penyedia Barang/Jasa
16) Rapat pengendalian pelaksanaan
17) Penyelesaian kontrak dan serah terima pekerjaan
18) Prosedur kerja Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). Serta terdapat
ketentuan bahwa PPHP bukan menerima pekerjaan tetapi memeriksa
dan merekomendasi pekerjaan yang akan diserah terimakan dari Penyedia
Barang/Jasa kepada Pengguna sesuai dengan ketentuan perikatan perdata
19) Pengambil alihan
20) Pedoman pengoperasian dan perawatan
21) Perubahan kontrak
22) Perubahan lingkup pekerjaan
23) Perubahan jadwal pekerjaan
24) Keputusan apabila terjadi keadaan kahar
25) Penghentian kontrak
26) Pemutusan kontrak
27) Tindakan Pengguna terhadap keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dan
kontrak kritis melalui rapat pembuktian faktor penyebab keterlambatan
(Show Cause Meeting/SCM) dan membuat kesepakatan metode untuk
mengejar keterlambatan melalui tahapan uji coba (Test Case)
28) Penanganan kontrak kritis
29) Hak dan kewajiban Penyedia Barang/Jasa
30) Penggunaan dokumen kontrak dan informasi
31) Tanggung jawab risiko
32) Perlindungan tenaga kerja
33) Pemeliharaan lingkungan
34) Asuransi
35) Laporan hasil pekerjaan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 15 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

36) Kerjasama dengan sub Penyedia Barang/Jasa


37) Pelibatan usaha mikro, usaha kecil dan koprasi kecil (UMKK)
38) Program Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja/RK3 (apabila
diperlukan)
39) Denda keterlambatan
40) Jaminan pelaksanaan dan jaminan pemeliharaan dan/sertifikat garansi
atau rentention of money
41) Penundaan pembayaran
42) Fasilitas dari Pengguna
43) Peristiwa kompensasi
44) Penetapan hasil kontrak
45) Personil inti dan peralatan yang digunakan oleh Penyedia Barang/Jasa
46) Harga kontrak (contract price)
47) Tata cara pembayaran
48) Perhitungan akhir untuk pembayaran pekerjaan
49) Penangguhan pembayaran
50) Penyesuaian harga (eskalasi - de eskalasi untuk kontrak tahun jamak)
51) Pengawasan dan pemeriksaan rutin pelaksanaan pekerjaan dan hasil
pekerjaan
52) Pengujian bahan/material atau hasil kerja
53) Kondisi cacat mutu dan perbaikan cacat mutu
54) Kegagalan konstruksi/kegagalan bangunan atau kegagalan barang atau
kegagalan hasil pekerjaan serta kegagalan fungsi dan manfaat
55) Tata cara penyelesaian perselisihan antara para pihak

2.2 Syarat-Syarat Khusus Kontrak (Special Condition of Contract/Special Term


of Contract)
Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) adalah ketentuan-ketentuan khusus
yang diperlukan untuk memberikan penjelasan tertentu yang belum tercantum
dalam ketentuan Kontrak, Surat Perjanjian atau Syarat-Syarat Umum Kontrak.
Ketentuan-ketentuan yang bersifat khusus tersebut diperlukan untuk
menjelaskan secara lebih terperinci dan lebih teknis maupun lebih spesifik dalam

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 16 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Syarat-Syarat Umum Kontrak. Apabila di dalam standart telah dibakukan konsep


tentang Syarat-Syarat Khusus Kontrak tetapi dalam pelaksanaannya bakuan
ketentuan tersebut masih dirasa kurang maka Pengguna dapat menambahkan
klausul baru dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak sepanjang diperlukan dengan
ketentuan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Demikian pula sebaliknya jika klausul-klausul yang tertera dalam standart SSKK tidak
diperlukan maka cukup diisi dengan kalimat “tidak digunakan/tidak diperlukan” atau
klausul standart tersebut dapat dihapus.
Perlu diperhatikan apabila dicantumkan dalam SSKK yang menjabarkan secara
lebih rinci dari apa yang diuraikan dalam SSUK maka Pengguna seharusnya
menunjukkan klausul yang terkait yang ada di dalam SSUK.
Identifikasi titik kritis dalam SSKK, meliputi :
1) Jenis kontrak yang digunakan dalam surat perjanjian baik cara pembayaran
atau sifat pekerjaan, sumber pendanaan maupun jenis pekerjaan
2) Ketentuan tentang berlakunya masa pemeliharaan (maintenance period)
atau masa berlakunya sertifikat garansi (warranty certificate)
3) Umur konstruksi, mengikuti ketentuan hukum tentang jasa konstruksi
4) Umur ekonomis barang atau jasa lainnya jika diatur dalam kontrak
5) Pedoman pengoperasian dan perawatan
6) Tata cara pembayaran tagihan atas prestasi kerja
7) Pelaksanaan pencarian jaminan
8) Tindakan Penyedia Barang/Jasa yang harus mendapat persetujuan dari
Pengguna
9) Untuk kontrak pengadaan barang/jasa Pemerintah harus
memahami masa daluwarsa dokumen kontrak dan hasil pelaksanaan
kontrak. Menurut KUHP pasal 78 memuat kewenangan penuntutan pidana
hapus karena daluwarsa sesudah 18 tahun. Alat bukti tersebut harus dijaga
agar tidak hilang atau dimusnahkan sampai selama 18 tahun mengingat
penuntutan pidana pengadaan barang/jasa maksimal adalah pidana
kurungan seumur hidup.
10) Pemberian fasilitas oleh Pengguna kepada Penyedia Barang/Jasa
11) Asal sumber pembiayaan kontrak (sumber dana kontrak)

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 17 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

12) Tata cara pembayaran uang muka


13) Prosedur perhitungan prestasi kerja dan pembayaran prestasi kerja
termasuk material on site
14) Penetapan indikator dan data variabel perhitungan penyesuaian harga
15) Bentuk pemberian peristiwa kompensasi dari Pengguna kepada Penyedia
Barang/Jasa
16) Pengenaan denda dan ganti rugi
17) Pengenaan sanksi kepada Penyedia Barang/Jasa
18) Teknis penyelesaian perselisihan
19) Klaim dalam kontrak pengadaan barang/jasa
20) Klausa tambahan apabila diperlukan

2.3 Program Mutu Pekerjaan


Program mutu dalam pengelolaan kontrak pengadaan barang/jasa harus
diterapkan secara tepat oleh Pemilik/Pengguna barang/jasa kepada Penyedia
Barang/Jasa dan harus diberlakukan untuk semua perikatan kontrak, baik kontrak
Pemerintah dengan Swasta (Government to Business) ataupun kontrak Swasta
dengan Swasta (Business to Business).
Program mutu pekerjaan adalah sebuah program yang disusun oleh Penyedia
Barang/Jasa dan harus mendapatkan persetujuan dari Pengguna. Program Mutu ini
bertujuan untuk memberikan penjaminan mutu hasil pelaksanaan kontrak atau
Quality Assurance Engineer (QAE) yang harus disampaikan pada saat Rapat
Persiapan Pelaksanaan Kontrak (RPP). Draft program mutu harus sudah disusun oleh
Penyedia Barang/Jasa sejak diterimanya Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa
Barang/Jasa (SPPBJ) dan sudah harus menjadi draft final program mutu sebelum
penandatanganan kontrak selambat-lambatnya 14 hari kalender atau tepat sebelum
penandatanganan kontrak.
Program mutu yang telah diuraikan di atas tidak terbatas pada hal-hal seperti
di bawah ini :
1. Serah terima lapangan (lokasi kerja) diperuntukkan bagi pengadaan barang
yang akan dipasang pada suatu lokasi, pekerjaan konstruksi, jasa lain yang
akan dibuat di lokasi kerja atau jasa konsultan yang akan menggunakan lokasi

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 18 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

kerja. Contoh : pengadaan alat tulis kantor, layanan jasa pengiriman, jasa
asuransi, pengadaan mobil, pengadaan pakaian security, pengadaan barang-
barang elektronik yang tidak perlu dipasang yang hanya cukup disupply sampai
kantor Pemilik/Pengguna.
2. Sasaran mutu (bagaimana dengan gagalnya mutu?)
3. Organisasi pelaksana pekerjaan
4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan (S-Curve, NWP dan WBS)
5. Jadwal mobilisasi (tenaga kerja, alat dan bahan)
6. Request of work (ijin kerja)
7. Standar kerja, metode/prosedur kerja dan instruksi kerja
8. Design drawing, shop drawing dan as build drawing untuk pekerjaan
konstruksi, hal ini banyak diabaikan oleh Penyedia Barang/Jasa atau
Pemilik/Pengguna
9. Detail penanganan pekerjaan yang sangat penting
10. Rencana direksi keet/basecamp/gudang khusus untuk pekerjaan konstruksi
11. Air kerja, penerangan dan keamanan
12. Rencana penggunaan material utama dan uji mutu
13. Pengendalian lingkungan dan K3 (jika diperlukan)
14. Control kualitas dan penolakan hasil kerja/rejected
15. Pengukuran hasil kerja dan tata cara pembayaran (Sertifikat Bulanan, Termin
atau Bayar Sekaligus)
16. Provisional Hand Over (PHO) dan Final Hand Over (FHO) atau serah terima
hasil pelaksanaan kontrak selain pekerjaan konstruksi
Dalam proses penyusunan draft program mutu, Penyedia Barang/Jasa apabila
diperlukan dapat melakukan komunikasi dan diskusi dengan Pemilik/Pengguna.
Program mutu final harus sudah siap sebelum dilakukan rapat pra-pelaksanaan
kontrak.
Identifikasi titik kritis program mutu, meliputi :
1) Informasi terhadap perkejaan yang akan dilaksanakan
2) Pengorganisasian yang ditetapkan oleh Penyedia Barang/Jasa sesuai
dengan yang diusulkan dalam dokumen penawaran
3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 19 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

a) Bar chart schedule

Gambar 1. Contoh Bar Chart Schedule

b) Curva S schedule

Gambar 2. Contoh Curva S Schedule

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 20 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

c) Net Work Planning (NWP)

Gambar 3. Prinsip Metode Penjadwalan Network Planning

Gambar 4. Contoh Network Planning (NWP)

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 21 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

d) Vector diagram

Diagram
Rencana

Gambar 5. Contoh Vector Diagram

e) CPM (Critical Path Method)

Gambar 6. Contoh CPM (Critical Path Method)

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 22 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

f) Work Breakdown Structure (WBS)

WBS Proyek Fiber Optic

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 23 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Gambar 7. Contoh Work Breakdown Structure (WBS)

g) PDM (Precedence Diagram Method)

Gambar 8. Contoh PDM (Precedence Diagram Method)

Dari masing-masing jadwal tersebut di atas, antara Pengguna dan


Penyedia Barang/Jasa dapat menyepakati metode yang akan digunakan
baik secara tunggal maupun gabungan dari point a-g. Hal ini untuk
menjamin ketepatan dan kemudahan Pemilik/Pengguna dalam monitoring
kemajuan pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Barang/Jasa, secara
sistematis dari waktu ke waktu.

4) Prosedur memulai pelaksanaan pekerjaan dengan pengajuan ijin kerja :


a) Persetujuan ijin kerja atau request of work
b) Sop drawing/gambar kerja dan perhitungan rencana capaian volume
atau diagram proses pembuatan/fabrikasi
c) Rancangan kerja
d) Data pendukung pengujian bahan
Ijin kerja merupakan tahapan penting dalam pengelolaan kontrak
dan akan menjadi titik kritis apabila tidak dikelola dengan benar untuk
menjamin ketepatan arah dalam pelaksanaan pekerjaan. Setiap ijin kerja
harus melalui pengajuan ijin kerja (request).
Di bawah ini dijelaskan secara singkat bagaimana mengelola ijin
kerja untuk pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi (fisik) :
a) Tujuan pengajuan ijin kerja (request)

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 24 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Pemeriksaan terhadap Request yang diajukan oleh Penyedia


bertujuan untuk memastikan kesiapan lapangan serta kesiapan
Penyedia untuk melaksanakan pekerjaan yang diajukan. Melalui
pemeriksaan terhadap Request, maka Wakil Pemilik/Pengguna
dapat merencanakan penugasan Tim Supervisi yang diperlukan
untuk itu.
b) Ruang Lingkup Request
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kesiapan lapangan, tenaga
kerja, bahan dan peralatan yang dicantumkan pada Formulir
Request beserta Data Pendukung yang diajukan oleh Penyedia.
c) Acuan Request
• Dokumen Kontrak,
• Berita Acara dan Risalah Pre Construction Meeting,
• Project Quality Plan Kontraktor yang telah disepakati pada Pre
Construction Meeting.
d) Definisi
• Agenda Request dan Validasi adalah buku tempat sekretaris
mencatat masuk dan keluarnya suatu Request sejak Request
diterima dari Penyedia sampai Request disimpan sebagai Arsip
setelah hasil pelaksanaan divalidasi.
• Lembar Kendali Request adalah tempat Supervision Engineer
mencatat pergerakan data pendukung Request selama proses
pemeriksaan Request.
• Formulir Pemeriksaan Request adalah tempat Chief Inspector
dan Quality Engineer mencatat hasil pemeriksaan atas Data
Pendukung Request.
e) Ketentuan Umum
• Formulir Request beserta Data Pendukungnya diterima oleh
Wakil Pemilik/Pengguna di kantornya, selambat-lambatnya
dalam waktu 2 x 24 jam sebelum Kontraktor memulai
pelaksanaan di lapangan.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 25 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

• Segera setelah menerima Formulir Request dan Data


Pendukungnya, Wakil Pemilik/Pengguna harus memeriksa
kelengkapan berkas, kesiapan lapangan dan kesiapan Penyedia.
• Wakil Pemilik/Pengguna harus menyediakan waktu yang cukup
bagi Pemilik/Pengguna untuk pengambilan keputusan atas
rekomendasi yang dibuat oleh Wakil Pemilik/Pengguna.
• Apabila pada tanggal rencana pelaksanaan pekerjaan belum ada
keputusan dari Pemilik/Pengguna, maka Penyedia dapat
memulai pekerjaan di bawah pengawasan Tim Supervisi, dan
persetujuan untuk Request yang bersangkutan harus tetap
diterbitkan oleh Pemilik/Pengguna
• Lembar Kendali Request dan Formulir Pemeriksaan Request
tersedia di Kantor Wakil Pemilik/Pengguna.
• Semua Rekaman Pemeriksaan Request disimpan di Kantor Wakil
Pemilik/Pengguna di bawah pengendalian Supervision Engineer.
5) Tata cara penerbitan proseduk instruksi kerja oleh Pemilik/Pengguna
kepada Penyedia Barang/Jasa yang dicantumkan dalam request of
work/ijin kerja dan persetujuannya
6) Program mutu yang diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa dan sudah
disetujui oleh Pengguna dapat direvisi sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kondisi lokasi pekerjaan/lokasi produksi/lokasi fabrikasi
7) Kewajiban Penyedia Barang/Jasa melakukan updating atau pemutakhiran
program mutu apabila terjadi amandemen kontrak yang bersifat
mendasar dan timbulnya peristiwa kompensasi.

Evaluasi Program Mutu


Di bawah ini disajikan evaluasi program mutu yang dilakukan untuk pengelolaan
kontrak konstruksi. Sedang untuk pengelolaan kontrak pengadaan barang,
pengadaan jasa lainnya atau pengadaan jasa konsultansi maka Pemilik/Pengguna dapat
melakukan penyesuaian berdasarkan jenis kontrak masing-masing :
1. Batasan Evaluasi :
a) Evaluasi dilakukan dengan metode komparatif hasil terhadap rencana

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 26 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

b) Dilakukan di tempat kerja


c) Penanggung jawab program mutu harus memeliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan
d) Melakukan tindakan perbaiakn menjadi bagian yang pokok terhadap proses
dan hasil pekerjaan

2. Penanggung jawab program mutu harus memilki Kompetensi terhadap Perikatan


Kontrak dan Barang/Jasa terutama terhadap hal yang bersifat teknis dan kinerja
dari barang/jasa tersebut.
a) Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi penanggung jawab
program mutu adalah memahami dengan baik pengetahuan tentang :
i. Dokumen kontrak pengadaan barang/jasa;
ii. Program manajemen mutu;
iii. Sistem pengendalian pelaksanaan program manajemen mutu;
iv. Sistem manajemen K3 dan lingkungan;
v. Sistem manajemen sumber daya, termasuk SDM
b) Penanggung jawab program mutu juga dituntut kemampuan dan
ketrampilan dalam bentuk kemampuan bertindak yang meliputi :
i. Memonitor perkembangan pelaksanaan program manajemen mutu, baik
kegiatan maupun hasilnya;
ii. Melakukan evaluasi efektivitas pelaksanaan program manajemen mutu
beserta hambatan dan/atau penyimpangan yang mungkin terjadi;
iii. Menganalisis faktor pendorong dan penghambat kelancaran pelaksanaan
program manajemen mutu;
iv. Mencari, memilih dan melaksanakan alternatif yang terbaik untuk
mengatasi hambatan/masalah dan/atau mendorong kelancaran
pelaksanaan program manajemen mutu.

3. Aspek Kritis :
Aspek kritis yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program mutu
adalah kecermatan dan ketepatan dalam mengevaluasi dan menentukan
efektifitas pelaksanaan program mutu pekerjaan pengadaan barang/jasa.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 27 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Di bawah ini disajikan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) yang dilakukan untuk pengelolaan kontrak konstruksi. Sedang untuk
pengelolaan kontrak pengadaan barang, pengadaan jasa lainnya atau pengadaan
jasa konsultansi maka Pemilik/Pengguna dapat melakukan penyesuaian berdasarkan
jenis kontrak masing-masing.
Pelatih atau assesor harus mengetahui tidak semua pengelolaan kontrak
memerlukan sistem manajemen K3. Maka dari itu harus bisa dijelaskan bagi
pengadaan barang/jasa yang bersifat sederhana, lingkup pekerjaannya kecil atau
lingkup pekerjaan luas yang tidak memiliki risiko K3, tidak perlu diterapkan sistem
manajemen K3. Sebagai contoh pekerjaan pemasangan lantai keramik, pekerjaan
penanaman atau pembibitan pohon, pekerjaan pengadaan bahan habis pakai untuk
keperluan kantor, pekerjaan pemasangan komponen elektronika, pekerjaan
pengadaan meubelair dan yang sejenis.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) wajib diterapkan
oleh setiap manajemen perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak
150 orang atau lebih. Hal ini juga berlaku, di mana dalam pekerjaannya dapat
menimbulkan atau menyimpan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses pekerjaan atau bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran, dan penyakit akibat kerja. Berikut adalah
beberapa alasan mengenai pentingnya penerapan Sistem Manajemen K3, yaitu :
1) Alasan manusiawi : Dengan membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa
berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan tersebut, merupakan
suatu tindakan yang sangat tidak manusiawi. Kecelakaan kerja yang terjadi
tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya (misalnya kematian,
cacat/luka berat, ataupun luka ringan), melainkan juga penderitaan bagi
seluruh keluarganya.
2) Alasan UU dan Peraturan : UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau
suatu organisasi bidang keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih
banyak kecelakaan kerja yang mungkin terjadi walaupun semakin
berkembangnya pembangunan dengan menggunakan teknologi modern.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 28 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3) Alasan Ekonomi : Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan


kerugian ekonomi, seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan,
biaya pengobatan, dan biaya untuk santunan kecelakaan.
4) Nama baik perusahaan/institusi : Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi
yang baik dapat meningkatkan kemampuannya dalam bersaing dengan
perusahaan lain. Prestasi bagus dalam hal keselamatan kerja perusahaan akan
mendukung reputasi dari perusahaan tersebut, sehingga akan memberikan
keuntungan kepada perusahaan secara tidak langsung.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,


pesawat pengangkat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sedangkan kesehatan kerja
merupakan suatu ilmu yang penerapannya dilakukan untuk meningkatkan kualitas
hidup tenaga kerja melalui pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan
makanan yang bergizi. Adapun syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana yang
diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 Pasal 3 tentang keselamatan kerja,
adalah sebagai berikut :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan;
6) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran;
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10)Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11)Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12)Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 29 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

13)Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara


dan proses kerjanya;
14)Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
15)Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
16)Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang;
17)Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
18)Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Penerapan sistem manajemen K3 menurut pendekatan PDCA dapat dilihat


pada matriks di bawah ini :

Plan Do

Rencanakan sistem Tetapkan sistem


manajemen K3 manajemen K3

Check Act

Evaluasi penerapannya Tingkatkan sistem


manajemen K3

Gambar 9. Matriks Pendekatan PDCA

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 30 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Peningkatan berkelanjutan
1. Kebijakan K3

Perencanaan
17. Tinjauan Manajemen PLAN
ACT 2. Identifikasi Bahaya,
penilaian, dan
pengendalian
3. Persyaratan lehal dan
lainnya
4. Objektif dan program K3
Pemeriksaan CHECK
12. Pengukuran kinerja dan
DO
pemantauan.
13. Evaluasi pemenuhan.
Implementasi dan Operasi
14. Penyelidikan insiden,
5. Sumberdaya, peran, tanggung
ketidaksesuaian, koreksi,
jawab, tanggung gugat, dan
dan pencegahan.
wewenang.
15. Pengendalian rekaman
6. Kompetensi, pelatihan, dan
16. Audit internal.
kepedulian.
7. Komunikasi, partisipasi, dan
konsultasi.
8. Dokumentasi.
9. Pengendalian Dokumen.
10. Pengendalian Operasi
11. Tanggap Darurat

Gambar 10. Siklus OHSAS 18001

OHSAS 18001 juga memberikan pedoman pengelolaan risiko yang lebih


spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut :
1) Eliminasi
2) Substitusi
3) Pengendalian teknis (engineering control)
4) Pengendalian administratif
5) Penggunaan alat pelindung diri (APD)
Instruksi Kerja adalah bagian dari Sistem Manajemen Mutu. Instruksi Kerja
berisi cara kerja atau petunjuk teknis dari suatu aktivitas atau kegiatan yang
berkaitan dengan penjaminan mutu konstruksi pada tingkat Unit Pelaksana. Setiap
Pengguna wajib menetapkan suatu SOP Istruksi Kerja dengan cara menetapkan form
dokumen instruksi kerja.
Pada tahap instruksi kerja harus dilakukan check and balacies antara
ketentuan dan syarat-syarat kerja, sesuai batasan spesifikasi dan gambar rencana.
Terdapat pula acuan Instruksi Kerja, yaitu :
1) Spesifikasi Teknis baik yang bersifat umum atau yang bersifat khusus
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 31 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

2) Dokumen Rapat Pra Pelaksanaan Kontrak/PCM


3) Gambar rencana dan/atau Gambar Barang yang meruakan bagian dari
kontrak
4) Dokumen Renca Mutu Kontrak,
5) Dokumen Mutual Check
6) Berita Acara rapat-rapat Teknis dan Notulen Rapat Teknis baik di Kantor
atau di lokasi pekerjaan.

Instruksi Kerja minimal mencakup informasi tentang : pejabat yang membuat,


memeriksa dan mengesahkan instruksi kerja; termasuk dokumen-dokumen
pelengkapnya. Dengan demikian terdiri dari satu set dokumen instruksi kerja harus
dapat memberi informasi meliputi :
1) Riwayat perubahan instruksi kerja;
2) Daftar distribusi instruksi kerja;
3) Lingkup penerapan instruksi kerja;
4) Referensi atau acuan yang digunakan dalam instruksi kerja;
5) Tahapan proses, aktivitas, atau kegiatan sesuai instruksi kerja;
6) Daftar lampiran berupa format catatan mutu yang merupakan pencatatan
dari pelaksanaan kegiatan sesuai instruksi kerja;
7) Alur kerja dari aktivitas;
8) Daftar peralatan yang dipergunakan
9) Daftar rincian kegiatan atau aktivitas
10)Daftar simak atau daftar periksa.
11)Catatan Mutu merupakan bukti-bukti dari hasil penerapan sistem
manajemen mutu konstruksi dari ketiga tingkat hirarki.

Dokumen Sistem Manajemen Mutu (SMM) terdiri dari 3 (tiga) hirarki, tetapi
batasan ini dapat disesuaikan berdasarkan kebijakan manajemen selaku pemilik
anggaran dan/atau lingkup kontrak dan besarnya biaya kontrak, namun pada kondisi
kontrak dengan nilai besar (di atas Rp. 2,5 milyar) setidak-tidaknya meliputi :
1) Hirarki 1 : Tingkat Pemilik berupa Pedoman Mutu
2) Hirarki 2 : Tingkat Pengguna berupa Manual Mutu dan Prosedur Mutu

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 32 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Manual Mutu dikembangkan berdasar Pedoman Mutu pada tingkat SKPD


/Satker, terkait kekhususan masing-masing SKPD/Satker. Sedangkan
Prosedur Mutu berisi petunjuk pelaksanaan kegiatan atau aktivitas yang
berkaitan dengan penjaminan mutu konstruksi di lingkungan wilayah kerja
Pemilik/Pengguna terkait, minimal mencakup mengenai :
a) Pejabat yang membuat, memeriksa dan mengesahkan Prosedur Mutu;
b) Riwayat perubahan Prosedur Mutu;
c) Daftar distribusi Prosedur Mutu;
d) Lingkup penerapan dari Prosedur Mutu;
e) Referensi atau acuan yang digunakan dalam Prosedur Mutu;
f) Tahapan proses, aktivasi, atau kegiatan dari Prosedur Mutu;
g) Daftar lampiran berupa format Catatan Mutu yang merupakan
pencatatan terhadap pelaksanaan kegiatan dari prosedur Mutu.
h) Dalam rangka penerapan SMM konstruksi yang mengacu kepada
standar SMM SNI 19.9001:2001 maka terdapat prosedur mutu yang
minimal wajib dimiliki yaitu :
i) Prosedur Audit Mutu Internal;
j) Prosedur Pengendalian Dokumen dan Data;
k) Prosedur Pengendalian Produk yang tidak sesuai;
l) Prosedur Tindakan Perbaikan; dan
m) Prosedur Tindakan Pencegahan
n) Rencana Mutu berisi rencana pelaksanaan kegiatan proyek dalam
rangka penjaminan mutu konstruksi yang dihasilkan.
o) Rencana Mutu harus mengidentifikasiksi :
p) Pejabat yang membuat, memeriksa dan mengesahkan rencana Mutu;
q) Riwayat perubahan rencana Mutu;
r) Daftar distribusi Rencana mutu;
s) Lingkup penerapan Rencana Mutu; dan
t) Referensi atau acuan yang digunakan dalam Rencana Mutu.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 33 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3) Hirarki 3 : Tingkat Tim Pelaksana berupa Rencana Mutu, termasuk


Petunjuk Pelaksanaan dan Instruksi Kerja yang diperlukan
Rencana Mutu terdapat 2 jenis, yaitu :
a) Rencana Mutu Proyek (RMP)  Dokumen SMM konstruksi yang
disusun oleh Unit Pelaksana sebagai pengguna barang / jasa dalam
rangka menjamin mutu konstruksi bidang Pekerjaan Umum. Dokumen
RMP digunakan sebagai panduan pelaksanaan pemantauan dan
peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan proyek dibandingkan
dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan program.
RMP minimal mencakup : kebijakan proyek; informasi proyek; struktur
organisasi proyek; lingkup kegiatan proyek; jadwal pelaksanaan
kegiatan; daftar peralatan kerja; bagan alir pelaksanaan kegiatan;
sistem manajemen mutu proyek; dan Daftar Simak.

b) Rencana Mutu Kontrak (RMK)  Dokumen SMM konstruksi yang


disusun oleh Penyedia Barang/Jasa barang/jasa untuk setiap kontrak
pekerjaan, digunakan untuk menjamin bahwa spesifikasi teknis yang
melekat pada kontrak antara Penyedia Barang/Jasa Barang/Jasa
dengan Pengguna Barang/Jasa sebagai wakil dari Departemen
Pekerjaan Umum dipenuhi sebagaimana mestinya.
RMK minimal mencakup : Informasi pengguna dan Penyedia
Barang/Jasa jasa; bagan organisasi pelaksana pekejaan termasuk
organisasi pengguna barang / jasa serta konsultan pengawas; uraian
tugas & tanggung jawab pelaksana pekerjaan; prosedur pelaksanaan
pekerjaan; prosedur instruksi kerja; bagian alir kegiatan pokok;
gambar kerja (shop drawing); daftar bahan; daftar peralatan; jadwal
kegiatan; & jadwal inspeksi; jadwal mobilisasi bahan, peralatan utama
dan personil inti; lembar kerja dan daftar simak.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 34 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

2.4 Mutual Check


Di bawah ini disajikan program mutual check yang dilakukan untuk
pengelolaan kontrak konstruksi. Sedang untuk pengelolaan kontrak pengadaan
barang, pengadaan jasa lainnya atau pengadaan jasa konsultansi maka
Pemilik/Pengguna, pada umumnya tidak memerlukan program mutual check kecuali
pengadaan barang yang bersifat operasi (contoh : alat kedokteran dengan teknologi
tinggi yang memerlukan penempatan khusus, pengoperasian secara khusus dengan
berbagai kelengkapan instalasi elektrikal dan/atau mechanical) dapat dilakukan
penyesuaian.
Mutual Check pada progress 0% disebut juga dengan MC-0 (joint check)
adalah kegiatan pemeriksaan lapangan bersama sebelum serah terima lokasi
pekerjaan. Jika hasil Mutual Check memerlukan penyesuaian volume sesuai
kebutuhan lapangan atau penyesuaian desain, maka :
1. Dibuat perhitungan volume ulang, lengkap dengan back up data
2. Jika ada penyesuaian desain (review), maka harus dibuat justifikasi teknis
3. Menerbitkan BA (Berita Acara) Penelitian Kontrak oleh Panitia Peneliti Kontrak
yang digunakan sebagai dasar perubahan kontrak (amandemen kontrak)
Panitia Peneliti Kontrak bertugas membahas perubahan kontrak, bersama :
1. Pemilik/Pengguna
2. Penyedia Barang/Jasa
3. Konsultan Pengawas
4. Pengawas Lapangan
5. Konsultan Perencanaan dan Tim Teknis lainnya yang terkait dengan pekerjaan.
Hasil pembahasan Mutual Check dituangkan ke dalam BA MC-0%. Dasar dari
Mutual Check yaitu Detail Engineering Design (DED) atau gambar desain dan hasil
ukur ulang bersama di lapangan. Bagi DED yang dikerjakan pada tahun anggaran
yang sama dan karena terbatasnya waktu serta tergesa-gesanya penyeleseian DED
tidak jarang ditemui hasil DED terdapat beberapa bagian yang tidak cocok dengan
kondisi lapangan. Pada kondisi tersebut perlu dilakukan pengukuran dan ploting
ulang untuk selanjutnya ditangani melalui perhitungan kembali dalam proses
perubahan kontrak. Hasilnya akan dituangkan di dalam Mutual Check.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 35 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

2.5 Pengawasan Pekerjaan


Penyedia Barang/Jasaan sarana/infrastrukstur di berbagai bidang pekerjaan
harus melalui proses penyelenggaraan kontrak pekerjaan meliputi tahap
perencanaan pekerjaan termasuk pekerjaan konstruksi, pelaksanaan beserta
pengawasan pekerjaan termasuk pekerjaan konstruksi, dan operasi serta
pemeliharaan.
Sebagai contoh penyelenggaraan pekerjaan konstruksi oleh
Pemilik/Pengguna dalam menyediakan infrastruktur bidang sarana/prasarana
pekerjaan umum harus memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Pelaksanaannya. Ketentuan tersebut
menyatakan bahwa penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib mewujudkan hasil
pekerjaan konstruksi yang handal dan bermanfaat dengan memenuhi ketentuan
tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, meliputi :
1. Keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan,
mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan/atau komponen bangunan, dan mutu
peralatan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku;
2. Keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Manfaat untuk masyarakat sesuai dengan perencanaan kelayakan.

Sebagai contoh bagi pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi, pada saat


menjamin tugas Satuan Kerja/Satuan Kerja Perangkat Daerah, wajib memenuhi
tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Hal tersebut memerlukan pedoman
pelaksanaan pemeriksaan keteknikan konstruksi sebagai acuan pengawasan melekat.
Pengawasan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi adalah pengawasan
melekat oleh penyelenggara pekerjaan konstruksi terhadap penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi bidang sarana dan prasarana pekerjaan umum. Pada bidang
tersebut, terdapat penekanan terhadap tertib penyelenggaraan dan hasil pekerjaan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 36 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

konstruksi yang meliputi aspek perencanaan pekerjaan konstruksi, pengadaan,


manajemen pengendalian, pelaksanaan kontrak.

2.5.1 Tujuan Pengawasan Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


Tujuan dari pengawasan Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Tercapainya
Tertib Memenuhi
Pengawasan Penyelenggaraan Aspek
Menjaga
Penyelenggaraan Perencanaan,
Kontrak Output
pengadaan,
Barang/Jasa
Hasil Pekerjaan manajemen
pelaksanaan
Outcome dan
pengendalian
kontrak.

Gambar 11. Skema Tujuan Pengawasan Penyelenggaraan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

2.5.2 Sasaran Pengawasan


Sasaran pengawasan penyelenggaraan kontrak pengadaan barang/jasa
untuk memastikan bahwa :
1. Proses perencanaan sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar sesuai
ketentuan yang berlaku dengan analisis yang menghasilkan perencanaan
yang tepat (proper design);
2. Proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa jasa sudah dilakukan secara taat,
lengkap dan benar sehingga menghasilkan Penyedia Barang/Jasa jasa yang
berkualifikasi sesuai kebutuhan paket yang diadakan;
3. Proses pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa sudah dilakukan secara
taat, lengkap dan benar sehingga menghasilkan produk pekerjaan konstruksi
yang berkualitas, hemat/ekonomis dan bermanfaat.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 37 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

2.5.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pengawasan penyelenggaraan kontrak pengadaan
barang/jasa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 12. Ruang Lingkup Pengawasan Penyelenggaraan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa

2.6 Struktur Dan Isi Kontrak


Dalam penyusunan kontrak perlu diketahui kelengkapan ketentuan dan isi
Kontrak. Adapun ketentuan dan isi kontrak yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Pembukaan
Pembukaan adalah ketentuan yang merupakan bagian dari surat perjanjian
yang mencakup:
a) Judul Kontrak
i. Menjelaskan tentang judul kontrak yang akan ditandatangani.
ii. Menjelaskan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan (pekerjaan jasa
pengadaan barang, jasa konstruksi, jasa konsultansi dan jasa
lainnya).

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 38 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

b) Nomor Kontrak
i. Menjelaskan nomor kontrak yang akan ditandatangani.
ii. Apabila Kontrak berupa perubahan Kontrak maka nomor kontrak
harus berurut sesuai dengan berapa kali mengalami perubahan.
c) Tanggal Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan, dan tahun kontrak, ditandatangani oleh
para pihak.
d) Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat pembuka dalam kontrak yang menjelaskan, bahwa
para pihak pada hari, tanggal, bulan dan tahun mereka membuat dan
menandatangani kontrak.
e) Para Pihak dalam Kontrak
i. Menjelaskan identitas dari para pihak yang menandatangani kontrak.
Identitas para pihak meliputi nama, jabatan, dan alamat serta
kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut, apakah sebagai pihak
pertama atau pihak kedua.
ii. Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:
Pihak pertama adalah pihak Pemilik/Pengguna.
Pihak kedua adalah pihak Penyedia Barang/Jasa yang telah ditunjuk
untuk melaksanakan pekerjaan.
iii. Menjelaskan bahwa pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas
nama siapa dan dasar kewenangannya.
iv. Apabila pihak kedua dalam kontrak merupakan suatu konsorsium,
kerjasama atau bentuk lainnya, maka harus dijelaskan nama bentuk
kerjasamanya, siapa saja anggotanya dan siapa yang memimpin dan
mewakili kerjasama tersebut.
f) Latar Belakang
Bagian ini menjelaskan latar belakang ditandatanganinya kontrak yang
meliputi informasi:
i. Bahwa telah diadakan proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang
telah sesuai dengan dokumen pemilihan.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 39 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

ii. Bahwa Pemilik/Pengguna telah menunjuk Penyedia Barang/Jasa


yang menjadi pihak dalam kontrak ini melalui suatu Surat
Penunjukan Penyedia Barang/Jasa Barang/Jasa (SPPBJ).

2. Isi Kontrak
a) Pernyataan bahwa para pihak telah sepakat atau setuju untuk
mengadakan kontrak mengenai obyek yang dikontrakkan sesuai dengan
jenis pekerjaannya.
b) Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui besarnya harga kontrak.
Harga kontrak harus ditulis dengan angka dan huruf serta rincian sumber
pembiayaannya.
c) Pernyataan bahwa ungkapan-ungkapan dalam perjanjian harus
mempunyai arti dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam
kontrak.
d) Pernyataan bahwa kontrak yang dibuat ini meliputi beberapa dokumen
dan merupakan satu kesatuan yang disebut kontrak.
e) Pernyataan bahwa apabila terjadi pertentangan antara ketentuan yang
ada dalam dokumen-dokumen kontrak, maka urutannya lebih dahulu
sesuai hirarkinya.
f) Pernyataan mengenai persetujuan para pihak untuk melaksanakan
kewajiban masing-masing. Kewajiban tersebut mencakup pihak pertama
membayar yang tercantum dalam kontrak dan pihak kedua melaksanakan
pekerjaan yaitu kapan dimulai dan diakhirinya pekerjaan tersebut.
g) Pernyataan mengenai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, yaitu kapan
dimulai dan diakhirinya pekerjaan tersebut.
h) Pernyataan mengenai kapan mulai efektif berlakunya kontrak.

3. Penutup
Penutup surat perjanjian memuat:
a) Pernyataan bahwa para pihak, dalam perjanjian ini telah menyetujui untuk
melaksanakan perjanjian sesuai ketentuan peraturan perundangan yang

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 40 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

berlaku di Indonesia pada hari dan tanggal penandatanganan perjanjian


tersebut.
b) Tanda tangan para pihak dalam Surat Perjanjian dengan dibubuhi materai.
c) Kontrak ditandatangani setelah ada penunjukan Penyedia Barang/Jasa.
Oleh karena itu tanggal penandatanganan kontrak tidak boleh mendahului
tanggal SPPBJ.

2.7 Titik Kritis Pelaksanaan Kontrak


Kritis adalah sebuah keadaan yang sangat krisis dan berada pada kondisi
aspek waktu adalah yang paling menentukan. Aspek tersebut memiliki potensi
masalah tingkat keburukan dan/atau kegagalan, kritis juga dapat disebut sebagai
sesuatu keadaan yang sudah berada di ambang batas normal dalam pengelolaan
kontrak. Sedangkan Titik Kritis adalah titik kejadian menurut alur proses
pengelolaan kontrak yang harus mendapat perhatian khusus pada setiap proses,
karena apabila diabaikan dapat menimbulkan masalah yang buruk dan/atau dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pengelolaan kontrak.
Istilah Lintasan Kritis pada umumnya dikenal dalam pengendalian waktu
pelaksanaan kegiatan/pekerjaan kontrak yang dalam penerapannya menggunakan
instrument Net Work Planning (NWP). NWP khususnya diterapkan untuk pekerjaan
konstruksi. Net Work Planning sendiri artinya adalah adalah sebuah jadwal kegiatan
pekerjaan berbentuk lintasan kritis dan harus menggambarkan pekerjaan utama
yang terletak pada lintasan kritis harus diprioritaskan pelaksanaannnya secara
berurutan disusul pekerjaan utama berikutnya tanpa ada keterlambatan.
Keterlambatan pekerjaan pada lintasan kritis akan berpengaruh pada kegiatan
berikutnya yang juga akan berpotensi terlambatnya kontrak. Pada umumnya lintasan
kritis pada diagram Net Work Planning (NWP) disebut sebagai Critical Line. Sebagai
contohnya seperti pada gambar di bawah ini.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 41 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Gambar 13. Critical Line pada diagram Net Work Planning (NWP)

Risiko penyimpangan (titik kritis) pengadaan barang/jasa oleh


Pemilik/Pengguna dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa, antara lain :
a) Jadwal pelaksanaan pengadaan yang disusun tidak realistis.
b) Tidak mengumumkan RUP secara terbuka
c) Merekayasa sistem ITE, mengulur waktu pengumuman yang seharusnya
sudah dilakukan selambat-lambatnya bulan april.
d) Kekeliruan Pemilik dalam menetapkan penanggung jawab kontrak yang
tidak kompeten.
e) Membocorkan dokumen pengadaan dan/atau perincian HPS kepada
rekanan yang akan dijagokan menjadi pemenang.
f) Menetapkan persyaratan lelang yang bersifat diskriminatif secara
berlebihan meskipun tidak berpengaruh pada output/hasil atau diluar yang
diperlukan. Jika kontrak tersebut adalah kontrak pengadaan barang/jasa
Pemerintah maka wajib menaati ketentuan dalam pasal 24 dan pasal 56
PERPRES no. 54/2010 beserta perubahannya, sehingga dalam pelaksanaan
kontrak dapat dihindari potensi terjadinya berbagai macam risiko baik risiko
kegagalan pekerjaan ataupun risiko penyimpangan serta penyelewengan
lainnya yang dilakukan oleh para pihak.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 42 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Untuk mengetahui hubungan dan memahami titik kritis pekerjaan yang


bersifat strategis dan yang berada pada lintasan strategis, maka titik kritis pekerjaan
harus berada pada lintasan strategis.
Bersifat Strategis adalah rencana tindakan atau tindakan yang disusun
dan/atau dilakukan berdasarkan strategi (taktik/trick), yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran secara khusus, dengan mempertimbangkan biaya, waktu, tempat/lokasi,
capaian, dan manfaat dari hasil yang akan dilakukan/diperbuat.
Adapun Berada pada Lintasan Strategis yaitu merupakan perencanaan
berdasarkan jangka waktu tertentu (jangka panjang/menegah) yang bersifat umum
dan di dalamnya mencakup pengembangan visi dan misi organisasi, serta tujuan-
tujuan pokok yang harus dicapai organisasi secara keseluruhan. Top Leader adalah
yang bertanggung-jawab dan berkepentingan dengan perencanaan ini.
Sedangkan Rencana Taktis merupakan rencana yang menjabarkan Rencana
Strategik menjadi rencana dengan target-target spesifik yang harus dicapai oleh
setiap divisi/bagian-bagian fungsi organisasi dan memuat tentang apa yang harus
dilakukan yang dituangkan dalam Blue Print Rencana Opersional. Bagaimana cara
melakukannya dan siapa yang bertanggungjawab pada setiap divisinya. Yang
bertanggungjawab untuk mengidentifikasikan tindakan-tindakan taktis spesifik yang
harus disusun dalam Rencana taktis ini adalah Leader Tingkat Menengah yang
membawahi divisi-divisi spesifik.

2.7.1 Pekerjaan yang Bersifat Strategis


Pekerjaan yang bersifat strategis adalah suatu pekerjaan yang harus
dilakukan berdasarkan rencana strategis dengan menggunakan cara-cara yang
taktis, dan merupakan pekerjaan yang bersifat prioritas dibanding pekerjaan lain
pada umumnya. Sasaran harus tercapai dengan tepat sehingga dapat memberi
manfaat bagi penggunanya (public).
Titik kritis pada pekerjaan, bersifat strategis dalam menentukan keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan pengadaan secara keseluruhan, ketidak jelasan struktur,
definisi-definisi, kriteria-kriteria, batasan-batasan, dan/atau kalimat hukum maupun
kalimat teknis termasuk peristilahannya yang tidak jelas dan/atau yang seharusnya

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 43 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

disempurnakan (asas kebebasan berkontrak KUH-Perdata pasal 1320 dan pasal


1338). Pada kenyataannya hal tersebut tidak dilakukan sehingga hal-hal yang
seharusnya dicantumkan justru tidak dicantumkan atau sebaliknya, dengan demikian
penyempurnaan definisi adalah wajib, yang meliputi :
1. Surat Perjanjian
2. Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)
3. Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)
4. Daftar kuantitas dan harga
5. Spesifikasi teknis
6. Gambar rencana atau desain
7. Dokumen-dokumen pelengkap lainnya yang telah disepakati dan ditetapkan
menjadi bagian tak terpisahkan
8. Dokumen administrasi lain selama berlangsungnya pelaksanaan kontrak

2.7.2 Pekerjaan/Kegiatan yang Berada pada Lintasan-Lintasan Strategis


Lintasan strategis dalam pelaksanaan pekerjaan/kegiatan kontrak adalah
urutan kegiatan baik penunjang ataupun pokok dalam suatu pelaksanaan kontrak
terutama bagi kontrak dengan kompleksitas yang tinggi dan bernilai besar. Setiap
kegiatan akan terkait satu dengan kegiatan yang lain, sehingga apabila terjadi
kesalahan koneksitas kegitan pekerjaan, bisa berdampak terhadap terlambatnya
pekerjaan secara keseluruhan.
Penetapan strategis pelaksanaan kegiatan secara nyata harus berdasar pada
manajemen resiko terhadap potensi-potensi penyebab keterlambatan pekerjaan
antara lain :
1. Keterlambatan terkait material
2. Keterlambatan terkait tenaga kerja
3. Keterlambatan terkait peralatan
4. Perencanaan yang tidak sesuai
5. Lemahnya kontrol waktu proyek
6. Keterlambatan Subkontraktor
7. Koordinasi yang lemah
8. Pengawasan yang tidak memadai

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 44 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

9. Metode pelaksanaan yang tidak sesuai


10. Kurangnya personil secara teknikal
11. Komunikasi yang lemah

Penjabaran pelaksanaan kegiatan/pekerjaan yang terletak pada lintasan


strategis pada umumnya digambarkan dalam :
1. Penjadwalan pekerjaan pengadaan barang berupa barchart dan/atau Curve
S untuk kontrak pengadaan barang
2. Penjadwalan pekerjaan konstruksi, kegiatan berupa barchart, curve S,
Network Planing dengan menggunakan Microsoft Project, Precedence
Diagram Methode, Critical Path Methode, Vector Diagram, dan dapat
dilengkapi dengan Work Breakdown Structure.

Titik kritis pada pekerjaan yang berada pada lintasan-lintasan strategis dan
memiliki dampak luas pada kelancaran dan keberhasilan pekerjaan adalah yang
dinyatakan sebagai suatu titik lintasan dimana lintasan yang satu tidak dapat
mendahului lintasan di depannya, meliputi :
1. Proses SPPBJ
2. Proses penyiapan dan penyerahan jaminan pelaksanaan
3. Proses penandatanganan kontrak
4. Proses penyerahan lokasi pekerjaan
5. Proses penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
6. Proses pelaksanaan PCM/RPP
Pemilik/Pengguna sebagai penanggung jawab pelaksanaan dan
pengendalian kontrak harus sudah menyelenggarakan RPP/PCM paling
lambat 7 hari kalender setelah SPMK, bersama dengan :
a) Penyedia Barang/Jasa (untuk pekerjaan konstruksi berskala besar
diwakili General Superintendent, sedang untuk pekerjaan konstruksi
yang tidak berskala besar diwakili oleh Site Manager), jika diperlukan
Unsur staf Direksi dapat dihadirkan.
b) Unsur Perencanaan (Konsultan Perencana)
c) Unsur Pengawasan (Konsultan Pengawas dan/atau Konsultan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 45 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Manajemen Konstruksi)
d) Tim pengawas lapangan Pemilik/Pengguna (bila Pemilik/Pengguna
mengangkat Tim Pengawas Lapangan)

Pemilik/Pengguna harus melakukan beberapa hal sebelum RPP/PCM seperti


yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 14. Tindakan Sebelum RPP/PCM

7. Proses mutual check/joint check dan penerbitan berita acaranya


8. Proses penerbitan amandemen kontrak (apabila ada)
9. Proses pengendalian pelaksanaan
10. Proses mengatasi keterlambatan apabila terjadi kontrak kritis (Show Cause
Meeting/SCM)

Bila Penyedia Barang/Jasa terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal,


maka Pemilik/Pengguna “harus” Memberi Peringatan Tertulis, dan dikenakan
ketentuan kontrak kritis. Kontrak dinyatakan kritis apabila :
a) Periode I : rencana pelaksanaan 0%-70%  terlambat > 10%
b) Periode II : rencana pelaksanaan 70%-100%  terlambat > 5%
c) Periode III : rencana pelaksanaan 70%-100%  terlambat < 5% sehingga
akan melampaui TA berjalan.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 46 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Jika kontrak terlambat, maka penanganan dengan Rapat Pembuktian ( Show


Cause Meeting/SCM), sedangkan bila dinyatakan kritis, maka direksi pekerjaan
menerbitkan Surat Peringatan kepada Penyedia Barang/Jasa dan segera dilakukan
Show Cause Meeting/Rapat Pembuktian Keterlambatan. Terdapat 3 uji coba (Test
Case) dalam SCM ini, antara lain :
a) Dalam SCM Tahap I, maka direksi pekerjaan, direksi teknis dan Penyedia
Barang/Jasa membahas dan menyepakati terhadap pencapaian rencana
prosentase kemajuan fisik yang wajib dipenuhi oleh Penyedia Barang/Jasa
dalam periode waktu tertentu pada Test Case I dengan Berita Acara SCM
Tahap I dan Test Case Critical Schedule 1.
b) Jika Penyedia Barang/Jasa gagal pada Test Case I, maka harus dilakukan
SCM Tahap II yang membahas dan menyepakati terhadap pencapaian
rencana prosen kemajuan fisik yang wajib dipenuhi oleh Penyedia
Barang/Jasa dalam periode waktu tertentu pada Test Case II dengan BA
SCM Tahap II dan Test Case Critical Schedule 2.
c) Jika Penyedia Barang/Jasa gagal pada Test Case II, maka harus dilakukan
SCM Tahap III  dibahas dan disepakati capaian rencana kemajuan fisik
yang wajib dipenuhi oleh Penyedia Barang/Jasa dalam periode waktu
tertentu pada Test Case (Uji Coba Usaha Atasi Keterlambatan), dengan BA –
SCM Tahap III dan Test Case Critical Schedule 3.

Pada setiap uji coba yang gagal, Pemilik/Pengguna harus terbitkan Surat
Peringatan kepada Penyedia Barang/Jasa atas keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan baik pada periode keterlambatan I, II atau III. Dalam hal terjadi
keterlambatan pada periode keterlambatan III (rencana fisik 70%-100%), maka
Pemilik/Pengguna setelah melakukan rapat, bersama atasan Pemilik/Pengguna
sebelum TA berakhir dapat langsung memutuskan kontrak secara sepihak dengan
mengesampingkan Pasal 1266 KUH-Perdata.

11. Proses perubahan kontrak


Perubahan kontrak dapat dilaksanakan bila terdapat perubahan gambar dan
spesifikasi serta disetujui oleh para pihak, meliputi :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 47 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

a) Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan


oleh para pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan
dalam kontrak;
b) Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan
dan/atau karena perubahan pelaksanaan pekerjaan.
c) perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan
pekerjaan.
Kepentingan untuk perubahan kontrak, Pemilik/Pengguna akan menugaskan
Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak. Perubahan kontrak akibat perubahan
signifikan seperti perubahan desain dan/atau spesifikasi teknis atau jenis
pekerjaan serta dalam lingkup yang besar meskipun balance budget.
Untuk dapat bisa dipertanggung jawabkan secara terukur baik teknis
maupun secara kuantitas maka Pemilik/Pengguna, Penyedia
Barang/Jasa/Kontraktor maupun Konsultan Pengawas harus menyusun :
a) Alasan profesional
b) Perhitungan struktur/teknis, dan dapat dibantu oleh Ahli/Tim Ahli
c) Perhitungan kuantitas secara detail
d) Gambar review design
e) Semua dokumen tersebut dihimpun menjadi Dokumen Justifikasi
Teknis untuk dimintakan Persetujuan kepada PA/KPA
Semua proses wajib dituangkan dalam Berita Acara Review Design dan
Justifikasi Teknis, sehingga dapat dipertanggung jawabkan mengingat
kontrak ini menggunakan uang negara.

12. Proses perpanjangan waktu pelaksanaan


Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh Pemilik/Pengguna,
bila ada :
a) Pekerjaan tambah
b) Perubahan desain
c) Keterlambatan yang disebabkan oleh Pemilik/Pengguna  peristiwa
kompensasi
d) Masalah yang timbul di luar kendali Penyedia Barang/Jasa

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 48 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

e) Keadaan kahar
Keadaan kahar adalah keadaan terjadi di luar kehendak Para Pihak
dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya sehingga kewajiban kontrak
tidak dapat dipenuhi.
Contoh :
Keadaan Kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa antara lain:
Bencana Alam; Bencana Non Alam; Bencana Sosial; Pemogokan;
Kebakaran; Gangguan Industri Lainnya, sebagaimana dinyatakan
dengan SKB Menkeu dan Menteri Teknis terkait. Namun tidak terbatas
hanya contoh di atas saja.

13. Peristiwa Kompensasi


Peristiwa kompensasi yang dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa
yaitu :
a) Pemilik/Pengguna mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;
b) Terlambat membayat kepada Penyedia Barang/Jasa;
c) Pemilik/Pengguna tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi atau
instruksi, sesuai jadwal yang dibutuhkan;
d) Penyedia Barang/Jasa belum bisa masuk ke lokasi pekerjaan sesua
jadwal dalam kontrak;
e) Pemilik/Pengguna perintahkan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk
melakukan pengujian tambahan, dan setelah dilaksanakan pengujian
ternyata tidak ditemukan kerusakan atau kegagalan atau
penyimpangan;
f) Pemilik/Pengguna perintahkan tunda pelaksanaan pekerjaan;
g) Pemilik/Pengguna perintahkan untuk atasi kondisi tertentu yang tidak
dapat diduga sebelumnya dan disebabkan oleh Pemilik/Pengguna;
h) Ketentuan lain yang disebutkan dalam SSKK.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 49 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Jika peristiwa kompensasi mengakibatkan pengeluaran tambahan dan/atau


keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka Pemilik/Pengguna wajib :
a) Membayar ganti rugi (biasanya ada claim) dan/atau
b) Memberikan perpanjangan waktu.

14. Proses pengendalian tahap lanjut dan ketaatan sistem pelaporan


15. Proses penerbitan, penyerahan jaminan pemeliharaan
16. Proses serah terima pekerjaan
Untuk keperluan serah terima pekerjaan Pemilik/Pengguna menetapkan
PPHP (Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan) :
a) PPHP diangkat dan ditetapkan oleh Pemilik/Pengguna.
b) SK pengangkatan dan penetapan harus dengan deskripsi tugas dan
tanggung jawab yang jelas
c) Pemilik/Pengguna sebagai penanggung jawab Instansi wajib
menyediakan biaya pendukung dalam rangka proses serah terima
pekerjaan.
d) Apabila diperlukan Tim Teknis atau Tim Pendukung untuk membantu
kerja PPHP maka honorarium dapat diberikan sesuai alokasi anggaran
yang tersedia pada nomor 16 butir C tersebut di atas.

Adapun susunan PPHP terdiri dari ketua merangkap anggota, sekretaris


merangkap anggota, dan para anggota lainnya. Tugas PPHP minimal
meliputi :
a) Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan sesuai ketentuan Kontrak;
b) Menerima hasil pekerjaan setelah melalui pemeriksaan/pengujian; dan
c) Membuat dan menandatangani BA Hasil Pemeriksaan Pekerjaan.

Penyedia Barang/Jasa mengajukan permintaan penyerahan pekerjaan selesai


100% kepada Manajemen Penanggungjawab Institusi melalui
Pemilik/Pengguna. Manajemen Penanggungjawab Institusi menunjuk
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) untuk menilai pekerjaan
selesai 100% :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 50 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

a) Bila masih terdapat kekurangan PPHP yang bersangkutan melalui


Pemilik/Pengguna perintahkan Penyedia Barang/Jasa untuk
perbaiki/melengkapi
b) PPHP yang bersangkutan menerima penyerahan pekerjaan setelah
seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai kontrak.

Gambar 15. Proses STPP dan STAP

17. Penghentian Kontrak dan Pemutusan Kontrak


Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau
terjadi Keadaan Kahar. Bila kontrak dihentikan, maka Pemilik/Pengguna
wajib membayar kepada Penyedia Barang/Jasa sesuai prestasi pekerjaan
yang dicapai termasuk :
a) Biaya langsung pengadaan Bahan dan Perlengkapan untuk pekerjaan
tersebut. Bahan dan Perlengkapan harus diserahkan oleh Penyedia
Barang/Jasa kepada Pemilik/Pengguna, dan selanjutnya menjadi hak
milik Pemilik/Pengguna;
b) Biaya langsung pembongkaran dan demobilisasi Hasil Pekerjaan
Sementara dan Peralatan;
c) Biaya langsung demobilisasi Personil
Pemutusan Kontrak dapat dilakukan oleh pihak Pemilik/Pengguna,
mengesampingkan pasal 1266 dan 1267 KUH-Perdata, melalui
pemberitahuan tertulis, apabila :
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 51 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

a) Penyedia Barang/Jasa cidera janji melaksanakan kewajiban dan tidak


memperbaiki dalam jangka waktu yang ditetapkan
b) Penyedia Barang/Jasa tanpa persetujuan pengawas pekerjaan tidak
memulai pelaksanaan pekerjaan.
c) Penyedia Barang/Jasa menghentikan pekerjaan selama 28 hari, dan
penghentian ini tidak dicantumkan dalam program mutu serta tanpa
persetujuan Pengawas Pekerjaan
d) Penyedia Barang/Jasa dalam keadaan pailit
e) Penyedia Barang/Jasa selama masa kontrak gagal perbaiki cacat mutu
dalam jangka waktu yang ditetapkan
f) Penyedia Barang/Jasa tidak mempertahankan keberlakuan jaminan
pelaksana
g) Berdasarkan penelitian Pemilik/Pengguna, Penyedia Barang/Jasa tidak
akan mampu menyelesaikan seluruh pekerjaan walaupun diberikan
kesempatan s/d. 50 hari sejak masa pelaksanaan berakhir
h) Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan setelah
diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan s/d 50 hr sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan ;
i) Penyedia Barang/Jasa terbukti KKN, kecurangan dan atau pemalsuan
dalam proses PB/J yang diputuskan oleh instansi berwenang
j) Pengaduan penyimpangan prosedur, dugaan KKN, dan atau
pelanggaran pesaingan sehat dalam PB/J dinyatakan benar oleh
instansi berwenang.
18. Proses penerbitan amandemen penutup pada akhir masa pelaksanaan untuk
kontrak harga satuan atau kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan.

2.7.3 Sengketa Kontrak


Dalam melaksanakan suatu kontrak maka para pihak harus bertindak
berdasarkan asas saling percaya dan saling mentaati terhadap ketentuan sesuai
dengan kewajiban-kewajiban dan hak-hak para pihak masing-masing. Mengingat
kontrak adalah perikatakan perdata dan merupakan Undang-Undang bagi para
pembuatnya yaitu antara Pemilik/Pengguna dengan Penyedia Barang/Jasa.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 52 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Demikian pula para pihak telah setuju dan sepakat untuk melaksanakan
kontrak/perjanjian dengan penuh kejujuran jujur tanpa menonjolkan kepentingan
masing-masing pihak. Apabila selama pelaksanaan kontrak, salah satu pihak merasa
dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan
tersebut. Masing-masing pihak dalam Kontrak berkewajiban untuk bertindak dengan
itikad baik sehubungan dengan hak-hak pihak lain, dan mengambil semua langkah
yang diperlukan untuk memastikan terpenuhinya tujuan Kontrak ini.
Meskipun demikian selama masa kontrak baik pada periode atau periode
pemeliharaan/masa garansi tidak menutup kemungkinan terjadinya perselisihan
kontrak/sengketa kontrak (contract dispute). Banyak faktor yang dapat berpotensi
menimbulkan terjadinya perselisihan kontrak/sengketa kontrak (contract dispute)
sebagaimana dibahas dalam bagian yang ada dalam buku informasi pengeloaan
kontrak ini.
Terdapat beberapa pilihan cara penyelesaian perselisihan kontrak/sengketa
kontrak (contract dispute) :
1. Para Pihak yaitu Pemilik/Pengguna dan Penyedia Barang/Jasa berkewajiban untuk
berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang
timbul dari atau berhubungan dengan kontrak ini.
2. Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam Kontrak dapat
dilakukan melalui beberapa pilihan yaitu :
a) Melalui cara diluar pengadilan umum (bersifat non litigasi dan non ajudikatif)
terdapat beberapa pilihan sebagai berikut :
i. Tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan tetapi hanya saran
dan/atau nasehat dan/atau rekomendasi penyelesaian perselisihan, yaitu
melalui cara :
• Musyawarah
• Mediasi
• Konsiliasi
• Penilai Ahli
ii. Memiliki kewenangan untuk memutuskan dalam penyelesaian perselisihan
dan keputusan bersifat final and binding (final dan mengikat), yaitu
melalui cara :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 53 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

• Arbitrase, dengan menggunakan lembaga permanen atau cara


arbitrase permanen
• Arbitrase, dengan menggunakan lembaga ad hoc atau cara arbitrase
ad hoc

b) Melalui lembaga peradilan umum pada umumnya melalui Pengadilan Negeri


(PN) setempat (bersifat litigasi dan ajudikatif). Majelis hakim pada PN memiliki
kewenangan untuk memutuskan suatu perkara dan sifat keputusan adalah
keputusan hukum yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).
Bagi pihak terhukum, apabila pihak terhukum tidak bisa menerima
keputusan hukuman tersebut masih terbuka upaya hukum ditingkat lebih
tinggi baik melalui upaya banding di Pengadilan Tinggi, kasasi di
Mahkamah Agung atau peninjauan kembali (PK) juga di Mahkamah
Agung.

3. Setiap kesepakatan pilihan penyelesaian perselisihan kontrak harus ditulis


secara jelas di dalam kontrak, artinya jika dipilih cara melalui Pengadilan
maka penyelesaian perselisihan melalui cara di luar pengadilan (Alternative
Dispute Resolution /ADR) menjadi tertutup, demikian sebaliknya.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 54 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

BAB III
MENYUSUN RENCANA PENGELOLAAN
PELAKSANAAN KONTRAK PBJ

3.1 Pengelolaan Jadwal Kontrak


Pemilik/Pengguna wajib memahami cara penyusunan rencana pengelolaan
jadwal pelaksanaan kontrak dan tidak tergantung dari layanan jasa konsultan. Dalam
penyusunan jadwal pelaksanaan kontrak Pemilik/Pengguna harus secara cermat
mempertimbangkan :
1) Jenis pengadaan barang/jasa
2) Lingkup pekerjaan
3) Target kuantitas atau target volume yang harus dicapai
4) Metode dan/atau cara pelaksanaan pekerjaan
5) Tingkat kerumitan dalam melaksanakan pekerjaan
6) Ketersediaan tenaga kerja, bahan/material, peralatan yang diperlukan,
dan/atau lokasi fabrikasi yang mudah menjangkau lokasi dimana barang atau
jasa tersebut harus disediakan
7) Tingkat kemudahan mobilisasi
8) Kapasitas kerja per satuan waktu  T = V/C
9) Target yang harus dicapai per satuan waktu
10) Target kuantitas/volume yang harus dicapai  QAE

Sehingga dengan mempertimbangkan kesepuluh variabel seperti tersebut di


atas akan dapat dihitung jadwal waktu yang diperlukan. Dengan diperolehnya jadwal
waktu yang diperlukan, maka Pemilik/Pengguna harus membandingkan dengan sisa
waktu yang tersedia sehingga dapat diputuskan layak atau tidaknya sisa waktu
tersebut.
Alternatif lain, apabila secara linier sisa waktu yang ada tidak cukup, maka
Pemilik/Pengguna dapat mengambil langkah dengan menentukan cara penanganan
pelaksanaan pekerjaan dengan sistem fast track schedule atau mempercepat
kinerjanya. Sistem tersebut dilakukan dengan cara memperbanyak tenaga kerja,

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 55 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

mobilisasi bahan dan peralatan yang memadai dan/atau menetapkan pabrikan atau
vendor dari beberapa sumber tetapi tidak mengubah spesifikasi atau merk.
Khusus untuk pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dapat ditetapkan metode
penjadwalan pelaksanaan pekerjaan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 16. Metode Penjadwalan Pelaksanaan Pekerjaan

3.2 Rencana Biaya Pelaksanaan Kontrak


Pemilik/Pengguna dan/atau timnya harus memahami jenis pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya, apakah pekerjaan tersebut termasuk jenis pengadaan
barang/jasa lainnya; pengadaan pekerjaan konstruksi/jasa lainnya; pengadaan jasa
konsultansi baik konsultan konstruksi maupun konsultan non konstruksi. Hal tersebut
penting mengingat masing-masing kelompok jenis pekerjaan tersebut memiliki
struktur komponen pembiayaan yang bisa sama atau bisa berbeda.
Pada dasarnya struktur komponen biaya tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis komponen, antara lain :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 56 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

1) Komponen biaya tenaga kerja dalam bentuk biaya untuk upah kerja baik dalam
satu-satuan waktu atau satu-satuan volume.
2) Biaya pengadaan bahan/material.
3) Biaya pengadaan barang-barang fabrikasi.
4) Biaya peralatan kerja (termasuk biaya bahan bakar, pelumas, dan operator)
untuk pekerjaan konstruksi atau biaya proses untuk barang-barang fabrikasi
untuk pengadaan barang.
5) Biaya tenaga ahli.
6) Biaya lainnya meliputi :
a) Biaya packing untuk barang.
b) Biaya transportasi untuk barang dan/atau bahan konstruksi fabrikasi.
c) Biaya import apabila barang dan/atau bahan konstruksi fabrikasi berasal
dari import.
d) Biaya asuransi dalam pengangkutan barang dan/atau bahan kontruksi
fabrikasi.
e) Biaya asuransi pekerja untuk pekerjaan konstruksi.
f) Biaya asuransi-asuransi lain di tempat kerja untuk pekerjaan konstruksi.
g) Biaya asuransi kegagalan konstruksi (sesuai perintah Peraturan Pemerintah
no. 29/2000 beserta perubahannya pasal 46)
h) Biaya testing dan commissioning untuk pengadaan barang tertentu (barang
dalam Penggunaannya diperlukan suatu proses operasional baik secara
mechanical dan/atau electrical)
7) Biaya overtime tenaga kerja
8) Profit atau keuntungan bagi Penyedia Barang/Jasa
9) Biaya sewa akomodasi atau pergudangan

Dari beberapa variabel biaya tersebut, maka Pemilik/Pengguna harus mampu


menyusun rencana biaya pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Hal tersebut
dituangkan ke dalam perhitungan yang dituangkan dalam dokumen harga perkiraan
sendiri/HPS (Owner Estimate/OE). Penyedia Barang/Jasa juga harus mampu
melakukan perhitungan secara profesional yang akan digunakan dalam pengajuan
penawaran pada proses pemilihan yang dituangkan ke dalam dokumen yang disebut

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 57 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

dengan rencana anggaran biaya dalam bentuk daftar kuantitas dan harga (Bill of
Quantity).
Masing-masing pihak dalam melakukan perhitungan atau kalkulasi biaya
secara keahlian pekerjaan dapat menggunakan beberapa data yang meliputi :
1) Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa dilokasi barang/jasa
diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya Pengadaan
Barang/Jasa yang dapat diperoleh dengan cara survey;
2) Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) atau lembaga pemerintah lainnya;
3) Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait
dan sumber data lain yang dapat dipertanggung jawabkan contohnya billing
rate dari INKINDO untuk biaya tenaga ahli jasa konsultansi dan biaya lain yang
terkait jasa konsultansi;
4) Daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang dapat diakses
secara terbuka;
5) Biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya/penyesuaian biaya berdasarkan
data indikator ekonomi dari BPS;
6) Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank
Indonesia atau data dari bank BUMN lainnya;
7) Hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan
instansi lain maupun pihak lain dengan mempertimbangkan faktor-faktor
penyesuaian;
8) Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana berupa
perhitungan Engineer Estimate (EE) dalam pekerjaan konstruksi;
9) Indeks harga sesuai yang tertera dalam data indikator ekonomi yang
diterbitkan oleh BPS pada saat perhitungan biaya dan dikalkulasikan dengan
menggunakan metode analisa percent value;
10) Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan seperti SNI untuk analisa
biaya pekerjaan konstruksi atau analisa harga satuan pekerjaan yang dapat
dipertanggung jawabkan.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 58 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Sebagai contoh :
1) Untuk pekerjaan konstruksi komponen biaya terdiri dari
a) Biaya upah tenaga kerja
b) Biaya bahan/material
c) Biaya peralatan
2) Untuk pengadaan barang, komponen biaya terdiri dari :
a) Harga barang hasil fabrikasi baik produk dalam negeri ataupun harga
import
b) Biaya suku cadang
c) Biaya instalasi dan pelatihan
d) Biaya testing dan commissioning
e) Biaya penanganan dan pengangkutan dimana bila barang tersebut berasal
dari import harus memperhitungkan ketentuan dalam INCO (Incoterm).
Untuk pengadaan barang di gambarkan sesuai ilustrasi di bawah ini

Gambar 17. Pengadaan Barang dalam INCO

i. Kelompok E – Keberangkatan
EXW EX Works (tempat yang ditentukan)
o Carriage/pengangkutan diatur oleh pembeli
o Risiko dan biaya berpindah kepada pembeli pada saat
barang sudah disediakan untuk pembeli
ii. Kelompok F – Main carriage tidak dibayar penjual
o FCA (Free Carrier)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh pembeli atau penjual
atas nama pembeli (sesuai opsi yang dipilih dan
dicantumkan dalam kontrak)
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 59 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

▪ Risiko dan biaya berpindah pada pembeli ketika barang


telah diserahkan kepada carrier pada tempat yang
ditentukan
o FAS (Free Alongside Ship)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh pembeli
▪ Risiko dan biaya berpindah kepada pembeli pada saat
barang telah ditempatkan disisi kapal
o FOB (Free On Board)
▪ Carriage/pengangkutan dibayar oleh pembeli
▪ Risiko dan biaya barang telah berpindah kepada pembeli
ketika barang telah melewati pagar kapal
iii. Kelompok C – Main carriage dibayar oleh penjual
o CFR (Cost and Freight)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko berpindah ke pembeli ketika barang telah
melewati pagar kapal
o CIF (Cost, Insurance and Freight)
▪ Carriage/pengangkutan dan asuransi diatur oleh penjual
▪ Risiko berpindah kepada pembeli ketika barang telah
melewati pagar kapal
o CPT (Carriage dibayarkan kepada….)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko berpindah kepada pembeli ketika barang
diserahkan kepada carrier
o CIP (Carriage dan asuransi dibayarkan kepada…)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko berpindah kepada pembeli ketika barang
diserahkan kepada carrier
iv. Kelompok D – Kedatangan
o DAF (Delivered at Frontier)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko dan biaya berpindah dari penjual kepada pembeli

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 60 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

ketika barang telah diserahkan sampai ke


perbatasan
o DES (Delivered Ex Ship)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko dan biaya berpindah dari penjual dan pembeli
ketika barang telah tersedia bagi pembeli di atas
kapal
o DEQ (Delivered Ex Quay)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko dan biaya berpindah dari penjual kepada pembeli
ketika barang disediakan kepada pembeli di tepi
laut (quay)
o DDU (Delivered Duty Unpaid)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko dan biaya transfer berpindah dari penjual kepada
pembeli ketika barang telah disediakan untuk
pembeli
o DDP (Delivered Duty Paid)
▪ Carriage/pengangkutan diatur oleh penjual
▪ Risiko dan biaya berpindah dari penjual kepada pembeli
ketika barang telah disediakan untuk pembeli
3) Untuk jasa lainnya, komponen biaya terdiri dari :
a) Kombinasi sebagian komponen biaya pekerjaan konstruksi dan pengadaan
barang
b) Komponen biaya yang diluar tersebut pada butir a) di atas yang merupakan
biaya profesi atas keterampilan tertentu
c) Biaya yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu kegiatan dengan
keterampilan khusus, misalkan penyelenggaraan perjalanan wisata,
penterjemahan, survey pengumpulan data, pagelaran, cleaning service,
security, dan lain-lain yang sejenis
4) Untuk jasa konsultan, komponen biaya terdiri dari :
a) Biaya personil minimal 60% dari biaya keseluruhan meliputi :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 61 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

i. Gaji/penghasilan tenaga ahli tetap atau tidak tetap


ii. Gaji/penghasilan tenaga terampil tetap atau tidak tetap
iii. Gaji/penghasilan tenaga pendukung
b) Biaya non personil maximal 40% dari biaya keseluruhan, meliputi :
i. Biaya administrasi
ii. Pengadaan bahan kerja
iii. Peralatan penunjang
iv. Akomodasi bagi tim konsultan
v. Biaya penyusunan laporan dan produk dari konsultan
vi. Biaya lain-lain yang tidak termasuk ke dalam biaya personil
Berlaku ketentuan apabila dalam pelaksanaan pekerjaan konsultan yang
bersifat khusus dalam lingkup yang luas dan diperlukan peralatan kerja
tertentu/spesifik, maka komponen biaya non personil diperkenankan dapat
lebih besar dari 40% dari biaya keseluruhan.

3.3 Kualitas Pelaksanaan Kontrak


Pada dasarnya kualitas pelaksanaan kontrak ditentukan oleh kinerja kedua
belah pihak yaitu pihak Pengguna dan pihak Penyedia Barang/Jasa yang sesuai
dengan struktur organisasi kerja masing-masing. Kualitas pelaksanaan kontrak
terbagi menjadi beberapa, yaitu :
1. Kualitas pelaksanaan kontrak untuk pekerjaan konstruksi dan/atau pengadaan
barang meliputi beberapa aspek sebagai berikut :
a) Ditentukan oleh kinerja Pengguna
1) Tingkat kualitas perencanaan kebutuhan yang digunakan dalam
pelaksanaan. Untuk pekerjaan konstruksi dipengaruhi oleh kualitas
engineering design/perencanaan teknis yang baik.
2) Tingkat kualitas sumber daya manusia dalam penyiapan dokumen
kontrak yang jelas dan dipahami dalam pelaksanaannya serta
kemampuan dalam menerapkan manajemen kontrak.
3) Tingkat kualitas penyusunan spesifikasi teknis yang lengkap sebagai
tolak ukur dalam manajemen pelaksanaan yang meliputi sistem
pengawasan, dan pengendalian dalam keberhasilan pelaksanaan dan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 62 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

pengukuran hasil kerja baik secara kuantitas, pencapaian sasaran


fungsional dan sasaran manfaat.
4) Tingkat kualitas penerapan sistem manajemen mutu dan prosedur kerja.
5) Tingkat kualitas penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan (K3L) bagi pekerjaan konstruksi
dengan risiko sedang sampai tinggi.
6) Tingkat kualitas komunikasi kerja dengan organisasi Penyedia
Barang/Jasa.
b) Ditentukan oleh kinerja Penyedia Barang/Jasa
1) Tingkat kemampuan pemahaman terhadap dokumen perencanaan yang
disusun oleh Pengguna terutaman pemahaman terhadap engineering
design.
2) Tingkat kualitas sumber daya manusia untuk melaksanakan semua
ketentuan yang tertera dalam dokumen manajemen kontrak.
3) Tingkat kemampuan untuk memahami dan melaksanakan pekerjaan
secara taat sesuai dengan ketentuan dalam dokumen spesifikasi teknis.
4) Tingkat kualitas penerapan sistem manajemen mutu dan prosedur kerja.
5) Tingkat kualitas penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan (K3L) bagi pekerjaan konstruksi
dengan risiko sedang sampai tinggi.
6) Tingkat kualitas komunikasi kerja dengan organisasi Pengguna.
7) Tingkat kemampuan terhadap pembiayaan dalam pelaksanaan kontrak
dan kemampuan untuk memobilisasi tenaga kerja, bahan/material, serta
peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

2. Kualitas pelaksanaan kontrak untuk jasa lainnya ditentukan oleh kinerja


Pengguna dan Penyedia Barang/Jasa yang meliputi beberapa aspek berikut :
a) Unsur kombinasi dari pekerjaan konstruksi dan/atau pengadaan barang.
b) Tingkat keterampilan tenaga kerja tertentu yang menangani pekerjaan-
pekerjaan pokok dalam kontrak jasa lainnya.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 63 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3. Kualitas pelaksanaan kontrak untuk jasa konsultansi meliputi beberapa aspek


sebagai berikut :
a) Ditentukan oleh kinerja Pengguna
1) Tingkat kualitas perencanaan kebutuhan layanan jasa konsultansi bagi
Pengguna.
2) Tingkat kualitas sumber daya manusia dalam penyiapan dokumen
kontrak yang jelas dan dipahami dalam pelaksanaannya serta
kemampuan dalam menerapkan manajemen kontrak.
3) Tingkat kualitas penyusunan KAK yang lengkap sebagai tolok ukur dalam
manajemen pelaksanaan yang meliputi sistem pengawasan, dan
pengendalian dalam keberhasilan pelaksanaan dan pengukuran hasil
kerja baik secara kuantitas, kualitas, pencapaian sasaran fungsional dan
sasaran manfaat.
4) Tingkat kualitas penerapan sistem manajemen mutu dan prosedur kerja.
5) Tingkat kualitas komunikasi kerja dengan organisasi Penyedia
Barang/Jasa.
6) Tingkat kemampuan melakukan pengujian terhadap hasil kerja dan
produknya bagi jasa konsultan perencana/studi sesuai kaidah keilmuan,
khusus untuk pelaksanaan kontrak jasa konsultansi perencanaan/studi.

b) Ditentukan oleh kinerja Penyedia Barang/Jasa


1) Untuk konsultan pengawas/konsultan MK adalah kualitas pengawasan
yang mampu mengendalikan pelaksanaan kontrak sesuai jadwal kerja,
pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas hasil kerja. Ketaatan
konsultan pengawas memenuhi jadwal layanan yang disampaikan pada
saat mengajukan penawaran. Mengingat jenis kontrak konsultan
pengawas adalah time based
2) Untuk konsultan perencana/konsultan studi adalah kualitas produk jasa
konsultan perencana/studi untuk memenuhi kebutuhan Pengguna
(product DED/produk studi). Ketaatan konsultan perencana/konsultan
studi untuk menyampaikan laporan tahapan penyusunan produk yang
terdiri dari laporan pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 64 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Mengingat jenis kontrak konsultan perencana/konsultan studi adalah


output based. Untuk konsultan perencana/studi diwajibkan produk akhir
dari perencanaan/studi dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa
data analisa dan perhitungan berdasarkan metodologi termasuk data
primer atau sekunder serta data-data lain yang diperlukan yang disajikan
secara ilmiah dan profesional berdasarkan kejujuran intelektual. Setiap
kontrak jasa konsultan perencanaan/studi harus menyajikan produknya
yang dapat dipertanggung jawabkan dan dapat diterapkan. Khusus
untuk jasa konsultan perencanaan pekerjaan konstruksi yang produknya
disebut dengan detail engineering design (DED) wajib bertanggung
jawab secara profesional terhadap produk perencanaannya sampai
dengan pekerjaan konstruksi tersebut selesai dilaksanakan.

Tahapan prosedur pekerjaan untuk pekerjaan pelaksanaan kontrak


pengadaan barang, pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi, pelaksanaan kontrak
jasa lainnya, dan pelaksanaan kontrak jasa konsultansi dilakukan oleh Pengguna
dengan cara sebagai berikut :
1. Menerapkan pengendalian secara penuh tahapan-tahapan pelaksanaan kontrak
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak dan
Syarat-Syarat Khusus Kontrak.
2. Melakukan pengujian secara check and balance hasil pelaksanaan terhadap
ketentuan pada SSUK dan SSKK.
3. Menerapkan tindak turun tangan secara cepat dan tepat apabila terjadi
permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan kontrak khususnya terhadap
hal-hal yang menyangkut :
a) Perubahan kontrak dengan review design atau review teknis
b) Perpanjangan waktu pelaksanaan
c) Keterlambatan pelaksanaan
d) Pelaksanaan kontrak yang tidak dapat diselesaikan oleh Penyedia
Barang/Jasa
e) Pemberian kesempatan
f) Pemutusan kontrak dan/atau pengenaan sanksi

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 65 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

g) Tindak lanjut terhadap pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh


Penyedia Barang/Jasa pada akhir masa pelaksanaan

Pengendalian atau kontrol terhadap mutu hasil kerja atau pengujian hasil
kerja :
1. Pengguna melakukan pengendalian mutu atau pengujian mutu di setiap tahapan
pelaksanaan mulai dari mutu bahan sampai dengan mutu hasil kerja
menggunakan prosedur baku sebagaimana yang diatur dalam spesifikasi teknis
baik secara langsung ataupun secara laboratorium.
2. Melakukan tindak turun tangan apabila terdapat kualitas bahan yang digunakan
tidak sesuai dengan spesifikasi dan menyampaikan penolakan kepada Penyedia
Barang/Jasa (rejected).
3. Melakukan tindak turun tangan apabila terdapat kualitas hasil kerja yang
dinyatakan cacat mutu kepada Penyedia Barang/Jasa untuk segera mengganti
bagian pekerjaan yang mengalami cacat mutu.
4. Khusus untuk pelaksanaan kontrak jasa konsultansi/MK apabila didapati
penempatan personil yang tidak sesuai, maka segera memerintahkan untuk
dilakukan penggantian. Dalam hal ini personil telah sesuai tetapi kualitas
pengawasannya tidak sesuai standart yang ditentukan dalam SSUK, SSKK, dan
KAK Pengguna segera memberikan peringatan tertulis.
5. Khusus pelaksanaan kontrak jasa konsultansi pengawasan/MK Pengguna harus
melakukan pemotongan pembayaran apabila personil yang ditempatkan tidak
ada atau bertugas tidak sesuai jadwal mengingat pembayarannya dilakukan
dengan kontrak time based.
6. Khusus pelaksanaan kontrak jasa konsultansi perencanaan/studi apabila produk
yang dihasilkan tidak sesuai dan menyimpang dari kaidah keilmuan dan
kejujuran intelektual. Pengguna dapat menolak dan mengembalikan produk
tersebut untuk diperbaiki sesuai dengan ketentuan yang ada dalam SSUK, SSKK,
KAK, kaidah keilmuan, dan kejujuran intelektual.
7. Pengendalian mutu termasuk mengendalikan keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan dan Pengguna wajib melakukan denda terhadap keterlambatan
pelaksanaan kontrak.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 66 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3.4 Pengelolaan Risiko Dalam Pengelolaan Kontrak

3.4.1 Definisi risiko dalam pengadaan barang/jasa


Dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah, risiko
kontrak adalah setiap kemungkinan yang dapat terjadi dan berakibat
timbulnya kerugian materiil atau non materiil. Akibat lain dari risiko
adalah terhambatnya pencapaian tujuan pelaksanaan kontrak pengadaan
barang/jasa pemerintah. Beberapa sifat risiko, antara lain:
1. Langsung, misalnya: risiko berupa kerusakan atau hilangnya suatu benda.

2. Tidak langsung, misalnya: dalam hal suatu pelaksanaan kontrak fasilitas


untuk penanganan pekerjaan ataupun gudang bahan agi Penyedia
Barang/Jasa mengalami kebakaran.

3. Tanggung gugat, misalnya: dalam hal perusahaan beton siap pakai salah
dalam melakukan mixing dan tidak sesuainya spesifikasi, maka produsen
akan mengalami gugatan dari Penyedia Barang/Jasa yang membeli produk
beton campuran tersebut, sedangkan Penyedia Barang/Jasa akan dapat
terkena gugatan dari Pengguna atau Pengguna akan menolak pekerjaan
yang sudah dihasilkan oleh Penyedia Barang/Jasa berdasarkan hubungan
hubungan kontraktual.

4. Risiko yang ditimbulkan dari pihak lain, misalnya: jika seorang kontraktor
tidak menyelesaikan suatu proyek, maka dapat menimbulkan suatu kerugian
terhadap tenaga kerja yang dipekerjakan, terhadap subkontraktor sebagai
mitra kerja dan/atau bisa juga terhadap vendor sebgai sub Penyedia
Barang/Jasa yang telah memasok barang secara benar tetapi Penyedia
Barang/Jasa menurunkan kualitas dari apa yang telah ditentukan oleh
Pengguna.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 67 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Gambar 18. Proses Pengelolaan Risiko

Gambar 19. Jenis-Jenis Risiko

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 68 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Jenis-jenis risiko dapat dibedakan dengan berbagai cara (Djojosoedarso,


2003) antara lain :
1. Risiko yang tidak disengaja (resiko murni) yaitu risiko yang apabila terjadi
menimbulkan kerugian dan terjadi tanpa sengaja misalnya resiko terjadinya
kebakaran, bencana alam, pencurian, penggelapan, pengacauan dsb
2. Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif) yaitu risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar terjadinya ketidakpastian
memberikan keuntungan kepadanya, misalnya risiko utang piutang,
perjudian, perdagangan berjangka (hedging) dsb
3. Risiko fundamental adalah rIsiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan
kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya seseorang tetapi banyak
orang misalnya banjir, angin topan dsb.
4. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan
umumnya mudah diketahui penyebabanya seperti kapal kandas, pesawat
jatuh, tabrakan mobil dsb.
5. Risiko Dinamis adalah risiko yang timbul akibat perkembangan dan kemajuan
(dinamika) masyarakat dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi
kebalikannya disebut risiko statis seperti kematian dan hari tua.

Jenis risiko dilihat dari sisi sumber/penyebab risiko dapat dibedakan ke


dalam 2 bagian, yaitu :
1. Risiko intern yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri,
seperti kesalahan kerja, korupsi, kesalahan manajemen dsb.
2. Risiko Ekstern risiko yang berasal dari luar perusahaan seperti risiko
pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan kebijakan
pemerintah dsb.

Jenis risiko yang dapat tidaknya risiko tersebut dialihkan ke pihak lain,
antara lain :
1. Risiko yang dapat dialihkan ke pihak lain dengan mempertanggungkan suatu
objek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 69 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

sejumlah premi asuransi sehingga kerugian menjadi tanggungan (pindah) ke


pihak perusahaan asuransi.
2. Risiko yang tidak dapat dialihkan ke pihak lain (tidak dapat diasuransikan),
umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif.

3.4.2 Gejala munculnya risiko


Gejala yang memungkinkan munculnya risiko dalam pengelolaan kontrak
adalah sebagai berikut :
1. Konsolidasi
Konsolidasi yang lemah antara kedua belah pihak yaitu Pengguna dan
Penyedia Barang/Jasa
2. Globalisasi
Pasar bebas yang berpengaruh terhadap tingkat persaingan antar Penyedia
Barang/Jasa sehingga menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat yang
akan menjadi penyebabnya munculnya risiko
3. Kompleksitas
Kompleksitas dan tingkat kerumitan suatu pekerjaan pengadaan barang/jasa
(misalkan pengadaan barang yang memerlukan teknologi khusus yang
belum dikenali baik oleh Penyedia Barang/Jasa maupun Pengguna, atau
pekerjaan konstruksi dengan metodologi baru yang belum umum diterapkan)
4. Langkanya personil
Langkanya personil berkualitas dari sisi Pengguna dan Penyedia Barang/Jasa
5. Evolusi teknologi
Teknologi informasi yang terus berkembang, sehingga belum begitu dikuasi
antar kedua belah pihak
6. Diferensiasi pekerjaan
Adanya sifat pekerjaan dalam kontrak yang dapat menimbulkan risiko karena
adanya perbedaan karakter dari jenis pekerjaan yang sangat besar (misalkan
antara bagian pekerjaan mechanical dengan bagian pekerjaan sipil, antara
pekerjaan pengadaan barang dengan instalasi barang tersebut yang akan
digunakan)

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 70 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

7. Penawaran terlalu rendah


Karena penawaran yang tidak responsible sehingga harga tidak realistis
(terlalu rendah)
8. Regulasi
Regulasi pemerintah yang semakin ketat termasuk salah satu hambatan
dalam pengelolaan kontrak (misalkan pengadaan barang yang memerlukan
barang import, barang tersebut kesulitan untuk masuk ke dalam negeri
dikarenakan regulasi pemerintah yang ketat).

Meskipun risiko pengelolaan kontrak tersebut belum terjadi namun tetap


harus dilakukan penanganan (mitigasi) dengan cara menurunkan level risiko
dari level tinggi sampai pada level terendah sehingga risiko tersebut dapat
diterima oleh kedua belah pihak yaitu Pengguna dan Penyedia Barang/Jasa.
Pilihan tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil mitigasi risiko adalah:
1. Menerima risiko
2. Menghindari risiko
3. Menurunkan dampak risiko
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
5. Membagi atau mentransfer risiko
6. Mengalihkan risiko
Dengan pertimbangan bahwa penanganan risiko harus dilakukan dengan
cara yang efisien, maka tidak semua risiko harus ditangani. Risiko yang berada
dalam batas toleransi (dapat diterima) oleh kedua belah pihak dapat dibiarkan
saja (misalkan terjadinya pengeluaran biaya lebih tetapi masih dalam batas,
akibat kehilangan material/tercecernya material atau kelebihan stok,
pembiayaan akibat lembur untuk mengejar keterlambatan, tingkat
pengamanan yang minimal, dan yang sejenis).

3.4.3 Persiapan pengelolaan risiko


Sebelum menyiapkan pengelolaan risiko dalam pengelolaan kontrak maka
terlebih dahulu dapat memposisikan jenis-jenis pelakuan risiko. Jenis-jenis
tersebut sesuai yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 71 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Tabel 2. Jenis-Jenis Perlakuan Risiko

JENIS-JENIS PERLAKUAN RISIKO


MENGHINDARI • Dilakukan dengan tidak melakukan aktivitas yang
dapat menimbulkan risiko
• Risiko jauh melebihi manfaat dari aktivitas, atau
risiko sulit diukur
• Organisasi mempunyai opsi untuk menghindar
• Menghindari dari risiko seringkali menghilangkan
kesempatan
BERBAGI • Memecah proses menjadi tahapan yang ditangani

(SHARING) oleh institusi lain dan masing-masing bertanggung


jawab atas tahapan kerjanya
• Melakukan joint financing, joint venture
• Harus dianalisa untuk menentukan apakah risiko
dapat dibagi
TRANSFER • Membeli asuransi, reasuransi, melakukan hedging
• Memastikan apakah risiko telah benar-benar
ditransfer (tanpa recourse)
• Mentrasfer risiko menimbulkan risiko baru bahwa
pihak yang menerima transfer (transferfree) tidak
melaksanakan kewajiban sesuai kesepakatan
MENGURANGI • Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko melalui

ATAU MEMITIGASI pembuatan prosedur dan pengawasan internal,

RISIKO pelatihan, sosialisasi internal


• Mengurangi dampak atas terjadinya risiko melalui
contingency plan, Penyedia Barang/Jasaan
cadangan dana, meningkatkan public relation
MENERIMA • Risiko tidak dapat dihindari atau dikurangi karena

RISIKO sudah merupakan bagian integral dari lingkup kerja


organisasi
• Sudah diamanatkan oleh undang-undang

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 72 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Beberapa penerapan opsi seperti yang tertera tabel di atas adalah sebagai
berikut:
1. Opsi menghindari, terdiri dari :
a) Hanya dapat dilakukan bila risiko tersebut belum terjadi atau timbul dari
suatu operasi tertentu yang dapat dihindari oleh organisasi
b) Bila risiko tersebut sudah lama ada, umumnya tidak dapat dihindari
karena sudah merupakan bagian dari bisnis
c) Perlu dianalisa berapa manfaat yang hilang dengan menghindari risiko
tersebut
d) Menghindari satu risiko dapat mendatangkan risiko lain, no action is an
action
2. Opsi risk sharing/transfer, terdiri dari :
a) Efektifitasnya tergantung dari :
1) Jenis risiko yang ditransfer/share, misalnya risiko kebakaran dapat
ditransfer dengan mudah, tetapi risiko fraud sangat sulit
2) Tergantung dari perjanjian : kekurang hati-hatian dalam menyusun
perjanjian dapat mengakibatkan suatu risiko tidak tertransfer sesuai
rencana
3) Segala jenis risiko saat ditransfer akan berubah menjadi risiko
counterparty
b) Biaya adalah pertimbangan. Besaran biaya tergantung dari besarnya
risiko yang di transfer/share dan berapa besar kemungkinan risiko
tersebut terjadi
3. Opsi mitigasi
a) Opsi mitigasi adalah opsi yang paling banyak digunakan untuk mengelola
beragam jenis risiko
b) Opsi ini perlu diperhitungkan dengan matang cost benefit serta
kebutuhan sumber daya dan waktunya
c) Biaya dan upaya harus dibandingkan dengan hasil yang terbentuk
besaran penurunan tingkat kegawatan risiko
d) Risiko harus diprioritaskan terutama yang berada di zona merah.
Seringkali keterbatasan sumber daya serta anggaran memungkinkan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 73 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

pengelolaan atas beberapa risiko tertentu saja


e) Diupayakan metode kombo di mana satu treatment dapat mengelola
beberapa risiko sekaligus
4. Opsi menerima
a) Risiko yang tidak dapat dimitigasi sama sekali karena memang sudah
merupakan bagian bisnis dari organisasi
b) Upaya untuk memitigasi akan sangat mahal atau sukar dilaksanakan
c) Opsi diterima HANYA dapat diambil bila benar-benar risiko ini dipikirkan
untuk treatment dengan berbagai cara namun tidak memungkinkan
d) Harus ada alasan kuat sebelum memutuskan sebuah risiko harus
diterima
e) Risiko ini seringkali signifikan namun tidak bisa ditreat.

Dari jenis perlakuan risiko maka selanjutnya ditetapkan manajemen


pengelolaan risiko secara berkelanjutan dalam pelaksanaan kontrak, terdiri dari :
1. Hubungan antara prinsip, kerangka kerja dan proses manajemen risiko
sebagaimana digambarkan pada diagram di bawah ini.

Gambar 20. Bagan Prinsip, Kerangka Kerja, dan Proses Manajemen Risiko

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 74 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

2. Komponen-komponen kerangka kerja manajemen risiko, sebagaimana


digambarkan pada diagram di bawah ini.

Gambar 21. Komponen Kerangka Kerja Manajemen Risiko

3. Komponen-komponen proses manajemen risiko, sebagaimana digambarkan


pada diagram di bawah ini.

Gambar 22. Komponen Proses Manajemen Risiko


Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 75 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

note : kerangka tersebut diambil dari sistem manajemen risiko ISO 31000 dan
nomor clause yang tertera dalam skema adalah mengikuti ISO 31000.

Pelaksanaan penanganan risiko harus memperhatikan petunjuk penanganan


sebagai berikut :
1. Pihak yang terlibat dalam penangan risiko harus memahami proses pelaksanaan
kontrak.
2. Penyusunan rencana penanganan risiko melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan risiko.
3. Rencana penanganan risiko harus SMART. S M A R T y a i t u :
a) Specific, Pentingnya menetapkan target yang spesifik; benar-benar spesifik.
Hindari target yang terlalu umum atau kurang mendetail. Target tidak boleh
ambigu, harus jelas, dan dipaparkan dengan bahasa yang lugas.
b) Measurable (terukur), Pentingnya kriteria yang digunakan untuk mengukur
besarnya kemajuan yang dibuat dalam mencapai target.
c) Achievable, Tetapkan tujuan yang realistis dan dapat dicapai.
d) Realistic, membuat tujuan yang relevant.
e) Time bound, membuat dan menetapkan tenggat waktu.
4. Memperhatikan dan dialamatkan pada penyebab yang menimbulkan risiko.
5. Memperhatikan biaya dan manfaat.
6. Bukan untuk mengurangi jumlah risiko tetapi hanya untuk menurunkan level
risiko.
7. Rencana penanganan risiko yang telah disusun harus dijalankan.

3.5 Jenis Risiko Jadwal Dalam Pelaksanaan Kontrak


3.5.1 Kelengkapan spesifikasi dan model birokrasi dalam penentuan jadwal
Menurut Supply Positioning Model (SPM) bahwa perlu menentukan skala
prioritas atas Penggunaan spesifikasi yang jelas, serta biaya dan jenis
barang/jasa yang akan diadakan. Melalui penentuan skala prioritas ini dapat
dikenali apakah diperlukan waktu proses pengadaan yang panjang atau tidak.
Penetapan jadwal harus mempertimbangkan panjang pendeknya rantai pasok
(produk dalam negeri atau produk impor) dan proses instalasi, testing dan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 76 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

commissioning, pelatihan dan proses administrasinya. Hal ini dikecualikan bagi


barang habis pakai yang dapat disediakan cepat.
Membuat strategi penetapan jadwal berdasarkan hubungan antara
spesifikasi, jenis barang/jasa, dan lamanya proses untuk mengenali dan
menetapkan tingkat risiko yang akan terjadi.
Model birokrasi diperlukan karena model birokrasi akan termasuk menjadi
faktor yang berpengaruh terhadap penetapan jadwal dan termasuk sebagai
faktor risiko atas terhambatnya proses.
Supply Positioning Model (SPM) dapat digambarkan seperti pada kurva di
bawah ini.

Gambar 23. Kurva Supply Positioning Model (SPM)

1. Posisi dari pengadaan barang/jasa


a) Routine (Rutin)
Barang/Jasa yang bernilai rendah, sederhana, dibutuhkan secara
berulang namun jika tidak tersedia, hal tersebut tidak begitu
mengganggu fungsi organisasi dalam pelayanan kepada publik, sangat
banyak tersedia di pasar.
Contoh : Pengadaan kertas, alat tulis kantor, alkes habis pakai, jasa
kebersihan, pengadaan jasa pelatihan, pengadaan makanan ternak.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 77 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

b) Leverage (Umum)
Barang/Jasa yang bernilai tinggi, lingkup luas/jumlah banyak, tersedia di
pasar, bersifat standar atau barang/jasa pada umumnya dan jika
kebutuhannya dipenuhi akan meningkatkan kinerja organisasi secara
signifikan.
Contoh : Pengadaan truk sampah, pengadaan alat kesehatan
thermometer, gedung puskesmas, pengadaan obat bersifat umum, dan
makanan pasien dll

c) Bottleneck (Khusus)
Barang/Jasa yang bernilai rendah dengan risiko tinggi, bersifat sangat
spesifik atau memilki kekhususan sehingga Penyedia Barang/Jasanya
tidak banyak dan apabila tidak tersedia sangat mempengaruhi kinerja
organisasi Pemilik/Pengguna.
Contoh : Pengadaan tong sampah, amroll, pengadaan bangunan TPA
sampah, USG, jarum suntik, kaporit untuk air bersih, konstruksi
bangunan RSUD Tipe C, dll

d) Critical (Kritikal)
Barang/jasa dengan sifat :
1) Nilai tinggi dan risiko tinggi,
2) Lingkup yang luas,
3) Jarang dibutuhkan,
4) Sangat jarang tersedia di pasar,
5) Jika saat dibutuhkan harus mempertimbangkan banyak faktor yang
bersifat sangat spesifik atau karakter tertentu.

Contoh : pengadaan alat khusus (pengadaan power plant turbin gas,


alat kedokteran hitech : RMI, CT Scan, CPBM, atau alat-alat berat).

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 78 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Adapun karakteristik item di setiap kuadran seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Karakteristik Item Kuadran SPM

KETERANGAN ROUTINE LEVERAGE BOTTLENECK CRITICAL


Risiko Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Pengadaan
terhadap
Instansi
Jenis Standart Standart Variatif (tidak Variatif
barang/jasa standart) (tidak
standart)
Jumlah Sangat Banyak Sedikit Sedikit
Penyedia banyak
Barang/Jasa
Barang/Jasa
Jumlah nilai Rendah Tinggi Rendah Tinggi
pembelian
Daya tarik Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Penyedia
Barang/Jasa
Barang/Jasa

Peran dan kemampuan Pengguna sebagai faktor penting dalam


menetapkan jadwal dan memperkirakan risiko yang akan terjadi.
Selanjutnya merencanakan daftar kebutuhan dan jadwal pengadaan
barang/jasa di instansi masing-masing sesuai kategori item :
1) Routine
2) Leverage
Penetapan paket-paket
3) Bottlenect pengadaan barang/jasa
4) Critical Selanjutnya dibuat dokumen pengadaan
barang/jasa berdasarkan pada RUP dan RPP

2. Posisi dari pekerjaan konstruksi


Supply Posisitioning Model (SPM) pada Pekerjaan Konstruksi dapat
digambarkan seperti pada kurva di bawah ini.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 79 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

KOMPLEKSITAS dan RISIKO PEKERJAAN


• Organisasi : Tenaga Teknis banyak. • Organisasi : Tenaga Teknis banyak
• Pemeriksaan Pekerjaan : jenis • Pemeriksaan Pekerjaan : jenis dan
pemeriksaan banyak, jumlah jumlah pemeriksaan banyak.
pemeriksaan sedikit. • Dibutuhkan Intensitas tinggi dalam
• Dibutuhkan Intensitas periodic dalam pengendalian dan monitoring
pengendalian dan monitoring pelaksanaan.
pelaksanaan.

▪ Organisasi : Tenaga Teknis sedikit. ▪ Organisasi : Tenaga Teknis sedikit.


▪ Pemeriksaan Pekerjaan : jenis dan ▪ Pemeriksaan Pekerjaan : jenis pemeriks
jumlah pemeriksaan sedikit. sedikit, jumlah pemeriksaan banyak.
▪ Dibutuhkan Intensitas periodik dalam
▪ Dibutuhkan Intensitas rendah dalam
pengendalian dan monitoring pelaksanaan
pengendalian dan monitoring
pekerjaan.
pelaksanaan.

BIAYA PEKERJAAN
Gambar 24. Supply Positioning Model (SPM) Pekerjaan Konstruksi

3.5.2 Kejadian tak terduga


Identifikasi mengenali faktor-faktor penyebab risiko jadwal, yaitu :
1. Tingkat dan sifat spesifikasi barang/jasa (tinggi, sedang atau rendah)
2. Lama proses (produk dalam negeri atau import)
3. Kesiapan vendor untuk barang/jasa import dan panjang rantai pasok
4. Volume barang/jasa
5. Karakter teknis barang/jasa (langsung dipakai/habis dipakai/tidak habis
dipakai atau harus diinstalasi lebih dahulu termasuk pengujian dan pelatihan
bagi operatornya)
6. Tingkat dan sifat birokrasi setempat
7. Menetapkan risiko terduga atau tidak terduga terhadap jadwal pelaksanaan
secara keseluruhan
Adapun jenis-jenis risiko jadwal dalam pelaksanaan kontrak, antara lain :
1. Keterlambatan dan diputusnya kontrak
2. Keterlambatan tetapi tidak diputus kontrak
3. Kegagalan dalam memenuhi sasaran Penggunaan barang/jasa bagi Pengguna,
karena kontrak diputus pada posisi belum dapat diselesaikan oleh Penyedia

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 80 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Barang/Jasa
4. Sengketa kontrak bila jadwal disusun tidak realistis dan proses pengadaan
menggunakan waktu yang minimal, dapat berdampak terjadinya kegagalan
baik pada tahap proses pengadaan, tahap pelaksanaan kontrak, tahap akhir
masa pelaksanaan atau pada tahap pemanfaatan
5. Risiko kerugian keuangan atau risiko ekonomi.

3.6 Pengelolaan Risiko Jadwal Pelaksanaan Kontrak

3.6.1 Manajemen risiko jadwal


Mengelola risiko artinya adalah menentukan tindakan yang harus diambil
sebelum terjadinya risiko atas menggunakan jadwal. Adapun cara-cara untuk
mengelola risiko jadwal, yaitu :
1. Menetapkan sifat barang/jasa yang akan diadakan
2. Menetapkan volume dan membuat forecast tentang kemampuan Penyedia
Barang/Jasa
3. Mempertimbangkan ketersediaan waktu secara tepat terutama untuk kontrak
tahun tunggal
4. Mengenali dan mengukur secara merata kapasitas kemampuan dan
permasalahan Penyedia Barang/Jasa berdasarkan pelaksanaan kontrak yang
sebelumnya pernah dilaksanakan
5. Menjabarkan kegiatan dan mengelompokkan bagian yang kritis dan yang
tidak kristis dari setiap satu-satuan pengadaan.
6. Memilih metode penetapan jadwal secara benar dan terukur khusunya bagi
pekerjaan konstruksi dan merumuskan secara logis jadwal yang digunakan,
dan tidak memaksakan jadwal yang seharusnya tidak cukup
7. Mengelola penetapan penganggaran dengan jadwal secara tepat terutama
bagi Pemilik/Pengguna dan berusaha mengelola pada pengadaan
barang/jasa yang berbiaya besar tidak dipaksakan menggunakan anggaran
perubahan.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 81 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3.6.2 Solusi tindakan atas risiko jadwal


Tabel 4. Solusi Tindakan Atas Risiko Jadwal

PERISTIWA FAKTOR PENYEBAB SOLUSI


1. Kontrak terlambat Kemampuan Penyedia Menggunakan tenaga
karena kesalahan Barang/Jasa kurang ahli yang profesional
Penyedia Barang/Jasa memadai
2. Kontrak terlambat Kemampuan Pengguna Menggunakan tenaga
karena kesalahan kurang memadai ahli yang profesional
Pengguna
3. Kontrak terlambat dan Penyedia Barang/Jasa Menggunakan batuan
gagal manfaat akibat terlalu sibuk dan fokus tenaga ahli yang
Penyedia Barang/Jasa pada pekerjaan yang lain profesional dalam
tidak segera memulai bidangnya
pelaksanaan kontrak
4. Kontrak terlambat Gambar dan spesifikasi Menggunakan tenaga
akibat kondisi lapangan lapangan tidak diuraikan ahli yang dapat
tidak sesuai dokumen dengan jelas dan membuat gambar dan
teknis (gambar dan terperinci spesifikasi lapangan
spesifikasi) secara terperinci

5. Kontrak terlambat Terjadinya bencana alam Mempersiapkan dan


akibat keadaan kahar melakukan training
atau kejadian luar pasca kejadian luar
biasa biasa atau bencana
alam
6. Kontrak terlambat dan Para pihak kurang Kedua pihak harus
pekerjaan selesei menguasai isi atau menguasai dan
namun tidak memenuhi ketentuan dalam kontrak mempelajari isi dan
ketentuan kontrak ketentuan kontrak

3.7 Jenis Risiko Biaya Dalam Pelaksanaan Kontrak


3.7.1 Kenaikan biaya pengiriman
Risiko akibat kenaikan biaya dalam pengiriman barang/jasa sangat
mungkin terjadi apabila kondisi ekonomi nasional tidak stabil atau kondisi
ekonomi global yang fluaktuatif. Kondisi ini akan dirasakan terutama untuk
barang/jasa yang berasal dari import. Langkah yang harus dilakukan adalah
bahwa pada saat Pengguna mengkalkulasikan perkiraan biaya atau Harga
Perkiraan Sendiri (HPS) diharuskan untuk menghitung dengan kecermatan dan
pengetahuan yang luas terutama terkait dengan perkembangan ekonomi pada

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 82 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

saat HPS dibuat. Adapun beberapa pertimbangan yang harus digunakan oleh
Pengguna pada saat menghitung HPS, yaitu :
1. Teliti jenis pengadaan barang/jasa berdasarkan SPM
2. Perhitungkan semua komponen biaya yang mungkin timbul selama kontrak
berlangsung.
3. Komponen biaya yang dimaksudkan adalah :
a) Harga langsung barang/jasa (apabila barang/jasa berasal dari hasil
fabrikasi), dengan menggunakan data harga pasar.
b) Harga untuk menanganinya (handling cost) meliputi : biaya packing,
pengangkutan (Model E-F-C-D) dan biaya pabean
c) Hitung biaya : instalasi, testing-commissioning dan pelatihan (jika
diperlukan)
d) Hitung biaya penyimpanan jika barang harus distock
e) Perkirakan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang
f) Biaya packing
g) Biaya akibat perluasan rantai pasok
h) Biaya keagenan
i) Biaya bank bila barang/jasa bersifat spesifik dan harganya tinggi
j) Biaya asuransi yang timbul selama pengangkutan
k) Pajak-pajak
4. Pengguna harus melihat perkembangan harga dengan menggunakan
indikator ekonomi yang terbit secara periodik dari BPS untuk membuat
forecasting indek harga.

3.7.2 Pengurangan nilai tukar mata uang dan Inflasi


Pengurangan nilai tukar mata uang akan berpengaruh dalam keberhasilan
kontrak. Apabila nilai tukar tidak diperhitungkan dimungkinkan akan terjadi
beberapa risiko, antara lain :
1. Penyedia Barang/Jasa tidak berminat sehingga proses pemilihan dapat
gagal, kebutuhan gagal dan tertundanya sebagian tupoksi Pemilik/Pengguna
2. Apabila pemilihan sudah terlaksana dan ditetapkan pemenangnya,
kemungkin Penyedia Barang/Jasa akan tidak bersedia menandatangani

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 83 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

kontrak, lebih baik diblack list daripada rugi finasial


3. Dalam hal kontrak sudah terjadi maka Penyedia Barang/Jasa akan berusaha
mencari barang yang kemungkinan tidak memenuhi spec, jika Pengguna
tidak memahami spec atau sifat barang/jasa yang dibutuhkan
4. Dalam hal kontrak sudah terjadi ternyata Penyedia Barang/Jasa tidak dapat
memperoleh barang/jasa karena HPS terlalu rendah kemungkinan Penyedia
Barang/Jasa akan ingkar dan tidak melaksanakan kontrak, meskipun harus
menerima sanksi putus kontrak. Tetapi Pengguna akan menghadapi masalah
baru yang diakibatkan oleh gagalnya kontrak, yaitu tertundanya kebutuhan
untuk pelayanan publik.
Pengguna dalam mengkalkulasikan biaya dalam HPS atau Penyedia Barang/Jasa
harus memiliki kemampuan mem-forecast (peramalan) pergerakan nilai tukar
untuk periode kedepan pada saat kontrak ditanda tangani menggunakan analisa
regresi atau present value.

3.7.3 Pajak
Perhitungan beban biaya perpajakan secara akurat akan mengurangi
terjadinya risiko. Perhitungan biaya pajak bagi barang/jasa terbagi dalam 2
jenis, yaitu dalam negeri dan import atau dari luar negeri.
1. Perhitungan biaya pajak bagi barang/jasa dalam negeri sesuai dengan
regulasi yang berlaku, meliputi :
a) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
b) Pajak Penghasilan (PPh)
c) Pajak-pajak daerah yang dikenakan mengingat diberlakukannya
otonomi daerah seperti pajak bahan galian C untuk pekerjaan konstruksi
d) Pajak-pajak lain yang mungkin timbul
2. Perhitungan biaya pajak bagi barang/jasa import atau dari luar negeri
sesuai regulasi dalam negeri dan kemungkinan regulasi negara produsen,
meliputi :
a) Pajak dalam negeri
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2) Pajak Penghasilan (PPh)

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 84 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3) Pajak-pajak daerah yang dikenakan mengingat diberlakukannya


otonomi daerah seperti pajak bahan galian C untuk pekerjaan
konstruksi
4) Pajak import atau pajak bea masuk dan biaya pabean lainnya.
5) Pajak-pajak lain yang mungkin timbul
b) Pajak negara produsen
1) Pajak sesuai yang berlaku di negara produsen
2) Pajak transaksi barang-export impor
3) Pajak gudang sebelum barang/diangkut (sesuai lead time)
4) Pajak-pajak lainnya.

Dampak risiko terhadap total biaya apabila tidak memperhitungkan pajak,


antara lain :
1. HPS tidak akurat, tetapi dalam peraturan pengadaan barang/jasa pemerintah
sudah diberikan pembatasan bahwa biaya untuk overhead dan profit sebesar
10% dan untuk pekerjaan konstruksi maksimal overhead dan profit adalah
15%, angka presentase ini yang sering dipakai APH atau Auditor untuk
menyatakan markup atau tidak.
2. Perlu dilakukan kalkulasi ulang apabila ada peraturan baru di bidang
perpajakan
3. HPS atau harga penawran yang tidak memperhitungkan beban pajak akan
menjadikan HPS atau penawaran biaya tidak akurat dan berdampak
pengurangan mutu untuk menutup biaya beban pajak tersebut.

3.7.4 Biaya tak terduga


Disamping biaya-biaya yang sudah dapat diperhitungkan dalam
pembahasan sebelumnya, maka yang tidak kalah penting adalah Penyedia
Barang/Jasa. Penyedia Barang/Jasa perlu menghitung biaya tak terduga yang
mungkin terjadi selama proses berlangsungnya kontrak. Agar tidak menjadi
risiko akibat biaya terbut timbul tetapi pos penganggarannya tidak disiapkan.
Sedangkan Pengguna dalam hal pengadaan barang/jasa pemerintah dilarang
menetapkan secara tersendiri biaya tak terduga. Hal ini harus sudah termasuk

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 85 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

dalam harga satuan pekerjaan yang tidak boleh muncul dalam analisa harga
satuan.
Khusus untuk Pengguna dalam mengkalkulasikan biaya tidak terduga
tersebut harus sudah diperhitungkan termasuk dalam biaya satuan pekerjaan
atau biaya satuan upah, bahan dan peralatan. Beberapa komponen biaya tak
terduga yang dimungkinkan muncul dalam pelaksanaan kontrak, yaitu :
1. Biaya bongkar muat barang
2. Biaya koordinasi
3. Biaya keamanan lingkungan masyarakat
4. Biaya kehilangan akibat tercecernya material/spare parts
5. Biaya lain-lain sebagai bentuk kepedulian lingkungan.
Untuk menghindari risiko kegagalan biaya terutama bagi Penyedia
Barang/Jasa, Penyedia Barang/Jasa tersebut harus memiliki seorang cost
estimator yang handal sehingga dapat memperhitungkan biaya-biaya tak
terduga yang muncul dari pengalaman sebelumnya. Hal ini untuk menghindari
terjadi risiko biaya dalam penawaran agar harga yang ditawarkan layak dari
berbagai segi, guna menghindari terjadinya kegagalan pelaksanaan kontrak.
Disamping itu agar Penyedia Barang/Jasa dalam mengajukan penawaran pada
saat tender adalah harga yang realistis, bukan harga penawaran yang asal
rendah dan menang.

3.8 Pengelolaan Risiko Biaya Pelaksanaan Kontrak


Manajemen risiko biaya dan solusi tindakan terhadap risiko biaya dapat
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Manajemen Risiko Biaya dan Solusi Tindakan
PERISTIWA FAKTOR PENYEBAB SOLUSI
1. Harga kontrak di 1. Kondisi ekonomi nasional 1. Pengguna harus
bawah harga tidak stabil atau kondisi mengkalkulasikan HPS dan
pasar saat ekonomi global yang menghitung dengan
pelaksanaan fluaktuatif kecermatan dan
pekerjaan. 2. Kenaikan biaya dalam pengetahuan yang luas
Penyedia pengiriman barang/jasa terutama terkait dengan
Barang/Jasa perkembangan ekonomi
berindikasi pada saat HPS dibuat
mengalami 2. Penyedia Barang/Jasa
kerugian menyampaikan penawaran
yang realistis
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 86 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

1. Dalam pelelangan 1. Pengguna ataupun Menggunakan tenaga ahli yang


tidak ada peminat Penyedia Barang/Jasa memiliki kemampuan dan
tidak memiliki pengetahuan mengenai mem-
kemampuan untuk mem- forecast nilai tukar mata uang
forecast nilai tukar mata
uang ke depan
2. Melemahnya nilai tukar
mata uang dan inflasi
1. Lelang dan lelang HPS tidak akurat, karena Perlu dilakukan kalkulasi ulang
ulang gagal tidak ada perhitungan beban pada bidang perpajakan dalam
biaya perpajakan menghitung HPS

3.9 Jenis Risiko Kualitas Dalam Pelaksanaan Kontrak


3.9.1 Spesifikasi yang kurang sesuai dan Pengujian yang kurang tepat
Risiko Kualitas dalam Pelaksanaan Kontrak, adalah tingkat kemungkinan
terjadinya kondisi antara hasil dalam pelaksanaan kontrak dibawah spesifikasi
yang ditentukan dalam kontrak yang dipersyaratkan, baik teknis maupun
capaian fungsi. Pada umumnya secara teknis disebut dengan “under
specification”, akibat dari “under specification” tersebut adalah sebagai berikut :
1. Spesifikasi Teknis yang ditetapkan tidak sesuai atau tidak jelas kriterianya,
hal ini disebabkan oleh faktor terbatasnya kemampuan Pengguna, tim
teknis penyusun spesifikasi yang tidak handal atau konsultan perencana
teknis yang tidak menguasai bidang pekerjaannya.
2. Pelaksanaan pengujian hasil pelaksanaan kontrak oleh Pengguna tidak
akurat dan/atau dilakukan dengan cara yang kurang tepat yang
disebabkan kurang profesionalnya tenaga ahli yang membidangi pengujian
tersebut.
3. Kurangnya dukungan anggaran bagi Pengguna dalam kegiatan pengujian,
baik pengujian bahan, pengujian hasil kerja dan/atau pengujian fungsi
melalui cara pengujian internal atau oleh lembaga pengujian yang
terakreditasi.
4. Tidak mampunyai Pengguna yang mengenali lebih dini terjadinya hasil
pelaksanaan kontrak yang kualitasnya dibawah spesifikasi, baru setelah
kontrak terselesaikan dan diaudit kegagalan kualitas tersebut diketahui

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 87 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

oleh Auditor atau aparat penegak hukum yang berakibat terjadinya


permasalahan hukum.
5. Pengguna tidak segera memperbaharui dan/atau memperbaiki kondisi
yang tidak mendukung tersebut berupa kegagalan spesifikasi atau
kegagalan cara pengujian. Pengguna harus segera mengambil langkah
secara kontraktual.

3.9.2 Kerusakan barang


Kerusakan barang pada saat pelaksanaan kontrak sering terjadi. Barang
yang didatangkan dari dalam negeri ataupun luar negeri/import dapat berisiko
mengalami kerusakan. Adapun faktor penyebab risiko kerusakan barang baik
sebagian atau keseluruhan komponen, yaitu :
1. Sistem asembling yang tidak ditetapkan secara baik dalam kontrak.
2. Cara pengepakan yang tidak diuraikan dengan jelas
3. Tidak adanya sistem penjaminan kondisi barang melalui pertanggungan
asuransi yang diwajibkan bagi Penyedia Barang/Jasa
4. Buruknya penanganan barang pada saat forwarding
5. Tidak profesionalnya tenaga Penyedia Barang/Jasa yang menangani
forwarding dan delivery barang
6. Tidak dimilikinya standar penanganan yang ditetapkan oleh Pengguna dan
yang wajib dilaksakan oleh Penyedia Barang/Jasa
7. Pengguna tidak memiliki siatem monitoring terhadap barang yang
diadakan.
8. Dalam hal-hal kerusakan barang yang disebabkan oleh fungsi operasi
barang maka hal ini banyak disebakan oleh berbagai faktor anatara lain :
a) Tidak tepatnya spesifiaksi barang dengan beban kerja
b) Kualitas barang yang dipasok oleh Penyedia Barang/Jasa termasuk
barang dengan merk yang tidak direkomdasi atau tidak umum di
pasaran
c) Dukungan teknisi, workshop, dan suku cadang dari peneydia yang
tidak siap setiap saat.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 88 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

d) Proses testing dan commissioning yang dilakukan oleh Pengguna atau


timnya tidak akurat dan hanya sebatas untuk memenuhi formalitas
penerbitan sertfikat layak fungsi.
e) Pengguna tidak menguasai barang seperti apa yang dibutuhkan tetapi
hanya berorientasi menghabiskan anggaran.

Risiko spesifikasi yang kurang sesuai, cara pengujian yang tidak tepat, serta
kerusakan barang dalam pelaksanaan kontrak akan menimbulkan beberapa akibat.
Akibat yang akan timbul oleh beberapa hal tersebut antara lain :
1. Akan menjadi faktor penyebab masalah pada saat dilakukan audit.
2. Akan menjadi potensi risiko hukum pidana bagi Pengguna maupun Penyedia
Barang/Jasa, apabila ada laporan dari masyarakat yang menggunakan haknya
dalam pengawasan publik.
3. Berpotensi terjadinya kegagalan fungsi dan kegagalan manfaat serta tidak
dapat dicapainya umur ekonomi dari barang yang diadakan (bagi pengadaan
barang).
4. Potensi terjadinya kegagalan bangunan dan/atau gagal manfaat bangunan
akibat tidak dapat dicapainya umur pertanggungan jawaban atas kegagalan
bangunan (bagi pekerjaan konstruksi).
5. Pemborosan anggaran dan bila pengadaan/kontrak dibiayai dari anggaran
pemerintah maka berindikasi sangat kuat terjadinya kerugian keuangan
negara.
6. Tidak tercapainya target kinerja minimal bagi Pengguna barang/jasa yang
telah menandatangani kontrak.
7. Tertundanya fungsi pelayanan kepada masyarakat.

3.10 Pengelolaan Risiko Atas Kualitas


Terdapat langkah untuk mengatasi kegagalan kualitas akibat dari risiko
digunakannya spesifikasi yang kurang sesuai, pengujian yang kurang tepat
dan/atau kerusakan barang. Langkah tersebut adalah memanajemen risiko
kualitas dan mencari solusi tindakan atas risiko kualitas.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 89 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3.10.1 Manajemen risiko kualitas


Tindakan awal persiapan pengadaan barang/jasa oleh Pengguna berupa :
1. Menyusun dan menetapkan spesifikasi secara akurat, dan apabila
Pengguna tidak mampu dapat menyerahkan kepada Tim Ahli.
2. Mencari referensi Spesifikasi sebanyak mungkin untuk barang/jasa yang
sama dan yang akan diadakan, serta menyusun matriks perbandingannya
dari beberapa spesifikasi tersebut.
3. Menetapakan cara pengujian sesuai yang dibutuhkan dalam pengadaan
barang/jasa yang dimulai sejak pengujian bahan, proses pembuatan dan
hasil kerja.
4. Menyiapkan dokumen pengadaan secara lengkap dan mengatur jadwal
baik jadwal pengadaan dan jadwal kontrak secara realistis sehingga
Penyedia Barang/Jasa memiliki kesempatan cukup untuk menyiapkan
penawarannya dan melaksakan kontraknya bila ditetapkan sebagai
pemenenang.
5. Melakukan semua tahapan kontrak sesuai ketentuan tanpa adanya proses
yang dilewati/dilompati untuk menghindarai ditemukannya risiko pada
saat barang/jasa sudah dibayar.

Pengguna harus melakukan tindakan terhadap Penyedia Barang/Jasa berupa :


1. Menerapkan manajemen risiko secara ketat dan terus menerus selama
jangka waktu kontrak termasuk manajemen pelaksanaan kontrak,
manajemen pengendalian, dan manajemen mutu sejak kontrak
ditandatangani
2. Menetapkan solusi apabila kondisi nomer 1 sudah diterapkan ternyata
tetap saja terjadi risiko spesifikasi, risiko pengujian atau risiko kerusakan.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 90 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Akibat
PENGGUNA Spesifikasi
Tidak Sesuai Dikendalikan:

1. Manajemen
Akibat Risiko
RISIKO 2. Solusi
KONTRAK Pengujian
KUALITAS Terhadap
Kurang Tepat
Terjadinya
Risiko
Akibat
PENYEDIA
BARANG/JASA
Kerusakan
Barang

Gambar 25. Manajemen Risiko Kualitas dan Solusinya

3.10.2 Solusi tindakan atas risiko kualitas


Tabel 6. Solusi Tindakan Atas Risiko Kualitas

PERISTIWA FAKTOR PENYEBAB SOLUSI


1. Hasil pekerjaan di 1. Terbatasnya 1. Menggunakan
bawah standart kemampuan tenaga ahli yang
spesifikasi secara Pengguna, tim teknis profesional yang
nasional berdasarkan penyusun spesifikasi memiliki
SNI yang tidak handal kemampuan dan
atau konsultan pengetahuan
perencana teknis tentang penyusunan
yang tidak spesifikasi tersebut.
menguasai bidang 2. Memiliki referensi
pekerjaannya spesifikasi
2. Spesifikasi kontrak 3. Studi pustaka
tidak sesuai dengan
kebutuhan dan
ketentuan SNI
2. Pengujian yang Ketidakmampuan atau Sebelum menunjuk
kurang tepat saat tidak professional tenaga ahli, terlebih
pelaksanaannya tenaga ahli yang dahulu tenaga ahli

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 91 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

PERISTIWA FAKTOR PENYEBAB SOLUSI


ditunjuk tersebut harus lolos uji
oleh Pengguna.
3. Kerusakan barang 1. Pengepakan barang 1. Cara pengepakan
saat pengiriman baik yang tidak sesuai dan pengiriman
dari dalam negeri standart barang harus
maupun luar 2. Menurut Pengguna, diuraikan dengan
negeri/import Sistem jelas dan terperinci
pengangkutan dalam kontrak
menyalahi kontrak. 2. Sebelum mengirim
Tetapi ketentuan Penyedia
teknis pengepakan Barang/Jasa harus
dalam kontrak tidak ajukan SOP
diuraikan secara pengiriman dan
jelas meminta ijin kepada
Pengguna

3.11 Dokumentasi Rencana Pengelolaan Kontrak


3.11.1 Metode dan Instrumen Dokumentasi
Dokumentasi asal katanya adalah dokumen yang berarti barang tertulis.
Dalam melaksanakan metode dokumentasi, kedua belah pihak yaitu Pengguna
dan Penyedia Barang/Jasa menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat catatan harian dan
sebagainya. Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :
1. Pedoman Dokumentasi yang memuat garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya
2. Check List, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Delam
hal ini peneliti membbubuhkan tanda atau tally setiap pemunculan data
yang dimaksud.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 92 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3.11.2 Mekanisme Dokumentasi


Pendokumentasian adalah kegiatan penyimpanan data dan informasi,
catatan dan/atau keterangan yang dibuat dan/atau diterima oleh satuan
organisasi/unit organisasi. Hal ini guna membantu Pemilik/Pengguna juga bagi
Penyedia Barang/Jasa apabila pada suatu saat terdapat permintaan informasi
yang umumnya dari pihak auditor atau pihak manajemen puncak. Tahapan dalam
pendokumentasian meliputi :
1. Setiap satuan organisasi/unit organisasi membuat ringkasan untuk
masing-masing jenis informasi.
2. Verifikasi Informasi : setiap informasi diverifikasi sesuai dengan jenis
kegiatannya.
3. Otentikasi Informasi : dilakukan untuk menjamin keaslian informasi
melalui validasi informasi oleh setiap satuan organisai/unit organisasi.
4. Pengkodean Informasi : dilakukan untuk mempermudah pencarian
informasi yang dibutuhkan melalui metode pengkodean yang ditentukan
oleh masingmasing satuan organisasi/unit organisasi.
5. Penataan dan Penyimpanan Informasi : dilakukan agar dokumentasi dan
informasi lebih sistematis.
6. Klasifikasi dokumen : administrasi, visual, gambar-gambar, foto-foto,
sample-sample dan dokumen lainsesuai dengan ketentuan kontrak.

3.12 Klaim (Claim)


3.12.1 Pengertian Klaim
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, klaim berarti tuntutan pengakuan
atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) atas
sesuatu. Pada umumnya dalam praktik kontrak konstruksi sering dijumpai
terjadinya "klaim" atau tuntutan dimana terdapat ketidak cocokan atas
apa yang telah disepakati dalam kontrak yang telah dibuat yang dapat
menimbulkan sengketa antara para pihak (dispute). Ketidak cocokan baik
terhadap hasil pekerjaan, waktu, kualitas dan hal-hal yang berhubungan dalam
kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak-pihak dalam penyelenggaraan
konstruksi (Pemilik/Pengguna, Konsultan ataupun Penyedia Barang/Jasa).

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 93 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Klaim konstruksi adalah klaim yang timbul dari pelaksanaan suatu


pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna jasa dan Penyedia Barang/Jasa jasa
atau antara Penyedia Barang/Jasa jasa utama dengan sub Penyedia Barang/Jasa
jasa atau pemasok bahan atau antara pihak luar dengan pengguna/Penyedia
Barang/Jasa jasa yang biasanya mengenai permintaan tambahan waktu, biaya,
atau kompensasi lain.

3.12.2 Jenis Klaim


Menurut Tela dan Saleh (2007), klaim terbagi dalam 4 jenis, antara lain :
1. Klaim tambahan biaya dan waktu
Klaim jenis ini biasanya mengenai permintaan tambahan waktu dan tambahan
biaya. Diantara beberapa jenis klaim, dua jenis klaim ini yang sering timbul
akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
2. Klaim biaya tak langsung (overhead)
Penyedia Barang/Jasa jasa yang terlambat menyelesaikan suatu pekerjaan
karena sebab-sebab dari pengguna jasa, meminta tambahan biaya overhead
dengan alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan belum selesai.
3. Klaim tambahan waktu
Penyedia Barang/Jasa jasa hanya diberikan tambahan waktu pelaksanaan
tanpa tambahan biaya karena lasan-alasan tertentu.
4. Klaim kompensasi lain
Dalam beberapa kondisi, Penyedia Barang/Jasa jasa selain mendapatkan
tambahan waktu juga mendapatkan kompensasi lain.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 94 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Menurut Berry et al. (1990), klaim terbagi dalam 4 (empat) kategori utama,
yaitu :

Gambar 26. Jenis Klaim

3.12.3 Faktor-Faktor Penyebab Klaim


Tidak dapat dipungkiri dan dihindari bahwa dalam penyelenggaraan proyek
konstruksi sangat besar potensi terjadinya perselisihan dan persengkataan. Untuk
mengetahui secara umum penyebab terjadinya klaim pada usaha jasa konstruksi
khususnya antara pihak Pemberi Tugas dan Pelaksana, maka dapat diidentifikasi
sesuai pada gambar di bawah ini.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 95 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Gambar 27. Penyebab Klaim

Mitropoulos dan Howell (2001) menjelaskan terdapat tiga permasalahan


penyebab persengkataan dalam proyek penyelenggaraan proyek konstruksi, yaitu:
1. Adanya faktor ketidakpastian dalam setiap proyek konstruksi
2. Masalah yang berhubungan dengan kontrak konstruksi
3. Perilaku oportunis dari pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi.

3.12.4 Penyelesaian Klaim


Menurut Eilen dan Imelda, terdapat 6 (enam) metode-metode penyelesaian
yang sering digunakan dalam industri konstruksi, antara lain :
1. Negosiasi
Pihak-pihak yang berselisih mencari penyelesaian perselisihan tanpa campur
tangan pihak lain.
2. Mediasi
Pihak-pihak yang berselisih menggunakan mediator (pihak ketiga) untuk
menyelesaikan perselisihan dimana pihak ketiga ini bersifat netral.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 96 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3. Arbitrasi
4. Litigasi
Perselisihan akan dibawa ke pengadilan, dimana masing- masing pihak akan
diwakili oleh pengacaranya. Sebelum itu, diberikan waktu bagi para pihak
yang bertikai untuk menganalisa situasi dan menyiapkan kasusnya.
5. Dispute Review Boards (Majelis Penyelesaian Sengketa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku)

Contoh dokumentasi rencana pengelolaan kontrak terlampir

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 97 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku
Hansen, S., 2015, Manajemen Kontrak Konstruksi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hardjomuljadi, S., 2016, Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi di Indonesia,
Logoz, Bandung.
Hardjomuljadi, S., Abdulkadir, A., Sarwono, S., Hardjawinata, K., Sudirman, W. B.,
2010, Kontrak Ringkas – FIDIC, ISBN 978 – 979 – 8230 – 16 – 5.
Hardjomuljadi, S., Abdulkadir, A., Sarwono, S., Siregar, P., Sudirman, W. B., 2008,
Persyaratan Kontrak – FIDIC, ISBN 978 – 979 – 26 – 5739 – 5.
Hardjomuljadi, S., Abdulkadir, A., Takei, M., 2006, Strategi Klaim Konstruksi
Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract, Pola Grade.
Hernoko, A. Y., 2010, Hukum Perjanjian, Prenada Media Group, Jakarta.
Hunsen, A., 2011, Manajemen Proyek, Andi Offset, Yogyakarta.
Kasidi, 2014, Manajemen Risiko, Ghalia Indonesia, Bogor.
Rajaguguk, E., 2000, Arbitrase dalam putusan pengadilan, Chandra Pratama, Jakarta.
Ramli, S., 2010, Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk
Management, Dian Rakyat, Jakarta.
Ramli, S., 2010, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
Dian Rakyat, Jakarta.
Yasin, N., 2009, Administrasi Proyek, Mediatama Saptakarya, Jakarta.

2. Perundang-Undangan/Perpres/Keputusan Menteri
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016
Tentang Penetapan standar kompetensi kerja nasional Indonesia dengan
kategori jasa profesional, ilmiah dan teknis golongan pokok jasa profesional,
ilmiah dan teknis lainnya bidang pengadaan barang/jasa.
Peraturan Presiden Nomor. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah beserta Perubahannya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 98 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3. Bahan Lainnya
Bahan-Bahan Pelatihan ISP3, Australian AID dan LKPP Jakarta.
Pedoman Penyelenggaraan Kontrak Konstruksi Kementrian PU, 2004.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 99 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

GLOSSARY

Business to business Kontrak pihak penyedia barang/jasa swasta dengan pihak penyedia
contract barang/jasa swasta

Commencement of Work Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)

Contract Dispute Sengketa kontrak

Contract Price Harga kontrak

Dispute Review Boards Majelis Penyelesaian Sengketa sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Final Hand Over (FHO) proses serah terima kedua pekerjaan dari Penyedia Barang/Jasa kepada
Pemilik/Pengguna atas penyelesaian masa pemeliharaan sesuai kontrak kerja.

Dalam kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tim yang menangani FHO


disebut dengan Panitia PHO/FHO atau Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
(PPHP). Sedangkan untuk pengadaan barang atau pengadaan jasa lainnya
serta jasa konsultansi proses FHO tidak selalu ada kecuali jika diatur dalam
kontrak sesuai dengan kesepakatan para pihak.

Government to business Kontrak atau perjanjian antara organisasi Pemerintah dengan pihak swasta
contract penyedia barang/ jasa

Harga Perkiraan Sendiri suatu perkiraan harga kepemilikan barang/jasa yang dibutuhkan melalui
(HPS) proses pengadaan dan disusun oleh Pemilik/Pengguna melalui perhitungan
atau kalkulasi secara keahlian berdasarkan data yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Dalam pekerjaan konstruksi dan jasa konsultan konstruksi juga disebut


sebagai Owner Estimated (OE)

Hasil akhir perhitungan HPS/OE adalah harga yang wajar sesuai kondisi pasar
dan tidak berindikasi dengan hasil perhitungan yang melebihi harga dari yang
berlaku di pasar (markup).

Joint Check Kegiatan pemeriksaan lapangan bersama sebelum serah terima lokasi
pekerjaan; nama lain dari mutual check

Joint inspection Pemeriksaan pekerjaan secara bersama-sama

Keadaan kahar Force majeure. Keadaan terjadi di luar kehendak Para Pihak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya sehingga menyebabkan kewajiban kontrak tidak
dapat dipenuhi.

Kontrak atau perjanjian kesepakatan antara dua pihak atau lebih yang berisi prestasi; meliputi hak
dan kewajiban. Dalam modul ini kontrak bersifat komersial karena ada
sesuatu yang dinilai dengan uang dan jumlah yang diikat menjadi bagian
substansial.

Ikatan kontrak yang dibiayai dari anggaran Pemerintah dengan Penyedia


Barang/Jasa, ditanda tangani oleh PA/KPA/PPK dengan pihak Penyedia
Barang/Jasa (Government to Business Contract).

Ikatan kontrak yang dibiayai dari anggaran institusi selain Pemerintah (non
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 100 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

APBN/non APBD) dengan Penyedia Barang/Jasa, ditanda tangani oleh


Direksi/Direktur/Pimpinan Perusahaan/Kepala dengan pihak Penyedia
Barang/Jasa (Business to Business Contract).

Maintenance Period Ketentuan tentang berlakunya masa pemeliharaan, hal ini ada di dalam
proses identifikasi titik kritis SSKK

Manajemen pejabat yang diberi kewenangan sebagai penanggungjawab pada institusi


Penanggungjawab yang dipimpinnya.
Institusi
Dalam hal kontrak yang dibiayai dari anggaran Pemerintah (APBN/APBD) atau
sumber biaya yang sejenis maka Manajemen Penanggungjawab Institusi
adalah Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

Sedangkan untuk kontrak yang dibiayai oleh institusi selain Pemerintah (non
APBN/non APBD) baik anggaran BUMN/BUMD/Swasta, maka Manajemen
Penanggungjawab Institusi adalah Direksi/Direktur/Pimpinan
Perusahaan/Kepala yang diberi kewenangan dalam menggunakan anggaran.

Markup Hasil perhitungan yang melebihi harga yang berlaku di pasar

Mutual Check Kegiatan pemeriksaan lapangan bersama sebelum serah terima lokasi
pekerjaan

Notice to Proceed Surat dari pemilik atau principal kepada kontraktor yang menyebutkan
tanggal dimana kontraktor dapat memulai pekerjaan sesuai dengan spesifikasi
dan kondisi pada kontrak.

Owner Estimated (OE) adalah suatu perkiraan harga kepemilikan barang/jasa yang dibutuhkan
melalui proses pengadaan dan disusun oleh Pemilik/Pengguna melalui
perhitungan atau kalkulasi secara keahlian berdasarkan data yang dapat
dipertanggung jawabkan sehingga hasil akhir perhitungan HPS/OE adalah
harga yang wajar sesuai kondisi pasar dan tidak berindikasi dengan hasil
perhitungan yang melebihkan harga dari yang berlaku di pasar (markup).

Pemilik/Pengguna pejabat yang diberi kewenangan memiliki atau menggunakan barang/jasa


hasil pelaksanaan kontrak dan sekaligus bertanggung jawab untuk
menandatangani kontrak mewakili perusahaan/institusi.

Untuk kontrak yang dibiayai dari anggaran Pemerintah (APBN/APBD) atau


sumber biaya yang sejenis maka Pemilik/Pengguna adalah disebut Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK).

Sedang untuk kontrak yang dibiayai oleh institusi selain Pemerintah (non
APBN/non APBD) baik anggaran BUMN/BUMD/Swasta maka
Pemilik/Pengguna adalah pejabat yang ditunjuk oleh
Direksi/Direktur/Pimpinan Perusahaan/Kepala yang diberi kewenangan untuk
menandatangani kontrak mewakili perusahaan/institusi.

Penyedia Barang/Jasa badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Jasa
meliputi penyediaan barang, penyediaan pekerjaan konstruksi, penyediaan
jasa konsultansi atau penyediaan jasa lainnya.

Pre Construction Meeting rapat bersama yang harus dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
(PCM) kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau
Commencement of Work (COW) oleh Pemilik/Pengguna dengan pihak
Penyedia Barang/Jasa (khusus untuk pengadaan pekerjaan konstruksi/jasa
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 101 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

konsultansi konstruksi).

Hal ini bertujuan untuk penyamaan persepsi tentang semua ketentuan-


ketentuan kontrak, di dalam PCM hal pokok yang dibahas adalah program
mutu yang terdiri dari :
➢ informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan,
➢ organisasi kerja Penyedia,
➢ jadwal pelaksanaan pekerjaan,
➢ tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan,
➢ prosedur instruksi kerja,
➢ jadwal pengadaan bahan,
➢ mobilisasi alat dan tenaga,
➢ penyusunan rencana
➢ pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan.

Pemilik/Pengguna dapat mengundang semua unsur yang terlibat dalam


organisasi kerja misalnya konsultan perencana, konsultan pengawas, sub
Penyedia spesialis, pengawas lapangan, tim teknis, PPHP dan pihak lain yang
dianggap penting.

Provisional Hand Over proses serah terima pertama pekerjaan dari Penyedia Barang/Jasa kepada
(PHO) Pemilik/Pengguna atas penyelesaian pekerjaan yang telah mencapai 100%
sesuai kontrak kerja.

Dalam kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tim yang menangani PHO


disebut dengan Panitia PHO/FHO atau Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
(PPHP).

Quality Assurance penjaminan mutu secara teknis yang dalam penerapannya dilakukan melalui
Engineer (QAE) manajemen QAE yang menjadi sebuah lingkup pekerjaan yang menetapkan
langkah demi langkah melaksanakan kontrak, untuk menghasilkan pekerjaan
yang memiliki kepastian mutu.

Kepastian mutu tersebut memiliki sasaran minimal yaitu sesuai ketentuan


kontrak mencakup tahapan administrasi kontrak, administrasi pelaksanaan,
administrasi pengelolaan dan pengendalian pelaksanaan. Tim QAE selalu
dipimpin oleh engineer

Rapat Persiapan rapat bersama yang harus dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
Pelaksanaan Kontrak kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau Notice
(RPP) to Proceed (NTP) oleh Pemilik/Pengguna dengan pihak Penyedia Barang/Jasa
(khusus untuk pengadaan barang/jasa lainnya/jasa konsultansi non
konstruksi) yang bertujuan untuk penyamaan persepsi tentang semua
ketentuan-ketentuan kontrak, di dalam RPP hal pokok yang dibahas adalah
program mutu, organisasi kerja, tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan,
penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi pekerjaan (apabila
ada) serta rincian pengiriman dan rencana pabrikasi barang/jasa lainnya.
Apabila barang/jasa lainnya yang akan diadakan memerlukan program mutu,
pemilik/pengguna dapat mengundang semua unsur yang terlibat dalam
organisasi kerja misalnya konsultan perencana, konsultan pengawas, sub
Penyedia spesialis, pengawas lapangan, tim teknis, PPHP dan pihak lain yang
dianggap penting.

Risk Sharing Resiko yang ditransfer, hal ini adalah salah satu opsi dalam hal jenis-jenis
perlakuan resiko.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 102 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Show Cause Meeting Rapat Pembuktian yang dilakukan sebagai proses mengatasi keterlambatan
apabila terjadi kontrak kritis

Special Condition of Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK)


Contract

Test Case Uji coba dalam Rapat Pembuktian (Show Cause Meeting/SCM)

Time Based Waktu merupakan tolak ukur/ menjadi dasar dalam aspek yang dikaji.

Warranty Certificate Masa berlaku sertifikat garansi, hal ini ada di dalam ketentuan proses
identifikasi titik kritis SSKK

Work Breakdown suatu daftar yang bersifat top down dan secara hierarki menerangkan
structure komponen-komponen yang harus dibangun dan pekerjaan yang berkaitan
dengannya.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 103 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

INDEX

A I
ADR · 53 INCO · 5, 58
Alternative Dispute Resolution · 53 Incoterm · 58
amandemen penutup · 51 inkracht van gewijsde · 53
Instrumen Dokumentasi · 3, 92

B
K
Bar Chart Schedule · 5, 20
Bottleneck (Khusus) · 76 Keadaan Kahar · 48, 50
Kuadran SPM · 6, 77
KUHP pasal 78 memuat · 17
C
CFR (Cost and Freight) · 59 L
CIF (Cost, Insurance and Freight) · 59
CIP (Carriage dan asuransi dibayarkan kepada…) · 59 Leverage (Umum) · 76
Commencement of Work (COW) · 100 lumpsum · 51
commissioning · 56, 58, 75, 82, 88
contract dispute · 13, 52
counterparty · 71 M
CPM (Critical Path Method) · 5, 22
CPT (Carriage dibayarkan kepada….) · 59 maintenance period · 17
Critical (Kritikal) · 77 Mekanisme Dokumentasi · 3, 92
Critical Line · 5, 41 mitigasi risiko · 69
Curva S Schedule · 5, 20 Mutual Check · 2, 32, 34, 35

D N
DAF (Delivered at Frontier) · 59 Network Planning (NWP) · 5, 21
DDP (Delivered Duty Paid) · 60 Notice to Proceed (NTP) · 101
DDU (Delivered Duty Unpaid) · 60 NWP · 5, 19, 20, 21, 41
DED · 35, 63
DEQ ( Delivered Ex Quay) · 60
DES (Delivered Ex Ship) · 59 P
Dispute Review Boards · 96
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). · 15, 99, 101
PBJ · 2, 7, 10, 54
F PDCA · 5, 30
PDM (Precedence Diagram Method) · 5, 23, 24
FAS (Free Alongside Ship) · 58 Pekerjaan yang Bersifat Strategis · 2, 43
FCA (Free Carrier) · 58 Pengelolaan Kontrak · 2, 3, 7, 8, 36, 65, 92
Final Hand Over (FHO) · 19 Pengendalian Kontrak · 8
FOB (Free On Board) · 59 Penjadwalan Network Planning · 5, 21
forecasting · 82 penyimpangan prosedur · 51
PHO · 19, 99, 101, 107
PPHP · 15, 49, 50, 99, 100, 101
H Pre Construction Meeting (PCM) · 4

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) · 82


Q
QAE · 18, 54, 101
Quality Assurance Engineer (QAE) · 18

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 104 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

SSKK · 11, 12, 16, 17, 43, 49, 64, 65


R SSUK · 11, 13, 14, 43
Supply Positioning Model (SPM) · 5, 75, 76, 79
Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (RPP) · 18
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) · 45, 100, 101
Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja · 15
Syarat-Syarat Khusus Kontrak · 2, 11, 13, 16, 43, 64
Rencana Mutu Kontrak · 34
Syarat-Syarat Umum Kontrak · 2, 11, 13, 14, 16, 43, 64
Rencana Mutu Proyek (RMP) · 33
rentention of money · 16
Request · 19, 24, 25, 26
Request of work (ijin kerja) · 19
T
resiko murni · 67
Tanggung gugat · 65
Risiko Biaya · 3, 6, 81, 85
time based · 63, 65
Risiko Dinamis · 67
Time bound · 75
Risiko fundamental · 67
Risiko Jadwal · 3, 6, 75, 80
Risiko khusus · 67
Risiko Kualitas · 3, 5, 6, 87, 90
U
Risiko spekulatif · 67
RK3 · 15 under specification · 87
RMK · 34
RMP · 33, 34
Routine (Rutin) · 76 V
RPP · 5, 14, 18, 45, 101, 111, 112, 113
Vektor Diagram · 5

S
W
Sengketa Kontrak · 2, 51
Show Cause Meeting (SCM) · 4 warranty certificate · 17
Siklus OHSAS · 5, 31 WBS · 5, 19, 22, 23
Sistem Manajemen Mutu (SMM) · 32 Work Breakdown Structure (WBS) · 5, 22, 23
SMART · 74

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 105 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

LAMPIRAN
1. Contoh Berita Acara SCM Untuk Kontrak Pemerintah

SIMBOL PEMERINTAH ……………………………..


.................................... [SKPD/SATKER]
................................................. [alamat SKPD/SATKER]

SATUAN KERJA

BERITA ACARA
SHOW CAUSE MEETING (SCM)

NOMOR : PW.03.01/BA/Br/
Tanggal : 19 Juli 2011

------------------------------------------[nama pekerjaan)

NOMOR KONTRAK : KU.08.08/PJNW-II/01/APBN/2011


TANGGAL KONTRAK : 28 Maret 2011
NILAI KONTRAK : Rp. 20.525.096.000,-
SUMBER DANA : APBN Murni.
TAHUN ANGGARAN : 2011

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)


(____________________Nama Pekerjaan___________________)

PELAKSANA :
PT. ARKINDO
KONSULTAN SUPERVISI:

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 106 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

BERITA ACARA RAPAT PEMBUKTIAN KETERLAMBATAN


( SHOW CAUSE MEETING )
.................................... [SKPD/SATKER]
................................................. [alamat SKPD/satker]
.................................... [Paket Pekerjaan]
NOMOR : PW.03.01/BA/Br/

KONTRAK PAKET : PENINGKATAN KAPASITAS JALAN BATAS KOTA TAPAKTUAN - BAKONGAN


(BATU HITAM)
NO. PAKET : WIL. II - 12 A
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)-12 (Batas Kota Tapaktuan – Bakongan)
PENYEDIA BARANG/JASA JASA : PT. ARKINDO
KONSULTAN : PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
TANGGAL : 19 Juli 2011

Pada hari ini ................... tanggal.................. bulan ..............i tahun ................, telah dilakukan Tim
Rapat Pembuktian Keterlambatan (Show Cause Meeting) .................... atas keterlambatan paket
...................Nomor Paket : .................Kontrak Nomor : ...............tanggal ………………… 28 Maret 2011.

Bertempat di :.......................Waktu : ................................ Jam 13.30 Wib s/d Selesai

I. RAPAT DIHADIRI OLEH :


1.
2.
3.
4.
5.

II. PENJELASAN UMUM


Rapat dibuka oleh ..............................................dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Data Kontrak :
1. Nama Paket :
2. Nomor Paket : Wil. II – 12 A
3. Nomor Kontrak : KU.08.08/PJNW-II/01/APBN/2011
4. Tanggal Kontrak : 28 Maret 2011
5. Nilai Kontrak : Rp. 20.525.096.000,-
6. Sumber Dana :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 107 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

7. Tanggal SPMK :
8. Waktu Kontrak Awal : 240 Hari Kalender (4 April - 29 November 2011)
9. Waktu Pemeliharaan : 180 Hari Kalender (30 November 2011 s.d 27 Mei 2012)
10. Serah Terima Pertama (PHO) : 29 November 2011
11. Serah Terima Terakhir (FHO) : 27 Juni 2012
12. Kontraktor : PT. ARKINDO
13. Konsultan : PT. ANUGERAH KRIDAPRADANA
14. Waktu yang Telah Terpakai : 108 Hari Kalender (= 42 % dari Waktu Pelaksanaan)
15. Sisa Waktu Pelaksanaan : 132 Hari Kalender (= 52 % dari Waktu Pelaksanaan)

2. Data Teknik:
1. ……………..
2. ……………..
3. .....................
.
III. TUJUAN RAPAT
Membahas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan paket ............................ status sampai minggu
ke .............................. atau berdasarkan laporan tanggal................................., dimana realisasi
fisik sebesar ......................% dari rencana sebesar ................%. sehingga terjadi deviasi minus (-)
sebesar .................%32

IV. DASAR RAPAT


1. Surat Perjanjian Kontrak Nomor : ...............K tanggal .................. 28 Maret 2011
2. Dokumen Kontrak terdiri dari...................katan Kapasitas Ruas Jalan BataPaket : WIL. II - 12 A
3. Undangan Rapat dari …….I Nomor………… tanggal…………..
4. Surat Peringatan Keterlambatan Nomor……tanggal………
5. …………………………………… 14 Juli 2011.

V. PERMASALAHAN DAN FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN :

Sebab-sebab terjadinya keterlambatan secara umum adalah sebagai berikut:


1. ……………………
2. ……………………
3. ……………………
4. ……………………
Dari permasalahan tersebut di atas, menyebabkan terjadinya keterlambatan pekerjaan hingga
minggu ke ……………. Bulan……………….dengan deviasi minus (-) 32,777 % sebagaimana
tersebut di atas, dan hasil progres yang telah dicapai hingga saat ini selengkapnya sebagaimana
tercantum dalam Laporan Mingguan (hasil pekerjaan yang telah dicapai) terlampir.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 108 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

VI. PEMBAHASAN
Rapat Show Cause Meeting ini diadakan sebagai tindak lanjut dari hasil monitoring …………..pada
dan ……………………perihal Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Paket Peningkatan
Kapasitas dimana Pihak Penyedia Barang/Jasa Jasa belum dapat melaksanakan seluruh
pekerjaan secara optimal sesuai dengan rencana Schedule Pelaksanaan.

1. Kepala ....................(Pemimpin Rapat)


- Menyampaikan bahwa keterlambatan masuk kategori ‘kritis’, dan Show Cause Meeting ini
merupakan yang ke dua kalinya setelah satu kali Show Cause Meeting sebelumnya test
case gagal dicapai. Kondisi seperti ini tidak dinginkan dan bila mana Show Cause Meeting
ke dua ini gagal maka selanjutnya akan ditempuh pilihan Three Parties Agreement
(diserahkan pelaksanaannya kepada pihak ketiga) atau Pemutusan Kontrak;
- Kepada Kontraktor akan diberikan test case selama 30 hari untuk program percepatan guna
perbaikan kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Selanjutnya diminta kepada Kontraktor untuk
menjelaskan hasil pelaksanaan yang telah dicapai dan kendala-kendala yang dihadapi serta
program kerja kedepan;
- Kepada Site Engineer PT. ABC diminta untuk menanggapi dan evaluasi setiap
permasalahan yang berhubungan dan pengaruh terhadap kinerja kontraktor di lapangan,
dan sekaligus disertakan saran – saran / rekomendasi terhadap pelaksanaan di lapangan
dan percepatan pekerjaan.
- Kepada masing-masing pihak diminta laporan dari setiap permasalahan yang muncul untuk
dibahas secara tuntas.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


- Melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai oleh Kontraktor Pelaksana
PT. DEF berdasarkan hasil laporan kemajuan pekerjaan per tanggal 18 Juli 2011 dimana
rencana sebesar 40,201 % sedangkan realisasi sebesar 7,424 % sehingga keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan telah mencapai – 32,777 %;
-
-
- 2 unit Dump Truck.
- .

3. Kontraktor Pelaksana (Penyedia Barang/Jasa Jasa) PT. DEF


Menjelaskan hasil pelaksanaan yang telah dicapai, dan kendala - kendala yang dihadapi
selama pelaksanaan serta program kerjanya sebagai berikut :
-
-
- Breaker type 330 BL sebanyak 1 unit paling lambat tanggal 21 juli 2011; Alat Vibro
sebanyak 1 unit paling lambat tanggal 25 Juli 2011, I unit Loader dan Stone Cruser
tanggal
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 109 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

VII. DATA/DOKUMEN TEST CASE YANG DILAMPIRAKAN


1. Jadwal test case sesuai barchart untuk masa .......minggu
2. Program penambahan tenaga kerja
3. Program pendatangan alat tambahan dan percepatan stock bahan konstruksi fabrikasi
4. Program pendatangan alat tambahan dan percepatan stock bahan bangunan
5. Dll yang disepakati
6. Surat pernyataan untuk bersedia diputus kontrak apabila gagal test case ke............
(bila diperlukan)

VIII. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan terhadap pelaksanaan Show Cause Meeting Paket Pekerjaan XYZ,

peserta rapat berkesimpulan dan menyarankan beberapa hal untuk menghasilkan suatu

pekerjaan yang lebih optimal dan demi kemajuan pelaksanaan pekerjaan, adalah sebagai

berikut:

1.
2.
3.

Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Nama tempat, tanggal seperti tersebut di atas

Kontraktor Pelaksana PT/CV Pejabat Pembuat Komitmen


PT. ARKINDO (Batas Kota Tapaktuan – Bakongan)

Hendra Hendarmulya, ST yauqi Kamal, ST. MT.


General Superintendent/Project Manager NIP. 110 053 932

Konsultan Pengawas PT…… Panitia Pemeriksa/Penerima Hasil

(…………………………….) (…………………………………..)

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 110 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Mengetahui :
Kepala Satuan Kerja
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
Provinsi Aceh

Ir. M. Hilal, MT
NIP. 19660815 199703 1 002

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 111 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

2. Contoh Berita Acara PCM Untuk Kontrak Pemerintah

Simbol
Pemerintah PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA…………….
.................................... [SKPD]
.................................................. [alamat satker]

BERITA ACARA
PRE CONSTRUCTION MEETING/RAPAT PELAKSANAAN KONTRAK *)
Nomor : ……………………….

Dasar dalam Pre Construction Meting/Rapat Pra Pelaksanaan :


1. …………………………………….
2. ……………………………………
3. ……………………………………
Pada hari ini, ………………… tanggal, …………………, berdasarkan Surat Undangan
dari PPK …………………Nomor …………………, telah diadakan Pra Persiapan Pelaksanaan
(Pre Construction Meeting)/RPP*) antara PPK pada ……………… dengan Penyedia
Barang/Jasa Jasa yang ditetapkan sebagai ……………………………dengan proses rapat sebagai
berikut :
A. HADIR DALAM RAPAT :
1. ………………………….
2. …………………………
3. …………………………..
B. POKOK PEMBAHASAN :
1. ……………………..
2. ……………………..
C. TANGGAPAN :
1. ………………..
2. ………………..
D. KEPUTUSAN PPK :
1. ………………………
2. ……………………..
3. ……………………..
E. KESEPAKATAN :

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 112 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

1. …………………………..
2. ………………………………
Rapat PCM/RPP dinyatakan selesai/dischors*) dan diilanjutakan lagi pada hari……….
Tanggal……..sesuai kesepakatan bersama dengan ketentuan semua pihak telah menyiapkan
seluruh dokumen-dokumen yang telah disempurnakan sesuai hasil pembahasan dalam
rapat seperti tersebut diatas.
Demikian Berita Acara ini dibuat digunakan sebagaiman mestinya.

Penyedia Barang/Jasa Jasa, Pejabat Pembuat Komtmen


PT/CV,...........................

(.................................................) (.........................................)
NIP

*) Pilih sesuai kondisi

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 113 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA…………..
.................................... [SKPD]
............................................... [alamat satker]

DAFTAR SIMAK PELAKSANAAN


PRE CONSTRUCTION MEETING/RPP*)

Nama Kegiatan :_____________________


Nama Pekerjaan :_____________________
Nilai Pekerjaan :_____________________
Nama Penyedia Barang/Jasa Jasa :_____________________
Tahun Anggaran :_____________________

PEMENUHAN PERSYARATAN
NO URAIAN
SUDAH BELUM ACUAN
1 Penjelasan umum oleh PPKom.
2 Penjelasan Struktur Organisasi Kegiatan
3 Penjelasan materi pembahasan.
4 Penjelasan tugas dan tanggungjawab
5 Penjelasan Administrasi Proyek
Penjelasan Struktur Organisasi Penyedia
6
Barang/Jasa Jasa
7 Penjelasan Rencana Mobilisasi.
8 Penjelasan Rencana Kerja/Jadual Pelaksanaan
9 Penjelasan Metode Pelaksanaan
Penjelasan Rencana Pengendalian Program Mutu
10 oleh Konsultan, Penyedia Barang/Jasa Jasa dan
PPKom.
Penjelasan rencana bagian pekerjaan yang akan
11
di sub kontrakkan
12 Penjelasan Struktur Organisasi Konsultan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 114 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

PEMENUHAN PERSYARATAN
NO URAIAN
SUDAH BELUM ACUAN
Penjelasan tugas dan tanggungjawab personil
13
konsultan
Penjelasan sistem pelaporan dan format- format
14
laporan
15 Kesimpulan Rapat
16 Penyusunan Berita Acara rapat
17 Pengesahan Berita Acara rapat
18 Penjelasan asuransi
19 Pengaturan lalu lintas (bila ada)
20 Penjelasan K3
21 Penjelasan Lingkungan Hidup dan sosial.
22 Rapat Keterlambatan atau SCM oleh PPK
Perpanjangan waktu pelaksanaan dan peristiwa
23
kompensasi
24 Pemutusan kontrak sepihak oleh PPK
25 Denda keterlambatan
26 Klaim kontrak

Kota…………………………………
Calon Penyedia Barang/Jasa Jasa, Pejabat Pembuat Komtmen
PT/CV,...........................

(.................................................) (.........................................)
NIP

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 115 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

CONTOH
Dokumentasi Rencana Pengelolaan Kontrak

Nama : Pengguna Akhir


Nama : PPK
Nama Kontrak :
Sinopsis : <Jelaskan jika Perencanaan ini hanya meliputi bagian tertentu dari
Pengelolaan Kontrak , valid sampai tanggal tertentu, dll)
Versi Dokumentasi : ...< No Dok..)
Tanggal Dikeluarkan :
Distribusi : < Daftar Distribusi Dokumen>
Disiapkan oleh : < Penulis>
Disahkan oleh : < Nama/Jabatan>

DAFTAR ISI
1. Gambaran Umum
a. Maksud dan Tujuan Dokumen..................................................................
b. Dokumen Pendukung................................................................................
c. Pemeliharaan Dokumen Rencana Pengelolaan Kontrak.........................
2. Ruang Lingkup Kontrak Pengadaan Barang/Jasa ...............................................
a. Tujuan Pemilik Pekerjaan.......................................................................
b. Kriteria sukses.........................................................................................
c. Definisi dari Ruang Lingkup Kontrak Pengadaan Barang/Jasa ..............
3. Metode Pengelolaan Kontrak.............................................................................
a. Proses Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.................................................
b. Proses Pengelolaan Kontrak.....................................................................
c. Organisasi Pengelolaan Kontrak..............................................................
4. Rencana Pengelolaan Ruang Lingkup................................................................
a. Rencana Pekerjaan.................................................................................
b. Work Breakdowns Structure (WBS) ........................................................
c. Sumberdaya manusia, bahan dan alat.....................................................
5. Rencana Pengelolaan Jadwal................................................................................
Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 116 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

a. Skedule Pelaksanaan Kontrak..................................................................


b. Pengawasan dan Pengendalian Skedule Pelaksanaan Kontrak...............
6. Rencana Pengelolaan Biaya..................................................................................
a. Rencana Biaya Anggaran Pelaksanaan Kontrak.......................................
b. Pengawasan dan Pengendalian Biaya Selama Pelaksanaan Kontrak......
7. Rencana Pengelolaan Kualitas............................................................................
a. Dokumen Rencana Kualitas.....................................................................
b. Pelaksanaan Pejmaninan Kualitas (Quality Assurance)...........................
c. Pelaksanaan Pengendalian Kualitas (Quality Control).............................
8. Rencana Pengelolaan Risiko...............................................................................
a. Identifikasi Risiko, Analisa Risiko kualitatif & kuantititatif dan Evaluasi Risiko
............................................................................................................................
b. Penanganan Risiko...........................................................................................
c. Pengawasan dan Pengendalian Risiko............................................................
9. Rencana Komunikasi....................................................................................................
a. Daftar Para Pihak dalam pelaksanaan Kontrak.............................................
b. Metode dan Distribusi informasi pelaksanaan kontrak.................................
10. Rencana Pengawasan dan Pengendalian ..................................................................
a. Pengawasn dan Pengendalian terintegrasi dari lingkup, jadwal dan biaya...
b. Metode Perubahan dan Pengesahan tambahan Kontrak...............................
11. Indikator Penerimaan.................................................................................................
a. Indikator Kinerja............................................................................................
b. Indikator penerimaan pelaksanaan Kontrak..................................................
c. Penerimaan Hasil Pengadaan Barang/Jasa ..............................................
12. Penutup....................................................................................................................
13. Referensi...................................................................................................................

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 117 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

Contoh Dokumentasi Rencana Pengelolaan Kontrak


1. Gambaran Umum
a. Maksud dan Tujuan Dokumen
Menjelaskan maksud dan tujuan dari dokumen rencana pengelolaan kontrak.
Sebagai contoh, dokumen dimaksudkan sebagai langkah awal rencana
pengelolaan kontrak, atau final rencan pengelolaan kontrak. Dapat dijelaskan juga
tentang fase-fase kontrak.

b. Dokumen Pendukung
Deskripsikan apa saja dokumen terkait dengan dokumen yang anda buat ini.

c. Pemeliharaan Dokumen Rencana Pengelolaan Kontrak


Deskripsikan bagaimana dokumen ini akan dimuktahirkan . Bagaimana proses
pemuktahiran dan siapa saja yang berhak melakukan dan mengesahkan. Serta
distribusi yang diperlukan

2. Ruang Lingkup Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


Bagian ini menjelaskan secara detil tentang apa definisi pekerjaan atau pemasokan yang
akan dilakukan terkait dengan tujuan dari pemilik pekerjaan yang perlu dilakukan
penyedia
a. Tujuan Pemilik Pekerjaan
Jelaskan apa tujuan dari pemilik pekerjaan dan tentang apa ruang lingkup dari
kontrak.
Mengapa kontrak perlu dilakukan dan seberapa penting bagi pemilik pekerjaan
Apa kaitan kontrak dengan aktifitas organisasi pemilik pekerjaan sekarang.

b. Kriteria sukses
Apa indikator sukses yang harus dicapai dan bagaimana pemilik pekerjaan akan
melakukan pengukuran terhadap hasil yang dilakukan oleh penyedia.

c. Definisi dari Ruang Lingkup Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


Definisikan dengan jelas tentang ruang lingkup pengadaan barang /jasa yang akan
dipasok oleh penyedia untuk memenuhi maksud dan tujuan serta mencapai
sukses yang diharapkan oleh pemilik pekerjaan

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 118 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

3. Metode Pengelolaan Kontrak

a. Proses Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


Menjelaskan secara keseluruhan tentang proses pengadaan barang/jasa yang
harus dilakukan untuk memenuhi permintaan dari pembeli/pemilik pekerjaan.

b. Proses Pengelolaan Kontrak


Sebagai bagian dari pengadaan, Menjelaskan bagaimana proses pengelolaan
kontrak antara pemilik pekerjaan dan penyedia akan dilakukan

c. Organisasi Pengelolaan Kontrak


Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan kontrak dan bagaimana hirarki
susunan anggota dalam organisasi.

4. Rencana Pengelolaan Ruang Lingkup Kontrak


a. Rencana Pekerjaan
Menjelaskan tentang pekerjaan-pekerjaan atau aktifitas utama yang terdapat
dalam kontrak.

b. Work Breakdowns Structure (WBS)


Pekerjaan-pekerjaan utama kemudian dibuat dalam bentuk paket-paket dan
dijabarkan dalam struktur seperti diagram organisasi yang memungkinkan untuk
membuat satu paket dipecah menjadi bagian yang lebih kecil

c. Sumberdaya manusia, bahan dan alat


Menjelaskan apa saja sumberdaya manusia, bahan dan perlatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan ruang lingkup pekerjaan.

5. Rencana Pengelolaan Jadwal


a. Skedule Pelaksanaan Kontrak
Skedule pelaksanaan kontrak disusun dengan cermat setelah mendefinisikan tiap
aktifitas pekerjaan, mengurutkan setiap aktifitias, memperkirakan sumberdaya
dan memperkirakan durasi setiap pekerjaan.
Bentuk skedule pelaksanaan dapat berupa metode jalur lintasan kritis (Critical
Path Method) atau bar chart

b. Pengawasan dan Pengendalian Skedule Pelaksanaan Kontrak


Menjelaskan bagaiman skedule yang sudah dibuat akan dikendalikan dan
pengawasan yang perlu dilakukan untuk menjaga skedule sesuai dengan rencana

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 119 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

6. Rencana Pengelolaan Biaya


a. Rencana Biaya Anggaran Pelaksanaan Kontrak
Berdasarkan aktifitas tiap pekerjaan, biatya diestimasi. Kemudian, biaya biaya
seluruh aktifitas dijumlahkan, maka akan dihasilkan anggaran dari keseluruhan
pelaksanaan kontrak

b. Pengawasan dan Pengendalian Biaya Selama Pelaksanaan Kontrak


Menjelaskan bagaiman biaya akan dikendalikan dan diawasi dalam pelaksanaan
kontrak. Dengan melakukan pengukuran antara aktual biaya dan rencana biaya.
Berapa besar variasi antara aktual dengan rencana. Melakukan evaluasi apakah
terjadi kekurangan atau kelebihan antara rencana dan aktual. Menentukan
tindakan apa yang perlu dilakukan.

7. Rencana Pengelolaan Kualitas


a. Dokumen Rencana Kualitas
Menjelaskan tentang standar dan apa rencana yang akan dilakukan untuk
mengelola kualitas. Rencana pengelolaan kualitas memuat : standar praktis yang
akan diberlakukan untuk pengelolaan kontrak, siapa yang akan terlibat,
pertemuan untuk membahas kualitas, laporan yang diperlukan dan ukuran yang
akan digunakan.

b. Pelaksanaan Penjaminan Kualitas (Quality Assurance)


Menjelaskan bagaimana penjaminan kualitas akan dilakukan. Apakah pengelolaan
kontrak telah mengikuti prosedur yang direncanakan dan apa saja tindakan yang
diperlukan untuk melakukan peningkatan cara kerja dalam pengelolaan kontrak.

c. Pelaksanaan Pengendalian Kualitas (Quality Control)


Menjelaskan proses bagaimana pengukuran terhadap kualitas dari hasil
pekerjaan/pemasokan barang dalam pelaksanaan kontrak akan dilakukan.
Pengendalian kualitas lebih menekankan kepada pengukuran produk atau jasa
yang diserahkan oleh penyedia, apakah sudah memenuhi standar sesuai dengan
yang ditetapkan dalam rencana kualitas.

8. Rencana Pengelolaan Risiko


a. Identifikasi Risiko, Analisa Risiko kualitatif & kuantititatif dan Evaluasi Risiko
Menjelaskan proses asesmen yang dilakukan terhadap rencana pengelolaan
kontrak, meliputi : identifikasi risiko (metode apa yang dipakai), analisa kualitatif
(menentukan tingkat risiko tinggi, sedang, rendah dan kemungkinan terjadinya).
Menganalisa secara kuantitatif risiko dengan metode nilai moneter yang

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 120 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

diharapkan (expected monetary value) atau pohon keputusan dan lain-lain.


Mengevaluasi risiko berdasarkan rangkingnya .

b. Penanganan Risiko
Berdasarkan evaluasi risiko, kemudian diputuskan penanganan risiko yang diambil
seperti : menghindar, memindahkan, membagi dan menerima.

c. Pengawasan dan Pengendalian Risiko


Membuat rencana Pengawasan dan Pengendalian risiko yang akan dilakukan
secara terus menerus. Secara berkala melakukan pemutakhiran terhadap laporan
status risiko. Menutup risiko yang sudah tidak aktif lagi.

9. Rencana Komunikasi
a. Daftar Para Pihak dalam pelaksanaan Kontrak
Membuat daftar para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak baik yang
mempunyai dampak dan pengaruh yang signifikan sampai dengan terendah.
Mengelola ekpektasi dari semua pihak dan berusaha memuaskan kebutuhannya.

b. Metode dan Distribusi informasi pelaksanaan kontrak


Metode dan distribusi Informasi pelaksanaan kontrak direncanakan. Apa saja jenis
informasi yang harus didistribusikan dan kepada siapa saja serta seberapa tinggi
frekuensinya.

10. Rencana Pengawasan dan Pengendalian


a. Pengawasn dan Pengendalian terintegrasi dari lingkup, jadwal dan biaya
Menjelaskan rencana pengawasan dan pengendalian secara terintegrasi dari
lingkup, jadwal dan biaya. Sehingga dapat diketahui kemajuan pelaksanaan
kontrak setiap saat. Laporan dapat diberikan secara berkala sesuai dengan
kebutuhan.

b. Metode Perubahan dan Pengesahan tambahan Kontrak


Menjelaskan mekanisme apabila terjadi perubahan yang harus dilakukan
terhadap kontrak. Membuat suatu pengaturan bagaimana perubahan dapat
dilakukan melalui pengesahan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman diantara
pihak-pihak yang melakukan kontrak yang dapat menyebabkan kegagalan
kontrak.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 121 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.019.02

11. Indikator Penerimaan


a. Indikator Kinerja
Menjelaskan bagaimana mekanisme pengukuran kinerja akan dan juga intrumen
yang akan digunakan. Sehingga pihak-pihak yang melakukan kontrak dapat
mencapai hasil yang diinginkan dalam pelaksanaan kontrak

b. Indikator penerimaan pelaksanaan Kontrak


Indikator penerimaan pelaksanaan kontrak dijelaskan secara terperinci baik yang
berupa pekerjaan,barang atau kinerja produk yang diharapkan.

c. Penerimaan Hasil Pengadaan Barang/Jasa


Menjelaskan bagaimana mekanisme penerimaan hasil pengadaan barang/jasa
hasil pelaksanaan kontrak dilakukan untuk membuat Berita Acara Serah Terima.

12. Penutup
Menjelaskan penutup dari dokumen rencana pelaksanaan kontrak. Hal hal apa saja yang
perlu mendapatkan perhatian dan harapan dari pelaksanaan kontrak

13. Referensi
Memberikan daftar referensi yang bisa dijadikan sebagai panduan bagi pengguna
dokumen ini.

Judul Modul: Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak Pengadaan B/J Halaman: 122 dari 122
Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Pengarah:
Agus Prabowo
Salusra Widya

Pemimpin Umum:
Dharma Nursani
Tatang R Wiraatmadja

Tim Penulis : Tim Editor :


Sonny Sumarsono Wisnu Setyo Wijoyo
Khairul Rizal Heldi Yudiyatna
Praditya Kesuma Hartono Zhuang
Ferry Firmansyah Hestri Rokayah
Burhanudin Erika Ms
Fatimah Dwi Kartika Susanti
Win Sukardi Novita Amelia
Samidi M Rizal Fauzi
Tri Putranto Vindi Rezki Kurnia
Sinta Posmaria
Kurnianto
Noeradhi Iskandar
Yanuar
Djamaludin Abubakar
Aldy Turman
Ririh Sudirahardja
Muntiyono
Deni Danasenjaya
Daftar Unit Kompetensi 19
Unit Kompetensi
menyusun rencana
A. Merencanakan Pengadaan
pengelolaan KONTRAK
Barang/Jasa PENGADAAN BARANG/JASA
01. Menelaah Lingkungan PBJ
02. Melakukan Penyelarasan Kebijakan PBJ


03. Merumuskan Organisasi PBJ
04. Menyusun Kebutuhan dan Anggaran PBJ
05. Menyusun Spesifikasi Tenis
06. Menyusun Harga Perkiraan

Overview:
B. Memilih Penyedia Barang/ Pengelolaan Kontrak merupakan proses
Jasa pengawasan pada semua hal yang terlibat
07. Mengkaji Ulang Paket PBJ
08. Memilih Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan kebijakan dalam
09. Menyusun Rancangan Kontrak PBJ pencapaian tujuan. Tujuan dari
10. Menyusun Dokumen PBJ
11. Melakukan Kualifikasi Penyedia
pengelolaan adalah agar segenap sumber
12. Melakukan Evaluasi Kinerja Penyedia daya yang dimiliki seperti, sumber daya
13. Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ manusia, peralatan atau sarana yang
14. Mengevaluasi Dokumen Penawaran
15. Mengelola Sanggahan terdapat dalam suatu organisasi dapat
digerakkan sedemikian rupa, sehingga
C. Mengelola Kontrak dapat menghindarkan dari pemborosan


& Swakelola PBJ waktu, materi, dan tenaga.
16. Melakukan Negosiasi
17. Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ
18. Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ
19. Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ
20. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ
21. Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ
22. Melakukan Penerimaan Hasil PBJ
23. Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
24. Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola

D. Mengelola Logistik, Kinerja Gedung LKPP


& Risiko Jl. Epicentrum Tengah Lot 11 B, Kuningan
25. Mengelola Pengiriman Jakarta Selatan 12940
26. Mengelola Persediaan Telp. (021) 2991 2450
27. Mengelola Penyimpanan www.lkpp.go.id
28. Mengelola Kinerja
29. Mengelola Risiko

2016

Anda mungkin juga menyukai