Unit Kompetensi 05
Disusun Oleh :
Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Direktorat Pelatihan Kompetensi
Deputi Bidang Pengembangan Pembinaan Sumber Daya Manusia
LKPP
ISBN :
Alamat Penerbit :
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Kuningan
Jakarta Selatan 12940
Indonesia
Telp : (021) 2991 2450
www.portalppsdm.lkpp.go.id
www.lkpp.go.id
K ata P e n ga n ta r
AGUS PRABOWO
U n i t ko m p e t e n si
Mengelola Logistik
MENGELOLA UK 25 : Mengelola Pengiriman
UK 26 : mengelola Persediaan
LOGISTIK, Uk 27 : Mengelola Penyimpanan
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu melaksanakan
kegiatan menyusun spesifikasi teknis pengadaan barang/jasa .
B. Tujuan Khusus
Pada modul ini, peserta latih akan mempelajari hal berikut:
1. Menyusun spesifikasi teknis pengadaan barang/jasa yang sesuai dengan
kebutuhan dan paket pengadaan barang/jasa untuk berbagai jenis pengadaan
barang/jasa, yang mencakup :
Memahami kegunaan spesifikasi teknis
Memahami spesifikasi mutu/kualitas
Memahami spesifikasi jumlah
Memahami spesifikasi waktu
C. Gambaran Umum
Tujuan utama dari Pengadaan barang/jasa baik yang dilakukan melalui swakelola
atau pemilihan penyedia adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan dari pengguna
barang/jasa (user). Agar kebutuhan pengguna barang/jasa dari suatu organisasi
dapat terpenuhi, maka pengelola pengadaan harus dapat menentukan apa saja
yang menjadi persyaratan dari penyedia atau barang/jasa yang sesuai dengan
dengan kebutuhan dan menuangkannya dalam dokumen spesifikasi.
Spesifikasi yang baik harus sesuai dengan tujuan utama pengadaan yaitu:
- Tepat Kualitas
- Tepat Kuantitas
- Tepat Waktu
- Tepat Lokasi
- Tepat Harga
Di dalam BAB II akan dijelaskan tentang pengertian Spesifikasi dan hal-hal apa saja
yang harus dimasukan ke dalam spesifikasi. BAB III akan membahas tentang elemen
utama spesifikasi yaitu; mutu, jumlah dan waktu serta tingkat layanan. Sedangkan
di dalam BAB IV akan dijelaskan tentang bagaiamana spesifikasi yang sudah dibuat
dikaji kesesuaiannya dengan kebutuhan pengguna, kekinian, dan persyaratan
lainnya.
Buku Informasi UK-05 ini merupakan bagian dari modul pembelajaran pengadaan
barang/ jasa berdasarkan SKKNI No.70, Tahun 2016. Sangat direkomendasikan
bagi para peserta untuk mempelajari kompetensi lain yang terkait dengan tahap
perencanaan pengadaaan barang/ jasa, seperti Buku Informasi UK 4 dan UK 6,
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap.
BAB II
PENGERTIAN SPESIFIKASI
Spesifikasi juga dapat diartikan sebagai “suatu uraian terperinci mengenai persyaratan
kinerja barang, jasa atau pekerjaan, seperti kualitas material, metode kerja dan standar
kualitas pekerjaan dan lain lain yang harus diberikan oleh penyedia”2
1
Kenneth Lysons, Purchasing and Supply Chain Management, Financial Times, 2000
2
Indonesia Strengthening Public Procurement Program, Essential Procurement Skills Module 2, LKPP, 2010
Oleh sebab itu, hal yang paling penting dalam penyusunan spesifikasi adalah melakukan
identifikasi kebutuhan organisasi yang meliputi aspek: teknis (mutu barang/jasa),
jumlah, lokasi, waktu, dan tingkat pelayanan dari penyedia barang/jasa tersebut.
Mendefinisikan Kebutuhan
(need)
Mendefinisikan Spesifikasi
Alat :
Menganalisa Produk barang/jasa
Menganalisa persyaratan dan kebutuhan
semua pihak
Meminta pendapat ahli
Melihat referensi
Dokumen Spesifikasi
Secara umum persyaratan dapat disusun dengan memperhatikan hal-hal berikut ini :
Fungsi dan kinerja yang dibutuhkan
Jumlah barang/jasa yang diperlukan
Batasan ukuran dan desain yang esensial
Standar internal atau eksternal; nasional, regional atau internasional yang relevan.
Rincian dari model yang ada saat ini yang sesuai
Batasan waktu, kapan diperlukannya barang/jasa
Karakteristik atau isu-isu khusus terkait barang/jasa
Kondisi Kesehatan dan Keselamatan
Bertentangan dengan standar internal atau eksternal; standar nasional, regional atau
Internasional dan peraturan kesehatan dan keselamatan dll.
b. Karakteristik
Karakteristik spesifikasi adalah keadaan yang dinginkan dari barang, bahan
baku atau jasa yang akan dipasang, dibuat, diproduksi, dipergunakan,
disimpan atau dilaksanakan. Informasi ini dapat disajikan dalam bentuk
desain, sampel, gambar, model, pengujian awal atau penyelidikan.
Karakteristik juga dapat dilengkapi dengan indikator output, seperti:
kekuatan, kecepatan, format, gaya, dimensi, bobot, keselamatan dll bersama
dengan toleransi (bila berlaku). Karakteristik juga menjelaskan kebutuhan
khusus dalam hal kesesuaian atau hal yang dapat ditukar terkait dengan
aspek fungsi atau dimensi mengenai output, termasuk keragaman dan waktu
yang dibutuhkan.
Dalam hal terdapat pembatasan dari pihak internal atau pengecualian bahan
baku dan yang melekat padanya maka pembatasan tersebut, termasuk variasi
yang diperbolehkan, harus dinyatakan. Jika terdapat kebutuhan khusus untuk
menetapkan proses manufaktur, tampilan, tekstur, hasil akhir (termasuk
warna) tertentu, tanda untuk identifikasi, simbol operasional, berat, indikasi
keselamatan atau perlindungan, hal yang penting bagi desain misal
pengaturan suhu (heat treatment), maka hal tersebut harus dideskripsikan
diberitahukan.
c. Kinerja (Performance)
Kinerja adalah kondisi-kondisi yang menunjukkan bahwa output harus bekerja
sesuai ukuran yang diharapkan, seperti kenyamanan, kebersihan, kondisi
operasional, jaminan, dll. Kinerja harus jelas dinyatakan dalam dokumen
spesifikasi. Metode dan proses pengujian dalam rangka penilaian kinerja
mencakup dimana, bagaimana, oleh siapa, dan dalam keadaan apa untuk
mensimulasikan lingkungan operasionalnya, harus dengan jelas juga
dinyatakan. Kriteria untuk lulus pengujian tersebut mencakup keakuratan dan
penafsiran hasil, sertifikasi, jadwal pelaporan dan kondisi dapat diterimanya,
perlu dinyatakan dengan jelas.
Output produk atau jasa dalam rentang hidup (life span) yang diharapkan,
kondisi operasional, pengendalian kualitas, dan proses jaminan yang
ditetapkan dengan menggabungkan setiap variasi atau modifikasi termasuk
setiap kebutuhan perlindungan atau kemasan dan informasi (format,
frekuensi, media, isi dll), juga menjadi bagian kinerja yang harus dijelaskan
dalam dokumen spesifikasi.
Seringkali bahasa yang tidak resmi (jargon, slang, slogan) hanya khusus
digunakan dalam industri atau organisasi tertentu yang sering membingungkan
salah satu pihak. Oleh karena itu, ketika menyusun spesifikasi, penyusun harus
selalu menjelaskan istilah, akronim dan simbol. Penulis spesifikasi tidak bisa
mengharapkan bahwa spesifikasi akan dibaca oleh ahli saja.
Bagian dalam spesifikasi harus diberi nomor dengan metode yang konsisten dan
masuk akal serta menggunakan seseorang yang independen untuk membaca
spesifikasi dalam rangka mengecek apakah spesifikasi tersebut mudah dibaca
serta jelas dan kemudian membahas semua konsep spesifikasi itu dengan rekan
dan pengguna.
Pihak mana yang menanggung risiko dan tanggung jawab (liability) untuk
cedera atau kerusakan yang terjadi terhadap orang atau properti sementara
pekerjaan dilakukan di lokasi?
Siapa yang mengatur Penyerahan, Membongkar Muatan dll. dan atas risiko
siapa?
Kewajiban dan insentif apa yang dapat ditempatkan kepada penyedia untuk
mengganti barang yang rusak atau yang hilang dalam pengiriman, atau di
lokasi?
Siapa yang mengatur, melindungi dan memiliki tanggung jawab (liability)
dalam hal penyimpanan barang di lokasi pembeli?
b. Membongkar Muatan
Siapa yang menyediakan peralatan membongkar/mengangkat peralatan
(atas biaya siapa)?
Siapa yang menyediakan tenaga kerja untuk membongkar/menyimpan
barang tersebut?
Siapa yang menyediakan tenaga kerja untuk memindahkan barang itu?
Siapa yang menyediakan asuransi untuk barang itu?
d. Fasilitas Lokasi
Apa yang tersedia dan diperlukan penyedia?
Apa yang dapat dipakai dan atas risiko siapa?
Prosedur apa yang ada untuk fasilitas khusus dan jasa tetap/sementara?
BAB III
MENDESKRIPSIKAN SPESIFIKASI
Sebaliknya mutu barang yang terlalu umum akan menimbulkan multi tafsir
sehingga penyedia barang/jasa akan melakukan improvisasi. Bila jumlah
penyedia barang/jasa yang memenuhi terlalu banyak, akan sulit bagi pejabat
pengadaan untuk memutuskan penyedia barang/jasa yang layak dipilih.
A. Merek
Merek (brand atau trade name) merupakan spesifikasi yang paling sederhana dan
paling mudah untuk dikomunikasikan ke penyedia barang/jasa. Penggunaan
merek diperbolehkan bila barang yang diperlukan merupakan paten atau PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen, yaitu pengguna dalam konteks pengadaan di
Organisasi Pemerintah) berada dalam posisi tidak ada pilihan lain.
Tiap merek memiliki citra yang berbeda dibenak pengguna barang/jasa. Misalnya,
kendaraan merek tertentu (kendaraan mewah) mempunyai citra yang berbeda
dengan kendaraan niaga. Kadang-kadang barang dengan merek yang sama tetapi
dari distributor yang berbeda juga memiliki harga yang berbeda.
Pada umumnya, merek-merek terkenal memiliki harga yang mahal. Dalam hal
tidak ada keharusan untuk menggunakan merek tertentu, sangat dianjurkan untuk
tidak memilih barang yang memiliki merek mahal.
Apabila kebutuhannya memang hanya bisa dipenuhi oleh satu merk tertentu saja,
maka sebaiknya digunakan spesifikasi kualitas dengan langsung menyebutkan Merk
barang/jasa yang dibutuhkan. Hal ini tentunya didukung dengan dokumentasi kajian
dari kebutuhan yang mendasari penggunaan spesifikasi Merek tersebut.
B. Standarisasi
Standar memungkinkan penyedia barang/jasa dan pembeli berkomunikasi dalam
bahasa yang sama, baik melalui istilah, parameter, simbol, maupun terminologi.
Standar akan meliputi :
Standar komposisi, misalnya : kandungan zat tertentu pada minuman.
Standar dimensi, misalnya : ukuran panjang.
Standar kinerja, mutu, dan keamanan produk.
Persyaratan teknis (Technical Requirement).
Standar inspeksi dan pengujian.
Peraturan atau pedoman yang terkait.
Pada saat menyusun spesifikasi, pembuat spesifikasi dapat membuat standar sendiri
(standarisasi internal) atau mengacu pada standar yang sudah ada (standar
eksternal).
Oleh sebab itu, sebelum menyusun spesifikasi, sangat dianjurkan untuk memeriksa
apakah barang/jasa yang hendak dibelinya sudah ada standarnya. Jika standar
internasional tetap tidak didapatkan, dianjurkan menggunakan standar yang
digunakan oleh penyedia barang/jasa, dalam hal tidak memiliki kemampuan untuk
menyusun standar sendiri.
Standar Eksternal
Contoh standar eksternal adalah :
1. Standar Industri
Standar Industri merupakan standar yang dibuat oleh produsen barang dan
jasa.
2. Standar Nasional
3. Standar Regional
4. Standar Internasional
Standar Nasional merupakan standar yang dibuat oleh suatu negara misalnya SNI
(standar nasional Indonesia). SNI berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia. Sampai
dengan tahun 2015 sudah ditetapkan 8513 SNI oleh pemerintah yang terdiri dari :
a. SNI diberlakukan wajib (sejumlah 197 SNI),
Jika atas suatu barang atau jasa telah diberlakukan SNI wajib, maka pelaku usaha
yang barang atau jasanya tidak memenuhi dan/atau tidak sesuai dengan SNI
wajib, tidak boleh memproduksi dan/atau mengedarkan barang atau jasa
tersebut .
Selain itu, jika pelaku usaha telah memperoleh sertifikat produk dan/atau tanda
SNI dari lembaga sertifikasi produk untuk barang atau jasanya, pelaku usaha
tersebut dilarang memproduksi dan mengedarkan barang dan/atau jasa yang
tidak memenuhi SNI.
SNI yang telah diberlakukan secara wajib, tidak hanya dikenakan pada barang
dan/atau jasa yang produksi dalam negeri, tetapi juga berlaku untuk barang
dan/atau jasa impor.
SNI wajib diberlakukan pada hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan
keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi
lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis.
SNI tidak diwajibkan pada semua barang artinya kegiatan dan produk yang
tidak memenuhi ketentuan SNI tidak dilarang. SNI bersifat sukarela untuk
ditetapkan oleh pelaku usaha.
Storox-100 KG 1,200
Tenaga Kerja Pekerja OH 2,100
Standarisasi Internal
Standar Internal biasanya dipakai sesuai dengan barang/jasa yang sudah biasa
digunakan atau merupakan keseragaman penggunaan dalam suatu organisasi. Contoh
standar internal yang banyak dipakai dalam pekerjaan konstruksi pada pengadaan di
Organisasi Pemerintah adalah Norma Standar Pedoman dan Manual dari Kementerian
PUPERA (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) yang dapat download pada link:
http://binamarga.pu.go.id/bm/index.php/produk/nspm.
Mengembangkan standar internal layak bila menghadapi situasi berikut ini :
Beberapa alasan yang sering muncul sehingga diputuskan untuk menggunakan atau
menciptakan standarisasi internal adalah :
Perencana atau perancang yang ada dalam unit kerja memutuskan untuk
mengembangkan desain dan spesifikasi ciptaan sendiri.
Sudah tersedia standar internal sebelumnya, sehingga untuk mengikuti
standar eksternal justru memerlukan waktu, tenaga, dan biaya tersendiri.
Tidak tersedia informasi yang memadai di unit kerja mengenai spesifikasi yang
telah dipergunakan di unit kerja.
Standar internal sering tidak ada pada unit kerja yang memiliki cabang dengan lokasi
yang tersebar di berbagai pulau. Ketiadaan standar internal pada kasus ini biasanya
berdampak pada meningkatnya biaya pengadaan barang/jasa.
Beberapa manfaat adanya standar internal adalah :
Mengurangi waktu yang diperlukan oleh unit kerja untuk mengembangkan
standar sendiri.
Membantu unit kerja untuk konsentrasi pada sejumlah kecil barang/jasa, fokus
pada mutu yang baik dengan menghabiskan waktu untuk mendapatkan
penyedia barang/jasa terbaik.
Membeli dalam jumlah besar, sehingga bisa melakukan negosiasi dengan
sedikit penyedia barang/jasa untuk mendapatkan harga yang lebih baik.
Peningkatan volume dengan sedikit penyedia barang/jasa, akan meningkatkan
saling pengertian dan kedekatan antara pejabat pengadaan dan penyedia
barang/jasa, dengan demikian diharapkan tingkat mutu barang/jasa yang
dipasok akan meningkat.
Menurunkan biaya penyimpanan karena jenis item yang dibeli menurun.
C. Sampel
Sampel sering digunakan bila spesifikasi agak sulit dijelaskan dalam deskripsi kata-
kata, misalnya warna yang spesifik. Sehingga, penyedia barang/jasa sering juga
diminta memberikan sampel sebelum menyerahkan barang yang hendak
dipasoknya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, sampel sering dijadikan acuan untuk melakukan
pemeriksaan mutu atas barang yang datang dari penyedia barang/jasa.
Kelebihan Sampel :
Memudahkan penyedia barang/jasa untuk memahami kebutuhan dan
keinginan pengguna barang/jasa dalam hal spesifikasi sulit dijelaskan dengan
kata-kata.
Memudahkan pengguna atau PPK untuk memastikan ketersediaan barang/jasa
atas kemampuan penyedia barang/jasa memenuhi kebutuhan dan keinginan
pengguna barang/jasa.
Kekurangan Sampel :
Penerima hasil pengadaan harus mampu memastikan bahwa barang yang
dikirimkan oleh Penyedia barang/jasa sama dengan sampel yang diberikan.
Perbedaan kecil antara barang yang dikirimkan penyedia barang/jasa dengan
sampel mungkin akan sulit diketahui.
Untuk itu diperlukan alat ukur atau alat uji yang tidak mudah.
D. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknik umumnya meliputi :
Karakteristik fisik (dimensi, kekuatan, dan sebagainya).
Detil desain.
Toleransi.
Material yang digunakan.
Metode produksi/pelaksanaan.
Persyaratan pemeliharaan.
Persyaratan operasi.
E. Spesifikasi Komposisi
Spesifikasi komposisi merupakan bentuk spesifikasi yang menyatakan susunan zat
suatu barang dengan karakteristik masing-masing unsur pembentuknya. Spesifikasi
komposisi juga sering digunakan pada barang/jasa yang memerlukan batasan
peraturan lingkungan hidup. Misalnya, kadar cat pada mainan anak-anak, bahan
kimia pada obat.
Spesifikasi komposisi sangat dianjurkan disusun oleh ahli yang kompeten di
bidangnya. Spesifikasi komposisi juga harus dites atau diverifikasi pada saat barang
diterima. Tes atau verifikasi harus dilakukan oleh pihak ketiga (ahli) yang
independen.
Kelebihan spesifikasi komposisi :
Spesifik dan rinci.
Contoh:
Obat untuk meredakan gejala flu
Setiap tablet minimal harus mengandung mengandung :
• Parasetamol 400 mg
• Fenipropanolamin HCl 12,5 mg
• Klofeniramin Maleat 1 mg
Pendekatan Judgement:
Bisa berupa pendapat para eksekutif (executive judgement), pendapat pelaksana
kegiatan, atau pendapat para pakar (expert judgement). Pendekatan ini dipilih bila
kebutuhan akan barang/jasa sering berubah dan perubahannya sangat cepat sehingga
tidak ditemukan data historis, atau data historis tidak mampu mendukung peramalan
kebutuhan di masa yang akan datang. Misalnya, kebutuhan akan teknologi komunikasi
yang bertumbuh sangat cepat akhir akhir ini. Sejalan dengan pendekatan Delphi, hasil
pendekatan ini juga bersifat kualitatif, sehingga tidak dapat digunakan dalam praktek
pengadaan sehari-hari. Pendekatan ini hanya diperlukan untuk memberikan indikasi
peningkatan atau penurunan kebutuhan suatu barang di masa yang akan datang.
Tahun Kebutuhan
2006 125
2007 120
2008 128
2009 135
2010 139
2011 142
Maka, perkiraan kebutuhan barang di tahun 2012 yang dihitung dengan pendekatan
Moving Average adalah sebagai berikut :
Contoh berikutnya adalah Moving Average dengan Bobot. Tabel 6 adalah data
kebutuhan bulanan dari Januari – November. Perhitungan perkiraan kebutuhan
dengan moving average dengan bobot, dapat dilihat pada kolom ‘Perhitungan’. Bobot
yang digunakan: Bulan Lalu = 3 ; Dua Bulan Lalu = 2 ; Tiga Bulan Lalu = 1
Desember ? { ( 3 x 16 ) + ( 2 x 18 ) + 28 } = 18
2/3
Sebagai contoh, Tabel 7 menggambarkan nilai import sebuah barang dari tahun 2005
– 2011. Jika data tersebut dimasukkan ke dalam rumus a dan b di atas, maka
diperoleh :
(7)(171000)− 28 (37100)
a= (7)(140)− 282
= 807,1
37100 (807,1)(28)
b= − = 2071,6
7 7
c. Biaya Barang
Biaya yang digunakan untuk membeli barang. Misalnya, harga satuan barang tersebut.
Hubungan antara biaya pesan dan biaya penyimpanan terlihat seperti gambar di
bawah ini:
Dari gambar di atas terlihat bahwa makin besar jumlah barang yang dipesan pada
setiap kali pemesanan akan berdampak pada menurunnya biaya pemesanan, tetapi
akan berdampak kepada meningkatnya biaya penyimpanan barang.
Kondisi sebaliknya, makin sedikit jumlah barang yang dipesan pada setiap kali
pemesanan akan berdampak pada meningkatnya biaya pemesanan/ordering cost
(karena untuk setiap kebutuhan akan terpaksa melakukan pembelian beberapa kali
untuk memenuhi kebutuhan akan barang tersebut), tetapi akan berdampak kepada
menurunnya biaya penyimpanan barang.
Berdasarkan hubungan tersebut, maka biaya total untuk pengadaan sebuah barang
per tahun dapat dihitung dengan rumus :
Biaya Total = O (B/Q) + C (Q/2) + B P
Keterangan :
O : Biaya Pemesanan
B : Total kebutuhan barang dalam satu tahun
Q : Jumlah barang dalam sekali order
i : tingkat suku bunga
C : Biaya Penyimpanan
Oleh karena itu, jumlah pemesanan barang yang ekonomis (EOQ) dapat dihitung
sebagai berikut:
2𝐵𝑂
EOQ = √ 𝐶
C=i.p
EOQ = jumlah pesanan ekonomis (unit/tahun)
B = jumlah kebutuhan/tahun (unit/tahun)
O = biaya pesan/pembelian, (Rp/pesanan)
C = biaya penyimpanan, (Rp/unit/tahun)
i = % biaya penyimpanan, (25%-35%)/tahun
p = harga barang, (Rp/unit)
Pemeliharaan
Aspek maintenance dan repair harus dinyatakan dalam ruang lingkup spesifikasi, ketika
barang/jasa yang dibeli memerlukan hal tersebut dan/atau tidak ada orang dalam unit
kerja pengguna barang/jasa yang mampu melakukan maintenance dan repair.
a. Contact Person
Informasi Contact Person, misalnya pengguna barang/jasa, ini untuk menciptakan
akses informasi yang mudah bagi penyedia barang/jasa memahami kebutuhan
barang/jasa, dan untuk meningkatkan komunikasi yang efektif dan efisien antara
penyedia barang/jasa dengan pengguna atau pengelola pengadaan.
d. Aspek legal
Pengguna atau pengelola pengadaan (PPK dan/atau pejabat pengadaan di organisasi
pemerintah) bertanggung jawab untuk memberitahukan aspek legal dan peraturan
yang terkait dalam pengadaan barang/jasa termaksud. Oleh karena itu, akan lebih
mudah jika peraturan tersebut dimasukkan ke dalam spesifikasi. Terdapat beberapa
institusi yang dapat dihubungi untuk membantu mempermudah melakukan
indentifikasi peraturan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa tertentu, seperti :
a) Peraturan Perdagangan Internasional dapat dilihat pada World Trade
Organization(WTO) melalui www.wto.org.
b) International Organization for Standarization (ISO) melalui www.iso.org.
c) United Nations Environmental Programme (UNEP) melalui www.unep.org.
d) World Health Organization (WHO) melalui www.who.org.
e) TKDN (Barang yang sudah diproduksi dalam negeri) Kemenperin.
f) DRC (Domestic Resources Cost).
Barang jadi adalah barang yang sudah tersedia di pasar dan bisa langsung digunakan
oleh pengguna barang/jasa. Contohnya : mobil, kertas, printer, dan sebagainya
Barang produksi (jasa) adalah barang/jasa yang harus diproses terlebih dahulu untuk
dapat digunakan oleh pengguna barang/jasa. Contoh barang produksi (jasa) adalah
jasa konsultansi, jasa lainnya, dan jasa konstruksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Makin ke arah kiri, maka persentase komponen material makin membesar. Sebaliknya,
makin ke arah kanan, komponan tenaga kerja makin membesar.
Jasa konsultansi, contohnya, tetap harus menyerahkan laporan (unsur material) dan
menggunakan peralatan (komputer) dalam melaksanakan tugasnya. Tetapi unsur
tenaga kerja menjadi dominan karena jasa konsultansi merupakan jasa keahlian (brain
– otak) yang menjadi fokusnya. Sehingga, untuk pengadaan di organisasi Pemerintah,
ada ketentuan biaya non personil maksimal 40% kecuali untuk pekerjaan tertentu.
Pada jasa lainnya, misalnya jasa catering, penyedia barang/jasa tetap harus
menyerahkan ketiga komponen material, peralatan, dan tenaga kerja. Jasa konstruksi,
misalnya jasa pembangunan gedung, sangat kalau memerlukan ketiga komponen,
material, peralatan, dan tenaga kerja.
Spesifikasi teknis jasa tidak seperti spesifikasi teknis barang yang lebih dominan pada
kualitas output dan bersifat tangible. Jasa mencakup keseluruhan alur dari input,
proses hingga output. Di sisi output tidak hanya bersifat tangible, namun juga
intangible. Sehingga untuk pembuatan spesifikasi Jasa kita harus memperhatikan
keseluruhan alur dari input, proses hingga output yang dibutuhkan oleh jasa tersebut.
Input dapat terdiri dari bahan, peralatan, dan tenaga kerja. Proses terdiri dari metode
kerja. Output jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu obyek, alat,
atau benda, maka output jasa yang terutama adalah kinerja (performance). Meskipun
sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung oleh produk fisik misalnya telepon
dalam jasa telekomunikasi, pesawat dalam jasa angkutan udara, makanan dalam jasa
restoran, namun dalam konteks jasa, esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah
kinerja yang diberikan oleh penyedia. Misal: Jasa konstruksi adalah layanan jasa
konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Untuk pengadaan barang, semua jenis spesifikasi mutu dapat digunakan, sedangkan
untuk pengadaan jasa (services) sangat jarang menggunakan Spesifikasi Sampel dan
Komposisi. Pemakaian spesifikasi kualitas dapat hanya menggunakan satu jenis
spesifikasi kualitas atau dapat merupakan gabungan atau kombinasi dari beberapa
jenis spesifikasi kualitas. Berikut ini adalah contoh uraian deskripsi spesifikasi untuk
masing masing jenis barang/jasa (yang pembagiannya mengikuti pembagian jenis
barang/jasa pada pengadaan di organisasi Pemerintah) :
3.6.1. Barang
Spesifikasi dalam pengadaan barang dapat menggunakan semua jenis spesifikasi
kualitas tergantung dari kebutuhan barang yang akan diadakan. Dapat digunakan satu
jenis spesifikasi kualitas atau gabungan dari padanya. Contoh dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 10. Contoh Spesifikasi Barang
No Nama Barang Spesifikasi Keterangan
Kualitas
1 Mobil Operasional Merk Pengadaan melalui
Kantor ekatalog
2 Obat obatan dan bahan Komposisi Kandungan zat
kimia didalamnya sangat
berpengaruh terhadap
kinerja.
3 Helm SNI Wajib SNI
4 Seragam Pegawai Sampel Sulit untuk dideskripsikan
2) Spesifikasi proses
Spesifikasi proses merupakan uraian proses yang harus diikuti oleh penyedia untuk
menghasilkan setiap satuan pekerjaan. Spesifikasi proses disusun berdasarkan
kaidah teknis oleh konsultan perencana dan/atau dari standar yang telah ada.
Ketentuan tentang waktu pelaksanaan, lokasi pekerjaan, dan layanan yang harus
disediakan oleh penyedia merupakan bagian dari spesifikasi proses. Contohnya
adalah metode proses penghamparan hotmix (Lampiran 1).
3) Spesifikasi output
Spesifikasi output disusun dengan menggunakan pendekatan spesifikasi kinerja
(performance) dan spesifikasi standar. Contohnya adalah spesifikasi output untuk
pekerjaan Pemeliharaan Periodik Jalan dengan menggunakan Hotmix Laston harus
memiliki standar ketentuan sifat-sifat campuran Laston seperti table di bawah ini,
dan Kontraktor wajib menjaga performance kemantapan jalan selama 2 tahun.
Laston
Sifat-sifat Campuran
WC BC Base
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60
Stabilitas Marshall (%) Min 800 1500(1)
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 5(1)
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60 °C Min 75
(5)
A. Spesifikasi sebuah jasa konsultansi terdiri dari Spesifikasi Teknis Input, Proses dan
Output.
1) Spesifikasi input
a. Tenaga ahli/tenaga pendukung, kualifikasi tenaga ahli dalam jasa
konsultansi yang ditentukan oleh: tingkat pendidikan formal, sertifikasi
keahlian, dan pengalaman profesional.
2) Spesifikasi proses
Spesifikasi proses merupakan tahapan pelaksanaan yang harus dilakukan oleh
konsultan untuk mencapai output yang ditetapkan, termasuk kewajiban
konsultan untuk membuat laporan-laporan. Ketentuan tentang waktu
pelaksanaan, lokasi pekerjaan, dan layanan yang harus disediakan oleh
penyedia merupakan bagian dari spesifikasi teknis proses.
3) Spesifikasi output
Spesifikasi output adalah hasil pekerjaan jasa konsultansi. Hasil ini dapat
berupa Buku Laporan Pendahuluan, Buku Laporan Akhir, Laporan Hasil Survey
dan Analisanya, Gambar Design, dll.
C. Spesifikasi teknis jasa konsultansi dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
1) Uraian pendahuluan berupa gambaran secara garis besar mengenai pekerjaan yang
akan dilaksanakan, antara lain latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi, asal
sumber pendanaan, nama, dan organisasi PPK.
2) Data penunjang yaitu berupa data yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan,
antara lain data dasar, standar teknis, studi-studi terdahulu yang pernah
dilaksanakan, dan peraturan perundang-undangan yang harus digunakan.
3) Tujuan dan ruang lingkup pekerjaan yang memberikan gambaran mengenai tujuan
yang ingin dicapai, keluaran yang dihasilkan, keterkaitan suatu keluaran dengan
keluaran lain, peralatan dan material yang harus disediakan oleh penyedia,
perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan konsultansi, kualifikasi dan jumlah tenaga
ahli yang harus disediakan oleh penyedia, perkiraan keseluruhan tenaga ahli dan
tenaga pendukung yang diperlukan (jumlah person-month), dan jadwal setiap
pelaksanaan pekerjaan. Khusus jasa konsultansi dengan metode pagu anggaran,
jumlah tenaga ahli tidak dicantumkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).
4) Jenis dan jumlah laporan yang dipersyaratkan, antara lain laporan pendahuluan,
laporan bulanan, laporan antara dan laporan akhir.
5) Ketentuan bahwa kegiatan jasa konsultansi harus dilaksanakan di Indonesia, kecuali
untuk kegiatan yang belum mampu dilaksanakan di Indonesia.
6) Hal-hal lain, seperti fasilitas yang disediakan oleh PPK untuk membantu kelancaran
tugas penyedia, persyaratan kerjasama dengan penyedia lain (apabila diperlukan),
dan pedoman tentang pengumpulan data lapangan.
A. Jenis pekerjaan yang termasuk dalam Jasa Lainnya sangat beragam, yang dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Jasa lainnya yang memiliki spesifikasi output;
2) Jasa lainnya yang memiliki spesifikasi proses dan output;
3) Jasa lainnya yang memiliki spesifikasi input, proses dan output.
1) Spesifikasi input
Spesifikasi input berupa bahan/material/peralatan, bisa disusun dengan
menggunakan pendekatan spesifikasi teknis barang, misalnya: spesifikasi
merek/nama dagang, contoh, dan komposisi.
Spesifikasi input berupa tenaga kerja, ditentukan secara khusus, apabila
diperlukan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut atau
penyelesaian pekerjaan sangat tergantung pada keahlian dan pengalaman
tenaga kerja.
2) Spesifikasi proses
Spesifikasi proses adalah uraian proses yang harus diikuti oleh penyedia untuk
menghasilkan setiap satuan pekerjaan. Ketentuan tentang waktu pelaksanaan,
lokasi pekerjaan, dan layanan yang harus disediakan oleh penyedia merupakan
bagian dari spesifikasi teknis proses.
3) Spesifikasi output,
Spesifikasi output pada prinsipnya disusun dengan pendekatan performance,
yang perumusannya harus:
Dinyatakan dengan jelas dan tepat;
Kriteria outputnya jelas dan dapat dilakukan pengukuran.
Contoh Spesifikasi Jasa Lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3
Secara umum, spesifikasi dikelompokkan ke dalam spektrum yang terdiri dari dua
ujung (Gambar 3) :
1. Spesifikasi berdasarkan kinerja (Performance Based Specification)
Spesifikasi berdasarkan kinerja menitik beratkan pada hasil atau outcome
daripada proses.
Spesifikasi berdasarkan kinerja menitikberatkan padak kebutuhan barang
dan jasa daripada bagaimana barang dan jasa tersebut di produksi.
Spesifikasi berdasarkan kinerja mengizinkan responden untuk membawa
keahlian dan kreatifitas mereka dalam penawaran. Sehingga potensi
penyedia memberikan harga yang rendah bisa didapatkan.
Aplikasi spesifikasi ini sangat sesuai untuk pekerjan yang melihat hasil
akhir.
2. Spesifikasi berdasarkan desain (Design Specification):
Spesifikasi desain menggarisbawahi secara tepat bagaimana
penyedia/kontraktor harus melakukan pekerjaan jasa tau bagaimana
barang dibuat.
Aplikasi sesuai untuk pembelian yang sederhana seperti peralatan ATK,
furnitre dan jasa staf tidak permanen. Biasanya pengadaan ini dilengkapi
dengan kuantitas, spesifikasi barang/jasa per satuan serta persyaratan
waktu, lokasi dan cara untuk penyerahan dan penerimaan
Sebagai Contoh :
Jika Organisasi menggunakan suatu desain spesifikasi untuk pengadaan 1 Unit Peralatan
Laboraturium, dan ternyata setelah diserahterimakan peralatan tersebut tidak bekerja
dengan benar, maka hasil nya kemungkinan disebabkan oleh kesalahan spesifikasi.
Namun Jika organisasi menulis dengan Spesifikasi Berdasarkan Kinerja maka Peralatan
Laboratorium harus beroperasi dengan baik untuk memenuhi standar kinerja yang
ditetapkan.
Contoh Lain untuk spesifikasi Barang berupa Pallet Kayu yang mengikuti standar yang
berlaku di Eropa (Lampiran 4)
Pemilihan jenis spesifikasi pada spektrum tersebut, dapat didasarkan pada beberapa
pertimbangan, seperti:
a. ketersediaan waktu dalam menulis spesifikasi,
b. risiko ketidakpuasan terhadap kinerja, dan
c. ruang untuk penyedia dalam berinovasi (Gambar di bawah)
1. Ketersediaan waktu untuk menulis spesfifikasi
Jika waktu yang tersedia hanya sedikit, sebaiknya penulisan spesifikasi
didasarkan pada spesifikasi yang berdasarkan kinerja. Demikian sebaliknya,
jika waktu yang tersedia cukup banyak dan seluruh data bisa dikumpulkan
maka penulisan spesifikasi berdasarkan desain dengan kriteria pemenuhan
(conformance criteria) yang terperinci dapat digunakan.
2. Kemungkinan Risiko kinerja yang tidak memuaskan
Ketika kondisi risiko terhadap kinerja yang tidak memuaskan begitu besar,
sebaiknya pemilihan jenis spesifikasi berdasarkan desain dengan kriteria
sangat dianjurkan. Demikian juga sebaliknya apabila risiko ketidakpuasan
terhadap kinerja sangat kecil, maka penulisan spesifikasi berdasarkan
performance sangat dianjurkan.
3. Toleransi untuk penyedia dalam berinovasi.
Ketika kondisi dimana kontraktor diizinkan untuk berinovasi, maka penulisan
berdasarkan performance sangat dianjurkan. Namun sebaliknya, jika ruang
untuk kontraktor berinovasi tidak ada, maka penulisan spesifikasi
berdasarkan desain sangat dianjurkan.
BAB IV
ANALISIS KESESUAIAN SPESIFIKASI
Jelas (Clear)
Jelas (Clear) berarti spesifikasi harus mengandung cukup informasi bagi penyedia
untuk menentukan kesesuaian pekerjaan dengan kebutuhan dan apa dampaknya
terhadap biaya. Hal ini terkait dengan salah satu fungsi spesifikasi yaitu sebagai
komunikasi antara pengguna dengan penyedia. Informasi yang ditulis dalam dokumen
spesifikasi harus bebas dari ambiguitas atau makna ganda agar dapat dibaca dan
diterima serta dilaksanakan oleh penyedia sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
pengguna.
Penggunaan istilah secepatnya (as soon as possible), cukup bagus (good enough),
atau jargon yang tidak dapat terukur secara jelas harus dihindarkan dalam penulisan
spesifikasi. Mengecek kejelasan spesifikasi, akan lebih baik bila melibatkan pihak yang
independen untuk membaca spesifikasi.
Contoh :
Barang yang dibutuhkan adalah produksi dari dalam negeri yang terstandarisasi. Oleh
karena itu, dalam spesfikasi harus dituangkan persyaratan SNI (Standar Nasional
Indonesia) nomor berapa yang harus dipenuhi. Atau, apabila yang dibutuhkan adalah
produksi dari suatu negara (produk import), maka pembuat spesifikasi harus
mencantumkan asal negara produsen dan standar dari negara tersebut yang harus
dipenuhi. Dengan penggunaan standar yang jelas, maka penyedia memiliki cukup
informasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Ketidakjelasan standar yang
dipersyaratkan akan menjadi masalah dalam penerimaan barang/jasa.
Singkat dan padat berarti pula bahwa spesifikasi harus ditulis dengan menggunakan
format yang jelas, susunan yang masuk akal, sedapat mungkin dibuat padat dan
singkat tanpa mengurangi pemahaman dan tidak menjelaskan kebutuhan yang sama
dalam lebih dari satu bagian. Pembuat spesifikasi harus berusaha menetapkan setiap
elemen kebutuhan dalam satu atau dua paragraf.
Contoh, rincian detail struktur organisasi dari pengguna apabila tidak ada kaitannya
dengan kebutuhan barang/jasa yang akan diadakan tentunya tidak perlu dituangkan
dalam dokumen spesifikasi.
Menyeluruh (Comprehensive)
Comprehensive atau menyeluruh berarti dokumen spesifikasi harus dapat memberikan
gambaran ruang lingkup pakerjaan sampai hasil pengadaan dapat dimanfaatkan oleh
pengguna akhir. Hal ini terkait dengan uraian dari ruang lingkup pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Ruang lingkup mencakup batasan pekerjaan dari awal sampai akhir, apa
saja yang harus disediakan oleh penyedia harus dituangkan secara lengkap.
Contoh:
Pengadaan komputer apakah hanya komputer nya saja, atau termasuk instalasi OS -
operating sistem nya (Windows atau IOS), atau termasuk pemeliharaan (maintenance)
dalam jangka waktu tertentu? Ketika dokumen spesifikasi tidak menyebutkan instalasi
OS , padahal pengguna tidak memiliki dana tambahan untuk instalasi OS (windows 10
harganya sekitar Rp. 1,8 juta per PC), maka akan terjadi masalah ketika komputer
telah diterima pengguna. Hasil pengadaan tidak akan langsung dipakai oleh pengguna
karena tidak ada OS.
Konsisten (Consistent)
Konsisten berarti kriteria yang dipersyaratkan dalam dokumen spesifikasi tidak
berubah-ubah, harus konsisten, baik terkait persyaratan yang diharus dipenuhi atau
hal-hal lainnya yang harus dilaksanakan oleh penyedia. Jangan sampai ada konten
yang memiliki arti berbeda. Bagian dalam spesifikasi harus diberi nomor dengan
metode yang konsisten dan masuk akal. Konsistensi dokumen spesifikasi dapat diuji
dengan membahas semua konsep spesifikasi itu dengan rekan dan pengguna atau
pihak lain (yang independen), kemudian dicek apakah semuanya memiliki pemahaman
yang sama terhadap konten utama dalam spesifikasi.
Benar (Correct)
Correct atau benar, berarti bahwa spesifikasi yang ditetapkan harus sesuai dengan
kebutuhan pengguna akhir (end user) dan menghindari spesifikasi yang berlebihan
atas suatu kebutuhan. Hal ini terkait dengan pendetailan kebutuhan menjadi uraian
persyaratan (requirement) yang dapat mencukupi kebutuhan pengguna. Uraian
persyaratan harus terdeskripsi dengan benar tidak melebihi dan tidak kurang dari yang
dibutuhkan. Secara umum, 5 Kriteria Tepat (Tepat Kualitas, Tepat Jumlah, Tepat
Lokasi, Tepat Waktu dan Tepat Harga) dalam pengadaan menjadi dasar dalam
pengecekan apakah dokumen spesifikasi yang dibuat sudah benar atau tidak.
Penggunaan deskripsi spesifikasi kualitas/mutu yang tepat akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas dokumen spesifikasi agar pengadaan menjadi tepat kualitas. Begitu
pula perhitungan kebutuhan dengan metode yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya akan berpengaruh terhadap ketepatan kualitas.
PPK atau ULP atau pejabat pengadaan sering menghadapi situasi dimana jumlah
rancangan kontrak, spesifikasi dan HPS yang dikaji ulang cukup banyak
sementara waktu dan tenaga kerja yang tersedia untuk melakukan kaji ulang
sangat terbatas. Untuk itu perlu dilakukan prioritas.
Selain itu, tiap unit kerja seharusnya memiliki beberapa sasaran pengadaan yang
tidak sama pentingnya. Misalnya, oleh unit kerja dipilih tiga sasaran pengadaan
yaitu biaya, mutu, dan waktu. Bila mutu menjadi fokus utama sasaran
pengadaan, maka spesifikasi teknik lebih cocok untuk digunakan.
Sedangkan bila fokus utama sasaran pengadaan adalah biaya, maka spesifikasi
kinerja lebih cocok untuk dipilih agar penyedia barang/jasa kreatif memunculkan
ide/gagasan memenuhi kinerja yang persyaratkan tetapi dengan biaya serendah
mungkin. Dengan contoh ini menjadi jelas bahwa terdapat implikasi fokus
utama sasaran pengadaan terhadap metoda spesifikasi dan tipe spesifikasi
yang sebaiknya dipilih/digunakan.
Supply Positining Model, seperti terlihat pada gambar di bawah ini, dapat
digunakan untuk melakukan prioritas yang baik.
Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk melakukan prioritas perencanaan pengadaan,
ada 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Nilai total (expenditure)
Yang dimaksud dengan nilai total adalah perkalian antara jumlah barang/jasa yang
dibeli dengan harga satuan barang/jasa yang dibeli.
Dari nilai total beberapa barang/jasa yang dibeli, dilakukan klasifikasi dengan
pendekatan klasifikasi ABC, dan konsep Pareto.
2. Dampak terhadap kinerja (impact)
Posisi pengadaan barang/jasa terhadap keberlangsungan hidup suatu organisasi
ditentukan oleh PIP (potential impact on performance) suatu barang/jasa terhadap
organisasi pengguna barang/jasa.
Tiap sasaran pasokan pasti memiliki dampak yang berbeda terhadap kinerja
organisasi, untuk mudahnya kita sebut PIP (potential impact on performance).
Sehingga pada PIP kita mengenal 3 (tiga) tingkat : T (tinggi), S (sedang), R
(rendah).
Andaikata dalam unit kerja tersebut telah menetapkan 5 (lima) sasaran pasokan
(sasaran pengadaan barang/jasa) sebagai berikut :
Tabel 15. Sasaran dan Rating
SASARAN PASOKAN RATING PIP
Berikut ini merupakan beberapa contoh sasaran pasokan yang sering digunakan
oleh beberapa organisasi berikut landasan berfikir/kriteria mengapa
menetapkan sasaran pasokantersebut menjadi bagian dari Tender Evaluation
Criteria.
Tabel 17. KRITERIA PENGGUNAAN SASARAN PASOKAN
SASARAN PASOKAN KRITERIA
Pemastian Mutu Barang/Jasa Barang/jasa yang dibeli sering harus
diubah atau dirancang ulang
Barang/jasa yang dibeli merupakan
produk baru atau
berdampak pada kinerja Pengguna
Barang/Jasa
Barang/jasa yang dibeli merupakan
desain baru
Barang/jasa yang dibeli bersifat kompleks
Menurunkan waktu tenggang Keterlambatan kedatangan barang/jasa yang
(Lead Time) dan Tepat Waktu dibeli akan berdampak pada kinerja
(on Time Delivery) Pengguna Barang/Jasa
Pemastian ketersediaan Barang/jasa yang dibeli terkait dengan
Pasokan barang/jasa lain dan menjadi satu
Jangka Panjang kesatuan sistem yang akan digunakan
dalam jangka panjang
Barang/jasa yang dibeli merupakan
bagian dari barang/jasa yang bersifat
kapital
Pemastian Dukungan Barang/jasa yang dibeli bersifat kompleks
Pemasok dan/ atau baru bagi Pengguna
Barang/Jasa
Barang/jasa yang dibeli masuk dalam
jalur kritis
Menurunkan Harga Pembelian Barang/jasa yang dibeli berharga mahal
Menurunkan Total Cost of Biaya operasi dan/ atau biaya pemeliharaan
Ownership (Total barang/jasayang dibeli ada kemungkinan
BiayaKepemilikan) jauh lebih tinggi dari padaharga pembelian
barang/jasa
Prioritas yang diperoleh dari klasifikasi ABC sering tidak sama dengan prioritas
yang diperoleh dari hasil analisis Rating PIP. Artinya, barang/jasa yang memiliki
nilai total kelas A tidak selalu memiliki nilai dampak terhadap kinerja organisasi
yang tertinggi pula.
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, ketiga part (F 002, F003,dan F005)
memiliki klasifikasi A, tetapi memiliki Rating PIP yang berbeda. Untuk dapat
melakukan prioritas yang melibatkan kedua kriteria, klasifikasi A dan Rating PIP,
maka digunakan pendekatan SUPPLY POSITIONING MODEL.
Kembali kepada contoh kasus.
Sekarang, tiap jenis pengadaan memiliki 2 (dua) indikator. Rating PIP dan
Klasifikasi ABC. Misalnya untuk kasus part :
Tabel 18. Klasifikasi ABC dan Rating
PART KLASIFKASI ABC RATING PIP
F 002 A T
F 005 A T
F 003 A S
Hasil akhir dari analisa ini terlihat dalam gambar di bawah ini :
Tabel 20 . Prioritas dan Indikator
Pertama F 002
Kedua F 005
Ketiga F 003
Tabel berikut ini berfungsi untuk melakukan kaji ulang terhadap spesifikasi yang sudah
disusun.
Tabel 24. Daftar Periksa untuk melakukan kaji ulang terhadap spesifikasi yang sudah jadi
ASPEK DESKRIPSI KETERANGAN
Mutu Travel Height : Lihat Gambar dan Perlu dilengkapi dengan
Spesifikasi hal hal yang memuat
Total Height : Lihat Gambar dan bagaimana
Spesifikasi Inspeksi dan testing
Ukuran shaft : 2300 x 2300 dilakukan untuk
Pit Dept : 2100 mm mengendalikan mutu Lift
Over Head : Lihat Gambar
dan Spesifikasi
Operation Control: Computerized
Control – Group
Power Listrik : Max 20 Kw/380 V/3 Ph/
50 Hz
Automatic bypass (75% loading)
Oveload devices, safety door edge Fire
emergency return
Emergency Light ……………….dst
Jumlah dan 2 (dua) buah Sudah dapat di
Waktu operasikan paling lambat tanggal 15
Kedatangan Oktober 20xx
Tingkat - Calon Penyedia Barang/Jasa wajib Belum memuat :
Pelayanan menyampaikan biaya pengoperasian • Single point contact
dan biaya pemeliiharaan sampai • Kebutuhan suku
dengan 5 (lima) tahun cadang
- Masa Pemeliharaan untuk lift ini selama masa
adalah selama 1 tahun/365 hari pemeliharaan
- Dll Waktu tanggap
Hasil survey pasar dapat dipakai untuk menganalisa apakah spesfikasi yang dibuat
telah sesuai dengan kondisi terkini, dan sejauh mana tingkat/level faktor-faktor
tersebut telah dicapai oleh industri.
GLOSSARY
Kebutuhan tidak jenis barang yang jumlah kebutuhannya tidak ditentukan oleh
terikat kebutuhan barang yang lain.
(independent
demand)
INDEX
A K
APBN · 79, 81 Kebijakan · 68, 69
B Kebutuhan · 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14,
Biaya · 4, 7, 9, 12, 22, 23, 25, 28, 34, 18, 21, 23, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 42, 53, 56, 62, 66, 67, 35, 36, 37, 39, 43, 47, 50, 53, 54, 55,
68, 69, 71, 72 61, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 81
BIaya · 4, 7, 9, 12, 22, 23, 25, 28, 34, Kinerja · 6, 9, 11, 14, 15, 17, 18, 27,
35, 36, 37, 38, 42, 53, 56, 62, 66, 68, 28, 29, 41, 42, 43, 45, 50, 51, 56, 57,
71, 72 60, 62, 63, 65, 66, 81
Bottleneck · 70 Kritis · 39, 62
E L
F M
H N
I O
Input · 27, 41, 42, 44, 46, 47, 48, 49 Operating Forces · 14
Inspeksi · 18, 29, 30, 66, 68 Output · 10, 11, 27, 41, 42, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 79
J
Jadwal · 11, 37, 48, 82 P
Penerimaan · 29, 30, 50, 54
Pengadaan Barang/ Jasa · 4, 8 48, 49, 50, 52, 55, 57, 65, 66, 68, 69,
Pengujian · 10, 11, 14, 15, 18, 27, 29, 70, 71, 80, 81, 82
30, 44, 79 Spesifikasi teknis · 3, 24, 25, 28, 42,
Penyedia · 2, 3, 4, 6, 7, 10, 12, 13, 16, 43, 44, 45, 47, 49, 65, 69, 70
17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29, Standar · 9, 11, 14, 15, 18, 19, 21, 22,
37, 38, 39, 40, 42, 45, 46, 47, 48, 49, 29, 43, 45, 46, 53, 70, 82, 83
50, 51, 53, 54, 55, 56, 60, 65, 66, 67, Standar Nasional · 11, 19, 43, 53, 70
68, 69, 70, 71, 82 Supply Positioning Model · 57, 62, 64
Perpres · 69 Swakelola · 3
PPK · 17, 20, 23, 40, 47, 48, 56, 58 T
Prosedur · 13, 81 Teknik Peramalan Kebutuhan · 30
R Tender · 61
Review · 26, 57 TKDN · 40, 43
Risiko · 12, 13, 28, 29, 50, 51 U
S ULP / Unit Layanan Pengadaan · 28, 39,
Spesifikasi · 2, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 14, 56
16, 17, 18, 20, 24, 25, 26, 27, 28, 29, V
30, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, Value for money · 4, 7
LAMPIRAN 1
PENGHAMPARAN HOTMIX
a) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam kondisi
rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk
secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di bawahnya, harus
dibongkar atau dengan cara perataan kembali lainnya, semua bahan yang lepas atau
lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan
campuran aspal atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana
permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan
rongga dalam campuran yang tidak memadai, sebagaimana yang ditunjukkan dengan
adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan
bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus diteruskan ke
bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi permukaan setelah
diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis pondasi
agregat.
2) Acuan Tepi
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan serta
ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.
a) tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penampung alat penghampar atau
tempat lainnya.
b) Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur
untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur
yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal
mungkin.
4) Pemadatan
a) Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus
diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur
campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan
penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal.
b) Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini :
1. Pemadatan Awal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir.
c) Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda
baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal harus dioperasikan
dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.
i. Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal.
Penggilasan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi).
d) Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan
campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk
menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan
sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek.
e) Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi
luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju
ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari
tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan
harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-
lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan
sebelumnya.
f) Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk penggilasan awal
harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak
lebih dari 15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi sambungan yang belum
dipadatkan. Penggilasan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai
tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi.
g) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam
untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan
bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak
boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya
campuran aspal.
h) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam kondisi mudah
dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan.
i) Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah pelekatan
campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan.
Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran aspal pada
roda.
j) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang baru
selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
k) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh
Kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan
perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.
l) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang
dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran aspal
padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam
bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta
dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat
tertentu dari campuran aspal terhampar dengan luas 1000 cm 2 atau lebih yang
menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti.
Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan
segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
m) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan harus
dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor di luar
daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
5) Sambungan
a) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur
sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris yang lainnya.
Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan
teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang telah dipadatkan
sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus. Sapuan
aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan sesaat
sebelum campuran aspal dihampar di sebelah campuran aspal yang telah digilas sebelumnya.
Lampiran 2
Contoh KAK Jasa Konsultan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Jabatan
Tenaga Pendukung
1. Quality control aplikasi, S1/D3 teknik komputer/informatika,
penugasan selama 1,5 bulan.
2. Implementor, D3/S1 teknik komputer/informatika, penugasan
selama 1,5 bulan.
Lampiran 3
Spesifikasi Pekerjaan Penyelenggaraan Jasa Keamanan
Latar Belakang Lembaga pemerintah non kementrian memerlukan pengamanan
yang baik dan terus menerus guna mendukung kegiatan
pembelajaran dan suasana kerja yang kondusif. Dengan
terciptanya lingkungan yang nyaman, aman dan tentram akan
dapat meningkatkan gairah dan motivasi kerja bagi karyawan.
Maksud Kegiatan Menciptakan lingkungan dan suasana pembelajaran serta suasana
kerja yang nyaman, aman dan kondusif di lingkungan.
Tujuan Kegiatan Tujuan pengadaan jasa satuan pengamanan kantor adalah :
a. Adanya petugas yang menjaga keamanan di lingkungan secara
terus menerus.
b. Adanya kepastian atau jaminan keamanan bagi pegawai selama
berada di lingkungan.
c. Terjaminnya keamanan sarana dan prasarana di lingkungan.
beberapa bagiannya.
na panjang berwarna Biru.
Lampiran 4
Contoh Spesifikasi Palet Kayu Standar Eropa EPAL 7
No Deskripsi
1 Nama Barang : EPAL 7 –Half Pallet
2 Dimensi :
Panjang 800 mm
Lebar 600 mm
Tinggi 160 mm
Berat Sekitar 9.5 kg
Beban Aman 500 kg
Beban maximum Tidak lebih dari 2,000 kg untuk posisi pallet terbawah
ditumpuk
3 Material
Kayu berkualitas 13 lembar
Kayu Balok 3 Buah
Paku 48
Penguat (Bracket) 6 buah ukuran 3 mm
dari besi
Keling Tubular 21 buah
(Tubular Rivet)
4 Kualitas:
Standar Kualitas Mengikuti standar yang ditentukan oleh Bureu
Veritas
7 Gambar Pallet
Sisi 600 mm
Sisi 800 mm
Tampak atas
(Sumber : http://www.epal-
pallets.de/uk/downloads/Product%20specification%20sheet%20EPAL%
207%20half%20pallet%2005-16.pdf)
Pemimpin Umum:
Dharma Nursani
Tatang R Wiraatmadja
“
B. Memilih Penyedia Barang/
Jasa
07. Mengkaji Ulang Paket PBJ Overview:
08. Memilih Penyedia Barang/Jasa
09. Menyusun Rancangan Kontrak PBJ Penyusunan spesifikasi merupakan salah
10. Menyusun Dokumen PBJ satu proses enting dalam tahap
11. Melakukan Kualifikasi Penyedia
12. Melakukan Evaluasi Kinerja Penyedia
perencanaan pelaksanaan pengadaan
13. Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ barang/jasa. Apabila spesfikasi yang
14. Mengevaluasi Dokumen Penawaran dibuat sesuai dengan kebutuhan, maka
15. Mengelola Sanggahan
proses pelaksanaan pengadaan barang/
C. Mengelola Kontrak jasa selanjutnya dapat berjalan dengan
baik sehingga prinsip efisien dapat
& Swakelola PBJ
16. Melakukan Negosiasi tercapai, mengingat; “75% - 85% total
17. Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ biaya yang dapat dihindarkan dalam suatu
18. Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ
19. Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ pelaksanaan pekerjaan dapat dikendalikan
”
20. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ pada tahapan perencanaan.
21. Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ
22. Melakukan Penerimaan Hasil PBJ
23. Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
24. Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola
2016