Anda di halaman 1dari 89

Mengkaji ulang paket

Pengadaan Barang/Jasa
UK 07
Buku Informasi

Menelaah Paket Pengadaan Barang/Jasa


Melakukan Tindak Lanjut Kaji Ulang

Direktorat Pelatihan Kompetensi 2016


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
PROFIL

Program Pelatihan
Diklat Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa

Buku Informasi
Mengkaji Ulang Paket
Pengadaan Barang/Jasa

Editor
Seksi Materi Pelatihan LKPP
a

Direktorat Pelatihan Kompetensi


tam

Unit Kompetensi 07
Per

M.749020.007.02

Versi. 2
31 Januari 2017
B U K U I N FO R M AS I

Unit Kompetensi 07

MEngkaji ulang paket


PENGADAAN BARANG JASA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG JASA PEMERINTAH


2016
Materi SKKNI 2016
Unit Kompetensi 07
Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa

Disusun Oleh :
Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Direktorat Pelatihan Kompetensi
Deputi Bidang Pengembangan Pembinaan Sumber Daya Manusia
LKPP

ISBN :

Cetakan I : Jakarta, Penerbit : LKPP RI, 2016


Cetakan II : Jakarta, Penerbit : LKPP RI, 2017

Versi 1 : 31 Oktober 2016


Versi 2 : 31 Januari 2017

Hak Penerbitan pada LKPP


Hak Cipta Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
LKPP

Alamat Penerbit :
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Kuningan
Jakarta Selatan 12940
Indonesia
Telp : (021) 2991 2450
www.portalppsdm.lkpp.go.id
www.lkpp.go.id
K ata P e n ga n ta r

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), pada tahun


2016 telah menyusun materi pelatihan berdasarkan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) 2016 untuk Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebanyak
29 Unit Kompetensi yang dikelompokan dalam 4 Fungsi Kunci, meliputi;
1) Merencanakan Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 6 unit kompetensi;
2) Memilih Penyedia Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 9 unit kompetensi;
3) Mengelola Kontrak dan Swakelola Pengadaan Barang/Jasa sebanyak 9 unit
kompetensi;
4) Mengelola Logistik, Kinerja dan Risiko sebanyak 5 unit kompetensi.
Materi Pelatihan ini disusun untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya
Manusia di bidang Pengadaan Barang/Jasa baik pada sektor pemerintah maupun
non pemerintah. Materi pelatihan ini juga dapat membantu para peserta, instruktur,
penyelenggara pelatihan dalam melaksanakan kegiatan pelatihan, sehingga dapat
berlangsung secara terencana, terarah, dan efektif.
Semoga materi pelatihan ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan secara
optimal oleh semua pihak terkait dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Dengan demikian kegiatan Pengadaan Barang/
Jasa dapat dilakukan oleh para SDM yang profesional dan menghasilkan Pengadaan
Barang/Jasa yang efektif, efisien dan akuntabel.
Jakarta, Oktober 2016

Kepala Lembaga Kebijakan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

AGUS PRABOWO
U n i t ko m p e t e n si

Merumuskan Lingkungan & Organisasi PBJ


UK 01 : Menelaah Lingkungan PBJ
UK 02 : Melakukan Penyelarasan Kebijakan PBJ MERENCANAKAN
UK 03 : Merumuskan Organisasi PBJ PENGADAAN
Merencanakan PBJ BARANG
UK 04 : Menyusun Kebutuhan dan Anggaran PBJ JASA
UK 05 : Menyusun Spesifikasi Teknis
UK 06 : Menyusun Harga Perkiraan

Merencanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


UK 07 : Mengkaji Ulang Paket PBJ
MEMILIH UK
UK
08
09
:
:
Memilih Penyedia Barang/Jasa
Menyusun Rancangan Kontrak PBJ
PENYEDIA UK 10 : Menyusun Dokumen PBJ
Mengelola Penyedia Barang/Jasa
PENGADAAN UK 11 : Melakukan Kualifikasi PBJ
BARANG UK 12 : Melakukan Evaluasi Kinerja PBJ
Melaksanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
JASA UK 13 : Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ
UK 14 : Mengevaluasi Dokumen PBJ
UK 15 : Mengelola Sanggahan

Mempersiapkan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


UK 16 : Melakukan Negosiasi
UK 17 : Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ
Mengelola Kontrak Pengadaan Barang/Jasa MENGELOLA
UK
UK
18
19
:
:
Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ
Menyusum Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ
KONTRAK DAN
UK
UK
20
21
:
:
Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ
Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ
SWAKELOLA
UK 22 : Melakukan Penerimaan Hasil Kontrak PBJ PBJ
Melaksanakan PBJ Secara Swakelola
UK 23 : Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
UK 24 : Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola

Mengelola Logistik
MENGELOLA UK 25 : Mengelola Pengiriman
UK 26 : mengelola Persediaan
LOGISTIK, Uk 27 : Mengelola Penyimpanan

KINERJA DAN Mengelola Kinerja dan Risiko


RISIKO UK 28 : Mengelola Kinerja
UK 29 : Mengelola Risiko
BUKU INFORMASI
MENGKAJI ULANG PAKET
PENGADAAN BARANG/ JASA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA
DIREKTORAT PELATIHAN KOMPETENSI
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Jakarta
2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 5
A. Tujuan Umum .......................................................................................... 5
B. Tujuan Khusus ......................................................................................... 5
C. Gambaran Umum ..................................................................................... 5

BAB II. MENELAAH PAKET PENGADAAN BARANG/JASA ......................................... 11


2.1. PRINSIP PENGADAAN DAN PEMAKETAN ................................................. 13
2.1.1.Pengertian prinsip pengadaan secara umum ................................... 13
2.1.2. Perbedaan fungsi pengadaan masing-masing sektor ....................... 14
2.1.3. Prinsip Pengadaan Barang Jasa Pemerintah ................................... 15
2.1.4. Pengertian pemaketan ................................................................. 17
2.2 KEBUTUHAN ORGANISASI ..................................................................... 17
2.2.1. Perencanaan Kebutuhan Organisasi ............................................. 17
2.2.2. Kebutuhan Organisasi Sektor Publik ............................................. 18
2.2.3. Dimensi lingkungan organisasi yang mempengaruhi fungsi pengadaan21
2.2.4. Strategi organisasi ..................................................................... 25
2.2.5. Strategi organisasi sektor publik .................................................. 26
2.2.6. Strategi pengadaan ..................................................................... 29
2.2.7. Penentuan Paket Berdasar Jenis Pekerjaan .................................... 30
2.2.8. Strategi pengadaan dengan Supply Positioning Model ..................... 31
2.2.9. Mengembangkan strategi dengan Kraljic Portofolio Purchasing Model 33
2.3 KONDISI TERKINI ................................................................................. 37
2.3.1. Regulasi terkait pengadaan .......................................................... 37
2.3.2. Kondisi Pasar............................................................................... 40
2.4 RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) ...................................................... 40

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 2 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2.4.1. Pengertian Rencana Umum Pengadaan ......................................... 40


2.4.2. Kegiatan yang dilaksanakan dalam RUP ......................................... 41
2.4.3. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan ..................................... 43
2.4.4. Isi Pengumuman Rencana Umum Pengadaan ................................. 45
2.5 PEMAKETAN PENGADAAN BARANG/JASA ................................................. 46
2.5.1. Identifikasi paket-paket pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku ……. 46
2.5.2. Klasifikasi paket berdasarkan jenis pengadaaan ................................. 46
2.5.3. Klasifikasi paket berdasarkan volume dan kompleksitas pekerjaan ……. 47
2.5.4. Komponen paket pengadaaan .......................................................... 48
2.5.5.Analisis paket dan klasifikasinya …………………………………………………….. 48
2.5.6. Rencana anggaran/biaya paket pengadaan ……………………………………. 53

2.6. KETERSEDIAAN PENYEDIA .................................................................... 54

2.7 VALIDASI HARGA PERKIRAAN ................................................................ 56


2.7.1. Karakteristik Dasar Estimasi Biaya yang Kredibel ............................ 56
2.7.2. Tahapan Proses Estimasi Biaya ..................................................... 58
2.7.3. Validasi estimasi biaya (perkiraan harga) ....................................... 64

BAB III. MELAKUKAN TINDAK LANJUT KAJI ULANG .............................................. 65


3.1. Cara Inventarisasi Perbaikan Komponen Paket ........................................ 72
3.2. Usulan Tindakan Perbaikan Paket Revisi Petunjuk Operasional Kegiatan ..... 75
3.3 Penyampaian Usulan Perbaikan .............................................................. 77

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 3 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fungsi Pengadaan sektor organisasi profit, publik, dan nonprofit................ 15
Tabel 2. Kaji Ulang RUP ..................................................................................... 65

DAFTAR GAMBAR
Tabel 1. Fungsi Pengadaan sektor organisasi profit , publik, dan non-profit ................. 15
Gambar 3. Memahami Lingkungan Organisasi .................................................................... 18
Gambar 7. Alur Siklus Anggaran Pemerintah Pusat ............................................................ 27
Gambar 8. Hubungan antara Perencanaan dan Penganggaran ........................................ 27
Gambar 9. Supply Postioning Model ...................................................................................... 33
Gambar 12. Matriks Klasifikasi Pembelian Produk ............................................................... 34
Gambar 14. Matriks Purchasing Portfolio .............................................................................. 36
Gambar 15. Kegiatan dalam Penyusunan RUP .................................................................... 43
Gambar 162. Penyusunan dan Pengumuman RUP ............................................................. 45
Gambar 3. Pergeseran Dalam SPM ........................................................................................ 49
Gambar 4. Gambar pergeseran SPM ..................................................................................... 50
Gambar 5. Proses Pemaketan setelah DIPA diterima ......................................................... 53
Gambar 6. Proses Penyusunan Biaya ...................................................................................... 58
Tabel 2. Kaji Ulang RUP ..................................................................................................... 65
Gambar 7. Proses Kaji Ulang RUP .......................................................................................... 66
Gambar 8. Gambar proses kaji ulang hingga penyusunan HPS ........................................ 67
Gambar 9. Hal-hal yang dikaji ulang ..................................................................................... 69
Gambar 24. Contoh Proses Kaji Ulang pada Satker ............................................................ 69
Gambar 25. Contoh Pemaketan Pekerjaan ........................................................................... 71
Gambar 26. Contoh Hasil Proses Kaji Ulang Paket .............................................................. 71
Gambar 27. Contoh Petunjuk Operasional Satker ............................................................... 72
Gambar 28. Contoh Komponen Penyusun Paket Pengadaan Jasa Konsultansi .............. 73

DAFTAR REFRENSI ……………………………………………………………………………………………………..


74

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 4 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menelaah paket
pengadaan barang/jasa dan melakukan perbaikan atau penyelarasan pada
paket tersebut, sebagai bagian dari proses perencanaan pemilihan penyedia
barang/jasa.

B. Tujuan Khusus
Pada modul ini, peserta akan mempelajari:
1. Menelaah paket pengadaan barang/ jasa meliputi kegiatan:
• Menganalisis keselarasan paket PBJ dengan kebutuhan, program kerja,
kebijakan, dan kondisi terkini organisasi dan pasar;
• Menganalisis ketepatan penggabungan atau pemecahan paket
pengadaan barang/jasa;
• Melakukan validasi kewajaran harga perkiraan dengan data terkini.

2. Melakukan tindak lanjut kaji ulang meliputi kegiatan:


• Melakukan inventarisasi komponen paket pengadaan yang perlu
perbaikan/ penyelarasan;
• Merumuskan usulan perubahan atau tindakan perbaikan paket pengadaan
barang/jasa kepada yang berwenang.

C. Gambaran Umum
Dalam setiap organisasi, baik organisasi profit maupun organisasi publik,
kegiatan pengadaan barang/jasa dilakukan sebagai bagian upaya untuk
mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi biasanya dituangkan dalam
strategi organisasi, baik dalam struktur di level tingkat atas, tingkat menengah
maupun di tingkat fungsional. Sebagai contoh, dalam organisasi profit, strategi

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 5 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

bisnis ditentukan dalam level strategi korporasi (tingkat atas), strategi unit bisnis
(tingkat menengah) dan strategi fungsional (tingkat fungsional).

Gambar 1. Keterkaitan Strategi dan Pengadaan

Alur Process

Menyusun Kebutuhan

Tingkat Strategi

Strategi Organisasi Melakukan Kaji Ulang


(Korporasi) Paket Pengadaan

Strategi Pengadaan Menyusun Spesifikasi


(Fungsional)

Menentukan HPS

Membuat PR/CR

Melakukan Pemilihan
Penyedia &
Penandatanganan Kontrak

Pelaksanaan Kontrak

Penutupan Kontrak

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 6 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Kegiatan Pengadaan Barang/jasa, pada level strategi paling atas (corporate


strategy), dimulai dengan menyusun dan menentukan rencana umum
kebutuhan. Rencana umum ini kemudian dituangkan dalam tindakan pengadaan
dengan melakukan penyusunan spesifikasi dan penentuan harga perkiraan
sendiri pada level fungsional di masing-masing pengguna (seperti: Fungsi
Perawatan dan Perbaikan, Fungsi Operasi, Fungsi K3L dll). Setelah spesifikasi
dan harga perkiraan ditentukan, maka proses selanjutnya adalah menentukan
strategi pengadaan dengan membuat purchase requisition/contract requisition di
level fungsional.

Dalam gambar (1) telah diberikan keterkaitan antara Strategi Organisasi dalam
level korporasi dan Strategi Pengadaan. Untuk memahami kaitan strategi
pengadaan dengan kaji ulang paket pengadaan adalah dengan menelaah proses
dalam strategi pengadaan, seperti diperlihatkan dalam skema dibawah ini:

Gambar 2.Proses Strategi Pengadaan

Melakukan Membaca
Evaluasi Lingkungan
Strategi
pengadaan

Strategi
Pengadaan

Mengimpleme Menentukan
-ntasikan Strategi
Strategi Pengadaan
Pengadaan

Proses dalam strategi pengadaan ada empat yaitu :


1. Membaca lingkungan (eksternal dan internal organisasi)
2. Menentukan strategi pengadaan

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 7 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

3. Mengimplementasikan strategi pengadaan yang telah dibuat


4. Melakukan evaluasi terhadap strategi pengadaan yang telah dilaksanakan
Untuk lebih jelasnya keempat proses ini akan dijelaskan sebagai berikut:

Membaca lingkungan (eksternal dan internal organisasi)


Merupakan langkah awal dalam menentukan strategi pengadaan yang akan
diambil dengan melihat faktor eksternal diluar organisasi seperti: tren ekonomi,
identifikasi ketersedian barang/jasa yang diperlukan, peta dan kemampuan
penyedia. Dari internal organisasi dilihat faktor apa yang akan mempengaruhi
strategi pengadaan, seperti kuantitas pengadaan, dampak terhadap
pertumbuhan/pelayanan organisasi dan yang paling penting adalah mengetahui
risiko dari barang/jasa yang akan diakuisisi dalam hal: ketersediaan,
penyimpanan, alternatif subtitusi.

Keluaran dari membaca lingkungan eksternal dan internal adalah


pengklasifikasian barang/jasa atau paket-paket pengadaan yang akan diakuisi
dalam kelompok barang/jasa : strategic, bottleneck, leverage, non-critical.

Menenetukan strategi pengadaan


Setelah paket-paket yang ada teridentifikasi maka langkah selanjutnya adalah
memformulasikan strategi pengadaan yang akan diambil. Dalam menentukan
strategi langkah yang dapat dilakukan adalah menyiapkan pernyataan misi,
menentukan obyektif pengadaan dan menentukan keputusan strategis tentang
pengadaan.

Pernyataan misi dari strategi pengadaan mencakup tujuan pengadaan, dasar


keterkaitan antara kebutuhan internal organisasi dengan ketersediaan diluar
organisasi, bagaimana mencapai tujuan pengadaan, dan hubungan strategi
pengadaan dengan strategi organisasi yang lebih tinggi. Misal: “untuk
menyediakan barang/jasa dengan harga yang kompetitif guna menyediakan

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 8 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

kebutuhan pengguna internal melalui pengelolaan pasar suplai yang baik guna
memenuhi target pertumbuhan organisasi”.
Menentukan obyektif organisasi dalam pengadaan seperti, mendapatkan
barang/jasa dengan harga terbaik pada waktu dan lokasi yang dibutuhkan.
Menentukan strategi pengadaan adalah langkah yang paling kritikal, karena
akan menentukan arah kebijakan dalam pengadaan. Strategi pengadaan dapat
berupa : menyediakan barang/jasa dengan standarisasi dan mengurangi jumlah
penyedia, meningkatkan kontribusi terhadap inventaris yang rendah,
menyediakan barang sesuai dengan ketersediaan pasar dan posisi dalam
kelpompok barang/jasa, dan pengadaan dengan biaya yang rendah.

Mengimplementasikan strategi pengadaan


Setelah strategi pengadaan ditentukan, maka langkah berikutnya adalah
dengan melakukan implementasi strategi yang telah ditetapkan dengan cara:
membuat struktur organisasi, menempatkan sumber daya, membuat kebijakan
dan prosedur.

Melakukan evaluasi terhadap implementasi strategi pengadaan


Strategi pengadaan yang telah dijalankan harus dievalusi secara terus menerus
untuk menjamin kesesuaian strategi yang telah diambil dengan lingkungan
internal, lingkungan eksternal, ketersedian sumber daya dan koordinasi dalam
implementasinya.

Setelah kita mengetahui proses strategi pengadaan, pertanyaan berikutnya


adalah apa keterkaitan antara strategi pengadaan dengan kaji ulang paket
pengadaan. Sebagaimana dijelaskan dalam paragraf sebelumnya bahwa, untuk
mendapatkan strategi pengadaan maka organisasi harus melihat faktor eksternal
dan internal organisasi guna mendapatkan strategi pengadaan yang tepat dan
dilaksanakan dalam operasional pengadaan yang efektif dan efisien dalam
bentuk paket-paket pengadaan. Bentuk paket pengadaan ini dihasilkan dari
implementasi strategi pengadaan yang diambil. Misalkan, organisasi menetapkan

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 9 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

strategi pengadaan adalah “akuisisi barang/jasa dengan biaya rendah (cost


leadership)” maka paket-paket pengadaan harus dibuat dengan mencerminkan
pengadaan dengan biaya rendah. Sehingga, peran Kaji Ulang Paket Pengadaan
dalam hal ini adalah melihat apakah paket-paket pengadaan yang dibutuhkan
pengguna internal organisasi telah sesuai dengan strategi pengadaan yang
diambil.

Dengan memperhatikan bahwa alur proses pengadaan sangat berkaitan erat


dengan strategi organisasi dalam semua tingkatan di struktur organisasi, maka
kecermatan dalam menentukan keselarasan paket pengadaan barang/jasa
dengan kebutuhan, program kerja (strategi-strategi organisasi) dan kondisi
terkini (keadaan pasar, peraturan dan kebijakan yang berlaku) adalah
kompetensi yang penting untuk peserta latih. Oleh karena itu, aktifitas
melakukan kaji ulang terhadap paket-paket pengadaan (reviewing procurement
packages) menjadi landasan dalam mencapai keberhasilan organisasi melalui
proses pengadaan yang baik.

Sebagai salah satu unit yang berhubungan dengan pengetahuan dan


keterampilan serta sikap kerja yang diperlukan untuk menelaah paket pengadaan
barang/jasa dan melakukan tindak lanjut kaji ulang, maka setelah Bab I
pendahuluan - Unit Kompetensi 07 disusun sebagai berikut.
Bab II Membahas mengenai Menelaah Paket Pengadaan barang/jasa yang
meliputi : Prinsip pengadaan dan Pemaketan, Kebutuhan Organisasi,
Kondisi Terkini, Rencana Umum Pengadaan, Pemaketan Pengadaan
Barang/Jasa, Ketersediaan Penyedia dan Validasi Harga Perkiraan
Bab III membahas mengenai Melakukan tindak lanjut kaji ulang yang
meliputi: cara inventarisasi perbaikan komponen paket, Usulan
Tindakan Perbaikan Paket Pengadaan dan Penyampaian Usulan
Perbaikan

Pada bagian akhir modul ini, tersedia :


• Daftar Referensi yang berisikan rujukan literatur terkait
• Glossary yang berisikan istilah yang digunakan dalam modul ini
• Index untuk memudahkan pencarian topik tertentu

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 10 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

BAB II
MENELAAH PAKET PENGADAAN BARANG/JASA

Fokus pembahasan dalam bab II ini adalah melakukan analisis pada paket pengadaan
barang/jasa dengan cermat sehingga tercapai keselarasan dengan kebutuhan,
program kerja (strategi organisasi dengan melihat kondisi terkini baik keadaan pasar),
peraturan-peraturan yang berlaku di dalam dan luar organisasi serta kebijakan
organisasi dan prosedur yang berlaku.

Setelah dilakukan analisis maka akan didapatkan kesesuaian paket yang diharapkan
dengan mempertimbangkan apakah paket-paket pengadaan tersebut akan
dikonsolidasi, dan/atau dilakukan pemecahan paket pengadaan barang/jasa setelah
dianalisa secara cermat ketepatannya.

Aspek lain yang menjadi fokus dalam bab ini adalah menilai kewajaran harga
perkiraan yang divalidasi secara cermat dengan data data terkini baik yang berasal
dari dalam organisasi ataupun luar organisasi. Sebagai bahan analisis, penggunaan
data-data primer dan sekunder akan sangat membantu dalam mendapatkan hasil
yang akurat.

Sebagai pengantar untuk memudahkan pembelajaran dalam cakupan bab ini, dalam
gambar 2, diperlihatkan secara garis besar korelasi antara input (masukan) paket
pengadaan barang/jasa, transformasi paket-paket pengadaan dan hasil (output)
dalam menelaah paket pengadaan barang/jasa.

Sebagai masukan (input) adalah paket-paket pengadaan dari Rancangan Umum


Pengadaan (General Procurement Plan). Paket-paket pengadaan ini tentu harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip dan aturan pemaketan, kebutuhan organisasi,
kondisi terkini dan ketersediaan anggaran (budget).

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 11 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Pada tahap transformasi, yang dilakukan pertama kali adalah kaji ulang paket
pengadaan, dengan memperhatikan aspek-aspek: kesesuaian paket dengan aturan,
kesesuaian paket dengan jenis pengadaan, dan kesesuaian paket terhadap
kompleksitas pekerjaan/pemasokan barang. Setelah itu, analisis paket pengadaan
harus mengikutsertakan komponen paket yang termasuk dalam paket pengadaan
barang, pengadaan jasa dan pengadaan yang melibatkan barang dan jasa sekaligus
(seperti konstruksi).

Analisis paket-paket pengadaan dilakukan dengan berbagai alat (tools) untuk


menentukan keseseuaian paket dan menghasilkan paket-paket pengadaan yang
optimum. Dalam hal ini, parameter untuk menentukan kesesuaian paket mencakup
antara lain: memenuhi regulasi, sejalan dengan strategi, tersedia di pasar, waktu
pengadaan yang efisien, kualitas paket yang baik, dan risiko-risiko yang terkendali.

Keluaran atau output dari prose menelaah paket ini adalah berupa paket-paket
pengadaan yang optimum.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 12 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar 2. Proses menelaah paket pengadaan barang/jasa

Masukan Transformasi (Transformation) Keluaran


(Input) (Output)
Paket – Paket
Pengadaan dari RUP
Kaji Ulang Paket Pengadaan
(Reviewing Procurement Packages)

Kesesuaian Kesesuaian Kesesuaian


Paket dengan Paket dengan Paket dengan
Pertimbangan-pertimbangan: aturan jenis pengadaan kompleksitas
pengadaan pengadaan
1.Prinsip-prinsip
pemaketan
2.Aturan dan Regulasi
Komponen Paket

3.Kebutuhan Paket Barang & Jasa /


Organisasi Paket Barang Paket Jasa Proyek Konstruksi
(Biaya (Biaya Personil + (Perencanaan, konstruksi
Keseluruhan atau Non Personil) fisik,manajemen
Total Cost Owneship)
konstruksi, pengelolaan
4. Kondisi Terkini kegiatan)
(Pasar,Aturan &
Regulasi,Strategi)

5.Ketersediaan budget Analisis Paket


atau Rencana Umum
Pengadaan
Alat: Paramter:
-SPM -Memenuhi Regulasi
-Purchasing Portfolio - Sejalan dengan strategy Paket –
-Risk Analysis - Pasar yang tersedia Paket
-Cost Benefit Analisis -Biaya optimum Pengadaan
-Decision Priority -Waktu yang efesien yang
-dll -Kualitas yang baik optimum
-Risiko yang terkendali

2.1. PRINSIP PENGADAAN DAN PEMAKETAN

2.1.1. Pengertian prinsip pengadaan secara umum


Prinsip menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya). Definisi lain dari prinsip
adalah aturan, ketentuan/hukum, standar. Dasar artinya adalah kunci, utama/pokok,
vital. Dengan kata lain prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran
umum maupun individual yang dijadikan sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 13 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Prinsip-prinsip dasar pengadaan berarti asas, aturan, ketentuan/hukum,


standar, atau kunci utama/pokok untuk dilaksanakan dalam proses pengadaan.
Sehingga prinsip pengadaan adalah asas yang dijadikan sebagai pokok dasar dalam
pengadaan. Dengan demikian penerapan prinsip dasar pengadaan adalah merupakan
keharusan.

2.1.2. Fungsi Pengadaan pada Organisasi

Sesuai dengan teori ekonomi dan pemasaran, barang/jasa diproduksi dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumen (pembeli) atau pengguna. Masing-masing pihak
memiliki tujuan yang berbeda-beda. Meskipun demikian, masalah mendasar dalam
proses pengadaan hampir sama di semua sektor, baik organisasi profit, publik maupun
organisasi non-profit, yaitu semua pembeli sangat memperhatikan kontribusi value for
money dalam pencapaian tujuan organisasi, dimana pembeli dimanapun akan sangat
memperhatikan:
1. Perolehan barang jasa sesuai kebutuhan
2. Pengiriman barang jasa tepat waktu
3. Pembelian dalam jumlah yang tepat
4. Dilakukan pada tempat yang tepat
5. Perolehan barang dengan cara paling efektif

Selanjutnya, suasana organisasi dan jenis sektor dalam beroperasi akan


mempengaruhi cara mereka memperoleh barang/jasa. Sektor organisasi profit
misalnya, secara umum mempunyai kebebasan dalam memutuskan bagaimana
melakukan proses pengadaan barang jasa. Berbeda dengan sektor publik yang proses
pengadaanya harus dilakukan sesuai kerangka undang-undang yang berlaku dan
dengan prosedur yang sangat ketat. Secara umum, fungsi pengadaan dari masing-
masing sektor dibedakan dalam tabel berikut ini

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 14 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Tabel 1. Fungsi Pengadaan sektor organisasi profit , publik, dan non-profit


Organisasi profit Organisasi Publik Organisasi Nonprofit
 Ada pedoman penerapan  Secara umum tunduk pada  Ada pedoman penerapan
yang berlaku umum prinsip: yang biasanya digunakan
 Dapat memilih dari berbagai 1. Transparansi  Bisa mengikuti aturan
vendor yang terhubung 2. Akuntabilitas negara donor (dalam hal
 Untuk UKM karakteritiknya 3. Kompetisi yang terbuka mendapatkan hadiah)
sbb: 4. Tidak diskriminasi
1. Pengambilan  Untuk memenuhi
keputusan terpusat pertimbangan sebuah
2. Keterampilan teknis kebijakan (misal sosial
dan pengetahuan ekonomi)
pasar dan terbatas  Prosedur dapat
3. Pemasok yang bisa menyebabkan keterlambatan
dikredit dan dana dan tidak efisien
terbatas  Perlu untuk mengikuti aturan
4. Pembelian terpecah- negara donor jika pengadaan
pecah dan nilainya diperoleh dari hadiah atau
rendah pinjaman WTO
5. Sumber daya mempromosikan kompetisi
internasional terbatas dan transparansi
Sumber: Di adaptasi dari Understanding the Corporate Environment (ITC)

2.1.3. Prinsip Pengadaan Barang Jasa Pemerintah


Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Indonesia diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2010 sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 35 Tahun 2011, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, Peraturan Presiden
Nomor 172 Tahun 2014, dan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Perpres 54 dan
perubahannya. Prinsip ini diharapkan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa, karena hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan
keuangan.

Prinsip-prinsip pengadaan terdapat pada pasal 5 Perpres 54 dan perubahannya


sebagai berikut:
a. Efektif;
Pengadaan Barang/ Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang
telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 15 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

b. Efisien;
Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai
hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
c. Transparan;
Pengadaan Barang/Jasa, ketentuan dan informasi mengenai bersifat jelas dan
dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta
oleh masyarakat pada umumnya terbuka.
d. Terbuka
Pengadaan Barang/ Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas.
e. bersaing;
Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi
persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara
kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme
pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
f. Adil/tidak diskriminatif;
Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan
tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan
tetap memperhatikan kepentingan nasional
g. Akuntabel.
Harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan
Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2.1.4. Pengertian pemaketan


Pemaketan berasal dari kata paket yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia mempunyai beberapa arti atara lain:
1. barang yg dikirimkan dl bungkusan melalui pos atau perusahaan ekspedisi;

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 16 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2. sejumlah barang (buku dsb) yg dibungkus menjadi satu yg dikirimkan atau dijual
secara keseluruhan sbg satu satuan;
3. jatah atau bagian tugas:
Dalam kegiatan pengadaan barang/jasa dapat diartikan sebagai jatah atau
bagian yang sudah disatukan sesuai kelompok tugasnya. Kegiatan pengadaan barang
jasa yang dimaksud dalam modul ini adalah kegiatan pengadaan yang terjadi di
instansi pemerintah. Pada Perpres 54 dan perubahannya, pemaketan pekerjaan
bermakna sebagai “proses menyatukan berbagai kegiatan atau jenis pekerjaan ke
dalam suatu unit pekerjaan atau memecah kegiatan atau jenis pekerjaan menjadi
beberapa unit pekerjaan dimana proses pengadaan tiap unit pekerjaan tersebut
direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan dan dianggap terpisah dengan
unit lainnya”. Pada pasal 22 Perpres tersebut pemaketan pekerjaan antara lain
menetapkan paket usaha kecil atau nonkecil.

2.2 KEBUTUHAN ORGANISASI

2.2.1. Perencanaan Kebutuhan Organisasi

Kebutuhan berasal dari kata butuh yang artinya sangat perlu menggunakan.
Sedangkan organisasi berarti kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan
untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, kebutuhan organisasi adalah sesuatu yang
sangat diperlukan oleh sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Berbicara mengenai kebutuhan organisasi tidak bisa lepas dari lingkungan organisasi.
Lingkungan organisasi terdiri atas sifat organisasi dan apa yang dilakukan organisasi
yang mempunyai implikasi (keterlibatan) dalam setiap fungsi organisasi tersebut.
Implikasi ini yang perlu dipahami dalam proses pengadaan barang jasa dalam rangka
efisiensi dan efektivitas organisasi.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 17 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar 3. Memahami Lingkungan Organisasi

Perencanaan kebutuhan adalah kunci keberhasilan pengadaan barang dan jasa karena
dengan perencanaan yang baik akan diperlukan barang yang sesuai dengan
kebutuhan, baik jumlah, waktu, spesifikasi, serta harga yang wajar. Pada tahap
perencanaan kebutuhan, yang akan dilakukan organisasi adalah menentukan
beberapa hal penting yaitu:
1. Barang/jasa apa yang butuh untuk diadakan;
2. Mengapa barang/jasa ini dibutuhkan dan siapa yang menggunakan;
3. Bagaimana cara mengadakannya dan apa kendalanya;
4. Bagaimana menghubungkan dengan fungsi selain fungsi pengadaan dalam
organisasi.

Kebutuhan barang/jasa dalam organisasi erat hubungannya dengan strategi organisasi


yang didalamnya terdapat prioritas program yang akan dilakukan. Untuk mendukung
pencapaian program, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan. Komponen penyusun
kegiatan terdiri atas barang dan jasa yang akan diadakan oleh organisasi. Komponen
penyusun kegiatan inilah yang akan berhubungan langsung dengan fungsi pengadaan
yang di dalamnya terdapat tujuan dan strategi pengadaan. Tujuan pengadaan
perusahaan akan berhubungan dengan berbagai hal seperti:

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 18 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

a) Kualitas dan inovasi


Jika tujuan pengadaan adalah kualitas, maka fokus utamanya adalah kepuasan
internal dari pembeli. Contohnya, karena kepuasan pembeli menjadi hal yang
utama, maka ketika penyusunan rencana pengadaan harus dipastikan bahwa
barang/jasa yang akan dibeli minimal 98% spesifikasinya sesuai dengan
dengan pada saat identifikasi kebutuhan.

b) Ketersediaan dan waktu pemenuhan barang


Tujuan yang ingin dicapai adalah ketersediaan barang pada saat dibutuhkan.
Contohnya adalah penerapan just in time dalam pemenuhan barang yang
diinginkan.

c) Layanan dan tanggung jawab penyedia


Tujuan yang ingin dicapai adalah pemberian layanan dan tanggung jawab dari
penyedia yang bisa diandalkan. Contohnya jika terdapat kerusakan barang
penyedia dapat memberikan layanan servis selama 24 jam.

d) Biaya yang sesuai


Tujuan organisasi adalah memastikan bahwa barang jasa yang dibeli sudah
sesuai standar dan harga yang lebih murah dibandingkan harga pasar.
Contohnya kepastian bahwa rata2 harga yang dibayar sesuai standar bahan
dan minimal lebih murah 2% dari harga pasar

Ketika satu tujuan sudah dipilih, maka ini menjadi salah satu pertimbangan dalam
memilih strategi pengadaan. Misalnya, ketika tujuannya adalah layanan yang
memuaskan dari penyedia, maka dalam proses pengadaannya organisasi mungkin
hanya akan memilih penyedia yang selama ini sudah terbukti memberikan pelayanan
yang memuaskan.

Keseluruhan tujuan pengadaan di atas akan membimbing organisasi dalam


mengembangkan target pengadaan yang spesifik untuk item-item pembelian individu.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 19 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Organisasi akan butuh untuk mengeset target pengadaan spesifik untuk terutama
item-item yang mempunyai dampak signifikan untuk organisasi.

2.2.2. Kebutuhan Organisasi Sektor Publik


Pada sektor publik, perencanaan kebutuhan terhadap barang jasa yang akan
digunakan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I) merupakan titik awal dari pengadaan barang dan
jasa yang efisien, efektif, dan ekonomis. Sebagai sebuah organisasi publik, K/L/D/I
membutuhkan barang dan jasa untuk kebutuhan internal maupun untuk pelayanannya
kepada publik.

Kebutuhan barang/jasa pemerintah (sektor publik) harus disusun oleh Pengguna


Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA). Dalam praktiknya klasifikasi
barang/jasa yang akan diadakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 93
Tahun 2011 sebagai berikut :
1. Belanja Barang
Yaitu pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Dalam pengertian belanja
tersebut termasuk honorarium yang diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
untuk menghasilkan belanja barang/jasa. Belanja barang dapat dibedakan menjadi
belanja barang (operasional dan non-operasional), belanja jasa, belanja
pemeliharaan, serta belanja perjalanan Dinas.

2. Belanja modal
Merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh
atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk
operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja atau dipergunakan oleh

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 20 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

masyarakat/publik namun tercatat dalam registrasi aset K/L terkait serta bukan
untuk dijual.

3. Belanja Bantuan Sosial


Belanja Bantuan Sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan oleh
Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota
masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan
untuk lembaga non-pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain
yang berperan untuk melindungi individu, kelompok dan/atau masyarakat dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial. Belanja bantuan sosial diberikan dalam
bentuk uang, barang, dan jasa.

Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan guna memberikan


rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
penanggulangan kemiskinan agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraan,
kualitas kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka
mencapai kemandirian. Bantuan sosial diberikan dalam bentuk: (1) bantuan
langsung; (2) penyediaan aksesibilitas, dan/atau (3) penguatan kelembagaan.

4. Belanja Hibah dan Belanja Lainnya yang kemungkinan menimbulkan pengadaan


barang/jasa.

2.2.3. Dimensi lingkungan organisasi yang mempengaruhi fungsi


pengadaan
Hasil (outcome) dari strategi organisasi adalah seperangkat prioritas yang
berhubungan dengan lini produk apa yang ingin kita fokuskan, proyek apa yang ingin
dikembangkan dan cara dimana fungsi dan prosesnya akan beroperasi. Berdasarkan
berbagai pertimbangan, fungsi pengadaan harus mengatur tujuan dan strateginya
sendiri. Fungsi pengadaan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi dalam lingkungan
organisasi yaitu:

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 21 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

a. Jenis organisasi
Jenis organisasi dalam modul ini meliputi organisasi profit, sektor publik, dan
sektor non profit. Jenis organisasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis barang
jasa yang akan dibeli serta bagaimana cara membelinya

b. Budaya, misi, tujuan, dan kebijakan organisasi


Budaya organisasi seiring dengan ekspektasi para pemangku kepentingan utama
akan membentuk misi, tujuan dan kebijakan organisasi. Apa yang ingin dicapai,
itulah yang akan dilakukan. Tujuan perusahaan akan memberikan petunjuk bagi
keseluruhan hal dalam organisasi. Kebijakan dan tujuan organisasi akan
berdampak pada berbagai fungsi dalam organisasi, termasuk juga fungsi
pengadaan sehingga kebijakan dan tujuan organisasi perlu diterjemahkan pada
level kebijakan dan tujuan yang fungsional.

c. Strategi organisasi
Strategi organisasi adalah cara dimana organisasi bermaksud untuk mencapai
tujuannya. Strategi organisasi seharusnya meliputi petunjuk hal-hal yang menjadi
prioritas bagi organisasi. Fungsi pengadaan selanjutnya harus bisa menyusun
prioritasnya sendiri.

d. Fungsi, proses, dan struktur organisasi


Fungsi adalah Istilah "fungsi" digunakan untuk merujuk kepada kelompok kegiatan
yang berkaitan yang dilakukan dibagian tertentu dari pekerjaan dalam suatu
organisasi. Misalnya, Fungsi Pengadaan yaitu fungsi yang biasanya mencakup:
pada titik fokus untuk menilai persyaratan pembelian, mengelola hubungan
dengan pemasok, melakukan pemesanan, melakukan penerimaan, memberikan
otorisasi pembayaran, menyimpan bahan, dan kegiatan lainnya yang terkait.

Dalam perspektif organisasi secara keseluruhan proses pengadaan (dalam contoh


ini : pembelian dan pemasokan) adalah salah satu dari sekian banyak proses

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 22 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

untuk memenuhi pesanan dari pelanggan seperti diperlihatkan dalam gambar


berikut:

Gambar 4. Proses Pemenuhan pesanan dalam perspektif organisasi

Sumber : ITC Module 1

Di dalam fungsi pengadaan, proses yang dilakukan meliputi : menelaah rencana


pemasokan, melakukan analisa pasar, membuat strategi pengadaan, menilai dan
memilih penyedia,mendapatkan penawaran, melakukan negosaiasi, membuat
rancangan kontrak,mengelola kontrak dan hubungan dengan supplier, mengelola
pengiriman , mengelola inventaris, dan mengukur kinerja penyedia. Kemudian
untuk memahami proses dalam fungsi Pengadaan dapat dilihat dalam gambar
berikut:
Gambar 5. Proses dalam suatu fungsi Pengadaan

Sumber : ITC Module 1

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 23 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Struktur organisasi fungsi pengadaan sebaiknya didesain untuk mendukung


tujuan dan proses dalam organisasi. Berbagai desain tipe organisasi pengadaan
berdasarkan tipe fungsional, proyek atau matrik. Selain itu pembuatan organisasi
dapat berdasarkan desentralisasi dan sentralisasi fungsi pengadaan. Di beberapa
organisasi fungsi pengadaan diorganisir berdasarkan frekuensi permintaan yaitu item
yang rutin dan item yang strategis. Jika organisasi berorientasi kepada produk,
organisasi pengadaan dapat dibuat berdasarkan kategori barang/jasa yang dibuat.
Dalam keadaan dimana orientasi kepada pelanggan, organisasi pengadaan dapat
dibuat berdasarkan kelompok pengguna. Berikut berbagai contoh tipe organisasi
pengadaan berdasarkan Module 1 ITC.
Gambar 6. Berbagai Tipe Struktur Organisasi Pengadaan

Sumber : Module 1 ITC

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 24 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2.2.4. Strategi organisasi


Setiap organisasi mempunyai strategi organisasi. Strategi adalah cara yang dilakukan
organisasi dalam mencapai tujuannya. Perusahaan merupakan salah satu contoh
sebuah organisasi. Setiap perusahaan harus mengembangkan sebuah strategi yang
bertujuan untuk mencapai tujuannya. Strategi perusahaan biasanya meliputi hal
berikut ini:
❖ Barang atau jasa apa yang ditawarkan;
❖ Pada pasar mana mereka menawarkan barang/jasanya;
❖ Pada kondisi bagaimana barang bisa ditawarkan;
❖ Bagaimana cara memasuki dan mengembangkan pasar
❖ Bagaimana mengoperasikan biaya secara efektif

Dengan mendefinisikan strategi organisasinya, sebuah perusahaan akan menetapkan


prioritasnya, yang pada saatnya, akan membantu fungsi-fungsi perusahaan yang
berbeda (seperti fungsi pengadaan) agar diketahui dimana perusahaan akan fokus
pada upaya pencapaiannya dan mengembangkan strategi dan tujuan khusus
perusahaan sendiri. Strategi perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, sosial, politik, dan ketentuan hukum dimana perusahaan beroperasi serta
target pasarnya. Ada lingkungan yangat kondusif untuk pengembangan strategi yang
kreatif dan dinamis.

Strategi organisasi akan sangat bervariasi antara sektor, juga antar perusahaan. Pada
sektor dimana pasar dan teknologi berkembang dan berubah sedemikian cepat,
strategi yang digunakan haruslah sangat dinamis. Pada sektor yang stabil, seperti
pabrik plastik untuk rumah tangga dimana produknya standar dan pasar serta
teknologinya bergerak sangat lambat, strategi organisasi akan lebih memprioritaskan
upaya penghematan agar bisa bersaing di pasar dan mengembangkan pangsa
pasarnya.

Fungsi pengadaan dalam perusahaan seringkali berada pada posisi berkontribusi


penting untuk menciptakan strategi organisasi dalam sudut pandang yang bisa

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 25 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

dipahami oleh lingkungan bisnis melalui interaksinya dengan penyedia. Fungsi


pengadaan harus tahu bagaimana dasar pasokan barang berubah, peluang serta
ancaman apa yang terjadi pada organisasi.

2.2.5. Strategi organisasi sektor

Lalu bagaimana dengan strategi pemerintah? Dimana strategi itu dirumuskan? Serta
bagaimana cara mencapai strategi yang sudah dicanangkan tersebut? Sejak terbitnya
UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, maka pembahasan strategi di
sini akan dibagi menjadi pemerintah pusat dan daerah. Di atas telah dijelaskan bahwa
perusahaan sebagai sektor organisasi profit memiliki strategi yang didalamya meliputi
lima hal. Bagaimana dengan organisasi pemerintah? Pengertian strategi dalam
pemerintahan seperti tertuang dalam Dalam undang-Undang Nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu strategi adalah langkah-
langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Visi
adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan, sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

Strategi pemerintah baru dapat disusun setelah visi dan misi pemerintah ditentukan.
Selanjutnya strategi pemerintah tersebut akan dituangkan ke dalam sebuah rencana
strategi. Dalam undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dijelaskan tentang Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga
serta Satuan Kerja Perangkat Daerah. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (K/L)
merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (RenStra KL), adalah
dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.

Rencana strategis untuk jangka waktu lima tahun baik K/L maupun SKPD tersebut
selanjutnya didukung oleh program kerja tahunan yang disebut Rencana Kerja K/L
(Renja K/L) ataupun Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD). Renja K/L adalah dokumen

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 26 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

perencanaan Kementrian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun, sedangkan Renja


SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1
(satu) tahun. Jika dalam Rencana Kerja memuat kegiatan-kegiatan yang direncanakan
untuk dilakukan, maka rencana pendapatan dan rencana kebutuhan dana untuk
membiayai program tersebut dimuat dalam dokumen yang disebut Rencana Kerja
Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L). Alur siklus penganggaran pemerintah
pusat kita, tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 7. Alur Siklus Anggaran Pemerintah Pusat

Gambar 8. Hubungan antara Perencanaan dan Penganggaran

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 27 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar di atas menggambarkan hubungan antara dokumen perencanaan dan


penganggaran yang disarikan dari Peraturan Menteri Keuangan No. 93 Tahun 2011
tentang petunjuk penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA-K/L) menetapkan bahwa
masing-masing K/L dalam menyusun anggaran harus memperhatikan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang dikeluarkan setiap tahun dan Rencana Kerja K/L sebagai
jabaran dari Renstra K/L. Dari gambar di atas tampak, bahwa RKA K/L yang disusun
selanjutnya akan disetujui dan menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Untuk pemerintah daerah dikenal istilah Renja SKPD yaitu dokumen perencanaan
SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Penyusunan rancangan Renja
SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan
menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif. Dalam prosesnya, penyusunan
rancangan Renja SKPD mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam
rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Oleh karena itu penyusunan
rancangan Renja SKPD dapat dikerjakan secara simultan/paralel dengan penyusunan
rancangan awal RKPD, dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap
kondisi eksisting SKPD, evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya
dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra SKPD.

Selanjutnya Renja yang sudah disusun ini kebutuhan penganggarannya akan


dituangkan ke dalam dokumen yang disebut Rencana Kerja dan Aggaran SKPD yang
selanjutnya disingkat RKA SKPD. RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan
kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Rencana
Kerja Anggaran yang disusun baik oleh Kementerian/Lembaga maupun SKPD berisi
rencana kegiatan dan alokasi dana selama satu tahun.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 28 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran, organisasi, dalam hal ini pemerintah,
sudah mengetahui apa yang akan dilakukan, mengapa itu butuh dilakukan, apa saja
komponen biaya pokok dan pendukungnya, serta perkiraaan berapa dana yang
dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Dari sini akan dapat diidentifikasi sebenarnya
barang/jasa apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi kegiatan tersebut.

2.2.6. Strategi pengadaan


Penjelasan di atas menunjukkan bahwa baik organisasi organisasi profit maupun
sektor publik memiliki strategi organisasi, dimana dari strategi ini nanti akan dibuat
rencana kerja tahunan yang didalamnya memuat kebutuhan barang/jasa. Setelah
mengetahui kebutuhan organisasinya serta memutuskan produk atau jasa yang
dibutuhkan dan akan dibeli, maka organisasi harus menentukan bagaimana cara
memperoleh barang/jasa tersebut. Apakah akan melakukan sendiri atau harus
membeli dari pemasok. Tujuan dari fungsi dalam organisasi apapun harus sejajar
dengan strategi organisasi. Ketika membeli produk atau jasa, fungsi pengadaan harus
sadar bagaimana pengaruhnya pada strategi organisasi. Tujuan pengadaan barang
yang spesifik harus mendukung berbagai produk inti yang dimiliki dan akan
dikembangkan organisasi.

Target dan tujuan yang ditetapkan harus sejalan dengan hasil yang diinginkan. Target
dan tujuan fungsi pengadaan seharusnya menetapkan target dan tujuan yang
memungkinkan pengoperasian yang efektif dan efisien. Dalam pencapaiannya fungsi
ini harus mempertimbangkan kebijakan organisasi secara keseluruhan. Fungsi
pengadaan adalah salah satu proses utama dalam kebanyakan organisasi sehingga
harus dirancang serta dikelola dengan tepat. Mekanisme yang dikontrol organisasi
atas fungsi ini adalah struktur organisasi, yang menciptakan unit-unit yang
“manageable” dengan tanggung jawab jelas. Struktur tersebut akan menentukan
ruang lingkup kegiatan dari fungsi pengadaan dan fungsi departemen lain yang
berinteraksi. Agar berfungsi secara efektif, fungsi pengadaan harus memiliki sumber
daya yang memadai seperti teknologi Informasi serta orang yang cocok dengan peran
dan tanggung jawabnya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 29 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Strategi pengadaan dilakukan untuk mencapat tujuan pengadaan berupa kualitas dan
inovasi, ketersediaan dan waktu pemenuhan barang, layanan dan tanggung jawab
penyedia, serta efisiensi sesuai penjelasan di atas. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan sebuah strategi pengadaan yang tepat dengan membagi pekerjaan-
pekerjaan ke dalam kelompok pemaketan yang sesuai dengan tujuannya. Dengan
mengelompokkan dalam bentuk paket ini maka akan diketahui jenisnya, nilainya,
kompleksitasnya, risikonya, penyedianya banyak atau terbatas, tersedianya barang
substitusi atau tidak, bisakah barang diadakan sendiri, dll. Untuk menunjang kegiatan
ini, maka perlu sebuah tool (alat bantu) yang dapat membantu membuat prioritas
usaha serta mengembangkan strategi pengadaan untuk organisasi. Subbab berikut
menjelaskan beberapa alat bantu yang bisa digunakan organisasi dalam
mengembangkan strategi pengadaan.

2.2.7. Penentuan Paket Berdasar Jenis Pekerjaan


Penetapan paket dilakukan melalui proses yang sistematis dan dapat dipertanggung-
jawabkan. Pertimbangan pemaketan, seharusnya juga dikaitkan pada kebijakan umum
yang mencerminkan pernyataan tujuan pengadaan barang dan jasa. Pemaketan juga
merupakan strategi pengadaan yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
keberhasilan pengadaan barang dan jasa. Menjadikan pemaketan sebagai bagian
strategi pengadaan berarti berupaya mencari, memahami dan menentukan cara atau
teknik terbaik untuk mencapai tujuan serta target pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Berbagai barang dan jasa yang berbeda nilai serta dampak atau
resikonya bagi instansi akan memerlukan strategi pengadaan yang berbeda.

Setelah melalui proses review terhadap rencana kebutuhan, identifikasi ketersediaan


barang serta jumlah penyedia yang tersedia di pasar, tahap selanjutnya adalah
menetapkan alternatif terbaik berupa keluaran (output) diantara berbagai
kemungkinan yang telah diidentifikasi. Keluaran (output) tersebut kemudian
dibedakan menurut jenisnya. Jenis pengadaan di sektor publik diatur dalam Perpres
54 dan perubahannya, yang terdiri atas:

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 30 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

1. Barang, adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh pengguna barang. Pengadaan barang antara lain meliputi:
bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan serta mahluk hidup.
2. Pekerjaan Konstruksi, adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
3. Jasa Konsultansi, adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
4. Jasa Lainnya, adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.

Setelah jenis pengadaan diidentifikasi dan ditetapkan, tahap selanjutnya adalah


mengidentifikasi alternatif strategi pemaketan yang tepat guna mendapatkan value for
money serta tujuan lainnya. Supply Positioning Model dikenal sebagai The Classical
Portfolio Matrix: The Kraljic Matrix yang merupakan salah satu sarana (tool) yang
berguna untuk mengklasifikasikan pengadaan barang dan jasa dengan
menghubungkan risiko yang terkait dengan pengadaan (supply risk) serta dampak
keuangan dari pembeli (buyer).

2.2.8. Strategi pengadaan dengan Supply Positioning Model


Supply Positioning Model adalah alat bantu organisasi untuk menimbang kepentingan
relatif masing-masing variasi barang jasa yang dibeli dengan cara menghitung dua
faktor berikut ini:
1. Tingkat pembelian tahunan barang/jasa
Di sini kita akan menggunakan aturan Pareto, biasanya sebagian besar paket
pekerjaan pengadaan barang/jasa 80% (paket paket kecil) nilainya mewakili 20%
total pengadaan, dan sebaliknya sebagian kecil paket pekerjaan pengadaan 20%
(paket-paket besar) nilainya mewakili (80%) total pengadaan.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 31 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Pilihan lain adalah dengan menggunakan sistem ABC , dimana item “A” secara
umum mewakili sekitar 60%-70% total pengeluaran, item “B” mengambil 20%-
30% pengeluaran total dan item “C” sekitar 10%-15% total pengeluaran. Semakin
banyak kita mengeluarkan dana untuk sebuah item barang/jasa, maka semakin
penting hal itu bagi kita karena ada potensi untuk menabung biaya.
Faktor tingkat pembelian tahunan barang/jasa ini adalah sumbu X.

2. Dampak, peluang dan risiko pengadaan (supply risk)


Dimensi risiko penawaran (supply risk) dapat diuraikan dalam kondisi sebagai
berikut:
a. Ketersediaan produk (availability)
b. Jumlah penyedia (number of suppliers)
c. Ketersediaan barang substitusi (substitution opportunities)
d. Kemungkinan membuat atau membeli (make-or-buy opportunities)

Kombinasi akibat, peluang dan risiko pengadaan akan terjadi jika kita tidak bisa
mempertemukan target pengadaan untuk item barang jasa. Faktor ini
menggambarkan dampak, peluang dan risiko terhadap kegiatan pengadaan dalam
organisasi. Semakin tinggi berarti semakin besar dampak dan risiko jika barang
jasa tersebut tidak diperoleh, atau dengan kata lain barang tersebut semakin
penting bagi instansi. Faktor dampak, peluang dan risiko ini adalah sumbu Y. Dua
faktor di atas diilustrasikan dalam gambar di bawah ini:

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 32 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar 9. Supply Postioning Model

H = High impact/supply opportunity/risk (prioritas tinggi)


M = Moderate impact/supply opportunity/risk (prioritas moderat)
L = Low impact/supply opportunity/risk (prioritas rendah)
N = Negligible impact/supply opportunity/risk (prioritas dapat diabaikan)

Penjelasan detil tentang SPM ada di Unit Kompetensi 4 (Menyusun Kebutuhan dan
Anggaran Pengadaan Barang/ Jasa)

2.2.9. Mengembangkan strategi dengan Kraljic Portofolio Purchasing Model


Alat bantu Kraljic Portofolio Purchasing Model digunakan di banyak organisasi dalam
menentukan strategi pengadaan yang akan digunakan. Tujuan penggunaan model ini
adalah membantu para pembeli memaksimalkan keamanan pasokan barangnya serta
mengurangi biaya dengan cara memaksimalkan kekuatan beli organisasi. Dengan
menggunakan tool ini, maka pengadaan akan berubah dari aktivitas yang
transaksional menjadi aktivitas yang strategis.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 33 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Model ini meliputi empat tahapan yaitu:


1. Klasifikasi pembelian
Dengan model sedikit berbeda dengan Kuadran Karaljick 4 item purchases di atas,
di bawah ini adalah product purchasing classification matrix (matrik klasifikasi
pembelian produk). Sesuai dengan matriks kraljic, terdapat empat jenis
barang/jasa yaitu strategic, leverage, bottleneck, dan non-critical. Penentuan
masuk dalam kelompok mana barang jasa yang kita butuhkan tersebut, dilihat dari
supply risk dan profit impact.

Supply risk (risiko pengadaan) tinggi jika barang mengalami kesulitan bahan
baku, ketersediaannya terpengaruh dengan ketidakstabilan pemerintah atau
bencana nasional, ketika pengirimannya sulit dan mudah terganggu, atau ketika
penyedianya terbatas.
Profit impact (dampak keuntungan) tinggi ketika barang menambah output
organisasi secara signifikan. Keadaan ini terjadi karena meningkatkan proporsi
output atau karena memiliki dampak pada kualitas.

Gambar 12. Matriks Klasifikasi Pembelian Produk

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 34 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2. Analisis pasar
Di sini organisasi harus menyelidiki seberapa besar kekuatan penyedia dan
seberapa besar kekuatan beli organisasi sebagai konsumen mereka. Untuk
menganalisis cara yang direkomendasikan adalah dengan menggunakan Analisis
Porter's Five Forces , seperti gambar di bawah ini

Gambar 13. Analisis Porter's Five Forces

3. Memposisikan strategi
Mengklasifikasikan barang jasa yang diidentifikasi di tahap 1 sebagai barang jasa
pada kuadran “strategic” untuk dimasukkan ke dalam analisis kekuatan penyedia
dan pembeli pada tahap 2. Untuk melakukan ini dapat disederhanakan dengan
memasukkan setiap barang kedalam matriks “purchasing portofolio” seperti di
bawah ini.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 35 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar 14. Matriks Purchasing Portfolio

4. Rencana aksi
Terakhir, kembangkan rencana aksi untuk masing-masing barang yang kita
butuhkan sesuai tempat mereka berada pada matriks di atas. Tiga strategi
pembelian yang dapat dilakukan untuk masing-masing indikasi adalah sebagai
berikut:
A. Exploit
Exploit adalah keadaan di mana organisasi mempunyai kekuatan untuk membeli,
tetapi barangnya yang tidak tersedia di pasar. Strategi yang bisa dilakukan
dengan membuat kekuatan beli organisasi untuk mendapatkan harga yang
bagus dengan kontrak jangka panjang dengan beberapa penyedia, sehingga
dapat mengurangi risiko pengadaan untuk barang yang penting ini. Organisasi
juga bisa membuat tempat pembelian individu untuk barang ini, jika ada
penyedia tertentu yang sanggup dengan penawaran bagus.

B. Balance
Mengambil jalan tengah antara kelompok exploit dan diversity

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 36 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

C. Diversity
Diversity adalah keadaan di mana penyedia tidak banyak, sementara kebutuhan
organisasi sangat besar. Strategi organisasi untuk dapat mengurangi risiko
pengadaan adalah dengan mencari alternatif penyedia atau alternatif produk.
Contoh menggunakan kereta api atau kapal laut daripada truk angkutan umum
untuk mengirimkan barang.

Setelah strategi pemaketan kita lakukan dengan menggunakan alat bantu ini, maka
proses selanjutnya adalah memulai proses perencanaan umum pengadaan. Sejalan
dengan tujuan ini, dalam rangka untuk melaksanakan fungsi pelaksanaan anggaran
maka pada sektor publik dibuatlah dokumen yang bernama Rencana Umum
Pengadaan (RUP). Apakah RUP itu? Siapa yang membuat? Kapan serta mengapa RUP
dibuat? Pertanyaan-pertanyaan ini yang sering muncul sehubungan dengan
penyusunan RUP. Sebelum menjelaskan tentang RUP, marilah kita lihat terlebih
dahulu hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RUP.

2.3 KONDISI TERKINI

2.3.1. Regulasi terkait pengadaan

Pada sektor organisasi profit (private) proses perencanaan pengadaan barang jasanya
bisa dilakukan segera setelah melakukan pemaketan sesuai strategi di atas,
selanjutnya mengajukan proposal dana yang dibutuhkan yang kemungkinan prosesnya
tidak membutuhkan waktu yang lama. Namun, tidak demikian halnya dengan sektor
publik (pemerintah). Proses perencanaan pengadaan yang dilanjutkan proses
pengajuan anggaran dalam RKA-KL untuk pemerintah pusat maupun RKA-SKPD untuk
pemerintah daerah membutuhkan waktu relatif lama. Seperti dijelaskan pada proses
perencanaan dan penganggaran di atas, kita bisa melihat bahwa
Kementerian/Lembaga mengajukan dokumen RKA K/L pada bulan Mei-Juli dan baru
akan menjadi DIPA pada bulan November-Desember. Rentang waktu sekitar enam
bulan mengharuskan Kementerian/Lembaga melihat dan meneliti kembali apakah

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 37 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

rencana penganggaran yang tertuang dalam DIPA/DPA tadi masih relevan atau tidak.
Ada kalanya pada saat penyusunan RKA KL/SKPD komponen penyusun biaya yang
dicantumkan ternyata menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan yang
berlaku di pasar.

Kondisi perekonomian misalnya inflasi dapat menyebabkan kegiatan yang semula


direncanakan akan bisa dieksekusi, ternyata memenuhi kendala pada saat DIPA/DPA
nya sudah turun. Nah, jika ternyata komponen biaya penyusun dokumen anggaran
sudah tidak relevan lagi, maka perlu dicari langkah-langkah atau tindakan-tindakan
yang secara aturan memang diperkenankan. Salah satunya proses yang dilakukan
adalah melakukan riset pasar. Riset adalah pengumpulan informasi tentang subyek
tertentu atau pencarian secara hati-hati dan teliti. Riset pasar adalah proses yang
berkesinambungan atas pengumpulan dan analisis data terkait berbagai produk,
praktek bisnis dan kemampuan penyedia untuk memenuhi kebutuhan organisasi.
Lebih lanjut, riset pasar dijelaskan sebagai proses untuk mempelajari pasar untuk
mendapat informasi yang cukup dan relevan dalam membuat pilihan dan keputusan
terkait pengadaan barang dan jasa.

Dengan dilakukannya analisis pasar, membantu mengarahkan kepada sasaran yang


lebih spesifik, sehingga sasaran tersebut bisa ditetapkan demi tercapainya berbagai
tujuan. Sasaran survei dan analisis pasar pada modul ini menitikberatkan kepada
tahap perencanaan yang meliputi:
1. Mendefinisikan kebutuhan.
Tahap pertama perencanaan pengadaan barang dan jasa adalah mengidentifikasi
hasil (outcome) yang dikehendaki serta tujuan dari pengadaan. Namun demikian,
proses yang dilakukan tidaklah harus bersifat berurutan (linier). Bisa jadi,
berdasarkan data survei pasar, identifikasi tujuan pengadaan justru ditetapkan
kembali.
Misalnya, apabila hasil analisis data pasar menunjukan bahwa jumlah calon
penyedia yang mampu atau tersedia sangat terbatas, maka spesifikasi kebutuhan
(requirement definition) perlu ditinjau dan ditetapkan kembali guna memberi

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 38 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

kesempatan sejumlah penyedia yang diperkirakan mampu untuk memberikan


berbagai alternatif produk atau jasa, dalam memenuhi hasil (outcome) yang
diinginkan, bukan hanya keluaran (output).

2. Membuat Paket Pengadaan.


Pengadaan diyakini bisa memberikan value for money terbaik melalui kompetisi
yang terbuka dan adil. Survei dan analisis pasar yang tepat akan menyediakan
informasi bagi PA/KPA dalam membuat paket pekerjaan yang memberikan
kesempatan bagi sebagian besar penyedia, untuk turut serta berkompetisi dalam
proses pelelangan. Paket pekerjaan yang cenderung membatasi penyedia lain
untuk turut serta sehingga dapat mengarah ke monopoli, seharusnya diidentifikasi
kembali dan direvisi dengan tepat. Termasuk diantaranya adalah pertimbangan
agar pengusaha kecil dan menengah dapat diberi kesempatan yang luas dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah tanpa mengabaikan prinsip efektifitas dan
efisiensi.

3. Menentukan Besarnya Total Perkiraan Biaya Pekerjaan.


Di sektor publik (pemerintah), pagu anggaran merupakan batas tertinggi untuk
pengeluaran yang tidak boleh dilampaui. Dengan demikian, apabila hasil analisis
pasar menunjukan bahwa berdasarkan harga pasar perkiraan total biaya
pekerjaan melampaui jumlah yang telah ditetapkan dalam anggaran, maka
sebelum proses pengadaan barang atau jasa dilaksanakan.

Pada tahap inilah yang dinamakan dengan kaji ulang. Tindakan kaji ulang pasti
berhubungan erat dengan strategi pengadaan yang di sektor pemerintah sudah
dituangkan di dalam Rencana Umum Pengadaan (RUP) yang akan di bahas pada
subbab selanjutnya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 39 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2.3.2. Kondisi Pasar

Pemahaman tentang kondisi pasar sangat penting dalam melakukan kaji ulang paket
pengadaan. Peserta latih dapat merujuk ke UK – 06 untuk mempelajari lebih detail
tentang kondisi pasar. Berikut sebagai gambaran secara ringkas mengenai berbagai
kemungkinan kombinasi kondisi persaingan pasar tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Penawaran (Supply)
Berbagai Kemungkinan Kombinasi
persaingan Pasar Banyak Penjual Sedikit Penjual Satu Penjual
Persaingan
Banyak Pembeli Oligopoli Monopoli
Sempurna
Permintaan Oligopoli / Monopoli
Sedikit Pembeli Oligopsoni
(Demand) Oligopsoni Terbatas
Monopsoni Monopoli /
Satu Pembeli Monopsoni
Terbatas Monopsoni

2.4 RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP)

Pembahsasan tentang RUP meliputi:


• pemaketan(dibahas di UK No. 4);
• penganggaran (dibahas di UK No. 4);
• pengorganisasian (dibahas di UK No. 3);
• kebijakan pengadaan (dibahas di UK No. 2).

2.4.1. Pengertian Rencana Umum Pengadaan


Pengertian dari rencana adalah rancangan penggunaan sumber daya (SDM, waktu,
dan biaya) terkait dengan tujuan yang akan dicapai. Rencana Umum Pengadaan yang
selanjutnya disebut RUP adalah dokumen perencanaan yang berisi kebutuhan
pengadaan yang akan dilaksanakan oleh K/L/D/I. Rencana umum pengadaan disusun
berdasarkan kebutuhan masing-masing K/L/D/I dalam rangka menjalankan tugas dan
fungsinya. Oleh karena itu RUP harus didukung Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
menunjukkan urgensi kebutuhan barang jasa.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 40 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Dokumen pendukung KAK antara lain:


a. Renja (Rencana Kerja);
b. RAKL;
c. Identifikasi kebutuhan;
d. Studi kelayakan;
e. KAK/Kontrak terdahulu;
f. Kajian akademik;
g. Standar kebutuhan barang;
h. Standar biaya masukan/keluaran;
i. Standar sarana/prasarana;
j. Standar gedung negara;
k. Standar pelayanan minimal;
l. Dokumen lain terkait dengan rencana pengadaan barang/jasa pemerintah.

Sesuai pasal 23 Perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya, Penyusunan Rencana


Umum Pengadaan Barang/Jasa pada K/L/D/I untuk Tahun Anggaran berikutnya, harus
diselesaikan pada Tahun Anggaran yang berjalan. Artinya, penyusunan RUP dilakukan
pada saat pengajuan RKA oleh K/L maupun SKPD.

Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud di atas meliputi:


a. Kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan dibiayai oleh K/L/D/I
sendiri; dan/atau
b. Kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan dibiayai berdasarkan
kerja sama antar K/L/D/I secara pembiayaan bersama (co-financing), sepanjang
diperlukan.

2.4.2. Kegiatan yang dilaksanakan dalam RUP


Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengindentifikasi kebutuhan Barang/Jasa yang diperlukan K/L/D/I;
b. Menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk Pengadaan Barang/Jasa
atas kegiatan yang akan dilaksanakan;

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 41 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

c. Menetapkan kebijakan umum tentang:


1. Pemaketan pekerjaan
Merupakan proses menyatukan berbagai kegiatan atau jenis pekerjaan ke dalam
suatu unit pekerjaan atau memecah kegiatan atau jenis pekerjaan menjadi
beberapa unit pekerjaan dimana proses pengadaan tiap unit pekerjaan tersebut
direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan dan dianggap terpisah
dengan unit lainnya
2. Cara Pengadaan Barang/Jasa;
Merupakan proses memilih cara yang tepat untuk memperoleh barang/jasa.
Secara umum cara pengadaan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu dengan
mengadakan sendiri (swakelola) atau melalui penyedia (vendor). Keduanya
mempunyai syarat ketentuan sehingga sebuah pekerjaan boleh dilakukan melalui
swakelola atau harus melalui penyedia.
3. Pengorganisasian Pengadaan Barang/Jasa;
Merupakan proses penugasan formal bagi individu dan bagian organisasi
pengadaan barang dan jasa. Proses ini dilakukan dengan cara menetapkan
personil yang akan melaksanakan dalam setiap bagian proses pengadaan barang
jasa.
4. penetapan penggunaan produk dalam negeri.
Penetapan penggunaan produk dalam negeri dilakukan jika telah terdapat
beberapa produk dalam negeri yang memenuhi persyaratan Tingkat Kandungan
Dalam Negeri.
d. Menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK), meliputi:
1. Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan;
2. Waktu pelaksanaan yang diperlukan;
3. Spesifikasi teknis Barang/Jasa yang akan diadakan;
4. Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.

Penyusunan RUP dilaksanakan pada saat penyusunan RKA K/L dan SKPD. Artinya,
RUP disusun pada saat proses perencanaan penganggaran. Secara ringkas kegiatan
yang dilakukan pada saat penyusunan RUP diringkas pada gambar di bawah ini.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 42 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar 15. Kegiatan dalam Penyusunan RUP

2.4.3. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan


RUP selain wajib juga sangat penting untuk diumumkan. Mengapa? Merangkum dari
laman www.pengadaan.web.id, dikatakan bahwa RUP penting untuk diumumkan
secara online karena untuk memenuhi beberapa prinsip pengadaan yaitu
1. Transparansi
Pengumuman RUP secara online di awal merupakan wujud transparansi dalam
pengadaan. Dengan cara ini, masyarakat dapat menjalankan fungsinya sebagai
agen pengawasan sehingga mendorong terwujudnya good governance. Selain itu
dengan praktik ini pelaksanaan pengadaan akan semakin terbuka luas karena
semua pihak memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses informasi
tersebut.
2. Akuntabilitas
Dalam menjalankan pemerintahan yang baik, pelaksanaan pengadaan harus tetap
mengedepankan tata kelola yang akuntabel. Hal ini karena capaian kinerja
pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada internal organisasi yang
bersangkutan sekaligus kepada masyarakat luas.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 43 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

RUP yang telah diumumkan juga dapat digunakan oleh pemerintah sebagai
panduan dalam merealisasikan rencana pengadaan. Harapannya, setiap K/L/D/I
dapat mencapai target sesuai dengan RUP.
3. Persaingan Sehat (Competitiveness)
Pengumuman RUP sejak awal merupakan bagian dari tahap perencanaan yang
berpengaruh pada penciptaan iklim persaingan yang sehat. Hal ini akan
memberikan peluang bagi banyak pihak yang memenuhi syarat untuk turut serta
dalam proses pengadaan. Dengan banyak pihak yang turut serta dalam proses
pengadaan diharapkan akan tercipta persaingan sehat di antara para pihak yang
berkompetisi.
4. Efektivitas
Dengan pengumuman lebih awal, membuat banyak pihak siap. Karena banyak
pihak siap untuk mengikuti proses pengadaan, maka diharapkan tujuan organisasi
tercapai. Salah satu tujuan organisasi adalah optimalisasi penyerapan anggaran
yang merupakan salah satu indikator penilaian kinerja.

Seperti dijelaskan di atas bahwa penyusunan RUP dilakukan pada saat pengajuan
RKA oleh K/L maupun SKPD. Selanjutnya, kapan waktu yang tepat untuk
mengumumkan RUP? Sesuai pasal 25 bahwa pengumuman RUP waktunya berbeda
untuk Kementerian/ lembaga/ Institusi dan untuk Pemerintah Daerah. Pada ayat 1
disebutkan bahwa:
1. Untuk Kementerian/Lembaga/Institusi PA mengumumkan Rencana Ayat Umum
Pengadaan Barang/Jasa pada masing-masing Kementerian/Lembaga/Institusi
secara terbuka kepada masyarakat luas setelah rencana kerja dan anggaran
Kementerian/Lembaga/Institusi disetujui oleh DPR.
2. PA pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan
Barang/Jasa secara terbuka kepada masyarakat luas, setelah APBD yang
merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD.
3. PA sebagaimana dimaksud di atas mengumumkan kembali Rencana Umum
Pengadaan, apabila terdapat perubahan/penambahan DIPA/DPA.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 44 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Jika kita gambarkan proses penyusunan RUP dengan waktu pengumumannya, dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 162. Penyusunan dan Pengumuman RUP

2.4.4. Isi Pengumuman Rencana Umum Pengadaan

Pengumuman RUP, sesuai pasal 25 ayat 2 minimal berisi:


a. Nama dan alamat Pengguna Anggaran;
b. Paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c. Lokasi pekerjaan; dan
d. Perkiraan besaran biaya.

Pada pasal 112 Perpres 54 dan perubahannya disampaikan bahwa K/L/D/I wajib
menayangkan Rencana Umum Pengadaan dan pengumuman Pengadaan di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing dan Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 45 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2.5. Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa


Untuk melakukan proses pemaketan pengadaan, pengelola kebutuhan dalam
organisasi dapat melakukan langkah-langkah seperti yang diurakan dalam sub bab
2.5.1 sampai dengan sub bab 2.5.6 sebagai berkut.

2.5.1. Identifikasi paket-paket pekerjaan sesuai ketentuan yang berlaku


Proses pertama adalah mengidentifikasi paket-paket pengadaan untuk
menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, seperti aturan dan perundang-
undangan pemerintah, aturan perusahaan dan prosedur pengadaan. Hal ini
dilakukan dengan meninjau kepatuhan atas proses pembelian dan pelaksanaan
kontrak terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Baik dalam organisasi swasta
atau Pemerintah terdapat peraturan atau kebijakan yang perlu dipatuhi. Dalam
penyusunan paket pengadaan tentunya perlu memastikan bahwa paket-paket
pengadaan tersebut tidak menyalahi kebijakan dan selalu berdasarkan peraturan
atau kebijakan organisasi yang berlaku.

Dalam sub bab sebelumnya sudah dijelaskan tentang pengertian pemaketan.


Selanjutnya, dalam konteks pengadaan di organisasi pemerintah, ketentuan yang
mengatur pemaketan secara jelas dapat dilihat di Pasal 22 dan 24 Perpres No. 54
Tahun 2010 dan perubahannya antara lain secara tegas memerintahkan PA untuk
melakukan pemaketan barang dan jasa dalam rencana umum pengadaan barang
dan jasa sesuai dengan kebutuhan pada K/L/D/I masing- masing dalam memenuhi
kebijakan umum tentang pemaketan pekerjaan.

2.5.2. Klasifikasi paket berdasarkan jenis pengadaaan


Proses selanjutnya adalah mengklasifikasikan paket-paket pengadaan hasil
identifikasi berdasarkan jenis pengadaan. Tujuan dari pengklasifisian paket
pengadaan adalah untuk mengetahui profil data pengeluaran berdasarkan
klasifikasi pengelompokan paket tertentu yang telah ditentukan. Klasifikasi paket
pengadaan yang tepat berguna untuk identifikasi fokus area dimana peluang

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 46 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

penurunan biaya dapat dioptimalkan dan penyusunan paket pengadaan dan


strategi dalam aktifitas pengadaan yang akan datang bisa lebih tepat. Hasil
pengklasifikasian akan memudahkan tercapainya analisa yang dapat ditindaklanjuti
untuk menentukan strategi pengadaan yang lebih efektif berdasarkan analisa
pengeluaran sebelumnya.

Pengklasifikasian berdasarkan jenis pengadaan dapat dilakukan dengan


mengelompokkan berdasarkan sifat pengadaan sebagai berikut:
• Jenis barang/ jasa yang diminta dalam dokumen kontrak
o Mekanik, Elektrik, Kimia, Kemasan
o Bahan Langsung atau Bahan Non langsung
o dll
• Sifat hubungan dengan penyedia
o Item strategis, leverage,bottle neck, routine
o Penyedia tunggal, multi pemasok,
o dll
• Sifat kontrak pengadaan, misalnya “proyek” atau “operasi”

2.5.3. Klasifikasi paket berdasarkan volume dan kompleksitas pekerjaan


Alternatif lain adalah mengklasifikasikan paket pengadaan berdasarkan volume
dan kompleksitas pengadaan. Pengklasifikasian berdasarkan jenis pengadaan
dapat dilakukan dengan mengelompokkan berdasarkan sifat pengadaan sebagai
berikut:
• Jumlah paket pengadaan, misalnya “single paket” atau “multi paket”
• Lokasi serah terima pengadaan, misalnya “satu area” atau “ dua atau tiga
area ”
• Volume tahun Kontrak pengadaan, misal “ 1 tahun”, “ 2 tahun” 3 Tahun”
• Kompleksitas pengadaan, misal “ pengadaan sederhana”, “pengadaan banyak
keahlian”

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 47 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2.5.4. Komponen paket pengadaaan


Langkah selanjutnya adalah memahami komponen dari setiap paket pengadaan.
Komponen yang dimasukkan dalam paket pengadaan barang/jasa terdiri atas:
1. Biaya paket pengadaan barang/jasa itu sendiri.
2. Biaya pendukung paket pengadaan barang/jasa yang mencakup biaya
pemasangan, biaya pengangkutan, biaya pelatihan, dan lain-lain.
3. Biaya administrasi paket pengadaan barang/jasa yang diperlukan untuk
proses pengadaan, mencakup biaya pengumuman pengadaan dan biaya
survei lapangan/pasar.

Secara garis besar komponen pengadaan dapat diuraikan sebagai berikut:


• Barang : Nama Barang, Spesifikasi, Harga Barang, Pengemasan, Logistik,
Bea Cukai, Garansi, Perawatan, Pajak dll
• Jasa : Personil, Non Personil dan Pajak
• Barang dan Jasa (Konstruksi) : Aktifitas, Paket Pekrjaan atau Work
Breakdown Structure (Struktur Bagian Pekerjaan), Cost Groups (Kelompok
biaya), Biaya kontigensi risiko, pajak dll

2.5.5. Analisis paket dan klasifikasinya


Pihak yang terkait dengan pemaketan adalah pengguna atau PA/KPA beserta tim
teknis yang diangkat untuk membantunya, PPK dan kelompok kerja ULP. Idealnya
PA/KPA melakukan pemaketan pada saat penyusunan RKA, artinya pada saat
penyusunan RUP sudah menetapkan paketnya. Bila terdapat perubahan anggaran,
pemaketan dalam rencana umum pengadaan direvisi dan diumumkan kembali.
Sedangkan PPK dan Pokja ULP hanya berwenang untuk mengajukan usul perubahan
paket kepada PA/KPA apabila hasil pengkajian menunjukan adanya ketidaksesuaian
dengan ketentuan maupun tujuan yang ingin dicapai.

Proses pemaketan dimulai dari menentukan jenis-jenis pekerjaan dalam suatu


kegiatan yang ingin dicapai. Jenis pekerjaan atau pengadaan yang berbeda akan
memiliki perbedaan karakteristik dalam cara pengadaan, cara pemilihan penyedia

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 48 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

hingga jenis kontrak yang akan digunakan. Proses ini bertujuan untuk pemenuhan
prestasi kinerja yang diharapkan sesuai tujuan. Dengan demikian, pemaketan
merupakan langkah penting awal yang harus dilakukan untuk dapat memastikan atau
setidak-tidaknya memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan pengadaan
yang telah ditetapkan akan dapat tercapai.

Penggunaan strategi yang tepat juga dibutuhkan dalam penentuan pemaketan.


Seperti dijelaskan di atas bahwa untuk mengenali karakteristik barang jasa yang
dibutuhkan organisasi menggunakan alat bantu berupa supply positioning model untuk
kemudian menuangkannya di dalam Kraljic Box Positioning Model untuk
menembangkan strategi pengadaannya. Hal ini mengilustrasikan pentingnya
mengetahui posisi pembelian barang jasa yang akan dilakukan oleh perusahaan untuk
mengetahui dampaknya dalam strategi pengadaan.

Dalam gambar berikut, Kita bisa melihat bahwa titik A, pengeluaran sangat rendah
dan risiko nya juga sangat rendah. Titik ini mewakili sebuah pembelian barang-barang
“klasik” yang rutin. Titik B terletak pada kuadran rutin yang sama, tetapi tingkat
pengeluarannya lebih besar-hampir setinggi titik C, yang terletak pada kuadran
leverage. Dengan demikian, ketika kita bergerak maju ke kanan terletak pada kuadran
rutin, pembelian menjadi tidak terlalu rutin hampir sama dengan barang leverage,
sampai jadi barang “klasik” leverage pada sisi kanan model (titik D).
Gambar 3. Pergeseran Dalam SPM

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 49 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar di bawah ini mengilustrasikan semua variasi yang mungkin terjadi saat
strategi bergerak dalam satu kuadran yang berdekatan
Gambar 4. Gambar pergeseran SPM

Posisi ideal untuk pembelian barang dalam supply positioning model dalam rangka
menghindari masalah-masalah pengadaan juga menyiapkan adanya penyedia yang
kuat adalah dengan mencari strategi bagaimana caranya agar ada pada pojok kanan
bawah, yaitu posisi “klasik leverage”. Dalam posisi ini, kekuatan tawar organisasi
relatif kuat dan banyak penyedia bersaing yang tertarik masuk dalam penawaran
organisasi. Organisasi sangat mungkin untuk mencapai kesepakatan yang kompetitif
untuk memenuhi kebutuhan organisasi dengan risiko rendah.

Tujuan utama organisasi adalah mencoba membeli barang-barang sedapat mungkin


ke arah posisi leverage. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi risiko atau
mengelompokkan (mengkonsolidasi) pengeluaran. Pengeluaran pada pembelian bisa
ditingkatkan dengan berbagai cara, misalnya:
1. Mengurangi spesifikasi yang tidak perlu pada barang jasa (seperti dukungan IT,
layanan pemeliharaan) melalui standardisasi internal;
2. Mengelompokkan sebanyak mungkin barang. Contohnya, banyak penyedia yang
menawarkan barang konsumtif untuk kantor dan komputer, maka jenis pengadaan
ini bisa dikelompokkan bersama. Pemaketan juga bisa dengan mengkombinasikan

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 50 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

layanan dan pemeliharaan dengan pembelian daripada membelinya terpisah


sehingga menjadi lebih atraktif kepada penyedia
3. Jika pembelian terjadi lebih dari satu situs atau lebih dari satu tujuan, organisasi
seharusnya yakin bahwa setiap kebutuhan yang melibatkan lebih dari satu situs
atau kelompok pengguna bisa ditawarkan kepada pasar dalam satu paket
(Menggabungkan paket);
4. Bergabung dengan organisasi/perusahaan lain untuk melakukan konsorsium. Saat
ini kebutuhan-kebutuhan rutin terdiri atas beberapa perusahan yang berkumpul
bersama untuk meningkatkan pengaruh terhadap penyedia. Konsorsium yang ada
saat ini terdiri atas barang-barang konsumsi dan pembelian utilitas (listrik, gas, air,
dan telekomunikasi) dan jasa yang berhubungan

Risiko pengadaan bisa dikurangi dengan berbagai cara, tergantung jenis risikonya.
Contoh:
1. Jika risikonya spesifikasi teknis,
a. harus bekerja dengan para teknisi dan penyedia mencoba untuk menghilangkan
atau mengurangi penyebab risiko spesifikasi;
b. Coba menggunakan standar spesifikiasi (jika mungkin); dan atau
c. gunakan produk pengganti yang tersedia atau alternatif disain yang menawarkan
risiko lebih rendah.
2. Cari standar pembelian internal lebih lanjut untuk menghindari banyaknya
perbedaan dan fragmentasi.
3. Jika terdapat risiko penyedianya terbatas, mungkin terdapat penyedia yang tidak
disadari ada oleh organisasi, makaperlu melakukan analisis mendalam tentang pasar
penyedia untuk mencari sumber/penyedia tambahan sehingga bisa sangat
mengurangi risiko.
4. Cara lebih lanjut untuk meningkatkan ketersediaan barang jasa adalah bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan yang saat ini tidak memasok barang jasa
dalam rangka mengembangkan kemampuan mereka untuk melakukannya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 51 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Berbagai pengembangan di atas dapat digunakan oleh organisasi dalam menyusun


pemaketan pekerjaan. Khusus di sektor pemerintah terdapat ketentuan yang
mengatur dan larangan pemaketan. Ketentuan telah diatur dalam Perpres 54 dan
perubahannya, yang akan dibahas pada subbab berikutnya.

Ketentuan pemaketan terdapat pada Pasal 24 Perpres 54 dan perubahannya yaitu:


Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha untuk
Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi,
persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis. Peran serta usaha
kecil ini lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 100 sebagai berikut:
a) Dalam Pengadaan Barang/Jasa PA/KPA wajib memperluas peluang Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil.
b) Dalam proses perencanaan dan penganggaran kegiatan, PA/KPA mengarahkan
dan menetapkan besaran Pengadaan Barang/Jasa untuk Usaha Mikro dan
Usaha Kecil serta koperasi kecil.
c) Nilai paket pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah),
diperuntukan bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil, kecuali
untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat
dipenuhi oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil
2. Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, Pengguna Anggaran (PA) dilarang:
a) Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa
lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya
seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-masing;
b) menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis
pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran nilainya seharusnya dilakukan
oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;
c) Memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud
menghindari pelelangan; dan/atau
d) Menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif
dan/atau dengan pertimbangan yang tidak obyektif.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 52 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Pemaketan idealnya dilakukan pada saat mengajukan RUP, tetapi tidak menutup
kemungkinan terdapat perubahan pada proses pemaketan setelah DIPA/DPA diterima.
Setelah DIPA diterima, PA/KPA akan menyusun sebuah dokumen yang disebut
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK).

POK merupakan dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih
lanjut dari DIPA. Fungsi POK adalah sebagai berikut:
1. Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas;
2. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
3. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
4. Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas pelaksanaan
anggaran.

2.5.6. Rencana anggaran/biaya paket pengadaan


Proses pemaketan setelah diterimanya dokumen anggaran dijelaskan dalam
gambar berikut:

Gambar 5. Proses Pemaketan setelah DIPA diterima

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 53 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Sebenarnya kapan proses pemaketan yang detil dilakukan?. Idealnya pada proses
penyusunan RKA KL/SKPD, paket-paket pekerjaan serta KAK-nya sudah dibuat dengan
berbagai pertimbangan yang sangat matang. Setelah DIPA/DPA turun satker (satuan
kerja) dapat langsung mengumumkan RUP sesuai dengan paket yang sudah dibuat
sebelumnya. Selanjutnya, sebelum proses dilanjutkan dengan perencanaan pemilihan
penyedia jasa, KPA melakukan kaji ulang atas RUP tersebut. Diharapkan kaji ulang
yang dilakukan tidak terlalu jauh berubah dari yang RUP sudah diumumkan. Semakin
kecil perubahan menunjukkan semakin matangnya perencanaan yang dilakukan oleh
Satker.

2.6. Ketersediaan Penyedia


Dalam melakukan kaji ulang dua hal yang penting terkait dengan penyedia adalah
Ketersediaan barang/jasa di pasar dan ketersediaan penyedia barang/jasa.
Ketersedian barang/jasa akan menjamin bahwa pengelola pengadaan akan
mengakuisisi barang/jasa yang sesuai dengan paket pengadaan. Demikian juga,
ketersediaan penyedia akan menjamin bahwa pemilihan penyedia dapat dilakukan
dengan kompetisi yang tinggi dan akan mendapatkan pengadaan dengan hasil yang
terbaik.

Dalam sebuah pasar persaingan sempurna salah satu cirinya adalah terdapat banyak
pembeli dan penjual. Tetapi ada kalanya, barang/jasa yang menjadi kebutuhan satker
ternyata penyedianya tidak banyak. Kalaupun ada, penyedianya adalah penyedia
barang/jasa non-kecil. Sementara Perpres 54 dan perubahannya memerintahkan
satker dalam pengadaan paketnya harus berpihak kepada produksi dalam negeri dan
menetapkan sebanyak-banyaknya paket untuk usaha kecil dengan nilai nominal
sampai dengan 2,5 milyar rupiah.

Ketersediaan penyedia menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan dalam penetapan
paket pekerjaan. Dalam pasar persaingan sempurna, penjual tidak mempunyai
kekuatan sebagai pihak yang mengendalikan biaya. Karena banyak pilihan penyedia
yang bisa menyediakan barang/jasa, maka sesuai naluri alami setiap orang, maka

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 54 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

akan memilih penyedia yang bisa menyediakan barang dengan harga paling murah
sesuai prinsip efisiensi. Sebaliknya jika barang yang akan dibeli adalah barang yang
penyedianya tidak banyak maka prinsip efisiensi kurang dijadikan bahan
pertimbangan, yang terpenting adalah prinsip efektif, yaitu mendapatkan barang
sesuai kebutuhan pengguna.

Lalu bagaimana jika secara nominal barang yang akan dibeli di bawah 2,5 milyar,
tetapi barang yang dibutuhkan adalah barang yang tidak bisa dipenuhi oleh usaha
kecil, atau secara nominal nilainya kecil, tetapi penyedianya hanya ada satu, apakah
akan tetap dipaksakan nantinya pemaketannya akan dipaksakan untuk usaha kecil?
Apa yang terpengaruh dengan pemaketan tersebut?

Sesuai pasal 100 Perpres 54 dan perubahannya pada bab peran serta usaha kecil
disampaikan bahwa
“Nilai paket pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya sampai
dengan 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), diperuntukan bagi Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro dan Usaha
Kecil serta koperasi kecil.”

Yang dimaksud dengan dengan kompetensi teknis adalah memiliki kemampuan


sumber daya manusia, teknis, modal dan peralatan yang cukup, contohnya pengadaan
kendaraan, peralatan elektronik presisi tinggi, percetakan dengan security paper,
walaupun nilainya dibawah Rp 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah),
diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa yang bukan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
serta koperasi kecil. Dari kalimat ini bisa disimpulkan bahwa jika suatu pekerjaan
memang tidak bisa dipenuhi oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil
dalam hal SDM, teknis, modal dan peralatan, maka tidak perlu memaksakan sebuah
paket pekerjaan tersebut kepada usaha kecil.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 55 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2.7 Validasi Harga Perkiraan


Validasi Harga Perkiraan merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan
kaji ulang paket-paket pengadaan. Peserta latih dapat mengacu kepada Pembelajaran
UK No. 06 mengenai Penyusunan Harga Perkiraan. Beberapa hal yang patut
mendapatkan perhatian mengenai cara Validasi Harga Perkiraan adalah sebagai
berikut:
• Tingkat keakuratan harga perkiraan dengan mengetahui karakteristik dasasr
estimasi biaya yang kredible dan dapat dipertanggunjawabkan;
• Dokumentasi hasil penyusunan harga perkiraan melalui tahapan proses estimasi
biaya yang tepat;
• Validasi harga perkiraan yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan
paket-paket pengadaan yang valid.

Selanjutnya hal-hal di atas akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.

2.7.1. Karakteristik Dasar Estimasi Biaya yang Kredibel

Ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam membuat estimasi biaya yang
kredibel (diterjemahkan dari modul United States Government Accountability Office
yaitu :
1. Identifikasi tugas yang jelas
• Pembuat estimasi harus didukung dengan deskripsi sistem, asumsi dan aturan
dasar, serta karakteristik kinerja dan teknis;
• Batasan dan kondisi estimasi harus jelas dan dapat diidentifikasi dengan jelas;
• menyusun persiapan dokumentasi estimasi yang baik.

2. Partisipasi luas dalam menyiapkan estimasi


• Seluruh pemangku kepentingan harus terlibat dalam menentukan kebutuhan
dan penentuan parameter dan karakteristik lain.
• Data harus diverifikasi secara independen agar akurat, lengkap dan masuk akal.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 56 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

3. Ketersediaan data yang valid


• Berbagai sumber yang cocok, relevan, dan data yang tersedia harus relevan
• Data historis dari sistem yang sama bisa digunakan untuk memperkirakan
sistem yang baru.
• Data harus berhubungan langsung dengan sistem karakteristik kinerja.

4. Struktur estimasi yang standar


• Standar perlu didukung struktur yang detil, mudah digunakan serta dapat
menyempurnakan estimasi biaya lanjutan serta memudahkan dalam
mendefinisikan sistem.
• Struktur pendukung pekerjaan meyakinkan bahwa tidak ada porsi estimasi yang
dihilangkan dan memudahkan ketika dibandingkan dengan sistem dan program
lain yang serupa.

5. Ketentuan untuk program yang tidak pasti


• Ketidakpastian seharusnya bisa diidentifikasi dan dikembangkan untuk menutup
dampak biaya.
• Biaya yang masuk dalam estimasi harus meliputi biaya lain-lain yang tidak
diketahui tersebut untuk apa.

6. Pengakuan atas inflasi


• Pembuat estimasi seharusnya yakin bahwa perubahan ekonomi, seperti inflasi,
perlu dan realistis untuk dimasukkan dalam siklus estimasi biaya.

7. Biaya-biaya yang dikecualikan


• Seluruh biaya yang terkait dengan sistem harus masuk, sementara biaya yang
tidak termasuk harus ditutup dan diberikan alasan rasional.

8. Review pihak independen atas estimasi yang dibuat


• Melakukan kajian independen atas sebuah estimasi, penting untuk membangun
kepercayaan diri dalam estimasi;

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 57 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

• Pengkaji independen harus memverifikasi, memodifikasi, dan memperbaiki


estimasi untuk memastikan realistik atau tidaknya, kelengkapan, serta
konsistensinya.

9. Revisi atas estimasi perubahan program yang signifikan


• Estimasi harus di-update untuk mencerminkan perubahan dalam desain sistem;
• Besar perubahan yang mempengaruhi biaya secara signifikan dapat
mempengaruhi perubahan sebuah desain system;
• Besarnya perubahan yang berdampak pada biaya secara signifikan dan dapat
mempengaruhi keputusan program.

2.7.2. Tahapan Proses Estimasi Biaya


Penyusunan estimasi biaya yang akurat dan kredibel harus dikembangkan untuk
praktik saat ini. Praktik saat ini mewakili sebuah proses menyeluruh yang dibuat
dengan metode yang diulang-ulang (iterasi) serta dapat menghasilkan perkiraan biaya
berkualitas tinggi, komprehensif dan akurat, serta dapat ditelusuri dengan jelas dan
mudah, bisa ditiru, dan di-update. Gambar 1 menunjukkan 12 tahapan sebuah proses
yang umum dilakukan dalam mengestimasi biaya yang diambil dari Modul Government
Accountability Office (GAO).

Gambar 6. Proses Penyusunan Biaya

Berdasarkan gambar di atas, dapat kita lihat bahwa proses untuk mengestimasi biaya
meliputi:

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 58 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

1. Pendefinisian tujuan estimasi


• Secara garis besar proses penghitungan untuk mengestimasi biaya dimulai
dari pertanyaan mengapa kita butuh untuk membuat estimasi biaya, detil level
kebutuhan, dan skup yang menyeluruh.
• Selain itu adalah untuk menentukan untuk siapa yang membutuhkan estimasi
tersebut.

2. Pengembangan rencana estimasi


• Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan tim penyusun estimasi
biaya dan mengembangkan jadwal utamanya;
• Menentukan siapa pembuat estimasi biaya independen;
• membuat outline pendekatan pengestimasian biaya;
• mengembangkan jadwal estimasi.

3. Pendefinisian program
• Dalam dokumen deskripsi teknis dasar, identifikasikan tujuan program serta
karakteristik kinerja dan sistemnya serta konfigurasi keseluruhan sistem;
• Berbagai implikasi teknologi; Jadwal akuisisi program dan strateginya;
• Hubungan dengan sistem lain yang ada, termasuk pendahulunya atau warisan
sistem yang sama;
• Dukungan (tenaga kerja, pelatihan, dll) dan kebutuhan atas keamanan dan
item-item risiko;
• Jumlah sistem pengembangan, pengujian dan produksi;
• Rencana penggunaan dan bagaimana pemeliharaannya.

4. Penentuan struktur estimasi


• Dilakukan dengan cara mendefinisikan struktur rincian kerja (SRK) dan
jelaskan setiap elemen dalam kamus SRK;
• Memilih metode estimasi terbaik untuk setiap elemen SRK;
• Mengidentifikasi potensi pemicu biaya;
• mengembangkan check list perkiraan biaya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 59 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

5. Pengindetifikasian aturan dan asumsi dasar


• Mendefinisikan estimasi apa yang termasuk dan tidak;
• Mengidentifikasi asumsi global dan program khusus, seperti tahun dasar yang
digunakan, fase waktu dan siklus kegiatan;
• Mengidentifikasi penjadwalan atau keterbatasan anggaran, asumsi inflasi dan
biaya perjalanan;
• Menentukan sarana pemerintah yang bisa digunakan seperti halnya
penggunaan fasilitas yang ada, modifikasi baru atau pengembangan aturan
yang sudah ada;
• Mengidentifikasi kontraktor pertama dan sub-kontraktor utama;
• Menentukan siklus pembaharuan dan asumsi teknologi serta teknologi baru
yang dapat dikembangkan;
• Menentukan kesamaan dengan sistem sebelumnya;
• Menggambarkan dampak dari cara-cara baru dalam proses bisnis.

6. Pencarian dan pengumpulan data yang diperlukan


• Membuat rencana pengumpulan data dengan penekanan pada pengumpulan
data tahun berjalan dan dengan teknik yang relevan, program, biaya, dan
risikonya;
• Mencari sumber data yang mungkin;
• Mengumpulkan data dan menyesuaikannya sesuai dengan akuntansi biaya,
inflasi, pembelajaran, dan penyesuaian jumlahnya;
• Menganalisis data pemicu biaya, tren dan outliers serta membandingkan
hasilnya dengan aturan praktis serta faktor-faktor standar yang berasal dari
data historis;
• Wawancara sumber data dan semua dokumen informasi terkait, termasuk
penilaian kehandalan data dan akurasi;
• Menyimpan data untuk estimasi masa depan.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 60 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

7. Pengembangan poin-poin estimasi biaya dan membandingkan dengan


estimasi yang dibuat pihak independen
• Mengembangkan model biaya;
• memperkirakan setiap elemen SRK (struktur rincian kerja);
• menggunakan metodologi terbaik dari data yang dikumpulkan, termasuk
semua asumsi estimasi;
• Masukkan nilai rupiahnya;
• Fase waktu yang dihasilkan dari penyebaran biaya pada tahun-tahun yang
diharapkan terjadi berdasarkan jadwal program;
• Mengumpulkan elemen-elemen SRK untuk mengembangkan poin estimasi
secara keseluruhan;
• Memvalidasi estimasi dengan cara mencari kesalahan seperti penghitungan
ganda dan penghilangan biaya;
• Membandingkan estimasi yang dibuat dengan estimasi yang dibuat pihak
independen, selanjutnya memeriksa dimana dan mengapa terjadi perbedaan;
• Melakukan cross-cek pada pemicu biaya untuk melihat apakah hasilnya sama;
• Memperbarui model sebatas ketersediaan data atau jika terjadi perubahan
dan membandingkan dengan estimasi sebelumnya.

8. Analisis sensitifitas
• Test sensitivitas dari unsur-unsur pengubah biaya dalam mengestimasi nilai
input dan asumsi kunci;
• Identifikasi dampak pada estimasi keseluruhan atas perubahan jadwal
program atau kuantitas;
• Tentukan asumsi-asumsi yang merupakan kunci pemicu biaya dan unsur-
unsur biaya yang paling terpengaruh oleh perubahan.

9. Analisis risiko dan ketidakpastian.


• Tentukan dan diskusikan dengan ahli teknis untuk tingkatan biaya, jadwal,
dan risiko teknis terkait setiap elemen SRK;
• Analisis tingkat keparahan dan kemungkinan setiap risiko;

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 61 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

• Kembangkan rentang minimal, sama, atau maksimal untuk setiap elemen


risiko;
• Tentukan jenis risiko distribusi dan alasannya;
• Yakinkan bahwa antar risiko berkolerasi ;
• Gunakan metode analisis statistik yang bisa diterima untuk mengembangkan
interval keyakinan di sekitar poin estimasi;
• Identifikasi tingkat keyakinan poin estimasi;
• Identifikasi jumlah dana bersyarat dan tambahkan pada poin estimasi untuk
menentukan estimasi biaya penyesuaian risiko;
• Rekomendasikan bahwa proyek/program kantor mengembangkan rencana
manajemen risiko untuk melacak dan mitigasi risiko.

10. Pendokumentasian hasil estimasi


• Dokumentasikan semua langkah yang digunakan untuk mengembangkan
estimasi sehingga seorang analis biaya yang tidak terbiasa dengan program
dapat membuatnya cepat dan menghasilkan hasil yang sama;
• Dokumentasikan tujuan estimasi, tim yang menyiapkan, siapa yang
menyetujui dan kapan;
• Gambarkan program, jadwalnya, dan teknis dasar yang digunakan untuk
membuat estimasi;
• Sajikan program siklus biaya dengan fase waktu;
• Diskusikan aturan dan asumsi dasarnya;
• Masukkan sumber data yang bisa diperiksa dan dilacak untuk masing-masing
elemen biaya dan dokumentasikan seluruh data sumber yang normal;
• Jelaskan dengan detil metodologi estimasi dan alasan yang digunakan untuk
memperoleh setiap elemen biaya SRK;
• Gambarkan hasil risiko, ketidakpastian, analisis sensitivitas dan apakah ada
syarat identifikasi dana;
• Dokumetasikan bagaimana estimasi dibandingkan dengan profil dana;
• Lacak bagaimana estimasi ini dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 62 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

11. Penyajian hasil estimasi kepada pihak manajemen untuk memperoleh


persetujuan
• Kembangkan ringkasan yang menyajikan siklus estimasi biaya;
• Masukkan sebuah penjelasan teknis singkat dan terprogram, serta ketidakpastian;
• Bandingkan estimasi untuk estimasi biaya independen dan jelaskan menjelaskan
perbedaan;
• Bandingkan estimasi (estimasi siklus biaya (LCCE)) atau estimasi biaya
independen dengan anggaran yang cukup detail dan dengan mudah
dipertahankan dengan menunjukkan bagaimana estimasi ini akurat, lengkap, dan
berkualitas tinggi;
• Fokus pada unsur-unsur biaya terbesar dan pemicu biaya yang logis;
• Buat isi yang jelas dan lengkap sehingga mereka yang tidak terbiasa dengan itu
dapat dengan mudah memahami kompetensi yang mendasari hasil estimasi;
• Buat presentasi cadangan slide untuk menjawab pertanyaan lain yang
menyelidik;
• Beraksi pada umpan balik manajemen;
• Minta persetujuan kepada pihak yang berwenang atas estimasi yang dibuat.

12. Meng-update estimasi biaya untuk merefleksikan adanya perubahan/


biaya yang aktual
• Estimasi bereaksi terhadap perubahan dalam asumsi teknis/program atau bisa
tetap tersimpan sebagai sebuah program sampai fase baru atau tahapan
terlewati;
• Ganti estimasi dengan earned value management (EVM) dan penyelesaian
estimasi pihak independen dalam sistem EVM yang terintegrasi;
• Laporkan progress dalam suatu rapat yang membahas estimasi biaya dan
jadwal;
• Tampilkan hasil dan catat elemen-elemen yangbiaya aktual atau jadwalnya
berbeda dari estimasi;
• Simpan semua perubahan dalam sebuah program dan sejauh mana
pengaruhnya terhadap estimasi biaya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 63 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

2.7.3. Validasi estimasi biaya (perkiraan harga)


Untuk sektor organisasi profit, ke-12 (dua belas) tahapan dalam proses pembuatan
estimasi biaya di atas penting untuk diikuti. Hal ini untuk meyakinkan bahwa estimasi
biaya berkualitas sedang dikembangkan dan diberikan untuk mendukung pengambilan
keputusan. Jika tahapan ini tidak dilakukan, maka estimasi yang dibuat menjadi tidak
reliabel.

Apakah di instansi pemerintah juga menggunakan tahapan proses di atas?


Program estimasi biaya di pemerintah dibuat tidak untuk memuaskan semua
kebutuhan. Kebutuhan untuk menyusun estimasi biaya yang masuk akal pada
pemerintah adalah untuk meningkatkan kinerja keuangan dan penganggaran serta
untuk integrasi kinerja. Kegiatan ini untuk meyakinkan bahwa sistem keuangan
pemerintah harus membuat informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menunjang
operational, penganggaran, serta pembuatan kebijakan. Penganggaran yang dibuat
berdasarkan kinerja dilakukan pada saat penyusunan RKA KL/SKPD seperti yang
dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Walaupun penganggaran di pemerintah tidak
rumit, tahapan proses estimasi biaya di atas bisa digunakan sebagai salah satu
referensi bagaimana menyusun estimasi sebuah biaya.
Dalam proses kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah, di atas dijelaskan, bahwa
setelah kegiatan mengumumkan RUP akan dilakukan kaji ulang atas paket pekerjaan
dan kaji ulang atas jadwal kebutuhan barang/jasa. Setelah kaji ulang atas paket
pekerjaan dibuat, selanjutnya PPK akan membuat estimasi biaya menurut PPK sendiri
yang biasa disebut dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Proses detil penyusunan
HPS dijelaskan dalam modul penyusunan HPS. Berhubungan dengan tugas menyusun
HPS tersebut, PPK dapat menggunakan tahapan di atas untuk membuat harga
perkiraan atau estimasi biaya yang valid dan masuk akal. Jika tahapan ini sudah
dilakukan pada saat pengajuan RKA KL/SKPD, maka pada saat penyusunan HPS, PPK
hanya perlu penyesuaian tahapan terakhir yaitu meng-update estimasi biaya untuk
merefleksikan adanya perubahan/biaya yang aktual. Biaya yang aktual di sini adalah
biaya yang sesuai dengan harga pasar di mana barang/jasa tersebut bisa diperoleh
dan pada waktu yang tidak terlalu jauh dengan proses pemilihan peyedia.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 64 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

BAB III
MELAKUKAN TINDAK LANJUT KAJI ULANG

Proses kaji ulang dilakukan dalam rangka memastikan kembali apakah strategi
pengadaan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan pengadaan yang menunjang
strategi organisasi. Penggunaan supply positioning model dan alat-alat analisis lain
dalam membuat strategi pengadaan penting untuk direview kembali. Review yang
dilakukan antara lain meliputi tiga hal yaitu:
1. Bagaimana strategi pengadaan berhubungan dengan strategi dan kebijakan
organisasi
2. Bagaimana Supply Positioning Model bisa membantu mengembangkan strategi
pengadaan organisasi
3. Bagaimana memutuskan pengadaan akan melalui satu segmen pasar atau banyak
segmen pasar pengadaan

Kaji ulang paket pekerjaan dalam organisasi dapat menyebabkan terjadinya


perubahan nilai total paket pekerjaan, harga satuan, maupun cara pengadaan barang
jasa. Dalam Perpres 54 dan perubahannya, ada hal-hal yang perlu dikaji ulang dan
dirangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Kaji Ulang RUP


Hal yang dikaji ulang Pelaku Kaji Ulang Usul Kaji Ulang Pasal
Perubahan paket pekerjaan Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Pasal 11
Kuasa (PA) Pengguna Komitmen (PPK)
Anggaran (KPA)

Perubahan jadwal kegiatan pengadaan PA/KPA PPK Pasal 11

Rencana Umum Pengadaan terkait PPK bersama Pasal 97


penetapan penggunaan Produksi dalam Unit Layanan
Negeri jika telah terdapat beberapa Pengadaan
produk dalam negeri yang memenuhi (ULP)/Pejabat
persyaratan Tingkat Kandungan Dalam Pengadaan
Negeri.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 65 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Dalam kaji ulang atas paket pekerjaan, KPA akan mengkaji lagi jika terdapat usulan
perubahan paket pekerjaan. PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan boleh mengusulkan
perubahan paket dengan berbagai pertimbangan. Dalam kaji ulang bisa terjadi
pemecahan atau penggabungan paket yang disesuaikan dengan ketentuan dan
larangan dalam pemaketan.

Sebagai contoh ketika DIPA diterima ternyata harga satuan barang yang dianggarkan
dalam RKA ternyata naik 10%. Kenaikan harga satuan barang ini kemungkinan besar
akan menyebabkan total nilai paket pekerjaannya menjadi naik, kecuali ada item
barang lain yang harga satuannya turun. Dengan kenaikan nilai paket ini, maka yang
bisa dilakukan adalah menurunkan spesifikasi barang yang akan dibeli (volume tetap)
atau mengajukan revisi anggaran agar proses pengadaan tetap bisa berjalan sesuai
rencana. Disinilah fungsi para pengambil keputusan dalam melakukan pengkajian
kembali atas paket pengadaan yang sudah direncanakan.

Secara umum proses kaji ulang atas RUP kita lihat dalam gambar berikut:

Gambar 7. Proses Kaji Ulang RUP

Proses selanjutnya setelah mengkaji ulang dan menetapkan paket yang baru, maka
dibuatlah Rencana Pelaksanaan Pengadaan, dimana pihak pembeli (buyer) akan

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 66 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

membuat harga perkiraan sendiri (HPS) atau biasa disebut owner estimate. Di
pemerintah pihak pembeli (PA/KPA) akan diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK). Secara umum prosesnya dalah sebagai berikut:
Gambar 8. Gambar proses kaji ulang hingga penyusunan HPS

Kaji ulang dilaksanakan pada saat Perencanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa,


yang terdiri atas kegiatan pengkajian ulang paket pekerjaan dan pengkajian ulang
jadwal kegiatan pengadaan. Perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan oleh PPK, Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan.

Kaji ulang terhadap paket pekerjaan bisa disebabkan oleh:

1. Anggaran yang tersedia dalam DIPA/DPA sudah tidak relevan dengan kondisi
terkini.
Kemungkinan ketidaksesuaian ini terjadi karena kenaikan harga-harga
barang/jasa yang sudah tidak relevan lagi dengan harga ketika pengajuan RKA
KL/SKPD. Ini biasanya baru diketahui pada saat perencanaan pemilihan
penyedia barang/jasa karena pada saat ini PPK menyusun harga perkiraan
sendiri. Hal ini sering terjadi untuk barang-barang impor atau barang produksi

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 67 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

dalam negeri yang sebagian besar komponennya impor sehingga harganya


sangat terpengaruh dengan kurs mata uang yang dominan digunakan dalam
transaksi perdagangan internasional.

2. Perubahan spesifikasi teknis yang dibutuhkan oleh pengguna.


Ada kalanya perubahan ini terjadi pada saat pengguna, dalam hal ini PA/KPA,
melihat kondisi terakhir di lapangan. Penyesuaian dilakukan terhadap spesifikasi
barang yang dibutuhkan. Atas perubahan ini, PPK harus menyusun HPS
menyesuaikan spesifikasi teknis yang up-date setelah dilakukan penyesuaian.

3. Ketidaktersediaan barang yang diinginkan pengguna sehingga harus diganti


dengan barang yang lain.
Perubahan ini terjadi pada saat HPS sudah siap dan proses pemilihan sudah
siap dilaksanakan. Setelah HPS siap, ULP atau pejabat pengadaan akan
melakukan proses pemilihan penyedia barang/jasa. Jadi ketika barang yang HPS
nya sudah dibuta oleh PPK tersebut tidak ada di pasar, maka yang melakukan
kaji ulang dan usulan perubahan barang adalah adalah ULP.

Dalam perencanaan pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan adalah


a. menyesuaikan dengan kondisi nyata di lokasi/lapangan pada saat akan
melaksanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
b. Mempertimbangkan kepentingan masyarakat;
c. mempertimbangkan jenis, sifat dan nilai Barang/Jasa serta jumlah Penyedia
Barang/Jasa yang ada; dan
d. memperhatikan ketentuan pemaketan.

Jadi, bisa dikatakan bahwa POK merupakan dokumen yang digunakan dalam proses
kaji ulang.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 68 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Gambar 9. Hal-hal yang dikaji ulang

Untuk lebih jelasnya, berikut ini ada contoh kegiatan dalam dokumen anggaran
(DIPA/DPA) sebuah Satker Balai Diklat X.
Gambar 24. Contoh Proses Kaji Ulang pada Satker

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 69 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Dalam salah satu program yang dilaksanakan oleh Satker Balai Diklat X terdapat
kegiatan Penyelenggaraan Diklat. Output untuk mendukung kegiatan ini antara lain
adalah pekerjaan sebagai pengelola diklat, penyediaan ATK peserta, penyediaan
konsumsi, serta penyediaan modul diklat sebagai bahan ajar peserta. Dari empat
output ini KPA memisahkan menjadi dua kelompok cara pengadaan.

Kelompok pekerjaan yang bisa dilakukan secara swakelola dan kelompok pekerjaan
yang akan diperoleh melalui penyedia. Dengan pertimbangan aturan pengadaan
barang/jasa dalam Perpres 54 dan perubahannya, maka selanjutnya KPA
membaginya sebagai berikut:
A. cara swakelola akan digunakan untuk pekerjaan pengelolaan diklat karena
pekerjaan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satker.
B. melalui penyedia barang/jasa untuk pekerjaan
• Penyediaan ATK peserta (penyedia barang)
• Penyediaan konsumsi (penyedia jasa lainnya)
• Penyediaan modul (penyedia jasa lainnya)

Setelah dibagi, proses lebih lanjut adalah menentukan proses pemilihan penyedia
untuk pekerjaan yang harus dilakukan oleh penyedia barang/jasa, apakah akan
melalui lelang atau non-lelang. Ketentuan apakah pekerjaan tersebut harus dilelang
atau tidak, dapat dilihat dari modul cara pemilihan penyedia.

Setelah ditentukan jenis pengadaan melalui lelang atau nonlelang, maka selanjutnya
akan ditentukan siapa yang akan melakukan pemilihan atas penyedia tersebut. Ada
dua kemungkinan, kalau bukan ULP maka yang akan melakukan pemilihan adalah
Pejabat Pengadaan pada satker masing-masing.

Selanjutnya, PPK akan menentukan jenis kontrak yang sesuai untuk masing-masing
jenis pengadaan. Penjelasan lengkap tentang pemilihan kontrak terdapat pada
modul pemilihan jenis kontrak. Singkatnya, untuk pengadaan pada satker Balai

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 70 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Diklat X, PPK menggunakan kontrak lumpsum untuk penyediaan ATK, dan kontrak
harga satuan untuk penyediaan konsumsi dan modul.
Proses kaji ulang bisa menghasilkan perubahan paket pekerjaan misalnya terjadi
penggabungan atau pemecahan paket. Gambar 25 dan 26 berikut menunjukkan
bagaimana hasil dari sebuah proses kaji ulang paket dengan cara pemecahan paket.
Gambar 25. Contoh Pemaketan Pekerjaan

Gambar 26. Contoh Hasil Proses Kaji Ulang Paket

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 71 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

3.1. Cara Inventarisasi Perbaikan Komponen Paket


Inventarisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah proses
pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik kantor, (sekolah, rumah tangga,
dan sebagainya) yang dipakai dalam melaksanakan tugas, sedangkan komponen
artinya bagian. Jadi inventarisasi perbaikan komponen paket bisa diartikan sebagai
proses pencatatan dan penyesuaian bagian-bagian penyusun suatu paket. Di mana
kita bisa menjumpai komponen-komponen paket tersebut?. Komponen paket terdapat
pada petunjuk operasional kegiatan (POK).

Seperti dijelaskan sebelumnya POK merupakan dokumen yang memuat uraian


rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan. POK disusun
oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA. Apakah bagian penyusun paket
bisa berubah? Bisa. Dalam modul ini penjelasan akan diberikan dengan memberikan
sebuah contoh paket pekerjaan.
Pada gambar27, tampak Petunjuk Operasional Kegiatan Satker X sebagai berikut:
Gambar 27. Contoh Petunjuk Operasional Satker

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 72 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Dari gambar tampak bahwa ada beberapa paket pekerjaan yang akan dilaksanakan
dalam tahun berjalan. Kita ambil saja salah satu contoh paket pekerjaan perencanaan
yaitu paket jasa konsultansi untuk Perencanaan Penambahan Daya Listrik dan
Instalasinya pada satker X. Dalam gambar tampak pagu untuk pekerjaan perencanaan
Penambahan Daya Listrik dan Instalasinya pada satker X adalah sebesar Rp.
139.000.000,00.

KPA mengumumkan nilai paket ini sebagai salah satu paket pekerjaan dalam
pengumuman RUP yaitu sebagai paket pekerjaan jasa konsultansi. Setelah
pengumuman RUP, proses selanjuntya adalah pembuatan HPS pekerjaan oleh PPK.
Komponen penyusun HPS untuk pekerjaan konsultansi terdiri atas biaya personil dan
non-personil. Misalnya saja HPS yang dihasilkan adalah sebesar Rp138.627.500,00
dengan rincian sebagai berikut:

Gambar 28. Contoh Komponen Penyusun Paket Pengadaan Jasa Konsultansi

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 73 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

HPS terbentuk oleh komponen-komponen atau bagian pembentuk paket suatu


kegiatan. Dalam pekerjaan ini komponen pembentuk paketnya terdiri atas
komponen biaya personil sebesar Rp. 105.875.000,00 dan komponen biaya
nonpersonil Rp. 20.150.000,00 sesuai rincian pada gambar di atas.

Inventarisasi komponen penyusun paket ini dapat diketahui pada saat tahapan
estimasi biaya, khususnya pada proses penentuan struktur estimasi, yang di
dalamnya meliputi:
• Mendefinisikan struktur rincian kerja (SRK) dan jelaskan tujuan kenapa elemen
tersebut masuk dalam estimasi biaya
• Memilih metode estimasi terbaik untuk setiap elemen SRK,
• Mengidentifikasi potensi pemicu biayanya.
• Mengembangkan check list perkiraan biaya.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 74 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Setiap jenis pengadaan mempunyai komponen penyusun biayanya. Jadi tidak bisa
digeneralisasikan karena setiap pekerjaan mempunyai kekhususan dalam struktur
pembentuk biaya. Pekerjaan pengadaan barang mempunyai komponen penyusun
paket yang tidak rumit, misalnya saja harga beli barang, ongkos kirim, ditambah
biaya pemasangan atau biaya lain sesuai dengan kebutuhan. Tugas PPK untuk
mengubah komponen penyusun paket agar dapat menemukan komponen terbaik
yang menghasilkan HPS paling sesuai.

3.2. Usulan Tindakan Perbaikan Paket Revisi Petunjuk Operasional Kegiatan

Di atas sudah dijelaskan bahwa Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) merupakan


dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA.
DIPA Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, terdiri atas:
1. DIPA Induk yakni akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh Pengguna
Anggaran menurut Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga.
2. DIPA Petikan yakni DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui sistem
dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan
dana/pengesahan bagi Bendahara Umum Negara dan merupakan kesatuan yang
tidak terpisahkan dari DIPA Induk.

POK masih memungkinkan untuk diubah atau direvisi. Revisi POK adalah perubahan
dan/atau pergeseran rincian anggaran dalam POK yang mempengaruhi perubahan
pada RKA KL. Pergeseran anggaran tersebut dapat dipenuhi melalui pergeseran:
a) antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
b) dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
c) antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
d) antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; atau
e) antar Kegiatan dan antar Satker.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 75 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Sebelum lebih lanjut, perlu dijelaskan pengertian beberapa istilah yaitu:


a. Hasil (Outcome) adalah prestasi kerja yang berupa segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran (output) dari kegiatan dalam satu
Program.
b. Keluaran (Output) adalah prestasi kerja berupa barang atau jasa yang
dihasilkan oleh suatu Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan Program serta kebijakan.
c. Kegiatan adalah penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan
tugas dan fungsi Satuan Kerja atau penugasan tertentu Kementerian/Lembaga
yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran (output) dengan
indikator kinerja yang terukur.
d. Rumusan kinerja adalah rumusan yang ditetapkan sebagai acuan dalam
pelaksanaan Program dan Kegiatan termasuk sasaran kinerja yang akan dicapai
serta indikator sebagai alat ukur pencapaian kinerja meliputi rumusan Program,
Hasil (Outcome), Kegiatan, Keluaran (Output), Indikator Kinerja Utama, dan
Indikator Kinerja Kegiatan.

Kewenangan KPA mencakup pergeseran dalam


a. 1 (satu) Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker; dan/atau
b. pergeseran antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker.

Revisi Anggaran pd KPA dilaksanakan dengan ketentuan dalam hal Revisi


Anggaran mengakibatkan perubahan DIPA Petikan, KPA menyampaikan usul Revisi
Anggaran kepada Kanwil DJPBN; dan dalam hal Revisi Anggaran tidak mengakibatkan
perubahan DIPA Petikan, KPA mengubah Arsip Data Komputer (ADK) RKA Satker
berkenaan melalui aplikasi RKA K/L DIPA, mencetak Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK), dan KPA menetapkan perubahan POK.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 76 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

3.3 Penyampaian Usulan Perbaikan

A. Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan terhadap:


a. Kebutuhan pengurangan alokasi anggaran biaya pegawai operasional
(komponen 001), kecuali untuk memenuhi alokasi gaji dan tunjangan yang
melekat pada gaji pada Satker lain;
b. Komponen berkarakteristik operasional non-belanja pegawai (komponen 002,
komponen 003, komponen 004; dan komponen 005), kecuali untuk
memenuhi alokasi gaji dan tunjangan, yang melekat pada gaji, dan/ atau
dalam peruntukkan yang sama;
c. Pembayaran berbagai tunggakan;
d. Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-
going); dan/ atau
e. Paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya
sehingga dananya menjadi minus.

B. Revisi Anggaran dapat dilakukan. sepanjang tidak mengubah target kinerja


dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tidak mengubah sasaran program;
b. tidak mengubah jenis dan satuan Keluaran (output) kegiatan; atau
c. tidak mengurangi volume keluaran (output).

Ketentuan Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud huruf B, dikecualikan bagi usul


Revisi Anggaran yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemotongan anggaran,
pengurangan pinjaman proyek, perubahan prioritas penggunaan anggaran,
perubahan, kebijakan pemerintah, atau Keadaan Kahar.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 77 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

DAFTAR REFERENSI

1. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 sebagaimana diubah dengan


Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2010, Peraturan Presiden Nomor 70
tahun 2012, Peraturan Presiden nomor 172 tahun 2014 dan Peraturan
Presiden nomor 4 tahun 2015 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
4. http://www.artikata.com/arti-343291-paket.html
5. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php
6. Kkbi.online
7. Modul 1 ITC : Corporate Environtment
8. Modul 4. ITC : Developing Supply Strategies
9. Modul Government Accontability Office
10. Bahan presentasi penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
11. Bahan presentasi Tahapan dan tata Cara Penyusunan Renstra SKPD
Berdasarkan Permendagri No. 54/2010, Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan, kementerian Keuangan
12. Petunjuk Penyusunan Renja K/L 2016, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), 2015
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
14. http://www.pengadaan.web.id/2015/06/4-hal-penting-mengapa-rup-
diumumkan.html
15. https://www.mindtools.com/pages/article/newSTR_49.htm
16. https://www.mindtools.com/pages/article/newTMC_08.htm

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 78 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

GLOSSARY

Barang (goods) Setiap benda berwuju maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh pengguna barang

Benefit (Manfaat) Segala seuatu yang mencerminkan kemanfaatan secara lansun dan
tidak lansung setelah hasil (outcome)suatu program dapat dicapai

Diversity Keadaan dimana penyedia tidak banyak, sementara kebutuhan


organisasi sangat besar

Exploit Keadaan dimana organisasi mempunyai kekutan untuk membeli, tetapi


barangnya tidak tersedia di pasar

Jasa (services) Mencakup setiap jenis kegiatan berdasarkan kontrak yang tidak secara
langsung menghasilkan aset fisik, dapat dilakukan kategorisasi sesuai
kebutuhan pengguna, sperti: Keteknikan (engineering, pengelolaan
(management), logistik logistics), perekrutan (recruitment),
pemeliharaan (maintenance), dan lain-lain yang pada umumnya
terbagi atas jasa konsultansi (consulting services) dan jasa non-
konsultansi (bon-consulting services)

Jasa konsultansi Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di


berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware)

Jasa Lainnya Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan


keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau
segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi,
pelaksnaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang

Kerangka Acuan Kerja Dokumen yang akan menjadi dasar pembuatan perjanjian kontrak,
(KAK) yang berisikan latar belakang, tujuan, sumber pendanaan, waktu
pelaksanaan atau penyampaian barang/jasa, perkiraan harga
barang/jasa, dan penjelasan tentang persyaratan/spesifikasi

Output (Keluaran) Barang/jasayang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk


mendukung pencapaian sasarna dan tujuan programkebijakan

Outcome (Hasil) Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari


kegiatan-kegiatan dalam satu prgram

Pemaketan Bagian yang sudah disatukan sesuai kelompok tugasnya

Prinsip Dasar Asas, aturan, ketentua/hukum, standar atau kunci utama/pokok untuk
Pengadaan dilaksanakan dalam proses pengadaan

RUP (Rencana Umum Dokumen perencanaan yang berisi kebutuanpengadaan yang akan
Pengadaan) dilaksanakan oleh K/L/D/I

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 79 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

Supply Positionging Suatu model yang dapat dipakai untuk memberika bobot terhadap
Model (SPM) tingkat pentingnya barang/jasa yang dibeli berdasarkan nilai
pemberlian per tahun barang/jasa dan dampak (kesempatan atau
risiko) dari barang/jasa tersebut

Value for Money istilah yang digunakan untuk menilai apakah organisasi telah
memperoleh manfaat maksimal dari barang dan jasa yang diperoleh
dengan harga atau biaya tertentu.

Dalam pengelolaan organisasi sektor publik, value for money


didasarkan pada tiga elemen utama : ekonomis, efisien, dan efektif.
Ekonomis adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas
terentu dengan harga terendah. Efisien adalah pencapaian output
maksimum dengan penggunaan input terendah sesuai standar yang
ditentukan. Efektif adalah pencapaian output atau hasil program
terhadap target yang ditetapkan.

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 80 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa M.749020.007.02

INDEX

D P
DIPA · iii, 25, 35, 36, 43, 52, 53, 66, 68, 69, 73, 76, 78 paket pengadaan · ii, iii, 4, 6, 7, 8, 37, 45, 46, 47, 52,
53, 55, 66
paket pengadaan barang/jasa · iii, 4, 6, 7, 8, 47
E pemaketan · i, 7, 13, 26, 27, 28, 35, 38, 39, 45, 47, 48, 51,
52, 53, 54, 66, 69
earned value management · 63 petunjuk operasional kegiatan · 73
POK · 52, 69, 73, 76, 77, 78
Porter's Five Forces · iii, 32
F prinsip pengadaan · i, 9, 10, 11, 41
Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah · 11
Fungsi Pengadaan · iii, 10, 19 product purchasing classification matrix · 31

G R

General Procurement Plan · 7 Rencana Umum Pengadaan · i, 6, 35, 37, 38, 39, 41, 43,
44, 66
Renja SKPD · 23, 25
RKA SKPD · 25
H RUP · i, iii, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 52, 53, 64,
66, 74
harga perkiraan · 4, 5, 7, 55, 64, 67, 68

S
K
sektor publik · i, 10, 16, 18, 26, 27, 35, 37
klasik leverage · 49
supply positioning model · 48, 49, 65
Kraljic Box Positioning Model · 48
Supply Positioning Model · i, iii, 28, 65
Kraljic Portofolio Purchasing Model · i, 30

V
M
value for money · 10, 28, 37
Modul Government Accountability Office · 58

Judul Modul: Mengkaji Ulang Paket Pengadaan Barang/Jasa Halaman: 81 dari 81


Buku Informasi Versi 3: Juli 2017
Pengarah:
Agus Prabowo
Salusra Widya

Pemimpin Umum:
Dharma Nursani
Tatang R Wiraatmadja

Tim Penulis : Tim Editor :


Sonny Sumarsono Wisnu Setyo Wijoyo
Khairul Rizal Heldi Yudiyatna
Praditya Kesuma Hartono Zhuang
Ferry Firmansyah Hestri Rokayah
Burhanudin Erika Ms
Fatimah Dwi Kartika Susanti
Win Sukardi Novita Amelia
Samidi M Rizal Fauzi
Tri Putranto Vindi Rezki Kurnia
Sinta Posmaria
Kurnianto
Noeradhi Iskandar
Yanuar
Djamaludin Abubakar
Aldy Turman
Ririh Sudirahardja
Muntiyono
Deni Danasenjaya
Daftar Unit Kompetensi 07
Unit Kompetensi
mengkaji ulang paket
A. Merencanakan Pengadaan pengadaan barang/jasa
Barang/Jasa
01. Menelaah Lingkungan PBJ
02. Melakukan Penyelarasan Kebijakan PBJ
03. Merumuskan Organisasi PBJ


04. Menyusun Kebutuhan dan Anggaran PBJ
05. Menyusun Spesifikasi Tenis
06. Menyusun Harga Perkiraan

Overview:
B. Memilih Penyedia Barang/
Dengan memperhatikan bahwa alur proses
Jasa
07. Mengkaji Ulang Paket PBJ pengadaan erat kaitannya dengan strategi
08. Memilih Penyedia Barang/Jasa organisasi, maka kecermatan menentukan
09. Menyusun Rancangan Kontrak PBJ
10. Menyusun Dokumen PBJ
keselarasan paket pengadaan dengan
11. Melakukan Kualifikasi Penyedia kebutuhan organisasi, program kerja
12. Melakukan Evaluasi Kinerja Penyedia (strategi-strategi organisasi) dan kondisi
13. Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ
14. Mengevaluasi Dokumen Penawaran terkini (keadaan pasar, peraturan dan
15. Mengelola Sanggahan kebijakan yang berlaku) adalah
kompetensi yang penting untuk dikuasai.
C. Mengelola Kontrak Oleh karena itu, aktifitas melakukan kaji
& Swakelola PBJ ulang paket-paket pengadaan (reviewing
16. Melakukan Negosiasi
17. Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ procurement pacakages) menjadi
18. Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ landasan dalam mencapai keberhasilan
19. Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ
organisasi melalui proses pengadaan yang


20. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ
21. Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ baik.
22. Melakukan Penerimaan Hasil PBJ
23. Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
24. Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola

D. Mengelola Logistik, Kinerja Gedung LKPP


& Risiko Jl. Epicentrum Tengah Lot 11 B, Kuningan
25. Mengelola Pengiriman Jakarta Selatan 12940
26. Mengelola Persediaan Telp. (021) 2991 2450
27. Mengelola Penyimpanan www.lkpp.go.id
28. Mengelola Kinerja
29. Mengelola Risiko

2016

Anda mungkin juga menyukai