Pengadaan Barang/Jasa
UK 07
Buku Informasi
Program Pelatihan
Diklat Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa
Buku Informasi
Mengkaji Ulang Paket
Pengadaan Barang/Jasa
Editor
Seksi Materi Pelatihan LKPP
a
Unit Kompetensi 07
Per
M.749020.007.02
Versi. 2
31 Januari 2017
B U K U I N FO R M AS I
Unit Kompetensi 07
Disusun Oleh :
Tim Penyusun Materi Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Direktorat Pelatihan Kompetensi
Deputi Bidang Pengembangan Pembinaan Sumber Daya Manusia
LKPP
ISBN :
Alamat Penerbit :
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Kuningan
Jakarta Selatan 12940
Indonesia
Telp : (021) 2991 2450
www.portalppsdm.lkpp.go.id
www.lkpp.go.id
K ata P e n ga n ta r
AGUS PRABOWO
U n i t ko m p e t e n si
Mengelola Logistik
MENGELOLA UK 25 : Mengelola Pengiriman
UK 26 : mengelola Persediaan
LOGISTIK, Uk 27 : Mengelola Penyimpanan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... 4
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 5
A. Tujuan Umum .......................................................................................... 5
B. Tujuan Khusus ......................................................................................... 5
C. Gambaran Umum ..................................................................................... 5
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fungsi Pengadaan sektor organisasi profit, publik, dan nonprofit................ 15
Tabel 2. Kaji Ulang RUP ..................................................................................... 65
DAFTAR GAMBAR
Tabel 1. Fungsi Pengadaan sektor organisasi profit , publik, dan non-profit ................. 15
Gambar 3. Memahami Lingkungan Organisasi .................................................................... 18
Gambar 7. Alur Siklus Anggaran Pemerintah Pusat ............................................................ 27
Gambar 8. Hubungan antara Perencanaan dan Penganggaran ........................................ 27
Gambar 9. Supply Postioning Model ...................................................................................... 33
Gambar 12. Matriks Klasifikasi Pembelian Produk ............................................................... 34
Gambar 14. Matriks Purchasing Portfolio .............................................................................. 36
Gambar 15. Kegiatan dalam Penyusunan RUP .................................................................... 43
Gambar 162. Penyusunan dan Pengumuman RUP ............................................................. 45
Gambar 3. Pergeseran Dalam SPM ........................................................................................ 49
Gambar 4. Gambar pergeseran SPM ..................................................................................... 50
Gambar 5. Proses Pemaketan setelah DIPA diterima ......................................................... 53
Gambar 6. Proses Penyusunan Biaya ...................................................................................... 58
Tabel 2. Kaji Ulang RUP ..................................................................................................... 65
Gambar 7. Proses Kaji Ulang RUP .......................................................................................... 66
Gambar 8. Gambar proses kaji ulang hingga penyusunan HPS ........................................ 67
Gambar 9. Hal-hal yang dikaji ulang ..................................................................................... 69
Gambar 24. Contoh Proses Kaji Ulang pada Satker ............................................................ 69
Gambar 25. Contoh Pemaketan Pekerjaan ........................................................................... 71
Gambar 26. Contoh Hasil Proses Kaji Ulang Paket .............................................................. 71
Gambar 27. Contoh Petunjuk Operasional Satker ............................................................... 72
Gambar 28. Contoh Komponen Penyusun Paket Pengadaan Jasa Konsultansi .............. 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menelaah paket
pengadaan barang/jasa dan melakukan perbaikan atau penyelarasan pada
paket tersebut, sebagai bagian dari proses perencanaan pemilihan penyedia
barang/jasa.
B. Tujuan Khusus
Pada modul ini, peserta akan mempelajari:
1. Menelaah paket pengadaan barang/ jasa meliputi kegiatan:
• Menganalisis keselarasan paket PBJ dengan kebutuhan, program kerja,
kebijakan, dan kondisi terkini organisasi dan pasar;
• Menganalisis ketepatan penggabungan atau pemecahan paket
pengadaan barang/jasa;
• Melakukan validasi kewajaran harga perkiraan dengan data terkini.
C. Gambaran Umum
Dalam setiap organisasi, baik organisasi profit maupun organisasi publik,
kegiatan pengadaan barang/jasa dilakukan sebagai bagian upaya untuk
mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi biasanya dituangkan dalam
strategi organisasi, baik dalam struktur di level tingkat atas, tingkat menengah
maupun di tingkat fungsional. Sebagai contoh, dalam organisasi profit, strategi
bisnis ditentukan dalam level strategi korporasi (tingkat atas), strategi unit bisnis
(tingkat menengah) dan strategi fungsional (tingkat fungsional).
Alur Process
Menyusun Kebutuhan
Tingkat Strategi
Menentukan HPS
Membuat PR/CR
Melakukan Pemilihan
Penyedia &
Penandatanganan Kontrak
Pelaksanaan Kontrak
Penutupan Kontrak
Dalam gambar (1) telah diberikan keterkaitan antara Strategi Organisasi dalam
level korporasi dan Strategi Pengadaan. Untuk memahami kaitan strategi
pengadaan dengan kaji ulang paket pengadaan adalah dengan menelaah proses
dalam strategi pengadaan, seperti diperlihatkan dalam skema dibawah ini:
Melakukan Membaca
Evaluasi Lingkungan
Strategi
pengadaan
Strategi
Pengadaan
Mengimpleme Menentukan
-ntasikan Strategi
Strategi Pengadaan
Pengadaan
kebutuhan pengguna internal melalui pengelolaan pasar suplai yang baik guna
memenuhi target pertumbuhan organisasi”.
Menentukan obyektif organisasi dalam pengadaan seperti, mendapatkan
barang/jasa dengan harga terbaik pada waktu dan lokasi yang dibutuhkan.
Menentukan strategi pengadaan adalah langkah yang paling kritikal, karena
akan menentukan arah kebijakan dalam pengadaan. Strategi pengadaan dapat
berupa : menyediakan barang/jasa dengan standarisasi dan mengurangi jumlah
penyedia, meningkatkan kontribusi terhadap inventaris yang rendah,
menyediakan barang sesuai dengan ketersediaan pasar dan posisi dalam
kelpompok barang/jasa, dan pengadaan dengan biaya yang rendah.
BAB II
MENELAAH PAKET PENGADAAN BARANG/JASA
Fokus pembahasan dalam bab II ini adalah melakukan analisis pada paket pengadaan
barang/jasa dengan cermat sehingga tercapai keselarasan dengan kebutuhan,
program kerja (strategi organisasi dengan melihat kondisi terkini baik keadaan pasar),
peraturan-peraturan yang berlaku di dalam dan luar organisasi serta kebijakan
organisasi dan prosedur yang berlaku.
Setelah dilakukan analisis maka akan didapatkan kesesuaian paket yang diharapkan
dengan mempertimbangkan apakah paket-paket pengadaan tersebut akan
dikonsolidasi, dan/atau dilakukan pemecahan paket pengadaan barang/jasa setelah
dianalisa secara cermat ketepatannya.
Aspek lain yang menjadi fokus dalam bab ini adalah menilai kewajaran harga
perkiraan yang divalidasi secara cermat dengan data data terkini baik yang berasal
dari dalam organisasi ataupun luar organisasi. Sebagai bahan analisis, penggunaan
data-data primer dan sekunder akan sangat membantu dalam mendapatkan hasil
yang akurat.
Sebagai pengantar untuk memudahkan pembelajaran dalam cakupan bab ini, dalam
gambar 2, diperlihatkan secara garis besar korelasi antara input (masukan) paket
pengadaan barang/jasa, transformasi paket-paket pengadaan dan hasil (output)
dalam menelaah paket pengadaan barang/jasa.
Pada tahap transformasi, yang dilakukan pertama kali adalah kaji ulang paket
pengadaan, dengan memperhatikan aspek-aspek: kesesuaian paket dengan aturan,
kesesuaian paket dengan jenis pengadaan, dan kesesuaian paket terhadap
kompleksitas pekerjaan/pemasokan barang. Setelah itu, analisis paket pengadaan
harus mengikutsertakan komponen paket yang termasuk dalam paket pengadaan
barang, pengadaan jasa dan pengadaan yang melibatkan barang dan jasa sekaligus
(seperti konstruksi).
Keluaran atau output dari prose menelaah paket ini adalah berupa paket-paket
pengadaan yang optimum.
Sesuai dengan teori ekonomi dan pemasaran, barang/jasa diproduksi dalam rangka
memenuhi kebutuhan konsumen (pembeli) atau pengguna. Masing-masing pihak
memiliki tujuan yang berbeda-beda. Meskipun demikian, masalah mendasar dalam
proses pengadaan hampir sama di semua sektor, baik organisasi profit, publik maupun
organisasi non-profit, yaitu semua pembeli sangat memperhatikan kontribusi value for
money dalam pencapaian tujuan organisasi, dimana pembeli dimanapun akan sangat
memperhatikan:
1. Perolehan barang jasa sesuai kebutuhan
2. Pengiriman barang jasa tepat waktu
3. Pembelian dalam jumlah yang tepat
4. Dilakukan pada tempat yang tepat
5. Perolehan barang dengan cara paling efektif
b. Efisien;
Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai
hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
c. Transparan;
Pengadaan Barang/Jasa, ketentuan dan informasi mengenai bersifat jelas dan
dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta
oleh masyarakat pada umumnya terbuka.
d. Terbuka
Pengadaan Barang/ Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang
memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas.
e. bersaing;
Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi
persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara
kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme
pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.
f. Adil/tidak diskriminatif;
Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan
tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan
tetap memperhatikan kepentingan nasional
g. Akuntabel.
Harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan
Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
2. sejumlah barang (buku dsb) yg dibungkus menjadi satu yg dikirimkan atau dijual
secara keseluruhan sbg satu satuan;
3. jatah atau bagian tugas:
Dalam kegiatan pengadaan barang/jasa dapat diartikan sebagai jatah atau
bagian yang sudah disatukan sesuai kelompok tugasnya. Kegiatan pengadaan barang
jasa yang dimaksud dalam modul ini adalah kegiatan pengadaan yang terjadi di
instansi pemerintah. Pada Perpres 54 dan perubahannya, pemaketan pekerjaan
bermakna sebagai “proses menyatukan berbagai kegiatan atau jenis pekerjaan ke
dalam suatu unit pekerjaan atau memecah kegiatan atau jenis pekerjaan menjadi
beberapa unit pekerjaan dimana proses pengadaan tiap unit pekerjaan tersebut
direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan dan dianggap terpisah dengan
unit lainnya”. Pada pasal 22 Perpres tersebut pemaketan pekerjaan antara lain
menetapkan paket usaha kecil atau nonkecil.
Kebutuhan berasal dari kata butuh yang artinya sangat perlu menggunakan.
Sedangkan organisasi berarti kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan
untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, kebutuhan organisasi adalah sesuatu yang
sangat diperlukan oleh sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Berbicara mengenai kebutuhan organisasi tidak bisa lepas dari lingkungan organisasi.
Lingkungan organisasi terdiri atas sifat organisasi dan apa yang dilakukan organisasi
yang mempunyai implikasi (keterlibatan) dalam setiap fungsi organisasi tersebut.
Implikasi ini yang perlu dipahami dalam proses pengadaan barang jasa dalam rangka
efisiensi dan efektivitas organisasi.
Perencanaan kebutuhan adalah kunci keberhasilan pengadaan barang dan jasa karena
dengan perencanaan yang baik akan diperlukan barang yang sesuai dengan
kebutuhan, baik jumlah, waktu, spesifikasi, serta harga yang wajar. Pada tahap
perencanaan kebutuhan, yang akan dilakukan organisasi adalah menentukan
beberapa hal penting yaitu:
1. Barang/jasa apa yang butuh untuk diadakan;
2. Mengapa barang/jasa ini dibutuhkan dan siapa yang menggunakan;
3. Bagaimana cara mengadakannya dan apa kendalanya;
4. Bagaimana menghubungkan dengan fungsi selain fungsi pengadaan dalam
organisasi.
Ketika satu tujuan sudah dipilih, maka ini menjadi salah satu pertimbangan dalam
memilih strategi pengadaan. Misalnya, ketika tujuannya adalah layanan yang
memuaskan dari penyedia, maka dalam proses pengadaannya organisasi mungkin
hanya akan memilih penyedia yang selama ini sudah terbukti memberikan pelayanan
yang memuaskan.
Organisasi akan butuh untuk mengeset target pengadaan spesifik untuk terutama
item-item yang mempunyai dampak signifikan untuk organisasi.
2. Belanja modal
Merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh
atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk
operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja atau dipergunakan oleh
masyarakat/publik namun tercatat dalam registrasi aset K/L terkait serta bukan
untuk dijual.
a. Jenis organisasi
Jenis organisasi dalam modul ini meliputi organisasi profit, sektor publik, dan
sektor non profit. Jenis organisasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis barang
jasa yang akan dibeli serta bagaimana cara membelinya
c. Strategi organisasi
Strategi organisasi adalah cara dimana organisasi bermaksud untuk mencapai
tujuannya. Strategi organisasi seharusnya meliputi petunjuk hal-hal yang menjadi
prioritas bagi organisasi. Fungsi pengadaan selanjutnya harus bisa menyusun
prioritasnya sendiri.
Strategi organisasi akan sangat bervariasi antara sektor, juga antar perusahaan. Pada
sektor dimana pasar dan teknologi berkembang dan berubah sedemikian cepat,
strategi yang digunakan haruslah sangat dinamis. Pada sektor yang stabil, seperti
pabrik plastik untuk rumah tangga dimana produknya standar dan pasar serta
teknologinya bergerak sangat lambat, strategi organisasi akan lebih memprioritaskan
upaya penghematan agar bisa bersaing di pasar dan mengembangkan pangsa
pasarnya.
Lalu bagaimana dengan strategi pemerintah? Dimana strategi itu dirumuskan? Serta
bagaimana cara mencapai strategi yang sudah dicanangkan tersebut? Sejak terbitnya
UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, maka pembahasan strategi di
sini akan dibagi menjadi pemerintah pusat dan daerah. Di atas telah dijelaskan bahwa
perusahaan sebagai sektor organisasi profit memiliki strategi yang didalamya meliputi
lima hal. Bagaimana dengan organisasi pemerintah? Pengertian strategi dalam
pemerintahan seperti tertuang dalam Dalam undang-Undang Nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu strategi adalah langkah-
langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Visi
adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan, sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Strategi pemerintah baru dapat disusun setelah visi dan misi pemerintah ditentukan.
Selanjutnya strategi pemerintah tersebut akan dituangkan ke dalam sebuah rencana
strategi. Dalam undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dijelaskan tentang Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga
serta Satuan Kerja Perangkat Daerah. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (K/L)
merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (RenStra KL), adalah
dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana strategis untuk jangka waktu lima tahun baik K/L maupun SKPD tersebut
selanjutnya didukung oleh program kerja tahunan yang disebut Rencana Kerja K/L
(Renja K/L) ataupun Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD). Renja K/L adalah dokumen
Untuk pemerintah daerah dikenal istilah Renja SKPD yaitu dokumen perencanaan
SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Penyusunan rancangan Renja
SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan
menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif. Dalam prosesnya, penyusunan
rancangan Renja SKPD mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam
rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Oleh karena itu penyusunan
rancangan Renja SKPD dapat dikerjakan secara simultan/paralel dengan penyusunan
rancangan awal RKPD, dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap
kondisi eksisting SKPD, evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya
dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra SKPD.
Dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran, organisasi, dalam hal ini pemerintah,
sudah mengetahui apa yang akan dilakukan, mengapa itu butuh dilakukan, apa saja
komponen biaya pokok dan pendukungnya, serta perkiraaan berapa dana yang
dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Dari sini akan dapat diidentifikasi sebenarnya
barang/jasa apa saja yang dibutuhkan untuk memenuhi kegiatan tersebut.
Target dan tujuan yang ditetapkan harus sejalan dengan hasil yang diinginkan. Target
dan tujuan fungsi pengadaan seharusnya menetapkan target dan tujuan yang
memungkinkan pengoperasian yang efektif dan efisien. Dalam pencapaiannya fungsi
ini harus mempertimbangkan kebijakan organisasi secara keseluruhan. Fungsi
pengadaan adalah salah satu proses utama dalam kebanyakan organisasi sehingga
harus dirancang serta dikelola dengan tepat. Mekanisme yang dikontrol organisasi
atas fungsi ini adalah struktur organisasi, yang menciptakan unit-unit yang
“manageable” dengan tanggung jawab jelas. Struktur tersebut akan menentukan
ruang lingkup kegiatan dari fungsi pengadaan dan fungsi departemen lain yang
berinteraksi. Agar berfungsi secara efektif, fungsi pengadaan harus memiliki sumber
daya yang memadai seperti teknologi Informasi serta orang yang cocok dengan peran
dan tanggung jawabnya.
Strategi pengadaan dilakukan untuk mencapat tujuan pengadaan berupa kualitas dan
inovasi, ketersediaan dan waktu pemenuhan barang, layanan dan tanggung jawab
penyedia, serta efisiensi sesuai penjelasan di atas. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan sebuah strategi pengadaan yang tepat dengan membagi pekerjaan-
pekerjaan ke dalam kelompok pemaketan yang sesuai dengan tujuannya. Dengan
mengelompokkan dalam bentuk paket ini maka akan diketahui jenisnya, nilainya,
kompleksitasnya, risikonya, penyedianya banyak atau terbatas, tersedianya barang
substitusi atau tidak, bisakah barang diadakan sendiri, dll. Untuk menunjang kegiatan
ini, maka perlu sebuah tool (alat bantu) yang dapat membantu membuat prioritas
usaha serta mengembangkan strategi pengadaan untuk organisasi. Subbab berikut
menjelaskan beberapa alat bantu yang bisa digunakan organisasi dalam
mengembangkan strategi pengadaan.
1. Barang, adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh pengguna barang. Pengadaan barang antara lain meliputi:
bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan serta mahluk hidup.
2. Pekerjaan Konstruksi, adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
3. Jasa Konsultansi, adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian
tertentu bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
4. Jasa Lainnya, adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.
Pilihan lain adalah dengan menggunakan sistem ABC , dimana item “A” secara
umum mewakili sekitar 60%-70% total pengeluaran, item “B” mengambil 20%-
30% pengeluaran total dan item “C” sekitar 10%-15% total pengeluaran. Semakin
banyak kita mengeluarkan dana untuk sebuah item barang/jasa, maka semakin
penting hal itu bagi kita karena ada potensi untuk menabung biaya.
Faktor tingkat pembelian tahunan barang/jasa ini adalah sumbu X.
Kombinasi akibat, peluang dan risiko pengadaan akan terjadi jika kita tidak bisa
mempertemukan target pengadaan untuk item barang jasa. Faktor ini
menggambarkan dampak, peluang dan risiko terhadap kegiatan pengadaan dalam
organisasi. Semakin tinggi berarti semakin besar dampak dan risiko jika barang
jasa tersebut tidak diperoleh, atau dengan kata lain barang tersebut semakin
penting bagi instansi. Faktor dampak, peluang dan risiko ini adalah sumbu Y. Dua
faktor di atas diilustrasikan dalam gambar di bawah ini:
Penjelasan detil tentang SPM ada di Unit Kompetensi 4 (Menyusun Kebutuhan dan
Anggaran Pengadaan Barang/ Jasa)
Supply risk (risiko pengadaan) tinggi jika barang mengalami kesulitan bahan
baku, ketersediaannya terpengaruh dengan ketidakstabilan pemerintah atau
bencana nasional, ketika pengirimannya sulit dan mudah terganggu, atau ketika
penyedianya terbatas.
Profit impact (dampak keuntungan) tinggi ketika barang menambah output
organisasi secara signifikan. Keadaan ini terjadi karena meningkatkan proporsi
output atau karena memiliki dampak pada kualitas.
2. Analisis pasar
Di sini organisasi harus menyelidiki seberapa besar kekuatan penyedia dan
seberapa besar kekuatan beli organisasi sebagai konsumen mereka. Untuk
menganalisis cara yang direkomendasikan adalah dengan menggunakan Analisis
Porter's Five Forces , seperti gambar di bawah ini
3. Memposisikan strategi
Mengklasifikasikan barang jasa yang diidentifikasi di tahap 1 sebagai barang jasa
pada kuadran “strategic” untuk dimasukkan ke dalam analisis kekuatan penyedia
dan pembeli pada tahap 2. Untuk melakukan ini dapat disederhanakan dengan
memasukkan setiap barang kedalam matriks “purchasing portofolio” seperti di
bawah ini.
4. Rencana aksi
Terakhir, kembangkan rencana aksi untuk masing-masing barang yang kita
butuhkan sesuai tempat mereka berada pada matriks di atas. Tiga strategi
pembelian yang dapat dilakukan untuk masing-masing indikasi adalah sebagai
berikut:
A. Exploit
Exploit adalah keadaan di mana organisasi mempunyai kekuatan untuk membeli,
tetapi barangnya yang tidak tersedia di pasar. Strategi yang bisa dilakukan
dengan membuat kekuatan beli organisasi untuk mendapatkan harga yang
bagus dengan kontrak jangka panjang dengan beberapa penyedia, sehingga
dapat mengurangi risiko pengadaan untuk barang yang penting ini. Organisasi
juga bisa membuat tempat pembelian individu untuk barang ini, jika ada
penyedia tertentu yang sanggup dengan penawaran bagus.
B. Balance
Mengambil jalan tengah antara kelompok exploit dan diversity
C. Diversity
Diversity adalah keadaan di mana penyedia tidak banyak, sementara kebutuhan
organisasi sangat besar. Strategi organisasi untuk dapat mengurangi risiko
pengadaan adalah dengan mencari alternatif penyedia atau alternatif produk.
Contoh menggunakan kereta api atau kapal laut daripada truk angkutan umum
untuk mengirimkan barang.
Setelah strategi pemaketan kita lakukan dengan menggunakan alat bantu ini, maka
proses selanjutnya adalah memulai proses perencanaan umum pengadaan. Sejalan
dengan tujuan ini, dalam rangka untuk melaksanakan fungsi pelaksanaan anggaran
maka pada sektor publik dibuatlah dokumen yang bernama Rencana Umum
Pengadaan (RUP). Apakah RUP itu? Siapa yang membuat? Kapan serta mengapa RUP
dibuat? Pertanyaan-pertanyaan ini yang sering muncul sehubungan dengan
penyusunan RUP. Sebelum menjelaskan tentang RUP, marilah kita lihat terlebih
dahulu hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RUP.
Pada sektor organisasi profit (private) proses perencanaan pengadaan barang jasanya
bisa dilakukan segera setelah melakukan pemaketan sesuai strategi di atas,
selanjutnya mengajukan proposal dana yang dibutuhkan yang kemungkinan prosesnya
tidak membutuhkan waktu yang lama. Namun, tidak demikian halnya dengan sektor
publik (pemerintah). Proses perencanaan pengadaan yang dilanjutkan proses
pengajuan anggaran dalam RKA-KL untuk pemerintah pusat maupun RKA-SKPD untuk
pemerintah daerah membutuhkan waktu relatif lama. Seperti dijelaskan pada proses
perencanaan dan penganggaran di atas, kita bisa melihat bahwa
Kementerian/Lembaga mengajukan dokumen RKA K/L pada bulan Mei-Juli dan baru
akan menjadi DIPA pada bulan November-Desember. Rentang waktu sekitar enam
bulan mengharuskan Kementerian/Lembaga melihat dan meneliti kembali apakah
rencana penganggaran yang tertuang dalam DIPA/DPA tadi masih relevan atau tidak.
Ada kalanya pada saat penyusunan RKA KL/SKPD komponen penyusun biaya yang
dicantumkan ternyata menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan yang
berlaku di pasar.
Pada tahap inilah yang dinamakan dengan kaji ulang. Tindakan kaji ulang pasti
berhubungan erat dengan strategi pengadaan yang di sektor pemerintah sudah
dituangkan di dalam Rencana Umum Pengadaan (RUP) yang akan di bahas pada
subbab selanjutnya.
Pemahaman tentang kondisi pasar sangat penting dalam melakukan kaji ulang paket
pengadaan. Peserta latih dapat merujuk ke UK – 06 untuk mempelajari lebih detail
tentang kondisi pasar. Berikut sebagai gambaran secara ringkas mengenai berbagai
kemungkinan kombinasi kondisi persaingan pasar tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Penawaran (Supply)
Berbagai Kemungkinan Kombinasi
persaingan Pasar Banyak Penjual Sedikit Penjual Satu Penjual
Persaingan
Banyak Pembeli Oligopoli Monopoli
Sempurna
Permintaan Oligopoli / Monopoli
Sedikit Pembeli Oligopsoni
(Demand) Oligopsoni Terbatas
Monopsoni Monopoli /
Satu Pembeli Monopsoni
Terbatas Monopsoni
Penyusunan RUP dilaksanakan pada saat penyusunan RKA K/L dan SKPD. Artinya,
RUP disusun pada saat proses perencanaan penganggaran. Secara ringkas kegiatan
yang dilakukan pada saat penyusunan RUP diringkas pada gambar di bawah ini.
RUP yang telah diumumkan juga dapat digunakan oleh pemerintah sebagai
panduan dalam merealisasikan rencana pengadaan. Harapannya, setiap K/L/D/I
dapat mencapai target sesuai dengan RUP.
3. Persaingan Sehat (Competitiveness)
Pengumuman RUP sejak awal merupakan bagian dari tahap perencanaan yang
berpengaruh pada penciptaan iklim persaingan yang sehat. Hal ini akan
memberikan peluang bagi banyak pihak yang memenuhi syarat untuk turut serta
dalam proses pengadaan. Dengan banyak pihak yang turut serta dalam proses
pengadaan diharapkan akan tercipta persaingan sehat di antara para pihak yang
berkompetisi.
4. Efektivitas
Dengan pengumuman lebih awal, membuat banyak pihak siap. Karena banyak
pihak siap untuk mengikuti proses pengadaan, maka diharapkan tujuan organisasi
tercapai. Salah satu tujuan organisasi adalah optimalisasi penyerapan anggaran
yang merupakan salah satu indikator penilaian kinerja.
Seperti dijelaskan di atas bahwa penyusunan RUP dilakukan pada saat pengajuan
RKA oleh K/L maupun SKPD. Selanjutnya, kapan waktu yang tepat untuk
mengumumkan RUP? Sesuai pasal 25 bahwa pengumuman RUP waktunya berbeda
untuk Kementerian/ lembaga/ Institusi dan untuk Pemerintah Daerah. Pada ayat 1
disebutkan bahwa:
1. Untuk Kementerian/Lembaga/Institusi PA mengumumkan Rencana Ayat Umum
Pengadaan Barang/Jasa pada masing-masing Kementerian/Lembaga/Institusi
secara terbuka kepada masyarakat luas setelah rencana kerja dan anggaran
Kementerian/Lembaga/Institusi disetujui oleh DPR.
2. PA pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan
Barang/Jasa secara terbuka kepada masyarakat luas, setelah APBD yang
merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD.
3. PA sebagaimana dimaksud di atas mengumumkan kembali Rencana Umum
Pengadaan, apabila terdapat perubahan/penambahan DIPA/DPA.
Jika kita gambarkan proses penyusunan RUP dengan waktu pengumumannya, dapat
dilihat pada gambar berikut:
Pada pasal 112 Perpres 54 dan perubahannya disampaikan bahwa K/L/D/I wajib
menayangkan Rencana Umum Pengadaan dan pengumuman Pengadaan di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing dan Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE.
hingga jenis kontrak yang akan digunakan. Proses ini bertujuan untuk pemenuhan
prestasi kinerja yang diharapkan sesuai tujuan. Dengan demikian, pemaketan
merupakan langkah penting awal yang harus dilakukan untuk dapat memastikan atau
setidak-tidaknya memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan pengadaan
yang telah ditetapkan akan dapat tercapai.
Dalam gambar berikut, Kita bisa melihat bahwa titik A, pengeluaran sangat rendah
dan risiko nya juga sangat rendah. Titik ini mewakili sebuah pembelian barang-barang
“klasik” yang rutin. Titik B terletak pada kuadran rutin yang sama, tetapi tingkat
pengeluarannya lebih besar-hampir setinggi titik C, yang terletak pada kuadran
leverage. Dengan demikian, ketika kita bergerak maju ke kanan terletak pada kuadran
rutin, pembelian menjadi tidak terlalu rutin hampir sama dengan barang leverage,
sampai jadi barang “klasik” leverage pada sisi kanan model (titik D).
Gambar 3. Pergeseran Dalam SPM
Gambar di bawah ini mengilustrasikan semua variasi yang mungkin terjadi saat
strategi bergerak dalam satu kuadran yang berdekatan
Gambar 4. Gambar pergeseran SPM
Posisi ideal untuk pembelian barang dalam supply positioning model dalam rangka
menghindari masalah-masalah pengadaan juga menyiapkan adanya penyedia yang
kuat adalah dengan mencari strategi bagaimana caranya agar ada pada pojok kanan
bawah, yaitu posisi “klasik leverage”. Dalam posisi ini, kekuatan tawar organisasi
relatif kuat dan banyak penyedia bersaing yang tertarik masuk dalam penawaran
organisasi. Organisasi sangat mungkin untuk mencapai kesepakatan yang kompetitif
untuk memenuhi kebutuhan organisasi dengan risiko rendah.
Risiko pengadaan bisa dikurangi dengan berbagai cara, tergantung jenis risikonya.
Contoh:
1. Jika risikonya spesifikasi teknis,
a. harus bekerja dengan para teknisi dan penyedia mencoba untuk menghilangkan
atau mengurangi penyebab risiko spesifikasi;
b. Coba menggunakan standar spesifikiasi (jika mungkin); dan atau
c. gunakan produk pengganti yang tersedia atau alternatif disain yang menawarkan
risiko lebih rendah.
2. Cari standar pembelian internal lebih lanjut untuk menghindari banyaknya
perbedaan dan fragmentasi.
3. Jika terdapat risiko penyedianya terbatas, mungkin terdapat penyedia yang tidak
disadari ada oleh organisasi, makaperlu melakukan analisis mendalam tentang pasar
penyedia untuk mencari sumber/penyedia tambahan sehingga bisa sangat
mengurangi risiko.
4. Cara lebih lanjut untuk meningkatkan ketersediaan barang jasa adalah bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan yang saat ini tidak memasok barang jasa
dalam rangka mengembangkan kemampuan mereka untuk melakukannya.
Pemaketan idealnya dilakukan pada saat mengajukan RUP, tetapi tidak menutup
kemungkinan terdapat perubahan pada proses pemaketan setelah DIPA/DPA diterima.
Setelah DIPA diterima, PA/KPA akan menyusun sebuah dokumen yang disebut
Petunjuk Operasional Kegiatan (POK).
POK merupakan dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA sebagai penjabaran lebih
lanjut dari DIPA. Fungsi POK adalah sebagai berikut:
1. Pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas;
2. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
3. Alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktivitas;
4. Sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efektivitas pelaksanaan
anggaran.
Sebenarnya kapan proses pemaketan yang detil dilakukan?. Idealnya pada proses
penyusunan RKA KL/SKPD, paket-paket pekerjaan serta KAK-nya sudah dibuat dengan
berbagai pertimbangan yang sangat matang. Setelah DIPA/DPA turun satker (satuan
kerja) dapat langsung mengumumkan RUP sesuai dengan paket yang sudah dibuat
sebelumnya. Selanjutnya, sebelum proses dilanjutkan dengan perencanaan pemilihan
penyedia jasa, KPA melakukan kaji ulang atas RUP tersebut. Diharapkan kaji ulang
yang dilakukan tidak terlalu jauh berubah dari yang RUP sudah diumumkan. Semakin
kecil perubahan menunjukkan semakin matangnya perencanaan yang dilakukan oleh
Satker.
Dalam sebuah pasar persaingan sempurna salah satu cirinya adalah terdapat banyak
pembeli dan penjual. Tetapi ada kalanya, barang/jasa yang menjadi kebutuhan satker
ternyata penyedianya tidak banyak. Kalaupun ada, penyedianya adalah penyedia
barang/jasa non-kecil. Sementara Perpres 54 dan perubahannya memerintahkan
satker dalam pengadaan paketnya harus berpihak kepada produksi dalam negeri dan
menetapkan sebanyak-banyaknya paket untuk usaha kecil dengan nilai nominal
sampai dengan 2,5 milyar rupiah.
Ketersediaan penyedia menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan dalam penetapan
paket pekerjaan. Dalam pasar persaingan sempurna, penjual tidak mempunyai
kekuatan sebagai pihak yang mengendalikan biaya. Karena banyak pilihan penyedia
yang bisa menyediakan barang/jasa, maka sesuai naluri alami setiap orang, maka
akan memilih penyedia yang bisa menyediakan barang dengan harga paling murah
sesuai prinsip efisiensi. Sebaliknya jika barang yang akan dibeli adalah barang yang
penyedianya tidak banyak maka prinsip efisiensi kurang dijadikan bahan
pertimbangan, yang terpenting adalah prinsip efektif, yaitu mendapatkan barang
sesuai kebutuhan pengguna.
Lalu bagaimana jika secara nominal barang yang akan dibeli di bawah 2,5 milyar,
tetapi barang yang dibutuhkan adalah barang yang tidak bisa dipenuhi oleh usaha
kecil, atau secara nominal nilainya kecil, tetapi penyedianya hanya ada satu, apakah
akan tetap dipaksakan nantinya pemaketannya akan dipaksakan untuk usaha kecil?
Apa yang terpengaruh dengan pemaketan tersebut?
Sesuai pasal 100 Perpres 54 dan perubahannya pada bab peran serta usaha kecil
disampaikan bahwa
“Nilai paket pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya sampai
dengan 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), diperuntukan bagi Usaha
Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro dan Usaha
Kecil serta koperasi kecil.”
Selanjutnya hal-hal di atas akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
Ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam membuat estimasi biaya yang
kredibel (diterjemahkan dari modul United States Government Accountability Office
yaitu :
1. Identifikasi tugas yang jelas
• Pembuat estimasi harus didukung dengan deskripsi sistem, asumsi dan aturan
dasar, serta karakteristik kinerja dan teknis;
• Batasan dan kondisi estimasi harus jelas dan dapat diidentifikasi dengan jelas;
• menyusun persiapan dokumentasi estimasi yang baik.
Berdasarkan gambar di atas, dapat kita lihat bahwa proses untuk mengestimasi biaya
meliputi:
3. Pendefinisian program
• Dalam dokumen deskripsi teknis dasar, identifikasikan tujuan program serta
karakteristik kinerja dan sistemnya serta konfigurasi keseluruhan sistem;
• Berbagai implikasi teknologi; Jadwal akuisisi program dan strateginya;
• Hubungan dengan sistem lain yang ada, termasuk pendahulunya atau warisan
sistem yang sama;
• Dukungan (tenaga kerja, pelatihan, dll) dan kebutuhan atas keamanan dan
item-item risiko;
• Jumlah sistem pengembangan, pengujian dan produksi;
• Rencana penggunaan dan bagaimana pemeliharaannya.
8. Analisis sensitifitas
• Test sensitivitas dari unsur-unsur pengubah biaya dalam mengestimasi nilai
input dan asumsi kunci;
• Identifikasi dampak pada estimasi keseluruhan atas perubahan jadwal
program atau kuantitas;
• Tentukan asumsi-asumsi yang merupakan kunci pemicu biaya dan unsur-
unsur biaya yang paling terpengaruh oleh perubahan.
BAB III
MELAKUKAN TINDAK LANJUT KAJI ULANG
Proses kaji ulang dilakukan dalam rangka memastikan kembali apakah strategi
pengadaan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan pengadaan yang menunjang
strategi organisasi. Penggunaan supply positioning model dan alat-alat analisis lain
dalam membuat strategi pengadaan penting untuk direview kembali. Review yang
dilakukan antara lain meliputi tiga hal yaitu:
1. Bagaimana strategi pengadaan berhubungan dengan strategi dan kebijakan
organisasi
2. Bagaimana Supply Positioning Model bisa membantu mengembangkan strategi
pengadaan organisasi
3. Bagaimana memutuskan pengadaan akan melalui satu segmen pasar atau banyak
segmen pasar pengadaan
Dalam kaji ulang atas paket pekerjaan, KPA akan mengkaji lagi jika terdapat usulan
perubahan paket pekerjaan. PPK dan ULP/Pejabat Pengadaan boleh mengusulkan
perubahan paket dengan berbagai pertimbangan. Dalam kaji ulang bisa terjadi
pemecahan atau penggabungan paket yang disesuaikan dengan ketentuan dan
larangan dalam pemaketan.
Sebagai contoh ketika DIPA diterima ternyata harga satuan barang yang dianggarkan
dalam RKA ternyata naik 10%. Kenaikan harga satuan barang ini kemungkinan besar
akan menyebabkan total nilai paket pekerjaannya menjadi naik, kecuali ada item
barang lain yang harga satuannya turun. Dengan kenaikan nilai paket ini, maka yang
bisa dilakukan adalah menurunkan spesifikasi barang yang akan dibeli (volume tetap)
atau mengajukan revisi anggaran agar proses pengadaan tetap bisa berjalan sesuai
rencana. Disinilah fungsi para pengambil keputusan dalam melakukan pengkajian
kembali atas paket pengadaan yang sudah direncanakan.
Secara umum proses kaji ulang atas RUP kita lihat dalam gambar berikut:
Proses selanjutnya setelah mengkaji ulang dan menetapkan paket yang baru, maka
dibuatlah Rencana Pelaksanaan Pengadaan, dimana pihak pembeli (buyer) akan
membuat harga perkiraan sendiri (HPS) atau biasa disebut owner estimate. Di
pemerintah pihak pembeli (PA/KPA) akan diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK). Secara umum prosesnya dalah sebagai berikut:
Gambar 8. Gambar proses kaji ulang hingga penyusunan HPS
1. Anggaran yang tersedia dalam DIPA/DPA sudah tidak relevan dengan kondisi
terkini.
Kemungkinan ketidaksesuaian ini terjadi karena kenaikan harga-harga
barang/jasa yang sudah tidak relevan lagi dengan harga ketika pengajuan RKA
KL/SKPD. Ini biasanya baru diketahui pada saat perencanaan pemilihan
penyedia barang/jasa karena pada saat ini PPK menyusun harga perkiraan
sendiri. Hal ini sering terjadi untuk barang-barang impor atau barang produksi
Jadi, bisa dikatakan bahwa POK merupakan dokumen yang digunakan dalam proses
kaji ulang.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini ada contoh kegiatan dalam dokumen anggaran
(DIPA/DPA) sebuah Satker Balai Diklat X.
Gambar 24. Contoh Proses Kaji Ulang pada Satker
Dalam salah satu program yang dilaksanakan oleh Satker Balai Diklat X terdapat
kegiatan Penyelenggaraan Diklat. Output untuk mendukung kegiatan ini antara lain
adalah pekerjaan sebagai pengelola diklat, penyediaan ATK peserta, penyediaan
konsumsi, serta penyediaan modul diklat sebagai bahan ajar peserta. Dari empat
output ini KPA memisahkan menjadi dua kelompok cara pengadaan.
Kelompok pekerjaan yang bisa dilakukan secara swakelola dan kelompok pekerjaan
yang akan diperoleh melalui penyedia. Dengan pertimbangan aturan pengadaan
barang/jasa dalam Perpres 54 dan perubahannya, maka selanjutnya KPA
membaginya sebagai berikut:
A. cara swakelola akan digunakan untuk pekerjaan pengelolaan diklat karena
pekerjaan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satker.
B. melalui penyedia barang/jasa untuk pekerjaan
• Penyediaan ATK peserta (penyedia barang)
• Penyediaan konsumsi (penyedia jasa lainnya)
• Penyediaan modul (penyedia jasa lainnya)
Setelah dibagi, proses lebih lanjut adalah menentukan proses pemilihan penyedia
untuk pekerjaan yang harus dilakukan oleh penyedia barang/jasa, apakah akan
melalui lelang atau non-lelang. Ketentuan apakah pekerjaan tersebut harus dilelang
atau tidak, dapat dilihat dari modul cara pemilihan penyedia.
Setelah ditentukan jenis pengadaan melalui lelang atau nonlelang, maka selanjutnya
akan ditentukan siapa yang akan melakukan pemilihan atas penyedia tersebut. Ada
dua kemungkinan, kalau bukan ULP maka yang akan melakukan pemilihan adalah
Pejabat Pengadaan pada satker masing-masing.
Selanjutnya, PPK akan menentukan jenis kontrak yang sesuai untuk masing-masing
jenis pengadaan. Penjelasan lengkap tentang pemilihan kontrak terdapat pada
modul pemilihan jenis kontrak. Singkatnya, untuk pengadaan pada satker Balai
Diklat X, PPK menggunakan kontrak lumpsum untuk penyediaan ATK, dan kontrak
harga satuan untuk penyediaan konsumsi dan modul.
Proses kaji ulang bisa menghasilkan perubahan paket pekerjaan misalnya terjadi
penggabungan atau pemecahan paket. Gambar 25 dan 26 berikut menunjukkan
bagaimana hasil dari sebuah proses kaji ulang paket dengan cara pemecahan paket.
Gambar 25. Contoh Pemaketan Pekerjaan
Dari gambar tampak bahwa ada beberapa paket pekerjaan yang akan dilaksanakan
dalam tahun berjalan. Kita ambil saja salah satu contoh paket pekerjaan perencanaan
yaitu paket jasa konsultansi untuk Perencanaan Penambahan Daya Listrik dan
Instalasinya pada satker X. Dalam gambar tampak pagu untuk pekerjaan perencanaan
Penambahan Daya Listrik dan Instalasinya pada satker X adalah sebesar Rp.
139.000.000,00.
KPA mengumumkan nilai paket ini sebagai salah satu paket pekerjaan dalam
pengumuman RUP yaitu sebagai paket pekerjaan jasa konsultansi. Setelah
pengumuman RUP, proses selanjuntya adalah pembuatan HPS pekerjaan oleh PPK.
Komponen penyusun HPS untuk pekerjaan konsultansi terdiri atas biaya personil dan
non-personil. Misalnya saja HPS yang dihasilkan adalah sebesar Rp138.627.500,00
dengan rincian sebagai berikut:
Inventarisasi komponen penyusun paket ini dapat diketahui pada saat tahapan
estimasi biaya, khususnya pada proses penentuan struktur estimasi, yang di
dalamnya meliputi:
• Mendefinisikan struktur rincian kerja (SRK) dan jelaskan tujuan kenapa elemen
tersebut masuk dalam estimasi biaya
• Memilih metode estimasi terbaik untuk setiap elemen SRK,
• Mengidentifikasi potensi pemicu biayanya.
• Mengembangkan check list perkiraan biaya.
Setiap jenis pengadaan mempunyai komponen penyusun biayanya. Jadi tidak bisa
digeneralisasikan karena setiap pekerjaan mempunyai kekhususan dalam struktur
pembentuk biaya. Pekerjaan pengadaan barang mempunyai komponen penyusun
paket yang tidak rumit, misalnya saja harga beli barang, ongkos kirim, ditambah
biaya pemasangan atau biaya lain sesuai dengan kebutuhan. Tugas PPK untuk
mengubah komponen penyusun paket agar dapat menemukan komponen terbaik
yang menghasilkan HPS paling sesuai.
POK masih memungkinkan untuk diubah atau direvisi. Revisi POK adalah perubahan
dan/atau pergeseran rincian anggaran dalam POK yang mempengaruhi perubahan
pada RKA KL. Pergeseran anggaran tersebut dapat dipenuhi melalui pergeseran:
a) antar Keluaran, 1 (satu) Kegiatan dan 1 (satu) Satker;
b) dalam Keluaran yang sama, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
c) antar Keluaran, Kegiatan yang sama dan antar Satker;
d) antar Kegiatan dalam 1 (satu) Satker; atau
e) antar Kegiatan dan antar Satker.
DAFTAR REFERENSI
GLOSSARY
Barang (goods) Setiap benda berwuju maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh pengguna barang
Benefit (Manfaat) Segala seuatu yang mencerminkan kemanfaatan secara lansun dan
tidak lansung setelah hasil (outcome)suatu program dapat dicapai
Jasa (services) Mencakup setiap jenis kegiatan berdasarkan kontrak yang tidak secara
langsung menghasilkan aset fisik, dapat dilakukan kategorisasi sesuai
kebutuhan pengguna, sperti: Keteknikan (engineering, pengelolaan
(management), logistik logistics), perekrutan (recruitment),
pemeliharaan (maintenance), dan lain-lain yang pada umumnya
terbagi atas jasa konsultansi (consulting services) dan jasa non-
konsultansi (bon-consulting services)
Kerangka Acuan Kerja Dokumen yang akan menjadi dasar pembuatan perjanjian kontrak,
(KAK) yang berisikan latar belakang, tujuan, sumber pendanaan, waktu
pelaksanaan atau penyampaian barang/jasa, perkiraan harga
barang/jasa, dan penjelasan tentang persyaratan/spesifikasi
Prinsip Dasar Asas, aturan, ketentua/hukum, standar atau kunci utama/pokok untuk
Pengadaan dilaksanakan dalam proses pengadaan
RUP (Rencana Umum Dokumen perencanaan yang berisi kebutuanpengadaan yang akan
Pengadaan) dilaksanakan oleh K/L/D/I
Supply Positionging Suatu model yang dapat dipakai untuk memberika bobot terhadap
Model (SPM) tingkat pentingnya barang/jasa yang dibeli berdasarkan nilai
pemberlian per tahun barang/jasa dan dampak (kesempatan atau
risiko) dari barang/jasa tersebut
Value for Money istilah yang digunakan untuk menilai apakah organisasi telah
memperoleh manfaat maksimal dari barang dan jasa yang diperoleh
dengan harga atau biaya tertentu.
INDEX
D P
DIPA · iii, 25, 35, 36, 43, 52, 53, 66, 68, 69, 73, 76, 78 paket pengadaan · ii, iii, 4, 6, 7, 8, 37, 45, 46, 47, 52,
53, 55, 66
paket pengadaan barang/jasa · iii, 4, 6, 7, 8, 47
E pemaketan · i, 7, 13, 26, 27, 28, 35, 38, 39, 45, 47, 48, 51,
52, 53, 54, 66, 69
earned value management · 63 petunjuk operasional kegiatan · 73
POK · 52, 69, 73, 76, 77, 78
Porter's Five Forces · iii, 32
F prinsip pengadaan · i, 9, 10, 11, 41
Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah · 11
Fungsi Pengadaan · iii, 10, 19 product purchasing classification matrix · 31
G R
General Procurement Plan · 7 Rencana Umum Pengadaan · i, 6, 35, 37, 38, 39, 41, 43,
44, 66
Renja SKPD · 23, 25
RKA SKPD · 25
H RUP · i, iii, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 52, 53, 64,
66, 74
harga perkiraan · 4, 5, 7, 55, 64, 67, 68
S
K
sektor publik · i, 10, 16, 18, 26, 27, 35, 37
klasik leverage · 49
supply positioning model · 48, 49, 65
Kraljic Box Positioning Model · 48
Supply Positioning Model · i, iii, 28, 65
Kraljic Portofolio Purchasing Model · i, 30
V
M
value for money · 10, 28, 37
Modul Government Accountability Office · 58
Pemimpin Umum:
Dharma Nursani
Tatang R Wiraatmadja
“
04. Menyusun Kebutuhan dan Anggaran PBJ
05. Menyusun Spesifikasi Tenis
06. Menyusun Harga Perkiraan
Overview:
B. Memilih Penyedia Barang/
Dengan memperhatikan bahwa alur proses
Jasa
07. Mengkaji Ulang Paket PBJ pengadaan erat kaitannya dengan strategi
08. Memilih Penyedia Barang/Jasa organisasi, maka kecermatan menentukan
09. Menyusun Rancangan Kontrak PBJ
10. Menyusun Dokumen PBJ
keselarasan paket pengadaan dengan
11. Melakukan Kualifikasi Penyedia kebutuhan organisasi, program kerja
12. Melakukan Evaluasi Kinerja Penyedia (strategi-strategi organisasi) dan kondisi
13. Menyampaikan Penjelasan Dokumen PBJ
14. Mengevaluasi Dokumen Penawaran terkini (keadaan pasar, peraturan dan
15. Mengelola Sanggahan kebijakan yang berlaku) adalah
kompetensi yang penting untuk dikuasai.
C. Mengelola Kontrak Oleh karena itu, aktifitas melakukan kaji
& Swakelola PBJ ulang paket-paket pengadaan (reviewing
16. Melakukan Negosiasi
17. Melakukan Finalisasi Dokumen Kontrak PBJ procurement pacakages) menjadi
18. Membentuk Tim Pengelolaan Kontrak PBJ landasan dalam mencapai keberhasilan
19. Menyusun Rencana Pengelolaan Kontrak PBJ
organisasi melalui proses pengadaan yang
”
20. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrak PBJ
21. Menyelesaikan Permasalahan Kontrak PBJ baik.
22. Melakukan Penerimaan Hasil PBJ
23. Melakukan Persiapan PBJ Secara Swakelola
24. Melakukan Pelaksanaan PBJ Secara Swakelola
2016