“SHOLAT WAJIB”
Disusun oleh :
1. Apipah Sadiah NIM. 1177010086
2. Kamiliya Qurrotul ‘Aini NIM 1177010044
3. Salsabila Nurhaliza NIM 1177010070
JURUSAN MATEMATIKA
BANDUNG 2017
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya
makalah yang berjudul “ Sholat Wajib “ dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah Praktik Ibadah.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran serta masukkan atau bahkan kritikan yang membangun dari berbagai
pihak agar makalah ini menjadi sempurna. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
Daftar Isi
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Shalat dan Kedudukannya dalam Islam
2. Menjelaskan Syarat Sah Shalat
3. Menjelaskan Rukun dan Sunnah Shalat
4. Menjelaskan Hal-hal yang Dapat Membatalkan Shalat
5. Menjelaskan tentang sholat jum’at
6. Menjelaskan tentang tata cara khutbah dan sebagainya
7. Mengupayakan Persiapan Khusyuh dalam Shalat
َِ َ ص ٰلوِة
ِت ْنهٰ ى َعنِ َو ْال ُم ْن َك ِۗر ْالفَ ْحشَاء َِّ ص ٰلو ِۗة َ َوأَقمِ إ
َّ ن ال َّ ال
Artinya: “kerjakanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan yang jahat (keji) dan
yang mungkar.” (al-ankabut 45)
َه ٱ
ّلله
ِ كر
ِ ۡه
ِ ذ هَلى
ِ إ َو
ۡا َٱسۡع ه فَِ
ة ُع
ُِ
م ۡ
ٱلج
ِۡ
م
ه يوَ هن ه مِلو
ة ََ
هلص هيَ ل
ِنود ُ َا هذ
إ
وا
ِ ُٓ َءا
من َ َِهي
ن َ ها
ٱلذ َيَُّ
يأٓ ُون
َ لمَۡ
ِ َ
تع
ُِۡ
م ُنتهن ك ُِ
ۡ إ
م ِ َلك َي
ۡر ۡ خُِ
م لكَه
ذ
َ
ِۡ
ع َي ۡ ِ
ٱلب َر
ُوا َذ
و
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, apabila kamu dipanggil (diseru) untuk
sholay pada hari jum’at, maka hendaklah kamu segera mengingat Allah (sholat) dan
tinggalkanlah jual beli itu, demikianlah yang baik bagi kamu jika kamu mengetahui.”
(al jumu’ah 9)
lafal bang:
Allahu Akbar, (4 kali); Asyhadu-al-la-ilaha illallah, (2 kali); Asyhadu anna
Muhammadarrasu-lullah, (2 kali); Hai-ya Alash Sholah, (2 kali); Hai-ya alal-falah, (2
kali); Allahu Akbar, (2 kali); Lai-ilaha-illallah, (1 kali). Dan kalau bang sholat subuh,
sesudah “Hai-ya alal falah” ditambah “As-shalatu khairum minanaum.” (2 kali).
2. Iqamah yaitu memberitahukan kepada hadirin supaya siap berdiri untuk sholat,
dengan lafal yang ditentukan oleh syara’.
Lafal iqomah.
Allahu Akbar, (2 kali); Asyhadu-al-la-ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadarrasu-
lullah, Hai-ya Alash Sholah, Hai-ya alal-falah, qad qa-matish-shalah (2 kali); Allahu
Akbar, (2 kali); Lai-ilaha-illallah.
Bung dan iqomah hanya disyariatkan untuk sholat fardhu (sholat lima waktu) saja,
baik sholat berjamaah maupun sholat sendiri.
Adapun untuk sholat-sholat yang sunah, sholat yang jenazah, sholat nazar, tidak
disunatkan bang dan iqomah. Hanya bagi sholat-sholat tersebut kalau diisyaratkan
berjamaah hendaklah diserukan “asyhalatal jami’ah (marilah sholat jamaah)
Iqomah perempuan:
Bagi jama’ah perempuan, menurut kata yang masyhur dalam madzhab Syafi’i
disunatkan iqomah saja tetapi bang tidak disunatkan karena bang itu dengan suara
yang nyaring (keras) tidak layak bagi perempuan sebab ditakuti akan menjadi fitnah
kepada para pendengar.
Bang dan iqomah untuk anak yang baru lahir.
Disunatkan bang pada telinga kanan anak yang baru lahir dan iqomah pada telinganya
yang kiri.
Faedahnya supaya kalimat yang mula-mula didengarnya sewaktu ia sampai ke dunia
ini ialah kalimat tauhid. Demikian juga sewaktu ia akan meninggal hendaklah
diajarkan dan diperingatkan kalimat itu.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
“ajarilah orang yang hampir mati dengan kalimat “La ila ha illallah”: “tidak ada tuhan
yang sebenarnya patut kita sembah melainkan Allah.” (riwayat muslim)
Syarat-syarat bang dan iqomah:
1. Orang yang menyerukan bang dan iqomah itu hendaklah orang yang sudah
mumayyiz (berakal walau sedikit)
2. Hendaklah dilakukan sesudah masuk waktu, terkecuali bang subuh, boleh mulai
dari sejak tengah malam.
3. Orang yang bang dan iqomah itu hendaklah orang islam(muslimin);orang kafir
tidak boleh bang dan iqomah.
4. Kalimat keduanya hendaklah berturut-turut, berarti tidak diselang dengan kalimat
yang lain atau diselang dengan berhenti.
5. Tertib, artinya kalimat-kalimat teratur sebagai yang tersebut diatas.
Lebih baik hendaklah sholat itu dikerjakan diawal waktu dan haram mentakhirkan
(melalaikan) sholat sampai habis waktunya, dan makruh tidur sesudah ada waktu sholat
sedang ia belum sholat.
َ َك ف
ِطه ْر َِ ََوثيَاب
“dan bersihkanlah pakaianmu.” (al mudatsir 4)
Diberi keringanan untuk dibawa sholat sedikit najis atau yang sukar memeliharanya
(menjaganya) seperti nanah, bisul dan darah berkhitan dan darah berpantik yang
adaditempatnya.
Kaidah: “kesukaran itu membawa kemudahan.”
3. Menutup aurat. Aurat ditutup dengan suatu yang menghalangi kelihatan warna kulit.
Aurat laki-laki antara pusat dan lutut, aurat perempuan sekalian badannya kecuali
muka dan telapak tangan.
Firman Allah SWT:
ِالرجيم َ ش ْي
َّ ِطان َّ اّلل منَِ ال ُ َأ
َِّ عو ِذُ ب
“A`ūdzu billāhi minas-syaitānir-rajīmi”
Arti Bacaan: "Aku memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk"
(riwayat abu sa’id al hudri)
7. Diam sebentar sebelum membaca al-fatihah dan sesudahnya.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari Samuroh: “Nabi besar Muhammad SAW diam sebentar, apabila sudah takbir,
dan apabila beliau sudah selesai dari membaca Al-fatihah.” (riwayat abu daud)
8. Membaca Amiin sehabis membaca fatihah. Juga sunat sebelum membaca amiin,
membaca “Rabighfirli”.
Kalau alfatihah dibaca dengan keras, amin juga dengan keras, sebaliknya kalau
alfatihah dibaca dengan tidak keras, amin pun tidak pula.
9. Membaca surah atau ayat Al-Qur’an, bagi imam atau orang sholat sendiri, sesudah
membaca Al-fatihah pada dua rokaat pertama (ke 1 dan ke 2) dalam tiap-tiap sholat.
Surat atau ayat yang dibaca dirokaat yang pertama, juga hendaklah lebih panjang
daripada dirokaat yang kedua. Juga hendaklah diantara kedua surat bertertib sebagai
dalam Qur’an.
10. Sunat bagi makmum mendengarkan bacaan imamnya.
Firman Allah SWT:
“apabila dibaca orang Qur’an, maka hendaklah kamu dengarkan.” (al a’raf 204)
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Beliau berkata: “apabila kamu sholat dibelakang saya (mengikuti saya) maka
janganlah kamu membaca apa-apa selain Ummul-Qur’an (alfatihah).” (riwayat
turmidzi)
11. Mengeraskan bacaan pada saat sholat subuh dan pada dua rokaat yang pertama pada
sholat maghrib dan isa begitu juga sholat jum’at, hari raya, terawih, dan witir pada
bulan Ramadhan, beralasan dengan amal Rosulullah Muhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Bukhori.
12. Takbir tatkala turun dan bangkit, selain dari ketika bangkit dari rukuk.
13. Membaca “sami’allahu liman hamidah” ketika bangkit dari rukuk.
14. Membaca “robbana wa lakal-hamdu” tatkala i’tidal.
15. Meletakkan dua telapak tangan diatas lutut ketika rukuk keterangan amal Rosulullah
Muhammad SAW dari riwayat bukhori dan muslim.
16. Membaca tasbih tiga kali ketika rukuk. Lafalnya:
ى ْال َعظيم
َِ َِس ْب َحان
ُ َرب
Artinya :“Maha Suci Rabbku Yang Agung.” (dibaca tiga kali). (riwayat Muslim)
ى األ َ ْعلَى
َِ س ْب َحانَِ َرب
ُ
Artinya: “Maha Suci Rabbku Yang Tinggi.” (dibaca tiga kali). (riwayat Muslim)
18. Membaca doa ketika duduk antara dua sujud.
19. Duduk iftisyari (bersimpuh) pada semua duduk pada sholat kecuali duduk akhir.
Keterangan amal Rosulullah Muhammad SAW. (riwayat turmidzi)
20. Duduk tawarruk diduduk akhir. Keterangan amal Rosulullah Muhammad SAW.
(riwayat turmidzi)
21. Duduk istirahat (sebentar) sesudah sujud kedua sebelum berdiri: beralasan amal
Rosulullah Muhammad SAW diriwayatkan oleh bukhori.
22. Bertelekan ke tanah ketika hendak berdiri dari duduk. Keterangan amal Rosulullah
Muhammad SAW diriwayatkan oleh bukhori.
23. Memberi salam yang kedua.
24. Menoleh ke kanan pada salam pertama sehingga kelihatan pipinya yang kanan dari
belakang, begitu juga sewaktu salam kedua hendaklah menoleh kesebelah kiri sampai
kelihatan pipinya yang sebelah kiri dari belakang.
25. Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi salam kepada yang disebelah
kanan dan kirinya, baik terhadap manusia maupun malaikat, dan imam memberi
salam kepada makmumnya dan mereka berniat memjawab salam imam.
h. Sunat yang lebih penting (sunat muakad)
Dalam madzhab syafi’i ada dua sunat yang lebih penting dari yang tersebut diatas
sehingga apabila dari salah satu dari keduanya ditinggalkan hendaklah diganti dengan
sujud sahwi.
1. Membaca tasyahud pertama sesudah sujud kedua dari rokaat yang kedua sebelum
berdiri pada rokaat yang ketiga.
Dari Abdullah bin Bukainah: “kami telah mengerjakan sholat bersama-sama
Rosulullah Muhammad SAW sholat dhuhur, beliau berdiri dan beliau ketinggalan
duduk tasyahud pertama, maka pada akhir sholat, beliau sujud dua kali.” (riwayat
bukhari dan muslim)
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari Ibnu Mas’ud katanya: sesungguhnya Muhammad SAW telah berkata, “apabila
kamu duduk pada tiap-tiap dua rokaat sholat, maka hendaklah kamu membaca
attahiyatul lillah dan seterusnya (lafal tasyahud).” (riwayat ahmad dan nasal)
2. Qunut sesudah i’tidal yang akhir pada sholat subuh dan witir, sejak malam 16 bulan
ramadhan sampai akhirnya.
Dari annas, katanya: “senantiasa Rosulullah Muhammad SAW qunut pada sholat
subuh hingga sampai saat beliau meninggal dunia.” (riwayat imam ahmad)
Sebagian ulama berpendapat bahwa qunut yang tertentu pada sholat subuh itu tidak
disunatkan, hadits annas itu menurut penyelidikan mereka hadits dhoif, hanya
disyariatkan qunut nazilah (qunut karena bahaya, bala, yang menimpa pada
masyarakat islam) seperti musim penyakit taun, kolera, zaman rusuh, musim
kemarau, qunut nazilah disunatkan pada sekalian sholat lima waktu.
i. Hal-hal yang membatalkan sholat
1. Meninggalkan salah satu rukun atau memutuskan rukun sebelum sempurna dengan
sengaja, umpama ia i’tidal sebelum rukuk sempurna.
2. Meninggalkan salah satu syarat, seperti:
a. Berhadats
b. Kena najis yang tidak bisa dimaafkan, baik badan maupun pakaian, sedangkan
najis itu tidak dapat dibuang ketika itu. Kalau najis itu dapat dibuang ketika itu
juga, maka sholat tidak batal; dan
c. Aurat terbuka, sedangkan tidak dapat ditutupkan ketika itu; kalau ketika itu juga
dapat ditutupkan, maka sholat tidak batal.
3. Dengan sengaja berkata-kata. Dengan berkata-kata yang biasa dihadapkan pada
manusia, walaupun kata-kata yang bersangkutan dengan sholat sekalipun, kecuali jika
lupa.
Orang yang tengah sholat hendak memberitahukan suatu kejadian yang amat penting
(darurat), seperti memperingatkan imam, atau memperingatkan orang yang akan
terjatuh, atau memberi izin kepada orang yang akan masuk kerumahnya, kalau laki-
laki hendaklah membaca tasbih dan kalau perempuan hendaklah bertepuk.
Adapun mendehem-dehem atau menunjuki bacaan imam apabila ia ragu-ragu atau
lupa tidaklah membatalkan sholat.
4. Banyak bergerak. Melakukan sesuatu dengan tidak ada perlunya seperti bergerak tiga
langkah atau memukul tiga kali berturut-turut. Karena orang yang dalam sholat itu
hanya disuruh mengerjakan yang bersangkutan dengan sholat saja, pekerjaan yang
lain hendaklah ditinggalkan.
Rosulullah Muhammad SAW bersabda:
Dari Ibnu Mas’ud, telah berkata Rosulullah Muhammad SAW, “sesungguhnya dalam
sholat itu sudah ada pekerjaan yang tertentu, tidak layak ada pula pekerjaan yang
lain.” (riwayat bukhori dan muslim)
Adapun apabila ada hajat kepada perbuatan yang lain, maka tidak ada halangan,
umpama sholat sewaktu sangat takut dalam peperangan, atau melihat kalajengking
atau ular akan menggigit, tidak ada halangan ia bergerak atau melangkah, begitu juga
bergerak yang sedikit seperti menggerakkan anak jari atau lidah karena demikian
tidak mengubah rupa aturan sholat.
5. Makan atau minum. Keterangan sebagai keterangan no. 4 dan keadaan makan dan
minum itu sangat berlawanan dengan keadaan sholat.
2. Sholat berjamaah
Apabila dua orang sholat bersama-sama dan salah seorang diantara mereka mengikuti
yang lain, maka keduanya dinamakan sholat berjamaah.
Orang yang diikuti (yang dihadapan) dinamakan imam dan yang mengikuti dibelakang
dinamakan makmum.
Firman Allah SWT:
“apabila engkau (Rosulullah Muhammad SAW) beserta mereka dalam peperangan,
sedang engkau bermaksud hendak sholat dengan mereka, maka hendaklah sebagian dari
mereka berdiri untuk sholat beserta engkau.” (an-nisa 102)
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari ibnu ummar, katanya Rosulullah Muhammad SAW telah berkata, “kebaikan sholat
berjamaah melebihi sholat sendirian sebanyak 27 derajat.” (riwayat bukhori dan muslim)
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari abu hurairoh: sesungguhnya seorang laki-laki buta telah memberitahukan kepada
Rosulullah bahwa ia tidak ada yang memimpinnya untuk pergi ke masjid dan ia minta
supaya dia dibolehkan sholat dirumahnya saja. Rosulullah Muhammad SAW
memperkenankan permintaannya. Dia dibolehkan sholat dirumahnya saja tidak usah
berjamaah, dari riwayat muslim dan nasal.
a. Hukum sholat berjamaah
Sebagian ulama mengatakan sholat berjamaah itu adalah fardhu ain, sebagian lagi
berpendapat bahwa sholat berjamaah itu fardhu kifayah, sebagian lagi berpendapat sunah
muakad, yang akhir ini hukum yang lebih layak, selain sholat jum’at. Menurut kaidah
persesuaian beberapa dalil dalam masalah ini seperti tersebut diatas berkata pengarang
Nailul authar: pendapat yang seadil-adil dan sehampir-hampirnya kepada yang betul
ialah sholat berjamaah itu sunah muakad.
Sholat lima waktu bagi laki-laki, berjamaah dimasjid lebih baik daripada sholat
berjamaah dirumah, kecuali sholat sunat, maka dirumah lebih baik, bagi perempuan
sholat dirumah lebih baik karena lebih aman bagi mereka.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
“hai manusia, sholatlah kamu dirumah kamu masing-masing, sesungguhnya sebaik-
baik sholat ialah sholat seseorang dirumahnya, terkecuali sholat lima waktu (maka di
masjid lebih baik),” (riwayat bukhori dan muslim)
Peringatan:
1. Sholat berjamaah makin banyak makin baik.
2. Masih mendapat kebaikan berjamaah apabila makmum masih dapat mengikutinya
sebelum imam memberi salam; akan tetapi makmum yang mengikutinya dari mula-
mula mendapat ganjaran lebih banyak dari makmum yang mengikutinya kemudian.
3. Imam hendaklah menjelaskan sholatya, kecuali kalau makmumnya hanya terdiri dari
kaum yang terbatas banyaknya, dan mereka suka diperpanjang.
b. Syarat-syarat sah mengikuti imam
1. Makmum hendaklah meniatkan mengikuti imam. Adapun imam tidak menjadi syarat
berniat menjadi imam hanya sunat agar ia mendapatkan ganjaran berjamaah.
Keterangan:
“sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat.” (riwayat bukhori dan
muslim)
2. makmum henaklah mengikuti imamnya dalam segala pekerjaannya. Maksudnya
makmum hendaklah membaca takbiratul-ikhrom sesudah imamnya, begitu juga
permulaan segala perbuatan makmum hendaklah terkemudian dari yang dilakukan
oleh imamnya.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
“sesungguhnya imam itu dijadikan imam supaya diikuti perbuatannya, apabila ia
telah telah takbir, hendaklah kamu takbir dan apabila telah rukuk maka hendaklah
kamu rukuk pula.” (riwayat bukhori dan muslim)
3. mengetahui gerak-gerik perbuatan imam. Umpamanya dari berdiri ke rukuk dari
rukuk ke i’tidal, dari i’tidal ke sujud, dan seterusnya, baik diketahui dengan melihat
imam sendiri maupun melihat saf (barisan) yang dibelakang imam, atau mendengar
suara imam, atau suara mubalighnya agar makmum dapat mengikuti imamnya.
4. Keduanya (imam dan makmum) berada dalam satu tempat. Umpamanya dalam satu
rumah. Setengah ulama berpendapat bahwa sholat disatu tempat itu tidak menjadi
syarat, hanya sunat, karena yang perlu mengetahui gerak-gerik perpindahan imam
dari rukun ke rukun atau dari rukun ke sunat dan sebaliknya agar makmum dapat
mengikuti gerak-gerik imamnya.
5. Tempat berdiri makmum tidak boleh berkemuka dengan imamnya. Yang dimaksud
disini ialah lebih terkemuka ke pihak kiblat. Bagi orang yang sholat berdiri, diukur
tumitnya, dan bagi duduk, pinggulnya. Adapun apabila berjamaah dimasjidil haram,
hendaklah saf mereka melengkung mengelilingi ka’bah, tidak salahnya makmum
lebih dekat ke ka’bah dari imam dipihak lain.
Susunan makmum:
Kalau makmum hanya seorang, hendaklah ia berdiri disebelah kanan imam, agak
kebelakang sedikit dan apabila datang seorang yang lain hendaklah ia berdiri
disebelah kiri imam, sesudah ia takbir, imam hendaklah maju ke depan atau makmum
kedua orang itu mundur ke belakang.
Daripada jabir, katanya: “saya telah sholat megikuti Nabi Muhammad SAW,
saya berdiri di sebelah kanan beliau, kemudian datang jabir bin sakhrim berdiri
disebelah kiri beliau, maka beliau ambil tangan kami keduanya sehingga beliau
dirikan kami dibelakang beliau.” (riwayat muslim)
Kalau jamaah itu terdiri dari beberapa saf, terdiri dari beberapa jamaah laki-
laki dewasa, kanak-kanak dan perempuan, maka hendaklah diatur saf sebagai berikut:
dibelakang imam saf laki-laki dewasa, kemudian saf kanak-kanak, kemudian saf
perempuan.
6. Imam hendaklah jangan mengikuti kepada yang lain. Imam itu hendaklah
berpendirian tidak terpengaruh oleh yang lain, kalau ia makmum tentu ia akan
mengikuti imamnya.
7. Hendaklah sama aturan sholat makmum dengan sholat imam. Artinya tidak sah
sholat fardhu, yang lima megikuti pada sholat gerhana atau sholat mayat, karena
aturan (cara) kedua sholat itu tidak sama, tetapi tidak beralangan orang sholat fardhu,
yang lima mengikuti orang sholat sunat yang sama aturannya, seperti orang sholat
isya mengikuti orang sholat terawih, dan sebaliknya, karena aturan dua sholat itu
sama.
8. Laki-laki tidak mengikuti perempuan. Berarti laki-laki tidak boleh menjadi makmum,
sedang imamnya perempuan. Adapun perempuan yang menjadi imam bagi
perempuan pula tidak beralangan.
9. Keadaan imam tidak ummi sedang makmum qori. Artinya imam itu hendaklah yang
baik bacaannya.
10. Janganlah makmum berimam kepada orang yang diketahuinya bahwa sholatnya
tidak sah (batal). Seperti mengikut imam yang diketahui oleh makmum bahwa ia
bukan orang islam atau ia berhadats atau bernajis badan atau pakaiannya atau
tempatnya. Karena imam yang seperti itu hukumnya tidak dalam sholat, sebagaimana
akan diikuti sholatnya.
c. Hukum masbuq
Masbuq adalah orang yang mengikut kemudian, ia tidak sempat membaca fatihah
beserta imam dirokaat pertama.
Hukumnya, jika ia takbir sewaktu imam belum rukuk, hendaklah ia membaca fatihah
seberapa mungkin. Apabila imam rukuk sebelum habis fatihahnya maka hendaklah ia
rukuk pula mengikuti imam. Atau didapatinya imam sebelum rukuk, maka ia hendaklah
rukuk pula. Ringkasnya ia hendaklah menurutkan bagaimana keadaan imam sesudah ia
takbiratul ihkrom.
Apabila masbuq mendapati imam sebelum rukuk atau sedang rukuk dan ia dapat
rukuknya sempurna bersama imam, maka ia mendapat satu rokaat, berarti sholatnya itu
terhitung satu rokaat. Kemudian hendaklah ditambah kekurangan rokaatnya jika belum
cukup sesudah imam memberi salam.
Sabda Rosulullah SAW:
“apabila seseorang diantara kamu datang sholat sewaktu kami sujud, maka hendaklah
kamu sujud, dan janganlah kamu hitung itu satu rokaat, dan barang siapa yang mendapati
rukuk beserta imam, maka ia telah mendapat satu rokaat.” (riwayat abu daud)
Adapun fatihahnya ditanggung oleh imam; ini pendapat jumhur ulama. Sebagian
ulama yang lain berpendapat bahwa masbuq tidak mendapat satu rokaat melainkan
apabila ia dapat membaca fatihah sebelum imam rukuk. Mereka beralasan sengan hadits
yang artinya:
“bagaimana keadaan imam ketika kamu dapati, hendaklah kamu ikut dan apa yang
ketinggalan olehmu hendaklah kamu sempurnakan.” (riwayat bukhori dan muslim)
d. Imam yang dibenci
Seorang yang menjadi imam masjid atau langgar atau tempat-tempat berjamaah yang
lain, tetapi kaum (orang banyak) yang berjamaah disitu benci kepadanya, sedang
kebencian mereka kepadanya disebabkan keagamaan, maka hukum imam yang seperti itu
menurut sebagian ulama haram dan sebagian lagi berpendapat makruh. Karena dengan
kebencian kepadanya itu, mereka tentu akan menjauhkan diri daripadanya dan sholat
berjamaah disitu akan berkurang ataupun mungkin juga akan menimbulkan fitnah yang
tidak diingini oleh agama islam.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari abudllah bin umar: telah berkata Rosulullah Muhammad SAW, “Allah tidak
menerima akan sholat orang yang menjadi imam diantara satu kaum, sedang mereka
benci kepadanya.” (riwayat abu daud dan ibnu majjah)
e. Halangan berjamaah
Boleh meninggalkan berjamaah karena beberapa halangan yang berikut:
1. Karena hujan yang menyusahkan perjalanan ketempat berjamaah.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari jabir: kami telah berjalan bersama-sama Rosulullah; dalam perjalanan kami
kehujanan. Rosulullah berkata: “orang yang hendak sholat, sholatlah dikendaraannya
masing-masing.” (riwayat ahmad dan muslim)
2. Karena angin yang kuat.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Adalah pada suatu malam yang dingin serta berangin badai, Nabi Muhammad SAW
menyuruh seseorang supaya berseru mengatakan: “ketahuilah! Sholatlah kamu diatas
kendaraanmu.” (riwayat syafi’i)
3. Sakit yang menyusahkan berjalan ketempat berjamaah.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
“tatkala Rosulullah Muhammad SAW dalam sakit, beliau tinggalkan sholat
berjamaah beberapa hari.” (riwayat bukhori dan muslim)
4. Karena lapar dan haus, sedangkan makanan sudah sedia, begitu juga ketika sangat
ingin buang air besar atau buang air kecil.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari aisyah, Rosulullah Muhammad SAW telah berkata, “jangan sholat sewaktu
makanan sudah sedia dan jangan pula sewaktu sangat ingin buang air.” (riwayat
bukhori dan muslim)
5. Karena baru makan makanan yang busuk dan baunya sukar dihilangkan, seperti
bawang, petai, jering 9jengkol), dan sebagainya.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
“barang siapa makan bawang merah atau bawang putih atau kucai maka jangan ia
mendekati masjid.” (riwayat bukhori dan muslim)
6. Dan halangan lainnya yang membawa kemusyaqqotan (kesulitan) untuk menjalankan
sholat berjamaah. Halangan itu terhadap orang yang mungkin berjamaah di
rumahnya. Adapun orang yang dapat berjamaah di rumahnya maka hendaklah
dijalankan berjamaah di rumahnya.
Halangan disini maksudnya adalah orang yang berhalangan itu tidak berdosa
meninggalkan berjamaah atas kata bahwa berjamaah itu wajib dan tidak makruh
meninggalkan berjamaah atas kata bahwa berjamaah itu sunah istimewa (sunah muakad).
3. Sholat jum’at
Sholat jum’at adalah sholat dua rokaat sesudah khotbah pada waktu dhuhur, di hari
jum’at.
a. Hukumnya
Sholat jum’at fardhu ain, artinya wajib atas tiap-tiap laki-laki yang dewasa yang
beragama islam merdeka dan tetap dalam negeri. Tidak wajib jum’at atas perempuan,
kanak-kanak, hambasahaya, dan orang yang sedang dalam perjalanan.
Firman Allah SWT:
“hai orang-orang yang beriman, apabila kamu diseru untuk sholat (mendengar bang) pafa
hari jum’at, maka hendaklah kamu segera mengingat Allah (sholat jum’at) dan
tinggalkanlah jual-beli.” (al-jumu’ah 9)
Yang dimaksud dengan jual-beli ialah segala pekerjaan selain urusan sholat.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Kata beliau, “hendaklah berhenti beberapa golongan dari meninggalkan jum’at, kalau tidak
Allah akan mencap hati mereka, kemudian mereka akan dimasukkan kedalam golongan
orang yang lalai.” (riwayat muslim)
b. Syarat wajib sholat jum’at
1. Islam, tidak wajib jum’at atas orang bukan islam.
2. Baligh (dewasa), tidak wajib jum’at atas anak-anak.
3. Berakal, tidak wajib jum’at atas orang bodoh atau orang gila.
4. Laki-laki, tidak wajib jum’at atas perempuan.
5. Sehat, tidak wajib jum’at atas orang yang sakit atau beralangan dan sebagainya.
6. Tetap dalam negeri, tidak wajib jum’at atas orang yang dalam perjalanan.
c. Syarat sah mendirikan jum’at
1. Hendaklah diadakan dalam negeri yang tetap yang telah dijadikan wathan (tempat-
tempat), baik dikota-kota maupun dikampung-kampung (desa), maka tidak sah
mendirikan jum’at diladang-ladang yang penduduknya hanya tinggal disana untuk
sementara waktu saja. Pada masa Rosulullah Muhammad SAW dan pada masa sahabat
yang empat tidak pernah terdiri jum’at melainkan di negeri yang tetap.
2. Berjamaah karena tidak pernah pada masa Rosulullah Muhammad SAW sholat jum’at
dilakukan sendiri-sendiri. Sekurang-kurang bilangan jamaah, menurut pendapat
sebagian ulama empat puluh orang laki-laki dewasa dari penduduk negeri, ulama yang
lain mengatakan: lebih dari empat puluh. Setengah ulama lagi berpendapat: cukup
dengan dua orang saja karena sudah berjamaah. Tentang bilangan ini tentu banyak
sekali pendapat-pendapat, akan tetapi karena kitab ini hanya untuk seperlunya serta
dengan seringkas-ringkasnya saja, maka pendapat-pendapat (mazhab) dan keterangan-
keterangan satu persatunya tidak dapat dibicarakan disini.
3. Hendaklah dikerjakan pada waktu dhuhur.
Sabda Rosulullah Muhammad SAW:
Dari annas, “adalah Rosulullah Muhammad SAW sholat jum’at ketika telah tergelincir
matahari.” (riwayat bukhori)
4. Hendaklah sholat jum’at itu didahului oleh dua khutbah.
Dari ibnu ummar adalah Rosulullah Muhammad SAW berkhotbah dua khotbah
pada hari jum’at dengan berdiri, dan beliau duduk diantara dua khotbah itu.” (riwayat
bukhori dan muslim)
d. Khotbah jum’at
Rukun dua khotbah jum’at:
1. Mengucapkan puji-pujian kepada Allah. Keterangan amal Rosulullah Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh muslim.
2. Salawat atas Rosulullah Muhammad SAW, sebagian ulama berkata bahwa salawat ini
tidak wajib, berarti bukan rukun khotbah.
3. Mengucapkan syahadat (bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan-Nya)
4. Berwasiat (bernasihat) dengan takwa dan mengajarkan apa-apa yang perlu kepada
pendengar, baik urusan agama maupun dunia seperti ibadah kesopanan, pergaulan,
perekonomian, pertanian, siasat dan sebagainya, serta dengan bahasa yang dipahami
oleh si pendengar.
5. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an pada salah satu kedua khotbah.
6. Mendoa untuk mukminin dan mukminat pada khotbah yang kedua. Setengah ulama
berpendapat bahwa doa dalam khotbah tidak wajib sebagaimana juga dilain khotbah,
tidak wajib.
1. Hendaklah kedua khutbah itu dimulai sesudah tergelincir matahari, keterangan amal
Rosulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh bukhori.
2. Sewaktu berkhotbah hendaklah berdiri jika kuasa, keterangan amal Rosulullah
Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh muslim.
3. Khatib hendaklah duduk diantara dua khutbah, sekurang-kurangnya berhenti sebentar,
keterangan amal Rosulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh muslim.
4. Hendaklah dengan suara yang keras kira-kira terdengar oleh bilangan yang sah jum’at
dengan mereka karena yang dimaksud dengan mengadakan khotbah itu ialah untuk
pelajaran dan nasihat kepada mereka.
5. Hendaklah berturut-turut, baik rukunnya, jarak keduanya, maupun antara kedua dengan
sholat.
6. Khatib hendaklah suci dari hadits dan najis keterangan amal Rosulullah Muhammad
SAW.
7. Khatib hendaklah menutup auratnya. Keterangan amal Rosulullah Muhammad SAW.
Peringatan:
Setengah ulama berpendapat bahwa khutbah itu hendaklah dengan bahasa arab, karena
pada masa Rosulullah Muhammad SAW dan sahabat-sahabat beliau, khotbah itu selalu
berbahasa arab, tetapi mereka lupa, keadaan pada waktu itu hanya memerlukan bahasa
arab, karena bahasa itulah bahasa yang umum dipergunakan oleh para pendengar. Mereka
lupa bahwa maksud mengadakan khotbah itu ialah memberikan pelajaran dan nasihat
kepada kaum muslim, dan yang mendengar diperintahkan supaya insaf (mendengarkan
dan memperhatika isi khotbah itu).
“apabila dibacakan orang Qur’an hendaklah kamu dengarkan, dan kamu perhatikan,
mudah-mudahan kamu mendapat rahmat.” (Al-a’raf 204)
Beberapa orang ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini diturunkan karena
bersangkutan dengan urusan khotbah.
Kalau khatib berkhotbah dengan bahasa yang tidak dipahami oleh si pendengar,
sudah tentu maksud khotbah itu akan sia-sia belaka. Dan sipendengar akan dipersalahkan
juga karena tidak menjalankan perintah. Sedang perintah itu, tidak dapat mereka jalankan
karena tidak mengerti, berarti kekuatan mereka tidak cukup untuk menjalankan perintah
tersebut. Jadi memberika pekerjaan kepada yang sudah terang tidak dapat
mengerjakannya, perintah demikian tidak berfaedah, hal ini tentu tidak layak timbul dari
agama yang maha adil.
“kami tidak mengirim urusan kami, melainkan dengan bahasa yang dipahami oleh
kaumnya agar ia dapat menerangkan apa-apa yang kami perintahkan kepada mereka.”
(ibrahim 4)
Allah SWT mengirim utusan-Nya dengan bahasa yang dapat dipahami oleh kaum
yang diperintahkan supaya utusan itu berfaedah kepada mereka.
Dengan keterangan yang singkat diatas itu, nyatalah kesalahan pendapat sebagian
ulama tadi, dan teranglah kepada kita bahwa khotbah-khotbah di indonesia hendaklah
dengan bahasa indonesia agar khotbah itu berguna kepada pendengar dan supaya
pendengar tidak berdosa karena melanggar perintah (tidak insaf). Juga khotbah itu
hendaklah berisi perkara-perkara yang berguna kepada si pendengar pada masa itu, urusan
yang bersangkut dengan soal umum.
عا
ً شو ِ ََويَ ِخ ُّرونَ ِل ْْل َ ْذق
ُ ان يَ ْب ُكونَ َويَ ِزيدُ ُه ْم ُخ
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’
Adapun perkara-perkara yang mengganggu kekhusyu'an adalah sbb:
1. Membersihkan tempat sholat dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi seperti gambar-
gambar dan ornamen yang menarik perhatian orang sholat. Aisyah r.a. pernah mempunyai
kelambu di rumahnya berwarna-warni, lalu Rasulullah memintanya agar menyingkirkan itu
karena itu mengganggu sholat beliau. (Bukhari).
2. Memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan menarik pandangan
mushalli dan mengganggu konsentrasinya dalam sholat. Rasulullah pernah sholat dan
terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-warni lalu beliau meminta untuk
menyingkirkannya. (Bukhari dll.).
3. Hindari solat di waktu makan. Rasulullah s.a.w. bersabda"Tidak baik sholat di hadapan
makanan" (Muslim). Riwayat lain mengatakan "Ketika maka malam sudah siap dan datang
waktu sholat, maka dahulukan makan malam" (Bukhari).
4. Hindari menanah buang air besar, kecil dan angin. Rasulullah s.a.w. melarang sholat sambil
menahan kencing (Ibnu Majah:sahih). Riwayat lain mengatakan bahwa Rasululllah s.a.w.
bersabda kalau kalian akan sholat dan ingin ke wc maka pergilah ke wc dulu (Abu
Dawud:sahih).
5. Hindari sholat dalam keadaan ngantuk berat. Rasulullah s.a.w. bersabda "Kalau kalian sholat
dan ngantuk maka tidurlah hingga ia mengerti apa yang dikatakan" (Bukhari).
6. Hindari sholat di tempat yang kurang rata atau kuarng bersih karena itu akan menganggu
konsentrasi saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda "Janganlah kau membersihkan tempat
sujudmu (dari kerikil) saat sholat, kalau terpaksa melakukannya maka itu cukup sekali (Abu
Dawud:sahih).
7. Jangan membaca terlalu keras sehingga mengganggu orang sholat di samping kita.
Rasulullah s.a.w. bersabda "Ingatlah bahwa kalian semua menghadap Allah, janganlah saling
mengganggu, jangan membaca lebih keras dari saudaranya dalam sholat" (Abu Dawud:
sahih).
8. Jangan tengak-tengok saat sholat. Rasulullah s.a.w. mengingatkan bahwa tengak-tengok
dalam sholat adalah gangguan syetan. (Bukhari). Dalam hadist lain dikatakan "Allah
senantiasa melihat hambanya saat sholat selama ia tidak menengok, kalau menengok maka
Allah meninggalkannya" (Abu Dawud: sahih).
9. Jangan melihat ke arah atas. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda "Ada orang-orang sholat
sambil menghadap ke atas, mudah-mudahan matanya tidak kembali" (Ahmad:sahih).
10. menahan mulut ketika ingin menguap. Sabda Rasulullah s.a.w. Ketika kalian menguap saat
sholat, maka tahanlah sekuatnya karena syetan akan masuk ke mulut kalian" (Muslim).
11. Jangan sholat seperti kebiasaan binatang. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. melarang
sholat seperti patukan gagak, duduknya harimau dan menjalankan ibadah di tempat yang satu
seperti onta (Ahmad: sahih).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh Allah SWT.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak menjadi masalah karena di
dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai praktek shalat.
Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir,
semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing
memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki paidah untuk
kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah
satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan
manfaat yang lainnya yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.
Artinya " shalat lima waktu dari shalat jum'at sampai shalat jum'at berikutnya adalah penghapus
seluruh dosa yang ada di antara keduanya, selama tidak ada dosa besar yang di
perbuatnya".(HR.Muslim dan Tarmidzi)
Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat” dengan waktu yang
cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia maupun akherat kelak, kami
memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami sampaikan ini terdapat banyak kesalahan dalam
makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk makalah-
makalah kami selanjutnya.
Daftar Pustaka
- H. Sulaiman rasyid, 1976, fiqh islam, jakarta, penerbit; KURNIA ESA (Jakarta)
- Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001)
- Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).
- Al-Qor’an dan terjemahannya
- Asas Agama Islam, Bulan Bintang, 1976
- Bimbingan Shalat lengkap,Mitra Umat,1998
- Mimbar Utama, Edisi September 2004
- https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/04/makalah-tentang-sholat-
wajib.html