ABSTRAK
Kawasan Pura Ulun Danu Tamblingan merupakan salah satu Warisan Budaya Dunia
(WBD) oleh UNESCO yang kelestariannya dapat diwujudkan dengan konsep pariwisata.
Daya tarik wisata pada kawasan berupa danau, hutan, pura, dan budaya lokal. Kurangnya
perhatian pemangku kepentingan (stakeholder) terkait pengelolaan kawasan, menjadi akar
permasalahan dari kurang optimalnya pengembangan kawasan wisata Pura Ulun Danu
Tamblingan. Photovoice menjadi metode dalam perencanaan partisipatif dengan tujuan
untuk merumuskan strategi pengembangan kawasan dan terpublikasi ke masyarakat yang
dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2018. Pengumpulan data primer dilakukan melalui
observasi lapangan, wawancara, dokumentasi foto dan Focus Group Disscuccion (FGD)
stakeholder. Data dianalisis dengan teknik analisis pohon isu dan Analisis Deskriftif
Kualitatif hingga mengasilkan strategi pengembangan kawasan yang selanjutnya
dipublikasikan dengan bantuan media sosial Instagram.
Kata kunci: Photovoice, Perencanaan partisipatif, Media sosial Instagram, WBD, Kawasan
Wisata Pura Ulun Danu Tamblingan.
A. PENDAHULUAN
Kawasan Pura Ulun Danu Tamblingan masuk kedalam kawasan Warisan Budaya Dunia
yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2012 yang juga merupakan bagian dari
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bedugul dan sekitarnya. Pada realitanya,
berdasarkan hasil wawancara kepada pengelola kawasan, hingga tahun 2018, Kawasan
Pura Ulun Danu Tamblingan sudah berkembang menjadi salah satu objek tujuan wisata di
Kabupaten Buleleng. Namun, ketersediaan dan kondisi infrastruktur penunjang wisata
kurang memadai ditambah dengan wajah kawasan Pura Ulun Danu Tamblingan tidak
tertata dan terkelola dengan baik. Pada aspek kelembagaan, Kawasan Wisata Pura Ulun
Danu Tamblingan hanya dikelola oleh Kelompok/ Seka Bendega.
Menurut Utari (2014), terdapat 4 (empat) komponen utama dari kawasan wisata yaitu
Atraksi Wisata, Amenitas, Aksesibilitas, dan Ancillary Service. Potensi dan permasalahan
ditinjau dari komponen kawasan kawasan sudah diidentifikasi melalui survei pendahuluan
dan dikonversi kedalam bentuk bagan oleh peneliti berdasarkan komponen “4A” yang
ditunjukkan pada Gambar 1.
1
Gambar 1. Bagan Potensi dan Permasalahan
Kawasan Wisata Pura Ulun Danu Tamblingan
2
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Kawasan Wisata Pura Ulun Danu Tamblingan. Waktu
pelaksanaan dari penelitian ini dilakukan dari Juli hingga Agustus tahun 2018. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, dokumentasi foto dan Focus Group
Disscuccion (FGD) stakeholder. Data dianalisis dengan teknik analisis pohon isu dan teknik
photovoice yang selanjutnya dipublikasikan ke masyarakat luas melalui media sosial
Instagram. Berikut merupakan penjabaran rinci dari tahapan penelitian :
1. Identifikasi Isu
Proses identifikasi isu pada kawasan diawali dengan identifikasi potensi dan
masalah yang dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara kepada pengelola
Kawasan Pura Ulun Danu Tamblingan. Potensi dan masalah dirangkum ke dalam
sebuah tabel. Selanjutnya, data potensi dan masalah dianalisis dengan teknik analisis
pohon isu untuk merumuskan isu strategis/ akar permasalahan pada kawasan.
Banyak istilah yang digunakan untuk pengertian analisis pohon isu. Issues trees
(pohon isu) merupakan pendekatan yang membantu merinci suatu masalah ke dalam
komponen-komponen penyebab utama dalam rangka menciptakan rencana kerja
proyek (Miller, 2004) dalam (Scarvada, 2004). Diagram sistematik atau diagram pohon
dirancang digunakan untuk mengurutkan hubungan sebab-akibat (Silverman, 1994).
Modul Pola menggunakan istilah pohon isu yang merupakan bagian dari analisis
pohon. Analisis pohon adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan mencari
sebab dari suatu akibat. Pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah
utama pada bagian atas dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan
tersebut ditempatkan pada sebelah bawahnya (arah alur proses dari atas ke bawah)
yang diilustrasikan pada Gambar 2.
3
3. Perumusan Strategi
Proses merumuskan strategi dilakukan dengan teknik photovoice dengan
metode Focus Group Discussion (FGD). Definisi metode FGD adalah melakukan
eksplorasi suatu isu/fenomena dan menyelesaikannya berdasarakan kesepakatan.
Kesepakatan dibuat berdasarkan interaksi antar partisipan pada FGD dengan cara
melakukan aktivitas saling bertanya dan saling menyampaikan pendapat berdasarkan
pengalaman tentang isu/fenomena yang sedang terjadi (Kitzinger dan Barbour, 1999)
dalam (Afiyanti, 2008). Selain itu, Metode FGD sebagai suatu metode untuk
memperoleh informasi melalui suatu interaksi sosial suatu kelompok individu yang saling
mempengaruhi (Hollander, 2004), (Duggleby, 2005) dan (Lehoux dkk, 2006) dalam
(Afiyanti, 2008).
Partisipan pada FGD adalah stakeholder (konsultan perencanaan) yang pernah
merencanakan Kawasan Wisata Pura Ulun Danu Tamblingan pada penyusunan
dokumen Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bedugul dan sekitarnya pada
tahun 2016. Jumlah partisipan untuk pelaksanaan kegiatan FGD sebanyak 6 (enam)
orang.
Teknik photovoice dalam hal ini dilakukan dengan menampilkan 4 (empat) foto
terpilih kepada partisipan untuk mendapatkan 1 (satu) foto terpilih yang selanjutnya
didiskusikan berdasarkan 5 (poin) pertanyaan. Daftar pertanyaan untuk didiskusikan
ditampilkan pada Tabel 1.
4
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan pada penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut:
5
Gambar 3. Pohon Isu pada Kawasan Pura Ulun Danu Tamblingan
6
Gambar 4a. Kondisi Kawasan Wisata Pura Ulun Danu Tamblingan
7
2. Strategi Pengembangan Kawasan
Foto yang terpilih dari hasil kegiatan FGD adalah foto Kondisi Kawasan Wisata Pura
Ulun Danu Tamblingan yang telah ditunjukkan pada Gambar 4a. Strategi pengembangan
kawasan dirumuskan berdasarkan hasil diskusi pada kegiatan FGD dengan teknik
photovoice seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.
2 Apa kenyataan yang terjadi pada Kondisi objek wisata yang tidak terkelola
kawasan? secara optimal sehingga kondisi lingkungan,
infrastruktur, aksesibilitas sebagai penunjang
kawasan tidak memadai. Namun, potensi
wisata tetap ada yang didukung oleh adanya
kebijakan mengenai pengembangan wisata
3 Mengapa hal tersebut dapat Pihak pemerintah tidak ada perhatian lagi,
terjadi ? sehingga masyarakat pengelola kawasan
kesulitan dalam pengelolaan kawasan
4 Bagaimana dampaknya dengan a) Kurang optimalnya pengembangan
keidupan kita ? kawasan ;
b) tidak lestarinya ikon kawasan sebagai
WBD dan KSPN ;
c) kurang optimalnya peningkatan
kesejahteraan masyarakat pengelola
kawasan ;
d) kurang optimalnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
8
mengenai isu dan strategi yang terjadi pada kawasan penelitian, sehingga masyarakat
dapat mengetahuinya dengan harapan tingkat partisipasi masyarakat maupun
stakeholder dalam rangka pengelolaan Kawasan Wisata Pura Ulun Danu Tamblingan
kedepannya. Hasil publikasi pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5a dan
Gambar 5b.
Gambar 5a. Publikasi Hasil Penelitian di Gambar 5b. Deskripsi pada Publikasi
Media Sosial Instagram Foto di Instagram
D. KESIMPULAN
Perencanaan partisipatif berbasis photovoice, efektif dilakukan untuk perumusan strategi
pengembangan Kawasan Wisata Pura Ulun Danu Tamblingan dan meningkatkan perhatian
masyarakat/ stakeholder terhadap kawasan. Isu strategis kawasan adalah “kurang optimalnya
pengelolaan kawasan oleh stakeholder”. Terdapat tiga strategi pengembangan kawasan, yaitu:
(1) Penguatan kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan swasta terkait pengelolaan
kawasan ; (2) Menyusun perencanaan pengembangan kawasan wisata Pura Ulun Danu
Tamblingan berbasis wisata edukasi budaya lokal dan konservasi lingkungan ; (3) Implementasi
dan evaluasi perencanaan kawasan sehingga dapat meningkatkan PAD dan kesejahteraan
masyarakat. Selanjutnya, publikasi hasil penelitian ini melalui media sosial Instagram
9
mendapatkan respon positif dari masyarakat yang menunjukkan adanya perhatian masyarakat
terhadap kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Utari, et al. (2014). Perencanaan Fasilitas Pariwiasta (Tourism Amanities) Pantai Pandawa
Desa Kutuh Kuta Selatan Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata, 2 (1).
Wang, C.C. (1999). Photovoice: A participatory action research strategy applied to women’s
health.Journal of Women’s Health, 8,185-192.
Oakley, P. (1991). Project with People: The Practice of Participation in Rural Development.
Saravanakumar,dkk. (2012).Social Media Marketing. Life Science Journal, 9 (4), 4444-44451.
Scarvada, A.J., et al. (2004). A Review of the Causal Mapping Practice and Research
Literature. Second World Conference on POM and 15th Annual POM Conference,
Cancun, Mexico, April 30 – May 3, 2004.
Silverman, et al. (1994). Using Total Quality Tools for Marketing Research: A Qualitative
Approach for Collecting, Organizing, and Analyzing Verbal Response Data.
Afiyanti, Y. (2008). Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) sebagai Metode
Pengmpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, 12 (1), 58-62.
10