Anda di halaman 1dari 153

Pendalaman Materi : Geografi

No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019

MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan

Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar, Prinsip, Pendekatan Geografi
dan Teori Lokasi

Dr. Wiwik Sri Utami, MP

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya


Modul 2 dengan Wilayah dan Pewilayahan Tiada daya dan upaya kecuali atas ijin-
Nya sehingga modul ini dapat dimanfaatkan untuk pendalaman materi geografi
dalam Pendidikan Profesi Guru. Semoga modul ini dapat benar-benar memberikan
manfaat kepada seluruh peserta PPG Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

Modul ini berisi pendalaman materi Geografi, yang terdiri atas empat
kegiatan belajar. Modul ini terbagi dalam 4 (empat) kegatan belajar (KB). KB.1
memuat tentang konsep dasar, prinsip, pendekatan, dan toeri lokasi, KB.2 memuat
tentang Wilayah Perdesaan dan Perkotaan, KB.3 memuat tentang Interaksi Desa
dan Kota serta KB.4 memuat Negara Maju dan Negara Berkembang. Modul
dilengkapi dengan soal tes formatif dan sumatif sebagai bahan evaluasi. Sebagai
pendamping dari modul ini, tersedia beberapa media pembelajaran berupa media
video model pembelajaran, video tutorial, video grafis, dan media presentasi yang
dapat digunakan untuk belajar secara mandiri.

Atas selesainya modul ini, penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih


sebesar-besarnya kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia melalui bidang-bidang yang terkait yang telah membiayai pembuatan
modul ini. Para penyelia : Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si., Prof. Dr. Enok Maryani,
M.Si., Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si., dan Dr. Mamat Ruhimat, M.Si. yang
telah banyak memberikan masukan guna penyempurnaan materi dalam modul ini.
Drs. Heroe Nugraha, M.I.Kom. dari Pustekom sebagai penyelia media yang telah
banyak memberikan ilmu dalam perbaikan media pembelajaran. Rekan-rekan
penyusun modul materi Geografi : Dra. Ita Mardiani, M.Kes., Dr. Eko Budiyanto,
M.Si., Dr. Nugroho Hari Purnomo, M.Si., Dr. Muzayanah, M.T., Drs. Agus
Sutedjo, M.Si. dan Ari Kurniawan, S.Kom., M.T. yang telah saling memberikan
masukan dan semangat selama penulisan modul ini.

i
Tiada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu buatan manusia yang
sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran dan masukan yang positif sangat penulis
harapkan untuk perbaikan modul ini di masa mendatang.

Surabaya, 1 Nopember 2019

Dr. Wiwik Sri Utami, MP

ii
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019

MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan

Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar, Prinsip, Pendekatan Geografi
dan Teori Lokasi

Dr. Wiwik Sri Utami, MP

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

iii
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
PETUNJUK BELAJAR .................................................................................. 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ....................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN .............................................................. 2
URAIAN MATERI .......................................................................................... 2
A. Ruang lingkup dan Obyek Geografi............................................................ 2
B. Cabang-Cabang Geografi .......................................................................... 3
C. Konsep-konsep geografi .......................................................................... 6
D. Pendekatan Geografi .............................................................................. 11
1. Pendekatan Spasial (Keruangan) .......................................................... 11
2. Pendekatan Ekologi (Lingkungan) ....................................................... 12
3. Pendekatan Regional (Kompleks Wilayah) .......................................... 13
E. Prinsip Geografi .................................................................................... 13
1. Prinsip Distribusi (Penyebaran) ............................................................ 13
2. Prinsip Interelasi (Keterkaitan) ............................................................. 14
3. Prinsip Deskripsi (Penggambaran) ....................................................... 14
4. Prinsip Korologi (Gabungan) ............................................................... 15
F. TEORI LOKASI ................................................................................. 16
RANGKUMAN .............................................................................................. 23
TES FORMATIF ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

iv
BIDANG KAJIAN :
WILAYAH DAN PERWILAYAH

KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR DAN TEORI LOKASI GEOGRAFI

PENDAHULUAN
Geografi merupakan studi yang mempelajari hubungan kausal gejala-
gejala yang terjadi di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik ataupun yang
menyangkut dengan kehidupan makhluk hidup beserta berbagai
permasalahannya dengan melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, serta
regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan
pembangunan.(Bintarto, 1981)
Obyek dasar Geografi memuat obyek material yang menyangkut
fenomena geosfer seperti litosfer, atmosfer, biosfer, pedosfer serta hidrosfer.
Obyek formal Geografi merupakan cara pandang/analisis terhadap fenomena
yang terjadi di muka bumi yang ditinjau dari 3 pendekatan antara lain
pendekatan keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Konsep dasar
Geografi memuat 10 konsep esensial dan mempunyai 4 prinsip dasar.
Dalam Kegiatan Belajar 1 (KB.1) juga memuat 3 teori lokasi antara
teori sewa lahan Von Thunen, teori Weber dan teori Christaller.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-1) ini sebaik-baiknya
dengan cermat.
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai
dengan materi dalam KB-1
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-1 ini.
Saudara harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus
dijawab dengan benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas.

1
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke KB
berikutnya

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup:
(1) Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai
ruang kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik
wilayah dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan
geografi; (5) Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah
lingkungan dan kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial
(Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk
pembangunan; dan (7) termasuk advance materials yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.1 Mampu menganalisis Hakekat dan literasi informasi geografi

3.4 Mampu menganalisis Karakteristik wilayah dan pewilayahan (regionalisasi)


berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi

URAIAN MATERI

KONSEP, PENDEKATAN PRINSIP DAN ASPEK GEOGRAFI

A. Ruang lingkup dan Obyek Geografi


Geografi merupakan studi yang mempelajari hubungan kausal
gejala-gejala yang terjadi di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik
ataupun yang menyangkut dengan kehidupan makhluk hidup beserta
berbagai permasalahannya dengan melalui pendekatan keruangan,
kelingkungan, serta regional untuk kepentingan program, proses, dan
keberhasilan pembangunan.(Bintarto, 1981)
Geografi merupakan suatu Ilmu yang mempelajari tentang
persamaan serta perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang

2
kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.(SEMLOK IGI
di Semarang, 1988)
Daldjoeni berpendapat bahwa geografi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan yang mengajarkan manusia tentang 3 hal pokok, yaitu spasial
atau ruang, ekologi, dan region atau wilayah. Dalam hal spasial (ruang),
geografi mempelajari persebaran gejala baik alami maupun manusiawai di
muka bumi. Dalam hal ekologi, geografi mempelajari tentang bagaimana
manusia harus mampu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Adapun dalam hal region (wilayah), geografi mempelajari tentang wilayah
sebagai tempat tinggal manusia dengan berdasarkan kesatuan fisiografinya.
(Daldjoeni)
Obyek geografi dibedakan menjadi obyek material dan obyek
formal. Obyek material adalah isi kajian atau sasaran Geografi. Secara
umum kajian Geografi adalah geosfer. Secara lengkap obyek material
geografi antara lain:
1. Litosfer sebagai lapisan batuan yang merupakan lapisan terluar dari
bumi
2. Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi
3. Hidrosfer merupakan lapisan air di bumi yang meliputi perairan darat,
perairan laut, air tanah
4. Pedosfer adalah lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan fisika,
biologi maupun kimiawi
5. Biosfer merupakan lapisan di muka bumi tempat hewan, tumbuhan,
manusia hidup.
Obyek formal geografi merupakan cara pandang terhadap suatu fenomena
geosfer yang terjadi di muka bumi baik aspek fisik maupun aspek sosial
yang dipandang dari sudut keruangan atau spasial.

B. Cabang-Cabang Geografi
1. Geografi Fisik
Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik permukaan
bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Kajian geografi
fisik ditunjang oleh ilmu-
ilmu geologi, geomorfologi, pedologi, meteorology,

3
klimatologi, hidrologi, oseanografi, dan biogeografi. Geografi fisik tidak dapat
dilepaskan dengan factor manusia, hal ini akan menjelaskan tentang perbedaan
geologi dengan geografi. Geologi menekankan kepada gejala dan proses alam dari
bumi, sedangkan geografi fisik selalu terkait dengan kehidupan manusia. Geograf
i
fisik meninjau gejala dan proses alam dari kulit bumi dalam kaitannya dengan
kehidupan manjusia. Kulit bumi ditinjau sebagai sumberdaya yang bermanfaat
dan mempengaruhi kehidupan manusia.

2. Geografi Manusia
Geografi manusia merupakan cabang dari geografi yang obyek kajiannya adalah
aktivitas manusia di permukaan bumi. Geografi manusia terbagi kedalam geografi
penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman, dan geografi
sosial (minor).
a). Geografi penduduk (Population Geography)
Obyek studi geografi penduduk berupa aspek keruangan dari penduduk,
meliputi penyebaran,kepadatan, perbandingan jenis kelamin, angka kelahiran,
angka kematian, migrasi dan sebagainya. Pada geografi penduduk dipelajari
segala aspek keruangan yang berkenaan dengan manusia sebagai penduduk
suatu wilayah. Selain geografi penduduk dikenal juga kajian lain tentang
kependudukan, yaitu demografi. Demografi berbeda dengan geografi
penduduk, demografi lebih terfokus pada kajian dinamika kependudukan tanpa
mengkaji aspek keruangannya. Sedangkan geografi penduduk menekankan
pada aspek perubahan kependudukan dalam kaitan dengan sebab akibat
kondisi ruang tempat tinggalnya.
b). Geografi Politik (Political Geography)
Geografi politik mempelajari tentang aspek keruangan permukiman atau
kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional dengan dasar
kondisi lingkungan geografis.
c). Geografi Sosial (Social Geography)
Geografi social yang dimaksud di sini adalah geografi social minor atau sering
disebut dengan sociological geography/geografi sosiologi. Geografi social
mempelajari aspek keruangan dalam perilaku penduduk, organisasi social dan
unsure kebudayaan dan kemasyarakatan. Geografi social erat hub jungannya
4
dengan studi sosiologi dan mencakup penekanan pada studi hubungan aspek
ruang dengan permukiman penduduk, bahasa dan religi.
d). Geografi Permukiman (Settlement Geography)
Geografi permukiman mempelajari tentang perkembangan permukiman di
suatu wilayah, mempelajari sejarah kawasan hunian manusia,bentuk dan pola
permukiman, dan faktor-faktor geografis yang mempengaruhi perkembangan
pola permukiman tersebut.
e). Geografi Ekonomi (Economical Geography)
Titik berat studi dalam geografi ekonomi adalah aspek keruangan dalam
hubungannya dengan struktur ekonomi penduduk suatu tempat. Faktor
lingkungan alam ditinjau sebagai factor pendukung (sumberdaya) atau
sebagai penghambat aktivitas ekonomi. Geografi ekonomi dapat diuraikan lagi
menjadi geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi
pariwisata dan geografi transportasi.

3) Geografi Wilayah (Regional Geography)


Geografi regional mempelajari tentang variasi penyebaran ruang pada
wilayah yang memiliki kesamaan ciri baik lokal, regional, maupun lingkup
global/internasional.
Dalam geografi regional karakteristik wilayah merupakan suatu hal yang pentin
g
sebagai dasar perwilyahan. Geografi regional tidak selalu atau tidak hanya
mempelajari negara-negara akan tetapi juga mempelajari regionalisasi atau
perwilayahan yang mempunyai kesamaan ciri atau kekhasan. Geografi regional
bukan merupakan cabang geografi.

4) Geografi Tehnik
Geografi Tehnik lebih menekankan pada tehnik yang dipergunakan dalam studi
dan analisis geografi. Dalam kajian geografi dikenal ketehnikan seperti karto
grafi(pemetaan), fotogrametri, penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geograf
is (SIG).

5
C. Konsep-Konsep Geografi
Konsep essensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk
mengungkapkan atau menggambarkan secara abstrak fenomena essensial dari
obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar geografi
merupakan elemen penting dalam memahami fenomena yang terjadi.

Geografi sering menelaah tentang cara memandang bumi dengan


cara yang berbeda. Dalam mempelajari Geografi terdapat 10 konsep esensial
Geografi. Adapun 10 konsep esensial tersebut antara lain: Konsep lokasi,
jarak, nilai kegunaan, keterjangkauan, pertalian wilayah (areal coherence), interak
si
keruangan (spatial Interaction), aglomerasi, pola, morfologi, differensiasi areal

1. Lokasi
Letak suatu tempat memiliki nilai yang berbeda, baik secara ekonomis,
lingkungan, sumber daya, politis, dan pertahanan keamanan. Perbedaan
potensi yang dapat dimanfaatkan berbagai aktivitas memberikan pengaruh
terhadap sistem, pola penggunaannya baik secara fisis maupun sosial, seperti
berikut ini :
· Nilai suatu tempat (kestrategisan). Nilai suatu tempat akan mahal harganya
jika berada di pusat kota dibandingkan dengan di pinggiran kota.
· Sistem dan pola pengolahan lahan. Sistem dan pola pengolahan pertanian
di lereng pegunungan akan berbeda dengan di daerah dataran.
· Sistem budaya. Tehnik dan sistem pengolahan serta adat istiadat di daerah
dekat pantai maka akan berbeda dengan tehnik dan sistem pengolahan
serta adat istiadat di daerah pegunungan.

Lokasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu lokasi relatif dan lokasi absolut.
a. Lokasi Relatif
Adalah lokasi yang artinya bisa berubah-bah karena dipengaruhi daerah
sekitarnya. Misalnya desa X lebih baik aksesibilitasnya dibandingkan desa Y,
karena desa X berada di tepi jalan, sedangkan desa Y jauh di pedalaman.
b. Lokasi Absolut
Adalah lokasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur (bersifat tetap) misal
nya letak kota Surabaya, Palembang, Wamena.

6
Selain itu juga lokasi dapat ditinjau dari :
a. Tinjauan fisiografis, yaitu letak astronomi dan geografis
Letak astonomi, berkaitan dengan :
- letak suatu negara/wilayah ditinjau dari garis lintang dan bujur
- Iklim Contoh: iklim tropis, subtropis
- Aktivitas Penduduk
b. Letak geografis, yaitu letak yang ditinjau berdasarkan hubungan tempat-
tempat sekitarnya
Contoh : Indonesia terletak diantara 2 samudera yaitu samudera Hindia
dan samudera Pasifik dan terletak diantara 2 benua yaitu benua
Asia dan benua Australia

2. Konsep Jarak
Jarak suatu ruang dengan ruang lain serta berbagai aktivetasnya akan berkaitan
dengan nilai, kestrategisan, kemudahan, frekuensi, interaksi dan interpendensi
antar ruang. Jarak diperhitungkan karena hal berikut ini :
a. Kestrategisan suatu ruang untuk berbagai aktivitas
Pusat perbelanjaan akan mempunyai nilai strategis apabila terletak di daerah
pemukiman yang ramai dan padat
b. Kemudahan terjadimya interaksi antar ruang
Jarak tempat aktivitas penduduk dengan pemukiman dekat maka akan
memudahkan terjadinya interaksi
c. Frekuensi interaksi, dan interelasi ruang
Jarak yang dekat dan mudah dengan perbedaan potensi ruang akan
memperlancar dan sering terjadinya interaksi dan interelasinya.

Jarak dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Jarak Absolut
Jarak yang sebenarnya yang terdapat dilapangan atau dua tempat
yang diukur jaraknya dengan berdasarkan satuan jarak (km, m)
b. Jarak Relatif :
Jarak yang tidak sebenarnya, biasanya diukur berdasarkan satuan waktu.

3. Konsep Nilai Kegunaan

7
Nilai kegunaan berkaitan dengan manfaat dari fenomena yang ada di permukaan
bumi yang bersifat relatif. Selain itu suatu tempat dalam ruang mempunyai nilai
yangberbeda bagi setiap orang dengan alasan produktif, rekreasi, seperti berikut :
a. Sawah mempunyai nilai tinggi bagi petani dibandingkan bagi nelayan karena
sawah dapat memberikan nilai yang tinggi bagi petani dibandingkan dengan
nelayan
b. Daerah Puncak (Bogor), Trawas (Mojokerto), Batu, Prigen (Pasuruan) yang
berhawa sejuk mempunyai nilai kegunaan yang lebih tinggi
bagi penduduk yang biasa tinggal di daerah panas karena daerah-daerah
tersebut memiliki iklim yang sejuk. Ini akan berbeda nilai wilayah terbut jika
dilihat dan dirasakan oleh penduduk yang berasal dari daerah Puncak, Prigen,
Batu, dan Trawas.
c. Kesibukan dan kebisingan yang sering dijumpai di perkotaan pada umumnya
sering memicu kejenuhan, stres yang tinggi, tuntutan pekerjaan sewaktu
waktu membuat orang jenuh, sehingga
timbul keinginan untuk berekreasi kesuatu tempat misalnya, ke Anyer,
Puncak, Batu, Trawas, Gunung Ijen yang mempunyai nuansa berbeda untuk
melepaskan penat dan kejenuhan dalam kehidupan.

4. Konsep Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan berkaitan dengan keadaan permukaan bumi dan keterse
diaan sarana dan prasarana angkutan atau komunikasi seperti berikut ini :
a. Kota Jakarta ke kota Surabaya dapat ditempuh dengan
dengan menggunakan kereta api, pesawat terbang lebih mudah dan
cepat dibandingkan dengan kendaraan umum, karena jalan raya dari kota
Jakarta ke kota Surabaya sering macet.
b. Jarak Surabaya hingga Kabupaten Ngawi lebih kurang 280 Km, saat ini
dapat ditempuh hanya dalam waktu 1,5-2 jam. Karena ke dua kota telah
dihubungkan dengan jalur tol yang bebas hambatan.

5. Pertalian Wilayah/Keterkaitan Ruang (areal coherence)


Hubungan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya yang
merupakan suatu keterkaitan keruangan. Hal ini mendorong terjadinya sebab-
akibat antar wilayah. Contoh kasus kabut dan asap akibat kebakaran hutan di
8
pulau Sumatera dirasakan sampai negara tetangga seperti Malaysia dan
Singapura karena kedekatan pulau Sumatera dengan kedua negara tetangga
Indonesia tersebut.

6. Interaksi /Interdependensi
Interaksi atau interpendensi merupakan terjadinya hubungan yang saling
mempengaruhi antara suatu gejala dengan gejala lainnya. Definisi lain
menyatakan keterkaitan dan ketergantungan satu daerah dengan daerah lain
untuk saling memenuhi kebutuhannya.
Contoh interaksi interpendensi adalah daerah pedesaan sebagai penghasil
komoditas pangan yang dibutuhkan dan dipasarkan di wilayah perkotaan seperti
sayur mayut, dan bahan pangan lainnya. Sedangkan produk-produk yang
dihasilkan di wilayah perkotaan seperti baju, kain, barang elektronik
didistribusikan di wilayah perdesaan.

7. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi adalah kecenderungan persebaran gejala geografis yang ada di muka
bumi yang mengelompok pada suatu tempat. Hal ini disebabkan ada faktor-
faktor yang berkaitan dengan aktivitas manusia yang menguntungkan atau
keseragaman. Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempun
yai
tingkat kehidupan sejenis. Oleh karena itu, timbul istilah daerah elit, kumuh dan
lainnya. Di perdesaan, penduduk umumnya mengelompok di daerah yang subur.
Meskipun mempunyai sifat, kewajiban dan hak yang sama, tetapi dalam aktifitas
nya terjadi pengelompokan seperti berikut ini:
a. Penduduk cenderung mengelompok berdasarkan pekerjaan, budaya,
etnis yang sama sehingga timbul klasifikasi daerah elit dan daerah kumuh,
adanya kampung Jawa di Bali, Kampung Arab dan Pecinan.
b. Penduduk cenderung terjadi pengelompokan berdasarkan kepentingan
yang sama sehingga timbul rumah kontrakan, ikatan profesi.

9
c. Pengelompokkan industri di suatu tempay seperti SIER (Surabaya Industri
Estate Rungkut), PIER (Pasuruan Industrian Estate), NIP (Ngoro Industrial
Persada) di Kabupaten Mojokerto.

8. Konsep Pola
Konsep esensial geografi berikutnya adalah pola (pattern). Pola adalah bentuk,
struktur, dan persebaran fenomena atau kejadian di permukaan bumi baik gejala
alam maupun gejala sosial. Pola juga dapat diartikan sebagai tatanan geometris
yang beraturan sebagai bentuk interaksi manusia dengan lingkungannya.
Contoh pola dalam konsep geografi antara lain pembangunan pemukiman
penduduk dibangun memanjang mengikuti jalan raya atau aliran sungai. Pola
lain ditunjukkan pertanian yang ada di pegunungan yang menggunakan sistem
sengkedan karena mengikuti lahan miring.

9. Konsep Morfologi
Hasil proses alam membentuk bentuk permukaan bumi yang
berbeda. Bentuk muka bumi sangat mempengaruhi aktivitas manusia dalam
kehidupan sehari-hari, seperti berukut ini.
a. Akibat proses alam daerah pantai,maka pola permukiman akan sejajar de
ngan pantai dan aktivitasnyaberkaitan dengan laut tambak dan nelayan.
b. Bentuk aktivitas pertanian yang ada di lereng pegunungan yang
berbukit-bukit dangan sifat tanahnya dan
kondisi air dalam, maka aktivitas pertaniannya berupa tegalan atau perke
bunan.

10. Diferensiasi Areal (Perbedaan Keruangan)


Diferensiasi areal secara umum adalah fenomena yang berbeda antara tempat
yang satu dengan tempat yang lain. Diferensiasi areal membandingkan antara
dua wilayah untuk menunjukkan adanya perbedaan antara satu wilayah dengan
wilayah lain karena tiap wilayah memiliki karakteristik yang unik.

Contoh diferensiasi areal adalah mata pencaharian penduduk daerah pantai


kebanyakan adalah nelayan, tapi di dataran tinggi kebanyakan warganya
menjadi petani.
10
Perbedaan ruang ini menimbulkan terbentuknya differensiasi areal seperti :
a. Perbedaan nilai menimbulkan gejala dan pengelompokkan sebagai berikut :
• jarak dekat, sedang, dan jauh
• pemukiman padat, sedang dam jarang
• rumah/ tanah mahal, sedang dan murah
• kaya, sedang dan miskin
b. Karakteristik suatu ruang dapat ditinjau dari potensi sember daya dan budaya
masyarakat, sebagai berikut :
• Daerah pegunungan/dataran tinggi menghasilkan sayuran, buah-
buahan, perikanan laut dari daerah pantai,
• padi dari daerah dataran rendah, dst
• Daerah pesantren, kawasan pendidikan dan sebagainya.
• keterkaitan keruangan (Proses Keruangan)
Oleh karena suatu ruang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri maka akan
terjadi interaksi, interelasi dan interpendensi antar ruang dipernukaan bumi.
Kurangnya potensi suatu ruang akan diikuti dengan pergerakan manusia sehing
ga terjadi keterkaitan antar ruang

D. Pendekatan Geografi
Dalam Geografi, pengkajian fenomena geosfer sering dianalisis menggunakan
pendekatan geografi yang sebagai perwujudan cara pandang geografi terhadap
fenomena geoasfer. Ada tiga pendekatan geografi yaitu pendekatan keruangan
(spasial), pendekatan lingkungan (ekologi) dan pendekatan kompleks wilayah
(regional).

1. Pendekatan Spasial (Keruangan)


Pendekatan keruangan atau spacial analysisi merupakan salah satu dari
3 pendekatan geografis. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang khas dalam
geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan
menelaah masing-masing aspek-aspek keruangannya.
Dalam pendekatan ini peneliti akan mengkaji kesemaan atau perbedaan
suatu fenomena geosfer lewat aspek keruangan. Aspek-aspek ruang dan spasial
geografi meliputi faktor lokasi, kondisi alam dan kondisi sosial budaya

11
masyarakat. Peneliti juga harus memperhatikan distribusi/persebaran, interelasi
dan interaksinya.
Pada akhirnya, diharapkan akan didapatkan manfaat bagi manusia
terkait dengan pendekatan spasial geografis ini baik dalam aspek hidrologi,
pedologi dan klimatologi.
Contoh:
pendekatan keruangan atau spasial misalnya sebidang tanah berharga mahal
karena tanahnya bersifat subur dan terletak di tempat yang strategis. Peneliti
menilai nilai tanah berdasarkan produktivitas pertanian dan nilai ruangnya yaitu
letak yang strategis.

2. Pendekatan Ekologi (Lingkungan)


Pendekatan ekologi didasarkan pada prinsip ilmu biologi yaitu interelasi
yang menonjol antara makhluk hidup dan lingkungannya. Tujuan dilakukan
pendekatan ini adalah untuk mengkaji fenomena geosfer dengan
memperhatikan interaksi antara organisme dengan lingkungannya.
Aspek yang diteliti dalam pendekatan lingkungan antara lain adalah
interaksi komponen fisikal (alamiah) dan nonfisik (sosial). Selain itu,
pendekatan geografi ini juga berfokus pada perilaku organisme dan perubahan
fenomena lingkungan yang terjadi secara mandiri tanpa keterkaitan.
Contoh :
pendekatan ekologi dapat dilihat pada fenomena banjir di suatu daerah.
Fenomena ini bisa diidentifikasi melalui tahapan-tahapan dalam pendekatan
ekologi yang hasilnya kemudian dapat dianalisa untuk menemukan solusi
masalah.
Identifikasi yang dilakukan meliputi identifikasi kondisi
fisik, identifikasi sikap dan perilaku masyarakat serta analisis interaksi. Pertama
dilakukan identifikasi fisik untuk menemukan kondisi fisik lingkungan yang
mendorong terjadinya fenomena banjir, misalnya seperti topografi, jenis tanah,
curah hujan dan kondisi bangunan di daerah banjir tersebut.
Kemudian dilakukan identifikasi sikap dan perilaku masyarakat
untuk menemukan sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola alam di
lokasi tersebut, misalnya alih fungsi lahan pertanian, penggundulan hutan,
kebiasaan membuang sampah dan pola pemukiman yang dibangun di daerah
12
tersebut. Terakhir dilakukan analisis interaksi ekologi terkait hubungan antara
identifikasi fisik dan sikap yang dianalisis untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah.

3. Pendekatan Regional (Kompleks Wilayah)


Pendekatan regional atau analisis kompleks wilayah dilakukan
dengan membandingkan berbagai kawasan di muka bumi dengan
memperhatikan aspek-aspek keruangan dan lingkungan secara komprehensif.
Secara umum, pendekatan ini merupakan gabungan antara pendekatan spasial
dan ekologi.
Analisis ini menekankan adanya diferensiasi areal atau perbedaan
karakteristik pada tiap-tiap wilayah di bumi. Hal ini kemudian mendorong
adanya interaksi antara suatu wilayah dengan wilayah lain. Nantinya hasil
pendekatan studi wilayah kemudian tertuang menjadi peta dan dipelajari
melalui disiplin ilmu kartografi.
Contoh
pendekatan regional adalah dalam membangun rumah atau bangunan harus
dilihat dari karakteristik wilayahnya. Misalkan membangun rumah di daerah
rawan banjir atau dekat pantai maka fondasi akan lebih ditinggikan untuk
mengantisipasi terjadinya banjir atau pasang air laut.
(https://www.zonareferensi.com/pendekatan-geografi/

E. Prinsip Geografi
Secara umum ada 4 prinsip prinsip geografi yang ada, meliputi prinsip
distribusi, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi. Berikut
merupakan pembahasan dan penjelasan prinsip geografi beserta contohnya,
definisi, pengertian dan ruang lingkup geografi lengkap.

1. Prinsip Distribusi (Penyebaran)


Prinsip distribusi atau penyebaran merupakan salah satu dari 4 prinsip
ilmu geografi yang paling utama. Fungsi prinsip persebaran ini digunakan
untuk menelaah gejala dan fenomena geografi yang tersebar di permukaan bumi

13
secara tidak sama dan tidak merata. Fenomena geografi yang diteliti bisa
berupa bentang alam, tumbuhan, hewan dan manusia.
Tujuan lain penggunaan prinsip penyebaran ini juga dapat mengungkap
hubungan antara satu fenomena dengan fenomena yang lainnya secara
menyeluruh. Selain itu adanya prinsip distribusi dapat digunakan untuk
meramalkan keadaan di masa yang akan datang.
Contoh prinsip distribusi (penyebaran)
• Persebaran flora dan fauna di wilayah Indonesia
• Persebaran potensi air yang berbeda dari satu tempat dengan tempat
lainnya
• Persebaran total penduduk transmigran di Indonesia yang tidak merata

2. Prinsip Interelasi (Keterkaitan)


Prinsip geografi berikutnya adalah prinsip interelasi atau keterkaitan.
Fungsi prinsip interelasi ini digunakan untuk menelaah hubungan yang saling
terkait antara gejala yang satu dengan gejala geografi yang lain dalam suatu
ruang. Tujuan prinsip ini juga berfungsi untuk menguraikan hubungan yang ada
di dalam ruangan tersebut antara satu gejala dengan gejala yang lainnya.
Adanya hubungan yang saling terkait antara alam dan manusia
menyebabkan dibutuhkannya prinsip keterkaitan atau sebab-akibat ini.
Interelasi dapat terjadi antara alam dengan alam, manusia dengan manusia,
maupun alam dengan manusia.
Contoh prinsip interelasi (keterkaitan)
• Kekeringan yang terjadi sebagai dampak adanya fenomena La Nina
• Fenomena banjir akibat adanya penebangan hutan di wilayah hulu
• Kondisi iklim di Indonesia yang dipengaruhi oleh letak geografis
Indonesia
• Penduduk pesisir pantai banyak yang menjadi nelayan karena dekat
dengan wilayah lautan.

3. Prinsip Deskripsi (Penggambaran)


Prinsip deskripsi atau penggambaran menjadi salah satu prinsip geografi
berikutnya. Fungsi prinsip deskripsi digunakan untuk memberikan penjelasan
lebih jauh tentang gejala-gejala yang terjadi di muka bumi yang dapat
14
diamati. Prinsip deskripsi ini pada intinya memberikan penjelasan yang lebih
mendalam mengenai karakteristik yang spesifik pada gejala-gejala geografi.
Geografi menganut prinsip ini ditujukan untuk menggambarkan
fenomena geosfer yang memerlukan deskripsi baik melalui tulisan, tabel,
gambar dan grafik yang disajikan melalui fakta, gejala dan masalah sebab-
akibat secara kualitatif atau pun kuantitatif.
Contoh prinsip deskripsi (penggambaran)
• Tabel angka pengangguran di provinsi Jawa Timur
• Grafik peta lempeng tektonik di dunia
• Peta wilayah lautan di kawasan Asia Tenggara
• Gambar persebaran curah hujan di Indonesia

4. Prinsip Korologi (Gabungan)


Contoh prinsip geografi yang terakhir adalah prinsip korologi atau
gabungan yang memadukan dari gabungan 3 prinsip geografi yang sudah
dibahas sebelumnya. Fungsi prinsip korologi ini bertujuan untuk menelaah
gejala, fakta maupun permasalahan yang ada di suatu tempat yang ditinjau dari
persebarannya, interelasinya, interaksinya dan integrasinya dalam ruang
tertentu.
Prinsip korologi ini merupakan prinsip geografi yang komprehensif
karena memadukan prinsip-prinsip lainnya yaitu prinsip distribusi, prinsip
interelasi serta prinsip deskripsi dalam satu prinsip yaitu prinsip korologi.
Prinsip ini juga termasuk sebagai ciri-ciri geografi modern.

Contoh prinsip korologi (gabungan)


• Untuk meneliti masalah hujan harus diteliti mengenai persebaran curah
hujan di Indonesia, penyebab kenapa adanya perbedaan curah hujan di
berbagai daerah serta dampak yang ditimbulkan dari tingginya curah
hujan di wilayah tertentu
• Untuk meneliti masalah suhu udara maka harus diteliti mengenai
perbedaan suhu udara di pedesaan dan perkotaan, penyebab timbulnya
pedesaan serta pengaruh banyaknya pepohonan di desa terhadap suhu
udara di wilayah pedesaan dibanding perkotaan

15
F. TEORI LOKASI
1. Teori Von Thunen
Von Thunen adalah seorang yang berkebangsaan Jerman, telah
mengusahakan lahan pertaniannya selama 40 tahun. Berdasarkan
pengalamannya dia mengemukan satu model atau teori tentang letak tataguna
lahan pertanian. Model tersebut menunjukkan adanya perbedaan tentang
tataguna lahan dengan bertambahnya jarak dari pasar. Ada dua hal yang
dikemukan oleh Von Thunen yaitu:
a. Produktivitas suatu jenis tanaman akan berkurang atau menurun dengan
bertambahnya jarak dari pasar. Produktivitas diukur dari segi input pertanian,
termasuk banyaknya tenaga buruh, modal, alat bajak, benih dan sebagainya
yang digunakan bagi setiap bidang lahan.
b. Jenis penggunaan lahan akan berbeda dengan bertambahnya jarak dari pasar.
Von Thunen untuk menguji teorinya mengajukan beberapa hipotesis.

Adapun hipotesis yang digunakan Von Thunen adalah sebagai berikut:


1) Ada sebuah negara terpencil yang hanya mempunyai sebuah pusat
pasaran yang letaknya di tengah-tengah.
2) Pusat pasaran tersebut hanya merupakan satu-satunya untuk
memasarkan hasil pertanian di negara tersebut. Produksi pertanian
hanya merupakan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
kota tersebut. Semua petani akan menerima harga penjualan sama
dengan di pusat pasaran.
3) Wilayah di seluruh nagara itu adalah seragam dari segi kesuburan, iklim,
topografi dan keadaan fisik lainnya.
4) Setiap petani berusaha untuk memaksimumkan keuntungan dari
aktivitas pertaniannya.
5) Transportasi ke kota hanya dengan kereta kuda atau berjalan kaki saja.
6) Biaya transportasi hanya ditentukan oleh jauhnya jarak perjalanan.
7) Tidak ada hubungan dengan penduduk di luar nagara itu dan nagara
tersebut adalah tertutup dan mampu memenuhi keperluannya sendiri.

Untuk menentukan nilai lahan Von Thunen menggunakan sewa lahan dari
lokasi dimana lahan berada. Von Thunen melihat berbagai tanaman yang

16
dihasilkan oleh daerah-daerah subur dekat pusat pasaran dan ditemukan
sewa lahannya lebih tinggi dari daerah yang jauh dari pusat pasaran.
Menurutnya sewa lahan berkaitan dengan perlunya biaya transportasi dari
daerah yang jauh ke pusat pasaran. Pengaruh biaya transportasi dalam
kaitannya dengan perpindahan produk

Gambar 1.a. Sewa Lahan Von Thunen


Sumber: https://www.researchgate.net/publication/267306816

Gambar 1.b. Teori Sewa Lahan Von Thunen

17
Dalam Gambar 1.b dilukiskan bahwa semakin jauh lokasi lahan dari pasar akan
menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak sejauh
0 Km tepat di lokasi pasar, biaya transportasi setinggi nol dan biaya total
setinggi OC dan pada jarak OK Km biaya total itu menjadi KT, karena biaya
transportasi meningkat menjadi UT, kemudian bila harga barang yang diangkut
setinggi OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besar land
rent adalah CP. Jadi land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak
lokasi lahan dengan pasar.

Gambar 2. Kaitan Jarak dan biaya Sewa Lahan


http://www.radarplanologi.com/2015/10/teori-lokasi-von-thunen.html

Gambar 2 model Von Thunen di atas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
“isolated area” yang terdiri dari dataran yang “teratur”, yang kedua yaitu
kondisi yang “telah dimodifikasi” (terdapat sungai yang dapat dilayari). Semua
penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing,
dimana dalam kasus ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota).
Banyaknya kegiatan yang berpusat pada kota atau pusat pasar ini menjadikan
kota memiliki nilai yang lebih ekonomis untuk mendapatkan keuntungan
maksimal bagi para pelaku pertanian. Faktor jarak juga menentukan nilai suatu
barang, semakin jauh jarak yang ditempuh oleh para petani maka biaya
transportasi yang dikeluarkan akan semakin meningkat, sehingga para petani
akan memilih untuk menyewa lahan yang lebih dekat dengan pusat pasar atau

18
kota dengan harapan bisa mendapatkan nilai atau harga barang yang lebih tinggi
tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi yang tinggi.

Teori ini cukup relevan digunakan sebagai dasar dalam pengembangan dan
pembangunan wilayah perbatasan di Indonesia khususnya melalui
pengembangan transportasi karena karakteristik wilayah perbatasan di
Indonesia memiliki jarak paling jauh dari pusat kota dan berperan sebagai
wilayah penyedia bahan baku.

2. Teori Lokasi Industri Weber


Weber memiliki teori yang berkaitan dengan least cost location. Teori
tersebut menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat
yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang
memiliki biaya yang memiliki sewa lahan paling minimal. Tempat yang
memiliki total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal dan cenderung
identik dengan tingkat keuntungan yang maksimal.
Weber mengemukakan enam teori sebagai berikut :
a. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya.
b. Sumber daya dan bahan mentah. Tidak semua jenis sumber daya alam
terdapat disetiap tempat.
c. Upah tenaga kerja. Ada upah yang baku yang telah ditetapkan sehingga
jumlahnya sama di setiap tempat, tetapi ada pula upah yang merupakan
hasil persaingan antar penduduk.
d. Terdapat hanya satu jenis alat transportasi serta ketergantungan terhadap
biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tergantung pada massa
bahan baku serta jarak dari asal bahan baku ke lokasi pabrik.
e. Terdapat kompetisi antarindustri. Setiap industri pasti melakukan
persaingan untuk memperoleh pasar dan keuntungan yang lebih besar.
f. Manusia selalu berfikir rasional untuk pengembangan industri.

Dengan mengguanakan asumsi diatas maka biaya transportasi akan


tergantung pada bobot barang dan jarak pengangkutan. Pada prinsipnya yang
harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya
serta jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan itu memiliki biaya yang

19
sama. Disini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan kemana-mana
sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh bobot barang
dan jarak yang ditempuh. Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal
dengan istilah segitiga lokasional (locational triangle), yang didasarkan pada
asumsi :
a. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang
terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit
perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan
sempurna.
b. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit
perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan
sempurna.
c. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
d. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah
sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat.
e. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada
juga yang mobilitasnya tinggi.

Weber berpendapat ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri,


yaitu
- Biaya transportasi,
- Biaya tenaga kerja dan
- Kekuatan aglomerasi.

Biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang


ditempuh dan berat barang, sehingga titik lokasi yang membuat biaya
terkecil adalah bobot total pergerakan pengumpulan berbagai input dan
pendistribusian yang minimum.

Dipandang dari segi tata guna lahan model Weber berguna untuk
merencankan lokasi industri dalam rangka mensupli pasar wilayah,
pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model ini, fungsi tujuan biasanya
meminimumkan ongkos transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat
barang yang harus diangkut (input dan output).
20
Gambar Segitiga Weber dalam menentukan lokasi
http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Pendekatan-Geografi-Prof-Hadi-Sabari-Yunus.pdf

Keterangan:
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku

(a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.


(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.
(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

Biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh


dan berat barang, sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya
minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya
transportasi akan bertambah secara proporsional dengan jarak. titik terendah
biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk
angkutan bahan baku (input) dan distribusi hasil produksi.

3. Teori Central Place (Christaller, 1933)


Menurut Christaller terdapat konsep yang disebut jangkauan (range)
dan ambang (treshold). Berkaitan dengan konsep yang dijelaskan lebih lanjut
adalah mengenai jangkauan (range). Range adalah jarak yang perlu ditempuh
manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu

21
saja. Dalam teori ini diasumsikan pada suatu wilayah datar yang luas dihuni
oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Dalam memenuhi
kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti
makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, pelayanan pendidikan, dan
pelayanan kesehatan. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus
menempuh jarak tertentu dari rumahnya. Jarak tempuh tersebut disebut range.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncul istilah
tempat sentral (Central Place Theory). Tempat sentral merupakan suatu lokasi
yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu
tempat yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia
dalam jumlah besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan
maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang
dihasilkannya.
Menurut teori ini, tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu
bentuk heksagonal atau segi enam. Daerah segi enam ini merupakan wilayah-
wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.

Gambar 3. Asumsi Teori Christaller


https://docplayer.info/72924345-Implikasi-teori-weber-christaller-dan-losch-sebagai-penentuan-lokasi-bank-darah-di-
kota-makassar.html

Masing-masing tempat sentral tersebut memiliki pengaruh atau kekuatan


menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang
berbeda. Akibatnya, terlihat adanya tingkatan (hirarki) tempat sentral.Tempat
sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya dapat

22
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K = 3), hirarki 4 (K = 4), dan
hiraki 7 (K = 7). K = 3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu
menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar Optimal.
Wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi
sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya

RANGKUMAN
Geografi merupakan suatu Ilmu yang mempelajari tentang persamaan
serta perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan
kelingkungan dalam konteks keruangan.(SEMLOK IGI di Semarang, 1988)
Daldjoeni berpendapat bahwa geografi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan yang mengajarkan manusia tentang 3 hal pokok, yaitu spasial atau
ruang, ekologi, dan region atau wilayah. Dalam hal spasial (ruang), geografi
mempelajari persebaran gejala baik alami maupun manusiawai di muka bumi.
Dalam hal ekologi, geografi mempelajari tentang bagaimana manusia harus
mampu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun dalam hal
region (wilayah), geografi mempelajari tentang wilayah sebagai tempat tinggal
manusia dengan berdasarkan kesatuan fisiografinya. (Daldjoeni)
10 Konsep dasar esensial antara lain konsep lokasi, jarak, deferensi
area, nilai kegunaan, interaksi/interdependesi, morfologi, keterjangkauan,
keterkaitan ruang, aglomerasi dan konsep pola. Selain itu materi dalam KB.1.
memuat 4 prinsip Geografi meliputi distribusi, interelasi, deskripsi dan
korologi. Terdapat 3 pendekatan geografi meliputi pendekatan keruangan,
pendekatan kelingkungan dan pendekatan kompleks wilayah.
Teori lokasi yang ada dalam KB.1 antara lain teori sewa lahan Von
Thunen, teori lokasi industri Weber dan teori Christaller yang menjelaskan
tempat sentral merupakan suatu lokasi yang senantiasa melayani berbagai
kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral).

TES FORMATIF
1. Hubungan perdagangan antara Amerika dan Indonesia sangat intensif karena
Amerika membutuhkan bahan mentah dari Indonesia, sebaliknya Indonesia
membutuhkan barang-barang hasil produksi dari Amerika. Konsep geografi
yang berkaitan dengan fenomena tersebut diatas adalah konsep … .

23
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019

MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan

Kegiatan Belajar 2
Wilayah Perdesaan dan Perkotaan

Dr. Wiwik Sri Utami, MP

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
PETUNJUK BELAJAR .................................................................................. 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ....................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN .............................................................. 2
URAIAN MATERI .......................................................................................... 2
A. Wilayah Perdesaan .................................................................................. 2
B. Wilayah Perkotaan ................................................................................ 30
RANGKUMAN .............................................................................................. 59
TES FORMATIF ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62

ii
BIDANG KAJIAN :
WILAYAH DAN PERWILAYAH

KEGIATAN BELAJAR 2:
WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PENDAHULUAN
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomis, politik, kultural setempat dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Dalam modul ini memuat pengertian
desa, faktor-faktor pembentuk desa, fungsi desa, ciri-ciri masyarakat desa,
potensi desa serta pembangunan desa. Kota merupakan suatu wilayah yang
sebagian besar arealnya terdiri atas wujud hasil budaya manusia tempat
pemusatan penduduk yang tinggi dan sumber mata pencaharian di luar sector
pertanian.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-2) ini sebaik-baiknya
dengan cermat.
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai
dengan materi dalam KB-2
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-2 ini.
Saudara harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus
dijawab dengan benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke KB
berikutnya

1
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup:
(1) Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai
ruang kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik
wilayah dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan
geografi; (5) Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah
lingkungan dan kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial
(Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk
pembangunan; dan (7) termasuk advance materials yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.1 Mampu menganalisis Hakekat dan literasi informasi geografi

3.4 Mampu menganalisis Karakteristik wilayah dan pewilayahan (regionalisasi)


berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi

URAIAN MATERI
A. Wilayah Perdesaan
1. Pengertian Desa menurut Para Ahli.

Banyaknya pengertian tentang desa disebabkan oleh banyaknya ahli yang


memberikan pengertian tentang desa tersebut, berdasarkan pandangan dan
bidang keahliannya masing masing. Berturut-turut para ahli berpendapat
tentang desa, sebagai berikut.
Bambang Utoyo menjelaskan bahwa:
Desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata
pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
Kata kunci dari pengertian tersebut: tempat bermukimnya sebagian
besar penduduk, pertanian dan bahan makanan.

2
R. Bintarto
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomis, politik, kultural setempat dalam
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Kata kunci dalam pengertian tersebut: fisiografis, sosoal,
ekonomi,politik,kultural, timbal balik.
Sutarjo Kartohadikusumo
Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan
pemerintahan terendah di bawah camat.
Kata kunci dari definisi tersebut: kesatuan hukum, tempat tinggal,
pemerintahan terendah.
William Ogburn dan MF Nimkoff
Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah
terbatas.
Kata kunci: organisasi, kehidupan sosial, daerah terbatas.
S.D. Misra
Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah
pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000
are.
Kata kunci:kumpulan tempat tinggal, kumpulan daerah tempat tinggal.
Paul H Landis
Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari
2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra
ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap
kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam,
kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah
bersifat sambilan.

3
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Beberapa Istilah Desa di berbagai wilayah di Indonesia antara lain:


▪ Desa di Jawa, Madura, Bali
▪ Dusun di Sumatera Selatan
▪ Dusun Dati di maluku
▪ Pedukuhan, Kuta, Uta di Batak
▪ Gambong di Meunasah (Aceh)
▪ Hundulan di batak Utara
▪ Kuria di Batak Selatan
▪ Nagari di Minangkabau
▪ Suku di Sumatera bagian timur
▪ Mendope, Marga di Palembang, Bengkulu
▪ Dusun, Tiuh di Lampung
▪ Wtinua di Minahasa
▪ Gaukang di Makasar
▪ Matawa di Bugis

Desa dan Paradigma Modernisasi


Pengaruh paradigma modernisasi menempatkan perdesaan sebagai representasi
dari masyarakat tradisional sedangkan perkotaan sebagai representasi dari
masyarakat modernisasi. Paradigma modernisasi menciptakan model konsep
dikotomik seperti gemeinschaft vs Gesellschaft, solidaritas mekanik vs
solidaritas organik, kelompok primer vs kelompok sekunder, kebersajaan vs
kompleksitas, tradisional vs modern. Konteks model dikotomik umumnya
menjadi dasar acuan ciri-ciri masyarakat perkotaan.

4
Aktivitas literasi GEO INFO:
pembelajaran yaitu
mengamati media: video • Gemeinshaft adalah hubungan dasar yang
pembelajaran “wilayah bersifat pribadi, tak rasional dan awet sedangkan
perdesaan” Gesellschaft adalah hubungan dasar yang
bersifat tidak pribadi, rasional dan tidak awet.
• Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang
didasarkan atas kesamaan-kesamaan, misalnya
sama-sama petani. Sedangkan solidaritas
organik adalah solidaritas yang didasarkan atas
ketidaksamaan tetapi saling tergantungsatu sama
yang lain, misalnya antara petani dan pedagang.
Pemantapan Karakter
• Kelompok primer adalah kelompok yang antara
Secara sungguh-sungguh,
anggotanya terdapat hubungan saling mengenal,
bertanggung jawab dan informal dan intim. Kelompok sekunder adalah
berani memberikan kelompok yang antara anggotanya terdapat
komentar hubungan tidak (selalu) saling mengenal, formal
dan tidak intim.

Sumber: Suhardjo, 2008.

Tabel 1. Kerangka Dikotomik Paradigma Modernisasi


Faktor Desa Kota

Mata pencaharian Pertanian Non Pertanian

Ukuran komunitas Kecil Besar

Tingkat kepadatan Rendah Tinggi


penduduk

Lingkungan Alami Buatan

Diferensiasi Sosial Tidak Tajam dan Tidak Jelas dan variatif


Variatif

Stratifikasi Sosial Rendah Tinggi

Interaksi Sosial Mekanik Organik

Solidaritas Sosial Tinggi Rendah

Sumber: Suhardjo, 2008

Desa di Era Globalisasi


Kemajuan teknologi terutama media komunikasi dan transportasi
akhirnya mampu mengubah perbedaan yang senjang antara desa dan kota.
Transportasi modern dengan jaringan prasarana dan sarananya mampu
menembus isolasi geografis yang memisahkan masyarakat desa dan kota.
5
Sedangkan media komunikasi modern dalam berbagai bentuk mampu
menembus isolasi sosial budaya antara masyarakat desa kota.
Dalam konteks globalisasi, wacana tentang desa dan kota sudah
kehilangan relevansinya. Perbedaan yang senjang antara desa dan kota dalam
konteks globalisasi berubah menjadi bayang-bayang kesenjangan antara negara
maju dan negara berkembang.

1. Unsur-Unsur Pembentuk Desa


Sebagai daerah otonom, desa memiliki tiga unsur penting yang satu sama
lainnya merupakan satu kesatuan. Adapun unsur-unsur tersebut menurut
Bintarto (1977) antara lain:
a. Daerah, terdiri dari tanah-tanah produktif dan non produktif serta
penggunaannya,
lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografi setempat.
b. Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran dan
mata pencaharian penduduk.
c. Tata kehidupan, meliputi pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan
pergaulan warga desa

Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan hidup (living unit), karena daerah
yang menyediakan kemungkinan hidup, dimana penduduk dapat
menggunakan kemungkinan tersebut untuk mempertahankan hidupnya, dan
tata kehidupan dalam artian yang baik memberikan jaminan akan
ketentraman dan keserasian hidup bersama di desa.Maju mundurnya desa
sangat tergantung pada ketiga unsur di atas, karena unsur-unsur ini
merupakan kekuasaan desa atau potensi desa. Potensi desa ialah berbagai
sumber alam (fisik) dan sumber manusia (non fisik) yang tersimpan dan
terdapat di suatu desa, dan diharapkan kemanfaatannya bagi kelangsungan
dan perkembangan desa.

2. Pola Penggunaan Tanah di Desa


a. Pola Penggunaan Tanah di Desa
Wilayah pedesaan menurut Wibberley, menunjukkan bagian suatu
negeri yang memperlihatkan penggunaan tanah yang luas sebagai ciri
6
penentu, baik pada waktu sekarang maupun beberapa waktu yang lampau.
Tanah di pedesaan umumnya digunakan bagi kehidupan sosial seperti
berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi, berolahraga dan sebagainya
dilakukan di dalam kampung, dan kehidupan ekonomi seperti bertani,
berkebun, beternak, memelihara atau menangkap ikan, menebang kayu di
hutan dan lain-lain, umumnya dilakukan di luar kampung, walaupun ada
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan di dalam kampung seperti
perindustrian, perdagangan dan lain-lain. Jadi pola penggunaan tanah di
pedesaan adalah untuk perkampungan dalam rangka kegiatan sosial, dan
untuk pertanian dalam rangka kegiatan ekonomi. Dengan demikian kampung
di pedesaan merupakan tempat tinggal penduduk (dormitory settlement) dan
penduduk kampung di wilayah pertanian dan wilayah perikanan umumnya
bekerja di luar kampung.

b. Penggunaan Tanah Untuk Perkampungan


Bentuk perkampungan desa yang terdapat di permukaan bumi satu sama
lainnya berbeda. Hal ini sangat bergantung pada kondisi fisik geografis
setempat. Pada daerah pedataran memperlihatkan bentuk perkampungan
yang berbeda dibandingkan dengan bentuk perkampungan di daerah
perbukitan atau pegunungan. Bentuk perkampungan atau pemukiman di
pedesaan pada prinsipnya mengikuti pola persebaran desa yang dapat
dibedakan atas:
1). Bentuk perkampungan linear
Merupakan bentuk perkampungan yang memanjang mengikuti jalur
jalan raya, alur sungai maupun garis pantai. Biasanya pola
perkampungan seperti ini banyak ditemui di daerah pedataran, terutama
di dataran rendah. Pola ini digunakan masyarakat dengan maksud untuk
mendekati prasarana transportasi (jalan dan sungai) atau untuk
mendekati lokasi tempat bekerja seperti nelayan di sepanjang pinggiran
pantai.
Pola memanjang dibagi menjadi 4 yaitu:
a) Pola yang mengikuti jalan. Pola desa yang terdapat di sebelah kiri
dan kanan jalan raya atau jalan umum. Pola ini banyak terdapat di
dataran rendah.
7
b) Pola yang mengikuti sungai. Pola desa ini bentuknya memanjang
mengikuti bentuk sungai, umumnya terdapat di daerah pedalaman.
c) Pola yang mengikuti rel kereta api. Pola ini banyak terdapat di
Pulau Jawa dan Sumatera karena penduduknya mendekati fasilitas
transportasi.
d) Pola yang mengikuti pantai. Pada umumnya, pola desa seperti ini
merupakan desa nelayan yang terletak di kawasan pantai yang
landai.
Maksud dari pola memanjang atau linier adalah untuk mendekati
prasarana transportasi seperti jalan dan sungai sehingga memudahkan
untuk bepergian ke tempat lain jika ada keperluan. Di samping itu,
untuk memudahkan penyerahan barang dan jasa.

Gambar 1. Bentuk Desa Linier

2). Bentuk perkampungan memusat


Merupakan bentuk perkampungan yang mengelompok (agglomerated
rural settlement). Pola seperti ini banyak ditemui di daerah pegunungan
yang biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari satu keturunan,
sehingga merupakan satu keluarga atau kerabat. Jumlah rumah
umumnya kurang dari 40 rumah yang disebut dusun (hamlet) atau lebih
dari 40 rumah bahkan ratusan yang dinamakan kampong (village).

8
3). Bentuk perkampungan terpencar
Merupakan bentuk perkampungan yang terpencar menyendiri
(disseminated rural settlement). Biasanya perkampungan seperti ini
hanya merupakan farmstead yaitu sebuah rumah petani yang terpencil
tetapi lengkap dengan gudang alat mesin, penggilingan gandum,
lumbung, kandang ternak dan rumah petani. Perkampungan terpencar
di Indonesia jarang ditemui, pola seperti ini umumnya terdapat di
negara Eropa barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan lain
sebagainya.
Pola desa ini umumnya terdapat di daerah pegunungan atau dataran
tinggi yang berelief kasar, daerah karst. Permukiman penduduk
membentuk kelompok unit-unit yang kecil dan menyebar.

Gambar 2. Bentuk Desa Menyebar

4). Bentuk perkampungan mengelilingi fasilitas tertentu


Bentuk perkampungan seperti ini umumnya kita temui di daerah
dataran rendah, dimana banyak terdapat fasilitas-fasilitas umum yang
dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Fasilitas tersebut misalnya mata air, danau, waduk dan fasilitas
lain.

Tabel 2. Bentuk Distribusi Keruangan Desa menurut aspek Spasial


Tipologi Distribusi Keruangan Keterangan
Desa

1. Menyusur Sepanjang Didaerah-daerah pantai yang


Pantai landai dapat tumbuh suatu
permukiman, yang
matapencaharian penduduknya

9
Tipologi Distribusi Keruangan Keterangan
Desa

dibidang perikanan,
perkebunan kelapa, dan
perdagangan. Jika desa pantai
seperti itu berkembang, maka
tempat tinggal meluas dengan
cara menyambung yang lama
dengan menyusur pantai,
sampai bertemu dengan desa
pantai lainnya. Adapun pusat-
pusat kegiatan industri kecil
(perikanan dan pertanian) tetap
dipertahankan di dekat tempat
tinggal penduduk yang
bermula-mua

2. Desa Terpusat Ini kedapatan di daerah


pegunungan. Penduduk
umumnya terdiri atas mereka
yang seketurunan; pemusatan
tempat tinggal tersebut
didorong olrh
kegotongroyongan mereka;
jika jumlah penduduk
kemudian bertambah lalu
pemekaran desa pegunungan
itu mengarah ke segala jurusan,
tanpa adanya rencana.
Sementara itu pusat-pusat
kegiatan pendudu pun dapat
bergeser mengikuti
pemekaran.

3. Desa Linier di dataran Pemukiman penduduk


rendah didataran rendah umumnya
memajang sejajar dengan
rentangan jalan raya yang
menembus desa yang
bersangkutan atau desekitar
desa. Jalan atau transportasi
menjadi penentu pola
keruangan desa. Sebagai

10
Tipologi Distribusi Keruangan Keterangan
Desa

contoh, jika dibangun ring


road maka pola pemukiman
akan mengikutinya. Selai jalan
pola linier tersebut juga dapat
terjadi mengikuti keberadaan
transportasi sengai sehingga
membentuk pola linier
sepanjang sungai

4. Bentuk desa yang Tipe desa ini banyak dijumpai


mengelilingi fasilitas di dataran rendah. Yang
tertentu dimaksudkan dengan fasilitas
misalnya mata air, waduk/
lapangan terbang, dan lain-
lainnya. Arah pemekarannya
dapat ke segala jurusan,
mengikuti jalur transportasi
yang menghubungkan fasilitas
tersebut dengan tempat-tempat
lain. Desa-desa atau
pemukiman diperkotaan
umumnya selalu berasosiasi
dengan keberadaan fasilitas.

Sumber: Muta’ali, 2013

Sedangkan Everett M.Roger dan Rabel J Burge (dalam Muta’ali,


2013) mendasarkan pada pola permukiman, mengelompokkan desa
menjadi 4 tipe distribusi keruangan permukiman desa. Tipe distribusi
berkaitan erat dengan usaha pengembangan dan penggalian sumberdaya
desa secara optimal serta kemanfaatannya bagi penataan ruang. Dengan
cara yang bijaksana, perkembangan permukiman dalam arti
pemekarannya serta sistem tata ruangnya harus direncanakan secara
khusus, sehingga terjamin sistem permukiman dan penghidupan yang
baik. Oleh karenanya bentuk spasial dari desa tersebut dapat digunakan
sebagai dasar penataan ruang wilayah pedesaan. Tipe distribusi

11
keruangan desa sebagai berikut :

Tabel 3.Tipologi Distribusi Keruangan Desa


Tipologi Distribusi Keruangan Desa Keterangan

1. The Scattered Farmstean Pola pemukiman desa


Community terpencar, yang umumnya
mengikuti sawah, ladang,
atau sumber penghidupan
penduduk. Tipologi
biasanya terdapat pada
daerah pegunungan dan
perbukitan dan daerah
terpencil lainnya.
Perkembangan desa
ditentukan oleh
aksesibilitas dan interaksi
desa tersebut dengan desa
lain atau kota.

2. The Cluster Village Tipologi desa


menunjukkan pola
permukiman yang
mengelompok dan
dikelilingi oleh sawah atau
kebun mereka. Tipe ini
banyak ditemukan di
daerah dataran dengan
pola kehidupan sosial yang
homogen, guyup, gotong
royong, dan sebagainya.
Desa-desa ini akan
mengalami perkembangan
tercepat mengingat
terkonsentrasi penduduk
dan efisiensi pelayanan.

3. The Line Village Tipologi desa yang


membentuk pola sosial
memanjang mengikuti
komponen utama desa,
seperti jalan dan sungai,
pantai, danau, dan

12
Tipologi Distribusi Keruangan Desa Keterangan

khususnya transportasi
baik darat maupun sungai

a. Pola linier mingikuti jalan Pola yang paling umum


terjadi di pedesaan baik
yang telah maju maupun
yang belum maju. Jalan
sebagai sarana interaksi
menarik banyak penduduk
dan pemukiman untuk
tinggal disekitarnya karena
memiliki nilai aksesibilitas
tinggi. Desa-desa ini juga
termasuk tipe desa koridor
transportasi antar kota.

b. pola linier mengikuti sungai Juga terkait dengan fungsi


sungai tidak hanya sebagai
sumber air tetapi juga
sarana transportasi. Pola
desa memanjang tepi
ditepi sungau banyak di
jumpai di Sumatera dan
Kalimantan
c. pola linier sepanjang pantai adalah
desa-desa yang terletak
disepanjang pantai

Pola permukiman perdesaan menggambarkan bagaimana cara


penduduk mendiami daerah-daerah di perdesaan sebagai tempat bermukim.
Pola permukiman atau “land settlement” mengikuti kondisi topografi di
daerah tersebut. Land Settlement memperhatikan pola penyebaran rumah-
rumah keluarga petani di desa-desa yang membentuk “Rural Settlement
Type” . Land Settlement terbagi menjadi dua, yaitu
1. Land Settlement di kota (urban settlement)
2. Land Settlement di desa (rural settlement)

Menurut Finch & Trewartha terdapat dua macam tipe permukiman, yaitu :
1. The Isolated or dispersed type in which the single family residence unit is
the distinctive nucleus as it is, for instance an American farmstead.

13
2. The Nucleated type, in which there is an collections of several or many
family residences, together with other types of buildings.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Dispersed Type adalah


sebagai berikut :
1. Tidak adanya kebutuhan akan pertahanan/perlindungan karena telah adanya
kedamaian dan keamanan.
2. Kolonisasi dilakukan oleh keluarga secara individual.
3. Dominasi usaha pertanian pribadi dibandingkan dengan komunalisme.
4. Ekonomi perdesaan didominasi oleh kegiatan peternakan.
5. Daerahnya berbukit-bukit atau pegunungan.
6. Pertanian unit blok.
7. Kebijakan pemerintah untuk membagi-bagi wilayah perdesaan
8. Tersedianya supply air. Permukaan air tanah yang dangkal memungkinkan
pembuatan sumur dimana-mana, sehingga permukiman penduduk dapat
didirikan dimana-mana.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Nucleated type adalah :


1. Kebutuhan akan pertahanan untuk melawan ancaman dari luar, seperti
serangan binatang buas ataupun musuh.
2. Daya tarik keluarga dan ikatan famili.
3. Daerah dengan sumber air yang langka, sehingga adanya sumber air menjadi
pusat permukiman penduduk.
4. Korelasi antara tingkat dataran dan permukiman perdesaan. Daerah dengan
relief yang sama, misalnya dataran rendah dapat berkembang menjadi
permukiman penduduk.
5. Pertimbangan politis, agama atau ideologi.

c. Penggunaan Tanah Untuk Kegiatan Ekonomi


Penggunaan tanah di pedesaan terdiri atas pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, kehutanan, perdagangan dan industri. Dalam tata
guna tanah di pedesaan juga termasuk penggunaan air dan permukaannya,
seperti laut, sungai, danau, dan lain sebagainya. Pola penggunaan tanah di
pedesaan umumnya didominasi oleh pertanian baik pertanian tradisional
14
maupun pertanian yang telah maju (sudah memanfaatkan mekanisme
pertanian). Hal ini sesuai dengan struktur mata pencaharian masyarakatnya
yang sebagian besar sebagai petani, baik petani pemilik maupun buruh tani.
Walaupun demikian sistem kepemilikan lahan pertanian di Indonesia masih
kecil. Rata-rata petani di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, merupakan
petani gurem yang memiliki lahan garapan kurang dari 0,5 ha. Dalam klas
kepemilikan lahan pertanian kurang dari 0,5 ha termasuk dalam kategori
petani miskin. Karena terbatasnya modal dan keterampilan, sehingga
menjadikannya tidak banyak pilihan kecuali sebagai buruh tani.
Hal ini sangat berpengaruh terhadap minimnya produktivitas yang
otomatis mengakibatkan rendahnya tingkat pendapatan petani. Berbagai
upaya pemerintah telah dilakukan dalam rangka pembangunan masyarakat
desa khususnya dalam sektor pertanian, akan tetapi hasil yang dicapai
sampai sekarang belum memperlihatkan kemajuan yang mencolok. Untuk
itu perlu penertiban oleh pemerintah dalam hal penguasaan tanah di
pedesaan, terutama oleh kaum-kaum tuan tanah.

Klasifikasi Desa
Dalam klasifikasi desa sekaligus dapat digunakan untuk mengenali tingkat
pertumbuhan desa desa yang bersangkutan. Desa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
Menurut aktivitasnya

• Desa persawahan, adalah desa yang mata pencaharian utama


penduduknya adalah di bidang pertanian dan perkebunan.
• Desa industri/kerajinan, adalah desa yang mata pencaharian utama
penduduknya adalah di bidang industri kecil rumah tangga.
• Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya
adalah di bidang perikanan dan pertambakan.
• Desa perkebunan, adalah desa yang berada di lingkungan fisik wilayah
baik dataran, perbukitan, maupun pegunungan. Pemanfaatan lahan
didominasi oleh tanaman perkebunan baik dilakukan oleh pribadi
mauapun oleh perusahaan.

15
• Desa di hutan atau tepi hutan adalah desa yang secara geografis
berada di dalam hutan atau tepi hutan dan sebagian besar aktivitas sosial
ekonomi penduduknya dipengaruhi oleh potensi atau hasil hutan. Tipe
desa hutan dapat ditemukan pada komunitas adat yang tinggal di dalam
atau di tepi hutan
• Desa pertambangan adalah desa yang memiliki potensi ekonomi di
sektor pertambangan yang ditandai dengan eksistensi deposit tambang
baik berupa bahan galian C maupun golongan A dan B yang vital.
Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertambangan baik
sebagai penambang pada tipe perorangan, kelompok ataupun sebagai
pekerja di perusahaan pertambangan.
• Desa pariwisata, adalah desa yang memiliki potensi daya tarik wisata
(wisata alam atau wisata budaya) maupun fasilitas pendukung sehingga
sebagian besar dinamika kehidupan sosial ekonomi masyarakat
bergantung pada kegiatan wisata tersebut. Tidak harus bekerja langsung
di bidang wisata namun bidang lain yang menjadi daya tarik wisata
misalnya sebagai petani, pengrajin dan lain-lain.
• Desa jasa dan perdagangan, desa yang umumnya berada di wilayah
perkotaan yang memiliki potensi kegiatan jasa dan perdagangan yang
beragam dan bersifat formal maupun informal.

Critical GEO INFO.


Thinking/Comunication

Peserta melakukan
pengamatan video Wilayah perdesaan di negara-negara sedang
fenomena beberapa desa, berkembang cenderung mengalami subordinasi,
Peserta diminta mencermati bahkan eksploitasi oleh wilayah perkotaan.
yang tertera dalam GEO Neraca perdagangan desa kota yang merugikan
INFO. Peserta diminta bagi wilayah perdesaan dan mengalirnya
menuliskan komentar sumber daya, capital, tenaga kerja muda ke kota
terhadap makna tersebut. telah menempatkan desa pada posisi membiayai
Didiskusikan pada saat pembangunan di kota. Muncul fenomena desa
tatap muka. membiayai pembangunan di kota (urban bias
development)

16
4. Menurut tingkat Perkembangannya

• Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola
dengan sebaik-baiknya, dengan ciri:
1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
2. Penduduknya jarang.
3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
4. Bersifat tertutup.
5. Masyarakat memegang teguh adat.
6. Teknologi masih rendah.
7. Sarana dan prasarana sangat kurang.
8. Hubungan antar manusia sangat erat.
9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.

• Desa Swakarya
Desa swakarya adalah peralihan atau transisi dari desa swadaya menuju
desa swasembada. Ciri-ciri desa swakarya adalah:
1. Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh.
2. Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi
3. Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari
pusat perekonomian.
4. Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan
prasarana lain.
5. Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar.

• Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu
memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya
sesuai dengan kegiatan pembangunan regional. Ciri-ciri desa swasembada
1. kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan.
2. penduduknya padat-padat.
3. tidak terikat dengan adat istiadat

17
4. telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan labih maju dari
desa lain.
5. partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.

GEO INFO.

Aktivitas Literasi

Peserta membaca dan Apa yang membuat tertarik terhadap


mengidentifikasikan perkampungan?
wilayah perdesaan

Tempat : Tanah yang dimiliki penduduk, seperti


contohnya tanah yang datar, tanah yang subur, tanah
pada puncak bukit, tanah penghubung antara tanah datar
dan tanah pada bukit, dan tanah diantara bukit.
Penguatan Karakter Situasi : Lokasi penduduk berhubungan dengan daerah
Peserta kreatif dan di sekitarnya, contohnya dekat dengan sumber mata air,
bertanggung jawab dekat dengan rute utama, dan dekat dengan
untuk mencari informasi perkampungan lainnya untuk berjualan dan jasa.
tentang perdesaan Bentuk : Bentuk dari perkampungan tersebut,
contohnya linear (sepanjang dataran sungai atau jalan)
atau nucleated (sekitar persimpangan jalan atau pada
puncak bukit).

Fungsi : Sebagai aktivitas utama dari penduduk,


contohnya pertahanan, pertanian, pertambangan.

5. Fungsi Desa

Fungsi desa adalah sebagai berikut:


• Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
• Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
• Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
• Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara
Republik Indonesia

18
6. Ciri-ciri Masyarakat Desa-Kota

Tabel 4. Ciri-Ciri Masyarakat Desa-Kota

Unsur-unsur untuk
No Desa Kota
pembedaan

Industri-Perdagangan-
Basis Ekonomi Pertanian
1. jasa

Mata Pencaharian Agraris - homogen Non agraris heterogen


2.
Ruang Kerja Lapangan terbuka Ruang tertutup
3.
Musim/Cuaca Penting dan menentukan Tidak penting
4.
Keahlian/Keterampilan Umum dan tersebar Ada spesialisasi
5.
Rumah dan tempat kerja dekat Berjauhan
6.
Kepadatan penduduk Tidak padat Padat
7.
Frekuensi kecil Frekuensi besar
Kontak/Interaksi sosial
8.
personal Impersonal

9. Stratifikasi sosial Sederhana dan sedikit Kompleks dan banyak

10. Diferensiasi sosial Kecil-homogen Kompleks-heterogen

Lembaga-lembaga Terbatas dan sederhana Banyak dan kompleks


11.
Hukum/peraturan
Kontrol sosial Adat/trasidi
12. tertulis

Sifat kelompok Gotong-royong akrab


Gesellschaft
13. masyarakat (Gemeinschaft)

14. Mobilitas sosial Rendah Tinggi

15. Karakter komunitas Kecil dan Homogen Besar dan heterogen

16. Mobilitas sosial Rendah Tinggi

Status sosial Stabil Tidak stabil


17.

19
Unsur-unsur untuk
No Desa Kota
pembedaan

Tradisi dan kepercayaan Percaya Kuat, terkadang


Rasional
18. local irasional

7. Potensi Desa
Desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering diistilahkan
dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota,
yang dihuni sekelompok masyarakat dimana sebagian besar mata
pencahariannya dalam bidang pertanian. Sedangkan secara administratif, desa
adalah daerah yang terdiri atas satu atau lebih dukuh atau dusun yang
digabungkan sehingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri dan berhak
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi).
Suatu daerah dikatakan sebagai desa, karena memiliki beberapa ciri khas yang
dapat dibedakan dengan daerah lain di sekitarnya. Berdasarkan pengertian
Dirjen Pembangunan Desa (Dirjen Bangdes), ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Perbandingan lahan dengan manusia (mand land ratio) cukup besar,
b. Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian (agraris),
c. Hubungan antar warga desa masih sangat akrab, dan
d. Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku

Adapun yang termasuk ke dalam potensi desa adalah:


1). Potensi fisik
- tanah, dalam artian sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang
merupakan sumber mata pencaharian, bahan makanan, dan tempat tinggal.
- air, dalam artian sumber air, kondisi dan tata airnya untuk irigasi, pertanian
dan kebutuhan hidup sehari-hari.
- iklim, peranannya sangat penting bagi desa yang bersifat agraris.
- ternak, sebagai sumber tenaga, bahan makanan dan pendapatan.
- manusia, sebagai sumber tenaga kerja potensial (potential man power) baik
pengolah tanah dan produsen dalam bidang pertanian, maupun tenaga kerja
industri di kota.

20
2). potensi non fisik
- masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong royong dan dapat
merupakan suatu kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar
kerjasama dan saling pengertian.
- lembaga-lembaga sosial, pendidikan dan organisasi-organisasi sosial yang
dapat memberikan bantuan sosial dan bimbingan terhadap masyarakat.
- aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban dan keamanan demi
kelancaran jalannya pemerintahan desa.

Potensi suatu desa tidaklah sama, tergantung pada unsur-unsur desa yang
dimiliki. Kondisi lingkungan geografis dan penduduk suatu desa dengan desa
lainnya berbeda, maka potensi desa pun berbeda. Potensi yang tersimpan dan
dimiliki desa seperti potensi sosial, ekonomi, demografis, agraris, politis,
kultural dan sebagainya adalah merupakan indikator untuk mengadakan suatu
evaluasi terhadap maju mundurnya suatu desa (nilai desa). Dengan adanya
indikator ini, maka berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, desa diklasifikasikan menjadi:
Desa Swadaya (Desa terbelakang), yaitu suatu wilayah desa dimana
masyarakat sebagian besar memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan
sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang berhubungan
dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena
kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
Desa Swakarya (Desa sedang berkembang), keadaannya sudah lebih
maju dibandingkan desa swadaya, dimana masyarakatnya sudah mampu
menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain disamping untuk memenuhi
kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya
belum terlalu sering.
Desa Swasembada (Desa maju), yaitu desa yang sudah mampu
mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai
dengan kemampuan masyarakatnya untuk mengadakan interaksi dengan
masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi
perdaganagan) dan kemampuan untuk saling mempengaruhi dengan penduduk
di wilayah lain. Dari hasil interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap
teknologi baru untuk memanfaatkan sumberdayanya sehingga proses
21
pembangunan berjalan dengan baik.

Tabel 5. Tingkat Perkembangan dan Kecepatan Kemajuan Desa


No. Tingkat
Perkembangan Karakteristik Desa
Desa

1 Swadaya • Lebih dari 50% penduduk bermata


pencaharian di sektor primer (berburu,
menangkap ikan dan bercocok tanam
secara tradisional)
• Produksi desa sangat rendah dibawah 50
juta rupiah per tahun
• Adat istiadat masih mengikat kuat
• Pendidikan dan keterampilan rendah,
kurang dari 30% yang lulus sekolah dasar
• Prasarana masih sangat kurang
• Kelembagaan formal maupun informal
kurang berfungsi dengan baik
• Swadaya masyarakat masih sangat rendah
sehingga kerapkali pembangunan desa
menunggu instruksi dari atas
2 Swakarsa • Mata pencaharian penduduk mulai
bergeser dari sektor primer ke industri,
penduduk desa mulai menerapkan
teknologi pada usaha taninya, kerajinan
dan sektor sekunder mulai berkembang.
• Produksi desa masih pada tingkat sedang,
yaitu 50-100 juta rupiah setiap tahun
• Kelembagaan formal dan informal mulai
berkembang , ada 4-6 lembaga yang
hidup.
• Keterampilan masyarakat dan
pendidikannya pada tingkat sedang 30-
60% telah lulus.
• SD bahkan ada beberapa yang telah lulus
sekolah lanjutan
• Fasilitas dan prasarana mulai ada meski
tidak lengkap, paling tidak ada 4-6 sarana
umum yang tersedia di masyarakat
• Swadaya masyarakat fan gotong royong
dalam pembangunan desa mulai tampak
meski tidak sepenuhnya

22
No. Tingkat
Perkembangan Karakteristik Desa
Desa

3 Swasembada • Mata pencaharian penduduk sebagian


besar di sektor jasa dan perdagangan atau
lebih dari 55% penduduk bekerja di sektor
tertier
• Produksi desa tinggi dengan penghasilan
usaha diatas 100 juta rupiah setiap tahun
• Adat istiadat tidak mengikat lagi meskipun
sebagian masyarakat masih
menggunakannya.
• Kelembagaan formal dan informal telah
berjalan sesuai fungsinya dan telah ada 7-9
lembaga yang hidup
• Keterampilan masyarakat dan
pendidikannya pada tingkat 60% telah
lulus SD, sekolah lanjutan bahkan ada
beberapa yang telah lulus perguruan tinggi
• Fasilitas dan prasarana mulai lengkap dan
baik
• Penduduk sudah memiliki inisiatif sendiri
melalui swadaya dan gotong royong dalam
pembangunan desa.

Tabel 6. Tingkat perkembangan dan kecepatan kemajuan desa


Tingkat Kecepatan Kemajuan desa
Perkembangan Mula Madya Maju

Swasembada Apabila perolehan total perolehan total


perolehan total skor variabel skor variabel
skor variabel ekonomi ekonomi
ekonomi masyarakat, masyarakat,
masyarakat, kesehatan kesehatan
kesehatan masyarakat dan masyarakat dan
masyarakat dan pendidikan pendidikan
pendidikan masyarakat masyarakat
masyarakat kurang dari 70% kurang dari 50%
kurang dari 90% dari total skor dari skor
dari total skor maksimal ketiga maksimal ketiga
maksimal ketiga variabel selama variabel selama
variabel selama lima tahun lima tahun
lima tahun

23
Tingkat Kecepatan Kemajuan desa
Perkembangan Mula Madya Maju

Swakarya Perolehan total Jika perolehan perolehan total


skor variabel total skor skor variabel
keamanan dan variabel keamanan dan
ketertiban, keamanan dan ketertiban,
kedaulatan ketertiban, kedaulatan
politik kedaulatan politik
masyarakat, politik masyarakat,
peranserta masyarakat, peranserta
masyarakat peranserta masyarakat
dalam masyarakat dalam
pembangunan dalam pembangunan
dan lembaga pembangunan dan lembaga
kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan
mencapai kurang kemasyarakatan kurang dari 50%
dari 90% dari kurang dari 70% dari total skor
total skor dari total skor maksimal
maksimal maksimal keempat variabel
keempat variabel keempat variabel selama lima
selama lima selama lima tahun
tahun tahun

Swadaya Apabila Apabila perolehan total


perolehan total perolehan total skor variabel
skor variabel skor variabel kinerja
kinerja kinerja pemerintahan
pemerintahan pemerintahan desa dan
desa dan desa dan kelurahan serta
kelurahan serta kelurahan serta variabel
variabel variabel pembinaan dan
pembinaan dan pembinaan dan pengawasan
pengawasan pengawasan kurang dari 50%
mencapai kurang kurang dari 70% dari total skor
dari 90% dari dari total skor maksimal kedua
total skor maksimal kedua variabel selama
maksimal kedua variabel selama lima tahun
variabel selama lima tahun
lima tahun

Sumber: Muta’ali, 2013

24
8. Pembangunan Desa
Desa, baik desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam UU Desa Pasal 3 disebutkan bahwa asas pengaturan desa, yaitu
a. rekognisi,
b. subsidiaritas,
c. keberagaman,
d. kebersamaan,
e. kegotongroyongan,
f. kekeluargaan,
g. musyawarah,
h. demokrasi,
i. kemandirian,
j. partisipasi,
k. kesetaraan,
l. pemberdayaan, dan
m. keberlanjutan.

Sementara itu tujuan pengaturan desa berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang


tentang Desa antara lain:
a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang sudah ada dengan
keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya NKRI.
b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa.
d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk
pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama.
e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka,
serta bertanggung jawab.
25
f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum.
g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan
masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian
dari ketahanan nasional.
h. Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional.
i. Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

Tujuan Pembangunan Desa


Tujuan pembangunan desa, sebagaimana dituangkan di dalam UU Desa, adalah
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa
dilaksanakan dengan mengedepankan semangat kebersamaan, kekeluargaan,
dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian serta
keadilan sosial.

Pelibatan seluruh lapisan masyarakat dalam pembangunan merupakan wujud


pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. Namun, dalam
kenyataannya, hingga saat ini masih banyak warga masyarakat yang belum
dapat dijangkau ataupun mengakses pembangunan desa pada berbagai tahapan.
Mereka ini adalah kelompok masyarakat yang rentan dan terpinggirkan, di
antaranya adalah anak-anak, perempuan, warga lanjut usia, dan tentu saja warga
berkebutuhan khusus (disabilitas), sehingga dampak pembangunan desa 8 sama
sekali tidak dirasakan manfaatnya oleh kelompok-kelompok masyarakat
tersebut

Pembangunan berskala Desa


Kewenangan lokal berskala desa, sebagaimana Pasal 33 huruf [b] UU Desa,
adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa
26
atau yang muncul karena 10 perkembangan dan prakarsa masyarakat desa.
Salah satu bentuk kewenangan desa ialah mewujudkan pembangunan desa yang
diatur melalui Permendesa PDTT Nomor 1 Tahun 2015. Dalam peraturan ini
diuraikan beberapa kriteria kewenangan lokal berskala desa, meliputi:
a. Pembangunan desa yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat.
b. Pembangunan desa yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan
hanya di dalam wilayah dan masyarakat desa yang mempunyai dampak
internal desa.
c. Pembangunan desa yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan
sehari-hari masyarakat.
d. Program/kegiatan yang telah dijalankan oleh desa atas dasar prakarsa desa.
e. Program/kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola oleh
desa.
f. Program/kegiatan yang menyangkut kewenangan lokal berskala desa yang
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang pembagian
kewenangan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakat dan
pemberdayaan desa.

Kewenangan lokal berskala desa meliputi: bidang pemerintahan,


pembangunan, kemasyarakat dan pemberdayaan desa. Pelaksanaan
kewenangan lokal tersebut memiliki konsekuensi terhadap penyelarasan
masuknya program/kegiatan pemerintah ke desa.
Dalam melaksanakan pembangunan yang menjadi kewenangan lokal
berskala desa, pemerintah desa perlu menyusun perencanaan desa,
penganggaran, pelaksanaan pembangunan, pelaporan, serta monitoring dan
evaluasi dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat desa. Tata kelola
pemerintahan desa yang baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, monitoring dan evaluasi hingga pelestarian kegiatan pembangunan
diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan serta menumbuhkan
partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan desa.

27
Pembangunan Perdesaan dan Kawasan Perdesaan
Pembangunan perdesaan adalah konsep pembangunan yang berbasis perdesaan
(rural) dengan memperhatikan ciri khas sosial dan budaya masyarakat yang
tinggal di kawasan perdesaan. Masyarakat perdesaan pada umumnya masih
memiliki dan melestarikan kearifan lokal kawasan perdesaan yang sangat
berhubungan dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis, struktur
demografi, serta kelembagaan desa. Pembangunan perdesaan dilaksanakan
dalam rangka intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan kemajuan
antara wilayah perdesaan dan perkotaan (urban bias). Pembangunan perdesaan
diharapkan menjadi solusi bagi perubahan sosial masyarakat desa. Prioritas
pembangunan berbasis perdesaan (rural-based development) meliputi:
a. Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan
kelembagaan pemerintahan secara berkelanjutan;
b. Pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi
geografisnya;
c. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi
masyarakat desa;
d. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan
pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa;
e. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan;
f. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan
Desa-Kota; serta
g. Pengawalan implementasi Undang-Undang Desa secara sistematis, konsisten
dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi dan
pendampingan.

Aturan tentang pembangunan desa selain UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang


Desa adalah peraturan pelaksanaannya yakni Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015–2019 yang menjadi acuan bagi pemangku kepentingan terkait
pembangunan desa dan kawasan perdesaan. Salah satu aspek penting dalam
pembangunan desa ialah acuan baku berupa Standar Pelayanan Minimal Desa
(SPM Desa) sebagai hak masyarakat desa mendapatkan jenis pelayanan yang
harus disediakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa di
28
desa. Rujukan mengenai aspek pemenuhan SPM Desa adalah UU Desa dan
peraturan pelaksananya. Di samping itu, pemerintah telah mengembangkan
kriteria keberhasilan pembangunan desa melalui IPD (Indeks Pembangunan
Desa) dan IDM (Indeks Desa Membangun). Kedua kriteria ini bertujuan untuk
mengakomodasikan beberapa aspek pemenuhan SPM Desa. IPD membagi desa
dalam tiga klasifikasi yaitu,
a. Desa Mandiri,
b. Desa Berkembang dan
c. Desa Tertinggal.

Sedangkan IDM mengklasifikasi desa dalam lima (5) status, yakni:


a. Desa Sangat Tertinggal;
b. Desa Tertinggal;
c. Desa Berkembang;
d. Desa Maju; dan
e. Desa Mandiri.

Keduanya, baik IPD dan IDM dapat saling mengisi disesuaikan dengan kondisi
geografis dan kemampuan desa. Sekadar catatan, klasifikasi status desa
digunakan untuk melihat perkembangan desa berdasarkan indikator-indikator
yang telah ditetapkan. Selain itu hal ini juga digunakan sebagai monitoring dan
evaluasi kinerja pembangunan desa dan pengukuran pencapaian sasaran
pembangunan nasional.

3 masalah di pedesaan (Bintarto):


Critical Thinking/communication
1.Masalah pemerintahan desa
Peserta menyampaikan hasil (administratif dan pemerintahan desa)
pengamatan tentang masalah yang
ada di sekitar tempat tinggal 2. Masalah masyarakat desa (kultural,
sosial, ekonomi)

3. Masalah lingkungan alam di desa


(tanah, sumber air, transportasi, dsb)

29
Desa Pusat Pertumbuhan
Dengan mengadopsi prinsip-prinsip strategi pusat pertumbuhan yang
diterapkan dalam pembangunan perdesaan, Kementerian pekerjaan umum,
sejak tahun 1990-an mengembangkan konsep atau strategi desa pusat
pertumbuhan. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), yaitu suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat serta
merupakan simpul jasa dan distribusi dari wilayah disekitarnya. DPP terdiri dari
desa pusat dan desa-desa lain sebagai pendukungnya, yang memiliki
keunggulan strategis berupa :
1. Peran kawasan ini sebagai pertumbuhan dan pengembangan potensi
kawasan perdesaan lain di sekitarnya.
2. Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan potensi
andalannya,
3. Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan di sekitarnya.

B. Wilayah Perkotaan
1 Pengertian Kota
Sudut pandang tentang arti dari kota bisa berbeda-beda tergantung
bagaimana pendekatannya terhadap konsentrasi bidang ilmunya masing-
masing. Seperti misalnya, seorang dengan profesi di bidang Geografi akan
menekankan pada permukaan kota dan lingkungannya dengan mencari
hubungan antara wajah kota dan bentuk serta fungsi kota itu. Lain halnya
dengan seorang Geolog, karena dia akan memperhatikan lahan dan tanah di
bawah kota dan bagaimana hubungannya dengan pembangunan. Sudut pandang
seorang Ekonom akan berbeda lagi karena dia akan mementingkan masalah
perdagangan kota yang berfokus padahubungan kegiatan dan potensi kota
secara finansial. Adapun seorang Antropolog akan memandang kota dari
lingkup budaya dan sejarah.
Politikus yang menekankan padacara mengurus kota dan bagaimana
hubungan antara pihak pemerintah dan swasta. Kemudian perhatian seorang
Sosiolog berbeda pula, karena dia berfokus pada klasifikasi permukiman kota
dari semua aspek tabiatnya, sedangkan seorang ilmu kesehatan akan

30
memperhatikan keadaan lingkungan kesehatan permukiman kota. Lain pula
halnya dengan sudut pandang seorang berlatar belakang ilmu hukum yang akan
berfokus pada hubungan peraturan dan keputusan dengan perencanaan kota
serta pelaksanaannya. Lain lagi dengan seorang Insinyur, yang berfokus pada
sistem prasarana kota dan pembangunannya serta struktur anatomi kota dan
perencanaannya. Dan akirnya, seorang Arsitek memiliki beberapa sudut
pandang yang sama dengan para Insinyur, namun dia akan lebih menekankan
aspek-aspek kota secara fisik dengan memperhatikan hubungan antara ruang
dan masa perkotaan serta bentuk dan polanya.

Kota merupakan sebuah sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial
ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara. Dalam
perkembangannya, kota sukar untuk dikontrol dan sewaktu-waktu dapat
menjadi tidak beraturan. Kota merupakan suatu wilayah berkembangnya
kegiatan sisial, budaya dan ekonomi perkotaan yang tidak berstatus sebagai kota
administratif atau kotamadya. Aktifitas dan perkembangan kota mempunyai
pengaruh terhadap lingkungan fisik. Irwan (2004 ; 31) mengemukakan
pengertian kota sebagai berikut:
1. Suatu areal dimana terdapat atau menjadi pemusatan penduduk dengan
kegiatannya dan merupakan tempat konsentrasi penduduk dan pusat aktivitas
perekonomian (seperti industri, perdagangan dan jasa)
2. Kota merupakan sebuah sistem, baik secara fisik maupun sosial ekonomi,
bersifat tidak statis yang sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan dan
susah dikontrol.
3. Mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik seperti iklim dan sejauh
mana pengaruh itu sangat tergantung kepada perencanaannya.

Banyak kota – kota bermula dari desa kecil yang terdapat di pusat pertanian
yang subur, misal nya Los Angeles. Hal serupa terjadi jika daerah pertanian itu
menjadi suatu daerah yang optimum bagi pertumbuhan ekonomi pertanian yang
terus berkembang. Kota petani tumbuh dengan pesatnya ke daerah subur yang
justru merupakan unsur utama perkembangan kota sehingga berakibat pada
usaha pertanian yang menjadi terhambat, bahkan akirnya perdagangan
mengganti sistem pertanian daerah secara menyeluruh. Kota berkembang terus
31
dan menyebar ke arah tanah pertanian yang mengakibatkan rusaknya usaha
pertanian. Standar untuk mengenali aspek permukiman yang berdasarkan
jumlah penduduk, yaitu :
1. lebih dari 20.000 penduduk disebut urban
2. lebih dari 100.000 penduduk disebut cities
3. berpenduduk lebih dari 5 juta disebut big cities

Terdapat 10 kriteria secara lebih spesifik untuk merumuskan kota :


1. Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat
2. Bersifat permanen
3. Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat
4. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukan oleh jalur jalan dan
ruang-ruang perkotaan yang nyata
5. Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja
6. Fungsi kota minimum yang diperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah
pusat administratif dan pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat
keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan
kelembagaan yang sama
7. Heterogenitas dan perbedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat
8. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di
tepi kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas
9. Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat
10. Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada massa dan
tempat itu

Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh


kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki
berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.

Kota dibedakan secara kontras dari desa ataupun kampung berdasarkan


ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. Desa atau
kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan pemukiman.

32
Aktivitas Literasi

Amati video tentang wilayah


perkotaan. Tuliskan komentar
saudara tentang persamaan
dan perbedaan kota tempat
tinggal saudara

Fungsi Kota

Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih
luas lagi antara lain sebagai berikut :
• Sebagai pusat produksi (production centre). Contoh: Surabaya, Gresik,
Bontang
• Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce). Contoh:
Jakarta, Bandung, Hong Kong, Singapura
• Sebagai pusat pemerintahan (political capital). Contoh: Jakarta
(ibukota Indonesia), Washington DC (ibukota Amerika Serikat),
Canberra (ibukota Australia)
• Sebagai pusat kebudayaan (culture centre). Contoh: Yogyakarta dan
Surakarta
• Sebagai penopang Kota Pusat. Contoh : Tangerang Selatan, Bogor dan
Depok

Gambar 1. Wilayah Perkotaan

33
Ciri-ciri Kota

Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:


• Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
• Tersedianya tempat-tempat untuk parkir
• Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga

Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:


• Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
• Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya.
• Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan
pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
• Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
• Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan
berprinsip ekonomi.
• Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan
sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
• Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat
solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi. (stereotip
ini kemudian menyebabkan penduduk kota dan pendatang mengambil
sikap acuh tidak acuh dan tidak peduli ketika berinteraksi dengan
orang lain. Mereka mengabaikan fakta bahwa masyarakat kota juga
bisa ramah dan santun dalam berinteraksi)

2. Perkembangan Kota di Indonesia


Perkembangan kota secara umum menurut Branch dalam (Feri Ema
Kurniawati, 2007;14-15) sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi internal
yang menjadi unsur terpenting dalam perencanaan kota secara komprehensif.
Unsur eksternal yang menonjol juga dapat mempengaruhi perkembangan kota.
Faktor internal yang mempengaruhi perkembangan kota adalah:
a. Keadaan geografis yang mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota
yang berfungsi sebagai simpul distribusi, misalya perlu terletak di simpul

34
jalur transportasi, di pertemuan jalur transportasi regional atau dekat
pelabuhan laut. Kota pantai, misaliya akan cenderung berbentuk setengah
lingkaran, dengan pusat lingkaran adalah pelabuhan laut.
b.Tapak (site) merupakan faktor-faktor kedua yang mempengaruhi
perkembangan suatu kota. Salah satu yang dipertimbangkan dalam kondisi
tapak adalah topografi. Kota yang berlokasi di dataran yang rata akan mudah
berkembang ke semua arah, sedangkan yang berlokasi di pegunungan
biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya berkaitan
dengan kondisi geologi. Daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh
perkembangan kota.
c. Fungsi kota juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kota-kota yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara
ekonomi akan lebih kuat dan akan berkembang lebih pesat daripada kota
berfungsi tunggal, misalnya kota pertambangan, kota yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan, biasanya juga berkembang lebih pesat daripada kota
berfungsi lainnya. Short (1984) mengemukakan terdapat lima fungsi kota
yang dapat mencerminkan karakteristik struktur ruang suatu kota, yaitu: (a)
kota sebagai tempat kerja, (b) kota sebagai tempat tinggal, (c) pergerakan dan
transportasi, (d) kota sebagai tempat investasi, (e) kota sebagai arena politik.
d. Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karakteristik fisik dan sifat
masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota
kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya
tumbuh secara organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga
mempengaruhi daya perkembangan kota. Terdapat tempat-tempat tertentu
yang karena kepercayaan dihindari untuk perkembangan tertentu.
e. Unsur-unsur umum, misalnya jaringan jalan, penyediaan air bersih
berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-unsur
umum akan menarik kota ke arah tertentu.

2.1. Perkembangan horizontal


Cara perkembangannya mengarah ke luar. Artnya, daerah bertambah,
sedangkan ketinggian dan kuantitas lahan terbangun (coverage) tetap sama.
Perkembangan dengan cara ini sering terjadi dipinggir kota, dimana lahan masih

35
lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke kota (dimana banyak
keramaian).
2.2. Perkembangan vertikal
Cara perkembangannya mengarah ke atas. Artinya, daerah
pembangunan dan kuantitas lahan tebangun tetap sama, sedangkan ketinggian
bangunan-bangunan bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di
pusat kota (dimana harga lahan mahal) dan pusat-pusat perdagangan yang
memiliki potensi ekonomi.

2.3. Perkembangan interstisial


Cara perkembangannya bergerak ke dalam. Artinya, daerah dan
ketinggian bangunan-bangunan rata-rata tetap sama, sedangkan kuantitas lahan
terbangun (coverage) bertamabah.Perkembangan dengan cara ini sering terjadi
di pusat kota dan antara pusat kota dan pinggir kota yang kawasannya sudah
dibatasi dan hanya dapat dipadatkan. Perkembangan kota ini dengan sendirinya
membentuk pola kawasan tertentu juga membentuk kawsan tersebut menjadi
citra sendiri. Seperti misalnya pada kawasan perdagangan atau pertokoan yang
biasanya didiami oleh keturunan China atau India.
Biasanya mereka bertempat tinggal dilantai ke dua ; lantai pertama
digunakan sebagai tempat berjualan. Secara keseluruhan pusat pertokoan ini
memanjang linier dengan jalan raya. Dibanding dengan daerah tinggal orang
pribumi, pusat pertokoan ini lebih teratur dan menikmati sarana lalu lintas yang
baik dan fasilitas listrik, air ledeng dan sambungan telepon.

GEO INFO:

. Aktivitas Literasi

Amati gambar, peta


perkembangan Singapura

36
37
Sumber: Sibarani Sofyan, 2012.

Hirarki Permukiman di Perkotaan


Hirarki dari perkampungan menunjukkan bahwa bagaimana
perkampungan di setiap daerah dapat dikelompokkan sesuai dengan ukuran atau
jasa yang mereka sediakan. Semakin tinggi hierarkinya, populasi penduduk dan
jasa yang diberikan semakin bertambah, walaupun dibeberapa daerah kampung
besarnya lebih sedikit daripada kampung kecil.
Perkampungan pada daerah bergantung pada ketergantungan
masyarakatnya untuk menggunakan macam-macam jasa yang ditawarkan pada
perkampungan lainnya. Daerah yang dilayani oleh kampungnya dikenal dengan
pengaruh lingkungannya. Ukuran dari kampong ini tergantung pada tipe dan
macam jasa yang dapat dilayani dan transportasi penghubung untuk
mengaksesnya.
Perkampungan (pedesaan) hanya memiliki beberapa jasa, yang mana
adalah jasa dengan pemesanan yang kecil (low order service). Jasa dengan
pemesanan yang kecil adalah penjualan kebutuhan sehari-hari, seperti
contohnya toko kelontong. Perkampungan urban memiliki lebih banyak macam
jasa, termasuk jasa dengan penjualan kecil maupun besar (low and high order
service). Jasa penjualan besar adalah jasa yang menjual kebutuhan yang tidak
terlalu sering dibutuhkan, seperti contohnya baju, perabot rumah tangga, dan
orang-orang rela menempuh perjalanan jauh untuk membelinya. Jarak yang
jauh yang harus ditempuh disebut range (jangkauan).
Demi mendapatkan keuntungan, toko atau jasa membutuhkan jumlah
calon pelanggan minimum, yang biasa disebut threshold population (populasi
ambang pintu). Jasa menyediakan barang low order atau jasa yang yang
memiliki threshold population yang rendah (karena barang atau jasa tersebut
digunakan sehari-hari) jika dibangdingkan dengan jasa high order, yang butuh
calon pelanggan yang banyak dan memiliki threshold population yang tinggi.

38
Hirarki Permukiman Perkotaan

Gambar 2. Hirarki Permukiman

Fungsi Permukiman Perkotaan


• Kota Pasar (dimana petani dapat membeli atau menjual barang). Hal ini:
a. Biasa dijumpai pada daerah pertanian.
b. Memiliki banyak macam jasa, contohnya kantor dan pertokoan.
c. Memiliki media transportasi yang baik, beberapa ada pada pusat
rute.
d. Beberapa berada pada bantaran sungai atau dekat dengan jembatan
(penggilingan untuk memproses produk pertanian dibangun pada
bantaran sungai).
e. Memiliki pasar pada tengah kota.
• Pelabuhan (tempat di mana barang dimuat dan tempat bongkar muat
oleh kapal). Hal ini:
a. Biasanya ditemui dimana ada pelabuhan untuk kapal bersandar,
seperti pada muara sungai atau teluk.
b. Memiliki tanah yang datar untuk bangunan dan gudang didekat
pelabuhan.

39
c. Memiliki kedalaman air yang tinggi untuk kapal besar bersandar.
d. Dapat berada pada daerah yang dekat dengan area industry besar
untuk mengekspor dan mengimpor produk mereka.
• Kota Industri (dimana masyarakat bekerja pada pabrik, memproses
bahan mentah atau merakit produk). Hal ini:
a. Dapat ditemukan pada daerah pertambangan atau di dekat daerah
pertambangan.
b. Sangat memungkinkan untuk memiliki pabrik tua didekat pusar area
urban, dekat dengan rel kereta api atau terowongan.
c. Memungkinkan untuk ditemui perumahan lama didekat pabrik tua.
d. Memungkinkan terdapat area industri baru pada daerah pinggiran,
dekat jalan raya utama untuk transportasi.
• Tempat Beristirahat/ Resort ( tempat dimana turis beristirahat). Hal ini:
a. Dapat ditemui pada daerah pantai atau daerah lain yang memiliki
keindahan pemandangan alam.
b. Mungkin dapat berupa kota bersejarah.
c. Dapat berada dekat dengan area industri dengan populasi yang besar,
dengan jalan dan mode transportasi yang baik.
d. Memiliki hotel dan bermacam-macam area hiburan.

Critical GEO INFO.


Thinking/Comunication

Peserta melakukan pengamatan


video fenomena perkembangan Fungsi dari perkampungan adalah kegiatan dan
kota di Indonesia, Peserta fungsi ekonominya. Beberapa fungsi dari
diminta mencermati yang tertera perkampungan dapat berubah seiring dengan
dalam GEO INFO. Peserta perubahan waktu.
diminta menuliskan komentar
Contoh: Marmaris (Turki)
terhadap makna tersebut.
Didiskusikan pada saat tatap Pada tahun 1960-an Marmaris merupakan
muka. perkampungan nelayan yang kecil dan
menarik. Beberapa orang mengunjungi daerah
ini pada musim panas karena keindahan
Aktivitas Literasi alamnya. Tetapi, setelah lebih dari 30 tahun
turis menemukan perkampungan yang indah ini
dan mereka mulai menetap disana.

Peserta mencari berbagai Pada 1990, Marmaris berubah dari


informasi tentang perkembangan perkampungan nelayan kecil menjadi daerah
kota yang dipenuhi dengan hotel di sekitar area

40
pariwisata. Perkampungan ini telah berubah
fungsi sepenuhnya.

3. Identitas Kota
Kota sebagai suatu lingkungan fisik memiliki berbagai aspek yang dapat
mengangkat, mengembangkan dan mencirikan kota itu sendiri, seperti nilai
historis dan aspek-aspek yang bersifat faktual lainnya yang membuahkan suatu
identitas bagi kota. Identitas kota memang harus merupakan sesuatu yang
spesifik, yang dapat membedakan satu kota dengan kota lainnya. Dalam hal ini
masing-masing lingkungan (kota) tentu memiliki identitas, sesuatu yang
melahirkan karakter (ciri khas) yang membedakan dengan kota lainnya. Suatu
kota seharusnya memiliki sesuatu yang khas dan orisinil yang nantinya akan
membentuk identitas kotanya. Hal ini tentu akan menjadikan pulse
(kemenarikan) suatu kota.
Identitas kota bisa berwujud fisik atau non-fisik, aktifitas sosial, nilai
ekonmis, atau pengejawantahan politik. Kota bisa berkembang diikuti
pertambahan populasi dan bentuk fisiknya. Tentu hal ini juga memiliki dampak
pada identitas. Karena identitas dapat berwujud bermacam-macam, tak tertutup
kemungkinan bahwa perkembangan kota bisa melahirkan identitas baru. Bisa
saja suatu pembangunan sesuatu hal yang bersifat monumental akan membuat
identitas baru suatu kawasan (baik itu direncanakan untuk dijadikan identitas
maupun tidak), bisa saja suatu perilaku sosial masyarakat yang baru dalam suatu
kawasan membuat suatu budaya baru yang ditangkap masyarakat sebagai hal
yang mencirikan atau memberikan identitas terhadap kawasan tersebut.
Idenitas kota yang berwujud fisik adalah segala sesuatu yang bersifat
fisik yang bisa djadikan pengidentifikasi kawasan tersebut. Identitas fisik yang
mudah ditangkap oleh pengamat adalah suatu objek yang dijadikan acuan (point
of reference) terhadap kawasannya. Bangunan yang bersifat besar, mudah
dilihat dan monumental biasanya dijadikan pengamat sebagai acuan
(landmark). Secara tidak langsung hal ini menjadikannya obyek yang mudah
diingat yang mencirikan kawasannya. Tidak hanya itu, hal lain yang bersifat

41
fisik lainnya seperti halte, jalan, funitur kota, pavement, jembatan dan banyak
hal lainnya juga bisa menjadi identitas kota secara fisik.
Identias kota yang bersifat non-fisik merupakan identitas kota yang
dibuat oleh perilaku warga kotanya. Identitas tersebut bisa merupakan faktor
sosial, ekonomi dan budaya. Suatu aktifitas sosial yang berbeda dengan banyak
kawasan pada umumnya akan memberikan identitas yang lebih mudah
ditangkap oleh pengamat. Misalnya seperti aktifitas perjudian di kota Las Vegas
dimana masyarakat pada ummnya melihat aktifitas tersebut sebagai sesuatu
yang berbeda, melihat dan berasumsi perjudian identik dengan kota Las Vegas
dan sebaliknya. Selain itu juga ada faktor budaya seperti acara adat Ngaben di
daerah Bali yang masih dilakukan sampai sekarang, yang memberikan identitas
bagi daerah Bali itu sendiri. Banyak orang mengatakan bahwa Bali juga daerah
yang kental dengan unsur pariwisatanya yang ditandai dengan banyaknya
wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang. Kedua hal ini bukan hal
yang salah dalam suatu identitas, karena keduanya merupakan suatu fakta yang
bisa mengidentifikasikan daerah Bali. Sebagaimaa dikatakan sebelumnya, hal
yang lebih menonjol untuk menjadi suatu identitas bagi seorang pengamat
tergantung dari sudut pandang dan seleranya dalam menangkap informasi-
informasi yang paling menonjol di kawasan tersebut.
Identitas kota atau kawasan tidak harus merupakan suatu hal yang selalu
sama. Sebab identitas kota juga bisa berubah sejalan dengan waktu. Tidak bisa
dipungkiri, bahwa kota mampu berkembang menjadi kota yang lebih besar, kota
yang lebih baik maupun menjadi kota yang lebih buruk. Hal ini memungkinkan
pudarnya identitas yang melekat sebelumnya pada suatu kota oleh sesuatu yang
baru, yang lebih memiliki attestation yang lebih dibandingkan dengan identitas
sebelumnya. Misalnya identitas fisik suatu kawasan bisa berubah dengan
adanya pembangunan-pembangunan yang bersifat fisik pada kawasan tersebut.
Hal kecil seperti pemasangan reklame (papan iklan) akan berpengaruh sedikit
banyak pada identitas kota secara fisik. Tapi tidak hanya identitas kota yang
bersifat fisik yang dapat berubah, identitas kota yang dibentuk masyarakatnya
pun dapat berubah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk,
cukup memberikan pengaruh besar pada kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat suatu kota atau kawasan

42
5. Citra Kota
Bentuk kota sebagai struktur bangunan dan ruang yang tangible atau
nyata dan sebagai aspek-aspek kehidupan masyarakat yang intangible atau tidak
nyata dari suatu kota. Kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang
merupakan menifestasi dari hasil perencanaan dan perancangan, yang dipenuhi
oleh berbagai unsur seperti bangunan, jalan, dan ruang terbuka. Dengan
demikian, suatu kota adalah hasil dari nilai-nilai perilaku manusia dalam ruang
kota yang membuat pola kontur visual dari lingkungan alam. Walaupun suatu
kota akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangan
tersebut meliputi beberapa aspek antara lain: fisik, sosial budaya, ekonomi,
politik dan teknologi. Perkembangan kota adalah suatu proses perubahan
keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang
berbeda. Namun sifat dasar dan karakteristik bentuk kota memiliki ciri-ciri dan
bentuk tersendiri masing-masing kota.
Dalam hasil studinya tentang perbedaan tiga kota : Boston, Los Angeles,
dan New Jersey di Amerika Serikat; Kevin Lynch dalam Bambang Heryanto,
2011: 13 menyatakan bahwa suatu citra (Image) kota adalah hasil dari suatu
kesan pengamatan masyarakat terhadap unsur-unsur yang nyata dan tidak nyata.
Mendasari kesan-kesan masyarakat, Lynch membuat kategori bentuk kota
dalam 5 unsur. Dalam mengartikan suatu kota, Lynvch menyatakan kota adalah
sesuatu yang dapat diamati – dimana letak jalur jalan, batas tepian, distrik atau
kawasan, titik temu, dan tetengernya dapat dengan mudah dikenali dan dapat
dikelompokkan dalam pola keseluruhan bentuk kota, sehingga kelima elemen
tersebut adalah Path (jalur), Edge (tepian), District (kawasan), Node (simpul),
serta Landmark (tetenger).

1.Path (jalur)
adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch
menemukan dalam risetnya bahwa jika elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan
orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan rute-rute
sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara
umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran,
dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang besar
(misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun), serta ada penampakan yang kuat
43
(misalnya fasade gedung, pohon besar, sungai), atau ada belokan/tikungan yang
jelas.

2.Edge (tepian)
adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai Path. Edge
berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus
linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, sungai,
topografi,dsb. Edge lebih bersifat sebagai referensi daripada misalnya elemen
sumbu yang bersifat koordinasi (Linkage). Edge merupakan penghalang
walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk. Edge merupakam
pengakhiran dari sebuah District atau batasan sebuah District dengan yang
lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas
batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau
menyatukan.

3. Node (simpul)
merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas yang lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, atau
bagian kota secara keseluruhan dalam skala makro misalnya pasar, taman,
Square, dsb.
Ciri-ciri Node :
- Pusat kegiatan
- Pertemuan beberapa ruas jalan
- Tempat pergantian alat transportasi

Tipe Node :
- Junction Node, misalnya stasiun bawah tanah, stasiun kereta api utama.
- Thematic Concentration, berfungsi sebagai Core, Focus, dan simbol sebuah
wilayah penting
- Junction dan Concentration

44
4. District (kawasan)
merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah
kawasan / District memiliki ciri khas yang mirip (baik dalam hal bentuk, pola,
dan wujudnya), dan khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus
mengakhiri atau memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi
Interior maupun Eksterior. District mempunyai identitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta
fungsi dan posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan
dengan yang lain).

5. Landmark (tetenger)
merupakan lambang dan symbol untuk menunjukkan suatu bagian kota,
biasanya dapat berupa bangunan gapura batas kota (yang menunjukkan letak
batas bagian kota), atau tugu kota (menunjukkan ciri kota atau kemegahan suatu
kota), patung atau relief ( menunjukkan sisi kesejarahan suatu bagian kota), atau
biasa pula berupa gedung dan bangunan tertentu yang memiliki suatu
karakteristik tersendiri yang hanya dimiliki kota tersebut. Sehingga keberadaan
suatu Landmark mampu menunjukkan dan mengingatkan orang tentang
tetenger suatu kota.
3 unsur penting Landmark :
- Tanda fisik berupa elemen fisual
- Informasi yang memberikan gambaran tepat dan pasti
- Jarak yang dikenali

Adapun kriteria Landmark:


- Unique memorable
- Bentuk yang jelas atau nyata (Clear Form)
- Identiafiable
- Memiliki hirarki fisik secara visual

45
Gambar 4. Contoh Landmark Beberapa Kota

Teori Struktur Ruang Kota

Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota
dan struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan kegiatan
ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota berkaitan dengan struktur
bangunan dan demografis.

Struktur Ekonomi Kota


Wilayah kota menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di bidang
jasa, perdagangan, dan administrasi. Selain itu, wilayah kota menjadi tempat
tinggal dan pusat pemerintahan. Kegiatan ekonomi kota dapat dibedakan
menjadi dua sebagai berikut.

a. Kegiatan Ekonomi Dasar


Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk
keperluan luar kota atau dikirim ke daerah sekitar kota. Produk yang dikirim
dan disalurkan berasal dari perdagangan, hiburan, dan lainnya.

b. Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar


Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk
keperluan sendiri. Kegiatan ini disebut juga dengan kegiatan residensial dan
kegiatan pelayanan. Kegiatan ekonomi kota dapat berupa 46actor46y dan

46
kegiatan jasa atau fasilitas yang tidak memerlukan lahan yang luas. Kegiatan
ini menyebabkan kota berpenduduk padat, jarak bangunan rapat, dan bentuk
kota kompak.
Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian penduduknya.
Mata pencaharian penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti
perdagangan, perkantoran, dan bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur
kota akan mengikuti fungsi kota. Sebagai contoh, suatu wilayah
direncanakan sebagai kota maka struktur penduduk kota akan mengarah atau
cenderung ke jenis kegiatan. Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota
mempunyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga merangkap fungsi lain,
seperti kota perdagangan, kota pemerintahan, atau kota kebudayaan. Contoh:
Yogyakarta selain disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai kota
pendidikan dan kota wisata.
Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti apartemen,
perumahan pegawai bank, perumahan tentara, pertokoan, pusat perbelanjaan
(shopping center), pecinan, dan kompleks suku tertentu. Kompleks tersebut
merupakan kelompok-kelompok (clusters) yang timbul akibat pemisahan
lokasi (segregasi). Segregasi dapat terbentuk karena perbedaan pekerjaan,
strata sosial, tingkat pendidikan, suku, harga sewa tanah, dan lainnya.
Segregasi tidak akan menimbulkan masalah apabila ada pengertian dan
toleransi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Munculnya segregasi di kota
dapat direncanakan ataupun tidak direncanakan. Kompleks perumahan dan
kompleks pertokoan adalah contoh segregasi yang direncanakan pemerintah
kota.
Bentuk segregasi yang lain adalah perkampungan kumuh/slum yang
sering tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta. Rendahnya pendapatan
menyebabkan tidak adanya kemampuan mendirikan rumah tinggal sehingga
terpaksa tinggal di sembarang tempat. Kompleks seperti ini biasanya
ditempati oleh kaum miskin perkotaan. Permasalahan seperti ini memerlukan
penanganan yang bijaksana dari pemerintah.

b. Struktur Intern Kota


Pertumbuhan kota-kota di dunia termasuk di Indonesia cukup pesat.
Pertumbuhan suatu kota dapat disebabkan oleh pertambahan penduduk kota,
47
urbanisasi, dan kemajuan teknologi yang membantu kehidupan penduduk di
kota. Wilayah kota atau urban bersifat heterogen ditinjau dari aspek struktur
bangunan dan demografis. Susunan, bentuk, ketinggian, fungsi, dan usia
bangunan berbeda-beda.
Mata pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, dan kepadatan
penduduk juga bermacam-macam. Selain aspek bangunan dan demografis,
karakteristik kota dipengaruhi oleh berbagai 48actor seperti topografi, sejarah,
ekonomi, budaya, dan kesempatan usaha. Karakteristik kota selalu dinamis
dalam rentang ruang dan waktu.
Misalnya, kota A berbentuk persegi empat, kota B berbentuk persegi
panjang, dan kota C berbentuk bulat. Begitu juga dalam susunan bangunan kota
terjadi pengelompokan berdasarkan tata guna lahan kota. Jadi, suatu kota
memiliki bentuk dan susunan yang khas. Apabila kamu mengamati kota
berdasarkan peta penggunaan lahan, maka kamu akan mendapatkan berbagai
jenis zona, seperti zona perkantoran, perumahan, pusat pemerintahan,
pertokoan, industri, dan perdagangan. Zona-zona tersebut menempati daerah
kota, baik di bagian pusat, tengah, dan pinggirannya. Zona perkantoran, pusat
pemerintahan, dan pertokoan menempati kota bagian pusat atau tengah. Zona
perumahan elite cenderung memiliki lokasi di pinggiran kota. Sedang zona
perumahan karyawan dan buruh umumnya berdekatan dengan jalan
penghubung ke pabrik atau perusahaan tempat mereka bekerja.

Bentuk Kota
Kota merupakan suatu komponen yang memiliki unsur yang terlihat
nyata secara fisik seperti perumahan & prasarana umum, hingga komponen
yang secara fisik tidak dapat terlihat yaitu berupa kekuatan politik & hukum
yang mengarahkan kegiatan kota . Kota didefinisikan sebagai objek buatan
manusia dalam sekala besar dan dipandang sebagai sebuah arsitektur yang
berupa konsentrasi elemen-elemen fisik spasial yang tumbuh dan berkembang.
Sesuai dengan bentukan alam kota terbentuk secara topografis, morfologi
berwawasan lingkungan dan respon lansekap. Sedangkan sesuai dengan
pertumbuhan karakteristiknya kota terbentuk secara sosial dan ekonomi,
mengakomodasi kegiatan penduduk dengan efektif dan efisien.
48
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kota :
Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:
1. Bentuk Bujur Sangkar (The Squre city) = Kota berbentuk bujur
sangkar menunjukan adanya kesempatan perluasan kota ke segala
arah yang “relatif” seimbang dan kendala fisikal “relatif” tidak begitu
berarti. Hanya saja, adanya jalur transportasi pada sisi-sisi
memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada
arah jalur yang bersangkutan.
2. Bentuk Empat Persegi Panjang (The Rectangular Cities) Melihat
bentuknya sudah terlihat jelas bahwa dimensi memanjang sedikit
lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul
karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan
areal kota pada salah satu sisi-sisinya.Hambatan-hambatan tersebut
antara lain dapat berupa lereng yang terjal, perairan, gurun pasir,
hutan, dan lain sebagainya. “Space” untuk perkembangan arealnya
cukup besar baik melebar maupun memanjang.
3. Bentuk Kipas (Fan Shaped Cities) = Bentuk semacam ini sebenarnya
merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar
lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan
berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada
bagian-bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan
areal kekotaannya yang dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
Hambatan-hambatan alami (natural constraints), misalnya perairan,
pegunungan ; Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints),
misalnya saluran buatan, zoning, ring road
4. Bentuk Bulat (Rounded Cities) = Bentuk kota seperti ini merupakan
bentuk paling ideal daripada kota. Hal ini disebabkan karena
kesempatan perkembangan areal ke arah bagian luarnya sama. Tidak
ada kendala-kendala fisik yang berarti pada sisi-sisi luar kotanya.
Pada bagian-bagian yang terlalu lambat perkembangannya, dipacu
dengan peraturan-peraturan misalnya “Planned Unit Development”
sedang untuk bagian-bagian yang terlalu cepat perkembangan areal
kekotaannya dapat dihentikan, misalnya dengan “Development
49
Moratoria”. Batas terluar dari pada kotanya ditandai dengan “green
belt zoning” atau “growth limitation” dengan “ring roads”. Dengan
demikian terciptalah bentuk bulat artifisial.
5. Bentuk Pita (Ribbon Shaped Cities) = Sebenarnya bentuk ini juga
mirip “rectangular city” namun karena dimensi memanjangnya jauh
lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati
klasifikasi tersendiri dan mengambarkan bentuk pita. Dalam hal ini
jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi)
yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal
kekotaannya, serta terhambatnya perluasan areal ke samping.
Sepanjang lembah pegunungan, sepanjang jalur transportasi darat
utama adalah bagian-bagian yang memungkinkan terciptanya bentuk
seperti ini. “Space” untuk perkembangan areal kekotaannya hanya
mungkin memanjang saja.
6. Bentuk Gurita / Bintang (Octopus/Star Shaped Cities) = Peranan jalur
transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam
“ribbon-shaped city”. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur
transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar
kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah “hinterland” dan
pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti
terhadap perkembangan areal kekotaanya.
7. Bentuk Yang Tidak Berpola (Unpatterned Cities) = Kota seperti ini
merupakan kota yang terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi
geografis yang khusus. Daerah di mana kota tersebut berada telah
menciptakan latar belakang khusus dengan kendala-kendala
pertumbuhan sendiri. Sebuah cekungan struktural dengan beberapa
sisi terjal sebagai kendala perkembangan areal kekotaannya, sangat
mungkin pula ditempati oleh suatu kota dengan bentuk yang khusus
pula. Contohnya adalah sebuah kota pulau yang mempunyai bentuk
khusus, karena perkembangan arealnya terhambat oleh laut dari
berbagai arah.

Bentuk tidak kompak mempunyai empat macam bentuk, yaitu:

50
1. Berantai (chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi
hanya terjadi di sepanjang rute tertentu. Kota ini seolah-olah
merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi,
sehingga peran jalur transportasi sangat dominan.
2. Terpecah (fragment cities). Merupakan bentuk kota dimana
perluasan areal kota tidak langsung menyatu dengan induk, tetapi
cenderung membentuk exclaves (umumnya berupa daerah
permukiman yang berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat
perkotaan).
3. Terbelah (split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun
terbelah perairan yang lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian
yang terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan.
4. Satelit (stellar cities). Merupakan bentuk kota yang didukung oleh
majunya transportasi dan komunikasi yang akhirnya tercipta
bentuk kota megapolitan. Biasa terdapat pada kota-kota besar yang
dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala
penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di
sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip
“telapak katak pohon”.

Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota

1. Teori Konsentris (Burgess, 1925)

51
Gambar 6. Struktur Ruang Kota menurut Teori Konsentris

Teori Konsentris
Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central
Business District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota
dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi,
budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi
dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu:
pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan
dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD
(Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan
peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan
(warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage
buildings).
1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang
merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat,
bank, museum, hotel, restoran dan sebagainya.
2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan.
Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun
sosial ekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh
yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun
demikian sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri
sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik
karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh
dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil
yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni
oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working men's
homes.
4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan
kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki
keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas
proletar.

52
5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai
dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas.
Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan
pejabat tinggi.
6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki
daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota.
Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.

2. Teori Sektoral (Hoyt, 1939)

Gambar 7. Struktur Ruang Kota menurut Teori Sektoral

Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama
dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan
kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum
buruh.
4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan
atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.

53
3. Teori Inti Berganda (Harris dan Ullman, 1945)

Gambar 8. Struktur Ruang Kota menurut Teori Inti Ganda

Teori Inti Berganda


Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya
relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu growing
points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas
transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti
retailing, distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan
dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat
Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah
kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
1. Pusat kota atau Central Business District (CBD).
2. Kawasan niaga dan industri ringan.
3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.
4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah.
5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya.
6. Pusat industri berat.
7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.
8. Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma.
9. Upakota (sub-urban) kawasan industry

54
4. Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955).
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat
dari variabel ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar
merupakan daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi
dan ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal. Dalam
hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan perdagangan
(retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang
tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya.

Gambar 9. Struktur Ruang Kota menurut Teori Bergel

5. Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, 1980)


Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di Amerika Latin.
Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari
perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses
perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut.
Pada daerah – daerah yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota
Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi,
antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah
dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.

55
Gambar 10. Teori Konsektoral

6. Teori Historis (Alonso, 1964)


DPK atau CBD dalam teori ini merupakan pusat segala fasilitas kota dan
merupakan daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi.

Gambar…..Teori Historis

Dari model gambar di depan menunjukkan bahwa dengan meningkatnya


standar hidup masyarakat yang semula tinggal di dekat CBD disertai penurunan
kualitas lingkungan, mendorong penduduk untuk pindah ke daerah pinggiran
(a). Perbaikan daerah CBD menjadi menarik karena dekat dengan pusat segala
fasilitas kota (b). Program perbaikan yang semula hanya difokuskan di zona 1
dan 2, melebar ke zona 3 yang menarik para pendatang baru khususnya dari
zona 2(c).

56
7. Teori Poros (Babcock, 1960)
Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi
struktur keruangan kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan
penduduk mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam. Faktor
utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang
menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas
memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang
poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona
di antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat.

Gambar …..Teori Poros


Potensi Kota
a. Potensi Ekonomi, kota menyediakan berbagai fasilitas yang dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat dalam kota dan daerah diluar kota seperti mall,
apartemen, bank, pasar tradisional, terminal, stasiun kereta dan lain-lain.
b. Potensi social, kota menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menciptakan
keserasian dan ketenangan hidup masyarakat kota, seperti rumah sakit,
puskesmas, pemadam kebakaran, dan lain-lain.
c. Potensi politik, kota menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menciptakan
ketentraman hidup bagi masyarakat yang hidup di perkotaan seperti aparatur
kota, polisi, camat, bupati dan lain-lain.

57
d. Potensi budaya, kota menyediakan berbagai fasilitas yang dapat memajukan
kehidupan masyarakat kota seperti sarana dan prasarana pendidikan, oleh
raga, kesenian, rekreasi dan lain-lain.

Indikator Kualitas Kehidupan di 8 Kota Besar Dunia

Nama Kota Rata- % RT Angka Tingkat Rata-rata Tingkat


rata dengan kematian kebisingan kecepatan Polusi
jumlah air per (1-10) saat jam Udara
Orang bersih 100.000 1=rendah, sibuk (1-10)
per dan orang 10=tinggi (Km/jam) 1=rendah
ruang listrik 10=tinggi
Cairo (Mesir) 1.5 94 56.4 7 12.4 10

Jakarta 3.4 85 5,3 6 16.3 10


(Indonesia)

London (Inggris) 0.6 100 2.5 8 10.4 3

Melbourne 0.5 100 2.0 3 20.3 1


(Australia)

Moscow (Rusia) 1.3 100 7.0 6 31.5 7

San Fransisko 0.6 98 5.8 3 16.0 3


(USA)

Seoul (Korea 2.0 100 1.2 7 13.8 7


Selatan)

Shanghai (China) 2.0 95 2.5 5 15.3 3

Sumber: Cambers, 2012

Klasifikasi Kota

Berdasarkan jumlah penduduknya, kota diklasifikasikan menjadi:


a. Kota kecil jika penduduknya 20.000-50.000 jiwa
b. Kota sedang jika penduduknya 50.000-100.000 jiwa
c. Kota besar jika penduduknya 100.000-1.000.000 jiwa
d. Kota metropolitan jika penduduknya 1.000.000-5.000.000 jiwa
e. Kota megapolitan jika penduduknya lebih besar dari 5.000.000 jiwa

Berdasarkan fungsinya kota dapat diklasifikasikan menjadi:

58
a. Kota sebagai pusat produksi
b. Kota sebagai pusat perdagangan
c. Kota sebagai pusat pemerintahan
d. Kota sebagai pusat informasi
e. Kota sebagai pusat kebudayaan
f. Kota sebagai pusat pendidikan
g. Kota sebagai pusat rekreasi
h. Kota sebagai pusat kesehatan

Struktur Penduduk Kota


a. Struktur penduduk kota dari segi demografi
b. Struktur penduduk kota dari segi ekonomi
c. Struktur penduduk kota dari segi segregasi

RANGKUMAN
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomis, politik, kultural setempat dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Faktor-faktor pembentuk desa antara
lain wilayah, penduduk, dan tata kehidupan. Ketiga faktor tersebut merupakan
living unit. Struktur keruangan desa secara garis besar menjadi 4 pola yaitu pola
memanjang/linier, pola memusat, pola terpusat, dan pola terpencar. Potensi desa
dipengaruhi oleh faktor 1). Potensi fisik seperti tanah, air, iklim, ternak,
tumbuhan. 2). potensi non fisik meliputi masyarakat desa, lembaga-lembaga
sosial, aparatur atau pamong desa. Potensi desa satu dengan yang lain tidak
sama. Potensi desa berpengaruh pada tingkat kemajuan desa. Berdasarkan
tingkat kemajuannya desa dibedakan atas desa swadaya, desa swakarya dan
desa swasembada. Berdasarkan IPD (Indeks Pembangunan Desa)
mengklasifikasikan desa menjadi desa mandiri, desa berkembang dan desa
tertinggal. Sedangkan IDM mengklasifikasi desa dalam lima (5) status, yakni:
Desa Sangat Tertinggal; Desa Tertinggal; Desa Berkembang; Desa Maju; dan
Desa Mandiri.
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan
oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya Terdapat 10

59
kriteria secara lebih spesifik untuk merumuskan kota antara lain ukuran dan
jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat, bersifat permanen,
kepadatan minimum terhadap massa dan tempat, struktur dan tata ruang
perkotaan seperti yang ditunjukan oleh jalur jalan dan ruang-ruang perkotaan
yang nyata, tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja, fungsi kota
minimum yang diperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah pusat
administratif dan pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan,
atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama,
heterogenitas dan perbedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat, pusat
ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota
dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas, pusat
pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat, pusat penyebaran,
memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada massa dan tempat itu dan
memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara
mandiri.
Kota mempunyai potensi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Elemen
pembentuk kota yang penting antara lain penggunaan lahan (landuse), jalan dan
jaringan transportasi (road and transportation), lahan terbuka (open space
framework), dan arsitektur kota (landmark and axis). Berdasarkan potensi dan
struktur pola keruangannya, bentuk kota antara lain bujur sangkar, persegi
panjang, kipas, bulat, pita, dan tidak berpola.
Berdasarkan jumlah penduduknya, kota diklasifikasikan menjadi a.
Kota kecil jika penduduknya 20.000-50.000 jiwa, Kota sedang jika
penduduknya 50.000-100.000 jiwa, Kota besar jika penduduknya 100.000-
1.000.000 jiwa, Kota metropolitan jika penduduknya 1.000.000-5.000.000 jiwa,
Kota megapolitan jika penduduknya lebih besar dari 5.000.000 jiwa.
Berdasarkan fungsinya kota dapat diklasifikasikan menjadi Kota sebagai pusat
produksi, Kota sebagai pusat perdagangan, Kota sebagai pusat pemerintahan,
Kota sebagai pusat informasi, Kota sebagai pusat kebudayaan, Kota sebagai
pusat pendidikan, Kota sebagai pusat rekreasi, Kota sebagai pusat kesehatan.

TES FORMATIF

Petunjuk!

60
A. Merupakan daerah padat penduduk
B. Berdekatan dengan lokasi tempat bekerja
C. Merupakan daerah yang subur
D. Menjauhkan diri dari polusi udara
E. Mengurangi tingkat kemacetan
7. Kota-kota yang dijadikan pusat pertumbuhan utama di Indonesia
adalah…
A. Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar
B. Jakarta, Semarang, Surabaya dan Manado
C. Jakarta,Surabaya,Medan dan Manado
D. Jakarta,Semarang, Manado dan Medan
E. Jakarta, Manado, Medan dan Makassar
8. Nama kota:
1) Semarang
2) Jakarta
3) Bandung
4) Yogyakarta
5) Tembagapura
Kota kota di Indonesia yang sejarah pertumbuhan berasal dari pusat
administratif pemerintah adalah….
A. 1 dan 2
B. 1 dan 5
C. 2 dan 4
D. 3 dan 4
E. 4 dan 5
9. Pembangunan super blok dan apartemen di kota-kota besar merupakan
aplikasi dari pengembangan teori ….
A. Burgess
B. Hoyt
C. Ullman
D. Bergel
E. Christaller
10. Kawasan terbangun pinggiran kota, atau disebut sebagai kawasan marjinal,
yang memiliki karakteristik “desa bukan dan kota belum” adalah:
A. urban center
B. suburban
C. urban fringe
D. rural fringe
E. rural center

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam Sheppard and Nick Smith, 2013, Study Skills for Town and
Country Planning, SAGE Publications Ltd

2. Bintarto, 1977, Pengantar Geografi Kota, Yogyakarta, UP Spring.


62
3. Cambers, Gary and Steve Sibley, 2012, Geography, University
Cambridge Press.

4. Daryanto, Arief, 2003, Disparitas Pembangunan Perkotaan-Perdesaan di


Indonesia, Agrimedia, Volume 8 No. 2 Tahun 2003.

5. Endra Saleh Atmawidjaja, 2012, Pengenalan Kota dan Perkotaan,


makalah, ”Pelatihan Kader Pelopor Penataan Ruang”, Jakarta
18 Juli 2012.

6. Muta’ali Lutfi, 2011, Kapita Selekta Pembangunan Wilayah, Badan


Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gajah Mada,
Yogjakarta.

7. Muta’ali Lutfi, 2013, Pengembangan Wilayah Perdesaan (Prespektif


Keruangan), Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)
Universitas Gajah Mada, Yogjakarta.

8. ______________, 2012, Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan


Pembangunan Wilayah, Badan Penerbit Fakultas Geografi
(BPFG) Universitas Gajah Mada, Yogjakarta

9. Parker B and L. Parker, 2010, Geography Today, national Library of


Australia.

10. Sibarani Sofian, 2012, ”Pengantar Perancangan Kota (short introduction


to Urban Planning), makalah, ”Pelatihan Kader Pelopor
Penataan Ruang”, Jakarta 18 Juli 2012.

11. Suhardjo, 2008, Geografi Perdesaan: Sebuah Ontologi, Ideas Media,


Yogjakarta

12. Vandana Vasudevan, 2013, Urban Villager, SAGE Publications Ltd

13. Waugh, David, 2012, Geography An Integrated Approach, Third Edition,


Nelson Thormes, a Wolter Kluwer Busines;

14. Yunus, Hadi Sabari, 2009, Klasifikasi Kota, Pustaka Pelajar, Yogjakarta

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. A
2. B
3. C
4. A
5. C

63
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019

MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan

Kegiatan Belajar 3
Interaksi Desa-Kota

Dr. Wiwik Sri Utami, MP

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
PETUNJUK BELAJAR ............................................................................................ 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................................ 1
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN........................................................................ 2
URAIAN MATERI .................................................................................................... 2
1. Hubungan Keruangan (Interaksi) Desa dan Kota ...................................... 2
2. Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi ................................................ 3
3. Pengaruh Interaksi ......................................................................................... 7
4. Zona interaksi Desa dan Kota ....................................................................... 9
5. Interaksi Kaitannya dengan Segi Ekonomi, Sosial dan Budaya .............. 10
6. Urbanisasi ...................................................................................................... 14
7. Pembangunan Perkotaan-Perdesaan.......................................................... 22
8. Pemanfaatan lahan permukiman suatu wilayah ....................................... 25
9. Model Pusat Pertumbuhan (Growth Center) ............................................ 25
RANGKUMAN ........................................................................................................ 28
TES FORMATIF ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 32

ii
BIDANG KAJIAN:
WILAYAH DAN PERWILAYAH

KEGIATAN BELAJAR 3: INTERAKSI DESA KOTA

PENDAHULUAN
Kota dan desa akan selalu berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang membentuk
pola hubungan interaksi antar wilayah. Hubungan timbal balik antar dua wilayah atau
lebih, misalnya antara kota dan desa, antara kota dan kota, antara daerah industri dan
daerah pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang jarang
penduduknya, serta antara suatu negara dan negara lainnya. Bentuk interaksi antar
wilayah dibedakan menjadi regional complementary, intervening opportunity, spatial
transfer ability. Wujud interaksi antar wilayah yang nampak terjadi adalah urbanisasi.
Intensitas interaksi antar wilayah dapat diukur berdasarkan teori gravitasi, titik henti
dan indeks konektivitas. Dalam Kegiatan Belajar (KB) 3 juga terdapat tugas yang
harus dikerjakan secara individu. Pada bagian akhir KB 3 terdapat latihan formatif
untuk mengetahui daya serap belajar peserta.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan materi
dalam modul ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini. Saudara harus
mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum
tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul berikutnya

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup: (1)
Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai ruang
kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik wilayah
dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi; (5)
Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mendukung pembangunan

1
berkelanjutan serta mencari solusi masalah lingkungan dan kebencanaan; (6)
Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial (Pemetaan, Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografi) untuk pembangunan; dan (7) termasuk advance materials
yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana”
proses serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.1 Mampu menganalisis Hakekat dan literasi informasi geografi

3.4 Mampu menganalisis Karakteristik wilayah dan pewilayahan (regionalisasi)


berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi

URAIAN MATERI
1. Hubungan Keruangan (Interaksi) Desa dan Kota
Kota dan desa akan selalu berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang membentuk
pola hubungan interaksi antar wilayah.
1. Pengertian Interaksi
Interaksi dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling
berpengaruh antardua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala,
kenampakan ataupun permasalahan baru. Interaksi keruangan meliputi hal-hal
berikut ini.
a. Hubungan timbal balik antar dua wilayah atau lebih, misalnya antara kota
dan desa, antara kota dan kota, antara daerah industri dan daerah
pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang jarang
penduduknya, serta antara suatu negara dan negara lainnya.
b. Dalam hubungan timbal balik wilayah ini terdapat proses pergerakan,
yaitu
1) Pergerakan manusia atau mobilitas,
2) Pergerakan atau perpindahan gagasan dan informasikomunikasi,
seperti informasi tentang teknologi, keindahan suatu wilayah, dan
bencana alam, serta
3) Pergerakan materi atau benda yang dinamakan transportasi, seperti
perpindahan hasil pertanian, produksi industri, dan barang tambang.

2
c. Akibat hubungan antar dua wilayah tersebut maka timbul gejala,
kenampakan atau permasalahan baru. Gejala-gejala tersebut sifatnya dapat
menguntungkan (positif) ataupun merugikan (negatif).
2. Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi
Pola dan kekuatan interaksi antardua wilayah atau lebih sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan-
kemudahan yang dapat mempercepat proses hubungan kedua wilayah itu.
Menurut Edward Ullman ada tiga faktor utama yang mendasari atau
mempengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu
a. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional
complementarity);
b. Adanya kesempatan untuk berinteraksi (intervening opportunity);
c. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial
transfer ability)

Gambar 1. Alur Pokok Interaksi Keruangan

Regional Complementary
Adanya wilayah yang berbeda dalam ketersediaan atau kemampuan
sumberdaya menimbulkan komplementaritas regional. Di satu pihak ada
wilayah yang kelebihan atau surplus sumberdaya, misalnya sumberdaya
barang tambang, hasil hutan, sumber daya pertanian dan barang industri.
Dilain pihak ada daerah yang kekurangan atau minus bahkan tidak memiliki
sumber daya tersebut, padahal daerah tersebut sangat membutuhkannya.
Keadaan ini akan mendorong terjadinya interaksi antara kedua wilayah
tersebut, karena keduanya saling membutuhkan, yaitu sebagai produsen dan
konsumen. Perhatikan Gambar 2 skema komplementaris regional.

3
WILAYAH A WILAYAH B

Surplus Sumber Daya X Surplus Sumber Daya Y


Minus Sumber Daya Y Minus Sumber Daya X
Minus Sumber Daya Z Minus Sumber Daya Z

WILAYAH C

Surplus Sumber Daya Z


Minus Sumber Daya X
Minus Sumber Daya Y

Gambar 2. Regional Complementary

CONTOH:
Gresik merupakan Kabupaten panghasil ikan bandeng mencapai 88.410 ton/tahun.
Ikan bandeng tersebut dipasarkan ke beberapa kota di Jawa Timur seperti Surabaya,
Mojokerto, Jombang, Malang, Kediri, dll. Disisi lain, kebutuhan akan sayur mayur,
buah-buahan dipenuhi dari Kediri, Malang, Pasuruan, dan Mojokerto terutama sayur
kentang, wortel, kubis, selada, bawang putih dll.

Intervening Opportunity
Kesempatan berinteraksi (intervening oppotunity) dpat diartikan sebagai
suatu kemungkinan peratntara yang dapat menghambat timbulnya interaksi
antarwilayah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 3 skema melemahnya
interaksi akibat intervening oppotunity.
Berdasarkan Gambar 3 sebenarnya secara potensial antara wilayah A
dan B sangat mungkin terjalin hubungan timbal balik, sebab wilayah A
kelebihan sumber daya X dan kekurangan sumber daya Y, sedangkan keadaan
di wilayah B sebaliknya. Namun, karena kebutuhan masing-masing wilayah
itu secara langsung telah dipenuhi oleh daerah C maka interaksi antara wilayah
A dan B jadi melemah.

4
Intervening oppotunity dapat pula diartikan sebagai suatu hal atau
keadaan yang dapat melemahkan pola interaksi antar wilayah, sebagai akibat
adanya alternatif pengganti suatu sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu
daerah. Perhatikan Gambar 3 melemahnya interaksi keruangan akibat adanya
sumber daya alternatif.

WILAYAH A WILAYAH B

Surplus Sumber Daya X Surplus Sumber Daya Y


Minus Sumber Daya Y Minus Sumber Daya X

WILAYAH C
Kebutuhan Kebutuhan
A disuplai B disuplai
oleh C Surplus Sumber Daya X oleh C
Surplus Sumber Daya Y

Gambar 3. Intervening Opportunity

CONTOH:
Di Jawa Timur, selain Gresik ikan bandeng juga dihasilkan oleh Kabupaten Sidoarjo.
Kebutuhan konsumsi masyarakat Kota Surabaya akan ikan bandeng dipenuhi oleh
komoditas yang berasal dari Gresik. Karakteristik ikan bandeng yang dihasilkan oleh
petambak dari Gresik dirasa lebih murah. Tetapi saat ini konsumsi ikan bandeng yang
dihasilkan oleh petambak dari Sidoarjo meningkat karena rasa ikan bandeng yang
lebih gurih dan tidak berbau lumpur, akibatnya permintaan ikan bandeng dari Gresik
menjadi berkurang karena adanya ikan bandeng dari Sidoarjo di pasar trandisional.

Spatial Transfer Ability

Faktor terakhir yang mempengaruhi pola interaksi antarwilayah adalah


kemudahan pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability), baik proses
pemindahan manusia, gagasan dan informasi atau pun prosespemindahan
barang . faktor ini sangat berhubungan dengan bentuk interaksi ini antara lain:
a. Jarak mutlak dan relatif antara satu wilayah dan wilayah lainnya;

5
b. Biaya angkutan atau biaya transportasi yang memindahkan manusia,
barang, gagasan dan informasi dari suatu tempat ke tempat lainnya;
c. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antarwilayah,
seperti kondisi jalan, relief wilayah yang dilewati, dan jumlah
kendaraan sebagai sarana transportasi.

WILAYAH B

WILAYAH A

Minus Sumber Daya X tetapi memiliki


Surplus Sumber Daya X sumber daya Z sebagai pengganti
kebutuhan sumber daya X

Gambar 4. Spatial Transfer Ability

CONTOH
Kemudahan Transfer Transfer Ability Pengangkutan barang atau juga
orang memerlukan biaya. Biaya untuk terjadinya interaksi tersebut harus lebih
rendah dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Jika biaya tersebut
terlalu tinggi dibandingkan dengan keuntungannya, maka interaksi antar
ruang tidak akan terjadi. Kemudahan transfer dan biaya yang diperlukan juga
sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana yang
menghubungkan daerah asal dan tujuan. Jalan yang rusak dan sulit untuk
dicapai akan mengurangi kemungkinan terjadinya interaksi karena biaya untuk
mencapainya juga akan lebih mahal. Sebagai contoh, seseorang akan menjual
sayuran dari wilayah A ke wilayah B, namun jalan menuju wilayah B
mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa dilalui. Akibatnya, orang tersebut
tidak jadi menjual sayuran ke wilayah B. B. Letak dan Luas Indonesia
Jarak mutlak adalah jarak sebenarnya dari dua tempat atau lebih yang
ingin kita ketahui kekuatan interaksinya. Misalnya, jarak Bandung-Jakarta
adalah 180 km. Jarak relatif lebih ditekankan pada waktu yang dibutuhkan
untuk mengadakan perpindahan manusia, barang dan jasa, serta gagasan da
informasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Oleh karena itu, jarak relatif
dapat diperpendek melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi , serta
kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana transportasi. Contohnya,

6
apabila kita pergi ke Bandung ke Jakarta yang jaraknya 180 km dengan
berjalan kaki maka akan memakan waktu sampai berhari-hari. Waktu tersebut
dapat diperpendek menjadi sekitar 4,5 jam saja seandainya kita menggunakan
kendaraan. Jarak relatif kadangkala disebut juga jarak menyenangkan .
Selain jarak absolut dan relatif, dalam geografi dikenal pula lokasi
absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut berkenan dengan posisi suatu
wilayahberdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Misalnya wilayah
Republik Indonesia terletak pada 6o lu – 11o LS dan 95o BT – 141o BT. Lokasi
relatif adalah posisi suatu wilayah terdapat kondisi wilayah yang ada
disekitarnya. Misalnya wilayah Republik Indonesia terletak di antara
rangkaian Pegunungan Mediterania dan Pegunungan Sirkum Pasifik. Lokais
relatif juga dapat didasarkan atas kondisi-kondisi nonfisik. Lokais relatif suatu
tempat akan memberikan gambaran mengenai keterbelakangan perkembangan
atau kemajuan wilayah dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. Posisi relatif ini sering pula dinamakan situation.
Berdasarkan jenisnya, interaksi keruangan dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu
• keruangan ekonomi,
• keruangan politik,
• keruangan sosial,
• keruangan manusia dan lingkungan.

3. Pengaruh Interaksi
a. Wujud interaksi kota dan desa yang sering terjadi.
1) Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya
2) Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa.
3) Pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, ruralisasi, atau
mobilitas penduduk, baik yang sifatnya sirkulasi maupun komutasi.
Proses interaksi antar wilayah yang berlangsung secara terus-menerus
dapat menimbulkan pengaruh bagi kedua wilayah, baik bersifat positif
maupun negatif terhadap aspek-aspek ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat.

7
b. Pengaruh positif
1) Tingkat pengetahuan penduduk meningkat. Pengetahuan didapat dengan
masuknya SD dan SMP ke wilayah pedesaan. penduduk desa juga dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi di kota. interaksi desa
dan kota juga mempermudah informasi yang diterima penduduk desa,
terutama melalui media massa.
2) Adanya lembaga pendidikan di pedesaan dapat memberikan sumbangan
yang berarti dalam meningkatkan peran serta penduduk dalam proses
pembangunan.
3) Melalui pengembangan sarana dan prasarana transportasi yang
menghubungkan kota dan desa, wilayah pedesaan akan semakin terbuka
dengan tetap selektif di dalam menerima pola hidup kota. Terbukanya
hubungan kota dan desa diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
penduduk.
4) Melalui penggunaan teknologi tepat guna ke wilayah pedesaan diharapkan
dapat meningkatkan aneka produksi dan pendapatan masyarakat.
5) Masuknya para ahli ke daerah pedesaan akan bermanfaat bagi penduduk
pedesaan , terutama dalam menciptaka berbagai peluang yang beorientasi
ekonomi,=.
6) adanya hubungan yang lancar antarkota dan desa, manfaatnya tidak saja
dirasakan oleh penduduk desa, tetapi juga oleh penduduk kota.Misalnya,
aneka produksi pertanian dapat dipasok untuk memenuhi konsumsi
wilayah kota.

c. Dampak negatif interaksi desa dan kota


1) lancarnya hubungan kota dan desa dapat menyebabkan timbulnya
dorongan bagi penduduk desa berusia muda untuk bekerja dikota. Bila
kenyataan ini dibiarkan maka pada suatu waktu wilayah desa akan
kehilangan tenaga kerja berusia produktif.
2) Wilayah pedesaan akan menjadi lahan yang menarik bagi orang kota
sehingga tidak sedikit orang-orang membelinya untuk berbagai keperluan,
misalnya untuk tempat peristirahaatan, tempat rekreasi dan lokasi industri.
8
Bila tanpa pengaturan yang jelas dan tegas tentang peruntukan lahan
pedesaan, suatu saat tidak tertutup kemungkinan akan muncul berbagai
masalah sosial, seperti hilangnya kawasan hijau, menyempitnya
kepemilikan lahan pertanian, serta menurunnya kemampuan lahan
sebagai daerah tangkapan hujan (catchment area) dan peresapan air
(recharge area).
3) Adanya penetrasi budaya kota yang kurang sesuai dengan tradisi
pedesaan, baik secara kontak langsung maupun melalui perantara media.
hal itu dapat menimbulkan “gangguan” bagi stabilitas budaya pedesaan.
4) munculnya daerah-daerah kumuh (slum area) di wilayah perkotaan yang
biasanya dihuni oleh penduduk desa yang gagal bersaing dalam kerasnya
kehidupan kita.

4. Zona interaksi Desa dan Kota


Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan, kekuatan
hubungannya sesuai dengan jarak ke pusat kota dan membentuk wilayah tertentu.
Semakin jauh letak suatu daerah dari pusat kota maka semakin lemah interaksinya
dengan pusat kota tersebut. Wilayah-wilayah interaksi tersebut membentuk
lingkaran-lingkaran yang dimulai di pusat kota sampai ke wilayah pedesaan.
Menurut Bintarto (1983), wilayah-wilayah atau zona interaksi adalah sebagai
berikut.
a. City diartikan sebagai pusat kota
b. Suburban (subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang lokasinya
berdekatan dengan pusat kota. Wilayah ini merupakan tempat tinggal
para penglaju. Penglaju adalah penduduk yang melakukan mobilitas
harian (tanpa menginap ke kota)
c. Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang
dilingkari subdaerah perkotaan. Wilayah ini merupakan peralihan kota
dan desa
d. Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luat), yaitu semua batas
wilayah terluar suatu kota. Wilayah ini ditandai dengan sifat-siratnya yang
mirip dengan wilayah kota, kecuali wilayah pusat kota.

9
e. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), yaitu suatu wilayah yang
terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan
campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
f. Rural merupakan daerah pedesaan.

Gambar 5. Skema Zona Interaksi desa dan kota

5. Interaksi Kaitannya dengan Segi Ekonomi, Sosial dan Budaya


Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, penduduk di suatu harus berhubungan
dengan penduduk di tempat lain. Aktivitas perekonomian penduduk menyebabkan
terjadinya perdagangan (hubungan dagang), jual beli barang dan jasa. Dalam segala
aspek seperti sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan, mental,
spiritual selalu ada hubungan antara penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain.
Terdapat berbagai konsep dalam rangka analisa keruangan untuk
mengungkapkan aspek interaksi antara dua wilayah atau lebih, diantaranya adalah
dengan menggunakan model Gravitasi. Sir Issac Newton telah menyumbangkan
hukum fisika yang berharga berupa Hukum Gaya Tarik (Hukum Gravitasi) pada
tahun1687. Dia mengemukakan bahwa tiap massa akan memiliki gaya tarik terhadap
tiap titik di sekitarnya. Karena itu, bila ada dua massa yang berhadapan satu sama lain,
maka kedua massa itu akan saling menarik. Gaya tarik menarik itu berbanding lurus
dengan massa-massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Secara
matematis gaya gravitasi dinyatakan dengan rumus:

10
Model tersebut kemudian diterapkan dalam bidang geografi untuk mengukur
kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih oleh W.J. Reilly (1929).
Berdasarkan teorinya dikemukakan bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah atau
lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk masing-masing wilayah
dan jarak mutlak antara wilayah-wilayah tersebut, yang dinyatakan dengan rumus:

Penguatan Karakter: Contoh

Peserta tekun dan teliti Diketahui : 3 buah kota. Jumlah penduduk


mengaplikasi rumus untuk kota A adalah 1000 orang, kota B 2000 orang
menentukan besarnya interaksi
dan kota C adalah 3000 orang. Jarak kota A ke
antar wilayah.
B adalah 25 km, sedangkan dari kota B ke C
adalah 100 km.

Ditanyakan : manakah dari ketiga kota


tersebut yang lebih besar kekuatan
interaksinya, apakah antara kota A dan B
atau kota B dan C?

Perbandingan kekuatan interaksi keruangan beberapa wilayah dengan menggunakan


rumus Reilley dapat diterapkan apabila:
a. kondisi penduduk meliputi tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, mata
pencaharian, mobilitas, keadaan budaya dan laian-lain dari tiap-tiap wilayah yang
sedang dibandingkan relatif sama.
b. kondisi alam terutama bentuk wilayah atau reliefnya sama.
c. keadaan prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan wilayah-wilayah
11
yang sedang dibandingkan interaksinya relatif sama.

Di dalam kenyataannya bisa saja interaksi antara kota B dan C lebih kuat
dibandingkan dengan kota A dan B, karena kondisi wilayah yag menghubungkan B
dan C merupakan daerah pedataran dan didukung prasarana jalan yang baik.
Sedangkan di wilayah A dan B merupakan jalur perbukitan dengan prasarana jalan
yang kurang baik. Oleh sebab itu ketiga hal di atas perlu dipertimbangkan dalam
menghitung besarnya gravitasi menurut Reilly.

Selain Teori Gravitasi juga terdapat Teori Titik Henti (the breaking point theory)
sebagai modifikasi dari Teori Gravitasi Reilley. Teori ini berusaha memberikan suatu
cara dalam memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Selain itu, juga dapat
digunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan-pelayan
sosial antara dua wilayah, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk. Inti dari teori
ini adalah, bahwa jarak titik henti atau titik pisah dari pusat perdagangan yang lebih
kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat pedagangan
tersebut, dan berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk
dari wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk pada
wilayah yang lebih sedikit penduduknya. Secara matematis dapat dinyatakan dengan
rumus:

Salah satu faktor yang sangat menentukan untuk terjadinya interaksi antar wilayah
adalah sarana dan prasarana transportasi. Kualitasnya sangat berpengaruh terhadap
kelancaran mobilitas (pergerakan) barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lainnya.
Suatu wilayah dengan wilayah lain biasanya dihubungkan oleh jalur-jalur
transportasi, baik jalur transportasi darat, laut maupun udara, sehingga membentuk

12
pola-pola jaringan tertentu di dalam ruang muka bumi (spatial network systems).
Kompleksitas jaringan tersebut sebagai salah satu tanda kekuatan interaksi antar
wilayah. Suatu kawasan yang dihubungkan oleh jaringan jalan yang kompleks tentu
memiliki pola interaksi keruangan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang
hanya dihubungkan oleh satu jalur transportasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut:

B D

Gambar 6a. Wilayah dengan konektivitas tinggi

D
B

Gambar 6b. Wilayah dengan konektivitas rendah

Untuk mengetahui kekuatan interaksi antar kota dalam suatu wilayah dilihat dari
jaringan jalan digunakan rumus indeks konektivitas dikemukakan oleh K.J Kansky,
sebagai berikut.

13
6. Urbanisasi

Tingkat pertambahan penduduk di daerah perkotaan sebagian besar terjadi


karena pengaruh urbanisasi yang terus meningkat. Hal ini dapat dimengerti mengingat
kota-kota besar di Indonesia pada umumnya menjadi lokasi pengembangan sektor-
sektor industri. Misalnya di Jakarta tingkat pertambahan penduduknya mencapai
3.9% per tahun, di Surabaya mencapai 2,9% per tahun, di Medan sebesar 3,5% per
tahun, dan di Semarang mencapai 5,2% pertahun.

Sebab-sebab urbanisasi

Urbanisasi dapat dikatakan sebagai awal proses terjadinya masyarakat perkotaan.


Proses urbanisasi boleh dikatakan terjadi di seluruh dunia, baik di negarayang
sudah maju maupun yang belum memiliki industri. Cepat atau lambatnya proses
urbanisasi tergantunp pada keadaan masyarakat yang bersangkutan. Proses tersebut
dapat menyangkut dua aspek, yaitu:
a) berubahnya masyarkat desa menjadi masyarakai kota
b) bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya penduduk
desa yang tertarik pada keadaan kota.

Urbanisasi adalah proses pengkotaan, dalam arti tumbuh dan berkembangnya


sifat-sifat kekotaan pada suatu wilayah (dan penduduknya). Proses pengkotaan ini
berdimensi jamak dan sangat kompleks. Urbanisasi tidak semata bersangkutan dengan
pergerakan penduduk dari daerah perdesaan ke perkotaan atau dari kota yang satu ke
kota yang lain, namun juga berkaitan dengan perkembangan ekonomi perkotaan,
perubahan sistem sosial dan politik, serta perubahan struktur bentang-lahannya
(Bintarto, 1983,UN-HABITAT, 2002).

14
Aktivitas Literasi
Amati diagram
perkembangan
perkembangan penduduk
di Indonesia

Critical
Thinking/Comunication

Analisis perkembangan
wilayah urban di Indonesia
tahun 1960-2030!

Kasus: Urbanisasi di India

Aktivitas Literasi

Amati peta dan data perkembangan


penduduk kota di India dengan
seksama.

Penguatan Karakter

Peserta dengan jujur, bertanggung


jawab, dan cinta tanah air dengan
membandingkan kondisi Indonesia
dan India.

Critical Thinking Urbanisasi di India tumbuh lebih cepat dibanding


tempat lain. Pada tahun 2030, 41% penduduk
Lakukan analisis : Bagaimanakah India tinggal di perkotaan. Meningkat tajam jika
kondisi perkembangan kota di
Indonesia dan India.
dibandingkan tahun 2010 yang hanya 28%.
Pertumbuhan kota di India, sebagian besar karena
adanya perpindahan penduduk dari desa-kota.
Tingginya perpindahan penduduk karena

15
pembangunan infrastruktur jalan, jaringan
transportasi, meningkatkan pendidikan dan
kesehatan penduduk. Kesenjangan antara
penduduk kaya dan miskin yang kontras membuat
perpindahan penduduk ke kota-kota meningkat
tajam.

Sumber: Cambers, 2010

Selain sifat berdimensi jamak, munculnya aneka interpretasi urbanisasi lebih


banyak disebabkan oleh ketidak-sempurnaan pemahaman tentang urban (perkotaan)
itu sendiri. Perbedaan-perbedaan yang muncul secara umum berkisar pada tiga hal
pokok, yakni: (1). bagaimana konsep perkotaan baik secara fisik, sosial, maupun
fungsional itu dibatasi; (2). bagaimana caranya membedakan daerah perkotaan dan
daerah perdesaan; dan, (3). bagaimana interpretasi tentang perbedaan kota dan desa,
yaitu sebagai fenomena yang terpisah (discrete) atau suatu fenomena yang
bersinambung (continuum)
Walaupun interpretasi urbanisasi beraneka dan keseragaman batasan yang
jelas dan dapat merangkum segala persoalan urbanisasi tidak ditemui, namun
fenomena urbanisasi dapat dikenali paling tidak melalui dua ciri yang selalu melekat.
Pertama, urbanisasi dipandang sebagai suatu proses perubahan struktural. Proses
pengkotaan ini dianggap sebagai suatu proses “of removing the rural character of a
district (place) or a population (people)” atau lebih tegas lagi dikatakan sebagai
proses “of ceasing to be rural”. Hal kedua yang menjadi ciri studi urbanisasi adalah
perhatiannya terhadap hubungan dua arah antara dua jenis wilayah geografis yang
berbeda, yakni wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan. Oleh karena itu, proses
perubahan yang terjadi (baik di perkotaan maupun perdesaan) dalam studi urbanisasi
dipandang sebagai hasil dari hubungan dua arah tersebut. Kedua hal tersebut di atas
menjadikan studi urbanisasi ‘berbeda’ dari studi-studi yang ‘murni’ perkotaan
maupun perdesaan. Studi urbanisasi seolah-olah berada di tengah, mencakup sebagian
studi perkotaan dan sebagian lagi studi perdesaan dengan perhatian yang dipusatkan
pada proses “reallocations of people (and land) as between rural-agricultural and
urban-non-agricultural modes of life”
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa proses perubahan yang terkandung dalam
urbanisasi sangat kompleks baik ditinjau dari faktor-faktor penyebab maupun akibat-
akibat yang ditimbulkan. Urbanisasi digerakkan oleh sejumlah proses perubahan yang

16
saling mempengaruhi baik perubahan ekonomi, demografi, politik, sosial, maupun
perubahan teknologi. Proses-proses perubahan tersebut dimodifikasi oleh faktor-
faktor setempat, seperti misalnya faktor-faktor sumberdaya, lingkungan, dan historis,
sehingga tidak selalu mempunyai pengaruh yang sama dan seragam di semua tempat
atau masyarakat. Akibat dari pengaruh proses-proses tersebut, urbanisasi juga
menghasilkan perubahan-perubahan penting terhadap karakter dan dinamika sistem
perkotaan; sedangkan pengaruhnya di dalam daerah perkotaan, urbanisasi
menyebabkan perubahan-perubahan pola penggunaan lahan, ekologi sosial,
lingkungan binaan, dan perubahan urbanisme. Beberapa atau sebagian dari hasil
proses urbanisasi mungkin dipandang sebagai ‘masalah yang harus diselesaikan’ oleh
sebagian (besar) kelompok masyarakat. Hasil penyelesaian masalah (baik yang
diharapkan maupun tidak) melalui mekanisme kebijakan-kebijakan dan perencanaan
baik oleh pemerintah, swasta, maupun perorangan pada akhirnya akan mempengaruhi
dinamika proses perubahan yang kemudian menggerakkan kembali keseluruhan
proses urbanisasi (Knox, 1994).

Gambar 7. Kasus Urbanisasi di Kairo Mesir

Dengan memperhatikan cakupan studi urbanisasi seperti tersebut di atas, maka studi
urbanisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah studi yang menitik-beratkan
17
perhatiannya terhadap proses-proses perubahan (ekonomi, demografi, politik, sosial,
teknologi, dan fisik-keruangan) yang mengarah pada pembentukan ciri-ciri struktural
kekotaan baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Proses-proses
perubahan ini dipandang sebagai akibat atau hasil dari hubungan dua arah antara
daerah perkotaan dan perdesaan. Dengan demikian, sifat dinamis dari sistem
perkotaan (susunan lengkap saling-ketergantungan kota-kota di suatu wilayah atau
negara), bentuk perkotaan (struktur fisik dan organisasi permukiman perkotaan),
ekologi perkotaan (komposisi sosial, ekonomi, demografi, dan permukiman
perkotaan), dan urbanisme (gaya hidup, nilai-nilai, pola perilaku yang tercipta dalam
lingkungan perkotaan) juga dihasilkan dari hubungan dua arah tersebut. Di samping
itu, studi urbanisasi juga memperhatikan pengaruh faktor-faktor setempat di dalam
memodifikasi proses-proses perubahan yang bersifat umum, serta memperhatikan
pengaruh balik pengambilan keputusan (tercermin dalam kebijakan dan perencanaan)
terhadap proses urbanisasi. Lingkup studi urbanisasi tersebut di atas secara skematis
dapat dilihat dalam Gambar 8.

Respon
Agen perubahan
Kebijakan/perencanaan Persoalan
Demografi
Masyarak
SISTEM
at
Politik
URBANISASI PERKOTAAN
Budaya BENTUK
PERKOTAAN
EKONOMI
Faktor lokal EKOLOGI
Sosial
Historis PERKOTAAN
Teknologi URBANISME
Gambar 8.
Urbanisasi sebagai Sebuah Proses (modifikasi Knox, 1994)

Oleh karena proses-proses perubahan yang berkaitan dengan fenomena


urbanisasi dapat terjadi di daerah perkotaan dan perdesaan, maka hal terpenting dalam
studi urbanisasi adalah menentukan jenis permukiman penduduk yang mana yang
dapat dikategorikan sebagai daerah perkotaan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa urbanisasi dapat dipahami sebagai proses “of ceasing to be
rural”, maka daerah perkotaan dalam perspektif ini dapat diinterpretasikan ganda,
yaitu daerah perkotaan yang secara difinitif ditetapkan sebagai kota (baik secara

18
administratif maupun aspek-aspek legal lainnya) dan daerah perkotaan yang
sebelumnya merupakan daerah perdesaan.
Dimasukkannya daerah yang sebelumnya merupakan daerah perdesaan ke
dalam studi urbanisasi mempunyai arti yang sangat penting, oleh karena ia
mencerminkan sifat dinamis dari proses urbanisasi itu sendiri. Proses-proses
perubahan (terutama yang disebabkan oleh pemusatan penduduk, pemusatan
kegiatan-kegiatan dan fungsi-fungsi ekonomi, serta pemusatan kegiatan-kegiatan
pembangunan lainnya) yang terjadi di daerah perkotaan akan mendorong lebih banyak
penduduk dari daerah belakangnya (hinterlands) untuk turut berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan kekotaan. Keikut-sertaan mereka dalam proses ini, seperti migrasi
dari desa ke kota , atau bentuk-bentuk interaksi desa-kota lainnya, seperti kegiatan-
kegiatan pemasaran, distribusi, pendidikan, dan sebagainya, akan mempengaruhi
daerah perdesaan yang pada akhirnya, lambat atau cepat, daerah belakang ini akan
terkotakan. Dengan landasan pemikiran ini maka studi urbanisasi dapat dipecah
menjadi dua bagian utama berdasarkan orientasi geografis kajiannya, yaitu studi
urbanisasi yang lebih mengkonsentrasikan kajiannya terhadap proses-proses
perubahan yang terjadi di dalam kota dan studi urbanisasi yang mengkaji proses-
proses perubahan yang terjadi di luar kota. Penelitian ini cenderung memposisikan
diri pada bagian yang kedua oleh karena studi urbanisasi perdesaan lebih banyak
membahas hal-hal yang berkaitan dengan perubahan-perubahan di daerah perdesaan
akibat proses urbanisasi.
Oleh beberapa pakar urbanisasi negara sedang berkembang, proses urbanisasi
di wilayah ini diyakini menghasilkan ‘cetakan-ruang’ yang berbeda bila dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi di negara maju, khususnya untuk
wilayah-wilayah padat penduduk di Asia, seperti Cina, India, Indonesia, Taiwan,
Thailand. Pola urbanisasi demikian ini menimbulkan apa yang dikenal dengan “sisi
lain” dari urbanisasi, yaitu urbanisasi yang dicirikan dengan pertumbuhan wilayah
pinggiran kota (peri-urban); pertumbuhan koridor yang menghubungkan dua kota
besar yang sangat cepat; hubungan dan keterkaitan antara perdesaan dan perkotaan
yang sangat kuat; dan peleburan kegiatan perdesaan dan perkotaan.

Hasil dari ‘sisi lain’ proses urbanisasi di wilayah Asia padat penduduk (terutama
di negara-negara yang pertumbuhan ekonominya cukup tinggi) adalah batas antara
perdesaan dan perkotaan, baik dalam perspektif fisik-keruangan maupun sosial-
19
budaya dan ekonomi yang semakin kabur. Proses ini paling tidak mempunyai dua
dampak, yaitu reorientasi atau modifikasi teori-teori terdahulu tentang “a sustained
rural-urban transformation” dan diragukannya efektivitas kebijakan-kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada dikotomi perdesaan-perkotaan. Untuk
menjembatani hal-hal tersebut di atas, maka dalam penelitian ini, proses-proses
perubahan yang terjadi di luar ‘batas’ kota (dalam arti secara definitif, legal
administratif) yang mengarah pada pembentukan nilai-nilai kekotaan disebut
urbanisasi perdesaan. Urbanisasi perdesaan mempunyai paling tidak tiga arti, yaitu:
1. urbanisasi in situ suatu daerah (atau masyarakat) perdesaan;
2. perubahan struktur ekonomi, sosial, demografi, dan fisik-keruangan di daerah
perdesaan dari yang bersifat kedesaan menuju kekotaan; dan
3. tumbuh dan berkembangnya kegiatan-kegiatan, fasilitas-fasilitas, dan penduduk
atau masyarakat yang berbasis perkotaan di daerah (sebelumnya) perdesaan.

Dalam kerangka pengertian tersebut, maka konsep urbanisasi perdesaan


mencakup proses-proses perubahan yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan baik
internal maupun eksternal; proses urbanisasi ‘in situ’ dan proses sub-urbanisasi; serta
proses urbanisasi yang berkembang pada suatu daerah yang menghubungkan
permukiman perdesaan dengan sistem perkotaan wilayah, yaitu daerah perdesaan
yang berada di koridor antara dua kota besar atau lebih dan pusat pelayanan daerah
perdesaan di batas bawah suatu hirarki perkotaan

GEO INFO:
(Hasil Penelitian: M.R. Djarot Sadharto Widyatmoko UGM)

Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang tinggi (terutama kota-kota besar di Pulau
Jawa) terutama disebabkan oleh perpindahan penduduk perdesaan yang dipicu oleh
kondisi yang tidak kondusif akibat gejolak politik yang tidak menentu (push-factors of
urbanization). Proses urbanisasi pada masa Orde Baru hingga sekarang dapat dibagi
menjadi dua masa, yaitu masa pertama adalah masa hingga pertengahan dasawarsa
1980an yang ditandai dengan berkembangnya ibukota Jakarta menjadi kota raksasa
(mega urban). Terbentuknya kota raksasa ini terkait dengan konsentrasi kekuatan
ekonomi dan politik nasional yang berlebihan pada masa itu. Masa kedua adalah masa
setelah pertengahan dasawarsa 1980an, dimana ada dua proses urbanisasi yang
berkembang secara bersamaan akibat dari desentralisasi dan dekonsentrasi kekuatan-
kekuatan ekonomi dan politik dari pemerintah pusat (pull-factors of urbanization), yaitu:
pertama, urbanisasi raksasa (mega urbanization) yang berkaitan dengan pembentukan
wilayah-wilayah perkotaan yang sangat besar seperti JABODETABEK (Jakarta dan kota-
kota di sekitarnya), GERBANG-KERTOSUSILA (Surabaya dan kota-kota di sekitarnya)
yang merupakan pusat-pusat kekuatan ekonomi nasional; dan kedua adalah
berkembangnya proses urbanisasi perdesaan pada wilayah koridor-koridor utama di Pulau

20
Jawa yang padat penduduk akibat semakin baiknya sarana transportasi dan komunikasi.
Koridor-tersebut adalah koridor Jakarta-Cilegon, Jakarta-Cirebon, Jakarta-Bandung,
Surabaya-Malang, dan segitiga JOGLO-SEMAR (yogyakarta-Solo-Semarang).

Proses urbanisasi yang dominan terjadi di wilayah Propinsi DIY selama kurun waktu
1980-2000 adalah proses urbanisasi perdesaan. Proses ini ditandai dengan penurunan
jumlah penduduk Kota Yogyakarta baik secara relatif maupun absolut, adanya
reklasifikasi status permukiman di satuan-satuan permukiman sekitar Kota Yogyakarta
dari desa rural menjadi desa urban, dan berubahnya satuan-satuan permukiman yang
bersifat kedesaan menjadi permukiman bersifat kekotaan sebagai akibat dari
berkembangnya aspek-aspek perkotaan di permukiman yang bersangkutan. Distribusi
penduduk perkotaan Propinsi DIY tidak merata dan cenderung mengelompok pada
wilayah dengan ketinggian 0 hingga 300 meter dpal. Wilayah ini sebagian besar adalah
wilayah fisiografi Lerengkaki Gunungapi Merapi dan Dataran Aluvial. Selama periode
1980-2000, telah terjadi pemusatan penduduk di dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten
Bantul dan Kabupaten Sleman dan ‘locus’ konsentrasi tidak berlangsung di wilayah
perkotaan (administratif, legal). Hal ini ditunjukkan dengan ‘share’ negatif jumlah
penduduk Kota Yogyakarta dan penurunan proporsi penduduk perdesaan di dua
kabupaten tersebut yang cukup signifikan.

Pola distribusi keruangan permukiman secara umum bersifat konsentris, yaitu dengan
bentuk permukiman perkotaan dikelilingi oleh permukiman perdesaan di sekitarnya.
Terbentuknya pola konsentris ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis
wilayah Propinsi DIY. Sesuai dengan kondisi fisiografi wilayah, distribusi pola
konsentris ini dapat dijumpai di tiga bagian wilayah, yaitu wilayah barat, tengah, dan
wilayah timur. Wilayah barat dengan pusatnya adalah kota Wates, wilayah tengah
berpusat di Kota Yogyakarta, dan wilayah timur berpusat di kota Wonosari. Kota Wates
dan Kota Yogyakarta berada di Dataran Aluvial yang subur, sedang kota Wonosari berada
di Ledok Wonosari yang dikelilingi oleh Pegunungan Baturagung dan Pegunungan
Seribu yang bertopografi kasar dan relatif tandus.

Proses urbanisasi perdesaan ini bersifat konsentratif dan difusif. Konsentratif dalam arti
perkembangan wilayah tengah jauh lebih tinggi daripada wilayah barat dan wilayah
timur. Difusif dalam arti derajat kekotaan suatu permukiman semakin rendah dengan
semakin jauhnya lokasi permukiman yang bersangkutan dengan pusat kota. Secara umum
proses urbanisasi perdesaan di wilayah Propinsi DIY dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yaitu faktor tingkat kemakmuran wilayah, tingkat kemakmuran penduduk,
geografis, dan faktor sarana komunikasi dan informasi. Kuatnya pengaruh dari dua faktor
tersebut pertama menunjukkan bahwa pengaruh yang sangat kuat dari dinamika
perekonomian wilayah terhadap proses urbanisasi perdesaan. Sektor ekonomi yang
sangat berpengaruh tersebut adalah usaha kecil dan menengah dan informal (terutama
dari sektor jasa).

Permukiman di wilayah Propinsi DIY dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis


permukiman, yaitu permukiman perkotaan (A), permukiman desa-kota (B), dan
permukiman perdesaan (C). Permukiman perkotaan terbagi ke dalam lima jenis
permukiman yang dapat disebut sebagai kota, yaitu kota inti (A1), kota satelit(A2), kota
kabupaten (A3), kota kecamatan (A4), dan pusat perdesaan (A5); untuk permukiman
desa-kota dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok permukiman, yaitu desa-kota
pinggiran (B1), desa-kota pedalaman (B2), dan desa-kota koridor (B3). Dan terakhir
adalah permukiman perdesaan, dimana permukiman ini dapat kelom-pokkan menjadi
menjadi dua, yaitu: desa padat penduduk (C1)dan desa jarang penduduk (C2).

21
7. Pembangunan Perkotaan-Perdesaan

CONTOH.

22
Strategi Pengembangan Smart City

Smart Economy Pengembangan perekonomian kota yang


cerdasdan berdaya saing, dengan
mengintegrasikan kegiatan perekonomian yang
produktif, kreatif dan inovatif, berbasis teknologi
dan IT.

23
Strategi:
1.Mengembangkan pencitraan kota (city
branding)

Smart Governance Pengembangan tata kelola pemerintahan yang


cerdas dan kompetitif,inovatif, efisien, dan
berbasisIT.
Strategi:
1.Membangun jaringan komunikasi pemerintah
dan swasta
Smart Infrastructure Pengembangan infrastruktur dalam upaya
peningkatan efisiensi dan daya saing kota melalui
pelayanan yang cepat dan tepat.
Strategi:
1.Mengembangkan akses dan jaringan informasi
berbasis teknologi secara luas.
2. Mengembangkan sarana dan prasarana system
pengelolaan transportasi berbasis ICT secara
cepat

Smart Environment Pengembangan lingkungan kota yang cerdasdan


berdaya saing melalui pengelolaan sumberdaya
lingkungan kota berbasis teknologi.
Strategi:
1. Mengembangkan networking informasi
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup berkelanjutan

Smart People Pengembangan masyarakat kota yang pintar dan


inovatif, kreatif, produktif, serta mampu
memanfaatkan potensi keragaman sosial-budaya
untuk membangun daya saing kota.
Strategi:
1.Mengembangkan pendidikan dan
pengembangan sumber daya

Smart Living Pengembangan hunian cerdas dalam upaya


peningkatan kualitas hidup masyarakat kota
berbasis informasi dan teknologi.
Strategi:
1.Meningkatkan kemudahan akses terhadap
pelayanan pendidikan, informasi, dan
pengetahuan

24
8. Pemanfaatan lahan permukiman suatu wilayah
Wilayah muka bumi yang terhampar luas berupa daratan dinamakan lahan.
dalam bahasa inggris, lahan disebut land. Secara harfiah arti dari permukiman adalah
tempat tinggal manusia. Dengan demikian, lahan permukiman merupakan tempat
penduduk berkumpul dan hidup bersama dengan memanfaatkan lingkungan.
1. Faktor-faktor yang memengaruhi penentuan penggunaan lahan
Penentuan penggunaan lahan pada suatu wilayah dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain.
a. Perilaku masyarakat (social behaviour)
Nilai-nilai sosial mempengaruhi penentuan penggunaan lahan, seperti
kebiasaan, sikap moral, pantangan, peraturan pemerintah, peninggalan
kebudayaan dan pola tradisional
b. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi sangat penting dalam penentuan penggunaan lahan, terutama
daerah perkotaan. Misalnya, suatu lahan dinilai lebih menguntungkan secara
ekonomi bila dibangun pusat perbelanjaan dibandingkan permukiman. untuk
itu, biasanya akan ditentukan bahwa di lahan tersebut akan didirikan pusat
perbelanjaan.
c. Kepentingan umum
Kepentingan umum yang menjadi penentu dalam penggunaan lahan meliputi
kesehatan, keamanan, moral, dan kesejahteraan umum (termasuk kemudahan
dan keindahan)

9. Model Pusat Pertumbuhan (Growth Center)

Growth Poles atau kutub pertumbuhan pertama kali dipergunakan oleh


Francois Perroux (1950). Dengan tesisnya bahwa “... Pertumbuhan tidak terjadi
disembarang tempat dan juga tidak terjadi secara serentak, tetapi pertumbuhan terjadi
pada titik-titik atau kutub-kutub pertumbuhan dengan intensitas yang berubah-ubah,
lalu pertumbuhan itu menyebar sepanjang saluran yang beraneka ragam dan dengan
pengaruh yang dinamis terhadap perekonomian wilayah”

25
Di dalam pusat pertumbuhan terkumpul (konsentrasi) aktivitas ekonomi
terutama industri yang memiliki daya tarik dan akan memacu (menarik dan
mendorong) perkembangan ekonomi di wilayah pengaruhnya. Untuk mencapai
pertumbuhan yang mantap dan berimbang diperlukan konsentrasi investasi pada
sektor-sektor tertentu yang unggul(leading sectors). Industri-industri dan kegiatan-
kegiatan yang akan berkembang dan membentuk kutub pertumbuhan tersebut
memiliki beberapa ciri sebagai leading industries dan propulsive industries. Selain itu
prinsip konsentrasi dan aglomerasi akan menimbulkan efek efisiensi lokasi berupa
skala ekonomi (scale economies), localization economies dan urbanization
economies.

Pusat pertumbuhan juga melahirkan konsep Center-Periphery (Pusat-


Pinggiran) sebagaimana dikemukakan Friedmann, yaitu adanya kota utama dan
wilayah sekitarnya yang menjadi inti (core) dan pinggiran (periphery) yang berada
diluar serta bergantung pada inti. Perkembangan disebarkan dari inti ke pinggiran
melalui melalui pertukaran penduduk, barang dan jasa. Kota sebagai inti berpengaruh
atas wilayah pinggirannya. Hubungan antara core dengan pepiphery dilukiskan
dengan dua efek, yaitu efek sebar ‘spread effect’ dari pusat ke pinggiran dan kedua
efek serap balik ‘backwash effect’ dari pinggiran ke pusat (Myrdall, 1957)

Pusat pertumbuhan akan berpengaruh pada daerah belakangnya melalui efek


polarisasi atau ’polarization effect’ (dari pinggiran ke pusat) dan efek penetasan ke
bawah dari pusat ke pinggiran (trickling down effect). Polarization effect tersebut
diperkuat dengan adanya investasi pada pusat pertumbuhan, sedangkan trickling down
effect dapat tumbuh dengan cara meningkatkan daya tarik wilayah sekitarnya.
Berdasarkan pengertian di atas, kunci kutub pertumbuhan adalah adanya konsentrasi
investasi, industri, dan pembangunan di satu tempat yang memiliki kelengkapan
sarana dan prasarana sehingga menciptakan efisiensi ekonomi. Dalam konteks
pembangunan perdesaan, desa-desa pada tipologi desa di perkotaan (kelurahan) dan
desa yang memiliki basis industri memiliki peluang dalam penerapan model kutub
pertumbuhan. Konsep pusat dapat dianalogikan dengan perkotaan (desa diperkotaan)
dan pinggiran sama dengan desa-desadi luar perkotaan. Selain itu prinsip kutub
pertumbuhan dapat pula diterapkan di desa yang jauh dari pusat dengan kriteria

26
konsentrasi investasi, beberapa desa yang berbasis ekonomi pariwisata atau
pertambangan dapat menjadi pusat pertumbuhan di daerah perdesaan.
a. Desa Pusat Pertumbuhan
Dengan mengadopsi prinsip-prinsip strategi pusat pertumbuhan yang
diterapkan dalam pembangunan perdesaan, Kementerian pekerjaan umum, sejak
tahun 1990-an mengembangkan konsep atau strategi desa pusat pertumbuhan.
Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), yaitu suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat serta merupakan simpul jasa dan
distribusi dari wilayah disekitarnya. DPP terdiri dari desa pusat dan desa-desa lain
sebagai pendukungnya, yang memiliki keunggulan strategis berupa :
1) Peran kawasan ini bagiapertumbuhan dan pengembangan potensi
kawasan perdesaan lain di sekitarnya.
2) Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan
potensi andalannya,
3) Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas
yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan di
sekitarnya.

b. Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)


Dalam perkembangannya, terutama terkait definisi tentang kawasan perdesaan
dalam UU Penataan Ruang, yaitu studi desa pusat pertumbuhan diperluas lagi
menjadi Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), yaitu satu satuan
kawasan perdesaan yang terdiri dari desa pusat dan desa-desa lain sebagai desa
pendukungnya, yang memiliki keunggulan strategis berupa :
1) Peran kawasan ini bagi pertumbuhan dan pengembangan potensi
kawasan perdesaan lain di sekitarnya,
2) Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan
potensi andalannya,
3) Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas
yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan di
sekitarnya.

27
RANGKUMAN
Interaksi dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling
berpengaruh antardua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala,
kenampakan ataupun permasalahan baru. Bentuk interaksi antar wilayah dibedakan
menjadi regional complementary, intervening opportunity, spatial transfer ability.
Berdasarkan jenisnya, interaksi keruangan dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu keruangan ekonomi, keruangan politik, keruangan sosial, keruangan manusia
dan lingkungan.

Wujud interaksi kota dan desa yang sering terjadi antara lain pergerakan barang dari
desa ke kota atau sebaliknya, pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota
ke desa, pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, ruralisasi, atau
mobilitas penduduk, baik yang sifatnya sirkulasi maupun komutasi. Proses interaksi
antarwilayahyang berlangsung secara terus-menerus dapat menimbulkan pengaruh
bagi kedua wilayah, baik bersifat positif maupun negatif terhadap aspek-aspek
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Pengaruh positif dari adanya interaksi antar wilayah antara lain tingkat
pengetahuan penduduk meningkat, adanya lembaga pendidikan di pedesaan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam meningkatkan peran serta penduduk
dalam proses pembangunan, melalui pengembangan sarana dan prasarana transportasi
yang menghubungkan kota dan desa, wilayah pedesaan akan semakin terbuka dengan
tetap selektif di dalam menerima pola hidup kota. Terbukanya hubungan kota dan
desa diharapkan dapat meningkatkan perekonomian penduduk, melalui penggunaan
teknologi tepat guna ke wilayah pedesaan diharapkan dapat meningkatkan aneka
produksi dan pendapatan masyarakat, masuknya para ahli ke daerah pedesaan akan
bermanfaat bagi penduduk pedesaan , terutama dalam menciptaka berbagai peluang
yang beorientasi ekonomi, adanya hubungan yang lancar antarkota dan desa,
manfaatnya tidak saja dirasakan oleh penduduk desa, tetapi juga oleh penduduk
kota.Misalnya, aneka produksi pertanian dapat dipasok untuk memenuhi konsumsi
wilayah kota.
Dampak negatif interaksi desa dan kota antara lain lancarnya hubungan kota
dan desa dapat menyebabkan timbulnya dorongan bagi penduduk desa berusia muda
untuk bekerja dikota. Bila kenyataan ini dibiarkan maka pada suatu waktu wilayah
desa akan kehilangan tenaga kerja berusia produktif, wilayah pedesaan akan menjadi

28
lahan yang menarik bagi orang kota sehingga tidak sedikit orang-orang membelinya
untuk berbagai keperluan, adanya penetrasi budaya kota yang kurang sesuai dengan
tradisi pedesaan, baik secara kontak langsung maupun melalui perantara media. hal
itu dapat menimbulkan “gangguan” bagi stabilitas budaya pedesaan, munculnya
daerah-daerah kumuh (slum area) di wilayah perkotaan yang biasanya dihuni oleh
penduduk desa yang gagal bersaing dalam kerasnya kehidupan kita.
Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan, kekuatan
hubungannya sesuai dengan jarak ke pusat kota dan membentuk wilayah tertentu.
Semakin jauh letak suatu daerah dari pusat kota maka semakin lemah interaksinya
dengan pusat kota tersebut. Wilayah-wilayah interaksi tersebut membentuk lingkaran-
lingkaran yang dimulai di pusat kota sampai ke wilayah pedesaan.

TES FORMATIF

Kerjakan soal berikut ini dengan tepat!

1. Perhatikan aspek berikut :


1. perdistribusian barang lancar
2. tingkat pendidikan meningkat
3. perubahan tingkah laku
4. pendapatan penduduk meningkat
5. peniruan mode berpakaian
Dari pernyataan di atas, akibat interaksi desa – kota dalam aspek budaya ditunjukan
oleh nomor ….
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 3 dan 5
E. 4 dan 5
2. Jumlah penduduk kota X =4.000.000 jiwa dan jumlah penduduk kota Y =2.000.000
jiwa, sedangkan jarak antar ke kota tersebut = 40 km, maka seorang pengusaha
akan membangun usahanya sejauh ....
A. 13,3 km dari Y

29
C. Akulturasi budaya penduduk asal dan pendatang
D. Peningktan sikap penduduk menghadapi era globalisasi
E. Peningkatan intensitas penggunaan komunikas dan teknologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Bintarto, 1977, Pengantar Geografi Kota, Yogyakarta, UP Spring.

2. Cambers, Gary and Steve Sibley, 2012, Geography, University Cambridge Press.

3. Daryanto, Arief, 2003, Disparitas Pembangunan Perkotaan-Perdesaan di


Indonesia, Agrimedia, Volume 8 No. 2 Tahun 2003.

4. Djarot Sudharto Widyatmoko, 2016, Proses Urbanisasi Perdesaan di Daerah


Istimewa Yogyakarta, diakses desember 2017 di web
www.tulisanilmiah.cpm

5. Endra Saleh Atmawidjaja, 2012, Pengenalan Kota dan Perkotaan, makalah,


”Pelatihan Kader Pelopor Penataan Ruang”, Jakarta 18 Juli 2012.

6. Muta’ali Lutfi, 2011, Kapita Selekta Pembangunan Wilayah, Badan Penerbit


Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gajah Mada, Yogjakarta.

7. Muta’ali Lutfi, 2013, Pengembangan Wilayah Perdesaan (Prespektif


Keruangan), Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas
Gajah Mada, Yogjakarta.

8. ______________, 2012, Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan


Pembangunan Wilayah, Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG)
Universitas Gajah Mada, Yogjakarta

9. Vandana Vasudevan, 2013, Urban Villager, SAGE Publications Ltd

10. Waugh, David, 2012, Geography An Integrated Approach, Third Edition,


Nelson Thormes, a Wolter Kluwer Busines;

11. Yunus, Hadi Sabari, 2009, Klasifikasi Kota, Pustaka Pelajar, Yogjakarta

32
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019

MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan

Negara Maju dan


Negera Berkembang

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
PETUNJUK BELAJAR ..................................................................................................... 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN.......................................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................................. 2
URAIAN MATERI ............................................................................................................. 2
1. Pilar Pembangunan ..................................................................................................... 2
2. Ciri-Ciri Negara .......................................................................................................... 4
3. Variasi Pembangunan di Negara-Negara di Dunia (variation in development) ........ 5
4. Pusat dan Pinggiran .................................................................................................... 7
5. Tingkat/Level Perkembangan pada Suatu Negara...................................................... 8
6. Faktor-Faktor Penentu Indeks Pembangunan Manusia .............................................. 9
RANGKUMAN ................................................................................................................. 23
TUGAS .............................................................................................................................. 23
TES FORMATIF .............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 28

ii
BIDANG KAJIAN:
WILAYAH DAN PERWILAYAH

KEGIATAN BELAJAR (KB) 4 : NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG

PENDAHULUAN
Kemajuan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh peran aktif
pemerintah beserta pendukungnya serta partisipasi yang tinggi dari masyarakat.
Berdasarkan kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara dapat digolongkan
menjadi negara maju dan berkembang. Negara maju mempunyai ciri-ciri pendapatan
perkapita tinggi, angka kematian dan angka kelahiran rendah dan ditandai angka
indeks pembangunan manusia yang tinggi. Negara sedang berkembang biasanya
mempunyai ciri yang berlawanan jika dibandingkan negara maju. Selain membahas
ciri-ciri negara maju dan berkembang dalam KB 4 juga membahas perbandingan
indeks pembangunan manusia yang ada di negara maju dan negara berkembang dan
interaksi yang yang dilakukan oleh negara maju dan berkembang. KB 4 juga memuat
tugas yang dikerjakan secara individu dan tes formatif untuk mengetahui penyerapan
peserta setelah belajar materi dalam KB 4.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan
materi dalam modul ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan
benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul
berikutnya

1
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup: (1)
Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai ruang
kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik wilayah
dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi; (5)
Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan serta mencari solusi masalah lingkungan dan kebencanaan; (6)
Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial (Pemetaan, Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografi) untuk pembangunan; dan (7) termasuk advance
materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” proses serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.1 Mampu menganalisis Hakekat dan literasi informasi geografi

3.4 Mampu menganalisis Karakteristik wilayah dan pewilayahan (regionalisasi)


berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi

URAIAN MATERI
1. Pilar Pembangunan
Pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang
terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan
dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.
Kemajuan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh peran aktif
pemerintah beserta pendukungnya serta partisipasi yang tinggi dari masyarakat.
Bagi negara, membangun merupakan hak setiap negara/bangsa di dunia yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kemampuannya. Keberhasilan pembangunan di suatu negara berbeda-beda
tergantung pada sejarah negara, sumber daya alam, sumber daya manusia, iklim, dan
penguasaan teknologi. Berdasarkan keberhasilannya, negara dibedakan menjadi
negara maju dan negara berkembang. Terdapat 7 pilar penting pembangunan suatu
negara, antara lain:
a. Pendidikan dan keterampilan

2
b. Jasa dan infrastruktur
c. Adanya/tidak korupsi
d. Kondisi keuangan dan investasi
e. Aset negara dan kewirausahaan
f. Lapangan pekerjaan dan tenaga kerja
g. Kebijakan fiscal

Kaitan pilar-pilar dalam pembangunan suatu negara dapat dilihat pada gambar 1
berikut.

Gambar 1. Pilar Pembangunan Negara (Richard Samans, 2017)

Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati hidup yang relatif
tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara
dengan GDP per kapita tinggi dianggap negara maju. Namun beberapa negara yang
telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru
melalui pengambilan phosphorus) tanpa mengembangkan 3elative yang beragam
dan ekonomi berdasarkan jasa tidak dianggap memiliki status ’maju’.
Negara sedang berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata
pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relative terbelakang, dan indeks
perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Istilah ini
mulai menyingkirkan Dunia Ketiga, sebuah istilah yang digunakan pada masa

3
perang dingin. Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat dijadikan acuan
untuk menentukan suatu negara dikatakan maju atau berkembang. Negara yang
sudah berhasil dalam pembangunan sering disebut dengan negara maju, sedangkan
negara yang masih sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disebut dengan
negara berkembang.

2. Ciri-Ciri Negara
Ciri-ciri Negara Maju
a. Pendapatan perkapita tinggi
b. Angka pertumbuhan penduduk rendah
c. Usia harapan hidup tinggi (bisa mencapai 80 tahun)
d. Tingkat pendidikan penduduk tinggi
e. Sumber daya manusia unggul
f. Sarana transportasi dan komunikasi maju
g. Mempunyai indeks pembangunan manusia tinggi
h. Penguasaan teknologi modern
i. Pembangunan meliputi semua bidang
j. Pelayanan sosial dan kesehatan sangat memadai
k. Keadaan ekonomi stabil dan mengalami kemajuan
l. Kegiatan industri dan jasa lebih maju (sekunder-tersier) daripada agraris
(primer)
m. Angka kematian sangat rendah
n. Angka kelahiran rendah

Ciri-ciri Negara Berkembang


a. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk masih sangat rendah
b. Kualitas sumber daya masih rendah
c. Pengangguran tinggi
d. Usia harapan hidup rendah
e. Pendapatan perkapita rendah
f. Mempunyai indeks pembangunan manusia rendah
g. Sarana transportasi dan komunikasi rendah
h. Pelayanan sosial dan kesehatan kurang memadai
i. Keadaan ekonomi sangat rendah

4
j. Kegiatan agraris (primer) lebih dominan dibandingkan dengan keadaan
industri dan jasa (sekunder-tersier)
k. Angka kelahiran tinggi
l. Angka kematian tinggi
m. Migrasi penduduk tinggi
n. Banyak terdapat permukiman kumuh

Tabel 1. Perbandingan pendapatan nasional di beberapa negara maju dan


berkembang

3. Variasi Pembangunan di Negara-Negara di Dunia (variation in


development)
Adanya variasi pembangunan berarti pembangunan yang tidak merata pada
suatu negara atau pada kelompok negara. Di suatu negara, daerah urban atau
perkotaan lebih maju daripada daerah rural atau perdesaan. Pada kelompok negara
yang pembangunan yang lebih baik (negara maju) memberikan standar hidup yang
lebih tinggi pada rakyatnya, dimana negara yang kecil (Negara sedang berkembang)
pembangunannya mempunyai standar hidup yang rendah untuk sebagian besar
rakyatnya dibandingkan dengan negara yang maju. Biasanya disebut negara maju
dengan sebutan negara kaya (rich country), sedangkan negara miskin (poor country)
untuk negara yang tidak terlalu berkembang.

5
Menurut GCE O level Topical Geography Elective, 2012 terdapat 3 (tiga)
alasan utama terjadinya variasi pembangunan antara lain:
a. Sejarah penjajahan bangsa barat
Negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol, dan Portugis banyak
melakukan penjajahan Negara yang ada di Asia, Afrika, dan Amerika
Selatan. Tujuan utama penjajahan adalah menguasai sumber daya alam yang
ada di negara jajahan untuk kepentingan pembangunan negara dan bahan
mentah industri.
Selain sumber daya alam (bahan tambang dan minyak bumi), negara
penjajah juga banyak menanam kopi, teh, karet, kakao dan kapas di negara
jajahan untuk kepentingan industri. Hasil industri di ekspor ke negara
jajahan dan negara lain dengan harga yang tinggi. Negara jajahan tetap
miskin walaupun kaya akan sumber daya alam.
b. Sumber daya alam
Beberapa negara dianugerahi dengan sumber daya alam yang melimpah
seperti aneka bahan tambang serti bijih besi, emas, nikel, tembaga, batubara
dan minyak bumi. Negara tersebut seperti Amerika Serikat, Rusia, Iran dan
juga Indonesia. Negara maju telah menggunakan sumber daya alam yang
dimiliki untuk pembangunan industri, infrastruktur yang modern,
telekomunikasi, pendidikan, fasilitas kesehatan, dan perumahan.
Di negara sedang berkembang, dana pembangunan didapatkan dari sector
pertanian dan menjual minyak bumi mentah. Penjualan komoditas tersebut
kurang bisa dirasakan manfaatnya oleh penduduk. Di Negara sedangkan
perkembangan pembangunan masih dipusatkan pada daerah perkotaan,
masih ada kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan.
c. Iklim
Negara maju banyak dijumpai pada wilayah yang berada di 30o-60o lintang
utara maupun selatan . di wilayah tersenut mempunya suhu moderat 15o-
25oC dan curah hujan tahunan 1000 mm. Kondisi tersebut sangat membantu
kegiatan ekonomi penduduk baik di bidang industri maupun jasa yang
berkembang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah tropis. Iklim yang
sejuk membantu meningkatkan produktivitas pekerja sektor jasa dan
industri.

6
Negara sedang berkembang sebagian besar berada di wilayah tropis 0o-30o
lintang utara maupun selatan. Rata-rata suhu udara >25oC dengan curah
hujan yang tinggi yang berpengaruh pada produktivitas sektor manufaktur
dan jasa.
Namun, produktifitas pada sektor pertanian mungkin dapat ditingkatkan
kecuali jika terdapat kekeringan yang berkepanjangan atau banjir. Pada
beberapa Negara sedang berkembang seperti Thailand, Vietnam dan India,
teknologi modern (seperti pertanian menggunakan mesin, irigasi dan
pemupukan) digunakan untuk mengurangi ketidakpastian iklim.
Terdapat banjir dan kekeringan dengan frekuensi yang lebih banyak pada
daerah/negara tropis dibandingkan dengan negara non-tropis. Kurangnya
sumber daya dan keuangan untuk menangani banjir dan untuk membangun
kembali wilayah terdampak banjir, mengakibatkan kurangnya produktifitas
pada pertanian pada negara berkembang dibandingkan negara maju.
Keuangan dan teknologi sangat teratur pada negara maju untuk mencegah
dan menangani efek negatif yang disebabkan oleh perubahan iklim dan
sektor pertanian.

4. Pusat dan Pinggiran


Pusat (core) merujuk pada daerah berkembang (perkotaan) atau negara
maju sedangkan pinggiran (periphery) merujuk pada daerah dengan perkembangan
yang lebih kecil (daerah rural) atau negara berkembang.
Contoh: Di Jazirah Malaysia, Kuala Lumpur merujuk pada pusat (core) dan Batu
Gajah (nama desa) adalah pinggiran (periphery). Di Asia, Jepang merujuk pada
pusat (core), sedangkan Kamboja adalah pinggiran (periphery).
Hubungan antara pusat dengan pinggiran (core-periphery relationship)
menjelaskan kemandirian dari pusat negara pada negara pinggiran dan sebaliknya.
Contoh negara industri atau negara maju (core) membeli bahan mentah seperti
mineral (besi dan minyak) dan produk pertanian seperti karet, minyak sawit,
tembakau dan kopi pada negara sedang berkembang (periphery) untuk memproduksi
beberapa macam produk. Produk ini kemudian akan dijual pada negara berkembang
untuk untung yang lebih baik.

7
KESEJAHTERAAN
TENAGA KERJA

CORE PERIPHERY
CORE PERIPHERY

BAHAN MENTAH PENGETAHUAN

A B

Gambar 2. Kaitan negara maju dan berkembang

Pengangguran pada negara berkembang bermigrasi ke negara maju untuk


mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan pekerja pada negara industri besar
seperti Amerika Serikat dan Jepang. Akhir-akhir ini beberapa negara maju– Amerika
Serikat, Jerman, Perancis dan Jepang telah sepakat pada investasi langsung dengan
negara berkembang seperti Cina, India, Brazil dan Indonesia. Tujuan utama pada
investasi ini adalah untuk mempertahankan pasar ekspor mereka.

5. Tingkat/Level Perkembangan pada Suatu Negara


a. Human Development Index (HDI) atau Indeks Perkembangan SDM
Indeks perkembangan SDM adalah indikasi terbesar untuk menilai seberapa
maju atau berkembang suatu negara. The United Nations Development Programme
(UNDP) menggunakan indeks ini untuk mengukur level perkembangan suatu
negara. Istilah negara ‘maju’ dan ‘berkembang’ akan digunakan atas dasar indeks
tersebut.
Indeks perkembangan SDM meliputi aspek:
1. Perekonomian dari penduduk yang bekerja.
2. Standar kesehatan dan angka harapan hidup masyarakat.
3. Tingkat pendidikan penduduk.
Indeks perkembangan SDM adalah angka, yang diolah dan bernilai antara 0 dan 1.
Semakin dekat suatu negara dengan indeks 1, maka semakin maju negara tersebut.

Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)


8
Tinggi Sedang Rendah
0,800-1000 0,500-0,799 < 0,499

Tabel 3. Contoh Indeks Pembangunan Manusia


Negara Nilai HDI Status Negara
Australia 0,965 (Tinggi) Negara Maju
Malaysia 0,796 (Sedang) Negara Berkembang
Mali (Afrika) 0,335 (Rendah) Negara Berkembang
Sumber: GCE O level Topical Geography Elective, 2012

Critical Thinking HDI atau indeks perkembangan SDM


Peserta dapat menganalisis HDI beberapa secara umum akurat jika yang dinilai
negara yang berbeda status negara. adalah negara maju. Tidak mudah untuk
mendapatkan gambaran akurat pada negara
Penguatan Karakter berkembang karena tidak tersedianya data,
Peserta bekerjasama untuk mencari terutama pada daerah pedesaan. Di
informasi tentang informasi HDI beberapa beberapa negara berkembang kurangnya
negara. hak asasi manusia dan kebebasan adalah
faktor yang mungkin menghalangi
penilaian tersebut.

Gambar 3. Peta Persebaran Negara menurut HDI Tahun 2017

6. Faktor-Faktor Penentu Indeks Pembangunan Manusia


a. Faktor Ekonomi

9
1) Gross Domestic Product (GDP) Pendapatan Perkapita
Gross Domestic Product (GDP) Pendapatan Perkapita merupakan rata-rata
pendapatan yang diterima masyarakat selama satu tahun. GDP suatu Negara
diukur dari total penerimaan dari produksi barang dan jasa per tahun. Besaran
GDP menggambarkan kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara.
Tabel 4. GDP Perkapita di Beberapa Negara
No Nama Negara GDP Perkapita Status Negara
1. Amerika Serikat US 37.500 Negara Maju
2 Norwegia US 36.000 Negara Maju
3 Malaysia US 5.000 Negara Berkembang
4 Nigeria US 1.500 Negara Berkembang

Gambar 4. Peta Persebaran Negara menurut GDP Tahun 2014.

2) Struktur Mata Pencaharian


Di Negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang sebagian
penduduk bekerja di sektor industri dan jasa. Hanya sedikit masyarakat yang
bekerja di sektor pertanian. Ekspor negara maju ke negara berkembang berupa
barang-barang industri dan jasa seperti mesin-mesin, otomotif dan lain-lain.
Sedangkan di Negara berkembang mayoritas penduduk bekerja di sektor
primer seperti pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan lain-lain.

10
Sektor industri juga berkembang di negara berkembang dalam skala kecil dan
menggunakan teknologi sederhana.
Tabel 5. Struktur Mata Pencaharian Penduduk (%)
Negara Industri Industri Industri
Primer Sekunder Tersier
Norwegia 8 42 50
Amerika Serikat 4 44 52
Indonesia 54 18 28
Pakistan 55 30 15

Gambar 5. Perbandingan 3 Sektor Ekonomi Utama

Tiga sektor ekonomi yang membedakan struktur ekonomi di suatu negara


antara lain proporsi penduduk yang bekerja di sektor jasa (sektor tersier),
sektor industri (sektor sekunder) dan sektor pertanian (sektor primer). Dari
gambar 5 di atas nampak perbandingan sector ekonomi utama yang ada di
negara maju dan Negara sedang berkembang. Jepang merupakan salah satu
negara maju yang ada di Asia, penduduknya 95% bekerja di sektor jasa, 35%
sektor industri dan <10% bekerja di sektor pertanian. Sedangkan Vietnam
merupakan salah satu Negara sedang berkembang di Asia, sebagian besar
(75%) pendududuk bekerja di sektor pertanian, 30% di sektor jasa, 20% di
sektor industri.
11
3) Kesempatan Kerja
Negara yang mempunyai pendapatan nasional tinggi akan mempunyai
kesempatan kerja lebih banyak, standar hidup lebih tinggi, permintaan barang
dan jasa juga lebih banyak. Kesempatan kerja yang ada di Negara maju lebih
banyak jika dibandingkan dengan Negara berkembang, hal dipengaruhi
perkembangan sektor sekunder (manufaktur, industri) dan sektor tersier (jasa)
yang berkembang lebih baik di negara maju.
Di negara berkembang, mem[unyai pendapatan nasional rendah dan
pendapatan perkapita penduduk yang juga rendah. Hal ini disebabkan karena
sumber pendapatan berasal dari sektor primer (pertanian) dan sector sekunder
dan tersier perkembangan lambat. Kesempatan kerja yang ada cenderung
stagnan.
Migrasi tenaga kerja potensial dari negara sedang berkembang ke
negara maju berhasil menambah persaingan di dunia kerja. Situasi ini akan
menambah semakin banyak pembangunan industri dan jasa di negara maju. Hal
ini berarti akan menambah peluang bekerja di Negara maju.

Critical Thinking/Communication Sejak tahun 1990, kesempatan kerja di


negara sedang berkembang seperti Cina,
Peserta dapat menganalisis India, Brasilia, dan Indonesia meningkat
perkembangan ekonomi beberapa secara tajam. Hal ini disebabkan karena
negara di maju dan negara sedang adanya investasi secara besar-besaran di
berkembang sektor industri dan jasa, ekspor ke negara
maju meningkat, dan ditandai ekspor
barang dan jasa Amerika Serikat ke negara
sedang berkembang berkurang secara
signifikan.

b. Faktor Kesehatan
1). Angka Harapan Hidup (life Expectancy)
Di negara maju mempunyai akses terhadap rumah sakit, klinik kesehatan,
dan fasilitas kesehatan yang sangat baik. Angka harapan hidup penduduk di negara
maju di atas 60 tahun. Di negara sedang berkembang, akses rumah sakit hanya
didapatkan di kota-kota. Persebaran wabah penyakit, kesadaran kesehatan yang
rendah dan kemiskinan penduduk menyebabkan angka harapan hidup penduduk di
negara sedang berkembang di bawah 60 tahun.

12
Di negara maju, kesadaran akan air bersih sangat vital dalam berbagai
kehidupan ditunjukkan dengan pembangunan sanitasi modern dan jaringan pipa air
bersih sampai ke pelosok negeri. Sedangkan di negara sedang berkembang, sanitasi
masih kurang baik, kesadaran akan pentingnya air bersih masih rendah.

2). Angka Kematian Bayi


Angka kematian bayi di negara maju sangat rendah. Hal ini disebabkan
status ekonomi baik, pendapatan tinggi, gizi yang baik, akses rumah sakit untuk
anak, klinik kesehatan dan berbagai fasilitas kesehatan lainnya sangat baik dan
merata di seluruh pelosok negara. Di negara sedang berkembang, keberadaan rumah
sakit anak dan fasilitas kesehatan lain yang terbatas dan tidak merata di seluruh
wilayah, kemiskinan, banyaknya jumlah bayi yang lahir, kondisi lingkungan yang
kotor, sanitasi buruk, wabah penyakit menjadi factor tingginya angka kematian bayi
di negara sedang berkembang.
Tabel 6. Angka Kematian Bayi (Tahun 2010)
No. Negara Indeks Angka kematian Bayi
IPM/HDI (per 1000 kelahiran)
1. Jepang 0,943 3
2. Australia 0.955 6
3. India 0,602 63
4. Kamboja 0,507 97
5. Sierra Leone 0,298 166
Sumber: GCE O level Topical Geography Elective, 2012

13
Aktivitas Literasi Berikut Angka kematian bayi di Indonesia Tahun
1971-2010
Peserta menganalisis grafik
perkembangan kematian
bayi di Indonesia.

Critical
Thinking/Communication

Peserta menganalisis
turunnya jumlah kematian
bayi di Indonesia serta
membandingkan dengan
kondisi di negara lain.

GEO INFO

Selain indikator tinggi anga kematian bayi, angka kematian ibu saat
melahirkan juga menentukan keadaan kesehatan penduduk di suatu negara.
Indonesia sebagai negara sedang berkembang juga mempunyai angka
kematian ibu saat melahirkan yang tinggi walaupun mempunyai
kecenderungan turun dari waktu ke waktu. Pada tahun 2003, terdapat 307
kematian ibu saat melahirkan (per 100.000 kelahiran) menurun pada tahun
2007 terdapat 248 kematian ibu saat melahirkan dari 100.000 kelahiran.
3) Tingkat Pertumbuhan Penduduk

14
Di Negara maju, tingkat pertumbuhan penduduk rendah kurang 1%.
Rendahnya tingkat pertumbuhan penduduk karena banyaknya wanita bekerja,
kesejahteraan dan pendapatan tinggi, standar hidup tinggi. Tingkat literasi yang
tinggi menyebabkan penduduk dapat memahami berbagai masalah yang
ditimbulkan dengan mempunyai banyak anak.
Di Negara sedang berkembang mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi >1%. Tingginya pertumbuhan penduduk di Negara sedang
berkembang menyebabkan kelangkaan bahan pangan, tempat bermukim.
Tingginya pertumbuhan penduduk di Negara sedang berkembang juga
menyebabkan banyaknya pengangguran dan kemiskinan.

Gambar 6. Peta Angka Kelahiran di Negara Maju dan Sedang Berkembang

c. Pendidikan
Di Negara maju, tingkat pendidikan penduduk sangat tinggi yang ditandai tingkat
literasi penduduk 90%-95% yang tergolong sangat tinggi. Tinggi tingkat literasi
disebabkan karena:
a. Jumlah sekolah, perguruan tinggi, lembaga pendidikan vokasi yang banyak
b. Penduduk dapat memilih pendidikan yang sesuai dengan minatnya
c. Peraturan pemerintah dalam mewajibkan penduduk untuk sekolah
Di negara sedang berkembang, fasilitas pendidikan yang baik hanya ditemukan
di wilayah perkotaan sedangkan di wilayah perdesaan terbatas fasilitas

15
pendidikannya. Kurangnya lembaga pendidikan dan biaya pendidikan yang tidak
terjangkau (mahal) membuat tingkat literasi penduduk di bawah 50%,angka putus
sekolah tinggi menyebabkan tingkat pendidikan formal penduduk di negara
sedang berkembang rendah.

Aktivitasi Literasi

Melalui grafik, peserta


Menganalisis perbedaan
Literasi antara Perempuan
Dan Laki-Laki

6. Persebaran Negara Maju dan Negara Sedang Berkembang (tahun 2014)

16
Sumber: United Nations publication, Sales No. E.07.II.A.9), 2014

17
Sumber: United Nations publication, Sales No. E.07.II.A.9), 2014

7. Interaksi Negara Maju dan Negara Berkembang

18
Hubungan/interaksi negara maju dan negara sedang berkembang dapat dilihat pada
gambar 7 berikut:

1. Ekspor Produk Industri


2. Investasi

PINGGIRAN (PERIPHERY): NEGARA


CORE (PUSAT): NEGARA MAJU
SEDANG BERKEMBANG
1. Peluang Pekerjaan Bagus: Pendapatan tinggi 1. Peluang Kerja Kurang: Pendapatan rendah
2. Kesejahteraan didapatkan dari industri dan jasa 2. Kesejahteraan rendah didapatkan dari pertanian
3. Tingkat Pendidikan dan kesehatan Tinggi 3. Permukiman dan sanitasi buruk
4. Permukiman dan sanitasi modern 4. Tingkat Pendidikan dan kesehatan rendah
5. Infrastruktur dan Jaringan Transportasi Modern 5. Infrastruktur dan Jaringan Transportasi buruk

1. Migrasi tenaga kerja


2. Pergerakan Bahan Mentah

Gambar 7. Interaksi Negara Maju dan Berkembang

Dinamika hubungan negara maju dan negara berkembang


Kerjasama internasional adalah kerjasama yang melibatkan negara- negara di
seluruh dunia atau sebagian besar dari negara di dunia. Kerjasama Internasional ini
siaftnya umum, tidak terikat pada jumlah anggota, asal negara, rasa senasib
sepenanggungan, atau syarat- syarat lainnya. Artinya, kerjasama internasional ini
anggotanya tidak harus berasal dari wilayah tertentu, bahkan ketika negara semakin
banyak yang bergabung, hal itu akan semakin baik. kerjasama Internasional secara
umum adalah kerjasama yang dilakukan antar negara dalam rangka pemenuhan
kebutuhan rakyat dan kepentingan yang lain dengan berpedoman pada politik luar
negeri masing- masing.

Bentuk kerjasama internasional dapat diklasifikasian menjadi


1. Berdasarkan wilayahnya
2. Berdasarkan jumlah anggotanya.

1. Berdasarkan wilayahnya, kerjasama antar negara dibedakan atas:

19
a. Kerjasama regional, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh negara- negara
yang berada di kawasan satu rumpun. Misalnya kerjasama yang dilakukan
oleh negara- negara di kawasan Asia Tenggara, seperti ASEAN, MEA.
Kerjasama ekonomi negara-negara Eropa, dan lain-lain.
b. Kerjasama Internasional, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh julukan
negara- negara di dunia tanpa mengenal batasan wilayahnya, misalnya PBB,
WTO, GATT. APEC.

2. Berdasarkan jumlah anggotanya, kerjasama antar negara dibedakan menjadi


beberapa jenis antara lain sebagai berikut:
a. Kerjasama bilateral, yaitu kerjasama yang dilakukan antar 2 negara saja.
Contohnya adalah kerjasama Jepang dan Indonesia melakukan kerjasama
ekonomi dalam kerangka kerjasama Indonesia Japan Economic Partnership
Agreement (IJEPA) yang mulai berlaku efektif di tahun 2008. IJEPA
merupakan kerjasama bilateral di bidang perikanan. Dimana kerjasama ini
sekiranya dapat menguntungkan di kedua belah pihak, yaitu Jepang
terpenuhi kebutuhan akan ikan tunanya dan Indonesia pun dapat menunjang
pertumbuhan ekonominya dari hasil ekspor ikan tuna ke Jepang. Selain itu
ada kerjasama bilateral antara Indonesia dan Thailand di bidang pertanian
b. Kerjasama multilateral, yaitu bentuk kerjasama antar negara yang dilakukan
oleh beberapa negara yang jumlahnya lebih dari 2 negara. Contoh kerjasama
multilateral yang melibatkan Indonesia antara lain: Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), Organisasi Negara-Negara Islam (OKI), Kerjasama Ekonomi
Negara Asia Pasifik (APEC), Gerakan Non Blok, dan G-20.
Perbedaan sumber daya manusia, sumber daya alam, kondisi ekonomi
dan kondisi geografis serta kondisi idiologis negara yang berbeda-beda
menyebabkan kemajuan negara juga berbeda. Negara-negara mempunyai
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang berbeda
menyebabkan adanya hubungan antar negara. Selain itu kondisi iklim yang
berbeda, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbeda dan
keinginan untuk melakukan kerjasama dengan lain juga memicu hubungan antar
negara.
Pada dasarnya hubungan antar negara dilakukan pada bidang pertahanan
dan keamanan, ekonomi, sosial budaya, dan bahkan ideologi. Umumnya bidang
20
– bidang tersebutlah yang melatarbelakangi terjadinya hubungan internasional.
Sebagai contoh dalam bidang ekonomi khususnya bidang perdagangan,
contohnya organisasi perdagangan internasional yang disebut ”World Trade
Organization” (WTO) , kemudian di bidang pertahanan negara – negara Eropa
dan Amerika Serikat membentuk ”North Atlantic Treaty Organization”
(NATO). Hubungan di bidang Ekonomi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik/Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)

Peran penting dari adanya hubungan internasional bagi negara anggotanya


antara lain:
a. Memelihara dan menciptakan hidup berdampingan secara damai dan adil dengan
bangsa lain.
b. Mencegah dan menyelesaikan konflik, perselisihan, permusuhan, atau
persengketaan yang mengancam perdamaian dunia sebagai akibat adanya
kepentingan nasional yang berbeda di antara bangsa dan negara di dunia.
c. Mengembangkan cara penyelesaian masalah secara damai melalui perundingan
dan diplomasi yang lazim ditempuh negara – negara beradab, cinta damai, dan
berpegang kepada nilai- nilai etik dalam pergaulan antarbangsa.
d. Membangun solidaritas dan sikap saling menghormati antarbangsa.
e. Membantu bangsa lain yang terancam keberadaannya sebagai akibat pelanggaran
atas hak-hak kemerdekaan yang dimiliki.
f. Berpastisipasi dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
g. Menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, kelangsungan keberadaan dan
kehadirannya di tengah bangsa-bangsa lain.

Manfaat Kerjasama Internasional


Beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dari kerjasama internasional antara lain
sebagai berikut:
a. Saling menguntungkan masing- masing negara dalam peningkatan
kesejahteraan ekonomi Kerjasama internasional beberapa
diantaranya bergerak dalam bidang ekonomi. Hal ini tentu saja dapat
menguntungkan negara- negara yang menjalin kerjasama. Dengan melakukan
kerjasama internasional negara bisa saling melakukan promosi produk ke negara
21
lain. Selain itu negara bisa mendapatan barang- barang yang tidak diproduksi
oleh negara yang bersangkutan dari negara lain. Misalnya.
b. Mewujudkan ketertiban dan kedamaian dunia
Kerjasama Internasional memiliki misi untuk mewujudkan perdamaian dunia
sehingga kehidupan akan menjadi tenteram dan damai. Adanya kerjasama
internasional maka kehidupan di dunia akan lebih tenang, permasalahan antar
neara akan bisa diselesaikan secara lebih bijak.
c. Menanggulangi hal- hal yang dapat merusak budaya
Kerjasama internasional juga bisa menjadi benteng untuk menanggulangi
berbagai kemungkinan yang dapat merusak budaya serta hal- hal yang
bertentangan dengan ideologi suatu negara.
d. Meningkatkan penerapan IPTEK
Dengan adanya kerjasama internasional, maka negara berkembang yang notabebe
memiliki teknologi yang biasa saja bisa belajar dari negara yang lebih maju
mengenai penetapan teknologi ini.
e. Meningkatkan sektor pertahanan dan keamanan
Kerjasama internasional juga akan membantu suatu negara untuk meningkatkan
pertahanan dan keamanan suatu negara.
f. Mempererat hubungan antar negara
Selain menambah keuntungan negara, manfaat kerjasama internasional yang
lainnya adalah mempererat hubungan antar negara. Hubungan antar negara ini
seperti halnya hubungan persahabatan. Dengan menjalin kerjasama internasional
maka akan semakin banyak peluang bagi suatu negara untuk meningkatkan
berbagai hubungan lainnya diluar hubungan kerjasama tersebut.
g. Saling menghormati ideologi negara
Kerjasama internasional juga akan menjadikan negara-negara di dalamnya untuk
saling menghormat ideologi negara satu dengan negara lainnya. Tidak bisa
dipungkiri terkadang memang suatu negara mengalami sengketa karena
ketidakcocokan ideologi. Namun hal ini bisa diatasi apabila kita melakukan
kerjasama internasional

22
RANGKUMAN
Pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang
terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan
dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.
Terdapat 7 pilar penting pembangunan suatu negara, antara lain: Pendidikan
dan keterampilan, Jasa dan infrastruktur, Adanya/tidak korupsi, Kondisi keuangan
dan investasi, Aset negara dan kewirausahaan, Lapangan pekerjaan dan tenaga kerja,
Kebijakan fiscal.
Pembangunan suatu negara dipengaruhi oleh factor seperti historis, sumber
daya alam dan iklim. HDI atau indeks perkembangan SDM secara umum akurat jika
yang dinilai adalah negara maju. Tidak mudah untuk mendapatkan gambaran akurat
pada negara berkembang karena tidak tersedianya data, terutama pada daerah
pedesaan. Di beberapa negara berkembang kurangnya hak asasi manusia dan
kebebasan adalah faktor yang mungkin menghalangi penilaian tersebut. Semakin
tinggi skor indeks pembangunan manusia suatu negara, maka semakin maju
pembangunan negara tersebut.
Faktor penentu HDI/Human Development Index antara lain (a) faktor
ekonomi yang meliputi pendapatan perkapita, struktur mata pencaharian,
kesempatan kerja, (b) factor kesehatan yang meliputi angka harapan hidup, angka
kematian bayi, tingkat pertumbuhan penduduk, (c) pendidikan.
Hubungan/interaksi negara maju dan negara sedang berkembang melalui
ekspor barang produksi dan investasi di berbagai sektor. Sedangkan interaksi negara
sedang berkembang dengan negara maju biasanya ekspor barang mentah dan
migrasi tenaga kerja ke negara maju.

TUGAS

1. Kerjakan dengan cermat dan tepat!

Pasokan sayur mayur yang ada di Pasar tradisonal


Aktivitas Literasi di Surabaya berasal dari Batu, Malang, Trawas dan
sebagian lagi berasal dari wilayah Pasuruan. Beberapa
Bacalah dengan cermat berita bulan ini harga sayur mayur yang ada di Pasar Tradisional
tentang peristiwa yang terjadi
Surabaya terus merugi. Hal ini terjadi karena Satuan Polisi
di Surabaya
Pamong Praja dan Poltabes Surabaya memblokade

23
pasokan sayur ke Pasar Keputran hingga 7 hari ke depan.
Pedagang rugi ratusan juta rupiah akibat blokade yang
berlangsung sejak kemarin.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya Arief Budiarto
Penguatan Karakter
mengatakan, keputusan memblokade pasokan sayur ke
Peserta dengan jujur dan Pasar Keputran disepakati oleh kepolisian. Jika dalam
bertanggung jawab memberi waktu tersebut pedagang masih menolak pindah ke Pasar
komentar atas fenomena yang Induk Osowilangun, Satpol PP akan melakukan
terjadi di Surabaya penggusuran. “Kami akan melakukan pendekatan
persuasif. Kami tidak ingin terjadi kekerasan,” kata Arief
Budiarto. Ketua paguyuban pedagang Pasar Keputran,
Haji Muhammad, mengatakan dalam sehari setiap
pedagang rugi Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. “Kerugian itu
Critical Thinking, disebabkan pedagang telanjurnya memesan sayuran dan
Comunication
hilangnya pembeli dalam dua hari terakhir.”
Peserta menganalisis interaksi
antar wilayah sesuai fenomena Disisi lain, Pelaksanaan pembatasan impor hortikultura
dalam bacaan. berlaku mulai bulan Juni ini. Aturan baru tersebut
tampaknya masih menjadi momok menakutkan bagi
importir maupun pengusaha ritel produk hortikultura.
Distributor produk impor hortikultura pusing tujuh
keliling karena kesulitan mendapatkan pasokan pengganti
bila impor dibatasi. Kafi Kurnia, Ketua Umum Asosiasi
Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia
(Aseibssindo) mengatakan, sampai saat ini, kalangan
importir belum bisa mendapatkan pasokan hortikultura
lokal. "Permintaan domestik sangat tinggi.Tapi produknya
sulit dicari,"(31/5).
Adanya Pasar Puspaagro dapat menjadi solusi bagi
pedagang dan pengusaha ritel yang ada di Surabaya untuk
memenuhi kebutuhan akan sayur mayur di pasar
tradisional dan usaha ritel di Surabaya. Beberapa kendala
juga muncul seperti isu kenaikan BBM yang berimbas
pada ongkos transportasi, kemacetan lalu lintas, jarak yang
jauh. (Harian Sindo, 12 Mei 2015)

Berdasarkan ilustrasi di atas jelaskan :


a. Mengapa dalam penyediaan holtikultura di
Surabaya sangat tergantung dengan Trawas,
Pasuruan, Batu dan Malang!
b. Bagaimana bentuk interaksi nya
c. Alasannya dari penjelasan saudara No. a
d. Factor apa saja yang menyebabkan interaksi
tersebut terbangun (berdasarkan ilustrasi 1)

2. Kerjakan dengan cermat!


a. Gambarkan peta dunia dalam kerta ukuran A3
b. Identifikasikan persebaran Negara maju dan Negara berkembang di dunia.
c. Perhatikan Indikator Pembangunan berikut!

24
Indikator Pembangunan Banglades China Jepang Selandia Baru
% belanja pendidikan dari 2,4 2.3 3.5 7,2
GNP
Jumlah dokter per 1000 0,2 1,7 1,9 2,3
penduduk

Pendapatan per kapita 360 850 38.160 13.030

% penduduk yang bekerja di 63 8 1,4 9


sektor pertanian
Indeks pembangunan 47 71,8 92,8 91,3
manusia (HDI)

Berdasarkan tabel di atas


1) Jelaskan mengapa dalam awal perkembangan pembangunan suatu
negara selalu di dominasi oleh sektor pertanian!
2) Berdasarkan tabel di atas, permasalahan apa yang dihadapi oleh
Banglades!
3) Faktor apa saja yang menyebabkan Jepang memiliki indeks
pembangunan manusia tertinggi. Jelaskan!

TES FORMATIF

Petunjuk!
Jawabalah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Negara-negara di dunia dapat dikelompokan ke dalam Negara maju dan


berkembang. Penetapan kelompok Negara tersebut didasarkan pada kriteria
tertentu. Salah satu kriteria yang digunakan untuk menetapkan Negara maju
adalah…..
A. tingkat pertumbuhan ekonomi
B. besarnya jumlah penduduk
C. penguasaan teknologi tinggi
D. luas wilayah negaranya
E. besarnya potensi sumber daya alam
2. Ciri perekonomian Negara berkembang
A. Pembangunan ekonomi berorientasi pada industri
B. Penopang perekonomian disektor agraris
C. Pendapatan perkapita tinggi

25
5. Swiss
Negara maju yang tergabung dalam kelompok negara G7 adalah ….
A. 1, 2, 3
B. 1, 2, 4
C. 2, 3, 4
D. 2, 4, 5
E. 3, 4, 5

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam Sheppard and Nick Smith, 2013, Study Skills for Town and Country
Planning, SAGE Publications Ltd

2. Cambers, Gary and Steve Sibley, 2012, Geography, University Cambridge


Press.

3. Handbook on the Least Developed Country Category: Inclusion, Graduation


and Special Support Measures (United Nations publication, Sales
No. E.07.II.A.9). Available from
http://www.un.org/esa/analysisdevplan/cdppublications/2008cdphan
dbook.pdf.

4. GCE O-Level Topical Geography Elective, 2012, Combined Humanities


Topical Geography Elective, Detailed Answers With Explanation,
Published by Fairfield Book Publisher Pte.Ltd

5. Parker B and L. Parker, 2010, Geography Today, national Library of Australia.

6. Sibarani Sofian, 2012, ”Pengantar Perancangan Kota (short introduction to


Urban Planning), makalah, ”Pelatihan Kader Pelopor Penataan
Ruang”, Jakarta 18 Juli 2012

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


1. C
2. B
3. E
4. A
5. B
6. E

28

Anda mungkin juga menyukai