No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019
MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan
Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar, Prinsip, Pendekatan Geografi
dan Teori Lokasi
i
KATA PENGANTAR
Modul ini berisi pendalaman materi Geografi, yang terdiri atas empat
kegiatan belajar. Modul ini terbagi dalam 4 (empat) kegatan belajar (KB). KB.1
memuat tentang konsep dasar, prinsip, pendekatan, dan toeri lokasi, KB.2 memuat
tentang Wilayah Perdesaan dan Perkotaan, KB.3 memuat tentang Interaksi Desa
dan Kota serta KB.4 memuat Negara Maju dan Negara Berkembang. Modul
dilengkapi dengan soal tes formatif dan sumatif sebagai bahan evaluasi. Sebagai
pendamping dari modul ini, tersedia beberapa media pembelajaran berupa media
video model pembelajaran, video tutorial, video grafis, dan media presentasi yang
dapat digunakan untuk belajar secara mandiri.
i
Tiada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu buatan manusia yang
sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran dan masukan yang positif sangat penulis
harapkan untuk perbaikan modul ini di masa mendatang.
ii
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019
MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan
Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar, Prinsip, Pendekatan Geografi
dan Teori Lokasi
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
PETUNJUK BELAJAR .................................................................................. 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ....................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN .............................................................. 2
URAIAN MATERI .......................................................................................... 2
A. Ruang lingkup dan Obyek Geografi............................................................ 2
B. Cabang-Cabang Geografi .......................................................................... 3
C. Konsep-konsep geografi .......................................................................... 6
D. Pendekatan Geografi .............................................................................. 11
1. Pendekatan Spasial (Keruangan) .......................................................... 11
2. Pendekatan Ekologi (Lingkungan) ....................................................... 12
3. Pendekatan Regional (Kompleks Wilayah) .......................................... 13
E. Prinsip Geografi .................................................................................... 13
1. Prinsip Distribusi (Penyebaran) ............................................................ 13
2. Prinsip Interelasi (Keterkaitan) ............................................................. 14
3. Prinsip Deskripsi (Penggambaran) ....................................................... 14
4. Prinsip Korologi (Gabungan) ............................................................... 15
F. TEORI LOKASI ................................................................................. 16
RANGKUMAN .............................................................................................. 23
TES FORMATIF ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
iv
BIDANG KAJIAN :
WILAYAH DAN PERWILAYAH
KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR DAN TEORI LOKASI GEOGRAFI
PENDAHULUAN
Geografi merupakan studi yang mempelajari hubungan kausal gejala-
gejala yang terjadi di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik ataupun yang
menyangkut dengan kehidupan makhluk hidup beserta berbagai
permasalahannya dengan melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, serta
regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan
pembangunan.(Bintarto, 1981)
Obyek dasar Geografi memuat obyek material yang menyangkut
fenomena geosfer seperti litosfer, atmosfer, biosfer, pedosfer serta hidrosfer.
Obyek formal Geografi merupakan cara pandang/analisis terhadap fenomena
yang terjadi di muka bumi yang ditinjau dari 3 pendekatan antara lain
pendekatan keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Konsep dasar
Geografi memuat 10 konsep esensial dan mempunyai 4 prinsip dasar.
Dalam Kegiatan Belajar 1 (KB.1) juga memuat 3 teori lokasi antara
teori sewa lahan Von Thunen, teori Weber dan teori Christaller.
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-1) ini sebaik-baiknya
dengan cermat.
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai
dengan materi dalam KB-1
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-1 ini.
Saudara harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus
dijawab dengan benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas.
1
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke KB
berikutnya
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup:
(1) Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai
ruang kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik
wilayah dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan
geografi; (5) Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah
lingkungan dan kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial
(Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk
pembangunan; dan (7) termasuk advance materials yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
URAIAN MATERI
2
kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.(SEMLOK IGI
di Semarang, 1988)
Daldjoeni berpendapat bahwa geografi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan yang mengajarkan manusia tentang 3 hal pokok, yaitu spasial
atau ruang, ekologi, dan region atau wilayah. Dalam hal spasial (ruang),
geografi mempelajari persebaran gejala baik alami maupun manusiawai di
muka bumi. Dalam hal ekologi, geografi mempelajari tentang bagaimana
manusia harus mampu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Adapun dalam hal region (wilayah), geografi mempelajari tentang wilayah
sebagai tempat tinggal manusia dengan berdasarkan kesatuan fisiografinya.
(Daldjoeni)
Obyek geografi dibedakan menjadi obyek material dan obyek
formal. Obyek material adalah isi kajian atau sasaran Geografi. Secara
umum kajian Geografi adalah geosfer. Secara lengkap obyek material
geografi antara lain:
1. Litosfer sebagai lapisan batuan yang merupakan lapisan terluar dari
bumi
2. Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi
3. Hidrosfer merupakan lapisan air di bumi yang meliputi perairan darat,
perairan laut, air tanah
4. Pedosfer adalah lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan fisika,
biologi maupun kimiawi
5. Biosfer merupakan lapisan di muka bumi tempat hewan, tumbuhan,
manusia hidup.
Obyek formal geografi merupakan cara pandang terhadap suatu fenomena
geosfer yang terjadi di muka bumi baik aspek fisik maupun aspek sosial
yang dipandang dari sudut keruangan atau spasial.
B. Cabang-Cabang Geografi
1. Geografi Fisik
Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik permukaan
bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Kajian geografi
fisik ditunjang oleh ilmu-
ilmu geologi, geomorfologi, pedologi, meteorology,
3
klimatologi, hidrologi, oseanografi, dan biogeografi. Geografi fisik tidak dapat
dilepaskan dengan factor manusia, hal ini akan menjelaskan tentang perbedaan
geologi dengan geografi. Geologi menekankan kepada gejala dan proses alam dari
bumi, sedangkan geografi fisik selalu terkait dengan kehidupan manusia. Geograf
i
fisik meninjau gejala dan proses alam dari kulit bumi dalam kaitannya dengan
kehidupan manjusia. Kulit bumi ditinjau sebagai sumberdaya yang bermanfaat
dan mempengaruhi kehidupan manusia.
2. Geografi Manusia
Geografi manusia merupakan cabang dari geografi yang obyek kajiannya adalah
aktivitas manusia di permukaan bumi. Geografi manusia terbagi kedalam geografi
penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman, dan geografi
sosial (minor).
a). Geografi penduduk (Population Geography)
Obyek studi geografi penduduk berupa aspek keruangan dari penduduk,
meliputi penyebaran,kepadatan, perbandingan jenis kelamin, angka kelahiran,
angka kematian, migrasi dan sebagainya. Pada geografi penduduk dipelajari
segala aspek keruangan yang berkenaan dengan manusia sebagai penduduk
suatu wilayah. Selain geografi penduduk dikenal juga kajian lain tentang
kependudukan, yaitu demografi. Demografi berbeda dengan geografi
penduduk, demografi lebih terfokus pada kajian dinamika kependudukan tanpa
mengkaji aspek keruangannya. Sedangkan geografi penduduk menekankan
pada aspek perubahan kependudukan dalam kaitan dengan sebab akibat
kondisi ruang tempat tinggalnya.
b). Geografi Politik (Political Geography)
Geografi politik mempelajari tentang aspek keruangan permukiman atau
kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional dengan dasar
kondisi lingkungan geografis.
c). Geografi Sosial (Social Geography)
Geografi social yang dimaksud di sini adalah geografi social minor atau sering
disebut dengan sociological geography/geografi sosiologi. Geografi social
mempelajari aspek keruangan dalam perilaku penduduk, organisasi social dan
unsure kebudayaan dan kemasyarakatan. Geografi social erat hub jungannya
4
dengan studi sosiologi dan mencakup penekanan pada studi hubungan aspek
ruang dengan permukiman penduduk, bahasa dan religi.
d). Geografi Permukiman (Settlement Geography)
Geografi permukiman mempelajari tentang perkembangan permukiman di
suatu wilayah, mempelajari sejarah kawasan hunian manusia,bentuk dan pola
permukiman, dan faktor-faktor geografis yang mempengaruhi perkembangan
pola permukiman tersebut.
e). Geografi Ekonomi (Economical Geography)
Titik berat studi dalam geografi ekonomi adalah aspek keruangan dalam
hubungannya dengan struktur ekonomi penduduk suatu tempat. Faktor
lingkungan alam ditinjau sebagai factor pendukung (sumberdaya) atau
sebagai penghambat aktivitas ekonomi. Geografi ekonomi dapat diuraikan lagi
menjadi geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi
pariwisata dan geografi transportasi.
4) Geografi Tehnik
Geografi Tehnik lebih menekankan pada tehnik yang dipergunakan dalam studi
dan analisis geografi. Dalam kajian geografi dikenal ketehnikan seperti karto
grafi(pemetaan), fotogrametri, penginderaan jauh, dan Sistem Informasi Geograf
is (SIG).
5
C. Konsep-Konsep Geografi
Konsep essensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk
mengungkapkan atau menggambarkan secara abstrak fenomena essensial dari
obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar geografi
merupakan elemen penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
1. Lokasi
Letak suatu tempat memiliki nilai yang berbeda, baik secara ekonomis,
lingkungan, sumber daya, politis, dan pertahanan keamanan. Perbedaan
potensi yang dapat dimanfaatkan berbagai aktivitas memberikan pengaruh
terhadap sistem, pola penggunaannya baik secara fisis maupun sosial, seperti
berikut ini :
· Nilai suatu tempat (kestrategisan). Nilai suatu tempat akan mahal harganya
jika berada di pusat kota dibandingkan dengan di pinggiran kota.
· Sistem dan pola pengolahan lahan. Sistem dan pola pengolahan pertanian
di lereng pegunungan akan berbeda dengan di daerah dataran.
· Sistem budaya. Tehnik dan sistem pengolahan serta adat istiadat di daerah
dekat pantai maka akan berbeda dengan tehnik dan sistem pengolahan
serta adat istiadat di daerah pegunungan.
Lokasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu lokasi relatif dan lokasi absolut.
a. Lokasi Relatif
Adalah lokasi yang artinya bisa berubah-bah karena dipengaruhi daerah
sekitarnya. Misalnya desa X lebih baik aksesibilitasnya dibandingkan desa Y,
karena desa X berada di tepi jalan, sedangkan desa Y jauh di pedalaman.
b. Lokasi Absolut
Adalah lokasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur (bersifat tetap) misal
nya letak kota Surabaya, Palembang, Wamena.
6
Selain itu juga lokasi dapat ditinjau dari :
a. Tinjauan fisiografis, yaitu letak astronomi dan geografis
Letak astonomi, berkaitan dengan :
- letak suatu negara/wilayah ditinjau dari garis lintang dan bujur
- Iklim Contoh: iklim tropis, subtropis
- Aktivitas Penduduk
b. Letak geografis, yaitu letak yang ditinjau berdasarkan hubungan tempat-
tempat sekitarnya
Contoh : Indonesia terletak diantara 2 samudera yaitu samudera Hindia
dan samudera Pasifik dan terletak diantara 2 benua yaitu benua
Asia dan benua Australia
2. Konsep Jarak
Jarak suatu ruang dengan ruang lain serta berbagai aktivetasnya akan berkaitan
dengan nilai, kestrategisan, kemudahan, frekuensi, interaksi dan interpendensi
antar ruang. Jarak diperhitungkan karena hal berikut ini :
a. Kestrategisan suatu ruang untuk berbagai aktivitas
Pusat perbelanjaan akan mempunyai nilai strategis apabila terletak di daerah
pemukiman yang ramai dan padat
b. Kemudahan terjadimya interaksi antar ruang
Jarak tempat aktivitas penduduk dengan pemukiman dekat maka akan
memudahkan terjadinya interaksi
c. Frekuensi interaksi, dan interelasi ruang
Jarak yang dekat dan mudah dengan perbedaan potensi ruang akan
memperlancar dan sering terjadinya interaksi dan interelasinya.
7
Nilai kegunaan berkaitan dengan manfaat dari fenomena yang ada di permukaan
bumi yang bersifat relatif. Selain itu suatu tempat dalam ruang mempunyai nilai
yangberbeda bagi setiap orang dengan alasan produktif, rekreasi, seperti berikut :
a. Sawah mempunyai nilai tinggi bagi petani dibandingkan bagi nelayan karena
sawah dapat memberikan nilai yang tinggi bagi petani dibandingkan dengan
nelayan
b. Daerah Puncak (Bogor), Trawas (Mojokerto), Batu, Prigen (Pasuruan) yang
berhawa sejuk mempunyai nilai kegunaan yang lebih tinggi
bagi penduduk yang biasa tinggal di daerah panas karena daerah-daerah
tersebut memiliki iklim yang sejuk. Ini akan berbeda nilai wilayah terbut jika
dilihat dan dirasakan oleh penduduk yang berasal dari daerah Puncak, Prigen,
Batu, dan Trawas.
c. Kesibukan dan kebisingan yang sering dijumpai di perkotaan pada umumnya
sering memicu kejenuhan, stres yang tinggi, tuntutan pekerjaan sewaktu
waktu membuat orang jenuh, sehingga
timbul keinginan untuk berekreasi kesuatu tempat misalnya, ke Anyer,
Puncak, Batu, Trawas, Gunung Ijen yang mempunyai nuansa berbeda untuk
melepaskan penat dan kejenuhan dalam kehidupan.
4. Konsep Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan berkaitan dengan keadaan permukaan bumi dan keterse
diaan sarana dan prasarana angkutan atau komunikasi seperti berikut ini :
a. Kota Jakarta ke kota Surabaya dapat ditempuh dengan
dengan menggunakan kereta api, pesawat terbang lebih mudah dan
cepat dibandingkan dengan kendaraan umum, karena jalan raya dari kota
Jakarta ke kota Surabaya sering macet.
b. Jarak Surabaya hingga Kabupaten Ngawi lebih kurang 280 Km, saat ini
dapat ditempuh hanya dalam waktu 1,5-2 jam. Karena ke dua kota telah
dihubungkan dengan jalur tol yang bebas hambatan.
6. Interaksi /Interdependensi
Interaksi atau interpendensi merupakan terjadinya hubungan yang saling
mempengaruhi antara suatu gejala dengan gejala lainnya. Definisi lain
menyatakan keterkaitan dan ketergantungan satu daerah dengan daerah lain
untuk saling memenuhi kebutuhannya.
Contoh interaksi interpendensi adalah daerah pedesaan sebagai penghasil
komoditas pangan yang dibutuhkan dan dipasarkan di wilayah perkotaan seperti
sayur mayut, dan bahan pangan lainnya. Sedangkan produk-produk yang
dihasilkan di wilayah perkotaan seperti baju, kain, barang elektronik
didistribusikan di wilayah perdesaan.
7. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi adalah kecenderungan persebaran gejala geografis yang ada di muka
bumi yang mengelompok pada suatu tempat. Hal ini disebabkan ada faktor-
faktor yang berkaitan dengan aktivitas manusia yang menguntungkan atau
keseragaman. Masyarakat umumnya mengelompok dengan warga yang mempun
yai
tingkat kehidupan sejenis. Oleh karena itu, timbul istilah daerah elit, kumuh dan
lainnya. Di perdesaan, penduduk umumnya mengelompok di daerah yang subur.
Meskipun mempunyai sifat, kewajiban dan hak yang sama, tetapi dalam aktifitas
nya terjadi pengelompokan seperti berikut ini:
a. Penduduk cenderung mengelompok berdasarkan pekerjaan, budaya,
etnis yang sama sehingga timbul klasifikasi daerah elit dan daerah kumuh,
adanya kampung Jawa di Bali, Kampung Arab dan Pecinan.
b. Penduduk cenderung terjadi pengelompokan berdasarkan kepentingan
yang sama sehingga timbul rumah kontrakan, ikatan profesi.
9
c. Pengelompokkan industri di suatu tempay seperti SIER (Surabaya Industri
Estate Rungkut), PIER (Pasuruan Industrian Estate), NIP (Ngoro Industrial
Persada) di Kabupaten Mojokerto.
8. Konsep Pola
Konsep esensial geografi berikutnya adalah pola (pattern). Pola adalah bentuk,
struktur, dan persebaran fenomena atau kejadian di permukaan bumi baik gejala
alam maupun gejala sosial. Pola juga dapat diartikan sebagai tatanan geometris
yang beraturan sebagai bentuk interaksi manusia dengan lingkungannya.
Contoh pola dalam konsep geografi antara lain pembangunan pemukiman
penduduk dibangun memanjang mengikuti jalan raya atau aliran sungai. Pola
lain ditunjukkan pertanian yang ada di pegunungan yang menggunakan sistem
sengkedan karena mengikuti lahan miring.
9. Konsep Morfologi
Hasil proses alam membentuk bentuk permukaan bumi yang
berbeda. Bentuk muka bumi sangat mempengaruhi aktivitas manusia dalam
kehidupan sehari-hari, seperti berukut ini.
a. Akibat proses alam daerah pantai,maka pola permukiman akan sejajar de
ngan pantai dan aktivitasnyaberkaitan dengan laut tambak dan nelayan.
b. Bentuk aktivitas pertanian yang ada di lereng pegunungan yang
berbukit-bukit dangan sifat tanahnya dan
kondisi air dalam, maka aktivitas pertaniannya berupa tegalan atau perke
bunan.
D. Pendekatan Geografi
Dalam Geografi, pengkajian fenomena geosfer sering dianalisis menggunakan
pendekatan geografi yang sebagai perwujudan cara pandang geografi terhadap
fenomena geoasfer. Ada tiga pendekatan geografi yaitu pendekatan keruangan
(spasial), pendekatan lingkungan (ekologi) dan pendekatan kompleks wilayah
(regional).
11
masyarakat. Peneliti juga harus memperhatikan distribusi/persebaran, interelasi
dan interaksinya.
Pada akhirnya, diharapkan akan didapatkan manfaat bagi manusia
terkait dengan pendekatan spasial geografis ini baik dalam aspek hidrologi,
pedologi dan klimatologi.
Contoh:
pendekatan keruangan atau spasial misalnya sebidang tanah berharga mahal
karena tanahnya bersifat subur dan terletak di tempat yang strategis. Peneliti
menilai nilai tanah berdasarkan produktivitas pertanian dan nilai ruangnya yaitu
letak yang strategis.
E. Prinsip Geografi
Secara umum ada 4 prinsip prinsip geografi yang ada, meliputi prinsip
distribusi, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi. Berikut
merupakan pembahasan dan penjelasan prinsip geografi beserta contohnya,
definisi, pengertian dan ruang lingkup geografi lengkap.
13
secara tidak sama dan tidak merata. Fenomena geografi yang diteliti bisa
berupa bentang alam, tumbuhan, hewan dan manusia.
Tujuan lain penggunaan prinsip penyebaran ini juga dapat mengungkap
hubungan antara satu fenomena dengan fenomena yang lainnya secara
menyeluruh. Selain itu adanya prinsip distribusi dapat digunakan untuk
meramalkan keadaan di masa yang akan datang.
Contoh prinsip distribusi (penyebaran)
• Persebaran flora dan fauna di wilayah Indonesia
• Persebaran potensi air yang berbeda dari satu tempat dengan tempat
lainnya
• Persebaran total penduduk transmigran di Indonesia yang tidak merata
15
F. TEORI LOKASI
1. Teori Von Thunen
Von Thunen adalah seorang yang berkebangsaan Jerman, telah
mengusahakan lahan pertaniannya selama 40 tahun. Berdasarkan
pengalamannya dia mengemukan satu model atau teori tentang letak tataguna
lahan pertanian. Model tersebut menunjukkan adanya perbedaan tentang
tataguna lahan dengan bertambahnya jarak dari pasar. Ada dua hal yang
dikemukan oleh Von Thunen yaitu:
a. Produktivitas suatu jenis tanaman akan berkurang atau menurun dengan
bertambahnya jarak dari pasar. Produktivitas diukur dari segi input pertanian,
termasuk banyaknya tenaga buruh, modal, alat bajak, benih dan sebagainya
yang digunakan bagi setiap bidang lahan.
b. Jenis penggunaan lahan akan berbeda dengan bertambahnya jarak dari pasar.
Von Thunen untuk menguji teorinya mengajukan beberapa hipotesis.
Untuk menentukan nilai lahan Von Thunen menggunakan sewa lahan dari
lokasi dimana lahan berada. Von Thunen melihat berbagai tanaman yang
16
dihasilkan oleh daerah-daerah subur dekat pusat pasaran dan ditemukan
sewa lahannya lebih tinggi dari daerah yang jauh dari pusat pasaran.
Menurutnya sewa lahan berkaitan dengan perlunya biaya transportasi dari
daerah yang jauh ke pusat pasaran. Pengaruh biaya transportasi dalam
kaitannya dengan perpindahan produk
17
Dalam Gambar 1.b dilukiskan bahwa semakin jauh lokasi lahan dari pasar akan
menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak sejauh
0 Km tepat di lokasi pasar, biaya transportasi setinggi nol dan biaya total
setinggi OC dan pada jarak OK Km biaya total itu menjadi KT, karena biaya
transportasi meningkat menjadi UT, kemudian bila harga barang yang diangkut
setinggi OK tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besar land
rent adalah CP. Jadi land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak
lokasi lahan dengan pasar.
Gambar 2 model Von Thunen di atas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
“isolated area” yang terdiri dari dataran yang “teratur”, yang kedua yaitu
kondisi yang “telah dimodifikasi” (terdapat sungai yang dapat dilayari). Semua
penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing,
dimana dalam kasus ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota).
Banyaknya kegiatan yang berpusat pada kota atau pusat pasar ini menjadikan
kota memiliki nilai yang lebih ekonomis untuk mendapatkan keuntungan
maksimal bagi para pelaku pertanian. Faktor jarak juga menentukan nilai suatu
barang, semakin jauh jarak yang ditempuh oleh para petani maka biaya
transportasi yang dikeluarkan akan semakin meningkat, sehingga para petani
akan memilih untuk menyewa lahan yang lebih dekat dengan pusat pasar atau
18
kota dengan harapan bisa mendapatkan nilai atau harga barang yang lebih tinggi
tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi yang tinggi.
Teori ini cukup relevan digunakan sebagai dasar dalam pengembangan dan
pembangunan wilayah perbatasan di Indonesia khususnya melalui
pengembangan transportasi karena karakteristik wilayah perbatasan di
Indonesia memiliki jarak paling jauh dari pusat kota dan berperan sebagai
wilayah penyedia bahan baku.
19
sama. Disini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan kemana-mana
sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh bobot barang
dan jarak yang ditempuh. Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal
dengan istilah segitiga lokasional (locational triangle), yang didasarkan pada
asumsi :
a. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang
terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit
perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan
sempurna.
b. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit
perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan
sempurna.
c. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
d. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah
sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat.
e. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada
juga yang mobilitasnya tinggi.
Dipandang dari segi tata guna lahan model Weber berguna untuk
merencankan lokasi industri dalam rangka mensupli pasar wilayah,
pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model ini, fungsi tujuan biasanya
meminimumkan ongkos transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat
barang yang harus diangkut (input dan output).
20
Gambar Segitiga Weber dalam menentukan lokasi
http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Pendekatan-Geografi-Prof-Hadi-Sabari-Yunus.pdf
Keterangan:
M = pasar
P = lokasi biaya terendah.
R1, R2 = bahan baku
21
saja. Dalam teori ini diasumsikan pada suatu wilayah datar yang luas dihuni
oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Dalam memenuhi
kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti
makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, pelayanan pendidikan, dan
pelayanan kesehatan. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus
menempuh jarak tertentu dari rumahnya. Jarak tempuh tersebut disebut range.
Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncul istilah
tempat sentral (Central Place Theory). Tempat sentral merupakan suatu lokasi
yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu
tempat yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia
dalam jumlah besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan
maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang
dihasilkannya.
Menurut teori ini, tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu
bentuk heksagonal atau segi enam. Daerah segi enam ini merupakan wilayah-
wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut.
22
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K = 3), hirarki 4 (K = 4), dan
hiraki 7 (K = 7). K = 3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu
menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar Optimal.
Wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi
sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya
RANGKUMAN
Geografi merupakan suatu Ilmu yang mempelajari tentang persamaan
serta perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan
kelingkungan dalam konteks keruangan.(SEMLOK IGI di Semarang, 1988)
Daldjoeni berpendapat bahwa geografi merupakan sebuah ilmu
pengetahuan yang mengajarkan manusia tentang 3 hal pokok, yaitu spasial atau
ruang, ekologi, dan region atau wilayah. Dalam hal spasial (ruang), geografi
mempelajari persebaran gejala baik alami maupun manusiawai di muka bumi.
Dalam hal ekologi, geografi mempelajari tentang bagaimana manusia harus
mampu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun dalam hal
region (wilayah), geografi mempelajari tentang wilayah sebagai tempat tinggal
manusia dengan berdasarkan kesatuan fisiografinya. (Daldjoeni)
10 Konsep dasar esensial antara lain konsep lokasi, jarak, deferensi
area, nilai kegunaan, interaksi/interdependesi, morfologi, keterjangkauan,
keterkaitan ruang, aglomerasi dan konsep pola. Selain itu materi dalam KB.1.
memuat 4 prinsip Geografi meliputi distribusi, interelasi, deskripsi dan
korologi. Terdapat 3 pendekatan geografi meliputi pendekatan keruangan,
pendekatan kelingkungan dan pendekatan kompleks wilayah.
Teori lokasi yang ada dalam KB.1 antara lain teori sewa lahan Von
Thunen, teori lokasi industri Weber dan teori Christaller yang menjelaskan
tempat sentral merupakan suatu lokasi yang senantiasa melayani berbagai
kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral).
TES FORMATIF
1. Hubungan perdagangan antara Amerika dan Indonesia sangat intensif karena
Amerika membutuhkan bahan mentah dari Indonesia, sebaliknya Indonesia
membutuhkan barang-barang hasil produksi dari Amerika. Konsep geografi
yang berkaitan dengan fenomena tersebut diatas adalah konsep … .
23
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019
MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan
Kegiatan Belajar 2
Wilayah Perdesaan dan Perkotaan
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
PETUNJUK BELAJAR .................................................................................. 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ....................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN .............................................................. 2
URAIAN MATERI .......................................................................................... 2
A. Wilayah Perdesaan .................................................................................. 2
B. Wilayah Perkotaan ................................................................................ 30
RANGKUMAN .............................................................................................. 59
TES FORMATIF ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62
ii
BIDANG KAJIAN :
WILAYAH DAN PERWILAYAH
KEGIATAN BELAJAR 2:
WILAYAH PERDESAAN DAN PERKOTAAN
PENDAHULUAN
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomis, politik, kultural setempat dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Dalam modul ini memuat pengertian
desa, faktor-faktor pembentuk desa, fungsi desa, ciri-ciri masyarakat desa,
potensi desa serta pembangunan desa. Kota merupakan suatu wilayah yang
sebagian besar arealnya terdiri atas wujud hasil budaya manusia tempat
pemusatan penduduk yang tinggi dan sumber mata pencaharian di luar sector
pertanian.
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-2) ini sebaik-baiknya
dengan cermat.
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai
dengan materi dalam KB-2
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-2 ini.
Saudara harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus
dijawab dengan benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke KB
berikutnya
1
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup:
(1) Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai
ruang kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik
wilayah dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan
geografi; (5) Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah
lingkungan dan kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial
(Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk
pembangunan; dan (7) termasuk advance materials yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
URAIAN MATERI
A. Wilayah Perdesaan
1. Pengertian Desa menurut Para Ahli.
2
R. Bintarto
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomis, politik, kultural setempat dalam
hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Kata kunci dalam pengertian tersebut: fisiografis, sosoal,
ekonomi,politik,kultural, timbal balik.
Sutarjo Kartohadikusumo
Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan
pemerintahan terendah di bawah camat.
Kata kunci dari definisi tersebut: kesatuan hukum, tempat tinggal,
pemerintahan terendah.
William Ogburn dan MF Nimkoff
Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah
terbatas.
Kata kunci: organisasi, kehidupan sosial, daerah terbatas.
S.D. Misra
Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah
pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000
are.
Kata kunci:kumpulan tempat tinggal, kumpulan daerah tempat tinggal.
Paul H Landis
Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari
2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra
ribuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap
kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim, keadaan alam,
kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah
bersifat sambilan.
3
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4
Aktivitas literasi GEO INFO:
pembelajaran yaitu
mengamati media: video • Gemeinshaft adalah hubungan dasar yang
pembelajaran “wilayah bersifat pribadi, tak rasional dan awet sedangkan
perdesaan” Gesellschaft adalah hubungan dasar yang
bersifat tidak pribadi, rasional dan tidak awet.
• Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang
didasarkan atas kesamaan-kesamaan, misalnya
sama-sama petani. Sedangkan solidaritas
organik adalah solidaritas yang didasarkan atas
ketidaksamaan tetapi saling tergantungsatu sama
yang lain, misalnya antara petani dan pedagang.
Pemantapan Karakter
• Kelompok primer adalah kelompok yang antara
Secara sungguh-sungguh,
anggotanya terdapat hubungan saling mengenal,
bertanggung jawab dan informal dan intim. Kelompok sekunder adalah
berani memberikan kelompok yang antara anggotanya terdapat
komentar hubungan tidak (selalu) saling mengenal, formal
dan tidak intim.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan hidup (living unit), karena daerah
yang menyediakan kemungkinan hidup, dimana penduduk dapat
menggunakan kemungkinan tersebut untuk mempertahankan hidupnya, dan
tata kehidupan dalam artian yang baik memberikan jaminan akan
ketentraman dan keserasian hidup bersama di desa.Maju mundurnya desa
sangat tergantung pada ketiga unsur di atas, karena unsur-unsur ini
merupakan kekuasaan desa atau potensi desa. Potensi desa ialah berbagai
sumber alam (fisik) dan sumber manusia (non fisik) yang tersimpan dan
terdapat di suatu desa, dan diharapkan kemanfaatannya bagi kelangsungan
dan perkembangan desa.
8
3). Bentuk perkampungan terpencar
Merupakan bentuk perkampungan yang terpencar menyendiri
(disseminated rural settlement). Biasanya perkampungan seperti ini
hanya merupakan farmstead yaitu sebuah rumah petani yang terpencil
tetapi lengkap dengan gudang alat mesin, penggilingan gandum,
lumbung, kandang ternak dan rumah petani. Perkampungan terpencar
di Indonesia jarang ditemui, pola seperti ini umumnya terdapat di
negara Eropa barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan lain
sebagainya.
Pola desa ini umumnya terdapat di daerah pegunungan atau dataran
tinggi yang berelief kasar, daerah karst. Permukiman penduduk
membentuk kelompok unit-unit yang kecil dan menyebar.
9
Tipologi Distribusi Keruangan Keterangan
Desa
dibidang perikanan,
perkebunan kelapa, dan
perdagangan. Jika desa pantai
seperti itu berkembang, maka
tempat tinggal meluas dengan
cara menyambung yang lama
dengan menyusur pantai,
sampai bertemu dengan desa
pantai lainnya. Adapun pusat-
pusat kegiatan industri kecil
(perikanan dan pertanian) tetap
dipertahankan di dekat tempat
tinggal penduduk yang
bermula-mua
10
Tipologi Distribusi Keruangan Keterangan
Desa
11
keruangan desa sebagai berikut :
12
Tipologi Distribusi Keruangan Desa Keterangan
khususnya transportasi
baik darat maupun sungai
Menurut Finch & Trewartha terdapat dua macam tipe permukiman, yaitu :
1. The Isolated or dispersed type in which the single family residence unit is
the distinctive nucleus as it is, for instance an American farmstead.
13
2. The Nucleated type, in which there is an collections of several or many
family residences, together with other types of buildings.
Klasifikasi Desa
Dalam klasifikasi desa sekaligus dapat digunakan untuk mengenali tingkat
pertumbuhan desa desa yang bersangkutan. Desa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
Menurut aktivitasnya
15
• Desa di hutan atau tepi hutan adalah desa yang secara geografis
berada di dalam hutan atau tepi hutan dan sebagian besar aktivitas sosial
ekonomi penduduknya dipengaruhi oleh potensi atau hasil hutan. Tipe
desa hutan dapat ditemukan pada komunitas adat yang tinggal di dalam
atau di tepi hutan
• Desa pertambangan adalah desa yang memiliki potensi ekonomi di
sektor pertambangan yang ditandai dengan eksistensi deposit tambang
baik berupa bahan galian C maupun golongan A dan B yang vital.
Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertambangan baik
sebagai penambang pada tipe perorangan, kelompok ataupun sebagai
pekerja di perusahaan pertambangan.
• Desa pariwisata, adalah desa yang memiliki potensi daya tarik wisata
(wisata alam atau wisata budaya) maupun fasilitas pendukung sehingga
sebagian besar dinamika kehidupan sosial ekonomi masyarakat
bergantung pada kegiatan wisata tersebut. Tidak harus bekerja langsung
di bidang wisata namun bidang lain yang menjadi daya tarik wisata
misalnya sebagai petani, pengrajin dan lain-lain.
• Desa jasa dan perdagangan, desa yang umumnya berada di wilayah
perkotaan yang memiliki potensi kegiatan jasa dan perdagangan yang
beragam dan bersifat formal maupun informal.
Peserta melakukan
pengamatan video Wilayah perdesaan di negara-negara sedang
fenomena beberapa desa, berkembang cenderung mengalami subordinasi,
Peserta diminta mencermati bahkan eksploitasi oleh wilayah perkotaan.
yang tertera dalam GEO Neraca perdagangan desa kota yang merugikan
INFO. Peserta diminta bagi wilayah perdesaan dan mengalirnya
menuliskan komentar sumber daya, capital, tenaga kerja muda ke kota
terhadap makna tersebut. telah menempatkan desa pada posisi membiayai
Didiskusikan pada saat pembangunan di kota. Muncul fenomena desa
tatap muka. membiayai pembangunan di kota (urban bias
development)
16
4. Menurut tingkat Perkembangannya
• Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola
dengan sebaik-baiknya, dengan ciri:
1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
2. Penduduknya jarang.
3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
4. Bersifat tertutup.
5. Masyarakat memegang teguh adat.
6. Teknologi masih rendah.
7. Sarana dan prasarana sangat kurang.
8. Hubungan antar manusia sangat erat.
9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
• Desa Swakarya
Desa swakarya adalah peralihan atau transisi dari desa swadaya menuju
desa swasembada. Ciri-ciri desa swakarya adalah:
1. Kebiasaan atau adat istiadat sudah tidak mengikat penuh.
2. Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan teknologi
3. Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau letaknya jauh dari
pusat perekonomian.
4. Telah memiliki tingkat perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan
prasarana lain.
5. Jalur lalu lintas antara desa dan kota sudah agak lancar.
• Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu
memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya
sesuai dengan kegiatan pembangunan regional. Ciri-ciri desa swasembada
1. kebanyakan berlokasi di ibukota kecamatan.
2. penduduknya padat-padat.
3. tidak terikat dengan adat istiadat
17
4. telah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai dan labih maju dari
desa lain.
5. partisipasi masyarakatnya sudah lebih efektif.
GEO INFO.
Aktivitas Literasi
5. Fungsi Desa
18
6. Ciri-ciri Masyarakat Desa-Kota
Unsur-unsur untuk
No Desa Kota
pembedaan
Industri-Perdagangan-
Basis Ekonomi Pertanian
1. jasa
19
Unsur-unsur untuk
No Desa Kota
pembedaan
7. Potensi Desa
Desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering diistilahkan
dengan kampung, yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota,
yang dihuni sekelompok masyarakat dimana sebagian besar mata
pencahariannya dalam bidang pertanian. Sedangkan secara administratif, desa
adalah daerah yang terdiri atas satu atau lebih dukuh atau dusun yang
digabungkan sehingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri dan berhak
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi).
Suatu daerah dikatakan sebagai desa, karena memiliki beberapa ciri khas yang
dapat dibedakan dengan daerah lain di sekitarnya. Berdasarkan pengertian
Dirjen Pembangunan Desa (Dirjen Bangdes), ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Perbandingan lahan dengan manusia (mand land ratio) cukup besar,
b. Lapangan kerja yang dominan adalah sektor pertanian (agraris),
c. Hubungan antar warga desa masih sangat akrab, dan
d. Sifat-sifat masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku
20
2). potensi non fisik
- masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong royong dan dapat
merupakan suatu kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar
kerjasama dan saling pengertian.
- lembaga-lembaga sosial, pendidikan dan organisasi-organisasi sosial yang
dapat memberikan bantuan sosial dan bimbingan terhadap masyarakat.
- aparatur atau pamong desa, untuk menjaga ketertiban dan keamanan demi
kelancaran jalannya pemerintahan desa.
Potensi suatu desa tidaklah sama, tergantung pada unsur-unsur desa yang
dimiliki. Kondisi lingkungan geografis dan penduduk suatu desa dengan desa
lainnya berbeda, maka potensi desa pun berbeda. Potensi yang tersimpan dan
dimiliki desa seperti potensi sosial, ekonomi, demografis, agraris, politis,
kultural dan sebagainya adalah merupakan indikator untuk mengadakan suatu
evaluasi terhadap maju mundurnya suatu desa (nilai desa). Dengan adanya
indikator ini, maka berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, desa diklasifikasikan menjadi:
Desa Swadaya (Desa terbelakang), yaitu suatu wilayah desa dimana
masyarakat sebagian besar memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan
sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang berhubungan
dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena
kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
Desa Swakarya (Desa sedang berkembang), keadaannya sudah lebih
maju dibandingkan desa swadaya, dimana masyarakatnya sudah mampu
menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain disamping untuk memenuhi
kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya
belum terlalu sering.
Desa Swasembada (Desa maju), yaitu desa yang sudah mampu
mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini ditandai
dengan kemampuan masyarakatnya untuk mengadakan interaksi dengan
masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi
perdaganagan) dan kemampuan untuk saling mempengaruhi dengan penduduk
di wilayah lain. Dari hasil interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap
teknologi baru untuk memanfaatkan sumberdayanya sehingga proses
21
pembangunan berjalan dengan baik.
22
No. Tingkat
Perkembangan Karakteristik Desa
Desa
23
Tingkat Kecepatan Kemajuan desa
Perkembangan Mula Madya Maju
24
8. Pembangunan Desa
Desa, baik desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam UU Desa Pasal 3 disebutkan bahwa asas pengaturan desa, yaitu
a. rekognisi,
b. subsidiaritas,
c. keberagaman,
d. kebersamaan,
e. kegotongroyongan,
f. kekeluargaan,
g. musyawarah,
h. demokrasi,
i. kemandirian,
j. partisipasi,
k. kesetaraan,
l. pemberdayaan, dan
m. keberlanjutan.
27
Pembangunan Perdesaan dan Kawasan Perdesaan
Pembangunan perdesaan adalah konsep pembangunan yang berbasis perdesaan
(rural) dengan memperhatikan ciri khas sosial dan budaya masyarakat yang
tinggal di kawasan perdesaan. Masyarakat perdesaan pada umumnya masih
memiliki dan melestarikan kearifan lokal kawasan perdesaan yang sangat
berhubungan dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis, struktur
demografi, serta kelembagaan desa. Pembangunan perdesaan dilaksanakan
dalam rangka intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan kemajuan
antara wilayah perdesaan dan perkotaan (urban bias). Pembangunan perdesaan
diharapkan menjadi solusi bagi perubahan sosial masyarakat desa. Prioritas
pembangunan berbasis perdesaan (rural-based development) meliputi:
a. Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan
kelembagaan pemerintahan secara berkelanjutan;
b. Pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi
geografisnya;
c. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi
masyarakat desa;
d. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan
pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa;
e. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan;
f. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan
Desa-Kota; serta
g. Pengawalan implementasi Undang-Undang Desa secara sistematis, konsisten
dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi dan
pendampingan.
Keduanya, baik IPD dan IDM dapat saling mengisi disesuaikan dengan kondisi
geografis dan kemampuan desa. Sekadar catatan, klasifikasi status desa
digunakan untuk melihat perkembangan desa berdasarkan indikator-indikator
yang telah ditetapkan. Selain itu hal ini juga digunakan sebagai monitoring dan
evaluasi kinerja pembangunan desa dan pengukuran pencapaian sasaran
pembangunan nasional.
29
Desa Pusat Pertumbuhan
Dengan mengadopsi prinsip-prinsip strategi pusat pertumbuhan yang
diterapkan dalam pembangunan perdesaan, Kementerian pekerjaan umum,
sejak tahun 1990-an mengembangkan konsep atau strategi desa pusat
pertumbuhan. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), yaitu suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat serta
merupakan simpul jasa dan distribusi dari wilayah disekitarnya. DPP terdiri dari
desa pusat dan desa-desa lain sebagai pendukungnya, yang memiliki
keunggulan strategis berupa :
1. Peran kawasan ini sebagai pertumbuhan dan pengembangan potensi
kawasan perdesaan lain di sekitarnya.
2. Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan potensi
andalannya,
3. Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan di sekitarnya.
B. Wilayah Perkotaan
1 Pengertian Kota
Sudut pandang tentang arti dari kota bisa berbeda-beda tergantung
bagaimana pendekatannya terhadap konsentrasi bidang ilmunya masing-
masing. Seperti misalnya, seorang dengan profesi di bidang Geografi akan
menekankan pada permukaan kota dan lingkungannya dengan mencari
hubungan antara wajah kota dan bentuk serta fungsi kota itu. Lain halnya
dengan seorang Geolog, karena dia akan memperhatikan lahan dan tanah di
bawah kota dan bagaimana hubungannya dengan pembangunan. Sudut pandang
seorang Ekonom akan berbeda lagi karena dia akan mementingkan masalah
perdagangan kota yang berfokus padahubungan kegiatan dan potensi kota
secara finansial. Adapun seorang Antropolog akan memandang kota dari
lingkup budaya dan sejarah.
Politikus yang menekankan padacara mengurus kota dan bagaimana
hubungan antara pihak pemerintah dan swasta. Kemudian perhatian seorang
Sosiolog berbeda pula, karena dia berfokus pada klasifikasi permukiman kota
dari semua aspek tabiatnya, sedangkan seorang ilmu kesehatan akan
30
memperhatikan keadaan lingkungan kesehatan permukiman kota. Lain pula
halnya dengan sudut pandang seorang berlatar belakang ilmu hukum yang akan
berfokus pada hubungan peraturan dan keputusan dengan perencanaan kota
serta pelaksanaannya. Lain lagi dengan seorang Insinyur, yang berfokus pada
sistem prasarana kota dan pembangunannya serta struktur anatomi kota dan
perencanaannya. Dan akirnya, seorang Arsitek memiliki beberapa sudut
pandang yang sama dengan para Insinyur, namun dia akan lebih menekankan
aspek-aspek kota secara fisik dengan memperhatikan hubungan antara ruang
dan masa perkotaan serta bentuk dan polanya.
Kota merupakan sebuah sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial
ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara. Dalam
perkembangannya, kota sukar untuk dikontrol dan sewaktu-waktu dapat
menjadi tidak beraturan. Kota merupakan suatu wilayah berkembangnya
kegiatan sisial, budaya dan ekonomi perkotaan yang tidak berstatus sebagai kota
administratif atau kotamadya. Aktifitas dan perkembangan kota mempunyai
pengaruh terhadap lingkungan fisik. Irwan (2004 ; 31) mengemukakan
pengertian kota sebagai berikut:
1. Suatu areal dimana terdapat atau menjadi pemusatan penduduk dengan
kegiatannya dan merupakan tempat konsentrasi penduduk dan pusat aktivitas
perekonomian (seperti industri, perdagangan dan jasa)
2. Kota merupakan sebuah sistem, baik secara fisik maupun sosial ekonomi,
bersifat tidak statis yang sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan dan
susah dikontrol.
3. Mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik seperti iklim dan sejauh
mana pengaruh itu sangat tergantung kepada perencanaannya.
Banyak kota – kota bermula dari desa kecil yang terdapat di pusat pertanian
yang subur, misal nya Los Angeles. Hal serupa terjadi jika daerah pertanian itu
menjadi suatu daerah yang optimum bagi pertumbuhan ekonomi pertanian yang
terus berkembang. Kota petani tumbuh dengan pesatnya ke daerah subur yang
justru merupakan unsur utama perkembangan kota sehingga berakibat pada
usaha pertanian yang menjadi terhambat, bahkan akirnya perdagangan
mengganti sistem pertanian daerah secara menyeluruh. Kota berkembang terus
31
dan menyebar ke arah tanah pertanian yang mengakibatkan rusaknya usaha
pertanian. Standar untuk mengenali aspek permukiman yang berdasarkan
jumlah penduduk, yaitu :
1. lebih dari 20.000 penduduk disebut urban
2. lebih dari 100.000 penduduk disebut cities
3. berpenduduk lebih dari 5 juta disebut big cities
32
Aktivitas Literasi
Fungsi Kota
Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih
luas lagi antara lain sebagai berikut :
• Sebagai pusat produksi (production centre). Contoh: Surabaya, Gresik,
Bontang
• Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce). Contoh:
Jakarta, Bandung, Hong Kong, Singapura
• Sebagai pusat pemerintahan (political capital). Contoh: Jakarta
(ibukota Indonesia), Washington DC (ibukota Amerika Serikat),
Canberra (ibukota Australia)
• Sebagai pusat kebudayaan (culture centre). Contoh: Yogyakarta dan
Surakarta
• Sebagai penopang Kota Pusat. Contoh : Tangerang Selatan, Bogor dan
Depok
33
Ciri-ciri Kota
34
jalur transportasi, di pertemuan jalur transportasi regional atau dekat
pelabuhan laut. Kota pantai, misaliya akan cenderung berbentuk setengah
lingkaran, dengan pusat lingkaran adalah pelabuhan laut.
b.Tapak (site) merupakan faktor-faktor kedua yang mempengaruhi
perkembangan suatu kota. Salah satu yang dipertimbangkan dalam kondisi
tapak adalah topografi. Kota yang berlokasi di dataran yang rata akan mudah
berkembang ke semua arah, sedangkan yang berlokasi di pegunungan
biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya berkaitan
dengan kondisi geologi. Daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh
perkembangan kota.
c. Fungsi kota juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kota-kota yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara
ekonomi akan lebih kuat dan akan berkembang lebih pesat daripada kota
berfungsi tunggal, misalnya kota pertambangan, kota yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan, biasanya juga berkembang lebih pesat daripada kota
berfungsi lainnya. Short (1984) mengemukakan terdapat lima fungsi kota
yang dapat mencerminkan karakteristik struktur ruang suatu kota, yaitu: (a)
kota sebagai tempat kerja, (b) kota sebagai tempat tinggal, (c) pergerakan dan
transportasi, (d) kota sebagai tempat investasi, (e) kota sebagai arena politik.
d. Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karakteristik fisik dan sifat
masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota
kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya
tumbuh secara organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga
mempengaruhi daya perkembangan kota. Terdapat tempat-tempat tertentu
yang karena kepercayaan dihindari untuk perkembangan tertentu.
e. Unsur-unsur umum, misalnya jaringan jalan, penyediaan air bersih
berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-unsur
umum akan menarik kota ke arah tertentu.
35
lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke kota (dimana banyak
keramaian).
2.2. Perkembangan vertikal
Cara perkembangannya mengarah ke atas. Artinya, daerah
pembangunan dan kuantitas lahan tebangun tetap sama, sedangkan ketinggian
bangunan-bangunan bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di
pusat kota (dimana harga lahan mahal) dan pusat-pusat perdagangan yang
memiliki potensi ekonomi.
GEO INFO:
. Aktivitas Literasi
36
37
Sumber: Sibarani Sofyan, 2012.
38
Hirarki Permukiman Perkotaan
39
c. Memiliki kedalaman air yang tinggi untuk kapal besar bersandar.
d. Dapat berada pada daerah yang dekat dengan area industry besar
untuk mengekspor dan mengimpor produk mereka.
• Kota Industri (dimana masyarakat bekerja pada pabrik, memproses
bahan mentah atau merakit produk). Hal ini:
a. Dapat ditemukan pada daerah pertambangan atau di dekat daerah
pertambangan.
b. Sangat memungkinkan untuk memiliki pabrik tua didekat pusar area
urban, dekat dengan rel kereta api atau terowongan.
c. Memungkinkan untuk ditemui perumahan lama didekat pabrik tua.
d. Memungkinkan terdapat area industri baru pada daerah pinggiran,
dekat jalan raya utama untuk transportasi.
• Tempat Beristirahat/ Resort ( tempat dimana turis beristirahat). Hal ini:
a. Dapat ditemui pada daerah pantai atau daerah lain yang memiliki
keindahan pemandangan alam.
b. Mungkin dapat berupa kota bersejarah.
c. Dapat berada dekat dengan area industri dengan populasi yang besar,
dengan jalan dan mode transportasi yang baik.
d. Memiliki hotel dan bermacam-macam area hiburan.
40
pariwisata. Perkampungan ini telah berubah
fungsi sepenuhnya.
3. Identitas Kota
Kota sebagai suatu lingkungan fisik memiliki berbagai aspek yang dapat
mengangkat, mengembangkan dan mencirikan kota itu sendiri, seperti nilai
historis dan aspek-aspek yang bersifat faktual lainnya yang membuahkan suatu
identitas bagi kota. Identitas kota memang harus merupakan sesuatu yang
spesifik, yang dapat membedakan satu kota dengan kota lainnya. Dalam hal ini
masing-masing lingkungan (kota) tentu memiliki identitas, sesuatu yang
melahirkan karakter (ciri khas) yang membedakan dengan kota lainnya. Suatu
kota seharusnya memiliki sesuatu yang khas dan orisinil yang nantinya akan
membentuk identitas kotanya. Hal ini tentu akan menjadikan pulse
(kemenarikan) suatu kota.
Identitas kota bisa berwujud fisik atau non-fisik, aktifitas sosial, nilai
ekonmis, atau pengejawantahan politik. Kota bisa berkembang diikuti
pertambahan populasi dan bentuk fisiknya. Tentu hal ini juga memiliki dampak
pada identitas. Karena identitas dapat berwujud bermacam-macam, tak tertutup
kemungkinan bahwa perkembangan kota bisa melahirkan identitas baru. Bisa
saja suatu pembangunan sesuatu hal yang bersifat monumental akan membuat
identitas baru suatu kawasan (baik itu direncanakan untuk dijadikan identitas
maupun tidak), bisa saja suatu perilaku sosial masyarakat yang baru dalam suatu
kawasan membuat suatu budaya baru yang ditangkap masyarakat sebagai hal
yang mencirikan atau memberikan identitas terhadap kawasan tersebut.
Idenitas kota yang berwujud fisik adalah segala sesuatu yang bersifat
fisik yang bisa djadikan pengidentifikasi kawasan tersebut. Identitas fisik yang
mudah ditangkap oleh pengamat adalah suatu objek yang dijadikan acuan (point
of reference) terhadap kawasannya. Bangunan yang bersifat besar, mudah
dilihat dan monumental biasanya dijadikan pengamat sebagai acuan
(landmark). Secara tidak langsung hal ini menjadikannya obyek yang mudah
diingat yang mencirikan kawasannya. Tidak hanya itu, hal lain yang bersifat
41
fisik lainnya seperti halte, jalan, funitur kota, pavement, jembatan dan banyak
hal lainnya juga bisa menjadi identitas kota secara fisik.
Identias kota yang bersifat non-fisik merupakan identitas kota yang
dibuat oleh perilaku warga kotanya. Identitas tersebut bisa merupakan faktor
sosial, ekonomi dan budaya. Suatu aktifitas sosial yang berbeda dengan banyak
kawasan pada umumnya akan memberikan identitas yang lebih mudah
ditangkap oleh pengamat. Misalnya seperti aktifitas perjudian di kota Las Vegas
dimana masyarakat pada ummnya melihat aktifitas tersebut sebagai sesuatu
yang berbeda, melihat dan berasumsi perjudian identik dengan kota Las Vegas
dan sebaliknya. Selain itu juga ada faktor budaya seperti acara adat Ngaben di
daerah Bali yang masih dilakukan sampai sekarang, yang memberikan identitas
bagi daerah Bali itu sendiri. Banyak orang mengatakan bahwa Bali juga daerah
yang kental dengan unsur pariwisatanya yang ditandai dengan banyaknya
wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang. Kedua hal ini bukan hal
yang salah dalam suatu identitas, karena keduanya merupakan suatu fakta yang
bisa mengidentifikasikan daerah Bali. Sebagaimaa dikatakan sebelumnya, hal
yang lebih menonjol untuk menjadi suatu identitas bagi seorang pengamat
tergantung dari sudut pandang dan seleranya dalam menangkap informasi-
informasi yang paling menonjol di kawasan tersebut.
Identitas kota atau kawasan tidak harus merupakan suatu hal yang selalu
sama. Sebab identitas kota juga bisa berubah sejalan dengan waktu. Tidak bisa
dipungkiri, bahwa kota mampu berkembang menjadi kota yang lebih besar, kota
yang lebih baik maupun menjadi kota yang lebih buruk. Hal ini memungkinkan
pudarnya identitas yang melekat sebelumnya pada suatu kota oleh sesuatu yang
baru, yang lebih memiliki attestation yang lebih dibandingkan dengan identitas
sebelumnya. Misalnya identitas fisik suatu kawasan bisa berubah dengan
adanya pembangunan-pembangunan yang bersifat fisik pada kawasan tersebut.
Hal kecil seperti pemasangan reklame (papan iklan) akan berpengaruh sedikit
banyak pada identitas kota secara fisik. Tapi tidak hanya identitas kota yang
bersifat fisik yang dapat berubah, identitas kota yang dibentuk masyarakatnya
pun dapat berubah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk,
cukup memberikan pengaruh besar pada kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat suatu kota atau kawasan
42
5. Citra Kota
Bentuk kota sebagai struktur bangunan dan ruang yang tangible atau
nyata dan sebagai aspek-aspek kehidupan masyarakat yang intangible atau tidak
nyata dari suatu kota. Kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang
merupakan menifestasi dari hasil perencanaan dan perancangan, yang dipenuhi
oleh berbagai unsur seperti bangunan, jalan, dan ruang terbuka. Dengan
demikian, suatu kota adalah hasil dari nilai-nilai perilaku manusia dalam ruang
kota yang membuat pola kontur visual dari lingkungan alam. Walaupun suatu
kota akan selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, perkembangan
tersebut meliputi beberapa aspek antara lain: fisik, sosial budaya, ekonomi,
politik dan teknologi. Perkembangan kota adalah suatu proses perubahan
keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang
berbeda. Namun sifat dasar dan karakteristik bentuk kota memiliki ciri-ciri dan
bentuk tersendiri masing-masing kota.
Dalam hasil studinya tentang perbedaan tiga kota : Boston, Los Angeles,
dan New Jersey di Amerika Serikat; Kevin Lynch dalam Bambang Heryanto,
2011: 13 menyatakan bahwa suatu citra (Image) kota adalah hasil dari suatu
kesan pengamatan masyarakat terhadap unsur-unsur yang nyata dan tidak nyata.
Mendasari kesan-kesan masyarakat, Lynch membuat kategori bentuk kota
dalam 5 unsur. Dalam mengartikan suatu kota, Lynvch menyatakan kota adalah
sesuatu yang dapat diamati – dimana letak jalur jalan, batas tepian, distrik atau
kawasan, titik temu, dan tetengernya dapat dengan mudah dikenali dan dapat
dikelompokkan dalam pola keseluruhan bentuk kota, sehingga kelima elemen
tersebut adalah Path (jalur), Edge (tepian), District (kawasan), Node (simpul),
serta Landmark (tetenger).
1.Path (jalur)
adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch
menemukan dalam risetnya bahwa jika elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan
orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan rute-rute
sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara
umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran,
dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan yang besar
(misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun), serta ada penampakan yang kuat
43
(misalnya fasade gedung, pohon besar, sungai), atau ada belokan/tikungan yang
jelas.
2.Edge (tepian)
adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai Path. Edge
berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus
linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, sungai,
topografi,dsb. Edge lebih bersifat sebagai referensi daripada misalnya elemen
sumbu yang bersifat koordinasi (Linkage). Edge merupakan penghalang
walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk. Edge merupakam
pengakhiran dari sebuah District atau batasan sebuah District dengan yang
lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas
batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau
menyatukan.
3. Node (simpul)
merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas yang lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, atau
bagian kota secara keseluruhan dalam skala makro misalnya pasar, taman,
Square, dsb.
Ciri-ciri Node :
- Pusat kegiatan
- Pertemuan beberapa ruas jalan
- Tempat pergantian alat transportasi
Tipe Node :
- Junction Node, misalnya stasiun bawah tanah, stasiun kereta api utama.
- Thematic Concentration, berfungsi sebagai Core, Focus, dan simbol sebuah
wilayah penting
- Junction dan Concentration
44
4. District (kawasan)
merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah
kawasan / District memiliki ciri khas yang mirip (baik dalam hal bentuk, pola,
dan wujudnya), dan khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus
mengakhiri atau memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi
Interior maupun Eksterior. District mempunyai identitas yang lebih baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta
fungsi dan posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan
dengan yang lain).
5. Landmark (tetenger)
merupakan lambang dan symbol untuk menunjukkan suatu bagian kota,
biasanya dapat berupa bangunan gapura batas kota (yang menunjukkan letak
batas bagian kota), atau tugu kota (menunjukkan ciri kota atau kemegahan suatu
kota), patung atau relief ( menunjukkan sisi kesejarahan suatu bagian kota), atau
biasa pula berupa gedung dan bangunan tertentu yang memiliki suatu
karakteristik tersendiri yang hanya dimiliki kota tersebut. Sehingga keberadaan
suatu Landmark mampu menunjukkan dan mengingatkan orang tentang
tetenger suatu kota.
3 unsur penting Landmark :
- Tanda fisik berupa elemen fisual
- Informasi yang memberikan gambaran tepat dan pasti
- Jarak yang dikenali
45
Gambar 4. Contoh Landmark Beberapa Kota
Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota
dan struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan kegiatan
ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota berkaitan dengan struktur
bangunan dan demografis.
46
kegiatan jasa atau fasilitas yang tidak memerlukan lahan yang luas. Kegiatan
ini menyebabkan kota berpenduduk padat, jarak bangunan rapat, dan bentuk
kota kompak.
Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian penduduknya.
Mata pencaharian penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti
perdagangan, perkantoran, dan bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur
kota akan mengikuti fungsi kota. Sebagai contoh, suatu wilayah
direncanakan sebagai kota maka struktur penduduk kota akan mengarah atau
cenderung ke jenis kegiatan. Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota
mempunyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota juga merangkap fungsi lain,
seperti kota perdagangan, kota pemerintahan, atau kota kebudayaan. Contoh:
Yogyakarta selain disebut kota budaya tetapi juga disebut sebagai kota
pendidikan dan kota wisata.
Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti apartemen,
perumahan pegawai bank, perumahan tentara, pertokoan, pusat perbelanjaan
(shopping center), pecinan, dan kompleks suku tertentu. Kompleks tersebut
merupakan kelompok-kelompok (clusters) yang timbul akibat pemisahan
lokasi (segregasi). Segregasi dapat terbentuk karena perbedaan pekerjaan,
strata sosial, tingkat pendidikan, suku, harga sewa tanah, dan lainnya.
Segregasi tidak akan menimbulkan masalah apabila ada pengertian dan
toleransi antara pihak-pihak yang bersangkutan. Munculnya segregasi di kota
dapat direncanakan ataupun tidak direncanakan. Kompleks perumahan dan
kompleks pertokoan adalah contoh segregasi yang direncanakan pemerintah
kota.
Bentuk segregasi yang lain adalah perkampungan kumuh/slum yang
sering tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta. Rendahnya pendapatan
menyebabkan tidak adanya kemampuan mendirikan rumah tinggal sehingga
terpaksa tinggal di sembarang tempat. Kompleks seperti ini biasanya
ditempati oleh kaum miskin perkotaan. Permasalahan seperti ini memerlukan
penanganan yang bijaksana dari pemerintah.
Bentuk Kota
Kota merupakan suatu komponen yang memiliki unsur yang terlihat
nyata secara fisik seperti perumahan & prasarana umum, hingga komponen
yang secara fisik tidak dapat terlihat yaitu berupa kekuatan politik & hukum
yang mengarahkan kegiatan kota . Kota didefinisikan sebagai objek buatan
manusia dalam sekala besar dan dipandang sebagai sebuah arsitektur yang
berupa konsentrasi elemen-elemen fisik spasial yang tumbuh dan berkembang.
Sesuai dengan bentukan alam kota terbentuk secara topografis, morfologi
berwawasan lingkungan dan respon lansekap. Sedangkan sesuai dengan
pertumbuhan karakteristiknya kota terbentuk secara sosial dan ekonomi,
mengakomodasi kegiatan penduduk dengan efektif dan efisien.
48
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kota :
Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:
1. Bentuk Bujur Sangkar (The Squre city) = Kota berbentuk bujur
sangkar menunjukan adanya kesempatan perluasan kota ke segala
arah yang “relatif” seimbang dan kendala fisikal “relatif” tidak begitu
berarti. Hanya saja, adanya jalur transportasi pada sisi-sisi
memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada
arah jalur yang bersangkutan.
2. Bentuk Empat Persegi Panjang (The Rectangular Cities) Melihat
bentuknya sudah terlihat jelas bahwa dimensi memanjang sedikit
lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul
karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan
areal kota pada salah satu sisi-sisinya.Hambatan-hambatan tersebut
antara lain dapat berupa lereng yang terjal, perairan, gurun pasir,
hutan, dan lain sebagainya. “Space” untuk perkembangan arealnya
cukup besar baik melebar maupun memanjang.
3. Bentuk Kipas (Fan Shaped Cities) = Bentuk semacam ini sebenarnya
merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar
lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan
berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada
bagian-bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan
areal kekotaannya yang dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
Hambatan-hambatan alami (natural constraints), misalnya perairan,
pegunungan ; Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints),
misalnya saluran buatan, zoning, ring road
4. Bentuk Bulat (Rounded Cities) = Bentuk kota seperti ini merupakan
bentuk paling ideal daripada kota. Hal ini disebabkan karena
kesempatan perkembangan areal ke arah bagian luarnya sama. Tidak
ada kendala-kendala fisik yang berarti pada sisi-sisi luar kotanya.
Pada bagian-bagian yang terlalu lambat perkembangannya, dipacu
dengan peraturan-peraturan misalnya “Planned Unit Development”
sedang untuk bagian-bagian yang terlalu cepat perkembangan areal
kekotaannya dapat dihentikan, misalnya dengan “Development
49
Moratoria”. Batas terluar dari pada kotanya ditandai dengan “green
belt zoning” atau “growth limitation” dengan “ring roads”. Dengan
demikian terciptalah bentuk bulat artifisial.
5. Bentuk Pita (Ribbon Shaped Cities) = Sebenarnya bentuk ini juga
mirip “rectangular city” namun karena dimensi memanjangnya jauh
lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati
klasifikasi tersendiri dan mengambarkan bentuk pita. Dalam hal ini
jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi)
yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal
kekotaannya, serta terhambatnya perluasan areal ke samping.
Sepanjang lembah pegunungan, sepanjang jalur transportasi darat
utama adalah bagian-bagian yang memungkinkan terciptanya bentuk
seperti ini. “Space” untuk perkembangan areal kekotaannya hanya
mungkin memanjang saja.
6. Bentuk Gurita / Bintang (Octopus/Star Shaped Cities) = Peranan jalur
transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam
“ribbon-shaped city”. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur
transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar
kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah “hinterland” dan
pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti
terhadap perkembangan areal kekotaanya.
7. Bentuk Yang Tidak Berpola (Unpatterned Cities) = Kota seperti ini
merupakan kota yang terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi
geografis yang khusus. Daerah di mana kota tersebut berada telah
menciptakan latar belakang khusus dengan kendala-kendala
pertumbuhan sendiri. Sebuah cekungan struktural dengan beberapa
sisi terjal sebagai kendala perkembangan areal kekotaannya, sangat
mungkin pula ditempati oleh suatu kota dengan bentuk yang khusus
pula. Contohnya adalah sebuah kota pulau yang mempunyai bentuk
khusus, karena perkembangan arealnya terhambat oleh laut dari
berbagai arah.
50
1. Berantai (chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi
hanya terjadi di sepanjang rute tertentu. Kota ini seolah-olah
merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi,
sehingga peran jalur transportasi sangat dominan.
2. Terpecah (fragment cities). Merupakan bentuk kota dimana
perluasan areal kota tidak langsung menyatu dengan induk, tetapi
cenderung membentuk exclaves (umumnya berupa daerah
permukiman yang berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat
perkotaan).
3. Terbelah (split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun
terbelah perairan yang lebar. Kota tersebut terdiri dari dua bagian
yang terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan.
4. Satelit (stellar cities). Merupakan bentuk kota yang didukung oleh
majunya transportasi dan komunikasi yang akhirnya tercipta
bentuk kota megapolitan. Biasa terdapat pada kota-kota besar yang
dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala
penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di
sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip
“telapak katak pohon”.
51
Gambar 6. Struktur Ruang Kota menurut Teori Konsentris
Teori Konsentris
Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central
Business District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota
dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi,
budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi
dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu:
pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan
dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD
(Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan
peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan
(warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage
buildings).
1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang
merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat,
bank, museum, hotel, restoran dan sebagainya.
2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan.
Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun
sosial ekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh
yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun
demikian sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri
sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik
karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh
dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil
yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni
oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working men's
homes.
4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan
kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki
keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas
proletar.
52
5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai
dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas.
Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan
pejabat tinggi.
6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki
daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota.
Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama
dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan
kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum
buruh.
4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan
atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.
53
3. Teori Inti Berganda (Harris dan Ullman, 1945)
54
4. Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955).
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat
dari variabel ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar
merupakan daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi
dan ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal. Dalam
hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan perdagangan
(retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang
tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya.
55
Gambar 10. Teori Konsektoral
Gambar…..Teori Historis
56
7. Teori Poros (Babcock, 1960)
Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi
struktur keruangan kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan
penduduk mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam. Faktor
utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang
menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas
memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang
poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona
di antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat.
57
d. Potensi budaya, kota menyediakan berbagai fasilitas yang dapat memajukan
kehidupan masyarakat kota seperti sarana dan prasarana pendidikan, oleh
raga, kesenian, rekreasi dan lain-lain.
Klasifikasi Kota
58
a. Kota sebagai pusat produksi
b. Kota sebagai pusat perdagangan
c. Kota sebagai pusat pemerintahan
d. Kota sebagai pusat informasi
e. Kota sebagai pusat kebudayaan
f. Kota sebagai pusat pendidikan
g. Kota sebagai pusat rekreasi
h. Kota sebagai pusat kesehatan
RANGKUMAN
Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur
fisiografis, sosial, ekonomis, politik, kultural setempat dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Faktor-faktor pembentuk desa antara
lain wilayah, penduduk, dan tata kehidupan. Ketiga faktor tersebut merupakan
living unit. Struktur keruangan desa secara garis besar menjadi 4 pola yaitu pola
memanjang/linier, pola memusat, pola terpusat, dan pola terpencar. Potensi desa
dipengaruhi oleh faktor 1). Potensi fisik seperti tanah, air, iklim, ternak,
tumbuhan. 2). potensi non fisik meliputi masyarakat desa, lembaga-lembaga
sosial, aparatur atau pamong desa. Potensi desa satu dengan yang lain tidak
sama. Potensi desa berpengaruh pada tingkat kemajuan desa. Berdasarkan
tingkat kemajuannya desa dibedakan atas desa swadaya, desa swakarya dan
desa swasembada. Berdasarkan IPD (Indeks Pembangunan Desa)
mengklasifikasikan desa menjadi desa mandiri, desa berkembang dan desa
tertinggal. Sedangkan IDM mengklasifikasi desa dalam lima (5) status, yakni:
Desa Sangat Tertinggal; Desa Tertinggal; Desa Berkembang; Desa Maju; dan
Desa Mandiri.
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan
oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya Terdapat 10
59
kriteria secara lebih spesifik untuk merumuskan kota antara lain ukuran dan
jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat, bersifat permanen,
kepadatan minimum terhadap massa dan tempat, struktur dan tata ruang
perkotaan seperti yang ditunjukan oleh jalur jalan dan ruang-ruang perkotaan
yang nyata, tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja, fungsi kota
minimum yang diperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah pusat
administratif dan pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan,
atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama,
heterogenitas dan perbedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat, pusat
ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota
dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas, pusat
pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat, pusat penyebaran,
memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada massa dan tempat itu dan
memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara
mandiri.
Kota mempunyai potensi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Elemen
pembentuk kota yang penting antara lain penggunaan lahan (landuse), jalan dan
jaringan transportasi (road and transportation), lahan terbuka (open space
framework), dan arsitektur kota (landmark and axis). Berdasarkan potensi dan
struktur pola keruangannya, bentuk kota antara lain bujur sangkar, persegi
panjang, kipas, bulat, pita, dan tidak berpola.
Berdasarkan jumlah penduduknya, kota diklasifikasikan menjadi a.
Kota kecil jika penduduknya 20.000-50.000 jiwa, Kota sedang jika
penduduknya 50.000-100.000 jiwa, Kota besar jika penduduknya 100.000-
1.000.000 jiwa, Kota metropolitan jika penduduknya 1.000.000-5.000.000 jiwa,
Kota megapolitan jika penduduknya lebih besar dari 5.000.000 jiwa.
Berdasarkan fungsinya kota dapat diklasifikasikan menjadi Kota sebagai pusat
produksi, Kota sebagai pusat perdagangan, Kota sebagai pusat pemerintahan,
Kota sebagai pusat informasi, Kota sebagai pusat kebudayaan, Kota sebagai
pusat pendidikan, Kota sebagai pusat rekreasi, Kota sebagai pusat kesehatan.
TES FORMATIF
Petunjuk!
60
A. Merupakan daerah padat penduduk
B. Berdekatan dengan lokasi tempat bekerja
C. Merupakan daerah yang subur
D. Menjauhkan diri dari polusi udara
E. Mengurangi tingkat kemacetan
7. Kota-kota yang dijadikan pusat pertumbuhan utama di Indonesia
adalah…
A. Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar
B. Jakarta, Semarang, Surabaya dan Manado
C. Jakarta,Surabaya,Medan dan Manado
D. Jakarta,Semarang, Manado dan Medan
E. Jakarta, Manado, Medan dan Makassar
8. Nama kota:
1) Semarang
2) Jakarta
3) Bandung
4) Yogyakarta
5) Tembagapura
Kota kota di Indonesia yang sejarah pertumbuhan berasal dari pusat
administratif pemerintah adalah….
A. 1 dan 2
B. 1 dan 5
C. 2 dan 4
D. 3 dan 4
E. 4 dan 5
9. Pembangunan super blok dan apartemen di kota-kota besar merupakan
aplikasi dari pengembangan teori ….
A. Burgess
B. Hoyt
C. Ullman
D. Bergel
E. Christaller
10. Kawasan terbangun pinggiran kota, atau disebut sebagai kawasan marjinal,
yang memiliki karakteristik “desa bukan dan kota belum” adalah:
A. urban center
B. suburban
C. urban fringe
D. rural fringe
E. rural center
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam Sheppard and Nick Smith, 2013, Study Skills for Town and
Country Planning, SAGE Publications Ltd
14. Yunus, Hadi Sabari, 2009, Klasifikasi Kota, Pustaka Pelajar, Yogjakarta
1. A
2. B
3. C
4. A
5. C
63
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019
MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan
Kegiatan Belajar 3
Interaksi Desa-Kota
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
PETUNJUK BELAJAR ............................................................................................ 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................................ 1
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN........................................................................ 2
URAIAN MATERI .................................................................................................... 2
1. Hubungan Keruangan (Interaksi) Desa dan Kota ...................................... 2
2. Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi ................................................ 3
3. Pengaruh Interaksi ......................................................................................... 7
4. Zona interaksi Desa dan Kota ....................................................................... 9
5. Interaksi Kaitannya dengan Segi Ekonomi, Sosial dan Budaya .............. 10
6. Urbanisasi ...................................................................................................... 14
7. Pembangunan Perkotaan-Perdesaan.......................................................... 22
8. Pemanfaatan lahan permukiman suatu wilayah ....................................... 25
9. Model Pusat Pertumbuhan (Growth Center) ............................................ 25
RANGKUMAN ........................................................................................................ 28
TES FORMATIF ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 32
ii
BIDANG KAJIAN:
WILAYAH DAN PERWILAYAH
PENDAHULUAN
Kota dan desa akan selalu berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang membentuk
pola hubungan interaksi antar wilayah. Hubungan timbal balik antar dua wilayah atau
lebih, misalnya antara kota dan desa, antara kota dan kota, antara daerah industri dan
daerah pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang jarang
penduduknya, serta antara suatu negara dan negara lainnya. Bentuk interaksi antar
wilayah dibedakan menjadi regional complementary, intervening opportunity, spatial
transfer ability. Wujud interaksi antar wilayah yang nampak terjadi adalah urbanisasi.
Intensitas interaksi antar wilayah dapat diukur berdasarkan teori gravitasi, titik henti
dan indeks konektivitas. Dalam Kegiatan Belajar (KB) 3 juga terdapat tugas yang
harus dikerjakan secara individu. Pada bagian akhir KB 3 terdapat latihan formatif
untuk mengetahui daya serap belajar peserta.
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan materi
dalam modul ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini. Saudara harus
mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum
tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul berikutnya
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup: (1)
Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai ruang
kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik wilayah
dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi; (5)
Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mendukung pembangunan
1
berkelanjutan serta mencari solusi masalah lingkungan dan kebencanaan; (6)
Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial (Pemetaan, Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografi) untuk pembangunan; dan (7) termasuk advance materials
yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana”
proses serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
URAIAN MATERI
1. Hubungan Keruangan (Interaksi) Desa dan Kota
Kota dan desa akan selalu berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang membentuk
pola hubungan interaksi antar wilayah.
1. Pengertian Interaksi
Interaksi dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling
berpengaruh antardua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala,
kenampakan ataupun permasalahan baru. Interaksi keruangan meliputi hal-hal
berikut ini.
a. Hubungan timbal balik antar dua wilayah atau lebih, misalnya antara kota
dan desa, antara kota dan kota, antara daerah industri dan daerah
pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang jarang
penduduknya, serta antara suatu negara dan negara lainnya.
b. Dalam hubungan timbal balik wilayah ini terdapat proses pergerakan,
yaitu
1) Pergerakan manusia atau mobilitas,
2) Pergerakan atau perpindahan gagasan dan informasikomunikasi,
seperti informasi tentang teknologi, keindahan suatu wilayah, dan
bencana alam, serta
3) Pergerakan materi atau benda yang dinamakan transportasi, seperti
perpindahan hasil pertanian, produksi industri, dan barang tambang.
2
c. Akibat hubungan antar dua wilayah tersebut maka timbul gejala,
kenampakan atau permasalahan baru. Gejala-gejala tersebut sifatnya dapat
menguntungkan (positif) ataupun merugikan (negatif).
2. Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi
Pola dan kekuatan interaksi antardua wilayah atau lebih sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan-
kemudahan yang dapat mempercepat proses hubungan kedua wilayah itu.
Menurut Edward Ullman ada tiga faktor utama yang mendasari atau
mempengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu
a. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional
complementarity);
b. Adanya kesempatan untuk berinteraksi (intervening opportunity);
c. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial
transfer ability)
Regional Complementary
Adanya wilayah yang berbeda dalam ketersediaan atau kemampuan
sumberdaya menimbulkan komplementaritas regional. Di satu pihak ada
wilayah yang kelebihan atau surplus sumberdaya, misalnya sumberdaya
barang tambang, hasil hutan, sumber daya pertanian dan barang industri.
Dilain pihak ada daerah yang kekurangan atau minus bahkan tidak memiliki
sumber daya tersebut, padahal daerah tersebut sangat membutuhkannya.
Keadaan ini akan mendorong terjadinya interaksi antara kedua wilayah
tersebut, karena keduanya saling membutuhkan, yaitu sebagai produsen dan
konsumen. Perhatikan Gambar 2 skema komplementaris regional.
3
WILAYAH A WILAYAH B
WILAYAH C
CONTOH:
Gresik merupakan Kabupaten panghasil ikan bandeng mencapai 88.410 ton/tahun.
Ikan bandeng tersebut dipasarkan ke beberapa kota di Jawa Timur seperti Surabaya,
Mojokerto, Jombang, Malang, Kediri, dll. Disisi lain, kebutuhan akan sayur mayur,
buah-buahan dipenuhi dari Kediri, Malang, Pasuruan, dan Mojokerto terutama sayur
kentang, wortel, kubis, selada, bawang putih dll.
Intervening Opportunity
Kesempatan berinteraksi (intervening oppotunity) dpat diartikan sebagai
suatu kemungkinan peratntara yang dapat menghambat timbulnya interaksi
antarwilayah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 3 skema melemahnya
interaksi akibat intervening oppotunity.
Berdasarkan Gambar 3 sebenarnya secara potensial antara wilayah A
dan B sangat mungkin terjalin hubungan timbal balik, sebab wilayah A
kelebihan sumber daya X dan kekurangan sumber daya Y, sedangkan keadaan
di wilayah B sebaliknya. Namun, karena kebutuhan masing-masing wilayah
itu secara langsung telah dipenuhi oleh daerah C maka interaksi antara wilayah
A dan B jadi melemah.
4
Intervening oppotunity dapat pula diartikan sebagai suatu hal atau
keadaan yang dapat melemahkan pola interaksi antar wilayah, sebagai akibat
adanya alternatif pengganti suatu sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu
daerah. Perhatikan Gambar 3 melemahnya interaksi keruangan akibat adanya
sumber daya alternatif.
WILAYAH A WILAYAH B
WILAYAH C
Kebutuhan Kebutuhan
A disuplai B disuplai
oleh C Surplus Sumber Daya X oleh C
Surplus Sumber Daya Y
CONTOH:
Di Jawa Timur, selain Gresik ikan bandeng juga dihasilkan oleh Kabupaten Sidoarjo.
Kebutuhan konsumsi masyarakat Kota Surabaya akan ikan bandeng dipenuhi oleh
komoditas yang berasal dari Gresik. Karakteristik ikan bandeng yang dihasilkan oleh
petambak dari Gresik dirasa lebih murah. Tetapi saat ini konsumsi ikan bandeng yang
dihasilkan oleh petambak dari Sidoarjo meningkat karena rasa ikan bandeng yang
lebih gurih dan tidak berbau lumpur, akibatnya permintaan ikan bandeng dari Gresik
menjadi berkurang karena adanya ikan bandeng dari Sidoarjo di pasar trandisional.
5
b. Biaya angkutan atau biaya transportasi yang memindahkan manusia,
barang, gagasan dan informasi dari suatu tempat ke tempat lainnya;
c. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antarwilayah,
seperti kondisi jalan, relief wilayah yang dilewati, dan jumlah
kendaraan sebagai sarana transportasi.
WILAYAH B
WILAYAH A
CONTOH
Kemudahan Transfer Transfer Ability Pengangkutan barang atau juga
orang memerlukan biaya. Biaya untuk terjadinya interaksi tersebut harus lebih
rendah dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Jika biaya tersebut
terlalu tinggi dibandingkan dengan keuntungannya, maka interaksi antar
ruang tidak akan terjadi. Kemudahan transfer dan biaya yang diperlukan juga
sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana yang
menghubungkan daerah asal dan tujuan. Jalan yang rusak dan sulit untuk
dicapai akan mengurangi kemungkinan terjadinya interaksi karena biaya untuk
mencapainya juga akan lebih mahal. Sebagai contoh, seseorang akan menjual
sayuran dari wilayah A ke wilayah B, namun jalan menuju wilayah B
mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa dilalui. Akibatnya, orang tersebut
tidak jadi menjual sayuran ke wilayah B. B. Letak dan Luas Indonesia
Jarak mutlak adalah jarak sebenarnya dari dua tempat atau lebih yang
ingin kita ketahui kekuatan interaksinya. Misalnya, jarak Bandung-Jakarta
adalah 180 km. Jarak relatif lebih ditekankan pada waktu yang dibutuhkan
untuk mengadakan perpindahan manusia, barang dan jasa, serta gagasan da
informasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Oleh karena itu, jarak relatif
dapat diperpendek melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi , serta
kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana transportasi. Contohnya,
6
apabila kita pergi ke Bandung ke Jakarta yang jaraknya 180 km dengan
berjalan kaki maka akan memakan waktu sampai berhari-hari. Waktu tersebut
dapat diperpendek menjadi sekitar 4,5 jam saja seandainya kita menggunakan
kendaraan. Jarak relatif kadangkala disebut juga jarak menyenangkan .
Selain jarak absolut dan relatif, dalam geografi dikenal pula lokasi
absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut berkenan dengan posisi suatu
wilayahberdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Misalnya wilayah
Republik Indonesia terletak pada 6o lu – 11o LS dan 95o BT – 141o BT. Lokasi
relatif adalah posisi suatu wilayah terdapat kondisi wilayah yang ada
disekitarnya. Misalnya wilayah Republik Indonesia terletak di antara
rangkaian Pegunungan Mediterania dan Pegunungan Sirkum Pasifik. Lokais
relatif juga dapat didasarkan atas kondisi-kondisi nonfisik. Lokais relatif suatu
tempat akan memberikan gambaran mengenai keterbelakangan perkembangan
atau kemajuan wilayah dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. Posisi relatif ini sering pula dinamakan situation.
Berdasarkan jenisnya, interaksi keruangan dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu
• keruangan ekonomi,
• keruangan politik,
• keruangan sosial,
• keruangan manusia dan lingkungan.
3. Pengaruh Interaksi
a. Wujud interaksi kota dan desa yang sering terjadi.
1) Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya
2) Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa.
3) Pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, ruralisasi, atau
mobilitas penduduk, baik yang sifatnya sirkulasi maupun komutasi.
Proses interaksi antar wilayah yang berlangsung secara terus-menerus
dapat menimbulkan pengaruh bagi kedua wilayah, baik bersifat positif
maupun negatif terhadap aspek-aspek ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat.
7
b. Pengaruh positif
1) Tingkat pengetahuan penduduk meningkat. Pengetahuan didapat dengan
masuknya SD dan SMP ke wilayah pedesaan. penduduk desa juga dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi di kota. interaksi desa
dan kota juga mempermudah informasi yang diterima penduduk desa,
terutama melalui media massa.
2) Adanya lembaga pendidikan di pedesaan dapat memberikan sumbangan
yang berarti dalam meningkatkan peran serta penduduk dalam proses
pembangunan.
3) Melalui pengembangan sarana dan prasarana transportasi yang
menghubungkan kota dan desa, wilayah pedesaan akan semakin terbuka
dengan tetap selektif di dalam menerima pola hidup kota. Terbukanya
hubungan kota dan desa diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
penduduk.
4) Melalui penggunaan teknologi tepat guna ke wilayah pedesaan diharapkan
dapat meningkatkan aneka produksi dan pendapatan masyarakat.
5) Masuknya para ahli ke daerah pedesaan akan bermanfaat bagi penduduk
pedesaan , terutama dalam menciptaka berbagai peluang yang beorientasi
ekonomi,=.
6) adanya hubungan yang lancar antarkota dan desa, manfaatnya tidak saja
dirasakan oleh penduduk desa, tetapi juga oleh penduduk kota.Misalnya,
aneka produksi pertanian dapat dipasok untuk memenuhi konsumsi
wilayah kota.
9
e. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), yaitu suatu wilayah yang
terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan
campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
f. Rural merupakan daerah pedesaan.
10
Model tersebut kemudian diterapkan dalam bidang geografi untuk mengukur
kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih oleh W.J. Reilly (1929).
Berdasarkan teorinya dikemukakan bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah atau
lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk masing-masing wilayah
dan jarak mutlak antara wilayah-wilayah tersebut, yang dinyatakan dengan rumus:
Di dalam kenyataannya bisa saja interaksi antara kota B dan C lebih kuat
dibandingkan dengan kota A dan B, karena kondisi wilayah yag menghubungkan B
dan C merupakan daerah pedataran dan didukung prasarana jalan yang baik.
Sedangkan di wilayah A dan B merupakan jalur perbukitan dengan prasarana jalan
yang kurang baik. Oleh sebab itu ketiga hal di atas perlu dipertimbangkan dalam
menghitung besarnya gravitasi menurut Reilly.
Selain Teori Gravitasi juga terdapat Teori Titik Henti (the breaking point theory)
sebagai modifikasi dari Teori Gravitasi Reilley. Teori ini berusaha memberikan suatu
cara dalam memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah
perdagangan dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Selain itu, juga dapat
digunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan-pelayan
sosial antara dua wilayah, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk. Inti dari teori
ini adalah, bahwa jarak titik henti atau titik pisah dari pusat perdagangan yang lebih
kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat pedagangan
tersebut, dan berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk
dari wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi dengan jumlah penduduk pada
wilayah yang lebih sedikit penduduknya. Secara matematis dapat dinyatakan dengan
rumus:
Salah satu faktor yang sangat menentukan untuk terjadinya interaksi antar wilayah
adalah sarana dan prasarana transportasi. Kualitasnya sangat berpengaruh terhadap
kelancaran mobilitas (pergerakan) barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lainnya.
Suatu wilayah dengan wilayah lain biasanya dihubungkan oleh jalur-jalur
transportasi, baik jalur transportasi darat, laut maupun udara, sehingga membentuk
12
pola-pola jaringan tertentu di dalam ruang muka bumi (spatial network systems).
Kompleksitas jaringan tersebut sebagai salah satu tanda kekuatan interaksi antar
wilayah. Suatu kawasan yang dihubungkan oleh jaringan jalan yang kompleks tentu
memiliki pola interaksi keruangan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang
hanya dihubungkan oleh satu jalur transportasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut:
B D
D
B
Untuk mengetahui kekuatan interaksi antar kota dalam suatu wilayah dilihat dari
jaringan jalan digunakan rumus indeks konektivitas dikemukakan oleh K.J Kansky,
sebagai berikut.
13
6. Urbanisasi
Sebab-sebab urbanisasi
14
Aktivitas Literasi
Amati diagram
perkembangan
perkembangan penduduk
di Indonesia
Critical
Thinking/Comunication
Analisis perkembangan
wilayah urban di Indonesia
tahun 1960-2030!
Aktivitas Literasi
Penguatan Karakter
15
pembangunan infrastruktur jalan, jaringan
transportasi, meningkatkan pendidikan dan
kesehatan penduduk. Kesenjangan antara
penduduk kaya dan miskin yang kontras membuat
perpindahan penduduk ke kota-kota meningkat
tajam.
16
saling mempengaruhi baik perubahan ekonomi, demografi, politik, sosial, maupun
perubahan teknologi. Proses-proses perubahan tersebut dimodifikasi oleh faktor-
faktor setempat, seperti misalnya faktor-faktor sumberdaya, lingkungan, dan historis,
sehingga tidak selalu mempunyai pengaruh yang sama dan seragam di semua tempat
atau masyarakat. Akibat dari pengaruh proses-proses tersebut, urbanisasi juga
menghasilkan perubahan-perubahan penting terhadap karakter dan dinamika sistem
perkotaan; sedangkan pengaruhnya di dalam daerah perkotaan, urbanisasi
menyebabkan perubahan-perubahan pola penggunaan lahan, ekologi sosial,
lingkungan binaan, dan perubahan urbanisme. Beberapa atau sebagian dari hasil
proses urbanisasi mungkin dipandang sebagai ‘masalah yang harus diselesaikan’ oleh
sebagian (besar) kelompok masyarakat. Hasil penyelesaian masalah (baik yang
diharapkan maupun tidak) melalui mekanisme kebijakan-kebijakan dan perencanaan
baik oleh pemerintah, swasta, maupun perorangan pada akhirnya akan mempengaruhi
dinamika proses perubahan yang kemudian menggerakkan kembali keseluruhan
proses urbanisasi (Knox, 1994).
Dengan memperhatikan cakupan studi urbanisasi seperti tersebut di atas, maka studi
urbanisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah studi yang menitik-beratkan
17
perhatiannya terhadap proses-proses perubahan (ekonomi, demografi, politik, sosial,
teknologi, dan fisik-keruangan) yang mengarah pada pembentukan ciri-ciri struktural
kekotaan baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Proses-proses
perubahan ini dipandang sebagai akibat atau hasil dari hubungan dua arah antara
daerah perkotaan dan perdesaan. Dengan demikian, sifat dinamis dari sistem
perkotaan (susunan lengkap saling-ketergantungan kota-kota di suatu wilayah atau
negara), bentuk perkotaan (struktur fisik dan organisasi permukiman perkotaan),
ekologi perkotaan (komposisi sosial, ekonomi, demografi, dan permukiman
perkotaan), dan urbanisme (gaya hidup, nilai-nilai, pola perilaku yang tercipta dalam
lingkungan perkotaan) juga dihasilkan dari hubungan dua arah tersebut. Di samping
itu, studi urbanisasi juga memperhatikan pengaruh faktor-faktor setempat di dalam
memodifikasi proses-proses perubahan yang bersifat umum, serta memperhatikan
pengaruh balik pengambilan keputusan (tercermin dalam kebijakan dan perencanaan)
terhadap proses urbanisasi. Lingkup studi urbanisasi tersebut di atas secara skematis
dapat dilihat dalam Gambar 8.
Respon
Agen perubahan
Kebijakan/perencanaan Persoalan
Demografi
Masyarak
SISTEM
at
Politik
URBANISASI PERKOTAAN
Budaya BENTUK
PERKOTAAN
EKONOMI
Faktor lokal EKOLOGI
Sosial
Historis PERKOTAAN
Teknologi URBANISME
Gambar 8.
Urbanisasi sebagai Sebuah Proses (modifikasi Knox, 1994)
18
administratif maupun aspek-aspek legal lainnya) dan daerah perkotaan yang
sebelumnya merupakan daerah perdesaan.
Dimasukkannya daerah yang sebelumnya merupakan daerah perdesaan ke
dalam studi urbanisasi mempunyai arti yang sangat penting, oleh karena ia
mencerminkan sifat dinamis dari proses urbanisasi itu sendiri. Proses-proses
perubahan (terutama yang disebabkan oleh pemusatan penduduk, pemusatan
kegiatan-kegiatan dan fungsi-fungsi ekonomi, serta pemusatan kegiatan-kegiatan
pembangunan lainnya) yang terjadi di daerah perkotaan akan mendorong lebih banyak
penduduk dari daerah belakangnya (hinterlands) untuk turut berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan kekotaan. Keikut-sertaan mereka dalam proses ini, seperti migrasi
dari desa ke kota , atau bentuk-bentuk interaksi desa-kota lainnya, seperti kegiatan-
kegiatan pemasaran, distribusi, pendidikan, dan sebagainya, akan mempengaruhi
daerah perdesaan yang pada akhirnya, lambat atau cepat, daerah belakang ini akan
terkotakan. Dengan landasan pemikiran ini maka studi urbanisasi dapat dipecah
menjadi dua bagian utama berdasarkan orientasi geografis kajiannya, yaitu studi
urbanisasi yang lebih mengkonsentrasikan kajiannya terhadap proses-proses
perubahan yang terjadi di dalam kota dan studi urbanisasi yang mengkaji proses-
proses perubahan yang terjadi di luar kota. Penelitian ini cenderung memposisikan
diri pada bagian yang kedua oleh karena studi urbanisasi perdesaan lebih banyak
membahas hal-hal yang berkaitan dengan perubahan-perubahan di daerah perdesaan
akibat proses urbanisasi.
Oleh beberapa pakar urbanisasi negara sedang berkembang, proses urbanisasi
di wilayah ini diyakini menghasilkan ‘cetakan-ruang’ yang berbeda bila dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi di negara maju, khususnya untuk
wilayah-wilayah padat penduduk di Asia, seperti Cina, India, Indonesia, Taiwan,
Thailand. Pola urbanisasi demikian ini menimbulkan apa yang dikenal dengan “sisi
lain” dari urbanisasi, yaitu urbanisasi yang dicirikan dengan pertumbuhan wilayah
pinggiran kota (peri-urban); pertumbuhan koridor yang menghubungkan dua kota
besar yang sangat cepat; hubungan dan keterkaitan antara perdesaan dan perkotaan
yang sangat kuat; dan peleburan kegiatan perdesaan dan perkotaan.
Hasil dari ‘sisi lain’ proses urbanisasi di wilayah Asia padat penduduk (terutama
di negara-negara yang pertumbuhan ekonominya cukup tinggi) adalah batas antara
perdesaan dan perkotaan, baik dalam perspektif fisik-keruangan maupun sosial-
19
budaya dan ekonomi yang semakin kabur. Proses ini paling tidak mempunyai dua
dampak, yaitu reorientasi atau modifikasi teori-teori terdahulu tentang “a sustained
rural-urban transformation” dan diragukannya efektivitas kebijakan-kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada dikotomi perdesaan-perkotaan. Untuk
menjembatani hal-hal tersebut di atas, maka dalam penelitian ini, proses-proses
perubahan yang terjadi di luar ‘batas’ kota (dalam arti secara definitif, legal
administratif) yang mengarah pada pembentukan nilai-nilai kekotaan disebut
urbanisasi perdesaan. Urbanisasi perdesaan mempunyai paling tidak tiga arti, yaitu:
1. urbanisasi in situ suatu daerah (atau masyarakat) perdesaan;
2. perubahan struktur ekonomi, sosial, demografi, dan fisik-keruangan di daerah
perdesaan dari yang bersifat kedesaan menuju kekotaan; dan
3. tumbuh dan berkembangnya kegiatan-kegiatan, fasilitas-fasilitas, dan penduduk
atau masyarakat yang berbasis perkotaan di daerah (sebelumnya) perdesaan.
GEO INFO:
(Hasil Penelitian: M.R. Djarot Sadharto Widyatmoko UGM)
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang tinggi (terutama kota-kota besar di Pulau
Jawa) terutama disebabkan oleh perpindahan penduduk perdesaan yang dipicu oleh
kondisi yang tidak kondusif akibat gejolak politik yang tidak menentu (push-factors of
urbanization). Proses urbanisasi pada masa Orde Baru hingga sekarang dapat dibagi
menjadi dua masa, yaitu masa pertama adalah masa hingga pertengahan dasawarsa
1980an yang ditandai dengan berkembangnya ibukota Jakarta menjadi kota raksasa
(mega urban). Terbentuknya kota raksasa ini terkait dengan konsentrasi kekuatan
ekonomi dan politik nasional yang berlebihan pada masa itu. Masa kedua adalah masa
setelah pertengahan dasawarsa 1980an, dimana ada dua proses urbanisasi yang
berkembang secara bersamaan akibat dari desentralisasi dan dekonsentrasi kekuatan-
kekuatan ekonomi dan politik dari pemerintah pusat (pull-factors of urbanization), yaitu:
pertama, urbanisasi raksasa (mega urbanization) yang berkaitan dengan pembentukan
wilayah-wilayah perkotaan yang sangat besar seperti JABODETABEK (Jakarta dan kota-
kota di sekitarnya), GERBANG-KERTOSUSILA (Surabaya dan kota-kota di sekitarnya)
yang merupakan pusat-pusat kekuatan ekonomi nasional; dan kedua adalah
berkembangnya proses urbanisasi perdesaan pada wilayah koridor-koridor utama di Pulau
20
Jawa yang padat penduduk akibat semakin baiknya sarana transportasi dan komunikasi.
Koridor-tersebut adalah koridor Jakarta-Cilegon, Jakarta-Cirebon, Jakarta-Bandung,
Surabaya-Malang, dan segitiga JOGLO-SEMAR (yogyakarta-Solo-Semarang).
Proses urbanisasi yang dominan terjadi di wilayah Propinsi DIY selama kurun waktu
1980-2000 adalah proses urbanisasi perdesaan. Proses ini ditandai dengan penurunan
jumlah penduduk Kota Yogyakarta baik secara relatif maupun absolut, adanya
reklasifikasi status permukiman di satuan-satuan permukiman sekitar Kota Yogyakarta
dari desa rural menjadi desa urban, dan berubahnya satuan-satuan permukiman yang
bersifat kedesaan menjadi permukiman bersifat kekotaan sebagai akibat dari
berkembangnya aspek-aspek perkotaan di permukiman yang bersangkutan. Distribusi
penduduk perkotaan Propinsi DIY tidak merata dan cenderung mengelompok pada
wilayah dengan ketinggian 0 hingga 300 meter dpal. Wilayah ini sebagian besar adalah
wilayah fisiografi Lerengkaki Gunungapi Merapi dan Dataran Aluvial. Selama periode
1980-2000, telah terjadi pemusatan penduduk di dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten
Bantul dan Kabupaten Sleman dan ‘locus’ konsentrasi tidak berlangsung di wilayah
perkotaan (administratif, legal). Hal ini ditunjukkan dengan ‘share’ negatif jumlah
penduduk Kota Yogyakarta dan penurunan proporsi penduduk perdesaan di dua
kabupaten tersebut yang cukup signifikan.
Pola distribusi keruangan permukiman secara umum bersifat konsentris, yaitu dengan
bentuk permukiman perkotaan dikelilingi oleh permukiman perdesaan di sekitarnya.
Terbentuknya pola konsentris ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi geografis
wilayah Propinsi DIY. Sesuai dengan kondisi fisiografi wilayah, distribusi pola
konsentris ini dapat dijumpai di tiga bagian wilayah, yaitu wilayah barat, tengah, dan
wilayah timur. Wilayah barat dengan pusatnya adalah kota Wates, wilayah tengah
berpusat di Kota Yogyakarta, dan wilayah timur berpusat di kota Wonosari. Kota Wates
dan Kota Yogyakarta berada di Dataran Aluvial yang subur, sedang kota Wonosari berada
di Ledok Wonosari yang dikelilingi oleh Pegunungan Baturagung dan Pegunungan
Seribu yang bertopografi kasar dan relatif tandus.
Proses urbanisasi perdesaan ini bersifat konsentratif dan difusif. Konsentratif dalam arti
perkembangan wilayah tengah jauh lebih tinggi daripada wilayah barat dan wilayah
timur. Difusif dalam arti derajat kekotaan suatu permukiman semakin rendah dengan
semakin jauhnya lokasi permukiman yang bersangkutan dengan pusat kota. Secara umum
proses urbanisasi perdesaan di wilayah Propinsi DIY dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yaitu faktor tingkat kemakmuran wilayah, tingkat kemakmuran penduduk,
geografis, dan faktor sarana komunikasi dan informasi. Kuatnya pengaruh dari dua faktor
tersebut pertama menunjukkan bahwa pengaruh yang sangat kuat dari dinamika
perekonomian wilayah terhadap proses urbanisasi perdesaan. Sektor ekonomi yang
sangat berpengaruh tersebut adalah usaha kecil dan menengah dan informal (terutama
dari sektor jasa).
21
7. Pembangunan Perkotaan-Perdesaan
CONTOH.
22
Strategi Pengembangan Smart City
23
Strategi:
1.Mengembangkan pencitraan kota (city
branding)
24
8. Pemanfaatan lahan permukiman suatu wilayah
Wilayah muka bumi yang terhampar luas berupa daratan dinamakan lahan.
dalam bahasa inggris, lahan disebut land. Secara harfiah arti dari permukiman adalah
tempat tinggal manusia. Dengan demikian, lahan permukiman merupakan tempat
penduduk berkumpul dan hidup bersama dengan memanfaatkan lingkungan.
1. Faktor-faktor yang memengaruhi penentuan penggunaan lahan
Penentuan penggunaan lahan pada suatu wilayah dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain.
a. Perilaku masyarakat (social behaviour)
Nilai-nilai sosial mempengaruhi penentuan penggunaan lahan, seperti
kebiasaan, sikap moral, pantangan, peraturan pemerintah, peninggalan
kebudayaan dan pola tradisional
b. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi sangat penting dalam penentuan penggunaan lahan, terutama
daerah perkotaan. Misalnya, suatu lahan dinilai lebih menguntungkan secara
ekonomi bila dibangun pusat perbelanjaan dibandingkan permukiman. untuk
itu, biasanya akan ditentukan bahwa di lahan tersebut akan didirikan pusat
perbelanjaan.
c. Kepentingan umum
Kepentingan umum yang menjadi penentu dalam penggunaan lahan meliputi
kesehatan, keamanan, moral, dan kesejahteraan umum (termasuk kemudahan
dan keindahan)
25
Di dalam pusat pertumbuhan terkumpul (konsentrasi) aktivitas ekonomi
terutama industri yang memiliki daya tarik dan akan memacu (menarik dan
mendorong) perkembangan ekonomi di wilayah pengaruhnya. Untuk mencapai
pertumbuhan yang mantap dan berimbang diperlukan konsentrasi investasi pada
sektor-sektor tertentu yang unggul(leading sectors). Industri-industri dan kegiatan-
kegiatan yang akan berkembang dan membentuk kutub pertumbuhan tersebut
memiliki beberapa ciri sebagai leading industries dan propulsive industries. Selain itu
prinsip konsentrasi dan aglomerasi akan menimbulkan efek efisiensi lokasi berupa
skala ekonomi (scale economies), localization economies dan urbanization
economies.
26
konsentrasi investasi, beberapa desa yang berbasis ekonomi pariwisata atau
pertambangan dapat menjadi pusat pertumbuhan di daerah perdesaan.
a. Desa Pusat Pertumbuhan
Dengan mengadopsi prinsip-prinsip strategi pusat pertumbuhan yang
diterapkan dalam pembangunan perdesaan, Kementerian pekerjaan umum, sejak
tahun 1990-an mengembangkan konsep atau strategi desa pusat pertumbuhan.
Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), yaitu suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat serta merupakan simpul jasa dan
distribusi dari wilayah disekitarnya. DPP terdiri dari desa pusat dan desa-desa lain
sebagai pendukungnya, yang memiliki keunggulan strategis berupa :
1) Peran kawasan ini bagiapertumbuhan dan pengembangan potensi
kawasan perdesaan lain di sekitarnya.
2) Keuntungan ekonomis (economic scale) guna mengembangkan
potensi andalannya,
3) Memiliki fasilitas pelayanan sosial ekonomi serta tingkat aksesibilitas
yang relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan perdesaan di
sekitarnya.
27
RANGKUMAN
Interaksi dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling
berpengaruh antardua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala,
kenampakan ataupun permasalahan baru. Bentuk interaksi antar wilayah dibedakan
menjadi regional complementary, intervening opportunity, spatial transfer ability.
Berdasarkan jenisnya, interaksi keruangan dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu keruangan ekonomi, keruangan politik, keruangan sosial, keruangan manusia
dan lingkungan.
Wujud interaksi kota dan desa yang sering terjadi antara lain pergerakan barang dari
desa ke kota atau sebaliknya, pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota
ke desa, pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, ruralisasi, atau
mobilitas penduduk, baik yang sifatnya sirkulasi maupun komutasi. Proses interaksi
antarwilayahyang berlangsung secara terus-menerus dapat menimbulkan pengaruh
bagi kedua wilayah, baik bersifat positif maupun negatif terhadap aspek-aspek
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Pengaruh positif dari adanya interaksi antar wilayah antara lain tingkat
pengetahuan penduduk meningkat, adanya lembaga pendidikan di pedesaan dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam meningkatkan peran serta penduduk
dalam proses pembangunan, melalui pengembangan sarana dan prasarana transportasi
yang menghubungkan kota dan desa, wilayah pedesaan akan semakin terbuka dengan
tetap selektif di dalam menerima pola hidup kota. Terbukanya hubungan kota dan
desa diharapkan dapat meningkatkan perekonomian penduduk, melalui penggunaan
teknologi tepat guna ke wilayah pedesaan diharapkan dapat meningkatkan aneka
produksi dan pendapatan masyarakat, masuknya para ahli ke daerah pedesaan akan
bermanfaat bagi penduduk pedesaan , terutama dalam menciptaka berbagai peluang
yang beorientasi ekonomi, adanya hubungan yang lancar antarkota dan desa,
manfaatnya tidak saja dirasakan oleh penduduk desa, tetapi juga oleh penduduk
kota.Misalnya, aneka produksi pertanian dapat dipasok untuk memenuhi konsumsi
wilayah kota.
Dampak negatif interaksi desa dan kota antara lain lancarnya hubungan kota
dan desa dapat menyebabkan timbulnya dorongan bagi penduduk desa berusia muda
untuk bekerja dikota. Bila kenyataan ini dibiarkan maka pada suatu waktu wilayah
desa akan kehilangan tenaga kerja berusia produktif, wilayah pedesaan akan menjadi
28
lahan yang menarik bagi orang kota sehingga tidak sedikit orang-orang membelinya
untuk berbagai keperluan, adanya penetrasi budaya kota yang kurang sesuai dengan
tradisi pedesaan, baik secara kontak langsung maupun melalui perantara media. hal
itu dapat menimbulkan “gangguan” bagi stabilitas budaya pedesaan, munculnya
daerah-daerah kumuh (slum area) di wilayah perkotaan yang biasanya dihuni oleh
penduduk desa yang gagal bersaing dalam kerasnya kehidupan kita.
Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan, kekuatan
hubungannya sesuai dengan jarak ke pusat kota dan membentuk wilayah tertentu.
Semakin jauh letak suatu daerah dari pusat kota maka semakin lemah interaksinya
dengan pusat kota tersebut. Wilayah-wilayah interaksi tersebut membentuk lingkaran-
lingkaran yang dimulai di pusat kota sampai ke wilayah pedesaan.
TES FORMATIF
29
C. Akulturasi budaya penduduk asal dan pendatang
D. Peningktan sikap penduduk menghadapi era globalisasi
E. Peningkatan intensitas penggunaan komunikas dan teknologi
DAFTAR PUSTAKA
2. Cambers, Gary and Steve Sibley, 2012, Geography, University Cambridge Press.
11. Yunus, Hadi Sabari, 2009, Klasifikasi Kota, Pustaka Pelajar, Yogjakarta
32
Pendalaman Materi : Geografi
No Kode : DAR2/Profesional/207/2/2019
MODUL 2.
Wilayah dan Pewilayahan
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
PETUNJUK BELAJAR ..................................................................................................... 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN.......................................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................................. 2
URAIAN MATERI ............................................................................................................. 2
1. Pilar Pembangunan ..................................................................................................... 2
2. Ciri-Ciri Negara .......................................................................................................... 4
3. Variasi Pembangunan di Negara-Negara di Dunia (variation in development) ........ 5
4. Pusat dan Pinggiran .................................................................................................... 7
5. Tingkat/Level Perkembangan pada Suatu Negara...................................................... 8
6. Faktor-Faktor Penentu Indeks Pembangunan Manusia .............................................. 9
RANGKUMAN ................................................................................................................. 23
TUGAS .............................................................................................................................. 23
TES FORMATIF .............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 28
ii
BIDANG KAJIAN:
WILAYAH DAN PERWILAYAH
PENDAHULUAN
Kemajuan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh peran aktif
pemerintah beserta pendukungnya serta partisipasi yang tinggi dari masyarakat.
Berdasarkan kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara dapat digolongkan
menjadi negara maju dan berkembang. Negara maju mempunyai ciri-ciri pendapatan
perkapita tinggi, angka kematian dan angka kelahiran rendah dan ditandai angka
indeks pembangunan manusia yang tinggi. Negara sedang berkembang biasanya
mempunyai ciri yang berlawanan jika dibandingkan negara maju. Selain membahas
ciri-ciri negara maju dan berkembang dalam KB 4 juga membahas perbandingan
indeks pembangunan manusia yang ada di negara maju dan negara berkembang dan
interaksi yang yang dilakukan oleh negara maju dan berkembang. KB 4 juga memuat
tugas yang dikerjakan secara individu dan tes formatif untuk mengetahui penyerapan
peserta setelah belajar materi dalam KB 4.
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan
materi dalam modul ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan
benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul
berikutnya
1
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup: (1)
Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai ruang
kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik wilayah
dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi; (5)
Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan serta mencari solusi masalah lingkungan dan kebencanaan; (6)
Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial (Pemetaan, Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografi) untuk pembangunan; dan (7) termasuk advance
materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan
“bagaimana” proses serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
URAIAN MATERI
1. Pilar Pembangunan
Pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang
terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan
dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.
Kemajuan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh peran aktif
pemerintah beserta pendukungnya serta partisipasi yang tinggi dari masyarakat.
Bagi negara, membangun merupakan hak setiap negara/bangsa di dunia yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kemampuannya. Keberhasilan pembangunan di suatu negara berbeda-beda
tergantung pada sejarah negara, sumber daya alam, sumber daya manusia, iklim, dan
penguasaan teknologi. Berdasarkan keberhasilannya, negara dibedakan menjadi
negara maju dan negara berkembang. Terdapat 7 pilar penting pembangunan suatu
negara, antara lain:
a. Pendidikan dan keterampilan
2
b. Jasa dan infrastruktur
c. Adanya/tidak korupsi
d. Kondisi keuangan dan investasi
e. Aset negara dan kewirausahaan
f. Lapangan pekerjaan dan tenaga kerja
g. Kebijakan fiscal
Kaitan pilar-pilar dalam pembangunan suatu negara dapat dilihat pada gambar 1
berikut.
Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati hidup yang relatif
tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Kebanyakan negara
dengan GDP per kapita tinggi dianggap negara maju. Namun beberapa negara yang
telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru
melalui pengambilan phosphorus) tanpa mengembangkan 3elative yang beragam
dan ekonomi berdasarkan jasa tidak dianggap memiliki status ’maju’.
Negara sedang berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata
pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relative terbelakang, dan indeks
perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global. Istilah ini
mulai menyingkirkan Dunia Ketiga, sebuah istilah yang digunakan pada masa
3
perang dingin. Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat dijadikan acuan
untuk menentukan suatu negara dikatakan maju atau berkembang. Negara yang
sudah berhasil dalam pembangunan sering disebut dengan negara maju, sedangkan
negara yang masih sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disebut dengan
negara berkembang.
2. Ciri-Ciri Negara
Ciri-ciri Negara Maju
a. Pendapatan perkapita tinggi
b. Angka pertumbuhan penduduk rendah
c. Usia harapan hidup tinggi (bisa mencapai 80 tahun)
d. Tingkat pendidikan penduduk tinggi
e. Sumber daya manusia unggul
f. Sarana transportasi dan komunikasi maju
g. Mempunyai indeks pembangunan manusia tinggi
h. Penguasaan teknologi modern
i. Pembangunan meliputi semua bidang
j. Pelayanan sosial dan kesehatan sangat memadai
k. Keadaan ekonomi stabil dan mengalami kemajuan
l. Kegiatan industri dan jasa lebih maju (sekunder-tersier) daripada agraris
(primer)
m. Angka kematian sangat rendah
n. Angka kelahiran rendah
4
j. Kegiatan agraris (primer) lebih dominan dibandingkan dengan keadaan
industri dan jasa (sekunder-tersier)
k. Angka kelahiran tinggi
l. Angka kematian tinggi
m. Migrasi penduduk tinggi
n. Banyak terdapat permukiman kumuh
5
Menurut GCE O level Topical Geography Elective, 2012 terdapat 3 (tiga)
alasan utama terjadinya variasi pembangunan antara lain:
a. Sejarah penjajahan bangsa barat
Negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol, dan Portugis banyak
melakukan penjajahan Negara yang ada di Asia, Afrika, dan Amerika
Selatan. Tujuan utama penjajahan adalah menguasai sumber daya alam yang
ada di negara jajahan untuk kepentingan pembangunan negara dan bahan
mentah industri.
Selain sumber daya alam (bahan tambang dan minyak bumi), negara
penjajah juga banyak menanam kopi, teh, karet, kakao dan kapas di negara
jajahan untuk kepentingan industri. Hasil industri di ekspor ke negara
jajahan dan negara lain dengan harga yang tinggi. Negara jajahan tetap
miskin walaupun kaya akan sumber daya alam.
b. Sumber daya alam
Beberapa negara dianugerahi dengan sumber daya alam yang melimpah
seperti aneka bahan tambang serti bijih besi, emas, nikel, tembaga, batubara
dan minyak bumi. Negara tersebut seperti Amerika Serikat, Rusia, Iran dan
juga Indonesia. Negara maju telah menggunakan sumber daya alam yang
dimiliki untuk pembangunan industri, infrastruktur yang modern,
telekomunikasi, pendidikan, fasilitas kesehatan, dan perumahan.
Di negara sedang berkembang, dana pembangunan didapatkan dari sector
pertanian dan menjual minyak bumi mentah. Penjualan komoditas tersebut
kurang bisa dirasakan manfaatnya oleh penduduk. Di Negara sedangkan
perkembangan pembangunan masih dipusatkan pada daerah perkotaan,
masih ada kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan.
c. Iklim
Negara maju banyak dijumpai pada wilayah yang berada di 30o-60o lintang
utara maupun selatan . di wilayah tersenut mempunya suhu moderat 15o-
25oC dan curah hujan tahunan 1000 mm. Kondisi tersebut sangat membantu
kegiatan ekonomi penduduk baik di bidang industri maupun jasa yang
berkembang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah tropis. Iklim yang
sejuk membantu meningkatkan produktivitas pekerja sektor jasa dan
industri.
6
Negara sedang berkembang sebagian besar berada di wilayah tropis 0o-30o
lintang utara maupun selatan. Rata-rata suhu udara >25oC dengan curah
hujan yang tinggi yang berpengaruh pada produktivitas sektor manufaktur
dan jasa.
Namun, produktifitas pada sektor pertanian mungkin dapat ditingkatkan
kecuali jika terdapat kekeringan yang berkepanjangan atau banjir. Pada
beberapa Negara sedang berkembang seperti Thailand, Vietnam dan India,
teknologi modern (seperti pertanian menggunakan mesin, irigasi dan
pemupukan) digunakan untuk mengurangi ketidakpastian iklim.
Terdapat banjir dan kekeringan dengan frekuensi yang lebih banyak pada
daerah/negara tropis dibandingkan dengan negara non-tropis. Kurangnya
sumber daya dan keuangan untuk menangani banjir dan untuk membangun
kembali wilayah terdampak banjir, mengakibatkan kurangnya produktifitas
pada pertanian pada negara berkembang dibandingkan negara maju.
Keuangan dan teknologi sangat teratur pada negara maju untuk mencegah
dan menangani efek negatif yang disebabkan oleh perubahan iklim dan
sektor pertanian.
7
KESEJAHTERAAN
TENAGA KERJA
CORE PERIPHERY
CORE PERIPHERY
A B
9
1) Gross Domestic Product (GDP) Pendapatan Perkapita
Gross Domestic Product (GDP) Pendapatan Perkapita merupakan rata-rata
pendapatan yang diterima masyarakat selama satu tahun. GDP suatu Negara
diukur dari total penerimaan dari produksi barang dan jasa per tahun. Besaran
GDP menggambarkan kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara.
Tabel 4. GDP Perkapita di Beberapa Negara
No Nama Negara GDP Perkapita Status Negara
1. Amerika Serikat US 37.500 Negara Maju
2 Norwegia US 36.000 Negara Maju
3 Malaysia US 5.000 Negara Berkembang
4 Nigeria US 1.500 Negara Berkembang
10
Sektor industri juga berkembang di negara berkembang dalam skala kecil dan
menggunakan teknologi sederhana.
Tabel 5. Struktur Mata Pencaharian Penduduk (%)
Negara Industri Industri Industri
Primer Sekunder Tersier
Norwegia 8 42 50
Amerika Serikat 4 44 52
Indonesia 54 18 28
Pakistan 55 30 15
b. Faktor Kesehatan
1). Angka Harapan Hidup (life Expectancy)
Di negara maju mempunyai akses terhadap rumah sakit, klinik kesehatan,
dan fasilitas kesehatan yang sangat baik. Angka harapan hidup penduduk di negara
maju di atas 60 tahun. Di negara sedang berkembang, akses rumah sakit hanya
didapatkan di kota-kota. Persebaran wabah penyakit, kesadaran kesehatan yang
rendah dan kemiskinan penduduk menyebabkan angka harapan hidup penduduk di
negara sedang berkembang di bawah 60 tahun.
12
Di negara maju, kesadaran akan air bersih sangat vital dalam berbagai
kehidupan ditunjukkan dengan pembangunan sanitasi modern dan jaringan pipa air
bersih sampai ke pelosok negeri. Sedangkan di negara sedang berkembang, sanitasi
masih kurang baik, kesadaran akan pentingnya air bersih masih rendah.
13
Aktivitas Literasi Berikut Angka kematian bayi di Indonesia Tahun
1971-2010
Peserta menganalisis grafik
perkembangan kematian
bayi di Indonesia.
Critical
Thinking/Communication
Peserta menganalisis
turunnya jumlah kematian
bayi di Indonesia serta
membandingkan dengan
kondisi di negara lain.
GEO INFO
Selain indikator tinggi anga kematian bayi, angka kematian ibu saat
melahirkan juga menentukan keadaan kesehatan penduduk di suatu negara.
Indonesia sebagai negara sedang berkembang juga mempunyai angka
kematian ibu saat melahirkan yang tinggi walaupun mempunyai
kecenderungan turun dari waktu ke waktu. Pada tahun 2003, terdapat 307
kematian ibu saat melahirkan (per 100.000 kelahiran) menurun pada tahun
2007 terdapat 248 kematian ibu saat melahirkan dari 100.000 kelahiran.
3) Tingkat Pertumbuhan Penduduk
14
Di Negara maju, tingkat pertumbuhan penduduk rendah kurang 1%.
Rendahnya tingkat pertumbuhan penduduk karena banyaknya wanita bekerja,
kesejahteraan dan pendapatan tinggi, standar hidup tinggi. Tingkat literasi yang
tinggi menyebabkan penduduk dapat memahami berbagai masalah yang
ditimbulkan dengan mempunyai banyak anak.
Di Negara sedang berkembang mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi >1%. Tingginya pertumbuhan penduduk di Negara sedang
berkembang menyebabkan kelangkaan bahan pangan, tempat bermukim.
Tingginya pertumbuhan penduduk di Negara sedang berkembang juga
menyebabkan banyaknya pengangguran dan kemiskinan.
c. Pendidikan
Di Negara maju, tingkat pendidikan penduduk sangat tinggi yang ditandai tingkat
literasi penduduk 90%-95% yang tergolong sangat tinggi. Tinggi tingkat literasi
disebabkan karena:
a. Jumlah sekolah, perguruan tinggi, lembaga pendidikan vokasi yang banyak
b. Penduduk dapat memilih pendidikan yang sesuai dengan minatnya
c. Peraturan pemerintah dalam mewajibkan penduduk untuk sekolah
Di negara sedang berkembang, fasilitas pendidikan yang baik hanya ditemukan
di wilayah perkotaan sedangkan di wilayah perdesaan terbatas fasilitas
15
pendidikannya. Kurangnya lembaga pendidikan dan biaya pendidikan yang tidak
terjangkau (mahal) membuat tingkat literasi penduduk di bawah 50%,angka putus
sekolah tinggi menyebabkan tingkat pendidikan formal penduduk di negara
sedang berkembang rendah.
Aktivitasi Literasi
16
Sumber: United Nations publication, Sales No. E.07.II.A.9), 2014
17
Sumber: United Nations publication, Sales No. E.07.II.A.9), 2014
18
Hubungan/interaksi negara maju dan negara sedang berkembang dapat dilihat pada
gambar 7 berikut:
19
a. Kerjasama regional, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh negara- negara
yang berada di kawasan satu rumpun. Misalnya kerjasama yang dilakukan
oleh negara- negara di kawasan Asia Tenggara, seperti ASEAN, MEA.
Kerjasama ekonomi negara-negara Eropa, dan lain-lain.
b. Kerjasama Internasional, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh julukan
negara- negara di dunia tanpa mengenal batasan wilayahnya, misalnya PBB,
WTO, GATT. APEC.
22
RANGKUMAN
Pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang
terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup
seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan
dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.
Terdapat 7 pilar penting pembangunan suatu negara, antara lain: Pendidikan
dan keterampilan, Jasa dan infrastruktur, Adanya/tidak korupsi, Kondisi keuangan
dan investasi, Aset negara dan kewirausahaan, Lapangan pekerjaan dan tenaga kerja,
Kebijakan fiscal.
Pembangunan suatu negara dipengaruhi oleh factor seperti historis, sumber
daya alam dan iklim. HDI atau indeks perkembangan SDM secara umum akurat jika
yang dinilai adalah negara maju. Tidak mudah untuk mendapatkan gambaran akurat
pada negara berkembang karena tidak tersedianya data, terutama pada daerah
pedesaan. Di beberapa negara berkembang kurangnya hak asasi manusia dan
kebebasan adalah faktor yang mungkin menghalangi penilaian tersebut. Semakin
tinggi skor indeks pembangunan manusia suatu negara, maka semakin maju
pembangunan negara tersebut.
Faktor penentu HDI/Human Development Index antara lain (a) faktor
ekonomi yang meliputi pendapatan perkapita, struktur mata pencaharian,
kesempatan kerja, (b) factor kesehatan yang meliputi angka harapan hidup, angka
kematian bayi, tingkat pertumbuhan penduduk, (c) pendidikan.
Hubungan/interaksi negara maju dan negara sedang berkembang melalui
ekspor barang produksi dan investasi di berbagai sektor. Sedangkan interaksi negara
sedang berkembang dengan negara maju biasanya ekspor barang mentah dan
migrasi tenaga kerja ke negara maju.
TUGAS
23
pasokan sayur ke Pasar Keputran hingga 7 hari ke depan.
Pedagang rugi ratusan juta rupiah akibat blokade yang
berlangsung sejak kemarin.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya Arief Budiarto
Penguatan Karakter
mengatakan, keputusan memblokade pasokan sayur ke
Peserta dengan jujur dan Pasar Keputran disepakati oleh kepolisian. Jika dalam
bertanggung jawab memberi waktu tersebut pedagang masih menolak pindah ke Pasar
komentar atas fenomena yang Induk Osowilangun, Satpol PP akan melakukan
terjadi di Surabaya penggusuran. “Kami akan melakukan pendekatan
persuasif. Kami tidak ingin terjadi kekerasan,” kata Arief
Budiarto. Ketua paguyuban pedagang Pasar Keputran,
Haji Muhammad, mengatakan dalam sehari setiap
pedagang rugi Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. “Kerugian itu
Critical Thinking, disebabkan pedagang telanjurnya memesan sayuran dan
Comunication
hilangnya pembeli dalam dua hari terakhir.”
Peserta menganalisis interaksi
antar wilayah sesuai fenomena Disisi lain, Pelaksanaan pembatasan impor hortikultura
dalam bacaan. berlaku mulai bulan Juni ini. Aturan baru tersebut
tampaknya masih menjadi momok menakutkan bagi
importir maupun pengusaha ritel produk hortikultura.
Distributor produk impor hortikultura pusing tujuh
keliling karena kesulitan mendapatkan pasokan pengganti
bila impor dibatasi. Kafi Kurnia, Ketua Umum Asosiasi
Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia
(Aseibssindo) mengatakan, sampai saat ini, kalangan
importir belum bisa mendapatkan pasokan hortikultura
lokal. "Permintaan domestik sangat tinggi.Tapi produknya
sulit dicari,"(31/5).
Adanya Pasar Puspaagro dapat menjadi solusi bagi
pedagang dan pengusaha ritel yang ada di Surabaya untuk
memenuhi kebutuhan akan sayur mayur di pasar
tradisional dan usaha ritel di Surabaya. Beberapa kendala
juga muncul seperti isu kenaikan BBM yang berimbas
pada ongkos transportasi, kemacetan lalu lintas, jarak yang
jauh. (Harian Sindo, 12 Mei 2015)
24
Indikator Pembangunan Banglades China Jepang Selandia Baru
% belanja pendidikan dari 2,4 2.3 3.5 7,2
GNP
Jumlah dokter per 1000 0,2 1,7 1,9 2,3
penduduk
TES FORMATIF
Petunjuk!
Jawabalah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
25
5. Swiss
Negara maju yang tergabung dalam kelompok negara G7 adalah ….
A. 1, 2, 3
B. 1, 2, 4
C. 2, 3, 4
D. 2, 4, 5
E. 3, 4, 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam Sheppard and Nick Smith, 2013, Study Skills for Town and Country
Planning, SAGE Publications Ltd
28