0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
45 tayangan4 halaman
SIG kolaboratif dan SIG partisipasi publik dapat digunakan untuk merencanakan dan menyelesaikan masalah infrastruktur perkotaan secara terpadu. SIG kolaboratif memfasilitasi kerja kelompok untuk mengumpulkan informasi, menganalisis masalah, dan memilih solusi secara bersama-sama. SIG partisipasi publik melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas, dan mengusulkan program. Ked
SIG kolaboratif dan SIG partisipasi publik dapat digunakan untuk merencanakan dan menyelesaikan masalah infrastruktur perkotaan secara terpadu. SIG kolaboratif memfasilitasi kerja kelompok untuk mengumpulkan informasi, menganalisis masalah, dan memilih solusi secara bersama-sama. SIG partisipasi publik melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas, dan mengusulkan program. Ked
SIG kolaboratif dan SIG partisipasi publik dapat digunakan untuk merencanakan dan menyelesaikan masalah infrastruktur perkotaan secara terpadu. SIG kolaboratif memfasilitasi kerja kelompok untuk mengumpulkan informasi, menganalisis masalah, dan memilih solusi secara bersama-sama. SIG partisipasi publik melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas, dan mengusulkan program. Ked
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN MELALUI INTEGRASI SIG KOLABORATIF DAN SIG PARTISIPASI PUBLIK Shanada/15411098
Peran Sistem Informasi Geografis dalam Proses Pembangunan
Infrastruktur Dalam suatu kegiatan pengembangan prasarana fisik misalnya jalan, proses perencanaan dan antisipasi konflik sebagai dampak dari implementasi pengembangan prasarana memerlukan dukungan sistem pengambilan kebijakan multidisiplin dan mekanisme penyerapan aspirasi dan kearifan lokal. Untuk ini, pendekatan top-down maupun bottom- up sering dikombinasikan dalam proses perencanaan dan antisipasi konflik untuk mendapatkan solusi yang tepat dan memuaskan. Pendekatan top-down dapat diwujudkan melalui Kerja Kelompok atau group work dan Pengambilan Keputusan Kelompok (group decision-making) melibatkan instansi-instansi teknis terkait. Dalam hal ini, proses penggalian informasi, sintesa informasi, dan analisa permasalahan sampai dengan pembahasan alternatif solusi secara efektif dan kolaboratif untuk mendapatkan pemahaman kompleksitas masalah, penyatuan perspektif yang beragam, dan pemilihan solusi secara kolektif dan terpadu dapat difasilitasi dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Kolaboratif. Sementara itu, terkait pendekatan bottom-up, perlu dibangun metode penyaluran aspirasi kelompok masyarakat pengguna maupun kelompok masyarakat yang akan terkena dampak suatu kegiatan pembangunan melalui penerapan SIG atau pemetaan partisipatif atau dikenal juga sebagai SIG partisipasi publik. Dengan SIG kolaboratif, beragam aktivitas grup atau kelompok untuk perencanaan, pengawasan, dan pengendalian permasalahan sektoral, termasuk infrastruktur, dapat terfasilitasi secara lebih efektif dan efisien (Balram & Dragicevic, 2006). Dalam hal ini, Kerja Kelompok atau group work dan Pengambilan Keputusan Kelompok (group decision-making) dengan bantuan SIG kian diperlukan di masyarakat, antara lain di dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan wilayah dan sumberdaya alam, aksi tanggap bencana dan pemecahan masalah sosial, paling tidak dilandasi oleh hal-hal berikut ini:
Proses pencarian dan penggalian informasi, sintesa informasi, dan
analisa permasalahan sampai dengan pembahasan alternatif solusi berikut visualisasinya, dapat dilaksanakan secara kolaboratif untuk mendapatkan pemahaman kompleksitas masalah, penyatuan perspektif yang beragam, dan pemilihan solusi secara efisien, efektif, dan terpadu. Mengingat 80% dari semua aktivitas pengambilan keputusan individu maupun kolektif melibatkan informasi geospasial, maka kerja kelompok dan pengambilan keputusan kelompok berwawasan lokasi (geospasial) dengan teknologi SIG dapat menghasilkan keputusan dan aksi yang cerdas, berkelanjutan, berwawasan spasial, efektif & efisien.
SIG partisipatif muncul untuk memfasilitasi penyerapan aspirasi
anggota kelompok komunitas masyarakat. SIG partisipatif dapat didefinisikan sebagai bentuk pemanfaatan metodologi dan teknologi informasi kebumian dan pemetaan untuk melibatkan kelompok masyarakat dalam proses identifikasi masalah, penentuan prioritas, dan pengusulan program. SIG Partisipatif membantu visualisasi ide dan masukan warga masyarakat yang terkait dengan informasi keruangan. Partisipasi publik dan informasi spasial Fokus dari SIG Partisipasi Publik (SIG PP) adalah lebih pada optimalisasi pemberdayaan partisipasi publik, bukan pada teknologi SIG-nya atau peta-nya (McCall 2004). Dalam perspektif ini, McCall melihat bahwa SIG adalah tool atau metode untuk mendayagunakan aspirasi dan suara masyarakat dalam proses perencanaan, evaluasi, dan sebagai dasar untuk aksi komunitas. Pada mulanya SIG PP dikembangkan dalam konteks urban planning di Amerika dan Canada, selanjutnya metode ini dikembangkan juga dalam konteks rural planning di negara-negara berkembang seperti di Amerika Latin dan di Asia Tenggara (Sieber 2003). Intensitas partisipasi dalam SIG PP sangat beragam. Berdasarkan intensitasnya, berikut ini disajikan bentuk partisipasi atau pelibatan anggota komunitas masyarakat pada kegiatan pemetaan partisipatif (McCall 2004). 1. Berbagi informasiPelibatan pengetahuan komunitas lokal oleh pihak luar dalam mengenali sumberdaya (misalnya: pemetaan tanah terlantar) 2. Konsultasi dan mediasiPelibatan komunitas local dalam mengidentifikasi permasalahan (berupa kebutuhan dan tuntutan) yang terkait pada suatu topik khusus yang menjadi fokus pihak luar.
3. Pelibatan dalam pengambilan keputusanInteraksi pihak dalam dan
pihak luar dari suatu komunitas secara bersama-sama dalam mengidentifikasi permasalahan, menganalisis permasalahan dengan tema interaksi pada umumnya diinisiasi dari pihak luar. 4. Inisiasi aksiInisiatif pembangunan komunitas masayarakat dari warga masyarakat sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan lingkungan secara kolaboratif. Adapun berdasarkan tujuannya, SIG PP dapat dikategorikan sebagai berikut (McCall 2004): 1. Fasilitasi Partisipasi dilaksanakan untuk mengenalkan dan memperlancar program pembangunan yang akan melibatkan komunitas masyarakat lokal. 2. Pemberdayaan Partispasi dilaksanakan untuk mendorong komunitas lokal dalam menentukan keputusan dan bertanggungjawab dalam berinisiatif , mendapatkan hak kepemilikan, menyediakan akses terutama kepada komunitas yang lemah dan tersisihkan. 3. Kolaborasi dan MediasiPartisipasi dilakukan untuk menjamin kesinambungan antara proyek dari luar komunitas dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada di dalam komunitas melalui usaha diskusi dan analisis secara kolaboratif.
Table 1: Perbedaan SIG dan SIG Partisipatif/Partisipasi Publik (PPGIS) (Sieber
2003)
GIS
Dimension
PPGIS
Perencanaan dan Penyelesaian Masalah secara Kolaboratif dengan SIG
oleh Pengambil Keputusan
SIG Kolaboratif didefinisikan sebagai integrasi teori, piranti, dan teknologi yang berfokus, namun tidak terbatas, pada optimalisasi interaksi dan partisipasi manusia dalam proses- proses pengambilan keputusan berbasis spasial (Balramand & Dragicevic 2006). SIG Kolaboratif adalah proses pemanfaatan teknologi SIG dan data, grafik visual termasuk peta secara kolaboratif. Dalam hal ini, terkait ruang dan waktu, jenis aplikasi SIG Kolaboratif dapat dibagi menjadi 4, yaitu: digunakan pada ruang sama waktu sama (synchronous & colocated), sama ruang beda waktu (asynchronous & co-located), beda ruang sama waktu (synchronous & distributed), beda ruang beda waktu (asynchronous & diostributed). Upaya pemetaan partisipatif dan kolaboratif di Indonesia yang paling sukses adalah Open Street Map Indonesia, di mana upaya terakhir melalui kegiatan kemanusiaan, Open Street Map Indonesia telah menjadi penghubung atau katalis dari ratusan kolaborator baru di seluruh Indonesia. Kegiatan ini memahami, bahwa untuk menjadi pemetaan yang sukses, maka diperlukan suatu kegiatan pelatihan untuk pelatih atau Training of Trainers. Kegiatan yang membantu untuk menghasilkan peningkatan minat dalam pemetaan bersama/ partisipatif dan kolaboratif. Upaya ini berhasil meningkatkan kemampuan responden awal untuk memobilisasi dengan lebih presisi ke daerah-daerah yang terkena dampak bencana alam. Selain bencana alam, terdapat beberapa hal penting untuk pemetaan partisipatif dan kolaboratif seperti perlindungan hak-hak masyarakat adat, peningkatan eksponensial dalam ekstraksi sumber daya alam dari pertambangan, pertanian, dan aktivitas industri telah menimbulkan dampak bagi masyarakat lokal di Indonesia. Pada awal tahun 1990 telah berdiri suatu komunitas jaringan pemetaan partisipatif dan kolaboratif dengan pendekatan partisipatif dan kolaboratif masyarakat untuk pemetaan tanah adat.