PENDAHULUAN
terhadap eritrosit sendiri.1 Dari semua jenis anemia, AIHA adalah bentuk anemia
bukanlah varian yang paling umum. Berdasarkan data register pusat hemotologi di
dunia barat tidak lebih dari 5 hingga 10 pasien dengan AIHA didiagnosis per tahun. 2
AIHA dianggap sebagai komplikasi dari terapi anti-neoplastik pada pasien kanker,
khususnya mereka dengan chronic lymphocytic leukemia (CLL). Selain itu, AIHA
cukup sering dijumpai pada pasien dengan penyakit menular, gangguan kolagen
Penyebab kematian pada AIHA tidak selalu ditentukan namun studi otopsi telah
mengungkapkan bahwa emboli paru merupakan temuan umum baik pada manusia
dan hewan.3
Diperkirakan angka kejadian AIHA pada orang dewasa sekitar 0,8-3 per
11%. AIHA sangat jarang pada masa bayi dan masa kanak-kanak, angka kejadiannya
sekitar 0,2 per 100.000 / tahun, dimana penyebab primer kurang lebih 37% terkait
dengan gangguan kekebalan pada 53% kasus. Tingkat kematian AIHA lebih rendah
1
pada anak-anak sekitar 4%, tetapi dapat meningkat menjadi 10% jika anemia
AIHA bisa idiopatik (50%) atau sekunder dari sindrom limfoproliferatif (20%),
berdasarkan adanya anemia hemolitik dan bukti serologis antibodi anti-eritrosit, yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Anemia hemolitik autoimun (AIHA) atau autoimmune hemolytic anemia (AIHA)
adalah suatu keadaan hemolitik yang dasar patofisiologinya melalui proses autoimun.
2
Sel darah merah dibentuk secara normal tetapi mengalami proses destruksi dini
karena kerusakan yang diperoleh dalam sirkulasi. AIHA terjadi jika terdapat
autoantibodi yang dihasilkan oleh sistem imunologi penderita sendiri dan melekat
pada sel darah merah yang menyebabkan pecahnya sel darah merah yang berlebihan
sehingga menyebabkan penurunan sel darah merah sedangkan sumsum tulang tidak
dapat mengkompensasi destruksi sel darah merah yang dipecah secara berlebihan.5
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi AIHA umumnya diklasifikasikan menurut karakteristik reaktivitas
suhu dari autoantibodi sel darah merah, dikenal dengan warm autoantibody bereaksi
lebih kuat pada suhu 37 ° C dan menunjukkan penurunan afinitas pada suhu yang
lebih rendah. Cold autoantibody mengikat sel darah merah pada suhu 0-4 ° C dan
3
Gambar 1. Klasifikasi AIHA6
a. Warm AIHA
Pada tahun 1980 Petz dan Garratty dan tahun 1981 Sokol et al. menemukan
bahwa warm autoantibody bertanggung jawab atas 48-70% kasus AIHA. Gangguan
pada kasus sekunder.6 Sekitar 80% dari semuaAIHA adalah Warm AIHA. Antibodi
yang sering terlibat adalah klas igG yang dapat menyebabkan hemolisis intravascular
CAS mewakili sekitar 16-32% kasus AIHA. CAS primer umumnya mengenai orang
4
dewasa yang lebih tua, dengan insiden pada sekitar 70 tahun dengan sedikit dominan
mononukleosis menular pada remaja atau dewasa muda. PCH adalah bentuk AIHA
yang relatif tidak umum, angka kejadiannya 2-10% pada kasus anemia hemolitik.6
c. AIHA tipe campuran
Beberapa pasien dengan Warm AIHA juga memiliki cold aglutinin. Sedangkan
cold agglutinin memiliki amplitudo suhu yang cukup (> 30 ° C) atau titer tinggi
(> 1: 1000 pada 0-4 ° C) untuk menunjukkan CAS. Tipe campuran AIHA dapat
non-imun. Secara historis, alpha methyldopa dan penicillin dosis tinggi bertanggung
jawab untuk sebagian besar kasus AIHA yang diinduksi obat. Sokol dkk pada tahun
1981 mempublikasikan bahwa dua obat ini bertanggung jawab untuk 12-18% dari
kasus AIHA yang diinduksi oleh obat. Meskipun insidensi obat yang diinduksi AIHA
cenderung menurun sejak saat itu, namun sefalosporin generasi kedua dan ketiga
terutama cefotetan dan ceftriaxone telah dikaitkan kejadian AIHA yang diinduksi oleh
2.3. Etiologi
Anemia hemolitik autoimun disebabkan oleh kelainan ekstrinsik pada red blood
cell (RBC).
1. Warm antibody hemolytic anemia ( WARM AIHA)
5
Warm AIHA bentuk paling umum AIHA, lebih sering terjadi pada wanita.
Primer (idiopatik)
Sekunder (terkait dengan gangguan yang mendasarinya seperti SLE, limfoma,
hapten mungkin stabil (misalnya penicillin dosis tinggi, sefalosporin) atau tidak stabil
6
7
Pada WARM AIHA, hemolisis terjadi terutama di limpa dan bukan karena lisis
langsung sel darah merah. Sering parah dan bisa berakibat fatal. Sebagian besar
(bentuk umum pada orang dewasa yang lebih tua) cenderung menjadi kronis.
pada hati dan limpa. Anemia biasanya ringan (Hb>7,5 g / dL). Autoantibodi pada
Cold Aglutinin disease biasanya IgM. Semakin tinggi suhu (yaitu, semakin dekat
dengan suhu tubuh normal) di mana antibodi ini bereaksi dengan RBC, semakin besar
hemolisis.7
tipe penyakit cold agglutinin yang jarang. PCH lebih sering terjadi pada anak-anak.
Hasil hemolisis bersumber dari paparan dingin, yang bahkan dapat dilokalisasi
(misalnya, dari minum air dingin, dari mencuci tangan dalam air dingin). Antibodi
IgG berikatan dengan antigen P pada sel darah merah pada suhu rendah dan
8
menyebabkan hemolisis intravaskuler setelah pemanasan. Ini terjadi paling sering
setelah penyakit virus nonspesifik atau pada pasien yang sehat, meskipun terjadi pada
beberapa pasien dengan sifilis kongenital atau didapat. Tingkat keparahan dan
beratnya anemia. Individu dengan AIHA biasanya menunjukan gejala serupa dengan
tipe anemia yang lainnya seperti kelelahan, pucat, sakit kepala, takikardia, takipne,
bahkan dapat terjadi gagal jantung. Ikterus dapat terjadi akibat kelebihan pigmen
bilirubin karena kecepatan hemolisis lebih besar daripada kemampuan hepar untuk
memetabolisme bilirubin. Beberapa gejala yang unik dari AIHA adalah splenomegali
kadang hepatomegai karena destruksi sel darah merah yang berlebihan dan urin yang
berwarna gelap karena kelebihan katabolit hasil hemolisis sel darah merah.5,8
Gejala yang muncul dari warm AIHA umumnya terkait dengan anemia itu
sendiri. Biasanya, timbulnya gejala berat selama berbulan-bulan. Lebih jarang pasien
mengalami onset gejala anemia yang berat secara tiba-tiba dan ikterus selama
beberapa hari. Pada AIHA sekunder, gejala dan tanda penyakit yang mendasari
mungkin menggambarkan warm AIHA. Pada warm AIHA idiopatik dengan hanya
anemia ringan, pemeriksaan fisik biasanya tidak biasa. Bahkan pasien dengan
hemolisis berat mungkin hanya mengalami splenomegali ringan. Dalam kasus yang
9
sangat berat, termasuk dengan onset akut, pasien dapat mengalami demam, pucat,
Gambar 2. Pemeriksaan fisik Warm AIHA : Kulit pucat, ikterus dan kuku pucat, hemoglobin
4,8 g / dl.9
10
Gambar 4. Acrocyanosis pada jari kaki pasien dengan titer IgM tinggi cold agglutinin.9
Pada cold agglutinin disease, ikterus dan Livedo reticularis dapat ditemukan,
acrocyanosis yang melibatkan jari, jari kaki, hidung, dan telinga disebabkan oleh
sludging sel darah merah pada mikrovaskulatur kulit, ulserasi kulit dan nekrosis
jarang terjadi. Temuan fisik lainnya bervariasi dan tergantung pada keberadaan dan
kaki, sakit kepala, muntah, diare, dan perjalanan urin coklat gelap;
2.5. Diagnosis
11
Diagnosis AIHA biasanya langsung dan dibuat atas dasar temuan laboratorium :
langsung, dan uji antiglobulin langsung positif dengan antibodi spektrum luas
dalam kasus sekunder, karena tidak selalu semua temuan laboratorium khas AIHA
mengenai onset (akut atau insidious), riwayat infeksi, informasi tentang transfusi
hemolitik yang diinduksi obat sangat penting, karena menghentikan obat adalah
tindakan terapeutik yang paling efektif dalam situasi ini. Pemeriksaan klinis (untuk
diagnosis tambahan harus ditentukan oleh temuan klinis, dan jenis antibodi.
12
pemeriksaan sumsum tulang dan pencarian imunoglobulin klonal (fiksasi kekebalan)
13
menyarankan hemolisis ekstravaskuler (misalnya, hemosiderinuria tidak ada; tingkat
anemia mendadak dan berat atau PCH adalah penyebabnya. Spherocytosis dan
(Direct Coombs test). Serum antiglobulin ditambahkan ke sel darah merah yang
komplemen (C) yang terikat dengan sel darah merah. Umumnya IgG ditemukan pada
WARM AIHA, dan C3 (C3b dan C3d) pada cold agglutinin disease. Tes ini ≤ 98%
sensitif untuk AIHA; hasil negatif palsu dapat terjadi jika densitas antibodi sangat
rendah atau jika autoantibodi adalah IgA atau IgM. Dalam kebanyakan kasus AIHA
hangat, antibodi adalah IgG yang diidentifikasi hanya sebagai panagglutinin, yang
berarti spesifisitas antigen antibodi tidak dapat ditentukan. Pada AIHA dingin,
14
antibodi biasanya IgM diarahkan terhadap karbohidrat I / i pada permukaan RBC.
Titer antibodi biasanya dapat ditentukan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan
aktivitas penyakit.7
c. Indirect coombs test
Tes antiglobulin tidak langsung (Indirect coombs test ) adalah tes komplementer
yang terdiri dari campurn plasma dengan sel darah merah normal untuk menentukan
adanya antibodi bebas dalam plasma. Uji antiglobulin tidak langsung positif dan tes
imun.7
15
2.6. Terapi
Terapi pada AIHA adalah kortikosteroid, splenektomi, sitostatik imunosuppresif,
memberikan respons yang baik, Hb normal, retikulosit normal diteruskan 14 hari lagi
kemudian dosis diturunkan perlahan-lahan sampai dosis paling kecil tanpa adanya
16
Pasien AIHA pada terapi steroid berkepanjangan harus diberikan bifosfonat, vitamin
D, kalsium, dan suplementasi asam folat. Pasien dengan hemolisis yang sangat cepat
dan anemia yang sangat berat, atau kasus yang kompleks seperti Sindrom Evans,
mengurangi jumlah antibodi, kerusakan oleh makrofag dalam limpa juga akan
konvensional yang paling efektif pada WARM AIHA pada pasien yang tidak
responsif atau tidak toleran terhadap kortikosteroid, pasien yang membutuhkan dosis
harian prednison lebih dari 10 mg, dan pada pasien dengan beberapa relaps. Namun,
keampuhannya tidak pernah dibandingkan dengan pendekatan lini kedua lainnya, dan
tidak ada data yang meyakinkan tentang durasi remisi setelah operasi tersedia. Faktor
yang mendukung splenektomi sebagai terapi lini kedua terbaik termasuk efikasi
jangka pendek dan tingkat respons awal yang baik: remisi parsial atau lengkap
diperoleh pada sekitar 2 dari 3 pasien (38-82%) tergantung pada persentase sekunder
kasus yang tampaknya kurang responsif daripada bentuk idiopatik). Sangat penting
untuk menyebutkan bahwa pasien dengan hemolisis persisten atau berulang setelah
sebelum operasi. Kelemahan dari splenektomi adalah kurangnya prediktor yang dapat
diandalkan dari hasilnya, karena keefektifannya tidak terkait dengan durasi penyakit,
respon terhadap steroid atau tingkat penyerapan limpa. Selain itu, splenektomi
17
mungkin terkait dengan komplikasi bedah (emboli paru, perdarahan intra-abdomen,
Komplikasi yang paling ditakuti setelah splenektomi adalah sepsis luar biasa karena
bakteri yang dienkapsulasi, dengan risiko 3,3-5% dan tingkat kematian hingga 50%,
atau pada orang tua yang mempunyai risiko tinggi bila dilakukan splenektomi atau
pada penderita yang menolak operasi atau yang mempunyai efek samping serius
jiwa penderita. Darah yang diberikan adalah darah yang paling sedikir memberikan
hemolisisnya.4 Keputusan untuk transfusi harus bergantung tidak hanya pada tingkat
hemoglobin, tetapi lebih pada status klinis dan komorbiditas pasien (terutama jantung
iskemik atau penyakit paru berat), ketajaman penyakit saat onset, kecepatan
18
e. Immunoglobulin intravena
Dosis tingi immunoglobulin intravena 400 mg/kgBB/ hari sampai 2 g/ kgBB /
hari selama 5 hari juga masih dalam penelitian diduga sebagai anti idiotipe.
sel darah merah, menurunkan produksi autoantibodi dan meregulasi fungsi sel T .5
f. Plasmaferesis
Plasmaferesis pada penderita dengan cold aglutinin cukup efektif terjadi
hemolisis yang sangtt berat dan tidak terkontrol mengingat proses hemolisisinya
terjadi intravena.5
19
Gambar 3. Alogaritma penatalaksanaan WARM AIHA4
2.7. Prognosis
Pada Warm AIHA prognosisnya tidak dapat diduga, sebagian kecil akan
mengalami remisi komplit. Sebagian lagi menjadi kronis. Prognosis pada Warm
Mereka yang pulih dari episode hemolitik awal memiliki prognosis yang baik. Anak-
anak dengan AIHA kronis cenderung lebih tua, tingkat mortalitas berkisar antara 10
hingga 30% , dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi pada mereka yang
mengalami AIHA kronis dan pada kasus dengan thrombocytopenia imun simultan
(Evans syndrome). Kematian dapat terjadi akibat infeksi atau anemia berat atau
kadang-kadang dari limfoma yang mendasari Perkiraan angka kematian dalam 5-10
tahun adalah 15-25%. Prognosis idiopatik dari cold agglutinin disease umumnya
lebih baik, hanya beberapa penderita menjadi kronis. Pada sekunder cold agglutinin
20
BAB III
PENUTUP
terhadap eritrosit sendiri. WARM AIHA merupakan bentuk paling umum AIHA,
lebih sering terjadi pada wanita. Pada dasarnya manifestasi klinis dari AIHA
biasanya menunjukan gejala serupa dengan tipe anemia. terapi pada AIHA adalah
21
DAFTAR PUSTAKA
Medicine.2008;120:(5–6): p. 136–151.
3. Pullarkat V, Ngo M, Iqbal S, Espina B, Liebman HA: Detection of lupus
Universitas Airlangga;2015.
6. Chaudhary KR, Das SS. Autoimmune hemolytic anemia: from lab to bedside.
August 26].
22
Available from:https://www.msdmanuals.com/professional/Hematology-and-
Oncology/Anemias-Caused-by-Hemolysis/Autoimmune-Hemolytic-Anemia
8. Lechner K, Jager U. How I treat autoimmune hemolytic anemia in adults. Blood.
23