Disusun Oleh :
Ihsan Rizkan (L2L009038) Rio Lumbantoruan (L2L009039)
Rizki Trisna H (L2L009040) Rio Andryantoro (L2L009041)
Joshua Shima (L2L009043) Arif Nur Rochim (L2L009046)
Ahmad Iqbal M. (L2L009048) Ainul Fatayaatis S. (L2L009049)
Adhi Nugroho (L2L009050) Diana Ariana (L2L009051)
SEMARANG
DESEMBER 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gambar 1.1. Lokasi penelitian, Perumahan Bukit Manyaran Permai, Kelurahan
Sadeng, Kecamatan Gunungpati, Semarang.
2
BAB II
METODE PENELITIAN
3
yang akan dikaji, sehingga dapat memberikan informasi untuk mendukung
penelitian.
2.2. Metode Eksperimental
Metode eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan simulasi terhadap objek penelitian dengan menggunakan suatu
parameter kontrol. Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk
menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar
pengaruh sebab akibat tersebut. Eksperimen dilakukan dengan cara
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada suatu objek penelitian dengan
menggunakan parameter kontrol untuk perbandingan. Eksperimen yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah membuat simulasi kestabilan lereng
dengan perubahan parameter kohesi (c) untuk mencapai angka faktor
keamanan (Fs) yang diinginkan, yaitu pada saat terjadi gerakantanah. Dari
hasil simulasi dapat diketahui metode yang cukup efektif dalam
penanggulangan gerakantanah pada lokasi penelitian.
2.3. Metode Analisis Kestabilan Lereng
Analisis kestabilan lereng di daerah Perumahan Bukit Manyaran
Permai, Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati, Semarang dengan
menggunakan metode Bishop yang dihitung secara komputasi dengan
software GeoStudio 2004. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Merupakan data pokok yang dipakai untuk analisis kestabilan lereng.
Data primer ini merupakan data yang digunakan sebagai input data ke
dalam software GeoStudio 2004. Data-data tersebut antara lain :
a. Sifat Geoteknis Material yang diperlukan dalam analisis kestabilan
lereng dengan menggunakan software GeoStudio 2004 adalah sudut
geser dalam (ϕ), kohesi (c), dan berat isi (γ). Data ini diperoleh dari
hasil uji laboratorium yang dilakukan terhadap sampel yang diambil
dari lokasi penelitian.
b. Desain Lereng yang digunakan untuk analisis kestabilan lereng dengan
menggunakan software GeoStudio 2004 adalah data geometri lereng
4
meliputi sudut kemiringan dan tingii lereng. Data ini diperoleh dari
pengukuran secara langsung di lapangan yang selanjutnya dibuat sketsa
dan desainnya.
c. Kondisi Bawah Permukaan yang diperlukan sebagai input Key In
Materials menggunakan software GeoStudio 2004 adalah lapisan
batuan yang ada pada lereng. Data ini diperoleh dari deskripsi hasil
pemboran inti pada 12 titik lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Merupakan data penunjang dari data primer yang sudah ada. Data
sekunder yang diperlukan pada penelitian ini adalah kondisi geologi yang
digunakan untuk analisis kestabilan lereng. Data geologi yang digunakan
adalah material pembentuk lereng, bidang diskontinuitas dan perlapisan,
tingkat intensitas pelapukan dan sejarah dari keruntuhan sebelumnya. Data
ini diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan Peta Geologi
Regional Semarang dan Sekitarnya (R.E. Thanden, dkk., 1996).
5
BAB III
TAHAPAN PENELITIAN
6
b. Perkiraan bentuk dan posisi bidnag gelincir
c. Faktor keamanan (Fs)
3.3. Tahap Penyelesaian - Tahap Pasca Lapangan
Integrasi antara hasil pengolahan data, penyelidikan lapangan, uji
laboratorium serta data-data sekunder dan kajian pustaka, kemudian
dilakukan simulasi untuk mencapai nilai faktor keamanan (Fs) pada sebelum
dan setelah terjadi gerakantanah menggunakan software GeoStudio 2004,
dengan menggunakan parameter kontrol kohesi (c). Interpretasi dilakukan
dengan membandingkan nilai faktor keamanan dan kohesi setelah
dilakukannya simulasi untuk menanggulangi gerakantanah pada lokasi
penelitian. Kemudian didapatkan metode yang paling efektif dalam upaya
penanggulangan gerakantanah pada daerah penelitian.
7
BAB IV
HASIL PENELITIAN
8
berdasarkan kenampakan yang terdapat di lapangan, ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya gerakantanah, diataranya sebagai berikut :
1. Keadaan tanah/batuan daerah penelitian
Tanah/batuan daerah penelitian berupa lempung dan pasir lempungan.
Kedua material tersebut merupakan tanah residual yang bersifat lepas-
lepas dan dapat menyimpan air, menyebabkan air mudah masuk dalam
material tersebut dan semakin lama menjadikan material tersebut semakin
jenuh air dan menekan. Didukung material lepas tersebut menumpang
diatas batulempung yang bersifat keras dan kedap air pada kedalaman 6-10
meter.
2. Infiltrasi air hujan ke dalam lereng
Daerah penelitian merupakan salah satu daerah yang memiliki intensitas
hujan termasuk ke dalam kategori cukup tinggi, berdasarkan Tabel Data
Curah Hujan Tahunan Kota Semarang dan Peta Evaluasi Curah Hujan
pada Bulan Mei 2009. Hal ini menyebabkan material banyak menyerap air
dan menyebabkan daya dorong air terhadap permukaan lereng menjadi
pemicu terjadinya gerakantanah.
3. Pola penggunaan lahan dan tanaman sekitar
Daerah penelitian yang merupakan daerah perumahan dengan jumlah
penduduk yang cukup padat. Adanya hal tersebut maka akan terjadi
pembebanan yang kemudian akan menambah beban dan meningkatkan
tegangan vertikal lereng ke arah bawah yang mengakibatkan gaya
penggerak lebih besar dibandingkan gaya penahan sehingga hal ini dapat
mendorong terjadinya gerakantanah.
9
geolistrik, sondir, pengeboran inti, dan pengamatan yang dilakukan secara
langsung di lapangan. Parameter tersebut antara lain :
a. Penampang melintang lereng
Penampang yang menggambarkan keadaan geometri lereng sebenarnya di
lapangan dan digambarkan dalam bentuk koordinat dan juga
menggambarkan kondisi dari lapisan batuan bawah permukaan pada
lereng.
b. Muka airtanah
Merupakan parameter yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng. Muka
airtanah ini menunjukkan kedalaman airtanah terhadap permukaan lereng.
Muka airtanah pada dearah penelitian berada pada kedalaman 3 meter.
c. Sifat geoteknis material
Dari hasil pengeboran inti didapat :
Pasir lempungan : Sudut geser dalam (ϕ) = 22,3°
Kohesi (c) = 2,3 kPa
Berat isi = 16 kN/m3
Batulempung : Sudut geser dalam (ϕ) = 26°
Kohesi (c) = 40 kPa
Berat isi = 17 kN/m3
10
Gambar 4.1. Analisis kestabilan lereng sebelum gerakantanah
11
keamanan (Fs) yang bisa dikategorikan kedalam titik aman yaitu ≥
1,5.
12
Simulasi yang dilakukan dengan software Geoslope 2004,
menghasilkan data sebagai berikut :
13
Simulasi diatas menunjukkan bahwa perubahan dari parameter kohesi
tersebut yang mencapai nilai faktor keamanan lebih dari 1,500 yaitu sebesar
1,532 dengan peningkatan nilai kohesi sebesar 5,5 kPa. Maka, dalam
menanggulangi gerakantanah di daerah penelitian dengan perkuatan tanah
untuk meningkatkan nilai kohesi (c) dari 2,3 kPa menjadi 7,8 kPa, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam titik aman.
4.5. Penentuan Metode Penanggulangan Gerakantanah
Berdasarkan dari analisis kestabilan lereng dengan melakukan simulasi
dari perubahan parameter kohesi (c), maka dapat diketahui besaran perubahan
dari nilai faktor keamanan (Fs) yang dapat menjadikan lereng dikategorikan
aman. Dari hasil simulasi yang dilakukan dapat diketahui perubahan
parameter kohesi mencapai faktor keamanan sebesar 1,532 kPa.
Berdasarkan hasil simulasi dan penyelidikan lapangan, didapatkan
beberapa metode untuk penanggulangan gerakantanah antara lain :
1. Mengubah Geometri Lereng
- Melandaikan Kemiringan Lereng
- Pembuatan Trap-trap/bangku/teras (benching)
2. Pengendalian Air
3. Penanaman Vegetasi
4. Sementasi (Grouting)
Dari analisa kelebihan dan kekurangan beberapa metode diatas,
didapatkan metode yang efektif untuk penanggulangan gerakantanah di
Perumahan Bukit Manyaran Permai, yaitu dengan metode sementasi
(Grouting) dan sebagai metode pembantu yaitu dengan pengendalian air
permukaan. Metode pengendalian air ini kemungkinan bisa dilakukan dan
cukup efektif dalam menanggulangi gerakantanah pada daerah penelitian
yaitu dengan mengendalikan air permukaan yaitu dengan cara membuat
saluran air (gorong-gorong) yang dibuat secara horizontal memotong lereng.
Metode sementasi (Grouting) ini dapat meningkatkan nilai kohesi tanah yang
merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya gerakantanah pada daerah
penelitian.
14
DAFTAR PUSTAKA
15