Anda di halaman 1dari 8

KOMENTAR JURNAL

AKUNTANSI FORENSIK

Disusun Oleh:
MUHAMMAD RUSYDI AZIZ
NIM. 166020310111022

Dosen:
Achmad Zaky, SE.,MSA.,Ak.,SAS.,CMA

JOINT PROGRAM AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KOMENTAR AUDIT FORENSIK
1. Application of Beneish M-Score Models and Data Mining to Detect Financial Fraud
Tarjo dan Herawati (2015) meneliti pengaplikasian Model Beneish M-Score dan Data
Mining untuk mendeteksi kecurangan keuangan. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menganalisis kemampuan Beneish M-Scored dalam mendeteksi kecurangan keuangan. Objek
penelitian disini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan fraud berdasarkan Otoritas
jasa keuangan pada perode 2001-2014. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan model Beneish M-Score mampu untuk mendeteksi kecurangan keuangan.
Sedangkan secara parsial, indeks margin kotor, indeks depresiasi, indeks beban penjualan dan
admin umum, dan total akrual secara signifikan mampu untuk mendeteksi kecurangan
keuangan. Sedangkan indeks penjualan, indeks kualitas aset, dan indeks leverage secara
statistik tidak berpengaruh signifikan dalam mendeteksi fraud. Melihat hasil penelitian ini,
menurut saya Beneish M-Score ini dapat menjadi sebuat alat yang bisa digunakan bagi auditor,
pemerintah, mahasiswa, maupun pihak lain sebagai dasar awal mengetahui apakah perusahaan
ini terindikasi kecurangan laporan keuangan. Meskipun alat ini mampu untuk mendeteksi
kecurangan keuangan, tetap saja alat ini belum bisa menjadi media utama untuk menentukan
perusahaan tertentu melakukan kecurangan atau tidak. Hal itu dikarenakan karena ada beberapa
bagian dari beneish M-score yang tidak memberikan hasil yang signifikan seperti indeks
penjualan dan lain sebagainya. Meskipun begitu, M-score tetap bisa digunakan dan dapat
mempermudah pekerjaan terutama pekerjaan auditor.
Tarjo dan Herawati, Nurul. 2015. Application of Beneish M-Score Models and Data Mining to
Detect Financial Fraud. Social and Behavioral Science. Volume 211. Hal. 924-930. Diakses
28 September 2016

2. Catch the “Warning Signals”: The Fight against Fraud and Abuse in Non-Profit
Organizatioins
Arshad dkk. (2015) menyatakan dalam jurnalnya bahwa Fraud tidak hanya terjadi pada
organisasi orientasi laba, namun juga sering terjadi pada organisasi nirlaba (NPO atau non
profit organization). Padahal NPO bergerak di bidang amal dan kedermawanan, namun
kenyataan yang terjadi tidak menutup kemungkinan terjadinya Fraud di NPO. Jurnal yang di
kemukakan oleh Arshad dkk. (2015) memberikan kontribusi dalam bentuk sinyal peringatan
atas kecurangan dan penggelapan dalam NPO sehingga dapat meminimalisir keterjadian
kecurangan dan penggelapan dalam NPO. Selain itu, jurnal ini juga memberikan kontribusi
dalam membangun serta implementasi manajemen risiko yang efektif melalui pendekatan
berbasis risiko dan perspektif efektivitas dewan pengawas dalam melindungi NPO sehingga
tidak menjadi korban kecurangan dan penggelapan. Warning Signal disini sebagai indikasi
bahwa sesuatu yang tidak biasa telah terjadi sehingga dikhawatirkan dapat menuju ke praktik
kecurangan maupun penggelapan. Menurut saya, penggunaan “Warning Signals” sebagai
upaya untuk melindungi NPO dari praktik kecurangan dan penggelapan sangat bagus. NPO
diharapkan bisa mengidentifikasi apa saja “Warning Signal” yang bisa menuntun kepada
kemungkinan kecurangan dan penggelapan sehingga NPO bisa mengambil langkah untuk
menghindari kecurangan maupun penggelapan tersebut. Meskipun begitu, jurnal ini memiliki
kelemahan yaitu penggunaan “Warning Signal” disini masih belum diuji secara empiris atau
dengan kata lain belum terbukti dengan kenyataan yang sebenarnya. Sehingga perlu ada
penelitian yang menjawab pertanyaan apakah “Warning Signal” mampu untuk membantu NPO
untuk mengatasi permasalahan kecurangan dan penggelapan.
Arshad, R., Razali, W. A. A. W. M., Bakar, N. A. 2015. Catch the “Warning Signals”: The
Fight against Fraud and Abuse in Non-Profit Organizatioins. Procedia Economics and
Finance. Volume 28. Hal. 114-120. Diakses 28 September 2016

3. Detecting and Preventing Fraud with Data Analytics


Banarescu (2015) dalam jurnalnya Detecting and Preventing Fraud with Data
Analytics menjelaskan berbagai cara serta berbagai alat yang digunakan dalam menganalisis
Fraud. Hal ini penting karena Fraud pasti selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Jurnal
tersebut menjelaskan berbagai metode seperti data mining, Risk Analysis, Statistical Analysis,
dan sebagainya yang mana Adrian (2015) menjelaskan berbagai kelebihan serta kelemahan.
Selain itu, Banarescu (2015) dalam jurnalnya juga menjelaskan berbagai alat yang digunakan
untuk menganalisis Fraud seperti Microsoft Excel, Microsoft Access, SAP, ACL, dan lain
sebagainya yang mana penggunaan Microsoft Excel paling banyak di organisasi di dunia. Inti
dari jurnal Banarescu (2015) adalah bukan untuk menunjukkan salah satu metode analisis
Fraud merupakan metode terbaik atau salah satu alat analisis Fraud merupakan alat terbaik,
akan tetapi Banarescu (2015) dalam jurnalnya bertujuan untuk menyemangati para manajemen
untuk melawan segala bentuk Fraud dengan memberikan berbagai opsi metode maupun alat
yang dapat digunakan untuk melawan Fraud itu sendiri. Menurut saya, isi dari jurnal ini sudah
sangatlah bagus yang mana jurnal ini memberikan berbagai metode serta alat yang dapat
digunakan untuk menganalisis Fraud serta memberikan kelebihan dan kelemahan atas metode
yang ada sehingga jurnal ini memberikan banyak manfaat terutama bagi para manajemen.
Namun, menurut saya jurnal ini kurang secara jelas memberikan masukan pada saat kapan
sebaiknya menggunakan metode tertentu dan pada saat kapan sebaiknya menggunakan aplikasi
tertentu untuk menganalisis Fraud. Selain itu, penggambaran metode analisis Fraud kurang
secara jelas digambarkan dalam jurnal ini.
Banarescu, Adrian. 2015. Detecting and Preventing Fraud with Data Analytics. Procedia
Economics and Finance. Volume 32. Hal. 1827-1836. Diakses 28 September 2016

4. Effectiveness of Fraud Prevention and Detection Techniques in Malaysian Islamic


Banks
Penelitian Rahman dan Anwar (2014) betujuan untuk memberikan wawasan pada
persepsi bankir kepada keefektifan teknik pencegahan dan deteksi kecurangan di Bank Islam
Malaysia. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kuesioner yang diberikan
kepada manajer dan petugas bank Islam di Malaysia. Rahman dan Anwar (2014) menyatakan
bahwa meskipun Bank Islam di Malaysia sudah berbasiskan Islam, namun tetap saja peluang
untuk terjadi kecurangan masih ada. Hasil penelitian menyatakan bahwa rekonsiliasi bank,
perlindungan password, dan tinjauan serta pengembangan internal kontrol adalah teknik yang
paling efektif secara independen dalam melindungi Bank Islam di Malaysia dari praktik
kecurangan. Menurut saya, jurnal ini sudah cukup bagus dalam memberikan berbagai opsi
pengendalian yang dapat dilakukan Bank Syariah di Malaysia untuk mengatasi permasalahan
Fraud. Selain itu dari segi pendahuluan, jurnal ini juga memberi informasi keadaan sebenarnya
apakah di Bank Syariah Malaysia telah terjadi berbagai kasus kecurangan sehingga pernyataan
“Fraud juga terjadi pada Bank Islam Malaysia yang bahkan menggunakan sistem syariah
dalam pelaksanaannya” menjadi pernyataan yang lebih kuat karena terdapat kondisi nyata yang
terjadi. Namun, dari segi pengumpulan data, menurut saya sebaiknya juga menyertakan data
berupa wawancara untuk memperkuat hasil penelitian. Dengan wawancara, peneliti lebih bisa
mengetahui persepsi lebih mendalam mengenai persepsi baik manager maupun petugas bank
Islam di Malaysia mengenai keefektifan teknik deteksi dan pencegahan kecurangan serta apa
saja kendala dalam mewujudkan teknik-teknik tersebut.
Rahman, R. A. dan Anwar, I. S. K. 2012. Effectiveness of Fraud Prevention and Detection
Techniques in Malaysian Islamic Banks. Social and Behavioral Science. Volume 145. Hal. 97-
102. Diakses 28 September 2016

5. Forensic Accounting Training: A Proposal for Turkey


Akyel (2012) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa perlunya akuntansi forensik dalam
kegiatan keuangan saat ini terlebih lagi sekarang globalisasi dan perkembangan terutama di
bidang bisnis sangat pesat yang menyebabkan reliabilitas dari aktifitas keuangan menjadi
penting secara signifikan. Dengan adanya Akuntansi Forensik ini terutama di Turki diharapkan
mampu memberikan bantuan dalam hal akuntansi. Aykel (2012) menjelaskan berbagai model
pelatihan yang diajukan dalam jurnalnya mengenai akuntansi forensik. Menurut saya, model
pelatihan yang disampaikan sudah sangatlah lengkap sebagai proposal seperti mengapa
dibutuhkan akuntan forensik? Kemampuan apa saja yang dibutuhkan akuntan forensi? Dimana
saja area kerja akuntan forensik? Dan lain sebagainya. Saran atas langkah yang harus ditempuh
juga disertakan dalam jurnal sehingga pemerintah Turki mengerti apa yang harus dilakukan
untuk menciptakan para akuntan forensik. Namun, kekurangan dalam jurnal ini adalah
kurangnya contoh empiris bahwa Turki memang benar-benar membutuhkan akuntan forensik
dalam kegiatan bisnis di negara Turki. Contoh empiris disini maksudnya seperti kejadian-
kejadian Fraud maupun penggelapan yang dilakukan pada sektor bisnis sehingga untuk
mengatasi hal ini diperlukan akuntan forensik. Contoh empiris yang disebutkan dapat
meningkatkan urgensi serta alasan mengapa akuntan forensik benar-benar diperulakan di
Turki.
Aykel, Nermin. 2012. Forensic accounting training: A proposal for Turkey. Social and
Behavioral Science. Volume 55. Hal. 77-86. Diakses 28 September 2016

6. Fraud Detection and Prevention Methods in the Malaysian Public Sector: Accountants’
and Internal Auditors’ Perceptions
Othman dkk. (2015) dalam jurnalnya mengidentifikasi metode-metode yang digunakan
untuk mendeteksi serta mencegah kecurangan dan korupsi dalam ranah sektor publik di
Malaysia dengan menggunakan persepsi akuntansi melalui kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mekanisme pencegahan serta deteksi fraud yang paling efektif adalah
audit operasional, komite audit yang diperkuat, kontrol internal yang ditingkatkan,
implementasi kebijakan pelaporan kecurangan, rotasi staf, hotline kecurangan, dan akuntan
forensik. Menurut saya, jurnal ini sangat detail daam memberikan pencegahan serta deteksi
pada kecurangan. Tidak hanya itu, jurnal ini juga memberikan teknologi-teknologi apa saja
yang digunakan dalam mengatasi kecurangan sehingga dapat menjadi contoh di perusahaan
lain bahkan di negara lain meskipun hasil penelitian belum tentu berbeda. Tidak hanya itu,
jurnal ini juga menilai kesadaran responden atau praktik kecuranganSelain itu, data tidak hanya
berbentuk kuesioner, namun juga berbentuk wawancara sehingga peneliti bisa mengetahui
secara langsung atas apa yang terjadi di lapangan. Namun, meskipun penelitian ini memberikan
saran kepada pemerintah, saran yang diberikan serasa masih belum jelas karena sebatas
memberikan “perintah” namun tanpa cara atau langkah-langkah efektif yang mungkin bisa
diapliasikan pemerintah dalam mewujudkan kebijakan whistle-blowing, hotline kecurangan,
dan akuntan forensik.
Othman, R., Aris, N. A., Mardziyah, A., Zainan, N., Amin, N. M. 2015. Fraud Detection and
Prevention Methods in the Malaysian Public Sector: Accountants’ and Internal Auditors’
Perceptions. Procedia Economics and Finance. Volume 28. Hal. 59-67. Diakses 28 September
2016

7. Perceived “Tone From the Top” During a Fraud Risk Assessment


Rubasundram (2015) dalam jurnalnya menyatakan bahwa pada tahun terakhir
mekanisme kontrol dan pemerintahan yang baik meningkat secara signifikan karena jumlah
pada kegagalan industri kalangan atas yang disebabkan tindakan curang oleh top management.
Jurnal ini menganalisis pentingnya dukungan manajemen yang dirasakan dan dampaknya pada
budaya organisasi pada penilaian risiko kecurangan dengan menggunakan action research.
Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa pada penilaian awal, kemungkinan kecurangan yang
melibatkan top executive sangatlah besar atau sering disebut dengan white collar crime.
Pemasangan kontrol internal untuk mencegah tindakan curang dalam organisasi hanya bisa
efektif saat “nada dari atas” atau “tone from the top” kuat. Hal itu dikarenakan top executif
memiliki kemampuan atas hak akses, hak pembuatan keputusan, dan lain sebagainya. Hal itu
diperkuat dengan kurangnya komitmen dari karyawan untuk mengembangkan perusahaan
menjadi lebih baik sehingga segala keputusan dari pihak atas akan selalu diterima. Oleh karena
itu perlunya peran dari manajer dan karyawan lainnya untuk proaktif dalam melawan
keputusan yang tidak etis yang mana bisa membawa ke tindakan curang. Menurut saya,
penelitian ini sangat fokus sekali pada white collar crime yang dilakukan oleh top executive
yang dihubungkan kepada team penilaian risiko kecurangan. Penulis menjelaskan secara detail
bagaimana hubungan team penilai risiko kecurangan ini dengan istilah tone from the top.
Peneliti juga memberikan solusi atas kasus white collar crime yang terjadi melalui fraud risk
assessment, meskipun solusi yang diberikan masih kurang jelas dan kebanyakan hanya
mengacu pada fraud risk assessment.
Rubasundram, G. A. 2015. Perceived “Tone From the Top” During a Fraud Risk Assessment.
Procedia Economics and Finance. Volume 28. Hal. 102-106. Diakses 28 September 2016

8. The Legal Overview on Falsification, Fraud and Forgery


Hadi dkk. (2015) dalam jurnalnya menyatakan bahwa pemalsuan dokumen, pemalsuan
tanda tangan, dan kecurangan dikategorikan sebagai white colour crime. Pemalsuan dokumen
dan tanda tangan merupakan mekanisme untuk melakukan kecurangan. Pemalsuan
(falsification) berdasarkan seksi 477a Penal Code adalah tindakan menghancurkan, mengubah,
memutilasi, atau memalsukan dokumen asli. Dalam konteks akuntansi, pemalsuan berkenaan
dengan pemalsuan akuntansi yang mana adalah pemalsuan, penyembunyian, atau pengancuran
catatan. Setiap pelaku tindakan curang memiliki niat yang menjadikannya sebagai unsur dari
kecurangan, pemalsuan dokumen dan tanda tangan. Dalam bidang reformasi hukum,
Standarisasi kerangka hukum harus dilakukan untuk menghindari kebingungan hukum dan
kontradiksi. Standar yang diusulkan adalah untuk memperkenalkan ketentuan baru di bawah
Penal Code. Untuk tujuan penyelidikan, pengaturan unit "white color crime" yang khusus
dalam kejahatan keuangan diidentifikasi harus ditetapkan. Ini termasuk dengan memberikan
lebih banyak kekuatan melalui hukum baik untuk mengakses dan mengumpulkan bukti-bukti
untuk tujuan penuntutan. Dengan demikian, bantuan timbal balik antara berbagai instansi harus
efektif dilakukan untuk memenuhi kebutuhan untuk penyelidikan. Menurut saya, peneliti
dengan jelas menjelaskan tinjauan hukum dari pemalsuan dokumen dan tanda tangan serta
perilaku kecurangan dengan begitu tujuan jurnal sendiri yaitu, memeriksa elemen-elemen,
kontradiksi dan tujuan untuk membentuk kembali standarisasi aspek fakta pada klaim kriminal
maupun sipi berdasarkan pada kasus hukum yang dilaporkan, dapat terjawab. Namun, menurut
saya, mungkin sebaiknya diberi kesimpulan atas jurnal sehingga pembaca lebih mudah
memahami jurnal.
Hadi, K. A. A., Paino, H., Pauzi., S. F. M. 2015. The Legal Overview on Falsification, Fraud
and Forgery. Procedia Economics and Finance. Volume 31. Hal. 581-586. Diakses 28
September 2016

9. The Model of Fraud Detection in Financial Statements by Means of Financial Ratios


Kanapickiene dan Grundiene (2015) melakukan analisis rasio keuangan sebagai salah
satu metode yang mudah untuk mendeteksi kecurangan. Jurnal ini menggunakan rasio laba
kotor terhadap penjualan (GP/SAL) dan rasio laba kotor terhadap total aset (GP/TA). Penelitian
ini menganalisis 40 tindakan curang pada laporan keuangan dan menganalisis 125 tindakan
tidak curang pada laporan keuangan. Tujuan penelitian adalah untuk membedakan rasio
keuangan, nilai yang mana bisa menjadi mengindikasi kecurangan dalam laporan keuangan.
Hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyak kasus, frauddialkukan untuk menunjukkan bahwa
perusahaan tetap berkembang dan memenuhi kondisi kewajiban. Analisis teoritis menunjukkan
bawah rasio profitabilitas, likuiditas, aktivitas, dan struktur dianalisa paling banyak. 51 rasio
keuangan diinvestigasi selama penelitian empiris. Rasio keuangan, nilai yang mana dapat
mengindikasi tentang kecurangan dalam laporan keuangan dibedakan. Sebuah model regresi
logistik dibentuk untuk mempredisksi fraud dalam laporan keuangan pada basil rasio
keuangan. Model yang di desain dapat digunakan oleh pengguna eksternal atas informasi
laporan keuangan saat membuat keputusan untuk investasi dan penilaian perusahaan. Menurut
saya, jurnal ini kurang menjelaskan pada hasil penelitian. Tidak hanya hasil penelitian,
kesimpulan yang di dapat masih terasa secara umum bukan kesimpulan atas rasio-rasio yang
digunakan seperti GP/SAL maupun GP/TA.
Kanapickiene, R., Grundiene, Z. 2015. The Model of Fraud Detection in Financial Statements
by Means of Financial Ratios. Social and Behavioral Sciences. Volume 213. Hal. 321-327.

10. Assessing Fraud Risk Factors of Assets Misappropriation: Evidences from Iranian
Banks
Nia dan Said (2015) menyatakan bahwa kasus penyalahgunaan Aset di industri
perbankan Iran sedang berada pada tingkat yang mengkhawatirkan sejak dekade terakhir yang
mana menyebabkan banyak bank kolaps dan banyak dana investor serta depositor
terperangkap. Hal tersebut disebabkan karena praktik penyalahgunaan aset yang lazim untuk
dilakukan terutama pada industri jasa keuangan yang mana hal tersebut lazim dilakukan oleh
karyawan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pandangan lebih dalam
mengenai alasan kejahatan yang memengaruhi aset oleh karyawan bank di Iran. Penelitian
menggunakan metode kuantitatif dan memakai kuesioner yang disebar kepada karyawan bank
di Iran. Hasil yang didapatkan adalah memang sebagian besar karyawan melakukan
kecurangan dalam penyalahgunaan aset dan merasa hal tersebut biasa saja. Dari sini bisa dilihat
bahwa persepsi atas kecurangan masih sangatlah kecil sehingga karyawan merasa tidak
bersalah atau biasa saja dan merasa bukan tindakan yang salah. Akibatnya, banyak industri
terutama di jasa keuangan yaitu perbankan di Iran menderita kerugian yang besar karena
kecurangan atas penyalahgunaan aset. Oleh karena itu perlu peran pemerintah dan indsutri jasa
keuangan untuk memperbaiki persepi karyawan atas penggunaan aset. Menurut saya,
penelitian ini bagus dalam memberikan hasil yang mampu menjawab mengapa permasalahan
terjadi. Namun ada beberapa kelemahan yaitu kurang memberikan saran yang tepat atas
permasalahan yang terjadi. Selain itu penggunaan metode wawancara sangat diperlukan untuk
memperlengkap informasi atas kondisi yang terjadi. Dan juga penulis sebaiknya memberikan
saran untuk mengatasi hal seperti ini terutama atas penyalahgunaan aset yang disebabkan
karena persepsi dari karyawan bank di Iran.
Nia, E. H., Said, J. 2015. Assessing Fraud Risk Factors of Assets Misappropriation: Evidences
from Iranian Banks. Procedia Economics and Finance. Volume 31. Hal. 919-924.
PERTANYAAN
1. Dalam sebuah kasus korupsi? Selain pelaku, pihak mana saja yang bisa ikut terkena
jeratan hukum? Dan hukum mana yang bisa menjerat pihak yang bukan pelaku
tersebut?
2. Adakah batas terakhir atas pelaporan atau kasus tindak korupsi?
3. Apa yang menjadi kendala utama dalam sebuah kasus korupsi di Indonesia?
4. Apa pertimbangan-pertimbangan yang menyebabkan hukuman mati atau tindak
korupsi tidak berlaku di Indonesia?
5. Apa yang harus dilakukan pihak KPK maupun pihak lain jika hasil korupsi disimpan di
negara yang tidak menjalin hubungan keamanan seperti Swiss?

Anda mungkin juga menyukai