Anda di halaman 1dari 15

Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi dan

Efeknya Terhadap Kinerja Organisasi

Ahyar Yuniawan
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro
E-mail: ahyar_yuniawan@yahoo.com

ABSTRACT
The study aims to evaluate the university service orientation as social variable, to empirically test its
relationship to organizational performance measures and to provide managerial implications. The premise
behind the study is that service-oriented organizations choosing to emphasize service excellence as a
valueadded deliverable will perform significantly better than organizations that do not possess this
orientation. The study employes a survey method and uses a proportional random sampling as sampling
technique. The results of the study confirm that service orientation increases business performance and
employee service outcomes; employee service outcomes increases business performance, and the total effects
of service orientation increases employee service outcomes.

Keywords: Service orientation, organizational culture, employee service outcomes, and business
performance.

PENDAHULUAN mendukung dan menghargai perilaku penyampaian


layanan yang menciptakan dan memberikan layanan
Kinerja organisasi adalah kompleks dan merupa- prima (Lytle et al., 1998). Terdapat perhatian yang
kan fungsi dari banyak variabel. Sebuah variabel meningkat dalam riset orientasi layanan karena hal ini
multifacet yang terus mendapat perhatian dari akade- menjadi faktor penentu dalam penciptaan layanan
misi dan profesional bisnis adalah orientasi organisasi. pelanggan superior dan nilai pelanggan. Keluaran-
Meskipun sulit untuk dikonseptualisasi dan diukur, keluaran organisasional seperti profit, pertumbuhan,
orientasi organisasi secara langsung mempengaruhi kepuasan pelanggan, kepuasan dan loyalitas karya-
kinerja organisasi. Orientasi organisasi, khususnya wan diakui sebagai keluaran orientasi layanan
orientasi layanan, telah terbukti memiliki pengaruh organisasional (Albrecht & Zemke, 1985; Heskett et
signifikan pada kinerja organisasi (Homburg et al., al., 1997; Henkoff, 1994; Johnson, 1996; O’Connor
2002.; Kohli & Jaworski, 1990; Narver & Slater, & Shewchuk, 1995; Rust et al., 1996; Sasser & Jones,
1990; Lytle et al., 1998; Lytle et al., 2000). Orientasi 1995; Schneider & Bowen, 1995).
layanan dikonseptualisasikan sebagai predisposisi Sebagai gambaran untuk mencapai prestasi
organisasi, preferensi atau afinitas organisasional internasional, perguruan tinggi perlu secara aktif
strategik untuk layanan prima. mempersiapkan data dan menginformasikan data
Rencana organisasi berbasis layanan, keterlibat- tersebut ke lembaga pemeringkat universitas tingkat
an proaktif dan menghargai praktek-praktek penyam- internasional. Hal tersebut menjadi sangat penting
paian layanan, proses dan prosedur yang merefleksi- sehingga lembaga-lembaga tersebut dapat mengetahui
kan keyakinan bahwa keprimaan layanan adalah keberadaan universitas tertentu. Data-data akurat yang
suatu prioritas strategik dan bahwa layanan ber- perlu disiapkan. Misalnya, data jumlah mahasiswa
dampak signifikan dalam penciptaan nilai superior, domestik dan asing yang belajar di perguruan tinggi
kepuasan pelanggan, keunggulan kompetitif, per- tertentu yang ada di Indonesia karena hal tersebut
tumbuhan dan profitabilitas. Orientasi layanan dapat menunjukkan gambaran tentang daya tarik perguruan
dipandang sebagai respon strategis terhadap untuk tinggi tertentu di masyarakat internasional. Di Undip,
intelijensi pasar–cara tertentu dalam implementasi jumlah mahasiswa asing yang belajar ada yang
konsep pemasaran, bersaing dengan penggunaan berasal dari negara-negara di Asia tenggara, Korea,
layanan prima untuk meningkatkan nilai pelanggan Jepang dan Afrika, dan bahkan, dari Amerika Serikat.
dan keunggulan kompetitif. Hal lain yang tidak kalah penting untuk diinformasi-
Dalam studi ini, orientasi layanan organisasional kan adalah kegiatan riset dan pendanaannya
didefinisikan sebagai suatu serangkaian kebijakan, (nasional/internasional) karena menunjukkan sebe-
praktek, dan prosedur organisasi yang ditujukan untuk rapa besar minat perguruan tinggi untuk menghasil-

46
Yuniawan: Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi 47

kan temuan-temuan penelitan yang memiliki manfaat tronik dari berbagai sumber yaitu SpringerLink,
yang tinggi bagi masyarakat. Juga, inisiatif untuk ScienceDirect (Elsevier). Jurnal-jurnal tersebut untuk
terus mengembangkan diri menjadi perguruan tinggi melengkapi e-jurnal yang telah ada sebelumnya yaitu
yang berkualitas. Informasi lain yang berkaitan Proquest. Seluruh jurnal yang ada dapat diakses
dengan sarana penunjang kehidupan akademik juga langsug (fulltext) melalui jaringan internet di ling-
menjadi bahan penilaian yang cukup penting di mana kungan Undip. Selain itu, terdapat beberapa indikator
dana yang disiapkan memang untuk kepentingan konkrit yang dipergunakan untuk kepentingan
pengembangan pepustakaan dan akses terhadap jurnal penilaian pemeringkatan, misalnya yang digunakan
internasional. oleh Quality Standardization (QS). Indikator yang
Lembaga pemeringkatan universitas juga mem- digunakan adalah melihat kualitas hasil penelitian
punyai konsentrasi dan penilaian yang sangat tinggi (dalam hal aktualitas, nilai manfaat hasil penelitian),
tentang kualitas lulusan Undip. Indikator yang kualitas lulusan (dalam hal kemampuan atau kemu-
digunakan adalah jumlah masa tunggu sampai lulusan dahan mendapatkan pekerjaan), pengamatan inter-
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar nasional berupa penilaian dari lembaga internasional
belakang pendidikan. Semakin singkat masa tunggu lainnya serta kualitas internal proses belajar mengajar.
semakin baik kualitas lulusan dari perguruan tinggi Meskipun telah masuk dalam jajaran world class
tersebut karena memiliki daya tarik yang tinggi di university dimana sudah banyak fakultas-fakultas
pasar tenaga kerja. Selain lulusan, iklim belajar di yang ada di Undip masuk dalam peringkat 400 dunia,
perguruan tinggi ketika mahasiswa menempuh studi Undip tetap akan terus menerus mengejar dan
juga mempengaruhi penilaian, misalnya dalam hal menaikkan peringkat, karena pada periode yang lain
rasio mahasiswa dan dosen untuk setiap kelas karena mengalami penuruan peringkat dan keluar dari
akan mampu menggambarkan tentang potensi efek- peringkat 500 dunia.
tifitas pembelajaran dalam kelas. Dosen yang meng- Gambaran tersebut memberikan petunjuk bahwa
ajar dengan jumlah mahasiswa yang banyak bahkan perubahan orientasi organisasional (dalam hal ini
melebihi standar rasio yang baik, akan membuat orientasi layanan) dapat memengaruhi kinerja organi-
materi perkuliahan tidak begitu mudah dipahami dan sasi. Hanya saja, hingga saat ini masih sedikit riset
diterima oleh mahasiswa. empiris yang berfokus ada pemahaman hubungan
Aspek lainnya adalah jumlah artikel yang kompleks antara orientasi pelayanan dan kinerja
dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional memiliki organisasi. Bahkan, riset-riset yang ada cenderung
nilai yang sangat signifikan dan memengaruhi mengukur dan menguji konstruk orientasi layanan
peringkat perguruan tinggi tertentu. Banyaknya tanpa memperhatikan secara serius konseptualisasi
publikasi internasional akan mempermudah penilai dan pengukurannya sebagai suatu elemen budaya
untuk mencari dan menemukan tentang perguruan organisasi. Orientasi organisasional pada dasarnya
tinggi yang akan dinilai. Pihak universitas harus dikonstruksi secara sosial karena tumbuh sebagai
secara aktif mendorong dan menstimulasi staf hasil interaksi antara organisasi dan anggotanya).
akademiknya untuk aktif menulis dan mengirimkan Tetapi, kebanyakan peneliti menilai dan mengukur
artikel ilmiah ke jurnal-jurnal internasional. Peman- orientasi layanan dengan menggunakan informan
faatan teknologi informasi menjadi sebuah keharusan tunggal pada level manajemen (Homburg et al., 2002;
untuk internasionalisasi perguruan tinggi. Website Kohli & Jaworski, 1990; Narver & Slater, 1990).
menjadi sarana komunikasi yang ampuh untuk Pendekatan ini membatasi dan menghalangi pema-
menginformasikan keberadaan perguruan tinggi ke haman yang lebih tepat mengenai suatu variabel
pihak luar. Saat ini, Undip terus menerus memberikan organisasional yang kompleks.
perhatian yang serius pada penataan website dari Studi ini masih melihat perlunya riset lebih jauh
tampilan sampai ke isi website. Penilaian dari untuk menilai/mengevaluasi dan menguji hubungan
lembaga pemeringkat pada website tidak harus antara orientasi layanan dan kinerja organisai agar
menggunakan Bahasa Inggris, karena meskipun dapat memberikan manfaat teoritis dan manajerial. Di
menggunakan Bahasa Indonesia yang dikemas dan samping itu, hingga saat ini masih sedikit riset empiris
disajikan dengan menarik akan mampu menaikkan yang berfokus ada pemahaman hubungan kompleks
ranking. Informasi yang berkaitan dengan mahasiswa antara orientasi pelayanan dan kinerja organisasi.
asing yang belajar di perguruan tinggi sebaiknya Secara spesifik, studi ini bertujuan untuk mengukur
ditonjolkan lebih serius dan dimunculkan lebih sering hubungan antara orientasi layanan dan level keluaran
sehingga meyakinkan penilaian itu sendiri. karyawan, mengukur hubungan antara orientasi
Dalam rangka peningkatan kapasitas Undip layanan dan bisnis/organisasi, serta mengukur
menuju World Class University, pada tahun 2009 hubungan antara keluaran layanan karyawan dan
telah diupayakan adanya penambahan jurnal elek- bisnis/organisasi.
48 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 1, MARET 2011: 46-60

KAJIAN TEORITIS Hipotesis

Variabel-Variabel Penelitian Ruang lingkup penelitian dan model umum


yang membawa kita untuk mengajukan dua asumsi
Model umum dipertimbangkan dalam penelitian dasar berikut mengenai orientasi pelayanan dan
ini dibentuk berdasarkan perspektif manajemen kinerja. Ruang lingkup dan kedalaman studi ini
kontingensi yang menganggap organisasi sebagai memberikan kesempatan unik untuk menyelidiki
elemen dari sistem terbuka dimana organisasi me- kompleksitas satu pertanyaan dasar: apakah orientasi
lakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan- pelayanan sebuah organisasi mempengaruhi bottom
nya (Aldrich, 1979; Katz & Kahn, 1966; Keats & line organisasi? Jika demikian, nilai tambah harus
Hitt, 1988; Pfeffer & Salancik, 1978). Bahkan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan
diasumsikan bahwa hasil-hasil kinerja, dan terutama, yang memilih untuk bersaing berdasarkan keung-
keunggulan kompetitif, organisasi mampu mem- gulan layanan. Karena itu, para peneliti menyakini
bantunya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan bahwa organisasi yang berorientasi layanan akan
lingkungannya-mangelola hubungan kritis antara lebih mungkin untuk mendapatkan keuntungan
variabel internal dan eksternal yang memperkuat kompetitif dengan menciptakan dan memberikan nilai
penciptaan berkelanjutan bagi nilai-nilai pelanggan pelanggan yang superior. Selain itu, sikap karyawan
yang superior (Day, 1990; Jaworski & Kohli, 1993; mempengaruhi persepsi pelanggan tentang kualitas
Narva & Slater, 1990). layanan. Hal ini terjadi terutama karena sikap
Orientasi layanan adalah independent variabel. karyawan mempengaruhi nilai karyawan yang pada
Studi ini mempertimbangkan variabel orientasi layan- akhirnya mempengaruhi nilai pelanggan (Chase
an sebagai suatu elemen iklim organisasi. Dengan &Bowen, 1991; Kohli & Jaworski, 1990). Dengan
demikian, variabel ini diuji sebagai hasil persepsi atas demikian, pengalaman karyawan mereka sendiri
penataan kebijakan-kebijakan, praktek-praktek dan dengan lingkungan layanan internal mempengaruhi
prosedur-prosedur atau karakteristik desain internal pengalaman layanan pelanggan secara keseluruhan
(Homburg et al., 2002). Orientasi layanan diukur
(Bowen et al., 1989). Hubungan ini ada untuk suatu
dengan instrument yang dikembangkan oleh Lytle et
alasan karena nilai persepsi pelanggan, yang me-
al. (1998). Skala pengukurannya terdiri dari 10
nuntun pada kinerja organisasi, sangat bergantung
dimensi, yakni: (1) kepemimpinan pelayan, (2) visi
sikap tentang kesaksian mereka terhadap penyedia
layanan, (3) perlakuan terhadap pelanggan, (4)
layanan (Crosby, 1991).
pemberdayaan karyawan, (5) pelatihan layanan, (6)
Penelitian yang dilaporkan oleh Jaworski &
penghargaan layanan, (7) pencegahan kegagalan
Kohli (1993) menunjukkan bahwa orientasi pelang-
layanan, (8) recovery kegagalan layanan atau service
gan mengarah ke rasa kebanggaan terikat kepada
failure recovery, (9) teknologi layanan, dan (10)
sebuah organisasi, dimana semua departemen dan
komunikasi standar layanan.
individu bekerja menuju tujuan bersama untuk
Keluaran organisasi secara luas dimodelkan
melayani pelanggan. Pencapaian hasil ini meng-
dalam hal jumlah hubungan antara variabel organisasi
hasilkan perasaan dalam karyawan untuk berbagi rasa
dan pasar spesifik (Bourgeois, 1980; Chakravarthy,
tentang pemberian kontribusi yang berharga, sebagai-
1982; Conant et al., 1990; Deshpande & Webster,
mana perasaan tingkat kepuasan kerja dan komitmen
1989; Hofstede et al., 1990; Pettigrew, 1979; Schein,
yang lebih tinggi terhadap organisasi (Kohli &
1985; Smircich, 1983). Keluaran organisasi didefinsi-
Jaworski, 1990). Selain itu, organisasi yang fokus
kan dalam hal kinerja bisnis (operasional/financial)
pelanggan memiliki karyawan yang sangat meyakini
dan keluaran karyawan (Venkatraman & Rama- tujuan dan nilai-nilai organisasi serta bersedia untuk
nujam, 1986). memberikan upaya yang besar atas nama organisasi
Keluaran karyawan. Para peneliti menyakini dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut untuk
bahwa organisasi layanan yang berorientasi pelang- mempertahankan keanggotaan organisasi (Deal &
gan akan memperoleh manfaat sosial dan psikologis Kennedy, 1982; Kelley, 1992; Schein, 1985).
yang baik (Kohli & Jaworski, 1990; Jaworski & Schneider et al. (1992) melaporkan bahwa keluaran
Kohli, 1993; Kelley, 1992; Schlesinger & Heskett, psikologis karyawan secara keseluruhan, seperti
1991). Pengujian atas manfaat-manfaat ini akan kepuasan kerja, secara signifikan yang berkaitan
menunjukkan seberapa efektif organisasi menunjuk- dengan gairah organisasi untuk memberikan pela-
kan kinerjanya dalam hal sikap-sikap karyawan yang yanan prima. Dengan demikian, para peneliti
menjadi bahan dasar yang digunkanan untuk meyakini bahwa orientasi layanan organisasional
menciptakan dan menyampaian layanan pelanggan akan berhubungan positif dengan keluaran psikologis
yang superior. karyawan. Literatur ini mendukung keyakinan bahwa
Yuniawan: Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi 49

hal ini pada gilirannya akan secara positif terkait Tabel 1. Proporsi Data Dosen dan Karyawan untuk
Penentuan Sampel
dengan kinerja karyawan, kepuasan pelanggan,
persepsi nilai pelanggan, dan kinerja bisnis pada Responden
Tenaga
Pro- Respon- Tenaga
akhirnya. Berdasarkan diskusi dan argumentasi yang Fakultas Dosen Kepen- Jumlah
porsi den dosen Kependi-
ada, peneliti mengajukan beberapa hipotesis sebagai didikan
dikan
berikut: FK 242 130 372 0.2 22 12
H1: Semakin tinggi orientasi layanan, semakin tinggi FH 122 53 175 0.1 11 5
tingkat keluaran layanan karyawan. FE 126 91 217 0.1 12 8
FT 416 155 571 0.2 38 14
H2: Semakin baik tingkat keluaran layanan karya- FPIK 161 32 193 0.1 15 3
wan, semakin baik kinerja bisnis FKM 64 39 103 0.0 6 4
H3: Semakin baik orientasi pelayanan, semakin baik FMIPA 186 52 238 0.1 17 5
kinerja bisnis. FISIP 104 44 148 0.1 10 4
FIB 102 48 150 0.1 9 4
F Psi 63 20 83 0.0 6 2
METODE PENELITIAN F Pternak 127 57 184 0.1 12 5
1713 721 2434 158 67
Desain Penelitian Sumber: Kepegawaian UNDIP

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, Pengumpulan Data


data cross-sectional dan pendekatan survei. Pendekat-
an penelitian ini memungkinkan untuk karakterisasi Data-data empiris dikumpulkan dengan cara
kompleksitas isu-isu orientasi layanan tanpa meng- menyebarkan kuesioner secara langsung kepada para
abaikan isu generalisasi hasil-hasilnya. Penelitian responden potensial dan bila tidak memungkinkan
organisasional banyak dilakukan dalam perspektif untuk segera diterima, peneliti akan menggunakan
medium-grained untuk menjawab dua pertanyaan jasa pos berbayar (a reply-paid envelope) atau
menyertakan perangko secukupnya untuk pengem-
secara mendalam (praktek di seluruh organisasi) dan
balian. Para responden potensial diminta untuk meng-
generalisasi dengan memasukkan organisasi dalam
indikasikan tingkat kesetujuannya pada skala Likert 7
jumlah industri berbeda namun terbatas (Hofstede et poin yang terdapat dalam kuesioner. Proses pengi-
al., 1990; Reynolds, 1986). riman kepada responden potensial hingga kembali
kepada peneliti di perkirakan memakan waktu 4
Sampel minggu, dengan perkiraan pengiriman sekitar 1
minggu, pengisian kuesioner 2 minggu, dan pengem-
Populasi dalam studi ini adalah seluruh anggota balian 1 minggu. Terkait dengan uji nonrespon bias,
pimpinan dan karyawan di lingkungan fakultas- dengan mengikuti Lambert & Harrington (1990),
fakultas di Undip, yaitu sebanyak 12 fakultas. Target maka data-data yang diperoleh akan dipisahkan
sampelnya dalah seluruh dosen dan karyawan yang berdasarkan waktu pengembaliannya hingga empat
telah bekerja selama minimal 3 tahun. Metodologi ini tahapan pengembalian. Bila diperlukan, dengan
digunakan karena tujuan dari penelitian ini adalah mengikuti model desain total dari Dilman (1978),
untuk lebih memahami isu-isu budaya yang terletak surat follow-up berupa kartu pos yang akan
di level yang lebih dalam organisasi daripada belajar dikirimkan dua minggu setelah survei tersebut
dengan menggunakan indikator tunggal tradisional. dijalankan untuk mengingatkan partisipan agar
Pendekatan penentuan sampelnya adalah proporsio- mengembalikan kuesioner.
nal random sampling, dengan mempertimbangkan
komposisi jumlah dosen dan karyawan di setiap Model Penelitian
fakultas. OL KB
Dengan mengacu ke aturan data sampel dalam
pendekatan SEM, maka dibutuhkan data sebanyak
45x5 = 225 (Ferdinand, 2006). Selain itu, metode
maximum likelihood estimation (MLE) memerlukan KLK
ukuran sampel antara 100–200 untuk dapat
memberikan hasil yang valid dalam estimasi dan Sumber: Dikembangkan untuk studi ini, berdasarkan Lytle &
interpretasi hasil-hasil SEM. Apalagi 200 data Timmerman (2006).
dianggap sebagai ukuran sampel yang kritis (Hair et Gambar 1. Model Penelitian
al., 1998). Adapun proporsi dosen dan karyawan Keterangan:
yang terdapat di Universitas Diponegoro dapat dilihat OL : Orientasi Layanan
dalam Tabel 1. KLK : Keluaran Layanan Karyawan
KB : Kinerja Bisnis
50 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 1, MARET 2011: 46-60

HASIL DAN PEMBAHASAN variabel-variabel yang menjadi perhatian dalam studi.


Sedangkan, untuk dosen menunjukkan bahwa tingkat
Profil Responden respon terbanyak didominasi oleh dosen dengan
jabatan asisten ahli dan lektor. Jumlah yang cukup
Dari Tabel 2, ditunjukkan bahwa konsentrasi besar ini member indikasi bahwa tingkat kesediaan
tinggi responden dosen dengan usia kisaran 25-35 responden untuk berpartisipasi sudah baik dan
tahun berada di Fakultas MIPA (100%), usia 35-45 memberikan tanda tentang makin baiknya persepsi
tahun berada di Fakultas Ilmu Budaya (100%), usia kontribusi responden atas suatu riset.
45-55 tahun berada di Fakultas MIPA (100%) dan Rekaman data responden berdasarkan masa
usia >55 tahun, masing-masing 100%, berada di kerja menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Fakultas Hukum, MIPA, Ilmu Budaya dan telah memiliki masa kerja antara 5-25 tahun. Hal ini
Peternakan. Sedangkan untuk karyawan, konsentrasi memberikan indikasi bahwa persepsi mereka akan
tinggi dengan usia kisaran 25-35 tahun berada di cenderung lebih baik/jujur atas variabel-variabel yang
Fakultas Hukum (80%), usia 35-45 tahun berada di menjadi perhatian dalam studi. Pengalaman kerja
Fakultas Hukum (100%), usia 45-55 tahun berada di yang cukup/baik akan membantu seorang responden
Fakultas Teknik (83%) dan usia >55 tahun berada di untuk memahami dunia kerjanya secara lebih baik
Fakultas Ekonomi (100%). Berdasarkan Tabel 3, dan paham akan relevansinya dengan ukuran-ukuran
tampak bahwa konsentrasi tinggi responden dengan lain yang berdampak pada perkembangan dan kinerja
jenis kelamin laki-laki yang bersedia berpartisipasi suatu organisasi.
berada di Fakultas Hukum (70%), Fakultas Teknik
(78%), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (86%), Hasil Uji Nonresponse Bias
dan Fakultas MIPA (100%). Sedangkan, konsentrasi
tinggi responden dengan jenis kelamin perempuan Dari 139 kuesioner yang dapat diolah, seluruh
berada di Fakultas Hukum (71%), Fakultas MIPA kuesioner diterima dalam 1 bulan pertama sehingga
(100%), Fakultas Ilmu Budaya (83%), Fakultas uji nonresponse bias tidak perlu dilakukan, karena
Psikologi (100%), dan Fakultas Peternakan (100%). semua responden dianggap telah memberikan respon
Di sisi lain, dalam kategori jabatan karyawan yang tidak berbeda (Lambert & Harrington, 1990;
secara umum terlihat bahwa cukup banyak karyawan Hair et al., 1998).
yang berpartisipasi dalam memberikan penilaian atas
Tabel 2. Profil Responden

Fakultas* (dalam %)
K H E T PIK MIPA IB P1 P2
KarakteristikResponden Kategori D/K** D/K D/K D/K D/K D/K D/K D/K D/K
Usia 25 – 35 th 50/50 20/80 40/60 33/67 50/50 100/0 50/50 75/25 67/33
35 – 45 th 60/40 0/100 43/57 50/50 57/43 60/40 100/0 83/17 20/80
45 – 55 th 33/67 50/50 67/33 17/83 60/40 100/0 36/64 67/33 40/60
> 55 th 100/0 0/100 100/0 100/0 100/0
Kelamin L 50/50 30/70 50/50 22/78 86/14 100/0 60/40 62/38 56/44
P 50/50 29/71 40/60 50/50 42/58 100/0 17/83 100/0 0/100
Pendidikan SMA 0/100 0/100 0/100 0/100 0/100
Diploma 0/100 0/100 0/100 0/100
Sarjana 0/100 0/100 0/100 0/100 0/100 50/50 20/80 75/25 20/80
Master 100/0 100/0 100/0 100/0 100/0 100/0 75/25 100/0 83/17
Doktor 100/0 100/0 100/0
Jabatan*** A 57 71 73 37 56 18 62
AA 29 33 18 10 33 12 36 9
L 14 6 56 9 37 33 19 37 10
LK 23 11 16 34 13 9 19
GB
Masakerja < 5 th 25 6 18 9 13 50
5 – 10 th 37 18 23 5 18 6 17 20
10 – 15 th 25 6 23 9 11 46 6 25 25
15 – 20 th 29 15 37 32 19 25
20 – 25 th 35 31 27 47 18 50 8 10
> 25 th 13 6 8 9 5 9 6 20
Sumber: data diolah
Keterangan:
* : K (kedokteran); H (hukum); E (ekonomi); T (teknik); PIK (perikanandanilmukelautan); MIPA (matematikandan IPA); IB
(ilmubudaya); P1 (psikologi); dan P2 (peternakan)
** : D (dosen)/K (karyawan)
***: Berdasarkanpendidikandi manaA (admin), AA (asistenahli), L (lektor), LK (lektorkepala), GB (guru besar)
Yuniawan: Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi 51

Hasil Analisis Common Method Bias lain telah memiliki skor construct reliability >0.70.
Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa setiap konstruk
Penelitian ini telah mengumpulkan data dari telah memenuhi persyaratan reliabilitas (Hair et al.,
responden dosen dan karyawan yang berasal dari 1998; Nunally & Bernstein, 1994, dalam Ferdinand,
berbagai fakultas di UNDIP Semarang dengan 2002).
mempertimbangkan kriteria yang telah ditetapkan Sedangkan, elemen perlakuan pelanggan (PP)
sebelumnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh, dan pemberdayaan karyawan (PK) menunjukkan
semua responden telah bekerja ≥ 3 tahun. hasil-hasil variance-extracted yang nilainya <0.5,
Keseluruhan data tersebut sudah cukup membuktikan artinya hanya antara 30% – 40% varians diantara
bahwa upaya meminimalkan common method bias indikator-indikator pengukuran dapat menjelaskan
dapat dikatakan berhasil. setiap konstruknya. Seluruh konstruk tetap diper-
tahankan meski terdapat beberapa elemen/dimensi
Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas yang memiliki variance-extracted <0.5, karena: (1)
data penelitian disajikan apa adanya, (2) ukuran ini
bersifat pelengkap saja bagi reliabilitas konstruk, dan
Total nilai Cronbach’s Alpha yang berada pada
(3) hanya pada uji variance-extracted saja yang
rentang 0.66 hingga 0.93 dianggap sangat baik dan menunjukkan hasil kurang baik, sedangkan untuk uji
dapat diterima (Hair et al., 1998; Sekaran, 2000). validitas dan reliabilitas pada hampir semua konstruk
Unidimensionalitas butir-butir yang merupakan syarat telah memenuhi syarat.
perlu untuk analisis reliabilitas dan validasi konstruk
menunjukkan bahwa untuk konstruk kinerja bisnis Pemenuhan Asumsi-Asumsi SEM
menunjukkan nilai GFI > 0.9 (Anderson & Gerbing,
1991, dalam Ferdinand 2002). Sedangkan, untuk Hasil uji atas asumsi-asumsi yang mendasari
variabel orientasi layanan dan keluaran layanan analisis SEM menunjukkan hasil yang baik, kecuali
karyawan masing-masing sebesar sebesar 0.63 dan asumsi normalitas yang menunjukkan bahwa baik
0.84. Namun, hasil-hasil ini sedikit dibawah dan/atau secara univariat dan multivariate, data sampel ter-
diatas nilai GFI Efektivitas Organisasi – 2nd order distribusi secara tidak normal. Data tidak normal tetap
variable – yaitu 0.727 (Yuniawan, 2009). Hasil-hasil digunakan karena disajikan apa adanya dan tidak
ini diperoleh butir-butir tersebut tetap dipertahankan dilakukan upaya transformasi data, karena akan
karena semua loading factornya  0.40. menimbulkan kesulitan intertpretasi data setelah
berbentuk data yang baru (Tabahnick & Fidel, 1996).
Hasil Uji Reliabilitas Konstruk dan Variance-
Two-Step Model-Building Approach
Extracted
Tabel 3. Construct Reliability dan Variance-Extracted Setiap Pada Tabel 4 ditunjukkan hasil perhitungan
Konstruk construct-reliability (), error (), dan lambda ()
terms.
Konstruk Construct Reliability () Variance-Extracted*
Orientasi Layanan:
Tabel 4. Construct-reliability, Error dan Lambda Terms Setiap
VL 0.797 0.672
Faktor
KL 0.870 0.692
PP 0.715 0.459 Konstruk Construct Lambda () Error ()
PK 0.648 0.389 Reliability ()
GL 0.834 0.715 OL:
PL 0.748 0.599 VL 0.797 0.707 0.127
TL 0.838 0.723 KL 0.870 0.865 0.112
PKL 0.733 0.579 PP 0.715 0.578 0.133
RKL 0.883 0.791 PK 0.648 0.379 0.078
KSL 0.752 0.505 GL 0.834 0.745 0.111
Keluaran Layanan Karyawan: PL 0.748 0.734 0.181
KO 0.827 0.547 TL 0.838 1.024 0.202
EDC 0.879 0.786 PKL 0.733 0.609 0.135
KK 0.911 0.773 RKL 0.883 0.945 0.118
KSL 0752 0.373 0.046
Kinerja Bisnis 0.937 0.750
KLK:
Sumber: Data primer, diolah (* Variance-extratcted kritis  0.5) KO 0.827 0.725 0.110
EDC 0.879 1.228 0.208
Berdasarkan Tabel 3, ternyata hanya elemen KK 0.911 1.203 0.142
pemberdayaan karyawan (PK) yang mempunyai skor KB 0.937 0.617 0.026
construct reliability <0.70 dan variabel-variabel yang Sumber: Data primer, diolah
52 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 1, MARET 2011: 46-60

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Tabel 6. Estimasi Parameter untuk Model yang Diajukan
Estimate S.E. C.R. P Label
Berdasarkan komputasi Amos 16, untuk model KLK <--- OL 0.807 0.258 5.302 *** par_12
persamaan struktural yang diajukan, dihasilkan VL <--- OL 0.933 0.069 10.184 *** par_1
KL <--- OL 0.888 0.069 10.732 *** par_2
indeks-indeks goodness of fit dan estimasi parameter PP <--- OL 0.953 0.069 7.607 *** par_3
(Tabel 5 dan Tabel 6). PK <--- OL 0.93 0.084 7.989 *** par_4
Pada Tabel 5 dan 6 menunjukkan bahwa GL <--- OL 0.954 0.072 11.667 *** par_5
PL <--- OL 1 0.073 10.774 *** par_6
hampir semua kriteria yang digunakan memiliki nilai TL <--- OL 0.752 0.069 7.838 *** par_7
yang marginal. Hal ini dapat dilihat pada nilai indeks PKL <--- OL 0.723 0.074 5.979 *** par_8
goodness of fit indices yang mana hanya nilai RKL <--- OL 0.929 0.067 11.751 *** par_9
RMSEA yang baik. Hasil GFI ini tetap dapat KSL <--- OL 0.972 0.074 10.281 *** par_10
KB <--- OL 0.424 0.13 2.752 0.006 par_11
digunakan karena sedikit di bawah batasan yang telah KB <--- KLK 0.429 0.077 2.785 0.005 par_13
ditetapkan di mana berdasarkan kesepakatan para KO <--- KLK 0.868 0.056 5.965 *** par_14
peneliti bahwa cut-off value tersebut benar-benar EDC <--- KLK 0.655 0.056 5.879 *** par_15
KK <--- KLK 0.882 0.057 6.349 *** par_16
digunakan untuk membedakan model yang baik Sumber: Data primer, diolah (***: p<0.01)
dengan model yang marginal (Hair et al., 1998).
Namun, semua nilai CR dalam Tabel 6 adalah Model Struktural Hasil Penelitian
signifikan, sehingga konsisten dengan teori yang
mendasarinya. Dengan demikian, model dalam studi Gambar 2 menunjukkan model persamaan
ini dapat dianggap mampu menunjukkan tanda dan struktural yang dihasilkan dari olah data dengan
ukuran yang benar serta konsisten dengan teori yang menggunakan pendekatan komposit.
mendasarinya. Model ini telah menunjukkan estimasi para-
Berdasarkan hasil analisis atas model-model meter dengan tanda dan ukuran yang benar
yang diajukan dapat diketahui bahwa seluruh (plausible) dan konsisten dengan teori yang men-
hipotesis (H1, H2 dan H3) dinyatakan diterima atau dasarinya. Goodness of fit indices model hasil
didukung oleh data sampel dengan mengacu ke nilai- penelitian di atas dapat dilihat pada Tabel 5, meski
nilai loading factor dan probabilitasnya. Loading hampir semua kriteria goodness of fit memiliki nilai
factor tersebut signifikan pada p<0.05 atau p<0.01 yang marginal. Namun model masih dapat diterima,
dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dan pengujian model ini menghasilkan konfirmasi
menyatakan loading factor sama dengan nol dapat yang baik atas faktor-faktor penelitian dan hubungan-
ditolak. Oleh karena itu, unidirectional path dari OL hubungan kausalitas antar faktor. Keadaan ini juga
menuju KLK (H1), dari strategi OL menuju KB (H2), mengindikasikan bahwa data sampel juga fit dengan
dan dari KLK ke KB (H3) dapat dinyatakan model yang dihipotesiskan.
signifikan.
MODEL STRUKTURAL PENELITIAN
Chi-square= 198.853
e3 e2 e1
Cmin/df= 2.616 (Df= 76)
Table 5. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model yang .43 .82 .69
Probability= .000
x3 x2 x1 GFI= .802
Diajukan .91
.66 .91 .79 .83 .87 AGFI= .727
TLI= .865
d4
PP KL VL CFI= .887
Kriteria Nilai Hasil Keterangan .49
.86
d3
d2 NFI= .831 .66
.91
Kritis Model Ini e4 x4
.70
PK
d1 RMSEA= .114
.96

2 .95 .89 .93


KB x14 e14

Chi-Square ( ) Kecil 198.853 Diharapkan nilainya


.93
kecil (2tabel = 96.217)
d5 .91 .42
.79
.89
z2
e5 x5 GL .95 .43
Derajat Bebas (df) Positif 76 Positif
OL
 0.05 0.000
d6
1.00 1.00
Significance Marginal .65
.80 .81
z1

.65 .78
e6 x6 PL .75 .83
Probability .88
KK
.91
d7
KLK x13 e13

2 relatif (CMIN/DF)  2.00


.57 .72 .93 .97
2.616 Marginal .73
.85 d13
e7 x7 TL .87
 0.90
.65
GFI 0.802 Marginal .52 .75
.50 .86 .95 .67 .43
AGFI  0.90 0.727 Marginal e8 x8
.71
PKL RKL KSL e11 x11
.82
KO EDC
TLI  0.90 0.865 Marginal
d8
d9
.84
.92

d10
.80 .65 d11 .84
.92
d12
x10

 0.90
x9
x12
CFI 0.887 Marginal
e10

 0.80
e9

RMSEA 0.114 Baik e12

Sumber: Data primer, diolah Gambar 2. Model Struktural Hasil Penelitian


Yuniawan: Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi 53

Analisis Efek Langsung, Efek Tak Langsung dan Hubungan antara Orientasi Layanan dan Keluar-
Efek Total an Layanan Karyawan

Untuk menganalisis efek langsung, efek tak Orientasi layanan sebagai bagian dari budaya
langsung dan efek total antar konstruk, pedoman- organisasi perlu mendapatkan perhatian serius karena
pedoman berikut ini dapat digunakan. Efek langsung memengaruhi tingkat motivasi serta komitmen
tidak lain adalah koefisien dari semua garis koefisien contact employees (dosen dan administrasi) dalam
dengan anak panah satu ujung. Efek tak langsung menjalani pekerjaannya. Sikap dan perilaku mereka
adalah efek yang muncul melalui sebuah vaiabel dapat memengaruhi persepsi mutu layanan dan
antara. Efek total adalah efek dari berbagai hubungan. kepuasan pelanggan (Lee et al., 2000). Daya tanggap
Analisis atas ketiga jenis efek tersebut dapat dilihat contact employees sangat terkait dengan budaya
berturut-turut pada Tabel 7, 8 dan 9. organisasi dalam memberikan layanan secara prima.
Ketiga tabel di atas menunjukkan bahwa Oleh karena itu, perusahaan jasa yang umumnya
terdapat efek langsung dari variabel OL terhadap berbentuk people-based service companies, seharus-
variabel KLK sebesar 0.807, efek langsung dari nya meningkatkan daya tanggap karyawannya
variabel OL terhadap variabel KB sebesar 0.424, dan dengan cara memperbaiki motivasinya, keahlian
efek langsung dari variabel KLK terhadap variabel layanannya, pelatihan sikap, persepsi peran yang lebih
KB sebesar 0.429. Selanjutnya, efek tak langsung dari jelas, dan pengetahuan tentang layanan itu sendiri
variabel OL melalui variabel KLK terhadap variabel serta kebijakan-kebijakan organisasi. Hasilnya, mere-
KB sebesar 0.346. Sedangkan efek total dari variabel ka diharapkan akan meningkatkan mutu layanan,
OL terhadap variabel KLK sebesar 0.807 (sama besar yang juga memiliki arti peningkatkan kinerja bisnis
dengan efek langsungnya). Efek total dari variabel organisasi (Lee et al., 2000).
OL terhadap variabel KB sebesar 0.77. Efek total Pemahaman ini merefleksikan bahwa iklim dan
variabel KLK terhadap variabel KB sebesar 0.429. orientasi harus dapat diciptakan melalui interaksi
kebijakan, praktek dan prosedur yang menciptakan
Tabel 7. Standardized Total Effect – Estimates perasaan, predisposisi, dan/atau orientasi organisasi
OL KLK (Schein, 1968; Pettigrew, 1979; Uttal, 1983;
KLK 0.807 Deshpande & Webster, 1989; Hofstede et al., 1990;
KB 0.77 0.429 Schein, 1985; Schneider & Bowen, 1993; Schneider
Sumber: Data primer, diolah & Bowen, 1995; Schneider et al., 1996; Schneider et
al., 1992) dan benar dirasakan serta diapresiasi oleh
Tabel 8. Standardized Direct Effect - Estimates karyawan. Evaluasi orientasi layanan akan lebih baik
OL KLK
ketika kesimpulan karyawan umumnya berpusat di
KLK 0.807 sekitar bagaimana organisasi menunjukkan pekerjaan
KB 0.424 0.429 sehari-harinya dan tujuan-tujuan apa saja yang dikejar
Sumber: Data primer, diolah oleh organisasi. Kesimpulan-kesimpulan ini "didasar-
kan pada kebijakan, praktik, prosedur dan rutinitas
Tabel 9. Standardized Indirect Effect - Estimates yang karyawan untuk tunduk dan dalam jenis perilaku
OL KLK yang diharapkan dan Anda mendapatkan imbalan dan
KLK didukung" (Schneider et al., 1996).
KB 0.346 Persepsi karyawan dan kesimpulan mereka,
Sumber: Data primer, diolah
termasuk citra kualitas layanan, menjadi semakin
penting untuk studi bisnis karena akan lebih
Pembahasan
mencerminkan iklim nyata organisasi yang benar dan
karena terkait dengan kinerja organisasi (Benoy,
Hasil evaluasi indeks goodness of fit atas model
1996, Hallowell et al., 1996; Johnson, 1996 dan
struktural hasil penelitian menunjukkan hasil yang
Schneider dan Bowen, 1995). Hasil-hasil dari studi
marginal (Tabel 5). Meski demikian, model dapat
empiris yang menunjukkan bahwa karyawan yang
diterima dan hasil-hasilnya telah mengkonfirmasi
mempersepsikan organisasinya sebagai "memiliki
studi-studi sebelumnya. Secara umum, data sampel
orientasi pelayanan yang kuat, memiliki pelanggan
memberikan hasil yang mendukung model
yang mau menyatakan bahwa pelanggan memiliki
persamaan struktural untuk kinerja bisnis lembaga
pengalaman yang positif dengan organisasi” (Heskett
pendidikan tinggi.
et al., 1997; Schneider & Bowen 1993).
54 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 1, MARET 2011: 46-60

Temuan ini memperkuat pandangan bahwa sama lain tentang kebutuhan dan masalah mereka,
persepsi mutu oleh pelanggan merupakan fungsi semangat tim telah menjiwai semua tingkatan dalam
adanya ”fakta mutu dan persepsi mutu”, sehingga unit kerjanya, merasa bahwa bekerja untuk unit kerja
keduanya menjadi isu sikap dan keyakinan yang ini seperti menjadi bagian dari keluarga besar, dan
berkaitan dengan kesadaran (awareness) dan orang-orang di unit kerjanya merasa terikat secara
pengakuan (recognition), kepuasan pelanggan serta emosional satu sama lain.
perilaku konsumen (Andreassen & Lindestad, 1998). Dengan demikian, temuan-temuan dalam studi
Dalam konteks jasa, proses penyampaian layanan ini cukup memberikan peringatan bagi perguruan
melibatkan penyedia dan pembeli jasa. Interaksi tinggi untuk benar-benar memperhatikan sikap dan
keduanya akan menentukan persepsi mutu, kepuasan persepsi dosen/karyawannya dalam menjalankan
pelanggan serta perilaku pelanggan selanjutnya atas praktek bisnisnya. Langkah ini diharapkan mampu
interaksi yang terjadi. meningkatkan daya tanggap karyawannya melalui
Dengan demikian, elemen kepuasan kerja perbaikan motivasinya, keahlian layanannya, pelatih-
dosen/karyawan, elemen esprit de corps dan elemen an sikap, persepsi peran yang lebih jelas, dan penge-
komitmen organisasi perlu dipelihara dengan melaku- tahuan tentang layanan itu sendiri serta kebijakan-
kan upaya-upaya perbaikan dalam interaksi kebijak- kebijakan organisasi. Hasilnya, mereka diharapkan
an, praktek dan prosedur yang menciptakan perasaan, akan meningkatkan citra mutu layanan, yang sebenar-
predisposisi, dan/atau orientasi organisasi. Artinya, nya juga memiliki arti adanya peningkatkan kinerja
keterkaitan ketiga elemen tersebut dalam perbaikan bisnis.
dan peningkatan keluaran layanan karyawan akan
memberikan dampak pengelolaan tingkat kepuasan Hubungan antara Orientasi Layanan dan Kinerja
dosen/karyawan atas pekerjaannya dan dapat men- Bisnis
dorong perbaikan efisiensi dalam pekerjaan. Keadaan
ini akan terwujud ketika karyawan merasa menikmati Hasil ini konsisten dengan kajian Gilbert &
pekerjaannya, mendapat kepuasan yang adil dengan Parhizgary (2000) yang menyatakan bahwa kom-
pekerjaannya, antusias dalam pekerjaan setiap harinya pleksitas dan persaingan lingkungan bisnis yang
dan menemukan kesenangan yang berarti dalam makin kuat telah ”memaksa” organisasi untuk
pekerjaannya. meningkatkan kinerja/efektivitasnya. Caranya adalah
Selain itu, kepuasan kerja seseorang ditentukan dengan memiliki struktur dan proses internal organi-
oleh tantangan kerja yang ada, prosedur/ganjaran sasi yang terfokus pada mutu, termasuk mendukung
yang adil, kondisi kerja yang baik dan dukungan dari kualitas dan kinerja karyawan lini depan. Mereka
kolega. Artinya, kepuasan kerja berkaitan dengan adalah ujung tombak organisasi yang dapat mem-
kebutuhan fisiologikal atau psikologikal yang ingin bangun atau sebaliknya merusak citra dan reputasi
dipenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka persepsi ketidak- organisasi terhadap pelanggannya.
puasan akan cenderung meningkatkan ketegangan Citra institusional terkait dengan berbagai atribut
dan dorongan untuk berperilaku tidak efektif fisik dan keperilakuan suatu organisasi. Misalnya:
(Robbins, 2005). Akibatnya, keadaan ini dapat men- nama bisnis, arsitektur organisasi, variasi produk/
dorong munculnya persepsi tentang rendahnya sikap layanan, tradisi, ideologi, dan kesan mutu setiap orang
kerja positif dosen/karyawan dalam melayani maha- yang berinteraksi dengan klien organisasi. Sedangkan,
siswa, mahasiswa kurang merasa nyaman ketika reputasi institusional adalah cerminan sejarah kinerja
berurusan dengan dosen, serta agak kesulitan men- organisasi yang berfungsi sebagai bentuk komunikasi
dapatkan layanan dalam rentang waktu yang dapat organisasi dengan kelompok targetnya. Misalnya:
diterima (Yuniawan, 2009). kinerja mutu produk/layanan organisasi dibandingkan
Di sisi lain, elemen komitmen organisasi dengan pesaingnya (Nguyen & LeBlanc, 2001).
mampu menunjukkan perannya terhadap pembentuk- Temuan H2 yang didukung oleh data telah memberi
an keluaran layanan karyawan melalui sikap bukti bahwa organisasi perguruan tinggi telah mampu
dosen/karyawan yang menganggap bahwa masa meningkatan orientasi layanannya, sehingga mampu
depan mereka sangat terkait dengan masa depan meningkatkan kinerja organisasi. Temuan ini sejalan
lembaga ini, kesediaan berkorban bagi kesejahteraan dengan temuan (Homburg et al., 2002; Kohli &
unit kerjanya, memiliki Ikatan yang kuat dengan Jaworski, 1990; Narver & Slater, 1990; Lyle et al.,
organisasi, dan bangga bekerja dalam lembaga ini. 2000).
Sedangkan, untuk elemen esprit de corps, dosen/ Hasil ini memberi juga gambaran bahwa
karyawan telah menunjukkan pandangan bahwa organisasi telah mampu meningkatkan kesiapan
orang-orang di unit kerjanya benar-benar peduli satu rencana kegiatan organisasi yang berbasis layanan,
Yuniawan: Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi 55

meningkatkan keterlibatan proaktif dan menghargai untuk memperbaiki moral staf/mahasiswa, produk-
prkatek-praktek penyampaian layanan, proses dan tivitas, dan penyampaian mutu layanan lebih tinggi
prosedur yang merefleksikan keyakinan bahwa baik untuk pelanggan internal maupun eksternal
keprimaan layanan adalah suatu prioritas strategik. (Owlia & Aspinwall, 1997).
Organisasi juga dianggap telah dapat meningkatkan Perguruan tinggi sebaiknya mampu melihat
keyakinan bahwa ketika orientasi layanan dapat TQM sebagai jawaban untuk memperoleh kembali
dimanifestasikan ke dalam layanan prima, maka hal dan memperkuat keunggulan kompetitifnya sebagai-
ini akan berdampak signifikan dalam penciptaan nilai mana yang telah dilakukan oleh industri manufaktur
superior, kepuasan pelanggan, keunggulan kompetitif, (Motwani & Kumar, 1997) dan beberapa institusi
pertumbuhan dan profitabilitas. Orientasi layanan pendidikan Kwan (1996). Mereka mampu meng-
dapat dipandang sebagai respon strategis terhadap adopsi kerangka TQM yang relevan dengan misi dan
intelijensi pasar–cara tertentu dalam implementasi tujuan organisasi serta dibangun berdasarkan serang-
kaian nilai dan konsep manajemen mutu agar dapat
konsep pemasaran, bersaing dengan penggunaan
memberikan fondasi untuk integrasi persyaratan
layanan prima untuk meningkatkan nilai pelanggan
kinerja kunci dalam kerangka mutu. Serangkaian nilai
dan keunggulan kompetitif. Selain itu, organisasi juga fundamental yang digunakan dalam kerangka TQM
mampu menjalankan orientasi layanan organisasional di lembaga pendidikan tinggi adalah a) kepemim-
sebagai suatu serangkaian kebijakan, praktek dan pinan dan budaya mutu, b) perbaikan berkelanjutan
prosedur organisasi yang ditujukan untuk mendukung dan inovasi dalam proses pendidikan, c) partisipasi
dan menghargai perilaku penyampaian layanan yang dan pengembangan karyawan, d) respon cepat dan
menciptakan dan memberikan layanan prima (Lytle et manajemen informasi, e) mutu berbasis pelanggan,
al., 1998). dan f) kerjasama pengembangan secara internal dan
Dengan demikian, organisasi sudah mampu eksternal (Venkatraman, 2007). Implementasi kerang-
menjamin bahwa indikator-indikator orientasi layanan ka TQM dalam pendidikan tinggi menuntut adanya
dalam internal organisasi telah dapat dijalankan dan proses pengelolaan pendidikan yang saling terkait,
lembaga pendidikan tinggi sudah memiliki kemam- kompleks, dan meliputi berbagai dimensi mutu.
puan yang baik dan mampu secara kuat menunjukkan Tuntutan lainnya adalah kolaborasi dengan perusaha-
kinerjanya dalam: 1) mutu layanan lembaga ini lebih an, daya respon terhadap informasi, fasilitas/sumber-
baik dari lembaga lainnya, 2) lebih memuaskan daya pendidikan dan non-pendidikan yang tersedia,
dibandingkan lembaga lainnya, 3) menunjukkan praktek-praktek evaluasi dan pengajaran, serta tipe
kesan yang baik tentang organisasi ini, 4) menunjuk- kuliah yang ditawarkan.
kan citra yang baik di benak pelanggannya (baca: Keberhasilan perguruan tinggi dalam mengelola
mahasiswa), dan 5) citra yang lebih baik dari pengembangan pendidikan tinggi yang baik akan
pesaingnya. Keluaran-keluaran organisasional seperti meningkatkan kemampuannya menghadapi masa
profit, pertumbuhan, kepuasan pelanggan, kepuasan depan yang penuh tantangan, laju perubahan yang
dan loyalitas karyawan diakui sebagai keluaran cepat, tuntutan masyarakat yang lebih maju, kehidup-
orientasi layanan organisasional (Albrecht & Zemke, an yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
1985; Heskett et al., 1997; Henkoff, 1994; Johnson, pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi
1996; O’Connor & Shewchuk, 1995; Rust et al., (Yuniawan, 2009). Perlu disadari bahwa paradigma
1996; Sasser & Jones, 1995; Schneider & Bowen, baru dalam pendidikan tinggi telah meminta adanya
1995). Agaknya, pemahaman atas temuan studi ini pendekatan yang benar-benar baru di mana isu-isu
cukup memberikan gambaran bahwa upaya pening- pendidikan berskala besar, life-long learner, open
katan orientasi layanan organisasi harus tetap dijaga learning, mutu dan relevansi, akuntabilitas dan
untuk meningkatkan kinerja bisnis. Organisasi autonomi, serta keadilan yang menjadi begitu penting
perguruan tinggi perlu melakukan langkah-langkah untuk diwujudkan. Dampak globalisasi telah menye-
berkelanjutan untuk memelihara citra, reputasi dan babkan pergeseran peran institusi pendidikan tinggi
mutu layanannya dengan tetap secara kuat mem- dari institusi pembelajaran tradisional menuju institusi
perhatikan kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harap- pencipta pengetahuan, yang menuntut sebuah per-
an berbagai kelompok yang berinteraksi dengannya, ubahan dari perencanaan acak menuju perencanaan
terutama pelanggan utamanya. strategik (Ditjen Dikti, 2004).
Oleh karena itu, perguruan tinggi perlu meman-
faatkan manajemen mutu (TQM) karena diketahui Hubungan antara Keluaran Layanan Karyawan
memiliki nilai-nilai yang lebih cocok daripada sistem dan Kinerja Bisnis
manajemen lainnya. TQM dipandang memiliki
banyak potensi untuk merespon tantangan sistem Temuan ini memperkuat pandangan bahwa
pendidikan serta dapat diaplikasikan sebagai sarana persepsi keluaran layanan karyawan dapat menjadi
56 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 1, MARET 2011: 46-60

isu sikap, keyakinan, dan perilaku yang berkaitan dengan proses pendidikan yang diberikannya.
dengan kesadaran (awareness) dan pengakuan Apalagi, terdapat konsensus di antara praktisi dan
(recognition) atas kinerja mereka selama ini. Dalam akademisi bahwa kepuasan pelanggan dan mutu
konteks jasa, proses penyampaian layanan melibatkan layanan juga menjadi prasyarat tumbuhnya loyalitas
penyedia dan pembeli jasa. Interaksi keduanya akan (Gremler & Brown, 1997 dalam Kandampully &
menentukan persepsi mutu, kepuasan pelanggan serta Suhartanto, 2000; Cronin &Taylor, 1992).
perilaku pelanggan selanjutnya atas interaksi yang
terjadi. Ketika hal-hal tersebut mampu diwujudkan, KESIMPULAN DAN SARAN
maka dalam jangka panjang, kinerja bisnis akan dapat
dipelihara dengan lebih baik karena mampu menun- Kesimpulan
jukkan citra mutu layanan yang baik.
Perlu diketahui, terbentuknya citra dan/atau Studi ini telah menguji suatu model yang men-
reputasi suatu organisasi dalam benak konsumen definisikan hubungan struktural diantara konstruk-
adalah proses yang panjang. Oleh karena itu, organi- konstruk yang relevan dengan kinerja bisnis pada
sasi perlu menjaga bahwa proses sensori (tentang ide- lembaga pendidikan tinggi. Hasil evaluasi goodness
ide, perasaan dan pengalaman hubungan antara of fit indices atas model struktural yang diajukan telah
pelanggan dan perusahaan–yang direpresentasikan menunjukkan hasil yang marginal. Namun, hasil
oleh sikap dan perilaku para karyawan) yang evaluasi besaran dan arah hubungan antar variabel
kemudian terbentuk dalam suatu gambaran mental di telah menunjukkan arah dan tanda yang benar serta
benak pelanggan harus dapat diwujudkan dengan
mampu mengkonfirmasi temuan-temuan sebelum-
baik. Dalam jangka panjang, pelanggan akan memi-
nya. Hasil penelitian juga memberi perspektif baru
liki sikap yang terakumulasi tentang mutu layanan
dalam pendekatan analisis yang mana pendekatan
dan perusahaan. Artinya, pelanggan mengembangan
suatu sistem (misal: skema diri) dalam benaknya analisis sebelumnya menggunakan pendekatan des-
untuk menginterpretasikan persepsi tentang peng- kriptif korelasional. Secara umum, data sampel
alamannya berhubungan dengan perusahaan dan mendukung model persamaan struktural untuk kinerja
mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan bisnis yang diajukan dalam studi ini.
(Markus, 1977 dalam Andreassen & Lindestad, Berdasarkan hasil-hasil analisis dalam studi ini,
1998). studi ini dapat menunjukkan sejumlah temuan yang
Literatur manajemen menunjukkan bahwa mutu terkait pengelolaan organisasi, termasuk bagi
dalam internal organisasi yang ditunjukkan melalui lembaga-lembaga pendidikan tinggi, dengan memberi
keluaran layanan karyawan dapat meningkatkan perhatian atas variabel-variabel yang menjadi
produktivitas dan menurunkan biaya-biaya internal, perhatian dalam studi, yaitu:
sehingga meningkatkan profitabilitas secara tidak 1. Orientasi Layanan. Temuan studi menunjukkan
langsung. Penyesuaian suatu produk/jasa yang bahwa peningkatan orientasi layanan organisasi
melampui kebutuhan-kebutuhan pelanggan akan me- pendidikan tinggi mampu meningkatkan keluaran
ningkatkan kepuasan pelanggan, dan selanjutnya, layanan karyawan. Artinya, dapat disimpulkan
peningkatan hasil bisnis (Gustafsson, et al., 2003). bahwa H1 didukung oleh data sampel. Artinya,
Pernyataan ini memperkuat pendapat bahwa organi- secara internal terbukti bahwa terdapat upaya
sasi yang efektif mensyaratkan adanya struktur dan peningkatan orientasi layanan yang telah mem-
proses internal yang baik agar dapat menunjukkan bawa dampak pada peningkatan keluaran layanan
mutu layanan yang terpelihara bagi pelanggan karyawan. Oleh karena itu, orientasi layanan
eksternal dari waktu ke waktu. Studi Zifko-Baliga & sebagai bagian dari budaya organisasi perlu dipeli-
Kramf (1997) dalam Bendall-Lyon & Powers (2004) hara secara serius, karena memengaruhi tingkat
menunjukkan bahwa pelanggan memiliki standar motivasi serta komitmen contact employees
normatif tentang aspek-aspek yang berbeda dari suatu (dosen dan administrasi) dalam menjalani pekerja-
layanan dan sering menilai kepuasannya dalam aspek annya.
struktur dan proses. Literatur juga menunjukkan 2. Kinerja Bisnis
bahwa struktur dan proses mempengaruhi kepuasan Temuan studi menunjukkan bahwa peningkatan
yang selanjutnya mempengaruhi niatan perilaku orientasi layanan organisasi pendidikan tinggi
(Hennig-Thurau, 2001 dalam Bendall-Lyon & mampu meningkatkan kinerja bisnis. Artinya,
Powers, 2004). Dengan demikian, untuk membangun dapat disimpulkan bahwa H2 didukung oleh data
hubungan (jangka panjang) yang kuat, perguruan sampel. Temuan ini mendukung bahwa organisasi
tinggi harus “mampu” memberikan jaminan bahwa perguruan tinggi telah mampu meningkatan
pelanggan utamanya sangat puas (highly satisfied) orientasi layanannya, sehingga mampu mening-
Yuniawan: Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi 57

katkan kinerja organisasi. Perbaikan kinerja ini Penelitian Mendatang


telah didukung dengan kesiapan rencana kegiatan
organisasi yang berbasis layanan, meningkatkan Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam studi
keterlibatan proaktif dan menghargai praktek- ini, terdapat tiga rencana yang dapat diberikan untuk
praktek penyampaian layanan, proses dan pro- penelitian mendatang. Pertama, penelitian mendatang
sedur yang merefleksikan keyakinan bahwa sebaiknya menggunakan lebih banyak lembaga pen-
keprimaan layanan adalah suatu prioritas strategik, didikan dalam satu tipe industri yang sama atau
termasuk mewujudkannya dalam layanan prima organisasi yang berbeda dalam tipe industri yang
yang dapat berdampak signifikan dalam pen- berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih kompre-
ciptaan nilai superior, kepuasan pelanggan, keung- hensif dan bermakna luas. Kedua, Penelitian men-
gulan kompetitif, pertumbuhan dan profitabilitas. datang sebaiknya melihat perbedaan analisis antara
3. Keluaran karyawan. persepsi karyawan dan dosen agar dapat lebih
Temuan studi menunjukkan bahwa peningkatan memperkaya hasil analisis dan interpretasinya untuk
keluaran layanan karyawan mampu meningkatkan pemahaman yang lebih baik atas model studi yang
kinerja bisnis. Artinya, dapat disimpulkan bahwa diajukan. Selain itu, penggunaan data longitudinal
H3 didukung oleh data sampel. Temuan ini sangat disarankan, meski data cross-section banyak
memperkuat pandangan bahwa persepsi keluaran dilakukan untuk metodologi yang sama dalam riset-
layanan karyawan dapat menjadi isu sikap, riset pemasaran strategik dan manajemen lainnya.
keyakinan dan perilaku yang berkaitan dengan Ketiga, penelitian mendatang sebaiknya meningkat-
kesadaran (awareness) dan pengakuan (recog- kan jumlah data hingga jumlahnya ideal atau dengan
nition) atas kinerja mereka selama ini. Proses variable-to-sample size ratio yang dapat diterima.
penyampaian layanan melibatkan penyedia dan
pembeli jasa. Interaksi keduanya dapat menentu- Implikasi Manajerial
kan persepsi mutu, kepuasan dan perilaku pelang-
gan selanjutnya atas interaksi yang terjadi. Tujuan Studi ini telah mencoba memahami aspek-aspek
yang ingin dicapai dalam jangka panjang adalah manajemen pemasaran, SDM, dan perilaku organi-
kinerja bisnis dapat dipelihara dan tetap mampu sasi. Selain itu, dengan memperhatikan temuan-
menunjukkan citra mutu layanan yang baik. temuan dalam studi ini, maka dapat disampaikan
saran-saran dalam sejumlah hal berikut:
Keterbatasan Studi a. Temuan studi ini menunjukkan bahwa orientasi
layanan mempengaruhi keluaran layanan kar-
Studi ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, yawan (KLK), dimana semua elemen KLK
antara lain: 1) studi ini hanya dilakukan pada satu menunjukkan arah dan besaran yang benar. Arti-
lembaga pendidikan tinggi meski pun telah melibat- nya, orientasi layanan telah mampu membangkit-
kan informan internal yang berbeda (karyawan dan kan komitmen, rasa esprit de corps dan kepuasan
dosen). Artinya, belum dapat dijamin bahwa hasil- kerja yang baik dalam organisasi. Misalnya, esprit
hasil studi ini akan dapat ditransfer dengan baik untuk de corps (EDC) dapat dijadikan sebagai bahan
tipe-tipe industri yang lain, 2) studi ini belum men- penting dalam penyampaian mutu layanan, karena
coba melihat perbedaan analisis antara persepsi dapat menjadi instrumen yang baik dalam
karyawan dan dosen serta masih menggunakan data menekan gap, antara spesifikasi mutu layanan dan
cross-section untuk melihat kinerja bisnis suatu pelayanan aktual, sehingga dapat memperbaiki
organisasi, dan 3) studi ini dianalisis dengan pen- persepsi pelanggan. EDC juga dapat dijadikan
dekatan komposit atau dengan variable-to-sample sebagi aspek penting budaya organisasi, sehingga
size ratio yang minimal. Padahal, studi ini perlu dimonitor agar memberikan dampak yang
memerlukan jumlah data yang lebih besar untuk baik bagi praktek kerja karyawan, mutu layanan
kebutuhan analisis daripada jumlah data yang telah dan kepuasan pelanggan. Di sisi lain, komitmen
diolah. organisasi dapat menuntun karyawan untuk
merasa bangga bekerja dan menjadi bagian
Saran-saran penting dalam organisasi. Ketika komitmen ini
kuat, maka karyawan akan bersedia untuk bekerja
Studi ini telah menemukan sejumlah hal yang ekstra bagi pelanggan organisasi dan berdampak
perlu diperhatikan dan penting artinya bagi perbaikan pada produktivitas dan lamanya hubungan
hasil-hasil dimasa datang baik dari sisi teoritis mau (longevity) dengan organisasi. Organisasi sebaik-
pun manajerial. Secara ringkas, hal-hal tersebut nya secara kuat mampu menunjukkan orientasi
diuraikan sebagai berikut: layanannya agar mampu menciptakan keluaran
58 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 1, MARET 2011: 46-60

layanan karyawan yang terbaik dimana karyawan Andreassen, T.W. & B. Lindestad. 1998. “Customer
yang berkomitmen (dan mau bekerja dalam tim) Loyalty and Complex Services: The Impact of
akan cenderung bersedia mengembangkan Corporate Image on Quality, Customer Satis-
hubungan jangka panjang dengan organisasi faction, and Loyalty for Customers with
b. Temuan dalam studi menunjukkan kebutuhan Varying Degrees of Service Expertise”. Inter-
bagi manajemen untuk meningkatkan perhatian national Journal of Service Industry Mana-
dalam upayanya meningkatkan dan memelihara gement, page 7-23.
citra mutu layanan yang dimiliki. Keberhasilan Bendall-Lyon, D. & T.L. Powers. 2004. “The Impact
organisasi dalam menjalankan kefungsionalan of Structure and Process Attributes on Satis-
perhatian manajemennya akan berdampak pada
faction and Behavioral Intentions”, Journal of
pencapaian keprimaan mutu layanan dan nilai
Service Marketing, page 114-121.
pelanggan. Artinya, terdapat kebutuhan untuk
membangun dan memelihara orientasi layanan Benoy, J. 1996. “Internal Marketing Builds Service
sebagai bagian dari kemampuan manajemen Quality”, Journal of Health Care Marketing,
dalam mengartikulasikan dan menyebarkan visi page 54-59.
layanan yang mampu bertahan kuat, dapat
Bourgeois, L.J. 1980. “Strategy and Environment: A
diyakini dan memberikan motivasi. Selain itu,
Conceptual Integration”, Academy of Manage-
organisasi perlu meningkatkan proses service
ment Review, page 25-39.
encounter aktualnya. Unit berkinerja tinggi
umumnya memiliki karyawan yang mempunyai Bowen, D.E., C., Siehl & B. Schneider. 1989. “A
rasa tanggung jawab kuat untuk menjamin bahwa Framework for Analyzing Customer Service
proses service encounter telah melampaui Organizations in Manufacturing”, Academy of
ekspektasi pelanggannya dan telah mendapatkan Management Review, page 75-95.
kewenangan dari manajemen untuk melakukan
apa yang diperlukan guna mencapai kepuasan Chakravarthy, B.S. 1982. “Adaptation: A Promising
pelanggan. Agar hal ini terjaga dengan baik, Metaphor for Strategic Management”, Aca-
organisasi juga perlu memberikan level pelatihan demy of Management Review, page 35-44.
layanan tepat untuk meningkatkan pemberdayaan Chase, R.B. & D.E. Bowen. 1991. Service Quality
karyawan dan melengkapi mereka dalam men- and The Service Delivery System: A Diag-
jalankan area-area pekerjaan yang menjadi tang- nostic Framework in Brown, S.W., Gum-
gung jawabnya. messon, E., Edvardsson, B. & Gustavsson, B.
c. Organisasi sebaiknya mampu menjamin bahwa (Eds), Service Quality: Multidisciplinary and
semua dimensi orientasi layanannya dapat di- Multinational Perspectives, Lexington: Lexing-
pahami dan berkembang dengan baik, melalui ton Books.
upaya-upaya yang membangun dan menumbuh-
suburkan keberadaan orientasi layanannya melalui Conant, J.S., M.P. Mokwa & P.R. Varadarajan. 1990.
sosialisasi dan orientasi yang kuat atas visi, “Strategic Types, Distinctive Marketing Com-
kepemimpinan, kebijakan, praktek dan prosedur petencies and Organizational Performance: A
yang dimiliki. Ketika hal ini mampu ditanamkan Multiple Measure-Based Study”, Strategic
dan disebarkan dalam organisasi sebagai bagian Management Journal, page: 365-383.
dari budaya organisasi, dampaknya adalah Cronin, J. & S.A. Taylor. 1992. “Measuring Service
munculnya kemampuan organisasi untuk men- Quality: A Reexamination and Extension”,
ciptakan dan menyampaikan mutu layanan prima Journal of Marketing, page: 55-68.
dan meningkatkan nilai pelanggan.
Crosby, L. 1991. Building and Maintaining Quality in
DAFTAR PUSTAKA the Service Relationship in Brown, S.W.,
Gummesson, E., Edvardsson, B. & Gustav-
Albrecht, K. & R. Zemke. 1985. Service America: sson, B. (Eds), Service Quality: Multidisci-
Doing Business in the Service Economy, plinary and Multinational Perspectives,
Homewood: Dow Jones-Irwin. Lexington: Lexington Books: 269-288.
Aldrich, H. 1979. Organizations and Environments, Day, G.S. 1990. Market Driven Strategy: Processes
Englewood Cliffs: Prentice-Hall. for Creating Value. New York: The Free
Press,
Anderson, J.C. & D.W. Gerbing. 1988. “Structural
Equation Modeling in Practice: A Review and Deal, T.E. & A. Kennedy. 1982. Corporate Cultures:
Recommended Two-Step Approach”, Psycho- The Rites and Rituals of Corporate Life.
logical Bullettin, page 411-423. Reading: Addison-Wesley.
Yuniawan: Evaluasi Orientasi Layanan Sebagai Bagian dari Budaya Organisasi 59

Deshpande, R. & F.E. Webster. 1989. “An Organi- Jaworski, B.J. & A.K. Kohli. 1993. “Market Orientation:
zational Culture and Marketing: Defining the Antecedents and Consequences”, Journal of
Research Agenda”, Journal of Marketing, Marketing, page: 53-70.
page: 3-15. Johnson, J.W. 1996. “Linking Employee Perceptions
Dilman, D.A. 1978. Mail and Telephone Surveys: of Service Climate to Customer Satisfaction”,
The Total Design Method, New York: John Personnel Psychology, page: 831-851.
Wiley and Sons. Kandampully, J. & D. Suhartanto. 2000. “Customer
Ditjen Dikti. 2004. Strategi Jangka Panjang Pen- Loyalty in The Hotel Industry: The Role of
didikan Tinggi 2003-2010 (HELTS), Jakarta: Customer Satisfaction and Image”, Inter-
Depdiknas Republik Indonesia. national Journal of Contemporary Hospitality
Management, page: 346-351.
Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modeling
dalam Penelitian Manajemen, Edisi Kedua, Katz, D. & R.L. Kahn. 1966. The Social Psychology
Semarang: BP Undip. of Organizations. New York: John Wiley and
Sons.
Ferdinand, A. 2006. “Metode Penelitian Manajemen:
Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi”, Keats, B. & M. Hitt. 1988. “A Causal Model of
Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen, Linkages among Environmental Dimensions,
Semarang: BP Undip. Macro Organizational Characteristics, and Per-
formance”, Academy of Management Journal,
Gilbert, G.R. & A.M. Parhizgary. 2000. “Organi- page: 570-598.
zational Effectiveness Indicators to Support
Service Quality”, Managing Service Quality, Kelley, S.W. 1992. “Developing Customer Orienta-
page: 46-51. tion among Service Employees”, Journal of
the Academy of Marketing Science, page: 27-
Gustafsson, A., L. Nilsson & M.D. Johnson. 2003. 36.
“The Role of Quality Practices in Service
Kohli, A. & B. Jaworski. 1990. “Market Orientation:
Organization”, International Journal of Ser-
The Construct, Research Propositions, and
vice Industry Management, page: 232-244. Managerial Implications”, Journal of Market-
Hair, J.F., R.E. Anderson, R.L. Tatham & W.C. ing, page: 1-18.
Black. 1998. Multivariate Data Analysis, Fifth Kwan, P.Y.K. 1996. “Application of Total Quality
Edition. New Jersey: Prentice-Hall. Management in Education: Retrospect and
Hallowell, R., L. Schlesinger & J. Zornitsky. 1996. Prospect”, International Journal of Educatio-
“Internal Service Quality, Customer and Job nal Management, page: 25-35.
Satisfaction: Linkages And Implications For Lambert, D.M. & T.C. Harrington. 1990. “Measuring
Management”, Human Resource Planning, Non-response Bias in Mail Surveys”, Journal
page: 20-30. of Business Logistics, page: 5-25.
Henkoff, R. 1994. “Service is Everybody’s Business”, Lee, H., Y. Lee, & D. Yoo. 2000. “The Determinant
Fortune, page: 48-60. of Perceived Service Quality and Its Relation-
Heskett, J.L., E. Sasser & L. Schlesinger. 1997. The ship with Satisfaction”, Journal of Services
Value Profit Chain: Treat Employees Like Marketing, page: 217-231.
Customers and Customers like Employees, Lytle, R.S., P. Hom & M.P. Mokwa. 1998. “SERVOR:
New York: Simon & Schuster. A Managerial Measure of Organizational
Hofstede, G., B. Neuijen, D. Ohayv, & G. Sanders. Service Orientation”, Journal of Retailing,
1990. ”Measuring Organizational Cultures: A page: 455-489.
Qualitative and Quantitative Study Across 20 Lytle, R.S., M. Lynn & S. Bobek, 2000. “Service
Cases”. Administrative Science Quarterly, Orientation in Transitional Markets: Does It
page: 286-316. Matter?”, European Journal of Marketing,
page: 279-298.
Homburg, C., W. Hoyer & M. Fassnacht. 2002.
“Service Orientation of a Retailer’s Business Motwani, J. & A. Kumar. 1997. “The Need for
Strategy: Dimensions, Antecedents, and Per- Implementing Total Quality Management in
formance Outcomes”, Journal of Marketing, Education”, The International Journal of Edu-
page: 86-101. cational Management, page: 131-135.
60 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.13, NO. 1, MARET 2011: 46-60

Narver, J.C. & S.F. Slater. 1990. “The Effect of A Schneider, B. & D.E. Bowen. 1993. The Service
Market Orientation on Business Profitability”, Organization: Human Resources Management
Journal of Marketing, page: 20-35. is Crucial”, Organizational Dynamics, page:
Nguyen, N. & G. LeBlanc. 2001. “Image and Repu- 39-52.
tation of Higher Education Institutions in Schneider, B. & D.E. Bowen. 1995. Winning the
Students’ Retention Decisions”, The Interna- Service Game, Boston: A Harvard Business
tional Journal of Educational Management, School Press.
page: 303-311.
Schneider, B., A.P. Brief & R. Guzzo. 1996. “Creating a
O’Connor, S.J. & R. Shewchuk. 1995. “Service Qua- climate and culture for sustainable organiza-
lity Revisited: Striving for A New Orien- tional change”, Organizational Dynamics,
tation”, Hospital and Health Services Adminis- page: 6-19.
tration, page: 535-552.
Schneider, B., J.K. Wheeler & J. Cox. 1992. “A
Pettigrew, A.M. 1979. “On Studying Organizational Passion for Service: Using Content Analysis to
Cultures”, Administrative Science Quarterly, Explicate Service Climate Themes”, Journal
page: 570-81. of Applied Psychology, page: 705-716.
Pfeffer, J. & G. Salancik. 1978. The External Control Sekaran, U. 2000. Research Methods for Business: A
of Organizations: A Resource Dependence Skill Building Approach, Third Edition, New
Perspective, New York: Harper and Row. York: John Wiley dan Sons.
Reynolds, P.D. 1986. “Organizational Culture as Related Smircich, L. 1983. “Concepts of Culture and Organi-
to Industry, Position, and Performance: A Pre- zational Analysis”, Administrative Science
liminary Report”, Journal of Management Quarterly, page: 339-58.
Studies, page: 334-345.
Tabachnick, B.G. & L.S. Fidell. 1996. Using Multi-
Robbins, S.P. 2005. Essentials of Organizational
variate Statistics, Third Edition, New York:
Behavior, Eight Edition, New Jersey: Prentice-
Harper-Collins College Publisher.
Hall.
Uttal, B. 1983. The corporate culture vultures. For-
Rust, R., A.J. Zahorik & T.L. Keiningham. 1996.
tune, October 17: 66-72.
Service Marketing, New York: HarperCollins/
College Publishers. Venkatraman, N. & V. Ramanujam. 1986. “Measure-
Sasser, E.W. & T. Jones. 1995. “Why Satisfied ment of Business Performance in Strategy
Customers Defect”, Harvard Business Review, Research: A Comparison of Approaches”,
page: 88-99. Academy of Management Review, page: 801-
814.
Schein, E.H. 1968. “Organizational Socialization and
The Profession of Management”, Industrial Venkatraman, S. 2007. “A Framework for Imple-
Management Review, page: 1-15. menting TQM in Higher Education Programs”,
Quality Assurance in Education, page: 92-112.
Schein, E.H. 1985. Organizational Culture and
Leadership, San Francisco: Jossey-Bass Publi- Yuniawan, A. 2009. “Pemodelan Hubungan antara
shers. Variabel Organisasional dan Variabel
Pelanggan Dalam Penyampaian Layanan
Schlesinger, L.A. & J. Heskett. 1991. “The Service- Serta Pengaruhnya Terhadap Retensi
Driven Service Company”, Harvard Business Pelanggan”, Disertasi tidak dipublikasikan.
Review, page: 71-81. Semarang: Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai