Anda di halaman 1dari 13

Tata-Kelola Mutu Total

Pada Pendidikan Tinggi

Kelompok 10 :

1. Risal Ngizudin 08660065


2. Agus Ribawa 08660066
3. M. Iqbal Hardiyan 08660067
Latar Belakang

Globalisasi dunia pendidikan tinggi kini mulai


deras merambah Indonesia. Kota-kota besar di
tanah air mulai menjadi pasar incaran banyak
universitas ternama manca nagara.
Hal ini ditandai dengan mulai beroperasinya
perguruan tinggi asing di Jakarta. Selain itu,
kerjasama penyelenggaraan program
pendidikan, riset, dan sebagainya antara
universitas manca-nagara dengan lembaga
pendidikan serupa
di dalam negeri mulai bermunculan.
Banyak perguruan tinggi mulai menyadari
tantangan di atas dan mulai mencoba
menerapkan penjaminan mutu dalam rangka
meningkatkan daya saing. Namun, pada
umumnya lembaga pendidikan tinggi tersebut
menghadapi kesukaran mendasar dalam proses
“transformasi budaya” mutu berkesinambungan
dan berorientasi pada pelanggan.
Dalam kaitan ini mutu difahami sebagai totalitas
karakteristik dan gambaran produk atau jasa yang
muncul dari kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang ditentukan atau diakibatkan (Hills
dan Stewart-David, 2001).
Perlu dibedakan di sini dua istilah yang sering campur-aduk,
yaitu kendali mutu dan penjaminan mutu. Kendali mutu (quality
control) biasanya bertalian dengan penggunaan tehnik dan
kegiatan operasional untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
dalam rangka mencapai standar tertentu dari produk.
Sedangkan penjaminan mutu (quality assurance) adalah tindakan
terencana dan sistematis yang perlu dilakukan dalam rangka
memberikan rasa percaya diri bahwa sebuah layanan akan
memuaskan pada mutu yang ditentukan (Ho dan Wearn, 1995).
Istilah pertama lebih konsen terhadap proses mutu dihasilkan,
sedangkan istilah kedua berbicara mengenai sistem dalam
rangka memastikan mutu. Menegaskan pengertian yang disebut
terakhir, penjaminan mutu tidak mungkin dilakukan tanpa
adanya sistem mutu (quality system).
Sebagai jalan keluar, perspektif yang banyak dikenal sebagai
“Tata-Kelola Mutu Total” (Total Quality Management/TQM)
di atas menawarkan konsep yang lebih menyentuh sisi
budaya organisasi untuk terus-menerus memperbaiki mutu
dan berorientasi penuh pada kepuasan
pelanggan.Perspektif ini banyak diadopsi oleh pendidikan
tinggi pada tahun tahun
1990-an. Tata Kelola Mutu Total dalam pendidikan tinggi
difahami sebagai pilosofi tata-kelola yang meletakan
sistem-sistem dan proses-proses pada posisi untuk
mencapai atau melampaui harapan pelanggan
(Spanbauer, 1995).
Sistem dan penjaminan mutu menurut perspektif
ini menjangkau setiap sisi kebudayaan
organisasi, dari mulai aspek administrasi dan
penunjang,
hingga proses belajar-mengajar di ruang kelas.
Kami menyarankan perguruan tinggi di tanah air
menentukan lima prioritas mesin penggerak
“budaya mutu”, yaitu aspek administrasi
akademik
dan non akademik terutama,keuangan,infrastruktur,
sumber daya-manusia, riset, serta proses belajar-
mengajar di kelas termasuk kurikulum yang
berbasis kopetensi.
Studi kasus pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Indonesia, peran quality
champion dilakukan oleh Wakil Dekan terkait. Ia
menjadi panitia proyek dengan anggota termasuk
dekan, manajer, ketua program, beberapa staf,
dan beberapa tenaga bantuan profesional.
Diantara kelima prioritas mesin penggerak transformasi mutu yang
disarankan di atas, yang teramat penting untuk didahulukan adalah
2membangun sistem mutu di segmen administrasi, baik keuangan
maupun akademik. Transparansi dan akuntabilitas keuangan menjadi
fondasi pertama dari dibangunnya kredibilitas dan kepercayaan di
mata pelanggan dan stake-holders lainnya, termasuk staf pengajar.
Sementara itu, sistem administrasi akademik akan menjadi tolok ukur
pertama stake-holders, terutama mahasiswa, untuk menilai apakah
biaya yang dikeluarkan sebanding dengan layanan yang diterima.
Fakultas tersebut melihat kepercayaan adalah
kunci untuk diperoleh
terlebih dahulu. Oleh karena itu, ia memilih
membangun sistem mutu di segmen
administrasi keuangan sebagai langkah pertama
membangun fondasi
transformasi.
FISIP-UI merumuskan sistem dan prosedur administrasi keuangan,
dengan pendekatan dari “bawah” ke “atas”, yaitu dari program studi
sebagai front-liner, ditarik ke departemen, kemudian dikonsolidasi di
tingkat Fakultas.Langkah yang dilakukan adalah, cara kerja
pengelolaan dan administrasi keuangan yang terdapat di salah satu
program studi, yaitu DIII Ilmu Administrasi; diidentifikasi, kemudian per
komponen dipetakan. Pemetaan dilakukan dengan menggambarkan
cara kerja dari semua komponen, dari awal (masuk) hingga akhir
(file), dengan menggunakan “bahasa” flow-chart.
Dengan melihat peta di atas, kita dapat mendiskusikan dan
mengevaluasi cara kerja yang selama ini dijalankan. Kita akan
terkejut, melihat bagaimana selama ini sumber-daya manusia, waktu,
dan sebagainya dihambur-hamburkan karena proses yang terlalu
panjang atau prosedur yang berbelit-belit.
Kini tata-kelola keuangan pada FISIP-UI ditopang
oleh sistem akuntansi standar, yang
memungkinkan kita melihat posisi keuangan
rekapitulatif secara akurat, dan real-time. Sistem
ini memungkinkan pula ia melihat daily-balance
yang penting artinya bagi proses tata-kelola.

Anda mungkin juga menyukai