Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit epidemik akut yang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan spontan (WHO, 2010). Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam berdarah dengue. Mereka terutama tinggal di daerah perkotaan negara – negara tropis dan subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus demam berdarah dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010). Demam berdarah dengue menjadi perhatian di seluruh dunia terutama di Asia dikarenakan demam berdarah dengue merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak. Data dari WHO menunjukkan sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari populasi berisiko dengue di seluruh dunia yang tinggal di negara anggota WHO pada wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat, menderita hampir 75% dari beban penyakit global. Indonesia merupakan salah satu negara transmisi virus dengue dan termasuk kategori A dalam negara endemik di Asia Tenggara (WHO, 2007). Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia (Ganda, 2006), dimana penyakit ini termasuk kedalam sepuluh penyebab perawatan di rumah sakit dan kematian pada anak-anak. Pendekatan terpadu terhadap pengendalian nyamuk sekarang ini adalah dengan menggunakan metode yang tepat (lingkungan, biologi, dan kimiawi), aman, murah dan, ramah lingkungan. Kegiatan pemberantasan vektor penularan penyakit demam berdarah meliputi penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus, larvasiding, pemeriksaan jentik berkala, dan pemberantasan sarang nyamuk.