ASET BIOLOGIS
Untuk kondisi saat ini, utamanya berbicara dalam konteks negara Indonesia, belum
terdapat peraturan akuntansi yang dengan spesifik dan komprehensif membahas
mengenai perlakuan akuntansi (PS: PSAK 68 masih exposure draft) mulai dari
aktivitas pengukuran, pengakuan, hingga aktivitas penyajian aset biologis dalam
sebuah laporan keuangan komersial.
1. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No: SE-
02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan.
2. Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN Berbasis IFRS yang dikeluarkan oleh PT.
Perkebunan Nusantara I-IV dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun 2011.
3. PSAK 14 tentang Persediaan.
4. PSAK 16 tentang Aset Tetap.
5. IAS 41 tentang Agricultural Asset.
6. PSAK No. 23 Revisi 2010 tentang Pendapatan
7. PSAK No. 48 Revisi 2009 tentang Penurunan Nilai Aset
8. Standar Akuntansi Keuangan ETAP.
Secara umum, serangkaian aturan dalam negeri yang membahas mengenai akuntansi
untuk aset biologis masih cenderung menggunakan pendekatan akuntansi dengan
konsep biaya historis. Sedangkan untuk standar yang internasional, yaitu IAS 41,
Hal | 1
Fransiskus Xaverius Sinaga/A31115708/ Kelas B-STAR BPKP
RMK Aset Biologis
pada unsur penyusutan. Pada konsep fair value yang diterapkan oleh IAS 41
ini, tidak ada akun akumulasi penyusutan dalam penyajian tanaman perkebunan
yang telah menghasilkan. Jika ada selisih dalam tahap pengukuran kembali ini,
bisa berupa kerugian atau keuntungan, entitas wajib memasukkannya dalam
item laporan laba rugi periode berjalan. Apabila entitas menggunakan konsep fair
value dalam mengukur dan menyajikan aset biologisnya, maka entitas harus
menyajikan daftar rekonsiliasi perubahan atas nilai tercatat pada tanaman
perkebunan di antara awal dan akhir periode berjalan.
Pengukuran menggunakan konsep fair value ini menjawab kelemahan
penyajian aset biologis jika menggunakan konsep biaya historis. Dengan konsep
ini, entitas tetap dapat mengetahui laba atau rugi bersih yang dialaminya pada
periode-periode selama proses transformasi biologis pada tanaman perkebunan
sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan manfaat ekonomis bagi entitas.
Secara umum ED PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis atau produk agrikultur diakui
saat memenuhi beberapa kriteria yang sama dengan kriteria pengakuan aset. Aset
tersebut diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan
keuangan pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Keuntungan atau
kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset diakui dalam laba rugi periode
terjadinya. Pengecualian diberikan apabila nilai wajar secara jelas tidak dapat diukur
secara andal.
Hal | 3
Fransiskus Xaverius Sinaga/A31115708/ Kelas B-STAR BPKP
RMK Aset Biologis
PSAK 69 memberikan pengecualian untuk aset produktif yang dikecualikan dari ruang
lingkupnya. Pengaturan akuntansi aset produktif mengacu ke PSAK 16: Aset Tetap.
Tanaman produktif (bearer plant) yang dimaksud di sini adalah tanaman hidup yang:
PSAK 69 memberikan pengaturan akuntansi atas hibah pemerintah tanpa syarat yang
terkait dengan aset biologis untuk diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual dan diakui dalam laba rugi ketika, dan hanya ketika, hibah pemerintah
tersebut menjadi piutang.
PSAK 69 berlaku efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2017 dan dicatat sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Penerapan dini diperkenankan.
Entitas mengungkapkan fakta tersebut jika menerapkan opsi penerapan dini.
Pernyataan ini diterapkan untuk pencatatan hal-hal berikut ketika berkaitan dengan
aktivitas agrikultur:
Hal | 4
Fransiskus Xaverius Sinaga/A31115708/ Kelas B-STAR BPKP
RMK Aset Biologis
Jika hibah pemerintah yang terkait dengan aset biologis yang diukur pada nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah bersyarat, termasuk ketika hibah
pemerintah mensyaratkan entitas untuk tidak terlibat dalam aktivitas agrikultur
tertentu, maka entitas mengakui hibah pemerintah dalam laba rugi ketika, dan
hanya ketika, kondisi yang melekat pada hibah pemerintah tersebut telah
terpenuhi.
Pohon tebangan
Pohon dalam hutan kayu Kayu gelondongan, potongan kayu
Hal | 5
Fransiskus Xaverius Sinaga/A31115708/ Kelas B-STAR BPKP
RMK Aset Biologis
Beberapa tanaman, sebagai contoh, tanaman teh, tanaman anggur, pohon kelapa sawit, dan
pohon karet, biasanya memenuhi definisi tanaman produktif (bearer plants) dan termasuk
dalam ruang lingkup PSAK 16: Aset Tetap. Namun, produk yang tumbuh (produce growing)
pada tanaman produktif (bearer plants), sebagai contoh, daun teh, buah anggur, tandan buah
segar kelapa sawit, dan getah karet, termasuk dalam ruang lingkup PSAK 69: Agrikultur.
Entitas mengakui aset biologis atau produk agrikultur ketika, dan hanya ketika:
o entitas mengendalikan aset biologis sebagai akibat dari peristiwa masa lalu;
o besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan aset
biologis tersebut akan mengalir ke entitas; dan
o nilai wajar atau biaya perolehan aset biologis dapat diukur secara andal.
Hal | 6