Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadiran ALLAH SWT karena atas rahmat,
taufik serat karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan laporan mata kuliah
kerja baja sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Maksud dari penyusunan laporan
ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah POLNEP. Dalam kesempatan ini saya menyadari
bahwa tanpa bantuan,dorongan,dan bimbingan dari bergabgai pihak, laporan ini tidak akan
selesai dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
sebesar – besarnya kepada :
1. Orang tua yang telah berdoa dan memberikan dukungannya
2. Bapak Asmadi ST.MT selaku dosen kerja beton
3. Bapak Syahdansyah,S.ST selaku teknisi kerja beton
4. Teman – teman jurusan teknik sipil dan perencanaan
Saya berharap demi kesempurnaan penulis laporan ini, memohon kritik dan saran untuk
memperbaiki penulisan laporan yang akan datang.
Demikian kata pengantar dari saya. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua .

Pontianak, 13 Maret 2018

De Kamilla Buih

4201612084

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 1


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja merupakan bahan bangunan yang berupa campuran dari biji besi,
mangan dan karbon. Semakin tinggi nilai karbon pada baja makan baja akan semakin
keras, namun mudah patah. Akan tetapi semakin rendah nilai karbon maka baja akan
mudah bengkok. Sebagai bahan bangunan yang berhubungan dengan kekuatan
struktur ataupun tidak,sangat banyak diperlukan dalam pekerjaan yang dilakukan
dalam bidang teknik sipil misalnya : kuda – kuda, tulangan beton, kerangka jembatan
dan masih banyak lagi.
Baja diperlukan dalam bentuk yang beraneka ragam dan ukuran yang
berbeda pula sehingga sangatlah mustahil baja itu dibuat dalam keadaan pasif,
tentulah kita harus membuat sambungan – sambungan untuk mendapatkan bentuk
yang kita inginkan.
Pada jaman dahulu orang menyambung suatu baja dengan menggunakan
cara yang sangat sederhana. Tetapi makin lama peradaban manusia makin
berkembang, begitu juga dalam bidang teknologi. Manusia berusaha menganalisa
dan menggali serta memproduksi bahan-bahan yang diperlukannya untuk suatu
tujuan tertentu. Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk dapat
melakukan penyambungan yang kuat dengan menggunakan tenaga listrik. Untuk
dapat menyambung baja tersebut menjadi satu dengan yang lainnya, maka baja
tersebut disambung dengan cara dilas.
Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk
berbagai proses pengerjaan idustri seperti, pemotongan logam dan
penyambungannya, konstruksi bangunan baja, dan kostruksi permetur. Teknologi
pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa
keuntugan seperti bangunan dan mesin yang dibuat degan teknik pengelasan
menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya, kualitas dari hasil
pengelasan sangat trgantung pada keahlian dar penggunanya dan persiapan sebelum
pelaksanaan pengelasan.
Las adalah melelehkan dengan panas. Sedangkan mengelas adalah suatu
cara menyambung dua buah plat/logam atau lebih dengan melelhkan logam dengan
menggunakan panas, baik menggunakan bahan tambah atau tanpa bahan tambah
sehingga menyatu.
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat
panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai
ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara
Definisi las berdasarkan DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam panduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Secara umum pengelasan dapat didefinisikan sebagai
penyambungan dari beberapa batang logam dengan memanfaatkan energi panas.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 2


Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan
pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung
dibuat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur
nyala (gas pembakaran) sehingga kedua atau bidang logam merupakan bidang masa
yang kuat dan tidak mudah dipisahkan (Arifin,1997). Saat ini terdapat sekitar 40 jenis
pengelasan dari seluruh jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling
populer di indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik
(Shielded Metal Are Melding / SMAW) dan las karbit (Oxy Acetylene Welding /OAW).
Pengelasan pada umumnya memerlukan panas yang sangat tinggi
temperaturnya untuk mencairkan bagian – bagian bahan yang akan disambung atau
diaplikasikan.
Panas untuk pengelasan dapat diperoleh antara lain dari :
a. Api yang dapat dihasilkan dari arang / pembakaran arang batu, seperti : pada
proses las tempe.
b. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dengan permukaan benda kerja
seperti las listrik.
c. Tahan lisrik yang terjadi antara dua bagian yang akan disambung seperti pada
proses las listrik, las tekan dan las roll.
d. Nyalah api gas adalah panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
dengan zat asam, seperti pada proses asitelin.

1.2 Tujuan
Ada tujuan dari praktikum kerja baja ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat dan bahan sesuai dengan fungsinya.
2. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan keselamatan kerja dengan baik dan
benar.
3. Mahasiswa mampu menggunakan las asetelin maupun listrik dengan baik.
4. Mahasiswa mahir mengelas dengan bahan tambah atau tanpa bahan tambah.
5. Mahasiswa mahir dalam pengelasan dasar.

1.3 Materi Praktikum


Adapun materi praktikum yang akan dilaksanakan adalah :
1. Membuat rigi – rigi las menggunakan las asetelin tanpa bahan tambah.
2. Membuat rigi – rigi las menggunakan las asetelin dengan bahan tambah.
3. Membuat rigi – rigi las menggunakan las listrik.
4. Menyambung pipa ke plat menggunakan las listrik.
5. Menyambung plat ke plat menggunakan las listrik / las asetelin.

1.4 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum kerja baja dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2018 sampai 09
Maret 2018. Bertempat diruang bengkel jurusan Teknik Sipil dan Perencaan
Politeknik Negeri Pontianak.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 3


BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sejarah Singkat Pengelasan
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah,dapat diketehui bahwa teknik
penyambungan logam telah diketahui sejak jaman prasejarah, misalnya
pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian paduan timbal-timbal.
Menurut keterangan yang didapat telah diketahui dan dipraktikan dalam rentang
waktu antara tahun 40000 sampai 30000 SM. Sumber energi panas yang digunakan
waktu itu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau arang, tapi panas yang
dihasilkan pembakaan dari bahan bakar itu sangat rendah, sehingga teknik
penyambungan ini tidak dikembangkan lebih lanjut.
Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah, teknologi
pengelasan maju dengan pesat dan menjadi suatu teknik penyambungan yang
mutakhir. Cara – cara dan teknik pengelasan yang sering digunakan pada masa itu
adalah las busur, las resistansi, las termit, dan las gas, pada umumnya diciptakan
pada akhir abad ke-19.
Benardes menggunakan alat-alat las busur pada tahun 1892, Slavianoff
adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang turut
mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Kjellberg
menemukan kualitas sambungan menjadi lebih baik bila kawat elektroda dibungkus
dengan terak. Pada tahun 1886, Thomson menciptakan proses las resistansi listrik.
Goldscmitt menemukan las termit dalam tahun 1895 dan pada tahun 1901 las oksi
asetelin mulai digunakan oleh Fouce dan piccard. Pada tahun 1936 Wesserman
menemukan cara pembrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.
Kemajuan – kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai
sampai dengan tahun 1950, telah mulai mempercepat lagi kemajuan dalam bidang
las. Pada masa ini telah ditemukan cara – cara baru dalam pengelasan antara lain las
tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung CO2, las gesek, las busur
plasma dan masih banyak lagi.

2.2 Pengertian Pengelasan


Las adalah menyambung dua buah plat/batang atau lebih dengan cara
melebur bahan dasar pelat/batang baik menggunakan bahan tambah atau tidak.
Pengelasan merupakan sambungan permanen sehingga rakitannya tidak dapat
dilepas. Jadi metod pengelasan tidak cocok digunakan untuk produk yang
memerlukan pelepasan rakitan (misalnya untuk perbaikan dan perawatan).
Sambungan las dapat lebih kuat daripada logam induknya, bila digunakan logam
pengisi yang memiliki kekuatan lebih besar dari pada logam induknya.
Mengelas adalah suatu cara menyambung dua buah plat logam / lebih
menggunakan panas dengan bahan tambah atau tidak. Ada dua jenis las yaitu :
1. Las listrik adalah panas yang didapat berasal dari arus listrik melalui elektroda.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 4


2. Las Asetilin (karbit) adalah panas yang didapat dari pencampuran karbit (gas
asetilin) dengan oksigen.
Bahan tambah : bahan untuk penyambungan yang berasal dari bahan baja
lainnya seperti kawat baja, tembaga,aluminium,stainless steel,dll.
2.3 Jenis Sambungan Las
Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua
bagian benda logam, seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Lima jenis sambungan yang biasa digunakan dalam proses pengelasan
a. Sambungan tumpu (butt joint)
Kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang datar yang
sama dan disambung pada kedua ujungnya.
b. Sambungan sudut (corner joint)
Kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku – siku dan
disambung pada ujung sudut tersebut.
c. Sambungan tumpang (lap joint)
Bagian benda yang akan disambung saling menumpang (overlapping) satu sama
lainnya.
d. Sambungan T (tee joint)
Satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian lain dan membentuk huruf T yang
terbalik.
e. Sambungan tekuk (edge joint)
Sisi – sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung sejajar, dan
sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut.

2.4 Jenis Las-an


Setiap jenis sambungan yang disebutkan diatas dapat dibuat dengan
pengelasan. Proses penyambungan yang lain dapat juga digunakan, tetapi
pengelasan merupakan metode penyambung yang paling universial. Berdasrkan
geometrinya las-an dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Las-an Jalur (Fillet Weld)
Las-an jalur digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan
sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T pada gambar 2.2. logam
pengisi digunakan untuk menyambung sisi melintang bagian yang
membentuk siku – siku.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 5


Gambar 2.2 Bentuk las-an jalur

2. Las-an Alur (Groove Welds)


Las-an ajung bagian yang akan disambung dibuat alur dalam bentuk
persegi, serong(bevel),V,U, dan J pada sisi tunggal atau ganda, seperti
pada gambar 2.3 dibawah ini. Logam pengisi digunakan untuk mengisi
sambungan, yang biasanya dilakukan dengan pengelasan busur dan
pengelasan gas.

Gambar 2.3 Bentuk las-an jalur

3. Las-an Sumbat Dan Las-an Slot (Plug And Slot Welds)


Las-an sumbat dan las-an slot digunakan untuk menyambung pelat
datar seperti pada gambar 2.4, dengan membuat satu lubang atau lebih
atau slot pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan kemudian
mengisi lubang tersebut dengan logam pengisi sehingga kedua bagian
pelat melimer menadi satu.

Gambar 2.4 (a) Las-an sumbat dan (b) Las-an slot

4. Las-an Titik Dan Las-an Kampuh (Spot And Seam Welds)


Las-antitik dan las-an kampuh digunakan untuk sambungan tumpang
seperti pada gambar 2.5. Las-an titik dadalah manik las yang kecil antara
permukaan lembaran atau pelat. Las-an titik diperoleh dari hasil
pengelasan resresistansi listrik. Las-an kampuh hampir sama dengan las-

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 6


an titik, tetapi las-an kampuh lebih kontinu dibandingkan dengan las-an
titik.

Gambar 2.5 (a) Las-an titik dan (b) Las-an kampuh

5. Las-an Lekuk Dan Las-an Rata (Flang And Surfacing Welds)


Las-an lekuk dan las-an rata ditunjukkan pada gambar 2.6. Las-an
lekuk dibuat pada ujung dua atau lebih bagian yang akan disambung,
biasanya merupakan lembaran logam atau pelat tipis, paling sedikit satu
bagian ditekuk (gambar 2.6a). Las-an datar tidak digunakan untuk
menyambung bagian benda, tetapi merupakan lapisan penyakang (ganjal)
logam pada permukaan bagian dasr.

Gambar 2.6 (a) Las-an lekuk dan (b) Las-an rata

6. Las Listrik Dengan Elektroda Karbon


Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam
atau diantrara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan
mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai
elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fluksi.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 7


Gambar 2.7 Las dengan elektroda

7. Las Listrik Dengan Elektroda Berselaput (SMAW)


Las listrik menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah.
Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan
mencairkan ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda
yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi
ujung elektroda, kawah las, busur listrik dan daerah las disekitar busur
listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang
membeku akan menutupi permukaan las yang berfungsi sebagai pelindung
terhadap pengaruh luar. Gambar dibawah ini adalah sirkuit las listrik
dengan elektroda berselaput dimana G adalah sumber tenaga arus searah
dan elektroda dihubungkan ke terminal negatif sedang bahan ke terminal
positif.

Gambar 2.8 Las Listrik Elektroda berselaput (SMAW)

8. Las Listrik TIG


Las Listrik TIG menggunakan elektroda wolfram yang bukan
merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda
wolfram dan bahan dasar adalah merupakan sumber panas untuk
pengelasan. Titik cair dari elektroda wolfram sedemikan tingginya sampai
3410° sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai
las dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang
melindungi daerah las dari pengaruh luar pada saat pengelasan.
Sebagai bahan tambah dipakai elektroda tanpa selaput yang digerakkan
dan didekatkan ke busur listrik yang terjadi antara elektroda wolfram
dengan bahan dasar. Sebagai gas pelindung dipakai argon,helium atau
campuran dari kedua gas tersebut yang pemakaiannya tergantung dari jenis
logam yang akan dilas. Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengan air
yang bersirkulasi.
Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 8
Gambar 2.9 Las Listrik TIG
9. Las Listrik MIG
Las listrik MIG adalah juga las busur listrik dimana panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar,
karena adanya arus listrik elektrodanya adalah merupakan gulungan kawat
yang berbentuk rol yang gerakannya diatur oleh pasangan roda gigi yang
digerakkab oleh motor listrik.
Kecepatan gerakan elektroda dapat diatur sesuai dengn keperluan.
Tangkai las dilengkapi dengan nosal logam untuk menyemburkan gas
perlindung yang dialirkan dari botol gas melalui selang gas. Gas yang
dipakai adala CO₂ untuk pengelasan baja lunak dan baja, argon atau
campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan
karat.

Gambar 2.10 Las Listrik MIG


2.5 Gerakan Pengelasan
Gerakan pengelasan pada waktu mengelas bertujuan untuk mendapatkan hasil
rigi – rigi lasa dan penetrasi yang baik. Gerakan pengelasan yang sering digunakan
ada 4 gerakan, yaitu :
1. Gerakan zig zag

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 9


2. Gerakan melingkar

3. Gerakan segitiga

4. Gerakan lurus

2.6 Las Asetelin


Pengelasan asetelin adalah proses pengelasan secara manual dengan
pemanasan permukaan logam yang akan di las atau di sambung sampai mencair oleh
nyala api gas asetelin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2, dengan atau tanpa
bahan pengisi/tambah.
Pembuatan gas asetelin :
CaC2 (Kalsium Karbida) + 2HO2 C2H2 + Ca (OH)2 + Kalor

2.7 Bagian – Bagian Las Aseteli


1. Tabung Gas Oksigen

Ciri – ciri tabung :


- Bentuk lebih tinggi dan ramping.
- Luarnya biru atau hitam.
- Terbuat dari baja dengan kekuatan tekan dinding tabung yaitu :
 Ukuran kelas medium 15 kg – 30 kg.
 Ukuran kelas tertinggi 165 kg.
- Gas diambil dari pemurnian udara bebas dengan cara elektrolisa air udara (
77% Nitrogen [196o] , 23% Oksigen [183o] ) proses pemurnian elektrolisa air.
Selisih titik didih adalah sehingga pemurnian mencapai 99,5% Oksigen.
- Diperjual belikan dengan isi 40 liter dan 60 liter.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 10


2. Tabung Gas Asetelin

 Ciri – ciri tabung asetelin :


- Bentuk gemuk dan pendek, terbuat dari baja.
- Warna putih atau merah
- Tekana botol 15 kg
- Pengeuaran gas tidak boleh melebihi 750 liter/jam.
- Isi tabung 40 liter – 60 liter gas.
- Pada bawah tabung di lengkapi sumbat untuk menjaga keamanan agar tidak
terjadi tabung meledak, jika terjadi kenaikan suhu mencapai 100%.
- Sifat dari gas asetelin mudah terbakar.
 Cara penyimpanan/perawatan tabung asetelin :
- Karena gas asetelin sangat peka terhadap panas dan tekanan tinggi, maka
gas di jatuhkan dari sumber panas – panas matahari dan api.
- Pastikan jumlah air yang cukup dalam generator asetelin setiap akan
digunakan.
- Jaga tekanan generator pada tekanan kerja yang di ijinkan, tidak boleh
melebihi ketentuan.
- Jangan sampai terjadi kebocoran gas.
- Bila proses pengelasan selesai, sisa gas di buang habis, baik pada tabung
maupun pada selang.

3. Regulator

Fungsi dari regulator adalah untuk mengatur besarnya tekanan kerja. Pada
regulator terhadap 2 (dua) buah alat pengukur tekanan, disebut manometer. 2 (dua)
buah manometer berfungsi untuk :

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 11


a. Mengatur tekanan isi tabung gas.
b. Mengatir tekanan kerja las.
Regulator gas O2 berwarna biru/hitam, regulator asetelin berwarna hijau/kuning.

4. Selang Gas

Fungsi dari selang baik selang oksigen maupun setelin adalah untuk mengalirkn
gas dari tabung keblander. Kuat tekan selang adalah 10 kg/cm2, yang harus kuat dan
fleksibel :
- Selang asetelin berwarna merah, sedangkan selang oksigen berwarna
hijau/biru, ciri lain adalah ulir baut mur gas oksigen berulir ke kanan
dan selang asetelin berulir ke kiri.
- Kebocoran selang harus di jaga dari kebocoran, dikarenakan jika bocor
akan mengakibatkan kebakaran/pemborosan pemakaian gas.

5. Brender Las

Berfungsi sebagai alat/tempat pencampuran 2 (dua) buah gas antara asetelin


dan gas oksigen. Brender las di lengkapi oleh 2 (dua) buah katup, yaitu katup yang
mengatur keluarnya gas oksigen berwarna biru/hijau dan katup yang mengatur
keluarnya gas asetelin berwarna merah.

6. Tip

Berfungsi sebagai ujung pembakaran dari las. Pada ujung pembakar terbuat
dari tembaga dengan diameter lubang sesuai ketebalan pelat yang akat di las dan
jenis bajanya.
Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 12
7. Nyala Api Las Asetelin

Nyala hasil pembakaran selalu berubah – ubah tergantung dari hasil


perbandingan campuran antara asetelin dan gas oksigen. Ada tiga jenis nyala api :

a. Nyala Karborasi
Nyala ini terjadi diakibatkan gas asetelin lebih banyak porsinya di
banding oksigennya.
b. Nyala Netral
Nyala ini teradi di akibatkan campuran antara gas oksigen dan gas
asetelin sebanding/seimbang.
c. Nyala Api Oksidasi
Nyala ini di akibatkan komposisi campuran gas okisgen lebih dominan
dari gas asetelin.

2.8 Posisi Pengelasan

Posisi brender terhadap benda kerja yang di las sangat mempengaruhi hasil
pegelasan. Ada 4 macam posisi pengelasan, yaitu :
a) Posisi di bawah tangan
Benda kerja terletak di bawah tangan operator.
b) Posisi di atas kepala
Letak benda kerja yang arah di las berada di atas kepala. Jadi posisi las
harus dari bawah.
c) Posisi tegak
Letak posisi benda kerja tegak lurus terhadap operator.
d) Posisi mendatar
Letak benda kerja mendatar setengah bahu operator.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 13


2.9 Las Listrik
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian
juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda
yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan
disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.

1. Keselamatan Kerja
a) Cahaya dan sinar:
- Sinar infra merah : pembengkak pada kelopak mata, penyakit
kornea mata, kerabunan awal.
- Sinar ultra violet : mata terasa sakit 6 – 12 jam, kemudian hilang 6 –
12 jam hilang.
- Cahaya Tampak : mata menjadi cepat lelah.
Pelindungnya : gunakan kaca mata las, gunakan topeng las, minimal
kaca berlensa warna hitam.
b) Busur api las
Busur apilas menimbulkan :
- Panas
- Loncatan – loncatan bola/busur api
- Bila terkena kulit, akan luka bakar
Pelindungnya : pakai pakaian tahan api
c) Karena percikan terak
Setelah benda kerja di las, maka terak di bersihkan, dan sewaktu di
bersihkan ( dengan cara memukul atau mengetok ) terjadi loncatan
terak. Pelindungnya : pakai kaca mata las, pakaian las (afron), sarung
tangan.
d) Karena arus listrik
Sifat arus listrik :
- Arus 1 mega amper : menimbulkan kejutan
- Arus 5 mega amper : menimbulkan rasa sakit
- Arus 10 mega amper : menyebabkan rasa sakit hebat
- Arus 20 mega amper : pengerutan pada otot
- Arus 50 mega amper : sangat berbahaya
- Arus 100 mega amper : mematikan
Perlindungan : gunakan sarung tangan, gunakan sepatu yang berisolasi,
bila badan berkeringan hentikan mengelas, gunakan kabel yang
sempurna, pemegang elektroda harus ditempatkan pada tempat yang
aman, penggantian elektroda harus di lakukan hati – hati, tempatkan

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 14


mesin las pada tempat yang kering, gunakan kabel penghubung dengan
kabel yang sempurna.

2.10 Alat Bantu Las Listrik


1. Kabel
Terbuat dari tembaga yang di lapis dengan isolator (terbuat dari karet).
Kabel di bagi mejadi 3 (tiga) bagian :
a) Kabel elektorda

Kabel yang menghubungkan antara mesin las kepegangan eleltroda.


b) Kabel massa

Kabel yang menghubungkan klem massa ke mesin las.


c) Kabel tenaga
Kabel yang menghubungkan mesin las ke listrik sumber (PLN).

2. Pemegang elektroda

Adalah merupakan alat untuk menjepit elektroda. Elektroda yang di


jepit pada bagian yang tidak berserabut.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 15


3. Palu terak

Digunakan untuk melepaskan terak, sehabis pengelasan.

4. Sikat kawat

Digunakan untuk : membersihkan benda kerja yang akan di las,


membersihkan benda kerja yang sudah di las.

5. Klem massa

Terbuat dari tembaga untuk menghubungkan benda kerja ke mesin


las.

6. Tang penjepit (tang buaya)

Digunakan untuk memindahkan benda kerja yang sudah las.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 16


7. Perlengkapan las
a) Topeng las / kaca mata las

Digunakan untuk melindungi mata dan kulit muka dari sinar dan percikan las.
b) Sarung tangan

Untuk melindungi tan dan kulit dari percikan panas las.


c) Baju Las ( afront)

Untuk melindungi badan dari percikan dan terak.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 17


d) Sepatu las

Melindungi semburan bungan api las dan sengatan listrik.

8. Kawat Elektroda

Kawat Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berselaput
(fluks) dan tidak berselaput yang merupakan pangkal untuk menjepitkan
tang las, yang ditunjukan pada Gambar. Sedangkan fungsi fluks sendiri
adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara, menghasilkan
gas pelindung, menstabilkan busur.
9. Gerinda Tangan

Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di


las berupa penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk
membantu dalam proses pengelasan khususnya dalam pembersihan lasan
sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan lasan lapis
berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam
Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 18
memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam
persiapannya sebelum diperbaiki cacat pengelasan tadi.
10. Palu Konde

Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg.


penggunaan palu konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan
permukaan benda kerja yang berkelok atau melengkung, untuk
membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau
meniadakan distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan
pengelasan. Palu konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak
serta dalam penyimpananya harus tertata rapi dan tidak saling
bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.
11. Kikir

Kikir adalah alat perkakas tangan yang berguna untuk pengikisan


benda kerja. Kegunaan kikir pada pekerjaan penyayatan untuk meratakan
dan menghaluskan suatu bidang, membuat rata dan menyiku antara
bidang satu dengan bidang lainnya, membuat rata dan sejajar, membuat
bidang-bidang berbentuk dan sebagainya.Adapun bentuk kikir itu dibuat
bermacam-macam sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 19


12. Gergaji Besi

Gergaji adalah perkakas berupa besi tipis bergigi tajam yang


digunakan untuk memotong atau pembelah kayu atau benda lainnya.Ada
banyak jenis gergaji. Beberapa merupakan peralatan tangan yang bekerja
dengan kekuatan otot, namun ada juga gergaji mesin yang digerakkan
dengan motor seperti yang biasa digunakan menggergaji pohon.Gergaji
biasa menimbulkan suara ribut. Menggunakan gergaji untuk memotong
bahan berbahaya karena tepinya yang tajam dan dan jangan sampai
menyenuh kulit ketika menggunakannya. Bagian suatu benda yang
dipotong gergaji bisa terbang kabur dan berbahaya
buat pernapasan, mata dan kulit.

2.11 Jenis Jenis Mesin Las Listrik


Ada pun jenin – jenis mesin las listrik adalah :
1. Mesin Las AC
2. Mesin Las DC
3. Mesin Las ( AC dan DC ) atau Mesin Las Ganda

1. Mesin Las AC
Memperoleh busur nyala api dari transpirmater. Dimana jaringan listrik di
rendah menjadi arus arah balik.
Keuntungannya :
- Murah harganya
- Efisiensi mencapai 80 – 90 %
- Kebisingan rendah
Kerugiannya :
- Hampir tidak munerin mengelas dengan selaput murah
- Busur listrik tidak tenang
- Tidak bisa di gunakan untuk semua jenis lasan
- Faktor tenaga kurang

2. Mesin Las DC
Memperoleh busur nyala api dari “ arah searah “. Pemandangan kabel
pada mesin DC dapt dilakukan dengan 2 (dua) cara :

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 20


- Cara 1 : pengukutapan langsung (DC-) :
- kabel elektroda di pasang ke kutub negatif (-)
- kabel massa di pasang ke kutub positif (+)
maka : busur yang dihasilkan benda kerja akan lebih panas dari
pada elektroda.
- Cara 2 : pengukutpan terbalik (DC+) :
- Kabel elektroda di pasang ke kutub positif (+)
- Kabel massa di pasang ke arus (-)
Maka : busur yang di hasilkan elektroda lebih panas dari pada
benda kerja.
Keuntungan :
- Seluruh jenis elektroda dapt digunakan
- Seluruh jenis logam dapat di las
- Mempunyai nyala busur stabil
- Bahaya kecelakaan kecil
Kerugian :
- Harga mahal
- Efesiensi kecil (50 – 55 %)
- Suara mengeluarkan kebisingan

3. Mesin Las Ganda


Mempunyai transpormater dan sebuah resifer dalam sebuah rangka,
sehingga dapat ditambah menjadi mesin AC dan DC.
Keuntungan :
- Kebisingan rendah
- Setiap jenis selaput dapt di gunakan
- Murah dalam perawatan
- Busur listrik tenang
- Mesin dapat di rubah ke AC / DC
Kerugian :
- Harga mahal
- Relatif besar dan mahal
- Lebih berbahaya ( hanya di gunakan pada las spesial )
2.12 Pengaruh Kuat Arus Terhadap Hasil Las
1. Kuat arus terlalu rendah, pengaruhnya
- Bahan las cepat beku ( elektroda menempel pada benda kerja ).
- Busur nyala sukar di perthankan.
- Dalam pembakaran dangkal.
- Pencairan bahan las kurang baik.
- Rigi – rigi las terlepar di atas benda kerja.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 21


2. Kuat arus terlalu tinggi, pengaruhnya
- Bahan las encer.
- Elektroda cepat meleleh.
- Terjadi banyak percikan.
- Pendangkalan dalam.
- Bahan las meledak.
- Bagian elektroda pijar,

2.13 Pengaruh Panjang Busur Terhadap Hasil


Pengelasan

Dalam pengelasan yang baik panjang/jarak busur = L adalah panjang busur


sama dengan diameter kawat elektroda artinya : L=D

1. Jika panjang busur las D=L, maka cairan elektroda akan menalir dan mengendap
dengan baik, hasilnya :
a) Rigi – rigi las halus dan baik.
b) Tembusan lasnya baik.
c) Perpaduan dengan bahs dasar baik.
d) Pencairan terak halus.
2. Busur terlalu panjang L>D, maka akan timbul bagian yang berbentuk bola dari
elektroda, hasilnya :
a) Rigi – rigi las kasar.
b) Tembusan dangkal.
c) Percikan terak kasr.
3. Busur terlalu pendek L<D, maka akan sukar memelihara busur nyala api dan akan
terjadi pembekuan kawat elektroda dan menempel pada benda kerja, hasilnya :
a) Rigi – rigi tidak merata.
b) Tembusan dangka.
c) Percikan terak kasar dan berbentuk bola.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 22


BAB III
PEMBAHASAN
Job 1 : Membuat Rigi – Rigi Las dengan Las Asetelin
(tanpa bahan tambahan)
A. Dasar Teori
Las asetelin adalah adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan
permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala
gasasetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam
pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat
tinggi sehingga dapat mencairkan logam.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat rigi – rigi las dengn las asetelin tanpa bahan
tambahan dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat membaca gambar.
3. Mahasiswa dapat menggunakan mesin/alat – alat sesuai dengan fungsinya.
4. Mahasiswa dapat bekerja dengan fokus terhadap yang dikerjakan.
5. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat pada dunia kerja,
masyarakat, dan sebagainya.

C. Peralatan dan Bahan


 Peralatan  Bahan
- Tabung Gas Asetelin - Pelat Logam 1,5mm
- Tabung Oksigen - Karbit
- Selang Karet Oksigen (warna biru) - Oksigen
- Selang Karet Asetelin (warna merah) - Korek Api
- Regulator
- Blender
- Tip
- Palu Terak
- Penggores
- Sikat Kawat
- Tang Penjepit (tang buaya)
- Siku
- Alat Ukur (meteran/penggaris)

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Kaca Mata
- Sarung Tangan
Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 23
E. Gambar Kerja

F. Langkah Kerja
1) Siapkan bahan dan alat – alat yang akan di gunakan.
2) Bahan yang harus di siapkan adalah pelat logam ukuran 10 x 10 cm.
3) Sebelum pengelasan membuat garis lurus untuk di las.
4) Garis pelat logam dengan pengoren, dengan ukuran ujung pertama 1 cm dan
ukuran ke 2, 3, 4, dan 5 adalaha 2 cm dari ujung yang pertama.
5) Setelah selesai menggaris, cek isi gas asetelin dan oksigen pada tabung.
6) Jika isi gas asetelin sudah habis ganti karbir yang ada pada dalam tabung gas
asetelin dengan membuka katup bagian bawah tabung gas asetelin.
7) Bersihkan rak karbit yang telah habis, lalu isi lagi dengan air yang bersih dan isikan
lagi dengan karbit yang baru.
8) Setelah itu kunci katup gas asetelin dengan rapat seperti semula agar gas dari
hasil peleburan karbit tidak keluar.
9) Lalu buka katup regulator pada gas asetelin dan oksigen untuk pengeluaran gas
yang ada.
10) Buka katup gas asetelin pada brender sedikit saja, lalu bakar ujung tip dengan api
11) Atur gas asetelin dan oksigen pada katup yang ada pada brender sesuai yang di
kehendaki.
12) Jika api sudah terbentuk, panaskan benda kerja sesuai dengan garis yang ada.
13) Lalu jika sudah panas jalankan api sesuai dengan garis yang ada.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 24


14) Jalankan api secara menzig – zag sesuai dengan garis yang telah ada.
15) Jangan berhenti ditengah – tengah pada saat pengelasan.
16) Lalu selanjutnya lakukan kembali pemanasan benda kerja pada garis yang satunya
hingga agak mencair.
17) Seletah itu jalankan secara zig – zag sesuai dengan keselurusan garis yang ada.
18) Lalukan hal yang sama pada garis yang selanjutnya.
19) Setelah selesai maka matikan las asetelin dengan mennutup katup gas asetelin
pada brender las.
20) Kunci kembali regulator gas asetelin dan oksigen, buka kembali kedua katus gas
asetelin dan oksigen pada brender agas mengeluarkan sisa gas yang ada pada
brender bekas sisa pengerjaan.

G. Gambar Hasil

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 25


Job 2 : Membuat Rigi – Rigi Las dengan Asetelin dengan
Bahan Tambahan (kawat)
A. Dasar Teori
Las asetelin adalah adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan
permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala
gasasetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam
pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat
tinggi sehingga dapat mencairkan logam.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat rigi – rigi las dengn las asetelin dengan bahan
tambahan dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat membaca gambar.
3. Mahasiswa dapat menggunakan mesin/alat – alat sesuai dengan fungsinya.
4. Mahasiswa dapat bekerja dengan fokus terhadap yang dikerjakan.
5. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat pada dunia kerja,
masyarakat, dan sebagainya

C. Peralatan dan Bahan


 Peralatan  Bahan
- Tabung Gas Asetelin - Pelat Logam tebal 1,5mm
- Tabung Oksigen - Karbit
- Selang Karet Oksigen (warna biru) - Oksigen
- Selang Karet Asetelin (warna merah) - Korek Api
- Regulator - Kawat
- Blender
- Tip
- Palu Terak
- Penggores
- Sikat Kawat
- Tang Penjepit (tang buaya)
- Siku
- Alat Ukur (meteran/penggaris)

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Kaca Mata
- Sarung Tangan

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 26


E. Gambar Kerja

F. Langkah Kerja
1) Siapkan bahan dan alat – alat yang akan di gunakan.
2) Bahan yang harus di siapkan adalah pelat logam ukuran 10 x 10 cm.
3) Sebelum pengelasan membuat garis lurus untuk di las.
4) Garis pelat logam dengan pengoren, dengan ukuran ujung pertama 1 cm dan
ukuran ke 2, 3, 4, dan 5 adalaha 2 cm dari ujung yang pertama.
5) Setelah selesai menggaris, cek isi gas asetelin dan oksigen pada tabung.
6) Jika isi gas asetelin sudah habis ganti karbir yang ada pada dalam tabung gas
asetelin dengan membuka katup bagian bawah tabung gas asetelin.
7) Bersihkan rak karbit yang telah habis, lalu isi lagi dengan air yang bersih dan
isikan lagi dengan karbit yang baru.
8) Setelah itu kunci katup gas asetelin dengan rapat seperti semula agar gas dari
hasil peleburan karbit tidak keluar.
9) Lalu buka katup regulator pada gas asetelin dan oksigen untuk pengeluaran gas
yang ada.
10) Buka katup gas asetelin pada brender sedikit saja, lalu bakar ujung tip dengan
api
11) Atur gas asetelin dan oksigen pada katup yang ada pada brender sesuai yang di
kehendaki.
12) Jika api sudah terbentuk, panaskan benda kerja sesuai dengan garis yang ada.
13) Lalu jika sudah panas masukkan kawat pada api sesuai dengan garis, jalankan api
sesuai dengan garis yang ada.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 27


14) Jalankan api secara menzig – zag sesuai dengan garis yang telah ada, sambil
meletakkan kawat pada bagian yang panas mencair.
15) Jangan berhenti ditengah – tengah pada saat pengelasan.
16) Lalu selanjutnya lakukan kembali pemanasan benda kerja pada garis yang
satunya hingga agak mencair.
17) Seletah itu masukkan bahan tambahan berupa kawat, jalankan api secara zig –
zag sesuai dengan keselurusan garis yang ada di depan ujung kawat agar
meleleh secara merata.
18) Lalukan hal yang sama pada garis yang selanjutnya.
19) Setelah selesai maka matikan las asetelin dengan mennutup katup gas asetelin
pada brender las.
20) Kunci kembali regulator gas asetelin dan oksigen, buka kembali kedua katus gas
asetelin dan oksigen pada brender agas mengeluarkan sisa gas yang ada pada
brender bekas sisa pengerjaan.

G. Gambar Hasil

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 28


Job 3 : Membuat Rigi – Rigi Las dengan Las Listrik
A. Dasar Teori
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian
juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda
yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan
disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat rigi – rigi las dengn las listrik dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat membaca gambar.
3. Mahasiswa dapat menggunakan mesin/alat – alat sesuai dengan fungsinya.
4. Mahasiswa dapat bekerja dengan fokus terhadap yang dikerjakan.
5. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat pada dunia kerja,
masyarakat, dan sebagainya

C. Alat dan Bahan


 Peralatan :
- Seperangkat Mesin Las Listrik
- Sikat Kawat
- Palu Terak
- Tang Penjepit (tang buaya)
- Penggores
 Bahan
- Pelat Logam tebal 2mm
- Elektroda

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Topeng Las/Kaca Mata
- Sarung Tanngan
- Jaket Kulis/Afron

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 29


E. Gambar Kerja

F. Langkah Kerja
1) Siapkan bahan dan alat – alat yang akan digunakan.
2) Bahan yang di gunakan adalah pelat logam 10 x 10 cm dengan tebal 2mm
3) Sebelum pengelasan membuat garis lurus untuk di las.
4) Garis pelat logam dengan pengoren, dengan ukuran ujung pertama 1 cm dan
ukuran ke 2, 3, 4, dan 5 adalaha 2 cm dari ujung yang pertama.
5) Hidupkan mesin las listrik, lalu ataur amper yang keluar dari mesin tersebut.
6) Letakkan benda kerja pada meja kerja yang telah di sambungkan dengan
penjepit massa agar bisa di las.
7) Ambil elektroda secukupnya, lalu jepit elektroda pada penjepin elektroda.
8) Lalu lakukan las dengan menarik lurus busur las tersebut secara baik.
9) Usahakan jangn berhenti ditengah – tengah pada saat pengelasan.
10) Dan jangan terlalu cepat menarik busur lat tersebut, karena jika terlalu cepat
hasil pengelasan akan tidak bagus.

11) Bersihkan terak pada hasil pengelasan yang ada dengan menggunakan palu
terak.
12) Setelah dibersihkan maka lanjutkan pada garis yang berikutnya.
13) Lakukan lah yang sama pada garis – garis yang sama.
14) Setelah selesai maka dinginkan hasil las tersebut lalu bersihkan terak – terak
yang masih melekat/bertaburan dengan sikat kawat.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 30


G. Gambar Hasil

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 31


Job 4 : Menyambung Pelat ke Pipa Galvanis dengan Las
Listrik / Las Asetelin
A. Dasar Teori
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian
juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda
yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan
disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Las asetelin adalah adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan
permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala
gasasetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam
pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat
tinggi sehingga dapat mencairkan logam.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat sambungan pelat ke pipa galvanis dengn las
listrik/las asetelin dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat membaca gambar.
3. Mahasiswa dapat menggunakan mesin/alat – alat sesuai dengan fungsinya.
4. Mahasiswa dapat bekerja dengan fokus terhadap yang dikerjakan.
5. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat pada dunia kerja,
masyarakat, dan sebagainya

C. Alat dan Bahan


 Peralatan
- Seperangkat Mesin Las Listrik.
- Palu Terak
- Palu Konde.
- Gergaji Besi.
- Penggores.
- Tang Penjepit (tang buaya).
 Bahan
- Elektroda
- Pelat ukuran 10 x 10 cm, tebal 2mm.
- Pipa Galvanis ∅ 4cm, t = 4 cm

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Topeng Las/Kaca Mata.
- Sarung Tanngan.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 32


- Jaket Kulis/Afron.

E. Gambar Kerja

F. Langkah Kerja
1) Siapkan bahan dan alat – alat yang akan digunakan.
2) Siapkan bahan pelat 10 x 10 cm dengan tebal 2mm.
3) Potong pipa galvanis yang berdiameter 1,5” dengan panjang 4 cm dengan gergaji
besi.
4) Garis silang dari ujung ke unjung agar mendapatkan posisi tengah untuk
menempelkan pipa galvanis.
5) Hidupkan mesin las listrik.
6) Ambil elektroda secukupnya lalu jepit ke penjepit elektroda, lalu jepitan massa
pada meja kerja.
7) Letakan benda kerja pada meja kerja.
8) Posisi pelat dengan pipa galvanis di jepit dengan tang penjepit.
9) Las pada sambungan antara pelat dan pipa galvanis.
10) Las secara keliling pada pipa galvanis tersebut secara rapi.
11) Hancurkan selaput terak dengan palu terak tersebut dengan bersih.
12) Lalu matikan mesin las listrik.
13) Besrsihkan dari sisa – sia lasan dengan sikat kawat.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 33


G. Gambar Hasil

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 34


Job 5 : Menyambung ke Pelat dengan Las Asetelin dan
Las Listrik
A. Dasar Teori
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian
juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda
yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan
disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Las asetelin adalah adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan
permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai mencair oleh nyala
gasasetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau tanpa logam
pengisi. Proses penyambungan dapat dilakukan dengan tekanan (ditekan), sangat
tinggi sehingga dapat mencairkan logam.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat menyambungkan pelat – pelat hasil pengelasan las
asetelin dan las listrik dengn las listrik/las asetelin dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat membaca gambar.
3. Mahasiswa dapat menggunakan mesin/alat – alat sesuai dengan fungsinya.
4. Mahasiswa dapat bekerja dengan fokus terhadap yang dikerjakan.
5. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat pada dunia kerja,
masyarakat, dan sebagainya.

C. Alat dan Bahan


 Peralatan
- Seperangkat Mesin Las Listrik.
- Palu Terak
- Palu Konde.
- Gergaji Besi.
- Penggores.
- Tang Penjepit (tang buaya).
 Bahan
- Elektroda.
- Pelat Hasil Pengelasan Las Asetelin.
- Pelat Hasil Pengelasan Las Listrik.

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Topeng Las/Kaca Mata.
- Sarung Tanngan.
- Jaket Afron.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 35


E. Gambar Kerja

PIPA Ø2" - 4 cm
Plat t = 2 mm
Las Tumpul

10.00

10.00 10.00 10.00

PIPA Ø2" - 4 cm

Plat t = 2 mm
Las Tumpul Las Tumpul

10.00 10.00 10.00

F. Langkah Kerja
1) Siapkan bahan dan alat – alat yang akan digunakan.
2) Bahan yang ada adalah hasil pengelasan las asetelin dan las listrik.
3) Hidupkan mesin las listrik, lalu ataur amper yang keluar dari mesin tersebut.
4) Letakkan benda kerja pada meja kerja yang telah di sambungkan dengan penjepit
massa agar bisa di las.
5) Ambil elektroda secukupnya, lalu jepit elektroda pada penjepin elektroda.
6) Lalu lakukan las dengan menarik lurus busur las tersebut secara baik.
7) Usahakan jangn berhenti ditengah – tengah pada saat pengelasan.
8) Dan jangan terlalu cepat menarik busur lat tersebut, karena jika terlalu cepat
hasil pengelasan akan tidak bagus.
9) Bersihkan terak pada hasil pengelasan yang ada dengan menggunakan palu terak.
10) Setelah dibersihkan maka lanjutkan pada sambungan yang berikutnya.
11) Setelah selesai maka dinginkan hasil las tersebut lalu bersihkan terak – terak yang
masih melekat/bertaburan dengan sikat kawat.

H. Gambar Hasil

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 36


Job 6 : Pengaplikasian Kerja Baja Pembuatan Rangka
Atap
A. Dasar Teori
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian
juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan
merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda
yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan
disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Rangka atap adalah struktur yang menyangga bangunan atau hunian, bingkai
yang membuatnya stabil, dan juga menghubungkan dan menstabilkan bagian bawah
bangunan (pondasi).

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat rangka atap dengan las listrik dengan baik dan
benar.
2. Mahasiswa dapat membaca gambar.
3. Mahasiswa dapat menggunakan mesin/alat – alat sesuai dengan fungsinya.
4. Mahasiswa dapat bekerja dengan fokus terhadap yang dikerjakan.
5. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat pada dunia kerja,
masyarakat, dan sebagainya.

C. Alat dan Bahan


 Peralatan
- Seperangkat Mesin Las Listrik/Las Asetelin.
- Mesin Pemotong.
- Gerinda.
- Gergaji Besi.
- Penggores.
 Bahan
- Elektroda.
- Karbit.
- Air.
- Besi Holo 4x4cm
- Besi Holo 2x4cm.

D. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Topeng Las/Kaca Mata.
- Sarung Tanngan.
- Jaket Afron.

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 37


E. Perhitungan Bahan
Besi Holo 𝟒⁄𝟒 : ukuran 141 cm 1 buah
Besi Holo 𝟒⁄𝟒 : ukuran 25 – 4 - 4 = 17 cm 1 buah
Besi Holo 𝟒⁄𝟒 : ukuran 15 – 4 – 4 = 7 cm 1 buah
Besi Holo 𝟒⁄𝟒 : ukuran 22 cm 1 buah
Besi Holo 𝟒⁄𝟒 : ukuran 21 cm 1 buah
Besi Holo 𝟒⁄𝟒 : ukuran 51 cm 3 buah

F. Gambar Kerja

Hollow uk. 4x4cm


Hollow uk. 2x4cm

0.25
0.15

0.47 0.47 0.47

1.41

G. Langkah Kerja
1) Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada job ini seperti besi holo 2x4 cm,
besi holo 4x4 cm.
2) Potong besi holo 4x4 cm sepanjang 141 cm sebanyak 1 buah, 17 cm sebanyak 1 buah, 7
cm sebanyak 1 buah, 22 cm sebanyak 1 buah, 21 cm 1 buah.
3) Potong baja tulangan sesuai ukuran yang terdapat pada perhitungan bahan.
4) Diagonalkan salah satu dua sisi disambung menggunakan las asetelin atau las elektroda .
5) Haluskan hasil pengelasan dengan gerinda tangan.
6) Sikat hasil pengelasan untuk membersihkan sisa pengelasan. Kemudian cuci secukupnya
hasi pekerjaan lap hingga bersih, lalu cat sesuai dengan yang diinginkan.
7) Diamkan hingga kering dan lap kembali hasil perkerjaan sebelum dikumpulkan.

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 38


H. Gambar Hasil

Politeknik Negeri Pontianak |TP3/D4│ 4B│ De Kamilla Buih 39


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja baja sangat berfungsi saat dilapangan, sekarang ini atap juga sudah banyak
menggunakan atap baja ringan. Dikarenakan baja yang lebih efisien, murah, dan memiliki
keunggulan lebih banyak lagi. Dibutuh pengetahuan lebih dalam kerja baja, karena kerja baja
kali ini kita melakukan pengelasan yang berfungsi pada sebuah konstruksi baja pada saat ada
penyambungan dan pada pengaplikasian kami membuat teralis. Pengelasan disini
menggunakan las asetelin dan las listrik. Dengan bahan pelat, pipa galvanis, besi strip.

Sebelum pengelasan perlu diperhatikannya teknik-teknik pengelasan yang baik dan


benar agar hasil dapat sesuai yang diinginkan. dari mengukur benda kerja, mengelas, hingga
penyambungan.

B. Saran
1) Pada saat praktikum berlangsung dilarang berguarau.
2) Selalu menggunakan K3 pada saat pengerjaan.
3) Setiap akan menggunakan mesin selalu ada pada pengawasan Dosen/Teknisi.
4) Setiap pengerjaan lakukan lah dengan serius.
5) Hati – hati dalam menggunakan mesin atau alat – alat yang di gunakan

Politeknik Negeri Pontianak│ TP3/D4│De Kamilla Buih│4B 40

Anda mungkin juga menyukai