Laporan Botani New
Laporan Botani New
TAKSONOMI TUMBUHAN
1. 2. Tujuan Taksonomi
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup dan tujuan taksonomi adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi suatu makhluk hidup.
a. Identifikasi
Identifikasi tumbuhan adalah menentukan nama yang benar dan tempat tumbuhan yang
tepat dalam system klasifikasi. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat
takson harus mengikuti aturan yang ada dalam Kode Internasiolnal Tata nama Tumbuh-
tumbuhan.
b. Klasifikasi
Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifikasi buatan,
sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
c. Nomenclature
Nomenclature merupakan tata carar (system) pemberian nama atau tata nama tumbuhan
secara ilmiah. Untuk nama ilmiah tumbuhan dikenal dengan system binominal yaitu
sistem penamaan makhluk hidup dengan dua sebutan. Ada tujuh tingkatan yaitu:
Kingdom
Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk hidup. Ada lima
kingdom antara lain : Monera, Proista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
Divisio (tumbuhan) / filum (hewan)
Nama filum digunakan pada dunia hewan, dan nama division digunakan pada
tumbuhan. Filum atau division terdiri atas organism-organisme yang memiliki
satu atau dua persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas
sedangkan nama division umumnya memiliki akhiran khas, antara lain phyta dan
mycota.
Kelas
Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari filum atau division.
Ordo
Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo
umumnya diberi akhiran ales.
Famili
Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama famili tumbuhan
biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea.
Dalam penyebutan indonesia nama suku selalu diulang penyebutannya : kacang-
kacangan , angrek-anggrekan , jahe-jahean.
Genus
Genus adalah takson yang lebih rendah dariada famili. Nama genus terdiri atas
satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, dan seluruh huruf dalam
kata itu ditulis dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya.
Spesies
Spesies adalah takson yang terendah. Spesies adalah suatu kelompok organisme
yang dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan
keturunan yang fertil (subur) aturan penulisannya disebut binomial nomenklatur.
Dalam system penamaan ini, cara penulisannya adalah menyebutkan nama marga
(genus) yang diawali huruf besar lalu diikuti oleh nama jenis (spesies). Semuanya
harus di cetak miring atau di beri garis bawah. Contoh : Allium cepa atau Allium
cepa , pilih salah satunya.
d. Deskripsi
1) Keanekaragaman
1. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis makhluk hidup.
Gen adalah substansi terkecil/unit dasr yang membawa faktor keturunan.
2. Keanekaragaman Jenis
Keanakaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup
antar jenis (interspesies) dalam satu marga. Keanekaragaman jenis lebih mudah diamati
daripada keanekaragaman gen perbedaan antarspesies makhluk hidup dalams atu marga
atau genus lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar
individu dalam satu spesies. Misalnya nangka, keluwih, dan sukun ketiganya termasuk
dalam genus yang sama, yaitu Arthocarpus.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme bersama lingkungan fisik dan kimia tempat hidup atau habitatnya.
Antara komunitas organik, habitat, serta factor-faktor fisik dan kimia dalam suatu
ekosistem selalu berinteraksi. Faktor fisik meliputi iklim, air, tanah, udara, cahaya, suhu,
dan kelembapan. Faktor kimia meliputi tingkat keasaman, kandungan mineral, dan
salinitas. Factor fisik dan kimia disbut komponen abiotik.
Contoh keanekaragaman ekosistem antara lain ekosistem pantai, ekosistem sawah,
ekosistem terumbu karang, dan ekosistem hutan.
2) Perkembangan klasifikasi tumbuhan tak berbunga
a. Periode tertua → didasarkan pada ada atau tidaknya manfaat dari tumbuhan.
Periode ini juga di kenal dengan periode manfaat
b. Periode system habitus → dipelopori oleh Theophrastes (370-285 S.M).
Pengklasifikasian didasarkan atas perawakan (habitus).
c. Periode artificial → berkembang kira-kira pada abad ke 18 dan dipelopori oleh
Carolus Linneaus. Pengelompokannya didasarkan pada jumlah alat kelamin. Dan
linneaus juga-lah yang mempelopori system nama ganda.
d. Periode system alam → system kalsifikasi ini didasarkan atas kesamaan bentuk .
disebut system alam karena semua golongan-golongan yang terbentuk terjadi
karena kehendak alam (natural).
e. Periode system filogenetik → periode ini terjadi dari pertengahan abad ke-19
hingga sekarang. Dasar system pengklasifikasian ini adalah filogeni. Yaitu
menggolongkan tumbuhan sekaligus mencerminkan urutan-urutan golongan itu
dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan juga menunjukkan jauh dekatnya
hubungan kekerabatan antara golongan satu dengan lainnya.
BAB II: DETERMINASI
2.1. Pengertian Determinasi
Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain yang
sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Determinasi berarti menentukan
atau memastikan nama dari tumbuhan atau spesimen tumbuhan tersebut, sedangkan identifikasi
merupakan proses yang dilaksanakna terlebih dahulu yaitu dengan mengamati sifat-sifat
tumbuhan atau spesimen atau yang lainnya setelah itu lalu melakukan determinasi atau
menentukan nama ilmiahnya yang benar. Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali
adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah
bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain- lainnya).
Kunci determinasi adalah suatu alat/cara untuk memudahkan mencari serta menentukan
nama ilmiah suatu taksonatau sekelompok tumbuhan. Kunci determinasi disusun berdasarkan
beberapa karakter yang menonjol dari sekelompok tumbuhan. Kunci determinasi disusun
berdasarkan beberapa karakter yang menonjol dari sekelompok tumbuhan.
a. Ciri yang dimasukkan mudah diobservasi, karakter internal dimasukkan bila sangat
penting.
b. Menggunakan karakter positif dan mencakup seluruh variasi dalam grupnya.
c. Deskripsi karakter dengan istilah umum yang dimengerti orang.
d. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin, hindari deskripsi dalam kunci.
e. Mencantumkan nomor couplet.
f. Menggunakan Kunci Determinasi.
Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi:
Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan dideterminasi
(kalau ada lengkap vegetatif dan generatif).
Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi di mana tumbuhan
tersebut diperoleh.
Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain yang lebih rinci.
Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati.
Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glossary atau kamus.
Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua pilihan layaknya tidak
kena, mungkin terjadi kesalahan, ulangi ke belakang.
Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya.
Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya.
Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi dengan ilustrasi atau
specimen herbarium yang ada.
3.1. Daun
3.1.1. Pengertian
Daun mempunyai nama ilmiah folium. Biasanya berwarna hijau,walaupun beberapa jenis
daun memiliki warna yang lain selain hijau. Warna hijau disebabkan oleh kandungan zat hijau
daun yang disebut klorofil, yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari melalui
fotosintesis.
Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi) terutama yang berupa zat gas CO2
Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)
Penguapan air (transparasi)
Pernapasan (respirasi)
Daun tumbuh dan melekat pada batang. Setiap jenis tumbuhan memiliki bentuk daun
yang berbeda. Secara umum daun berupa helaian, yang tipis ataupun tebal, dengan ujung,
pangkal, tepi, dan permukaan yang berbeda.
Daun yang memilki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya daun pisang
dan talas. Apabila daun memiliki 3 struktur tersebut, yaitu pelepah, tangkai daun dan helaian
daun maka daun tersebut digolongkan sebagai daun lengkap. Tidak semua daun memiliki
struktur yang lengkap, dalam arti hanya memiliki helaian dan tangkai daun saja atau hanya
terdiri dari halaian daun saja tanpa dilengkapi dengan tangkai dau
Tumbuhan yang hanya meiliki tangkai (petiolus) dan helian (lamina), sering disebut daun
bertangkai. Struktur ini dimilki daun pada umumnya yang dijumpai sehari-hari dilingkunga
sekitar kita. Contohnya adalah kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), pepaya (Carica
papaya) jambu biji (Psidium guajava), cabe (Capsicum sp.).
Daun yang hanya memiliki pelepah (vagina) dan helaian (lamina), sering disebut daun
berpelepah. Contohnya adalah tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), padi (Oryza
sativa) dan rumput-rumputan.
Beberapa jenis tumbuhan hanya memiliki helaian daun (lamina) saja. Karena tidak
mempunyai tangkai, helaian daun langsung menempel pada batang. Posisinya terlihat seakan-
akan daun tersebut memeluk batang, sehingga sering disebut daun memeluk batang atau “daun
duduk” (sessilis).
Sedangkan tumbuhan yang hanya memiliki tangkai daun (petiolus) saja, tangkai daun
bermetamorfosis menjadi pipih menyerupai daun. Struktur daun yang memipih ini disebut
sebagai “daun semu” (filodia), misalnya pada akasia. Meskipun demikian, tidak pada semua
tumbuhan semua tangkai termetamorfosis menjadi pipih seperti pada akasia. Pada beberapa
tumbuhan tangkai daun hanya termetamorfosis sebagian berbentuk daun-daun semu yang halus
dan kecil, misalnya pada tumbuhan patah tulang.
1. Daun penumpu (stipula), yang biasanya berupa dua helai lembaran serupa daun yang kecil,
yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai daun dan umumnya berguna untuk melindungi
kuncup yang masih muda. Ada kalanya daun penumpu itu besar dan lebar seperti daun biasa
dan berguna pula sebagai alat untuk berasimilasi seperti terdapat pada kacang kapri (Pisum
sativun L.). Daun penumpu ada yang mudah sekali gugur seperti misalnya pada pohon
nangka (Artocarpus Integra Merr.), tetapi ada pula yang tinggal lama dan baru gugur
bersama-sama daunnya, misalnya pada mawar (Rosa sp.) Menurut letaknya daun penumpu
dapat dibedakan menjadi:
a. Daun penumpu yang bebas terdapat di kanan dan kiri pangkal tangkai daun, disebut
daun penumpu bebas (stipulae liberae) terdapat misalnya pada kacang tanah
(Arachis hypogaea L.).
b. Daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai daun (stipulae
adnatae) pada mawar (Rosa sp).
c. Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu dan mengambil tempat di dalam ketiak
daun (stipula axillaris atau stipula intrapetiolaris)
d. Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu yang mengambil tempat yang
berhadapan dengan tangkai daun biasanya agak lebar hingga melingkari batang
(stipula petiolo opposita atau stipula antidroma).
e. Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara dua tangkai daun
seperti seringkali terjadi pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang
mempunyai dua daun yang duduk berhadapan, misalnya pada pohon mengkudu
(Morinda citrifolia L.), Daun penumpu yang demikian ini dinamakan daun penumpu
antar tangkai (stipula interpetiolaris).
2. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa selaput tipis yang menyelubungi
pangkal suatu ruas batang, jadi terdapat di atas suatu ruas daun. Selaput bumbung dianggap
sebagai daun penumpu yang kedua saling berlekatan dan melingkari batang, terdapat antara
lain pada Polygonum sp.
3. Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas antara upih dan
helaian daun pada rumput (Gramineae), Alat ini berguna untuk mencegah mengalirnya air
hujan kedalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat
dihindarkan.
1. Daun Tunggal
Tumbuhan berdaun tunggal apabila pada satu tangkai daun hanya terdapat satu helai
daun. Contoh : Singkong, Pepaya, Mangga.
2. Daun Majemuk
Jika pada satu tangkai daun terdapat beberapa helai daun disebut daun majemuk. Contoh :
Buah asam, Belimbing, Putri malu.
Oleh karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang sama
dengan daun tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daari
daun majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar. Di bawah ini adalah dua hal
yang dapat dijadikan dasar perbedaan antara daun tunggal dengan anak daun dari daun majemuk,
yaitu:
1. Pada ketiak daun tunggal terdapat tunas aksilar, sedangkan pada ketiak anak daun dari
daun majemuk tidak ada tunas aksilar.
2. Daun tunggal menempati bidang tiga dimensi pada batang atau dahan, sedangkan anak
daun dari daun majemuk menempati satu bidang.
2. Rakhis, yaitu tangkai yang terletak di atas anak daun terbawah atau rakhila (rakhis
sekunder) terbawah. Bagian rakhis yang berada di antara dua anak daun disebut bagian
interyuga, sedangkan bagian rakhis yang berada di bawah anak daun teratas disebut
bagian ultrayuga. Pada daun majemuk bergAnda dapat ditemukan adanya rakhila atau
rakhis sekunder, yaitu cabang dari rakhis. Rakhila ini dapat bercabang lagi dan disebut
rakhis tertier.
3. Petiolulus, yaitu tangkai anak daun dan biasanya memiliki suatu persendian yang disebut
pulvinulus (pulvinus sekunder).
Bila dalam suatu daun majemuk anak daun muncul menyirip pada rakhis, maka daun tersebut
dinamakan daun majemuk menyirip (pinnatus), sedangkan bila anak daun muncul dari satu titik
pada ujung petiolus, maka daun tersebut dinamakan daun majemuk menjari (palmatus). Daun
majemuk menyirip dapat imparipinnatus bila pada ujung rakhis terdapat satu anak daun,
paripinnatus bila pada ujung rakhis tidak terdapat anak daun, atau interupte-pinnatus bila
terdapat anak daun yang berukuran besar dan kecil yang berselang letaknya sepanjang rakhis.
Daun majemuk menyirip ini dapat pula bipinnatus atau tripinnatus bila dua atau tuga kali
menyirip, atau bila ditemukan adanya rakhis sekunder dan tertier. Daun majemuk dapat pula
berbentuk campuran antara menjari dengan menyirip yang disebut daun majemuk
digitatopinnatus atau palmatopinnatus. Pada daun seperti ini, rakhis-rakhis terseusun menjari,
sedangkan anak daun terseusun menyirip pada setiap rakhis.
Tangkai daun, baik pada daun tunggal atau daun majemuk melekat pada batang atau
cabang-cabang batang. Pada batang terdapat buku batang (nodus), dan bagian ini sering kali
nampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai suatu
cincin, yang dapat kita lihat jelas pada tumbuhan monokotil, terutama dari jenis rumput atau
familia Poaceae, seperti bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.). Pada
tumbuhan dikotil, buku batang tidak terlihat jelas, melainkan hanya berbentuk seperti tonjolan
pada batang. Pada buku batang inilah daun-daun melekat. Bagian batang antara dua buku-buku
dinamakan ruas (Internodus).
Duduknya daun pada batang dikenal dengan istilah phyllotaxis. Biasanya satu tangkai
daun duduk pada satu buku daun. Namun pada beberapa tumbuhan, daun-daun duduk berjejal-
jejal, pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Meskipun
demikian, secara umum daun duduk pada batang secara terpisah-pisah dengan suatu jarak yang
nyata.
Jenis-Jenis Phyllotaxis
Jenis-jenis phyllotaxis ditentukan dari pola duduknya daun pada buku batang, seperti
yang telah dijelaskan diatas. Berdasarkan pola duduknya daun, phyllotaxis dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu folia sparsa, folia opposita dan folia verticillata.
Folia Sparsa
Pada pola yang pertama, dimana pada satu buku batang duduk hanya satu tangkai daun,
maka pola seperti ini dikenal sebagai pola duduk daun tersebar (folia sparsa). Biasanya daun
tersusun berselang-seling. Susunan tangkai daun dapat berselang-seling teratur atau tidak
beraturan.
Pada prinsipnya, pada setiap satu buku daun hanya ada satu tangkai daun. Hampir semua
tumbuhan memiliki duduk daun yang mengikuti pola ini. Tumbuhan yang tergolong folia sparsa
antara lain andong (Coryline fruticosa), alang-alang (Imperata cylindrica), jagung (Zea mays),
rumput-rumputan, dan berbagai jenis tumbuhan dari kelas Monocotyledoneae, jarak (Ricinus
communis), mangga (Mangifera indica) dan sebagainya.
Duduk daun folia sparsa juga berlaku untuk daun majemuk. Setiap satu tangkai daun
majemuk, ibu tangkai daun (petiolus communis) duduk hanya pada satu buku batang. Contoh
tumbuhan berdaun majemuk yang termasuk folia sparsa pada daun majemuk menyirip antara
lain angsana (Pterocarpus indicus), ceremai (Phyllanthus acidus), belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi), dan sebagainya. Folia sparsa pada daun majemuk menjari antara lain, wali songo
(Schefflera grandiflora), karet (Hevea brasiliensis) dan sebagainya. Demikian juga pada daun
majemuk bangun kaki dan daun majemuk campuran.
Folia opposita
Pada pola kedua, setiap buku daun diduduki dua tangkai daun. Pada pola ini daun duduk
berpasang-pasangan atau berhadap-hadapan sehingga disebut juga folia opposita. Contoh folia
opposita dapat ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan bakau seperti api-api (avicennia sp.),
bakau (rhizopora mucronata), tunjang (Xylocarpus mekongensis), dan beberapa jenis tumbuhan
dari jenis jambu-jambu (familia Myrtaceae) seperti (syzygium polyathum), jambu air (eugenia
aquatika), jambu biji (psidium guajava), dan sebagainya.
Ada juga beberapa daun memiliki folia opposia yang saling bersilangan antara satu buku
dengan buku yang lainnya. Misalnya pada buku pertama. Ketiga, kelima dan seterusnya posisi
daun saling berhadapan. Pada buku kedua, keempat, keenam, dan seterusnya posisi daun
berhadapan memutar 90º dari posisi daun-daun yang berbeda pada posisi di atas dan di
bawahnya tersebut.
Duduk daun seperti dinaman berhadapan bersilang. Contoh tumbuhan yang memiliki
folia opposia seperti ini dapat ditemukan pada tanaman asoka ( ixora javanica). Tapak dara (
catharathus roseus), mengkudu ( morinda citrifolia) dan sebagainya.
Yang harus diperhatikan dalam menentukan folia opposita adalah duduk daunnya pada
batang, karena beberapa daun majemuk menyirip berdaun lebar kadang-kadang telihat pada folia
opposita.
Folia Vertisilata
Pada pola yang ketiga, ;pada setiap buku terdapat tiga atau lebih daun yang duduk di
sana. Pola seperti ini dikenal sebagai daun yang berkarang yang di sebut folia vertisilata. pada
beberapa buku determinasi tumbuhan, pola berkarang disebut sebagai karang daun.
Contoh daun berkarang dengan tiga daun pada satu bukunya dapat ditemukan pada laca
piring (gardenia augusta), oleander (nerium oleander) dan lain-lain. Sedangkan tumbuhan
berkarang dengan lebih dari tiga daun pada satu bukunya dapat ditemukan pada almanda
(allamanda catharitca), pulai (Alsonia scoralis) dan lain-lain.
BAB V: BUNGA
Kelopak bunga, merupakan bagian bunga yang paling luar. Kelopak biasanya
berwarna hijau seperti daun atau berwarna warni seperti mahkota.
Mahkota bunga, terletak disebelah dalam kelopak dan biasanya mempunyai warna
yang beraneka ragam. Mahkota buga berguna untuk menarik serangga lain untuk
datang membantu penyerbukan.
Benang sari, merupakan alat kelamin jantan yan terdiri dari tangkai sari dan kepala
sari. Benang sari biasanya terletak di tengah-tengah mahkota bunga.
Benang sari, Benang sari terdiri dari :
Kepala sari (anthera) merupakan bagian benang sari yang terdapat di ujung
tangkai sari
Tangkai sari (filamentum) merupakan bagian benang sari yang berbentuk
seperti pipa yang mendukung kepala sari.
Penghubung antara ruang sari (connectivum) merupakan bagian tangkai sari
yang berfungsi menghubungkan dua theca.
Putik, merupakan alat kelamin betina. Pada dasar putik terdapat bagian yang akan
menjadi buah dan biji. Putik, Putik tersusun dari 3 struktur yaitu :
Kepala putik (stigma), merupakan bagian putik paling atas
Tangkai putik (stylus), merupakan saluran yang menghubungkan kepala putik dan
bakal buah
A. JENIS
Jenis yaitu berdasarkan nama spesies atau nama latin
B. HABITUS
Kecenderungan hidup tumbuhan (misalnya: pohon, perdu, herba).
C. DAUN
Daun yaitu berdasarkan:
Jenis daun (daun tunggal atau daun majemuk)
Filotoksis yaitu tata letak daun (misalnya; tersebar atau mengumpul pada suatu
tempat)
Appendix yaitu alat tambahan atau pelengkap daun (misalnya; daun penumpu, selaput
bumbung, atau ligula)
D. BUNGA
Berdasarkan bentuk bunga yaitu simetris (beraturan) atau asimetris (tidak beraturan.
E. PERBUNGAAN
Tumbuhan berbunga tunggal ( Planta unifloris) merupakan tumbuhan yang hanya
memiliki satu bunga saja.
Bunga majemuk Merupakan bunga yang berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan
susunan yang beraneka ragam.
F. TIPE BUAH
Tipe buah yaitu berdasarkan bentuk buah (bulat, panjang, oval dan lain-lain)
G. KETERANGAN
Keterangan yaitu berdasarkan efek farmakologi tumbuhan (Pengaruh tumbuhan terhadap
fungsi suatu sistem hidup).
DAFTAR PUSTAKA