PCT 10
PCT 10
1. TUJUAN
Dapat mendemonstrasikan rangkaian kalibrasi Voltmeter dan Process Controller
Dapat menentukan input dan output yang tedapat di alat PCT 10
Dapat mendemonstrasikan perubahan controlling setting
3. DASAR TEORI
Input atau masukan adalah efek dari lingkungan ke suatu proses kimia, sedangkan
output atau keluaran adalah efek dari proses kimia ke lingkungan.
Input Output
Proses Kimia
Output Input
Dalam suatu pengendalian hubungan antara input, proses dan output merupakan
satu loop (siklus) yang utuh. Output merupakan keluaran dari proses yang menerima
input.
1. Variabel yang dimanipulasi (diubah) ; apabila harga input tersebut berasal dari
operator atau pengendali (controller).
2. Gangguan ; apabila harga input tersebut berasal dari lingkungan dan bukan berasal
dari pengendali atau operator.
Output dibagi dua yaitu :
Pada alat PCT 10 terdapat lebih dari satu input dan lebih dari satu output, masing-
masing dapat dilihat dari tuisan yang terdapat dibagian bawah soket merah/hitam
(polaritas arus). Satu input dapat memberikan beberapa output, seperti yang terdapat
pada process controller, atau beberapa input menghasilkan satu output. Konfigurasi
adalah susunan informasi yang digunakan untuk menghubungkan pengukuran kepada
variabel yang dimanipulasi.
Pada alat PCT 10 konfigurasi dapat dilihat pada process controller, dimana pada
bagian ini terdapat pengaturan controller (controller setting) yang berisi ketentuan yang
diset oleh operator agar controller menjalankan konfigurasi yang telah diset. Dari hasil
pengaturan controller, maka input ke process controller menjadi harga pengukuran yang
kemudian dievaluasi sesuai setting didalam controller dan menghasilkan output
pengendali berupa sinyal untuk mengubah variabel yang dimanipulasi.
Contoh, pada setting ON/OFF dengan histerisis = 2% dan set point = 50% maka
apabila input ke process controller < 50% maka controller akan menghidupkan lampu
indikator 24 VAC menunjukkan variabel yang dimanipulasi (arus listrik)
disambungkan. Pada saat input ke controller > 50% + 2% maka controller akan
memutuskan arus listrik.
4. PROSEDUR KERJA
1. KALIBRASI VOLTMETER
Menghidupkan alat PCT 10 dengan menaikkan level sekring keatas dan menekan
tombol hitam 2 & 5.
Menyambungkan kabel dari tombol manual output ke voltmeter sesuai gambar
rangkaian kalibrasi (gambar 2), memperhatikan loop arus yang menuju ke
sambungan resistor 50 ohm.
Memutar tombol manual ke kanan hingga maksimal untuk mendapatkan pembacaan
1,000 volt pda voltmeter (20 mA melalui 50 ohm). Apabila harga pembacaan tidak
dalam range 1,000 volt 0,002 volt maka mengambil trimtool dan memasukkan ke
soket span, memutar ke kiri atau ke kanan sehingga didapat pembacaan dalam
range.
Memutar tombol manual ke kiri hingga maksimal untuk mendapatkan pembacaan
0,200 volt pada voltmeter (4 mA melalui 50 ohm). Apabila harga pembacaan tidak
dalam range 0,200 volt 0,002 volt maka mengambil trimtool dan memmasukkan ke
soket zero, memutar ke kiri atau ke kanan sehingga didapat pembacaan dalam
range.
Mengulangi 2 langkah terakhir hingga didapat pembacaan stabil dalam range.
- CL – G - -
- HC – O - -
- UP – t - -
- CS – 3 A L A H -
- CS – 4 n n U O -
- CS – 5 - - - - -
- CS – 6 - - - 3 -
- CS – 7 - - - 0 -
6. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengukuran 4 mA – 20 mA akan sebanding dengan 0,2 volt – 1 volt dan akan
sebanding dengan 0% - 100% pada Process Controller.
2. Jika pengukuran sesuai dengan range maka kalibrasi dinyatakan berhasil.
7. DAFTAR PUSTAKA
Meidinarasty, Anerasari. 2011. Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengendalian
Proses. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
PENGENDALIAN ON/OFF SECARA MANUAL
1. TUJUAN
3. DASAR TEORI
Kontak terbuka normal (N/O) : kontak yang terjadi letaknya terpisah (soket A dan
C) dan karenanya tidak menghantarkan listrik saat soket A dan C tidak dihubungkan.
Kontak tertutup normal (N/C) : kontak tersambung walaupun soket A dan C tidak
dihubungkan. Saklar pada posisi (N/O) atau (N/C) tergantung pada penggunaannya,
apabila diinginkan output dalam posisi ON tanpa perlu menggunakan kabel antara soket A
dan C maka posisi yang dipilih adalah normally closed contact (N/C). Sedangkan apabila
diinginkan output dalam posisi ON namun memerlukan penyambungan kabel disoket A
dan C, maka posisi saklar adalah normally open contact (N/O). Begitu juga sebaliknya
untuk posisi OFF.
Lampu indikator yang terpasang pada soket 24 VAC akan menyala atau mati
sesuai posisi relai saklar yang dipilih oleh operator. Hal yang sama juga terjadi untuk soket
240 VAC, arus listrik akan mengalir atau terputus sesuai posisi relai. Relai disini
memungkinkan pengaturan on dan off voltase tinggi (240 VAC dan 24 VAC)
menggunakan arus listrik 4-20 mA atau 0-1 volt.
5. PROSEDUR KERJA
6. DATA PENGAMATAN
7. ANALISIS PERCOBAAN
Suatu proses dapat dikontrol dalam posisi hidup atau mati melalui pengaturan
ON/OFF secara manual, dengan menggunakan relai O/O atau N/C. Dalam hal ini, relai
berfungsi sebagai pengatur ON/OFF voltase tinggi menggunakan arus listrik 4-20Ma.
Ilustrasi sistem kerja relai dapat dilihat pada gambar 1. Apabila kabel A dan C
dihubungkan pada posisi relai N/O, maka saklar bagian dalam switch output akan tertutup
atau terhubung, sehingga lampu indikator menyala. Sementara apabila kabel A dan C tidak
dihubungkan, maka saklar akan tertutup sehingga arus tidak dapat mengalir dan lampu
indikator tidak menyala.
Sistem relai N/C (Normally Close Contact) merupakan kebalikan sistem relai N/O.
Pada sistem relai N/C, saklar bagian dalam pada pengaturan switched output sudah
terhubung sehingga lampu indikator menyala. Namun, apabila kabel pada socket A dan C
dihubungkan, maka saklar akan terputus sihingga arus tidak dapat mengalir dan lampu
indikator tidak menyala.
8. KESIMPULAN
9. DAFTAR PUSTAKA
1. TUJUAN PERCOBAAN
3. DASAR TEORI
Selain itu pada pengendalian on/off dikenal histerisis. Berdasarkan arti histerisis
adalah kecenderungan instrument untuk memberiakn output yang berbeda terhadap input
yang sama.
Pada pengendalian on/off terdapat daerah netral, yaitu daerah dimana controller
tidak memberikan gerakan perubahan output. Besar daerah netral adalah 2 kali besar harga
histerisis. Contoh : untuk set point 50% dan histerisis = 1% maka daerah netral adalah 2%
yaitu dari harga 49% hingga harga 51%. Harga output pada pengendalian on/off hanya
dua, yaitu 0% dan 100% tergantung pada % error terhadap set point.
Hubungan diatas menunjukkan saat harga variabel proses (control point) melebihi
harga set point akan didapat % error >0 maka output dari cintroller adalah 100%
sedangkan apabila kurang dari set point akan didapat % error <0 dan output controller
adalah 0 %. Pada pengendalian ini akan terjadi fluktuasi dari 0% ke 100% secara langsung
selama proses berlangsung. Seperti grafik berikut :
5. PROSEDUR KERJA
PENGATURAN AWAL
Mengeset harga ProP, Int, dEr pada controller setting pada harga 0 dan harga siklus
(Cyt) pada harga 3 detik. Mengeset harga histerisis (HYSt) pada harga 1%.
Memasang kabel dari manual output ke input pada process controller (4-20 mA) dan
meletakkan lampu indikator pada soket 24 VAC.
Mengatur input ke process controller dengan memutar tombol manual output 4-20
mA.
Mengamati bahwa output relai pada soket lampu indikator 24 VAC akan menyalakan
lampu ketika input (harga terbaca pada layar variabel proses) berada dibawah harga
set point 50% dan akan mematikan lampu ketika input beradadi atas harga set point.
Karena histerisis diset pada 1%, maka lampu baru akan mati pada saat input >51%
dan akan hidup kembali saat input < 49%.
Mengulangi percobaan dengan memvariasikan harga histerisis
6. DATA PENGAMATAN
Tabel 2. Titik Hidup dan Mati untuk Tiap Set Point dan Hysterisis
Set point Set Point
Jenis
Arus Tegangan Cy-t 50% Nyala 40% Nyala
Aksi
(mA) (Volt) (detik) Hysterisis Lampu Hysterisis Lampu
Kontrol
1% 6%
4 1 >51 Mati >46 Mati
Reverse 10
20 0,2 <49 Hidup <34 Hidup
4 0,2 >51 Hidup >46 Hidup
Direct 10
20 1 <49 Mati <36 Mati
7. ANALISIS PERCOBAAN
8. KESIMPULAN
9. DAFTAR PUSTAKA