IDENTITAS
Nama : Oma W
Umur : 93 tahun
Bahasa : Indonesia
Suku/Bangsa : Tionghua
A. Keluhan Utama
B. Keluhan Tambahan
Nyeri pada kedua sendi lutut dan sering terasa kaku pada pagi hari
Sejak 5 tahun yang lalu, oma sering merasakan nyeri pada kedua sendi
lututnya terutama jika berjalan jauh. Oma juga sering mendengar suara
‘krek’ pada lututnya jika berjalan. Oma terkadang merasakan lututnya
kaku pada pagi hari selama 10menit. Kaku akan hilang jika oma
menggerak-gerakan kakinya. Tidak didapatkan bengkak maupun
deformitas.
Riwayat BAB: 1x/hari, warna coklat, lancar, tidak ada darah atau lendir.
Riwayat BAK: lancar, warna kuning, tidak ada darah dan tidak nyeri.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Oma mengatakan pernah operasi katarak mata kiri pada tahun 2005
dan mata kanan pada tahun 2009. Sejak dioperasi, penglihatan oma
menjadi lebih baik.
Hipertensi : Ibu
DM : Ibu
Jantung : disangkal
Ginjal : disangkal
Dislipidemia : disangkal
Alergi : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Oma makan 3x sehari (pagi, siang, dan sore) dengan menu yang
disediakan di PWK Hana. Kadang ditambah snack sore. Oma jarang
jajam sembarangan dan sudah mengurangi konsumsi makanan
berlemak. Setiap hari oma minum sekitar 5-7 gelas (250cc).
Riwayat Keluarga
2. Riwayat Pendidikan
a. Riwayat Pekerjaan
b. Riwayat Perkawinan
Oma menikah dengan opa pada tahun 1945. Oma dikaruniani dengan 1
orang anak perempuan yang sekarang berumur 60 tahun. Oma
mempunyai 2 orang cucu (1 perempuan dan 1 laki- laki). Cucu
perempuan oma sudah mempunyai 1 anak perempuan (cicit oma) yang
berumur 5 tahun. Keluarga oma rajin menjenguk oma setiap 1 bulan
sekali. Oma sangat dekat dengan keluarganya dan merasa senang
bahwa keluarga oma sangat menyayanginya.
c. Riwayat Agama
Saat ini oma sudah tinggal di kamar Graha PWK Hana selama
kurang lebih 7 tahun. Oma selalu mengikuti berbagai macam
kegiatan yang dilaksanakan seperi doa pagi, kebersamaan,
bermain angklung dan bernyayi. Hubungan oma dengan
perawat dan penghuni lainnya tergolong cukup baik. Setiap
pagi dan sore oma selalu berkumpul dan bersantai bersama
oma- oma lain di ruang tamu Graha. Personal hygiene baik,
oma masih dapat mandi,makan dan mengurus dirinya sendiri
dengan mandiri.
I. Keadaan Umum
Compos mentis
II. Tanda Vital
Kesan: Normal
Status Gizi
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 50 kg = 19,53 (normoweight)
(1,60)2
Kesan: Normoweight
Telinga :
AD AS
Bentuk Normotia Normotia
Daun Fistel preaurikuler (-) Fistel preaurikuler (-)
telinga Fistel retroaurikuler (-) Fistel retroaurikuler (-)
Abses mastoiditis (-) Abses mastoiditis (-)
Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Nyeri tarik aurikuler (-) Nyeri tarik aurikuler (-)
Liang Lapang Lapang
telinga Serumen (+) Serumen (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Membran Utuh, warna putih Utuh, warna putih
timpani seperti mutiara, tidak seperti mutiara, tidak
hiperemis, refleks cahaya hiperemis, refleks cahaya
(+) (+)
Tes 6 m (normal) 6 m (normal)
berbisik
Brudzinky I : (-)
Brudzinky II : (-)
Brudzinky III : (-)
Brudzinky IV : (-)
Tes Laseque : -/-
Tes Kernig : -/-
Peningkatan TIK : (-)
Nn. cranialis
Kanan Kiri
Refleks fisiologis :
Superior Inferior
Tajam : +/+
Tumpul : +/+
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Wanita, 93 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya, tampak
sehat. Tinggi sekitar 160 cm, kulit cokelat. Berpakaian rapi jika
sedang mengikuti kegiatan di PWK Hana dan memakai daster
sehari- hari di Graha. Rambut pendek hitam beruban, berkacamata
dan dapat berjalan dengan atau tanpa bantuan multiple legged
cane.
2. Pembicaraan
Oma mengunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Dapat
berbicara spontan, lancar, dan jelas. Kecepatan bicara normal,
intonasi baik, artikulasi jelas, volume suara cukup. Oma dapat
menjawab sesuai pertanyaan dan berkomunikasi secara baik.
3. Perilaku & Aktivitas Psikomotor
Berjalan dengan atau terkadang tanpa bantuan quad cane. Selama
wawancara sopan, kontak mata baik. Tidak ditemukan perlambatan
psikomotor, gerakan tak bertujuan, dan tanda kecemasan.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Oma sangat kooperatif, tidak menunjukkan sikap curiga, defensif,
maupun bermusuhan.
B. Emosi
1. Mood : eutimik
2. Afek : luas
3. Keserasian : sesuai
D. Pikiran
1. Arus Pikiran
a. Produktivitas : baik, bicara spontan.
b. Kontinuitas : baik.
c. Hendaya bahasa : tidak ditemukan.
2. Bentuk pikiran
a. Asosiasi longgar : tidak ada
b. Ambivalensi : tidak ada
c. Flight of ideas : tidak ada
d. Inkoherensi : tidak ada
e. Verbigerasi : tidak ada
f. Perseverasi : tidak ada
3. Isi Pikiran
a. Preokupasi : tidak ada
b. Fobia : tidak ada
c. Obsesi : tidak ada
d. Kompulsi : tidak ada
e. Ideas of reference : tidak ada
f. Waham : tidak ada
E. Pengendalian Impuls
Duduk tenang, berperilaku sopan. Selama wawancara tidak pernah
memaksa maupun terlihat agresif.
F. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan
Sesuai dengan latar belakang pendidikan.
2. Orientasi
- Waktu : Baik. Oma mengetahui jam, hari, tanggal, tahun
dengan tepat. Oma juga mengetahui lama rawat
di PWK Hana.
- Tempat : Baik. Oma mengetahui dirinya berada di PWK
Hana.
- Orang : Baik. Oma mengenali dirinya, dokter, perawat, dan
penghuni lain.
3. Atensi
Pemusatan, pengalihan, dan mempertahankan perhatian baik.
4. Daya Ingat
- Daya Ingat Jangka Panjang
Baik. Oma dapat mengingat tempat dan tanggal lahirnya.
- Daya Ingat Jangka Sedang
Baik. Oma dapat mengingat kapan masuk PWK Hana.
- Daya Ingat Jangka Pendek
Baik. Oma dapat mengingat 3 benda yang disebutkan pemeriksa
di sela-sela wawancara.
- Daya Ingat Segera
Baik. Oma dapat mengulang 3 benda secara berurutan dari awal
ke akhir dan sebaliknya seperti yang disebutkan oleh pemeriksa.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik. Oma dapat membaca tulisan dan menulis sesuai perintah yang
diberikan dengan baik.
6. Kemampuan Visuospasial
Baik. Oma dapat menggambar jam lengkap dengan angka dan
jarumnya, Gambar jam menunjukkan pukul 01.10.
7. Pikiran Abstrak
Oma dapat mengartikan peribahasa besar pasak daripada tiang
dengan benar.
8. Intelegensi & Kemampuan Informasi
Baik. Oma mengetahui nama calon-calon presiden pada Pemilu
tahun ini (2014).
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : baik
2. Discriminative insight : baik
3. Discriminative judgement : baik
H. Tilikan
Derajat 6. Tilikan emosional sejati.
Menyadari bahwa dirinya sakit, membutuhkan pengobatan, dan
menerapkannya.
I. Reabilitas
Oma secara umum dapat dipercaya.
HEMATOLO
GI
MCH 27-34 31 32 33 33
KIMIA
Total
LDL Direk
Kolesterol >40 74 66 58
HDL
Ureum 15-36 16 33 28 24
FUNGSI
HATI
Bilirubin
Indirek 0.0-1.0 0.93 0.79
Direk 0.0-0.4 0.31 0.3(<0.2)
Total 0.20- 1.24 0.49
1.30
JANTUNG
CKMB 0-16 8
Amilase 30-110 72 41
Anti HCV ve ve ve
CRP <6 10 8
Kuantitatif
Na 136- 146
146
K 3.5-5.1 4.3
THYROID
B. Pemeriksaan USG
18/ 02/ 09
Kesimpulan:
Hepar kesan normal bentuk dan strukturnya, tidak terlihat lesi fokal/
tanda ganas.
Kandung empedu dengan beberapa batu kecil (diam <2-3mm), tidak
terlihat kelainan lain. Saluran empedu kesan tidak melebar, bagian
distal terhalang gas pencernaan.
Pancreas dan lien kesan normal.
Ginjal kanan dan kiri kesan normal, tidak terlihat bendungan/ batu.
Kandung kencing terisi tanpa kelainan.
Tidak terlihat massa lain yang mencurigakan, hanya gambaran saluran
cerna dengan isi/gas, tidak terlihat ascites.
Oma juga mengeluh bahwa sejak 5 tahun yang lalu, oma sering
merasakan nyeri pada kedua sendi lututnya terutama jika berjalan jauh.
Oma juga sering mendengar suara ‘krek’ pada lututnya jika berjalan. Oma
terkadang merasakan lututnya kaku pada pagi hari selama 10menit. Kaku
akan hilang jika oma menggerak-gerakan kakinya.
Normoweight.
TD : 120/80 mmHg
26/02/15: Kandung empedu: batu diam diameter +/- 9mm namun tidak
didapatkan tanda radang (cholelithiasis tunggal)
B. Psikologik
VIII. DIAGNOSIS
A. Diagnosis utama
Nyeri perut kanan atas e.c cholelithiasis
• Arthritis gout
Dry eyes
X. RENCANA PENGELOLAAN
Cholelithiasis
IP Tx:
Jika menimbulkan gejala sakit, konsul Sp.BU untuk penanganan lebih lanjut
Saran:
Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Prognosis
• Ad vitam : ad bonam
• Ad functionam : dubia ad malam
• Ad sanationam : dubia ad malam
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER (SPMSQ)
PERTANYAAN JAWABAN
1 Tanggal berapa hari ini? Benar
2 Hari apa sekarang? Benar
3 Apa nama tempat ini? Benar
4 Kapan anda lahir? Benar
5 Di mana tempat anda lahir? Benar
6 Berapa umur anda? Benar
7 Berapa saudara yang anda miliki? Benar
8 Siapa nama teman sebelah kamar anda? Benar
9 Siapa nama adik anda? Benar
10 Kurangi 1 dari 10 dan seterusnya! Benar
INTERPRETASI HASIL
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : gangguan fungsi intelektual ringan
Salah 6-8 : gangguan fungsi intelektual sedang
Salah 9-10 : gangguan fungsi intelektual berat
JUMLAH 30 30
NILAI MMSE
24-30 : normal
17-23 : probable gangguan kognitif
0-16 : definite gangguan kognitif
KESIMPULAN : normal
PERTANYAAN Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2 Apakah anda meninggalkan banyak kegiatan / minat
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda kosong?
4 Apakah anda sering merasa bosan?
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap hari?
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9 Apakah anda lebih sering tinggal di dalam rumah daripada
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda mempunyai banyak masalah dengan daya ingat
anda dibandingkan sengan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat
ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat?
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
15 Apakah anda berpikir orang lain lebih baik keadaannya daripada
anda?
Total Score 3
PENILAIAN GDS VERSI INDONESIA :
- Tidak untuk butir 1, 5, 7, 11, 13 = 1
- Ya untuk butir 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15 = 1
NILAI
<5 : tidak depresi
Skor 5-9 : kemungkinan besar depresi
Skor >10 : depresi
Setiap Tidak
PERTANYAAN Sering Kadang Jarang
saat pernah
1 Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir ini anda
merasa cemas dan gelisah?
2 Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir ini anda
merasa tenang dan damai?
3 Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir ini anda
merasa sedih?
4 Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir ini anda
merasa bahagia?
5 Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir ini anda
merasa rendah diri dan
tidak ada yang dapat
menghibur anda?
6 Seberapa sering dalam 1
bulan terakhir ini anda
merasa hidup ini tidak
berarti lagi?
Instruksi:
Pasien diminta membuat jam dinding bulat lengkap dengan angka-angkanya,
lalu diminta menggambarkan jarum jam yang menunjukkan pukul satu lewat
sepuluh menit.
KESIMPULAN : Mandiri
KOLELITIASIS
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi
Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Batu
empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu
material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu
(kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada
kedua-duanya.1,2
Anatomi
Fisiologi
Faktor resiko
Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang
orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak
berbeda jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu
1980-an agaknya berkaitan erat dengan cara diagnosis dengan ultrasonografi.
Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.
Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut
antara lain :
1. Jenis Kelamin.
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan
terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung
empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
2. Usia.
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih
muda.
3. Berat badan (BMI).
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan
kandung empedu.
4. Makanan.
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia
dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.
5. Riwayat keluarga.
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.
6. Aktifitas fisik.
Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.
7. Penyakit usus halus.
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn
disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
8. Nutrisi intravena jangka lama.
Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.6
Manifestasi klinis
2. Simtomatik
Keluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan
atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit,
dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Kolik biliaris, nyeri
pascaprandial kuadran kanan atas, biasanya dipresipitasi oleh makanan
berlemak, terjadi 30-60 menit setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan
kemudian pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris.
Mual dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris. 1,6
3. Komplikasi
Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang
paling umum dan sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara
wanita usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu,
berkaitan dengan obstruksi duktus sistikus atau dalam infundibulum. Gambaran
tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan
konstan, baik berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa
tidak nyaman di daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat
inspirasi atau dengan pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung
skapula. Keluhan ini dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan,
yang dapat berlangsung berhari-hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda
toksemia, nyeri tekan pada kanan atas abdomen dan tanda klasik ”Murphy sign”
(pasien berhenti bernafas sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat
dipalpasi ditemukan hanya dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan
mengalami kolesistektomi terbuka atau laparoskopik.2,4,8
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
o Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen
sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal
pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl,
okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras
tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada
penilaian fungsi kandung empedu.4
o CT scan
CT scan dapat memperlihatkan saluran empedu yang melebar, massa hepatik
dan massa retroperitoneal (misalnya, massa pankreatik).Bila hasil ultrasound
masih meragukan, maka biasanya dilakukan CT scan.8
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari batu empedu tergantung dari stadium penyakit. Saat batu
tersebut menjadi simptomatik maka intervensi operatif diperlukan. Biasanya
yang dipakai ialah kolesistektomi. Akan tetapi, pengobatan batu dapat dimulai
dari obat-obatan yang digunakan tunggal atau kombinasi yaitu terapi oral garam
empedu ( asam ursodeoksikolat), dilusi kontak dan ESWL. Terapi tersebut akan
berprognosis baik apabila batu kecil < 1 cm dengan tinggi kandungan kolesterol.
Asimptomatik
Penanganan operasi pada batu empedu asimptomatik tanpa komplikasi
tidak dianjurkan. Indikasi kolesistektomi pada batu empedu asimptomatik ialah
- Pasien dengan batu empedu > 2cm
- Pasien dengan kandung empedu yang kalsifikasi yang resiko tinggi
keganasan
- Pasien dengan cedera medula spinalis yang berefek ke perut
Penanganan operatif:
a). Open kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu
simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik
biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang
terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan infeksi. Data baru-baru ini
menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani
kolesistektomi terbuka pada tahun 1989, angka kematian secara keseluruhan
0,17 %, pada pasien kurang dari 65 tahun angka kematian 0,03 % sedangkan
pada penderita diatas 65 tahun angka kematian mencapai 0,5 %4.
b). Kolesistektomi laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal, pemulihan
lebih
cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan perawatan di rumah sakit dan
biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier yang berulang.
Kontra indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu tidak dapat
mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak dapat
dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor stump
duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris sering
dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,5±1%. Dengan menggunakan
teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali
menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja kembali, dan semua
otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk aktifitas olahraga.1
c). Kolesistektomi minilaparatomi.
Modifikasi dari tindakan kolesistektomi terbuka dengan insisi lebih kecil dengan
efek nyeri pasca operasi lebih rendah.
BAB III
RINGKASAN
Osteoarthritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat lokal,
1
dan lemahnya otot-otot yang menghubungkan persendian.
Epidemiologi
1,2
tahun mencapai 80% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020.
OA terjadi pada 13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan 33,6%
dari mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi sendi yang terkena
OA menurut temuan radiologis adalah pada tangan 7,3%, kaki 2,3%, lutut
0,9%, dan panggul 1,5%. Prevalensi OA menurut gejala yang ditemui yaitu
pada tangan 8%, kaki 2%, lutut 12,1% pada orang dewasa berusia lebih dari
60 tahun dan 16% pada orang dewasa berusi 45 – 60 tahun, dan panggul
4,4%.
Etiologi
juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid
Klasifikasi
a. Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi
tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi
penahan beban tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi
dan kerusakkan akibatproses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan
sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari
pada kaki
b. Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat
dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit
sistem sistemik. Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih
Faktor resiko
tua memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan
mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan
b. Faktor intrinsik
a. Nyeri sendi
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi,
kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan
nyeri.6
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti setelah bangun tidur di pagi hari.7
d. Krepitasi
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada
OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai
pada OA lutut.7
Diagnosis
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
b. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
c. Klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
1. usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang
6. tidak teraba hangat pada sendi terkena
7. RF <1:40
8. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis, yaitu menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya
osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral. 10
(panah).10
Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal. Pemeriksaan imunologi
masih dalam batas – batas normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat
dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein.
10
Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk
Penatalaksanaan
b. Edukasi
d. Modifikasi aktivitas
Farmakologis
1. Sistemik
a. Analgetik
- Oral
- injeksi
- suppositoria
c. Chondroprotective
dapat menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan sendi pada pasien
Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah:
proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi. Pada
reaktif.
2. Topikal
a. Krim rubefacients dan capsaicin.
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada umumnya
bersifat counter irritant.
b. Krim NSAIDs
campuran yang dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama dalam
modalitas terapi ini, mengingat efek merugikan baik yang bersifat lokal maupun sistemik.
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan
Dengan pertimbangan ini yang sebaiknya melakukan tindakan, adalah dokter yang telah
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan inflamasi
yang kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada
penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari penyulit yang timbul.
Sebagian besar literatur tidak menganjurkan dilakukanpenyuntikan lebih dari sekali dalam
kurun 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar penyangga tubuh. Dosis
untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil
biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu dan koksa. Diberikan berturut-turut
5 sampai 6 kali dengan interval satu minggu masing-masing 2 sampai 2,5 ml Hyaluronan.
Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai
penyulit seperti artritis septik, nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor
alergi terhadap unsur/bahan dasar hyaluronan misalnya harus dicari riwayat alergi
terhadap telur. Ada 3 sediaan di Indonesia diantaranya adalah Hyalgan, dan Osflex.
4. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih
dahulu risiko dan keuntungannya.
Pertimbangan dilakukan tindakan operatif bila :
1. Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
2. Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa dan
rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
1. Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah sudut
dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat menopang sebagian
besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair
(Thomas, 2000).
2. . Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru
ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam high-
DAFTAR PUSTAKA