Anda di halaman 1dari 24

1

PROPOSAL PTK

PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA


BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PENGUASAAN MATERI STATISTIKA KELAS XII TEKNIK
KOMPUTER JARINGAN SMKS YPPI TUALANG

DI SUSUN OLEH:

NAMA : IRDA NINGSIH, S.PD

NO PESERTA : 18091118010092

SMKS YPPI TUALANG


2018
2

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul
“PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN
SEBAYA BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PENGUASAAN MATERI STATISTIKA KELAS XII
TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMKS YPPI TUALANG”.
Penelitian ini dimaksudkan sebagai acuan sistem pembelajaran peneliti
agar lebih baik lagi dalam mengajar. Walaupun penulisan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) ini kurang maksimal dan jauh dari kesempurnaan tetapi
akhirnya penulisan bisa terselesaikan. Peneliti ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan Proposal Penelitian Tindakan
Kelas.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.

Pekanbaru, 17 Januari 2018


Peneliti
3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ········································································ i


Halaman Kata Pengantar ···························································· ii
Halaman Daftar Isi ···································································· iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. · Latar Belakang ·························································· 1
B. Identifikasi Masalah ····················································· 3
C. Pembatasan Masalah …………………………………………….. 4
D. Perumusan Masalah ······················································ 4
E. Tujuan Penelitian ························································· 4
F. Manfaat Penelitian ······················································· 4

BAB II LANDASAN TEORI ······················································ 6


A. Mengajar dan Pembelajaran ············································ 6
B. Pembelajaran Koopertif ················································ 6
C. Tutorial Teman sebaya …………………………………………… 7
D. Konsep dan Strategi Pembelajaran Kontkstual …………………... 8
E. Penguasan dan Ketuntasan Belajar Statistika ................................ 10
F. Materi Statistika …………………………………………………. 10
G. Penelitian yang Relevan …………………………………………. 11
H. Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ·········································· 12


A. Jenis Penelitian ··························································· 12
B. Subyek Penelitian ······················································· 12
C. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………… 12
D. Perencanaan Tindakan Penelitian ………………………………… 12
E. Perangkat Pembelajaran ………………………………………….. 15
F. Instrumen Penelitian ····················································· 17
G. Definisi Operasional Penelitian ······································· 19
H. Teknik Analisa Data ····················································· 20

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 21


4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik
Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan peserta didik belajar
pada suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya (Krismanto, 2003).
Matematika sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa tujuan pengajaran
matematika di sekolah antara lain agar siswa memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan konsep secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, serta
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah (Depdiknas: 2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang akan diganti dengan
Kurikulum 2013 menjadi acuan sekarang ini antara lain menyatakan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran, pendidik hendaknya menerapkan berbagai pendekatan,
strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif, penataan
materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan
karakteristik peserta didik. Pengajaran ini dimulai dari hal-hal konkret dilanjutkan
ke hal yang abstrak. Pembelajaran diarahkan agar peserta didik memiliki
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki
sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, harapan
tersebut tidak sejalan dengan situasi dan kondisi pembelajaran matematika di
5

kelas selama ini dalam belajar adalah pembelajaran secara konvensional dimana
peserta didik hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh pendidik, urutan
penyajian bahan dimulai dari abstrak ke konkret, yang bertentangan dengan
perkembangan kognitif peserta didik yang masih ditingkat rendah.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak peserta didik mengalami kesulitan
dalam matematika. Prestasi matematika peserta didik baik secara nasional maupun
internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi matematika peserta
didik disebabkan oleh faktor peserta didik yaitu mengalami masalah secara
komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu, belajar
matematika peserta didik belum bermakna, sehingga pengertian peserta didik
tentang konsep sangat lemah.
Materi Statistika adalah salah satu materi operasi hitung bilangan yang
diajarkan pada semester 1 kelas XII. Materi ini adalah materi yang tentunya
dikaitkan dengan materi-materi sebelumnya. Terkadang pendidik hanya
menyampaikan materi secara verbal tentang sifat-sifat, rumus Statistika. Peserta
didik tanpa diberi kesempatan untuk mengetahui darimana hal itu diperoleh.
Peserta didik mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal cerita tentang
Statistika.
Agar proses pembelajaran Statistika menjadi bermakna, kontekstual dan
tidak membosankan diperlukan model pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik, dapat melibatkan peserta didik secara aktif, dan peserta didik dapat
menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk mengkonstruk
pengetahuan yang baru, dan dapat menuntun peserta didik dalam mengkonstruk
pengetahuannya, sehingga dapat menarik minat peserta didik dan menyenangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu pembelajaran dengan
pendekatan atau metode tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dan hasil belajar peserta didik. Pada penelitian ini akan diterapkan metode
kooperatif Pembelajaran Kooperatif Teman Sebaya berbasis Kontekstual.
Pembelajaran ini pada prinsipnya adalah mengembangkan perangkat yang
pembelajarannya dirancang dengan metode kooperatif Pembelajaran Kooperatif
Teman Sebaya dan perangkat pembelajarannya memenuhi indikator-indikator
6

dengan pendekatan Kontekstual.


Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah
metode pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling
ketergantungan positif di antara peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk
sukses. Aktivitas belajar berpusat pada peserta didik dalam bentuk diskusi,
mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam
memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, peserta didik lebih
termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi,
serta mampu membangun hubungan interpersonal.
Berangkat dari paparan di atas, maka dipandang perlu dilakukan uji coba
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Penggunaan
Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual Untuk
Meningkatkan Kemampuan Statistika Kelas XII Teknik Komputer Jaringan
SMKS YPPI TUALANG. ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan menjadi


beberapa masalah yang mempengaruhi Kemampuan Penguasaan Materi Statistika
siswa, antara lain:
1. Siswa kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMKS YPPI
TUALANG tahun pelajaran 2017/2018 masih menganggap
pembelajaran matematika khususnya pada materi Statistika sebagai
materi pembelajaran yang sulit untuk dipahami dan dipelajari.
2. Motivasi siswa kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMKS YPPI
TUALANG tahun pelajaran 2017/2018 dalam pembelajaran kurang
sehingga siswa pasif pada saat mengikuti pelajaran matematika.
3. Prestasi belajar siswa kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMKS
YPPI TUALANG tahun pelajaran 2017/2018 dalam proses
pembelajaran matematika perlu ditingkatkan
7

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti secara keseluruhan masalah-
masalah yang telah diidentifikasi. Agar penelitian ini tidak menyimpang dari
sasaran pokok penelitian, maka peneliti membatasi masalah dengan subyek dan
obyek penelitian. Subyek penelitiannya adalah siswa Sedangkan obyek
penelitiannya adalah Kemampuan Penguasaan Materi Statistika yang diperoleh
dengan penerapan Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya
Berbasis Kontekstual pada Kelas XII Teknik Komputer Jaringan SMKS YPPI
TUALANG.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya berbasis Kontekstual pada pokok
bahasan Statistika di kelas XII dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa?
2. Apakah pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya berbasis Kontekstual pada pokok
bahasan Statistika di kelas XII dapat meningkatkan jumlah siswa yang
tuntas prestasi belajarnya?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Metode pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual, melatih siswa untuk
belajar secara bersama demi kemajuan setiap anggota kelompok sehingga tercipta
hubungan yang akrab antar anggota kelas, meningkatkan rasa percaya diri dan
gairah siswa kelompok bawah dalam pembelajaran Metode pembelajaran
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan
kuantitas siswa tuntas belajar dalam menyelesaikan soal pada materi pokok
Statistika.
8

F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan :
1. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal
Statistika.
2. Siswa dengan kategori kurang pandai semakin memiliki rasa percaya
diri bahwa sesungguhnya dia mampu mengikuti pelajaran dan mampu
berprestasi seperti siswa yang lain.
3. Guru menjadi semakin tertantang untuk menggunakan kreatifitasnya
dalam memanfaatkan berbagai model pembelajaran yang lain.
4. Guru mendapatkan pengalaman tambahan, sehingga dapat melakukan
penelitian lanjutan pada kelas dan pokok kajian yang berbeda.
5. Dapat menjadi bahan masukan guru mata pelajaran lainnya tentang
alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan.
9

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Mengajar dan Pembelajaran


Kegiatan mengajar adalah suatu kegiatan menciptakan suatu lingkungan
yang memungkinkan untuk terjadinya proses belajar. Dengan demikian siswa
merasa aman dan nyaman di dalam kelas ketika proses pembelajaran sedang
berlangsung. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator kelas, sehingga
subjek belajar yaitu siswa akan lebih banyak berperan serta dalam proses
pembelajaran. Pada prinsipnya peran guru sebagai fasilitator dan dinamisator
kelas adalah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan belajar memberikan
arah pada proses pembelajaran dan menjadi pedoman bagi seluruh kegiatan
belajar. Berdasarkan hal ini, maka guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan
belajar yang ingin dicapai, sebelum mulai mengajar. Tercapai tidaknya tujuan
belajar dapat diketahui guru setelah melakukan kegiatan evaluasi hasil belajar.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi
secara akademik di lingkungna sekolahnya. Namun tentu saja hal ini tidak
mungkin dicapai oleh semua siswa , karena prestasi akademik yang baik, dicapai
dengan melibatkan berbagai faktor dalam misalnya kecerdasan siswa, dan
kelengkapan belajar, sedangkan faktor luar misalnya guru, sarana dan prasarana di
sekolah, dan hubungan dengan siswa.

B. Pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran seringkali kelas didomonasi oleh kelompok atas,
sedangkan kelompok menengah apalagi kelompok tidak begitu nampak perannya
dalam pembelajaran. Guru yang baik akan berusaha untuk melibatkan ketiga
kelompok ini untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Berbagai cara dapat
ditempuh baik melalui pengajuan pertanyaan secara langsung, menyusun stategi
pembelajaran yang melibatkan seluruh kelompok siswa dalam kelas. Cara yang
terakhir ini seringkali lebih efektif karena melibatkan seluruh anggota kelompok
dalam kegiatan pembelajaran.
10

Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah metode pembelajaran dengan


menempatkan siswa dalam kelompok kemampuan anggota heterogen dan
memberi penghargaan terhadap usaha dan keberhasilan kelompok, bukan pada
perorangan. Gambaran umum dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
1. Siswa secara kooperatif bekerja dalam kelompok untuk menguasai materi.
2. Kelompok tersusun atas siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Sistem penghargaan berorientasi pada kelompok, bukan perorangan.
4. Bilamana mungkin memperhatikan ras, budaya, dan jenis kelamin siswa.

C. Tutorial Teman Sebaya

Metode ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang


memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan
kepada teman-temannya yang belum faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya
baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang
diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini
dengan memberi pengarahan dan lain-lain.

Tutor teman sebaya dikenal dengan pembelajaran teman Sebaya atau antar
peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu
menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain
yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan
agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam
kelompok kecil. Tutor teman sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran
untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan
kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di
antara peserta didik yang bekerja bersama.

Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan


kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan
dari metode Tutor teman sebaya sementara kekurangan metode ini antara lain :

- Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.


11

- Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.

D. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual


Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik
dari TK sampai dengan SMU/SMK untuk menguatkan, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai
macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-
masalah yang disimulasikan.
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila peserta didik menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah
dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota keluarga, warga Negara, peserta didik, dan tenaga kerja. Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan
pengalaman sesungguhnya.
Enam unsur kunci pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran bermakna : pemahaman, relevansi, dan penghargaan
pribadi peserta didik bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang
harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup
mereka;
2. Penerapan pengetahuan : kemampuan untuk melihat bagaimana apa
yang dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi
pada masa sekarang dan akan dating;
3. Berfikir tingkat lebih tinggi : peserta didik dilatih untuk berfikir kritis
dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami persoalan, atau
memecahkan suatu masalah;
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar : konten pengajaran
berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, Negara
bagian, nasional, asosiasi, dan / atau industri;
5. Responsif terhadap budaya : pendidik harus memahami dan
menghormati nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan
peserta didik, sesama rekan pendidik dan masyarakat tempat mereka
mendidik;
12

6. Penilaian autentik : penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang


secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan
dari peserta didik.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik
dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian
autentik (authentic assessment).
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu
pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan
berarti bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan yang akan mereka
terapkan dala pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan
suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari peserta didik
dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan
bagaimana seseorang belajar atau cara peserta didik belajar. Konteks memberikan
arti, relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar.
Materi pelajaran akan tambah berarti jika peserta didik mempelajari materi
pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti
di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih
berarti dan menyenangkan. Peserta didik akan bekerja keras untuk mencapai
tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dan selanjutnya peserta didik
memanfaatkan kembali pemahamanpengetahuan dan kemampuannya itu dalam
berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang
kompleks, baik secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur
kelompok.
13

Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan


menciptakan ruang kelas yang di dalamnya peserta didik akan menjadi peserta
aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap
belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru
untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi peserta didik untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan
aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara,
dan pekerja (Trianto, 2007: 101-105).

E. Penguasaan dan Ketuntasan Belajar Statistika


Untuk mengetahui hasil belajar siswa harus dilakukan penilaian. Penilaian
tidak hanya untuk mengukur kemampuan kecerdasan siswa atau ketrampilan saja,
akan tetapi mempunyai fungsi sebagai bimbingan, seleksi peserta didik, efisiensi,
dan sebagainya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ukuran ketuntasa
hasil belajar siswa dinyatakan dengan KKM untuk setiap mata pelajaran berbeda –
beda sesuai dengan tingkat kemampuan siswa terhadap pelajaran. Untuk pelajaran
matematika khususnya materi statistika di SMKS YPPI TUALANG Kabupaten
Siak tahun pelajaran 2017/2018 KKMnya adalah 75. Artinya seorang siswa akan
dinyatakan tuntas belajar matematika apabila yang bersangkutan sudah
memperoleh nilai minimal 75. Sedangkan sebuah kelas dinyatakan tuntas secara
klasikal apabila siswa yang tuntas dikelas itu mencapai sekurang – kurangnya
85%.

F. Materi Statistika
Statistika merupakan salah satu materi pada pelajaran Matematika kelas XII
semester 1. Dalam penelitian Standar Kompetensi yang terkait dengan materi
statistika adalah Memahami dan menggunakan sifat-sifat data dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan kompetensi yang terkait adalah organisasi data, penyajian
data dan tendensi sentral.
Indikator yang akan dicapai adalah:
1. menjelaskan peranan/kegunaan statistika dalam kehidupan sehari-hari
14

2. menjelaskan pengertian statistik dan statistika


3. menjelaskan pengertian variabel dan data
4. membedakan jenis data
5. penyajian data
Penyampaian materi statistika dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan Kontekstual, di mana peserta didik dilatih atau membiasakan diri
mengkonstruk idenya sendiri dalam menemukan konsep, mengaitkan konsep,
menggunakan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini
diharapkan dapat memunculkan keaktifan dan keterampilan proses sehingga
berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik.

G. Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Dodo Suwanda dalam menyatakan bahwa


hasil penguasaan materi siswa dengan pembelajaran metode Tutor teman sebaya
lebih baik daripada pembelajaran yang menggunakan metode biasa. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan Mohammad Mudzakkir dengan menyatakan bahwa
hasil penguasaan materi siswa dengan pembelajaran metode Tutor teman sebaya
lebih baik daripada pembelajaran yang menggunakan metode biasa.

G. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya
Berbasis Kontekstual dapat membantu siswa yang kurang pandai dalam
menguasai materi tutorial, bertanggung jawab, atau diskusi. Diharapkan siswa
dapat lebih mudah menangkap dan memahami konsep Statistika. Sehingga siswa
yang tuntsa belajar lebih banyak. Dengan demikian dapat memahami apabila
Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual
dapat meningkatkan kualitas belajar siswa pada Statistika
15

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan kelas (Classroom Action Research),
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di
kelas atau tempat kerja.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII komputer jaringan yang
berjumlah 32 siswa dan guru yang mengampu mata pelajaran Matematika
tersebut. Penerapan penelitian ini diterapkan dalam pokok bahasan Statistika.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMKS YPPI TUALANG pada bulan
februari semester genap tahun pelajaran 2017/2018.

D. Perencanaan Tindakan Penelitian


Penelitian ini direncanakan dua siklus yang masing – masing siklus terdiri
dari 4 tahap yaitu : Perencanaan, Implementasi, pengamatan dan evaluasi serta
refleksi.
a. Siklus 1
Siklus direncanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit (
2 jam pelajaran ). Adapun tahapan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk jenis – jenis pecahan.
(b). Membentuk kelompok pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
pembelajaran kooperatif dengan cara :
- Menyusun daftar nama berdasarkan kemampuan akademik.
Kemampuan akademik yang digunakan adalah nilai ulangan harian
pertama
16

- Menentukan jumlah anggota setiap kelompok sebanyak 5 orang


sehingga dapat 7 kelompok belajar.
(c). Membuat skenario pembelajaran kooperatif.
(d). Menyusun lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
(e). Memberikan penjelasan pada siswa tentang pembelajaran kooperatif
2. Implementasi
Dalam tahap ini yang telah direncanakan pada tahap perencanaan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai
dengan kurikulum. Pada tahap ini model pembelajaran kooperatif
dilaksanakan.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir
siklus 1 dilakukan tes. Berdasarkan hasil pengamatan tes/ evaluasi, maka
tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan, dan hasil evaluasi dianalisis secara
kolaboratif, maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus
kedua.
b. Siklus 2
Siklus 2 dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik dan
berakhir pada siklus 1. Adapun tahapan pada siklus 2 juga sama dengan
tahapan yang ada pada siklus 1.
Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus 1
1. Perencanaan.
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk materi operasi pada bilangan
pecahan.
(b). Memperbaiki bentuk kelompok siswa
(c). Memperbaiki bentuk soal pemecahan masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari – hari.
(d). Memperbaiki lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
17

(e). Memperbaiki isntrumen penelitian yang berupa tes, pedoman


observasi untuk siswa, dan pedoman observasi untuk guru.
2. Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dibuat.
Pelaksanaan tidak mengganggu kegiatan sekolah, karena urutan materi
berjalan sesuai dengan kurikulum yang sudah ada di sekolah. Pelaksanaan
pembelajaran diadakan perbaikan sesuai dengan hasil pada siklus
sebelumnya.
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan terhadap kegiata belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir
siklus 2 diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil pengamatan, dan hasil tes
maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan dan hasil evaluasi dianalisis secara
kolaboratif, maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah
pembelajaran berhasil. Apabila belum berhasil maka penelitian diputuskan
untuk dilanjutkan pada siklus ke 3. Dan apabila sudah berhasil maka sudah
cukup.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat
pada gambar berikut.
18

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti


menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran dengan Metode
Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus 1, 2, dan
seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan
akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

E. Perangkat Pembelajaran
1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
RPP dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan pelaksanaan
PTK ini sesuai dengan yang diharapkan.
2. Lembar kerja siswa (LKS)
LKS dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan siswa dapat
bekerja sama sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
LKS Statistika
Penyajiaan data
Data dapat disajikan dalam bentuk diagram yaitu: diagram batang,
diagram lingkaran,diagram garis , histogram , polygon, diagram
lambing. Data juga dapat disajikan dalam bentuk table distribusi
frekuensi. Untuk membuat table distribusi frekuensi harus
19

diketahui terlebih dahulu rentang , benyaknya kelas dengan aturan


sturgess dan panjang interval
Data dapat dibedakan berdasarkan penyajiannya yaitu: data
tunggal, data tunggal berbobot dan data kelompok.
Ukuran pemusatan data
Ukuran pemusatan data terdiri dari : nilai rata-rata, median dan
modus.

Nilai rata-rata data tunggal=

Nilai rata-rata data kelompok =

Kerjakan soal berikut


1. Diketahui data keuntungan pak Edi selama 10 tahun dalam
berjualan roti sebagai berikut:

Tahun keuntungan(Rp)
2001 2.500.000
2002 3.750.000
2003 4.000.000
2004 4.550.000
2005 5.000.000
2006 4.800.000
2007 4.500.000
2008 5.250.000
2009 5.800.000
2010 6.500.000
Dengan melihat data tersebut buatlah gambar grafik!
2. Diketahui data keuntungan tiap hari dari swalayan “A” selama
bulan februari 2012 dalam jutaan rupiah
12 13 17 15 18 20
19 18 16 16 15 15
21 22 18 19 17 20
14 15 13 18 17 19
18 19 21 14 13 20
Dari data di atas tentukan :
a. Nilai data maks dan nilai data min
b. Rentang
20

c. Banyaknya kelas
d. Panjang interval
3. Dari data soal no 2 buatlah table distribusi frekuensi
4. Dari data soal no 2 tentukan nilai rata-rata

F. Instrumen Penelitian
Pengembangan Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan
nstrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan
dengan prosedur dan langkah PTK. Instrumen untuk mengukur keberhasilan
tindakan dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hal yang diamati.

1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat kegiatan yang dilakukan
oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan
untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pemberian kuis dalam
pembelajaran sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk mengisi lembar observasi ini yaitu memilih “ya” bila deskripsi
dilakukan dan “tidak” bila deskripsi tidak dilakukan. Adapun kisi-kisi
untuk lembar observasi yang digunakan sebagai berikut.
Tabel . Kisi-kisi Lembar Observasi
Aspek yang Diamti Nomor Butir Jumlah
A Guru membimbing siswa dalam 1, 2, 3, 6, 7, 8
proses belajar mengajar 10,11, 23
B Guru memotivasi siswa dalam 4, 5, 17, 22 4
meningkatkan belajar matematika
dengan pemberian kuis
C Sikap siswa saat pembelajaran 9, 15, 16 3
D Sikap siswa saat diberikan kuis 18, 19, 20 3
E Bentuk motivasi yang diberikan 8, 12, 13, 14, 5
guru 21
Jumlah 23
21

2. Angket
Angket ini berupa kumpulan pernyataan untuk mengumpulkan data
mengenai respons siswa terhadap pemberian kuis dalam proses
pembelajaran matematika guna meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar matematika. Angket ini terdiri dari 22 butir pernyataan yang
terbagi menjadi 2 butir pernyataan negatif dan 20 butir pernyataan positif.
Masing-masing butir pernyataan mempunyai 5 alternatif jawaban yaitu:
SS : sering sekali, JR : jarang,
S : sering , TP : tidak pernah.
KK : kadang-kadang,
Tabel 2. Kisi-kisi Angket
No. Indikator Nomor Butir Soal Jumlah
A. Motivasi mengerjakan kuis 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
matematika
B. Ketekunan dalam mengerjakan 7, 8, 9, 10, 11 5
dan menyelesaiakan kuis
matematika
C. Usaha untuk meningkatkan 12,13,14,15 4
prestasi belajar
D. Besarnya perhatian terhadap 16,17,18,19,20,22 7
kuis matematika
Jumlah 22

3. Soal-soal Kuis
Kuis yang disusun untuk penelitian ini dikembangkan berdasarkan
analisis kurikulum atau silabus SMKS YPPI TUALANG untuk mata
pelajaran matematika materi Statistika kelas XII Komputer Jaringan
sebagai berikut.
Kompetensi Dasar : Menyajikan hasil penerapan konsep peluang
untuk menjelaskan berbagaiobjek nyata melalui percobaan menggunakan
frekuensi relatif
Indikator :
Membuat data dalam bentuk diagram dan table
Membuat data dalam bentuk table dari suatu data tunggal
Menghitung nilai rata-rata dari data table yang sudah diberikan Kuis
diberikan di awal, maupun pada akhir pembelajaran. Kuis hanya diberikan
22

sekali atau dua kali dalam setiap pertemuan. Tes singkat (kuis) diberikan
dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Tes prestasi
Tes prestasi merupakan tes evaluasi diberikan apabila sub bab telah
selesai. Tes ini diberikan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Tes
prestasi digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para
siswa setelah siswa menerima proses belajar-mengajar dari guru.
Instrumen ini juga digunakan sebagai sumber tambahan dalam melihat
perkembangan motivasi siswa yang dilihat dari aspek peningkatan nilai
dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan metode
ekspositori yang diberikan kuis. Tes digunakan untuk mengetahui
ketercapaian prestasi belajar siswa siswa.

G. Definisi Operasional Penelitian


1. Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Konseptual
a. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai


tujuan penting pembelajaran, diantaranya hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan
social.

Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan


model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang
memiliki kemampuan heterogen.

b. Pembelajaran Tutorial Teman Sebaya


Menurut Suharsimi Arikunto(2009) Tutor teman sebaya yaitu
mereka yang mempunyai usia hampir sebaya dengan sesamanya
dimintai bantuan oleh guru untuk menerangkan kepada teman-
temannya dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran
diperlukan bantuan tutor yaitu orang yang dapat membantu murid
secara individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya sendiri
sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara yang lain daripada
23

guru itu. Hendaknya diusahakan agar murid selekas mungkin dapat


membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor harus mendidik
agar dapat belajar sendiri.
c. Pembelajaran Berbasis Konseptual

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk


membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk
(a) membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan
keterampilan pemecahan masalah, (b) belajar peranan orang
dewasa yang autentik, dan (c) menjadi pebelajar yang mandiri.
2. Kemampuan penguasaan materi Statistika
Pemahaman konsep adalah pemahaman terhadap ide atau
pengertian umum yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi
titik tolak awal dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut.
Indikator pemahaman konsep meliputi:
1) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan
mengerjakan soal di papan tulis secara tepat.
2) Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat.
3) Kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain.
4) Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi.

H. Teknik Analisa Data


Data penelitian dikumpulkan melalui :
1. Pengamatan pembelajaran sebelum penelitian, yang terasa begitu
berat dalam mengajarkan Statistika di kelas XII SMKS YPPI
TUALANG.
2. Pengisian angket oleh siswa sebelum dan sesudah penelitian
dilakukan.
3. Pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran selama penelitian
oleh kolaborator dan peneliti sendiri.
4. Melalui tes (pretes dan postes) materi penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan.
24

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2006. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam


Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan
Penataran Guru (PPPG) Matematika.
http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-
ahli.htm
Diakses tanggal 22 Oktober 2013.
Krismanto, Al. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Makalah disajikan dalam pelatihan
instruktur/pengembang SMU.

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek.


Bandung: Penerbit Nusa Media.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Anda mungkin juga menyukai