Kelompok 6 :
A. Pendahuluan
Dalam semua senyawaannya, kation dikelilingi oleh anion atau molekul netral.
Gugus yang langsung mengelilingi suatu kation disebut ligan dan cabang kimia anorganik
yang membahas perilaku gabungan kation dan ligannya disebut kimia koordinasi. Dengan
demikian, tentu saja, tidak ada batas antara kimia koordinasi dan kimia molekul kovalen
padasatu pihak, dan kimiawi padatan ionik di lain pihak. Dulu dianggap bahwa metana dan
SF6 adalah molekul kovalen, sedangkan BH4- dan AlF63- diperlakukan sebagai senyawaan
koordinasi (yaitu, berturut-turut B3+ + 4H- dan Al3+ + 6F-), tetapi dari sifat elektrolit yang
mendasar, pembedaan ini tidak mudah untuk dipertahankan. Demikian juga ikatan logam
pada ligan dalam Na3AlF6 dan dalam AlF3(s) tidak dapat dibedakan secara kualitatif,
meskipun dahulu yang pertama disebut senyawaan koordinasi (dan gugus AlF63- adalah ion
kompleks) dan yang kedua adalah suatu ligan.
Pembentukan utama bagi pengelompokan banyak zat sebagai senyawaan
koordinasi adalah pada kimiawinya, yang dapat diperkirakan secara tepat dalam bentuk
spesies kation pusat Mn+ yang secara hakiki tetap, tempat berbagai ligan L, L’, L”, dan
sebagainya, dapat diletakkan dalam sejumlah kombinasi tidak terbatas yang diperlukan.
Muatan keseluruhan pada kompleks yang dihasilkan, [MLxL’yL”z …] ditentukan oleh
muatan M dan jumlah muatan ligannya. Sebagai contoh, ion Pt2+ membentuk banyak
kompleks, dimana studinya banyak ditemui dalam pengetahuan dasar mengenai kimia
koordinasi. Contoh dari kompleksnya, semuanya dapat diubah-ubah dengan meragamkan
konsentrasi dari ligan yang berlainan adalah
[Pt(NH3)4]2- . [Pt(NH3)3Cl]+ . [Pt(NH3)2Cl2] . [Pt(NH3)Cl3]- . [PtCl4]2-
Penemuan yang mendasar dan klasik dalam kimia anorganik diperoleh antara
sekitar tahun 1875 oleh kimiawan Denmark, S.M. Jorgensen (1837-1914) dan orang Swiss,
Alfred Werner (1866-1919). Ketika mereka memulai penelitiannya, sifat senyawaan
koordinasi merupakan teki-teki yang besar di mana gagasan yang mutakhir mengenai
valensi dan struktur tidak dapat diterima. Bagaimana misalnya, suatu garam logam yang
stabil, contohnya MCl’n, dapat bergabung dengan segugus molekul bebas yang stabil ,
contohnya xNH3, membentuk senyawaan M(NH3)xCln dengan sifat keseluruhan yang baru?
Bagaimana ikatan terbentuk? Bagaiman strukturnya? Jorgensen dan Werner membuat
ribuan senyawaan baru untuk menjawab pertanyaan di atas. Akhirnya, Werner
mengembangkan suatu konsep mengenai ligan di sekeliling ion logam pusat – konsep suatu
kompleks koordinasi - , dan mendeduksi struktur geometrinya. Deduksi strukturnya
didasarkan pada penelitian mengenai isomer seperti yang baru saja dibahas. Dalam hal ini
dia beralasan bahwa untuk mendapatkan dua isomer, tatanannya harus planar; struktur
tetrahedral tidak dapat dijelaskan kehadirannya. Werner menerima hadia Nobel untuk
Kimia pada tahun 1913.
C. Jenis Ligan
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor
elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-. Ligan
seperti ini, bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut
ligan monodentat (atau, ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+ yang disebutkan pada
pendahuluan, hanya mengandung ligan monodentat, Cl- dan NH3.
Ligan yang mengandung dua atau lebih ataom, yang masing-masing secara
serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang sama, disebut
ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan kelat (dari bahasa Latin untuk kuku/cakar).
Karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation diantara dua atau lebih atom donor.
1. Ligan Bidentat
Ligan ini yang paling terkenal diantara ligan polidentat. Ligan bidentat yang netral
termasuk diantaranya anion diamin, difosfin, dieter, dan β-ketoenolat, dan yang paling
terkenal adalah etilendiamin,en, difos, glim, dan asetilasetonat acac.
2. Ligan Polidentat
Yang termasuk ligan ini adalah ligan tri-, kuadri-, penta-, dan heksadentat. Contoh
dari ligan tridentat adalah dietilen triamin,dien dan terpiridil,terpi. Ligan kuadridentat
dapat berupa jenis cincin terbuka, seperti basa Schiff yang diturunkan dari asetilaseton,
namun yang lebih penting adalah ligan makrosiklik, seperti porfirin (6-XII) dan
turunannya, ftalosianin (6-XIII), dan molekul sejenis yang dapat disintesis dengan
mudah, misalnya 6-XIV. Juga ada suatu ligan yang disebut ligan tripos yang menyukai
pembentukan kompleks bipiramid trigonal, seperti 6-XV. Atom donor di dalamnya
umumnya adalah N, P, S, atau As, misalnya N(CH2CH2PPh2)3. Ligan heksadentat yang
juga dapat berfungsi sebagai ligan pentadentat atau kuadridentat adalah etilendiamin
tetraasetat (H4EDTA) dalam bentuk anionnya (H2EDTA2-, HEDTA3-, EDTA4-).
D. Isomerisasi dalam Senyawaan Koordinasi
Salah satu alasan kimia koordinasi menjadi sangat rumit adalah adanya banyak cara
di mana isomer dapat timbul. Telah diteliti bahwa kompleks bujur sangkar dengan jenis
ML2X2 terdapat sebagai isomer cis dan trans. Bentuk lain yang penting dari isomer
geometri digambarkan dengan 6-XVI sampai 6-XIX. Isomer kompleks oktahedral yang
mempunyai kepentingan khusus adalah trans 6-XVI, dan cis 6-XVII, isomer spesies
ML4X2 serta isomer facial (6-XVIII) dan meridional (6-XI) dari spesies ML3X3.
Isomer optik adalah molekul yang merupakan bayangan cermis satu sama lain yang
tidak dapat ditampalkan. Karena mereka tidak dapat ditamplkan, mereka tidak identik,
meskipun seluruh jarak dan sudut internalnya tepat sama. Mereka juga bereaksi dengan
cara yang identik kecuali bahwa pereaksinya adalah juga sepasang isomer optik.
Perbedaannya yang paling khas, yang menimbulkan ungkapan optik, adalah bahwa
masing-masing menyebabkan bidang polarisasi dari bidang sinar terpolarisasi-bidang
menjadi berputar, namum dalam arah yang berlawanan.
Dua molekul yang merupakan isomer optik dalam pengertian di atas disebut
enensiomorf. Keberadaannya dikenal pertama kali di antara senyawaan organik bilamana
suatu atom karbon tetrahedral terikat pada empat gugus yang berlainan, seperti dalam asam
laktat.
Hal ini merupakan salah satu kemahiran Werne untuk mengenali bahwa bagi jenis
kompleks oktahedral tertentu, enensiomorfharus terjadi. Ia menyiapkan dan memisahkan
senyawaan-senyawaan ini dan menggunakan hasil tersebut untuk menunjang hipotesisnya
bahwa geometri koordinasi adalah benar-benar oktahedral. Di antara kompleks oktahedral
enensiomorf yang terpenting, adalah yang mengandung dua atau tiga bidentat.
Enensiomorf suatu kompleks M(L – L)2X2 diperlihatkan sebagai 6-XX dan 6-XXI. Untuk
jenis M(L – L)3 adalah 6-XXII dan 6-XXIII.
Bagi yang terakhir, yang disebut kompleks triskelat, cara lain yang berguna untuk
mengenainya, di mana harus dipandang tegak lurus pada satu pasang bidang segitiga yang
berlawanan dari oktahedral. Dipandang secara ini, molekul-molekul mempunyai
kenampakan heliks, seperti baling-baling kapal, dengan pilihan heliks berlawanan dalam
kedua kasus. Terdapat beberapa jenis lain isomer yang agak kurang aneh bagi senyawaan
koordinasi, yaitu yang tidak sering, meskipun pernah, dijumpai dalam molekul-molekul
organik.
Isomerisasi Pengionan. Senyawaan yang mempunyai rumus molekul sama namun
berbeda di mana anion terkoordinasi menghasilkan ion yang berbeda dalam larutan.
Contohnya adalah
[Co(NH3)4Cl2]NO2 ↔ [Co(NH3)4Cl2]+ + NO2-
[Co(NH3)4Cl(NO2)]Cl ↔ [Co(NH3)4Cl(NO2)]+ + Cl-
dan
(Coen2(NO2)Cl]SCN, [Coen2(NO2)(SCN)]Cl,
[Coen2(SCN)Cl]NO2 en = H2NCH2CH2NH2
Dalam gambarannya ini, tanda kurung bujur sangkar digunakan untuk melingkungi atom
logam dan semua ligan yang langsung terikat padanya, yaitu yang dalam kulit koordinasi.
Penggunaan tanda kurung segi empat adalah suatu cara membuat perbedaan daam rumus
bilamana perlu dan akan ditemui dalam literatur ilmiah. Meskipun demikian, mereka dapat
diabaikan bilamana tidak ada keraguan yang timbul, seperti dalam Co(NH3)3Cl3.
Konsep isomerisasi pengionan memberkan kunci bagi pemahaman banyak yang
sederhana namun peuh teka-teki. Misalnya, senyawaan yang berbeda dengan komposisi
CrCl.6H2O. yang satu berwarna ungu adalah [Cr(H2O)6]Cl3; tidak melepaskan air dengan
H2SO4 dan semua Cl- segera mengendap dengan Ag+ dari larutan segar.
[Cr(H2O)5Cl]Cl2.H2O adalah hijau; melepaskan satu H2O dengan H2SO4 dan hanya dua
petiga dari kandungan Cl- akan cepat mengendap. [Co(H2O)4Cl2]Cl.2H2O yang juga hijau
melepaskan dua H2O dengan H2SO4 dan hanya sepertiga kandungan Cl- nya yang segera
mengendap.
Isomerisasi Rantai. Beberapa rantai dapat diikat dalam lebih dari satu cara, dan
seringkali kompleks isomer dengan gaya engikatan yang berlaiann dapat diisolasi. Contoh
yang tertua adalah pasanagn isomer nitro dan nitrito. Ligan lainnya cenderung memberikan
isomer rantai, atau paling sedikit terikat dalam cara yang berbeda dalam senyawaan yang
berlainan, yaitu SCN-, R2S = O, yang menggunakan S atau O sebagai donor.
Isomerisasi Koordinasi. Dalam senyawaan di mana kedua kation dan anion adalah
kompleks, distribusi ligan yang beragam, menyebabkan timbulnya isomer. Berikut ini
adalah contoh
[Co(NH3)6][Cr(CN)6] dan [Cr(NH3)6][Co(CN)6]
[Cr(NH3)6][Cr(SCN)6] dan [Cr(NH3)4(SCN)2][Cr(NH3)2(SCN)4]
[PtII(NH3)4][PtIVCl6] dan [PtIV(NH3)4Cl2][PtIICl4]
Isomerisasi Polimerasi. Ini bukanlah isomer sesungguhnya, karena mereka
mempunyai satuan minimal yang sama, namun mereka mempunyai rumus analitik yang
sama dan secara tradisional disebut isomer. Contohnya adalah
[Pt(NH3)4Cl2] dan [Pt(NH3)4][PtCl4]
[Co(NH3)3(NO2)3], [Co(NH3)6][Co(NO2)6]
dan
[Co(NH3)5(NO2)][Co(NH3)2(NO2)4]2
Ligan anion memiliki nama seperti biasa tetapi dimodifikasi dengan akhiran o;
misalnya :
CH3COOH- asetato
CN- siano
F- fluoro
O2- okso
O22- perokso
OH- hidrokso
H- hidrodo
CH3 metil
C6H5 fenil
Kebanyakan ligan lain memperoleh namanya yang biasa, tetapi tanpa adanya
spasi :
(CH3)2SO dimetilsulfoksida
(NH2)2CO urea
C5H5N piridin
(C6H5)3P trifenilfosfin
2. Urutan Penyajian
Ligan disajikan yang pertama, dan logam yang terakhir. Ligan netral disajikan
pertama, kemudain ligan anion.
4. Awalan Numerik
Adanya dua atau lebih ligan, atau atom logam, ditandai dengan awalan berikut.
2 di (bis)
3 tri (tris)
4 tetra (tetrakis)
5 penta (pentakis)
6 heksa (heksakis)
7 hepta (heptakis)
8 okta (oktakis)
9 nona (onnea)
10 deka
11 undeka
12 dodeka
Dan seterusnya.
Awalan dalam kurung jangan digunakan.
Pada butir ini dilukiskan beberapa contoh. Perhatikan bahwa dalam rumus, atom
ogam disebut yang pertama, diikuti oleh ligan.
[Co(NH3)5CO3]Cl pentaaminkarbonatokobal(III)klorida
[Cr(H2O)4Cl2]Cl tetraakuadiklorokromium(III)klorida
K2[OsCl5N][(C6H5)4As][Pt Cl2HCH3] kalium
pentakloronitridoosmat(VI)tetrafenilasreniu
m diklorohidridometilplatinat(II)
Mo[(C6H5)2PCH2CH2P(C6H5)2]2(N2)2 bis (1,2-difenilfosfinoetana) bis (dinitrogen)
molibdenum (0)
5. Merujuk Isomer
Bila isomer tertentu akan dispesifikasi, digunakan awalan berhuruf cetak miring
diikuti oleh garis, yang penting diantaranya adalah : cis, -trans-, fac-, dan mer-. Dua
yang terakhir digunakan bagi kompleks oktahedral yang berturut-turut dari jenis 6-
XVIII dan 6-XIX, dan merupakan singkatan bagi facial dan meridional. Jadi bila dalam
6-XIX ligan L adalah (C3H5)3P, ligan X adalah H, dan logamnya ruthenium, diperoleh
:
mer-[Ru{(C2H5)3P}3H3] mer-tris9trietilfosfin)trihidrido ruthenium (III)
Seperti diamati disini dan dalam ilustrasi lain, kurung dan kurung kurawal kadang-
kadang diperlukan untuk menghindari keraguan, pendapat umum biasanya merupakan
panduan yang baik dalam penggunaannya.
6. Ligan Berjembatan
Ligan berjembatan diberi nama dengan awalan µ-. Bila terdapat dua gugus
berjembatan yang sama jenisnya, digunakan di-µ-. Ligan berjembatan didaftar berurut
dengan ligan yang lain, dituliskan di antara garis, kecuali bila molekul simetris,
sehingga diperoleh nama yang lebih kompak dengan menempatkannya pertama-tama.
Contoh berikut akan memberikan gambaran.
[(NH3)5Cr – OH – Cr(NH3)5]Br5
µ-hidroksobis [pentaminkromium(III)]bromida
ML + L = ML2 K2 = [ML2]
[ML][L]
. . . .
MLN-1 + L = MLN KN = [MLN]
[MLN-1][L]
M + L = ML β1 = [ML]
[M][L]
ML + 2L = ML2 β 2 = [ML2]
[M][L]2
. . . .
. . . .
M + NL = MLN β N = [MLN]
[M][L]N
Karena hanya boleh ada N kesetimbangan bebas dalam sistem seperti itu, jelasnya
bahwa Ki dan βi dikaitkan. Kaitannya memang agak kentara. Misalnya perhatikan
pernyataan bagi β3. Jika pembilang dan penyebut keduanya dikalikan dengan
[ML][ML2] lalu disusun sedikit :
β 3 = [ML3] . [ML][ML2]
[M] [L]3 [ML] [ML2]
= K1 K2 K3
Tidaklah sukar untuk melihat bahwa hubungan semacam ini benar-benar bersifat
umum, yakni :
β k = K1 K2 K3 …. Kk = ∏𝑖=𝑘
𝑖=1 𝐾 i
G. Efek Kelat
Sebagai aturan umum, kompleks yang mengantung satu (atau lebih) cincin berkelas
-5 atau -6 lebih stabil (mempunyai tetapan pembentukan lebih besar) daripada kompleks
yang sangat serupa tetapi tidak mempunyai beberapa atau sama sekali tidak mempunyai
cincin kelat.
2+
NH3
H3N NH3
NH3 (aq)
2+
NH2
NH2 NH2
H2N NH2
NH2 (aq)
Kompleks dengan cincin berkelat tiga kira-kira 1010 kali lebih stabil. Mengapa
demikian halnya? Seperti semua pertanyaan yang menyangkut kestabilan termodinamik,
diperlukan perhatian mengenai perubahan energi bebas, ∆Gº; pertama-tama akan ditinjau
sumbangan entalpi dan entropi, untuk melihat apakah salah satu merupakan sebab utama
dari perbedaan.
Kedua reaksi tersebut dapat dibandingkan langsung dengan menggabungkannya
dalam persamaan:
Ni(NH3)62+(aq) + 3en(aq) = Nien32+(aq) + 6 NH3(aq)
Dimana:
K = 109,7
∆Gº = - RT ln K = - 67 kJ mol-1 = ∆Hº - T ∆Sº
∆Hº = - 12 kJ mol-1
Terbukti bahwa entalpi dan entropi keduanya menyukai kompleks kelat, tetapi sumbangan
entropi jauh lebih penting. Data mengenai sejumlah besar reaksi tersebut, dengan banyak
ion logam dan ligan yang berlainan menunjukkan bahwa sumbangan entalpi pada efek
kelat kadang-kadang menguntungkan, kadang-kadang tidak, tetapi selalu relatif kecil.
Kesimpulan umum adalah efek kelat semata-mata efek entropi. Alasannya adalah sebagai
berikut.
Ion nikel dikoordinasi oleh enam molekul air. Dalam setiap dua reaksi pertama,
keenam H2O dibebaskan bila ligan nitrogen terkoordinasi. Pada skor tersebut kedua proses
setara. Namun dalam satu kasus enam molekul NH3 kehilangan kebebasannya pada saat
yang sama, dan tidak ada perubahan netto dalam jumlah partikel. Dalam kasus lain, hanya
tiga molekul en kehilangan kebebasannya, dan masing-masing mendapat pertambahan
netto sebesar tiga mol molekul. Reaksi dengan 3 en menyebabkan kenaikan keacakan yang
lebih besar daripada yang terjadi dengan 6 NH3, dan karenanya ∆Sº lebih positif (lebih
disukai) dalam kasus terdahulu daripada yang belakangan. Mudah terlihat bahwa penalaran
ini adalah umum bagi semua perbandingan proses kelat dan non kelat semacam itu.
Cara lain untum merumuskannya ialah memperhatikan ligan kelat dengan satu
atom donor terikat kepada ion logam. Atau donor lainnya tidak dapat terletak jauh, dan
kemungkinannya untuk menjadi terikat lebih besar daripada kalau mreka benar-benar
berupa molekul yang bebas, yang mempunyai akses kepada seluruh volume larutan. Sudut
pandang ini segera menerangkan mengapa efek kelat menghilang apabila ukuran cincin
bertambah. Efeknya paling besar bagi cincin-segi lima atau –segi enam, menjadi marginal
bagi cincin –segi tujuh, dan sama sekali tidak penting bagi cincin yang lebih besar. Bila
cincin yang dibentuk besar, kemungkinan bagi atom donor kedua segera mengikatkan diri
kepada atom logam yang sama, tidak lagi besar dibandingkan dengan pengikatannya
kepada atom lain yang berbeda, atau terjadi disosiati atom donor pertama sebelum yang
kedua mengadakan kontak yang efektif.
H. Reaksi Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion
logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan
kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Jadi
semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena
adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan.
Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis
adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa
lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron.
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks adalah
kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri atas sebuah logam
atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat. Logam atom pusat
memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkan ligan bisa bermuatan netral atau anion
pada umumnya. Beberapa contoh senyawa kompleks yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+ - [Ni0(CN)4]4-
- [Fe2+,(CN)6]4- - [Co+,(CO)4]3
Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat karena
senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama karena
aplikasinya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan, farmasi, industri dan
lingkungan. Senyawa kompleks dalam industri sangat dibutuhkan terutama dalam katalis.
Dalam industri petrokimia kebutuhan katalis semakin meningkat karena setiap produk
petrokimia diubah menjadi senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan katalis, misalnya pada
reaksi hidrogenasi, karbonilasi, hidroformilasi Kompleks logam transisi dapat mengkatalis
berbagai reaksi kimia seperti kompleks [PdCl2DFFM] yang telah lama dipakai sebagi
katalis untuk oksidasi stirena yaitu dalam pembentukan senyawa olefin. Dalam bidang
kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat penting juga dalam berupa obat – obatan
seperti vitamin B12 yang merupakan senyawa kompleks antara kobalt dengan porfirin,
hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen.
Pertukaran Air Dan Pembentukan Kompleks Dari Ion Akua
Karena kebanyakan reaksi diman kompleks terbentuk berlangsung dalam larutan air,
salah satureaksi yang sangat mendasar untuk dibicarakan / dipahami adalah dimana
molekul – molekul air disekeliling kation dalam larutan air dipindahkan dari kulit
koordinasi dan diganti oleh atomligan lain.
Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga
terjemahan dari General Chemistry: The Essential Consepts, Jakarta: Erlangga.
Cotton, Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press, Depok.
Effendy. 2007. Perspektif Baru Kimia Koordinasi Jilid 1, Malang: Bayumedia
Publishing.
Sukarjo. 1985. Kimia Koordinasi Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Bina Aksara.
Sykes, A.G. 1966. Kinetics of Inorganic Reaction. New York, Pergamon Press.