Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KIMIA UNSUR NON LOGAM


KIMIA KOORDINASI

Kelompok 6 :

Resi Febriyanti (F1061171028)

Ubadilla Mairani (F1061171016)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
KIMIA KOORDINASI

A. Pendahuluan
Dalam semua senyawaannya, kation dikelilingi oleh anion atau molekul netral.
Gugus yang langsung mengelilingi suatu kation disebut ligan dan cabang kimia anorganik
yang membahas perilaku gabungan kation dan ligannya disebut kimia koordinasi. Dengan
demikian, tentu saja, tidak ada batas antara kimia koordinasi dan kimia molekul kovalen
padasatu pihak, dan kimiawi padatan ionik di lain pihak. Dulu dianggap bahwa metana dan
SF6 adalah molekul kovalen, sedangkan BH4- dan AlF63- diperlakukan sebagai senyawaan
koordinasi (yaitu, berturut-turut B3+ + 4H- dan Al3+ + 6F-), tetapi dari sifat elektrolit yang
mendasar, pembedaan ini tidak mudah untuk dipertahankan. Demikian juga ikatan logam
pada ligan dalam Na3AlF6 dan dalam AlF3(s) tidak dapat dibedakan secara kualitatif,
meskipun dahulu yang pertama disebut senyawaan koordinasi (dan gugus AlF63- adalah ion
kompleks) dan yang kedua adalah suatu ligan.
Pembentukan utama bagi pengelompokan banyak zat sebagai senyawaan
koordinasi adalah pada kimiawinya, yang dapat diperkirakan secara tepat dalam bentuk
spesies kation pusat Mn+ yang secara hakiki tetap, tempat berbagai ligan L, L’, L”, dan
sebagainya, dapat diletakkan dalam sejumlah kombinasi tidak terbatas yang diperlukan.
Muatan keseluruhan pada kompleks yang dihasilkan, [MLxL’yL”z …] ditentukan oleh
muatan M dan jumlah muatan ligannya. Sebagai contoh, ion Pt2+ membentuk banyak
kompleks, dimana studinya banyak ditemui dalam pengetahuan dasar mengenai kimia
koordinasi. Contoh dari kompleksnya, semuanya dapat diubah-ubah dengan meragamkan
konsentrasi dari ligan yang berlainan adalah
[Pt(NH3)4]2- . [Pt(NH3)3Cl]+ . [Pt(NH3)2Cl2] . [Pt(NH3)Cl3]- . [PtCl4]2-

Penemuan yang mendasar dan klasik dalam kimia anorganik diperoleh antara
sekitar tahun 1875 oleh kimiawan Denmark, S.M. Jorgensen (1837-1914) dan orang Swiss,
Alfred Werner (1866-1919). Ketika mereka memulai penelitiannya, sifat senyawaan
koordinasi merupakan teki-teki yang besar di mana gagasan yang mutakhir mengenai
valensi dan struktur tidak dapat diterima. Bagaimana misalnya, suatu garam logam yang
stabil, contohnya MCl’n, dapat bergabung dengan segugus molekul bebas yang stabil ,
contohnya xNH3, membentuk senyawaan M(NH3)xCln dengan sifat keseluruhan yang baru?
Bagaimana ikatan terbentuk? Bagaiman strukturnya? Jorgensen dan Werner membuat
ribuan senyawaan baru untuk menjawab pertanyaan di atas. Akhirnya, Werner
mengembangkan suatu konsep mengenai ligan di sekeliling ion logam pusat – konsep suatu
kompleks koordinasi - , dan mendeduksi struktur geometrinya. Deduksi strukturnya
didasarkan pada penelitian mengenai isomer seperti yang baru saja dibahas. Dalam hal ini
dia beralasan bahwa untuk mendapatkan dua isomer, tatanannya harus planar; struktur
tetrahedral tidak dapat dijelaskan kehadirannya. Werner menerima hadia Nobel untuk
Kimia pada tahun 1913.

B. Bilangan Koordinasi dan Geometri


Ungkapan bilangan koordinasi telah diperkenalkan pada saat membahas mengenai
susunan ion-ion dalam padatan kristal. Ungkapan ini digunakan secara luas dalam
membahas struktur kompleks yang dibentuk oleh suatu kation. Sebagai tambahan bagi
banyaknya ligan yang mengeilingan suatu kation, juga penting untuk mengetahui tatanan
ruangnya, yaitu geometri koordinasi.
Bilangan Koordinasi Dua. Relatif sangat jarang, terutama ditemui dengan ion +1
dari Cu, Ag, dan Au serta dengan Hg2+. Geometrinya linier, dan contohnya adalah ion-ion
seperti [H3N – Ag – NH3]+ , [NC – Ag – CN]- , dan [Cl – Au – Cl]-.
Bilangan Koordinasi Tiga. Geometri yang paling penting adalah planar dan
piramidal.bilangan koordniasi dua relatif sangat jarang. Contoh-contohnya adalah ion
HgI3- planar dan ion SnCl3- piramidal. Dalam beberapa hal di mana stoikiometrinya perlu
diperhatikan, misalnya AlCl3, FeCl3, PtCl2PR, dan sebagainya, tidak terdapat spesies
berinti dua dimana dua ligan dipakai bersama sehingga setiap kation mempunyai bilangan
koordinasi empat.
Bilangan Koordinasi Empat. Merupakan salah satu bilangan koordinasi yang
penting dan memberikan dua geometri yang utama, tetrahedral, dan bujur sangkar.
Kompleks tetrahedral yang paling dikenal, dibentuk secara eksklusif oleh kation logam
nontransisi seperti halnya logam transisi dibandingkan dengan sebelah kanan blok d.
contoh bagi kompleks tetrahedral adalah Li(H2O)4+, BeF42-, BF4-, AlCl4-, FeCl4-, CoBr42-,
ReO4-, dan banyak lagi yang lain. Kompleks segiempat khususnya dikenal bagi Cu2+, Ni2+,
Pd2+, Pt2+, Au3+, Rh+, dan Ir+. Kation yang secara khas membentuk kompleks bujur sangkar
adalah yang mempunyai delapan elektron-d. Kedelapan elektron ini membentuk empat
pasang elektron, yang mengisi semua orbital d kecuali dx2-y2. Orbital ini bersama dengan
orbital s, px, dan py membentuk set hibrida, dsp2 yang mengarah ke sudut-sudut bujur
sangkar.
Bilangan Koordinasi Lima. Bilangan koordinasi ini kurang dikenal dibandingkan
dengan 4 atau 6, namun tetap sangat penting. Terdapat dua tatanan geometri simetris, yaitu
bipiramidal trigonal (tbp) dan piramidal bujur sangkar (sp), 6-III dan 6-IV. Meskipun
keduanya tampak sangat berbeda, biasanya energinya tidak terlalu jauh berbeda, dan yang
satu dapat berubah menjadi yang lain dengan sedikit perubahan sudut ikatan. Untuk alasan
inilah, banyak kompleks koordinasi lima tidak mempunyai struktur yang tepat, tetapi
merupakan struktur peralihan antara keduanya. Lebih jauh, strukturnya mendekati salah
satu bentuk idel yang secara stereokimia tidak kaku. Ini berarti bahwa ligan tidak tinggal
diam pada tempatnya, namum saling bertukar tempat secra cepat.
Gambaran yang menarik mengenai kestabilan yang sama pada kedua geometri
diberikan oleh ion Ni(CN)53-, yang membentuk sebuah garam kristal di mana kedua
struktur adalah tbp dan sp.
Bilangan Koordinasi Enam. Bilangan koordinasi enam ini sangat penting karena
hampir semua kation membentuk kompleks koordinasi -6. Secara praktis, semuanya
mempunyai sebuah bentuk geometri, oktahedron, 6-V. sangatlah penting untuk mengenali
bahwa oktahedron adalah suatu gambaran yang teramat simetris, meskipun berapa cara
menggambar yang indah belum tentu dapat menunjukkannya secara jelas. Keenam ligan
dan keenam ikatan M – L adalah setara dalam kompleks oktahedral teratur ML16.
Kompleks “oktahedral” terus diperikan meskipun bila terdapat ligan yang berbeda,
dan dengan demikian simetri penuh dari oktahedron yang sebenarnya tidak dapat
dipertahankan. Meskipun dalam beberapa kasus di mana semua ligan kimiawinya sama,
oktahedron seringkali terdistorsi, baik oleh pengaruh elektron yang saling bertautan dalam
ion logam atau oleh gaya di sekitarnya. Pemendekan atau pemanjangan sebuah sumbu L –
M – L relatif terhadap dua yang lain disebit distorsi tetragonal, 6-VI, sedangkan pemutusan
sempurna dari sekalian sumbu-sumbunya memberikan distorsi rhombik, 6-VII. Jika
oktahedron dimampatkan atau diulur pada sebuah sumbu yang menghubungkan pusat-
pusat dari permukaan segitiga yang berlawanan, distorsinya disebut trigonal, 6-VIII.
Hanya terdapat beberapa kasus saja di mana keenam ligan terletak pada sudut-sudut
prisma trigonal, 6-IX. Prisma ini dihubungkan dengan oktahedral melalui suatu cara yang
sederhana : jika sebuah permukaan segitiga dari oktahedron diputar 60º relatif terhadap
segitiga di hadapannya, maka terbentuklah suatu prisma. Kestabilan yang luar biasa dari
oktaheron bila dibandingkan dengan prisma, paling sedikit adalah dua kalinya. Bukti utama
adalah sterik : untuk suatu jarak M – L yang tertentu, oktahedron membiarkan ligan-ligan
berada lebih berjauhan satu sama lain, daripada yang terjadi pada prisma. Mirip dengan hal
ini pada lebanyakan kasus, ion logan dapat membentuk ikatan yang lebih kuat pada set
ligan dari suatu oktahedral. Kasus di mana prisma trigonal ditemui, terdapat suatu set yang
terdiri atas enam atom sulfur, yang saling berinteraksi langsung untuk menstabilkan
prisma, atau beberapa macam kurungan ligan kaku yang memaksa perubahan tatanan
prisma.
Bilangan Koordinasi yang Lebih Tinggi. Bilangan koordinasi 7, 8, dan 9 tidak
sering ditemui untuk beberapa kation yang lebih besar. Bagi setiap kasus, terdapat beberapa
geometri yang umumnya tidak berbeda jauh kestabilannya. Jadi kompleks dengan bilangan
koordinasi yang lebih tinggi, merupakan ciri khas dari segi stereokimia tidak kaku.
Bagi koordinasi – 7, terdapat tiga geometri yang teratur, pentagonal bipiramid (6-
X), suatu tatanan yang diturunkan dari oktahedron dengan melebarkan sebuah permukaan
untuk memberikan ruang bagi ligan yang ketujuh, dan suatu tatanan yang diturunkan
dengan cara yang sama dari suatu prisma trigonal (6-XI).
Bilangan koordinasi delapan juga mempunyai tiga geometri yang penting. Bentu
kubus sangatlah jarang, karena adanya distorsi pada antiprisma maupun pada segitiga
dodekahedron, maka tolakan antar ligan dapat dikurangi meskipun tetap mempertahankan
hubungan M – L yang dekat.

C. Jenis Ligan
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor
elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-. Ligan
seperti ini, bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut
ligan monodentat (atau, ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+ yang disebutkan pada
pendahuluan, hanya mengandung ligan monodentat, Cl- dan NH3.
Ligan yang mengandung dua atau lebih ataom, yang masing-masing secara
serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang sama, disebut
ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan kelat (dari bahasa Latin untuk kuku/cakar).
Karena ligan ini tampaknya mencengkeram kation diantara dua atau lebih atom donor.
1. Ligan Bidentat
Ligan ini yang paling terkenal diantara ligan polidentat. Ligan bidentat yang netral
termasuk diantaranya anion diamin, difosfin, dieter, dan β-ketoenolat, dan yang paling
terkenal adalah etilendiamin,en, difos, glim, dan asetilasetonat acac.
2. Ligan Polidentat
Yang termasuk ligan ini adalah ligan tri-, kuadri-, penta-, dan heksadentat. Contoh
dari ligan tridentat adalah dietilen triamin,dien dan terpiridil,terpi. Ligan kuadridentat
dapat berupa jenis cincin terbuka, seperti basa Schiff yang diturunkan dari asetilaseton,
namun yang lebih penting adalah ligan makrosiklik, seperti porfirin (6-XII) dan
turunannya, ftalosianin (6-XIII), dan molekul sejenis yang dapat disintesis dengan
mudah, misalnya 6-XIV. Juga ada suatu ligan yang disebut ligan tripos yang menyukai
pembentukan kompleks bipiramid trigonal, seperti 6-XV. Atom donor di dalamnya
umumnya adalah N, P, S, atau As, misalnya N(CH2CH2PPh2)3. Ligan heksadentat yang
juga dapat berfungsi sebagai ligan pentadentat atau kuadridentat adalah etilendiamin
tetraasetat (H4EDTA) dalam bentuk anionnya (H2EDTA2-, HEDTA3-, EDTA4-).
D. Isomerisasi dalam Senyawaan Koordinasi
Salah satu alasan kimia koordinasi menjadi sangat rumit adalah adanya banyak cara
di mana isomer dapat timbul. Telah diteliti bahwa kompleks bujur sangkar dengan jenis
ML2X2 terdapat sebagai isomer cis dan trans. Bentuk lain yang penting dari isomer
geometri digambarkan dengan 6-XVI sampai 6-XIX. Isomer kompleks oktahedral yang
mempunyai kepentingan khusus adalah trans 6-XVI, dan cis 6-XVII, isomer spesies
ML4X2 serta isomer facial (6-XVIII) dan meridional (6-XI) dari spesies ML3X3.
Isomer optik adalah molekul yang merupakan bayangan cermis satu sama lain yang
tidak dapat ditampalkan. Karena mereka tidak dapat ditamplkan, mereka tidak identik,
meskipun seluruh jarak dan sudut internalnya tepat sama. Mereka juga bereaksi dengan
cara yang identik kecuali bahwa pereaksinya adalah juga sepasang isomer optik.
Perbedaannya yang paling khas, yang menimbulkan ungkapan optik, adalah bahwa
masing-masing menyebabkan bidang polarisasi dari bidang sinar terpolarisasi-bidang
menjadi berputar, namum dalam arah yang berlawanan.
Dua molekul yang merupakan isomer optik dalam pengertian di atas disebut
enensiomorf. Keberadaannya dikenal pertama kali di antara senyawaan organik bilamana
suatu atom karbon tetrahedral terikat pada empat gugus yang berlainan, seperti dalam asam
laktat.
Hal ini merupakan salah satu kemahiran Werne untuk mengenali bahwa bagi jenis
kompleks oktahedral tertentu, enensiomorfharus terjadi. Ia menyiapkan dan memisahkan
senyawaan-senyawaan ini dan menggunakan hasil tersebut untuk menunjang hipotesisnya
bahwa geometri koordinasi adalah benar-benar oktahedral. Di antara kompleks oktahedral
enensiomorf yang terpenting, adalah yang mengandung dua atau tiga bidentat.
Enensiomorf suatu kompleks M(L – L)2X2 diperlihatkan sebagai 6-XX dan 6-XXI. Untuk
jenis M(L – L)3 adalah 6-XXII dan 6-XXIII.
Bagi yang terakhir, yang disebut kompleks triskelat, cara lain yang berguna untuk
mengenainya, di mana harus dipandang tegak lurus pada satu pasang bidang segitiga yang
berlawanan dari oktahedral. Dipandang secara ini, molekul-molekul mempunyai
kenampakan heliks, seperti baling-baling kapal, dengan pilihan heliks berlawanan dalam
kedua kasus. Terdapat beberapa jenis lain isomer yang agak kurang aneh bagi senyawaan
koordinasi, yaitu yang tidak sering, meskipun pernah, dijumpai dalam molekul-molekul
organik.
Isomerisasi Pengionan. Senyawaan yang mempunyai rumus molekul sama namun
berbeda di mana anion terkoordinasi menghasilkan ion yang berbeda dalam larutan.
Contohnya adalah
[Co(NH3)4Cl2]NO2 ↔ [Co(NH3)4Cl2]+ + NO2-
[Co(NH3)4Cl(NO2)]Cl ↔ [Co(NH3)4Cl(NO2)]+ + Cl-
dan
(Coen2(NO2)Cl]SCN, [Coen2(NO2)(SCN)]Cl,
[Coen2(SCN)Cl]NO2 en = H2NCH2CH2NH2
Dalam gambarannya ini, tanda kurung bujur sangkar digunakan untuk melingkungi atom
logam dan semua ligan yang langsung terikat padanya, yaitu yang dalam kulit koordinasi.
Penggunaan tanda kurung segi empat adalah suatu cara membuat perbedaan daam rumus
bilamana perlu dan akan ditemui dalam literatur ilmiah. Meskipun demikian, mereka dapat
diabaikan bilamana tidak ada keraguan yang timbul, seperti dalam Co(NH3)3Cl3.
Konsep isomerisasi pengionan memberkan kunci bagi pemahaman banyak yang
sederhana namun peuh teka-teki. Misalnya, senyawaan yang berbeda dengan komposisi
CrCl.6H2O. yang satu berwarna ungu adalah [Cr(H2O)6]Cl3; tidak melepaskan air dengan
H2SO4 dan semua Cl- segera mengendap dengan Ag+ dari larutan segar.
[Cr(H2O)5Cl]Cl2.H2O adalah hijau; melepaskan satu H2O dengan H2SO4 dan hanya dua
petiga dari kandungan Cl- akan cepat mengendap. [Co(H2O)4Cl2]Cl.2H2O yang juga hijau
melepaskan dua H2O dengan H2SO4 dan hanya sepertiga kandungan Cl- nya yang segera
mengendap.
Isomerisasi Rantai. Beberapa rantai dapat diikat dalam lebih dari satu cara, dan
seringkali kompleks isomer dengan gaya engikatan yang berlaiann dapat diisolasi. Contoh
yang tertua adalah pasanagn isomer nitro dan nitrito. Ligan lainnya cenderung memberikan
isomer rantai, atau paling sedikit terikat dalam cara yang berbeda dalam senyawaan yang
berlainan, yaitu SCN-, R2S = O, yang menggunakan S atau O sebagai donor.
Isomerisasi Koordinasi. Dalam senyawaan di mana kedua kation dan anion adalah
kompleks, distribusi ligan yang beragam, menyebabkan timbulnya isomer. Berikut ini
adalah contoh
[Co(NH3)6][Cr(CN)6] dan [Cr(NH3)6][Co(CN)6]
[Cr(NH3)6][Cr(SCN)6] dan [Cr(NH3)4(SCN)2][Cr(NH3)2(SCN)4]
[PtII(NH3)4][PtIVCl6] dan [PtIV(NH3)4Cl2][PtIICl4]
Isomerisasi Polimerasi. Ini bukanlah isomer sesungguhnya, karena mereka
mempunyai satuan minimal yang sama, namun mereka mempunyai rumus analitik yang
sama dan secara tradisional disebut isomer. Contohnya adalah
[Pt(NH3)4Cl2] dan [Pt(NH3)4][PtCl4]

[Co(NH3)3(NO2)3], [Co(NH3)6][Co(NO2)6]

dan
[Co(NH3)5(NO2)][Co(NH3)2(NO2)4]2

E. Tata Nama bagi Senyawaan Kompleks


Penamaan senyawaan koordinasi mengikuti sejumlah besar aturan yang
dikembangkan dan tetap diperbaharui oleh Internation Union of Pure and Applied
Chemestry.
1. Penamaan Ligan
Bila mereka membentuk bagian dari nama senyawaan koordinasi, beberapa ligan
memili nama khusus :
NH3 amin
H2O akua
NO nitrosil
CO karbonil

Ligan anion memiliki nama seperti biasa tetapi dimodifikasi dengan akhiran o;
misalnya :

CH3COOH- asetato

CN- siano

F- fluoro

O2- okso

O22- perokso

OH- hidrokso

H- hidrodo

Radikal organik, bahkan bisa diperlakukan sebagai anion bila mencerminkan


bilangan oksidasi formal suatu logam, diberi nama yang biasa sebagai radikal,
misalnya :

CH3 metil
C6H5 fenil

Kebanyakan ligan lain memperoleh namanya yang biasa, tetapi tanpa adanya
spasi :

(CH3)2SO dimetilsulfoksida

(NH2)2CO urea

C5H5N piridin

(C6H5)3P trifenilfosfin

Ligan N2 dan O2 disebut dinitrogen dan dioksigen.

2. Urutan Penyajian

Ligan disajikan yang pertama, dan logam yang terakhir. Ligan netral disajikan
pertama, kemudain ligan anion.

3. Ion Logam dan Bilangan Oksidasi


Bagi kompleks netral dan kompleks kation, diikuti oleh angka Romawi dalam
kurung yang enunjukkan bilangan oksidasi formalnya. Bila kompleksnya suatu anion,
logam diberi nama dengan kata yang berakhiran “at” dan kadang-kadang dengan
menggunakan bentuk Latin, misalnya; ferat, cuprat, dengan tingat oksidasi formalnya
dalam kurung.

4. Awalan Numerik
Adanya dua atau lebih ligan, atau atom logam, ditandai dengan awalan berikut.
2 di (bis)
3 tri (tris)
4 tetra (tetrakis)
5 penta (pentakis)
6 heksa (heksakis)
7 hepta (heptakis)
8 okta (oktakis)
9 nona (onnea)
10 deka
11 undeka
12 dodeka
Dan seterusnya.
Awalan dalam kurung jangan digunakan.
Pada butir ini dilukiskan beberapa contoh. Perhatikan bahwa dalam rumus, atom
ogam disebut yang pertama, diikuti oleh ligan.
[Co(NH3)5CO3]Cl pentaaminkarbonatokobal(III)klorida
[Cr(H2O)4Cl2]Cl tetraakuadiklorokromium(III)klorida
K2[OsCl5N][(C6H5)4As][Pt Cl2HCH3] kalium
pentakloronitridoosmat(VI)tetrafenilasreniu
m diklorohidridometilplatinat(II)
Mo[(C6H5)2PCH2CH2P(C6H5)2]2(N2)2 bis (1,2-difenilfosfinoetana) bis (dinitrogen)
molibdenum (0)

5. Merujuk Isomer
Bila isomer tertentu akan dispesifikasi, digunakan awalan berhuruf cetak miring
diikuti oleh garis, yang penting diantaranya adalah : cis, -trans-, fac-, dan mer-. Dua
yang terakhir digunakan bagi kompleks oktahedral yang berturut-turut dari jenis 6-
XVIII dan 6-XIX, dan merupakan singkatan bagi facial dan meridional. Jadi bila dalam
6-XIX ligan L adalah (C3H5)3P, ligan X adalah H, dan logamnya ruthenium, diperoleh
:
mer-[Ru{(C2H5)3P}3H3] mer-tris9trietilfosfin)trihidrido ruthenium (III)

Seperti diamati disini dan dalam ilustrasi lain, kurung dan kurung kurawal kadang-
kadang diperlukan untuk menghindari keraguan, pendapat umum biasanya merupakan
panduan yang baik dalam penggunaannya.

6. Ligan Berjembatan
Ligan berjembatan diberi nama dengan awalan µ-. Bila terdapat dua gugus
berjembatan yang sama jenisnya, digunakan di-µ-. Ligan berjembatan didaftar berurut
dengan ligan yang lain, dituliskan di antara garis, kecuali bila molekul simetris,
sehingga diperoleh nama yang lebih kompak dengan menempatkannya pertama-tama.
Contoh berikut akan memberikan gambaran.

[(NH3)5Co – NH2 – Co(NH3)4(H2O)]Cl5


pentaaminkobal(III)-µ-amido-tetraminakuakobal(III)klorida

[(NH3)5Cr – OH – Cr(NH3)5]Br5

µ-hidroksobis [pentaminkromium(III)]bromida

F. Tetapan Kesetimbangan bagi Pembentukan Kompleks dalam Larutan


Pembentukan kompleks dalam larutan air merupakan hal yang sangat penting,
bukan saja dalam kimia anorganik, tetapi juga dalam biokimia, kimia analisis, dalam
berbagai peneraparan –sejauh mana suatu kation aquo bergabung dengan ligan membentuk
ion kompleks adalah masalah termodinamik, dan dapat dikelola dengan pernyataan yang
sesuai bagi tetapan kesetimbangan.
Misalkan diletakkan ion logam M, dan sesuatu ligan monodentat L bersama-sama
dalam larutan. Jika dianggap tidak terbentuk produk yang tidak larut, juga spesies yang
tidak mengandung lebih dari satu ion logam, pernyataan kesetimbangan seperti berikut ini
akan memberikan sistem :
M + L = ML K1 = [ML]
[M][L]

ML + L = ML2 K2 = [ML2]
[ML][L]

ML2 + L = ML3 K3 = [ML3]


[ML2][L]
. . . .

. . . .
MLN-1 + L = MLN KN = [MLN]
[MLN-1][L]

Akan diperoleh N kesetimbangan semacam itu, dimana N mewakili bilangan koordinasi


maksimum ion logam M bagi ligan L. N dapat beragam dari satu ligan ke ligan lain.
Misalnya Al3+ membentuk AlCl42- dan AlF63-, Co2+ membentuk CoCl42- dan Co(NH3)62+,
sebagai kompleks yang paling tinggi dengan ligan tersebut.

Cara lain untuk menyatakan hubungan kesetimbangan adalah sebagai berikut :

M + L = ML β1 = [ML]
[M][L]

ML + 2L = ML2 β 2 = [ML2]
[M][L]2

ML2 + 3L = ML3 β 3 = [ML3]


[M][L]3

. . . .

. . . .
M + NL = MLN β N = [MLN]

[M][L]N

Karena hanya boleh ada N kesetimbangan bebas dalam sistem seperti itu, jelasnya
bahwa Ki dan βi dikaitkan. Kaitannya memang agak kentara. Misalnya perhatikan
pernyataan bagi β3. Jika pembilang dan penyebut keduanya dikalikan dengan
[ML][ML2] lalu disusun sedikit :

β 3 = [ML3] . [ML][ML2]
[M] [L]3 [ML] [ML2]

= [ML] . [ML2] . [ML3]

[M] [L] [ML] [L] [ML2] [L]

= K1 K2 K3

Tidaklah sukar untuk melihat bahwa hubungan semacam ini benar-benar bersifat
umum, yakni :

β k = K1 K2 K3 …. Kk = ∏𝑖=𝑘
𝑖=1 𝐾 i

Selain Ki disebut tetapan pembentukan bertahap (atau tetapan kestabilan


bertahap), dan semua βi disebut tetapan pembentukan total (atau tetapan kestabilan
total), setiap jenis dalam beberapa kasus memiliki keuntungan sendiri.
Set tetapan pembentukan berhadap menyediakan pengertian tertentu
mengenai spesies-spesies yang ada sebagai fungsi konsentrasi. Dengan hanya
beberapa perkecualian umumnya terdapat nilai Ki yang makin turun dalam sistem
tertentu mana saja. Hal in digambarkan oleh data bagi sistem Cd2+-NH3 dengan
ligan tidak bermuatan, dan oleh sistem Cd2+-CN- dengan ligan bermuatan.
Cd2+ + NH3 = [Cd(NH3)]2+ K = 102,65

Cd(NH3)]2+ + NH3 = [Cd(NH3)2]2+ K = 102,10

[Cd(NH3)2]2+ + NH3 = [Cd(NH3)3]2+ K = 101,44

[Cd(NH3)3]2+ + NH3 = [Cd(NH3)4]2+ K = 100,93 (β4 = 107,12 )

Cd2+ + CN- = [Cd(CN)]+ K = 105,48

[Cd(CN)]+ + CN- = [Cd(CN)2] K = 105,12

[Cd(CN)2] + CN- = [Cd(CN)3]- K = 104,63

[Cd(CN)3]- + CN- = [Cd(CN)4]2- K = 103,55 (β4 = 1018,8 )


Jadi, khususnya bila ligan ditambahkan kepada larutan ion logam, mula-
mula terbentuk ML secara lebih cepa daripada kompleks lain mana pun dalam
deret. Bila penambahan ligan dilanjutkan konsentrasi ML2 naik secara cepat,
sedangkan konsentrasi ML turun, lalu ML3 menjadi dominan, ML dan ML2
menjadi tidak penting; begitu seterusnya sampai terbentuk kompleks yang paling
tinggi MLN hingga hampir sempurna dibanding yang lain, pada konsentrasi ligan
yang sangat tinggi.
Suatu penurunan Ki yang tetap apabila bertambah hampir selalu teramati,
walaupun kadang-kadang terjadi pengecualian terhadap pengaruh-pengaruh sterik
atau elektronik. Alasan uatama bagi penuruann tersebut adalah aspek statistik. Pada
tahap mana pun, misalnya dari MLn ke MLn+1, ada kemungkinan tertentu bagi
kompleks MLn mendapatkan ligan lain, dan kemungkinan lain bagi MLn+1 untuk
kehilangan ligan. Jelaslah bila n membesar terdapat lebih banyak ligan yang hilang,
dan lebih sedikit tempat (N-n) dalam kulit koordinasi untuk menerima tambahan
ligan. Bagi sederet tahapan ML menjadi ML2, … ML5 menjadi ML6, besarnya log
Ki cenderung menurun kira-kira sebesar 0,5 pada setiap tahap, karena alasan
statistik belaka.
Banyak metode kimia analisis dan pemisahan didasari atas pembentukan
kompleks dalam larutan; kecermatan dan hasil yang dapat dipercaya bergantung
kepada pengetahuan nilai tetapan seperti itu. Misalnya, ion logam transisi yang
berlainan dapat ditentukan dengan mengatur konsentrasi EDTA dan pH nya,
sehingga suatu ion tidak hampir tak terkomplekskan, sedangkan ion lain terikat
kuat. Lagi-lagi, kemampuan yang berlainan dari Ni2+ dan Co2+ secara menyolok
membentuk kompleks ion kloro, MCl3 dan MCl42-, menyebabkan terjadinya
pemisahan yang baik dengan menggunakan kolom penukar ion.

G. Efek Kelat
Sebagai aturan umum, kompleks yang mengantung satu (atau lebih) cincin berkelas
-5 atau -6 lebih stabil (mempunyai tetapan pembentukan lebih besar) daripada kompleks
yang sangat serupa tetapi tidak mempunyai beberapa atau sama sekali tidak mempunyai
cincin kelat.
2+
NH3

H3N NH3

Ni2+(aq) + 6 NH3(aq) = Ni β = 108,6


NH3 NH3

NH3 (aq)

2+
NH2

NH2 NH2

Ni2+(aq) + 3 H2NCH2CH2NH2(aq) = Ni β = 1018,3

H2N NH2

NH2 (aq)

Kompleks dengan cincin berkelat tiga kira-kira 1010 kali lebih stabil. Mengapa
demikian halnya? Seperti semua pertanyaan yang menyangkut kestabilan termodinamik,
diperlukan perhatian mengenai perubahan energi bebas, ∆Gº; pertama-tama akan ditinjau
sumbangan entalpi dan entropi, untuk melihat apakah salah satu merupakan sebab utama
dari perbedaan.
Kedua reaksi tersebut dapat dibandingkan langsung dengan menggabungkannya
dalam persamaan:
Ni(NH3)62+(aq) + 3en(aq) = Nien32+(aq) + 6 NH3(aq)
Dimana:

K = 109,7
∆Gº = - RT ln K = - 67 kJ mol-1 = ∆Hº - T ∆Sº

∆Hº = - 12 kJ mol-1

- T ∆Sº = -55 kJ mol-1

Terbukti bahwa entalpi dan entropi keduanya menyukai kompleks kelat, tetapi sumbangan
entropi jauh lebih penting. Data mengenai sejumlah besar reaksi tersebut, dengan banyak
ion logam dan ligan yang berlainan menunjukkan bahwa sumbangan entalpi pada efek
kelat kadang-kadang menguntungkan, kadang-kadang tidak, tetapi selalu relatif kecil.
Kesimpulan umum adalah efek kelat semata-mata efek entropi. Alasannya adalah sebagai
berikut.
Ion nikel dikoordinasi oleh enam molekul air. Dalam setiap dua reaksi pertama,
keenam H2O dibebaskan bila ligan nitrogen terkoordinasi. Pada skor tersebut kedua proses
setara. Namun dalam satu kasus enam molekul NH3 kehilangan kebebasannya pada saat
yang sama, dan tidak ada perubahan netto dalam jumlah partikel. Dalam kasus lain, hanya
tiga molekul en kehilangan kebebasannya, dan masing-masing mendapat pertambahan
netto sebesar tiga mol molekul. Reaksi dengan 3 en menyebabkan kenaikan keacakan yang
lebih besar daripada yang terjadi dengan 6 NH3, dan karenanya ∆Sº lebih positif (lebih
disukai) dalam kasus terdahulu daripada yang belakangan. Mudah terlihat bahwa penalaran
ini adalah umum bagi semua perbandingan proses kelat dan non kelat semacam itu.
Cara lain untum merumuskannya ialah memperhatikan ligan kelat dengan satu
atom donor terikat kepada ion logam. Atau donor lainnya tidak dapat terletak jauh, dan
kemungkinannya untuk menjadi terikat lebih besar daripada kalau mreka benar-benar
berupa molekul yang bebas, yang mempunyai akses kepada seluruh volume larutan. Sudut
pandang ini segera menerangkan mengapa efek kelat menghilang apabila ukuran cincin
bertambah. Efeknya paling besar bagi cincin-segi lima atau –segi enam, menjadi marginal
bagi cincin –segi tujuh, dan sama sekali tidak penting bagi cincin yang lebih besar. Bila
cincin yang dibentuk besar, kemungkinan bagi atom donor kedua segera mengikatkan diri
kepada atom logam yang sama, tidak lagi besar dibandingkan dengan pengikatannya
kepada atom lain yang berbeda, atau terjadi disosiati atom donor pertama sebelum yang
kedua mengadakan kontak yang efektif.
H. Reaksi Kompleks
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion
logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan
kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Jadi
semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena
adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan.
Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis
adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa
lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron.
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks adalah
kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri atas sebuah logam
atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat. Logam atom pusat
memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkan ligan bisa bermuatan netral atau anion
pada umumnya. Beberapa contoh senyawa kompleks yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+ - [Ni0(CN)4]4-
- [Fe2+,(CN)6]4- - [Co+,(CO)4]3
Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat karena
senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama karena
aplikasinya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan, farmasi, industri dan
lingkungan. Senyawa kompleks dalam industri sangat dibutuhkan terutama dalam katalis.
Dalam industri petrokimia kebutuhan katalis semakin meningkat karena setiap produk
petrokimia diubah menjadi senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan katalis, misalnya pada
reaksi hidrogenasi, karbonilasi, hidroformilasi Kompleks logam transisi dapat mengkatalis
berbagai reaksi kimia seperti kompleks [PdCl2DFFM] yang telah lama dipakai sebagi
katalis untuk oksidasi stirena yaitu dalam pembentukan senyawa olefin. Dalam bidang
kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat penting juga dalam berupa obat – obatan
seperti vitamin B12 yang merupakan senyawa kompleks antara kobalt dengan porfirin,
hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen.
Pertukaran Air Dan Pembentukan Kompleks Dari Ion Akua
Karena kebanyakan reaksi diman kompleks terbentuk berlangsung dalam larutan air,
salah satureaksi yang sangat mendasar untuk dibicarakan / dipahami adalah dimana
molekul – molekul air disekeliling kation dalam larutan air dipindahkan dari kulit
koordinasi dan diganti oleh atomligan lain.

I. Reaksi Penggantian Ligan dalam Kompleks Oktahedral


Persamaan umum bagi reaksi pemindahan ligan adalah:
[LnMX] + Y = [LnMY] + X
Dalam larutan air kasus istimewa di mana Y adalah H2O (atau OH-) sangatlah
penting. Terdapat sedikit reaksi, jika memang ada, dimana X mula-mula tidak diganti oleh
H2O, dan hanya dengan cara masuknya ligan lain Y ke dalam kompleks dengan
menggantikan H2O. Jadi pembahasan terutama akan dibatasi sepenuhnya kepada pokok
bahasan mengenai reaksi akua atau hidrolisis.
Laju hidrolisis kompleks aminkobal (III) bergantung kepada pH dan umumnya
mengikuti hukum laju;
ʋ = kA[L5CoX] + kB[L5CoX] [OH-].
pada umumnya kB (bagi hidrolisis basa) adalah sekitar 104 kali kA (hidrolisis asam).
1. Hidrolisis Asam
Pertama-tama ditinjau suku kA [L5CoX]. Karena ligan yang masuk adalah H2O
yang terdapat dalam konsentrasi yang tinggi (-55,5 M) dan konstan, hukum laju tidak
memberikan keterangan apa-apa mengenai order H2O; sarana untuk menetapkan apakah
ini proses asosiasi (SN2) atau disosiasi (SN1) harus dicari di tempat lain.
Tampaknya mayoritas reaksi subtitusi dalam kompleks oktahedral berlangsung
dengan jalur yang benar-benar disosiatif (SN1), tetapi terdapat beberapa perkecualian
yang bermakna.
2. Hidrolisis Basa
Penafsiran mengenai suku dari jenis kB [ML5X] [OH-] dalam laju reaksi bagi
hidrolisis basa telah lama diperdebatkan. Tentu saja ini dapat ditafsirkan sebagai
pernyataan mengenai proses SN2 yang sejati, dengan penyerangan nukleofilik dari OH-
Namun, kemungkinan mekanisme SN1 CB yang dibahas diatas, harus juga ditinjau.
Terdapat alasan pada kedua pihak, dan tentu saja mungkin mekanisme dapat beragam
bagi kompleks yang berlainan. Studi mengenai hidrolisis basa dalam kompleks
oktahedral sejauh ini terutama menyangkut kompleks Co3+, dan sekarang tentu
beralasan bahwa bagi hal tersebut mekanisme yang menonjol tentu saja: SN1CB.
Hidrolisis kompleks CoIII umumnya jauh lebih cepat dari pada hidrolisis asam,
yaitu kB ˃ kA dalam persamaan 2.1. dengan sendirinya ini memberikan bukti yang
bertentangan dengan mekanisme sederhana SN2, dan karenanya lebih menyukai
mekanisme SN1CB, karena tidak ada alasan untuk mengharapkan OH- mampu
menyerang nukleofilik pada logam secara unik. Ternyata dalam reaksi mengenai
kompleks bujur sangkar sangat tidak disukai penyerangan nukleofilik terhadap PtII.
Tentu saja mekanisme SN1CB mensyaratkan agar kompleks-reaksi paling sedikit
memiliki atom hidrogen protonik pada ligan yang tinggal, dan laju reaksi hidrogen ini
harus cepat dibandingkan dengan laju pertukaran proton dalam banyak kompleks yang
mengalami hidrolisis basa secara cepat, faktanya adalah kira-kira 105 kali lebih cepat
daripada hidrolisisnya sendiri [misalnya dalam Co(NH3)5Cl2+ dan Co en2NH3Cl2+].
Pengamatan seperti itu masih sesuai dengan mekanisme SN1CB, tetapi tidak sanggup
memberikan bukti positif mengenai hal itu.
Bila mekanisme basa konjugasi memang benar, terdapat pertanyaan mengapa basa
konjugasi begitu cepat terdisosiasi melepaskan ligan X. Ditinjau dari rendahnya
keasaman amin-terkoordinasi, konsentrasi basa konjugasi merupakan fraksi kecil dari
konsentrasi kompleks total. Jadi kereaktifannya jauh lebih besar, dengan faktor yang
jauh melebihi angka banding kB/kA. Dapat ditaksir bahwa perbandingan laju akuasi dari
[Co(NH3NH2Cl]+ dan [Co(NH3)5Cl]2+ harus lebih besar daripada 106. Dua hal mengenai
basa konjugasi telah ditinjau dalam usaha untuk menerangkan kereaktifannya. Pertama,
terdapat efek muatan yang nyata- basa konjugasi mempunyai muatan satu satuan kurang
positif daripada muatan kompleks yang dibentuknya. Walaupun sulit untuk membuat
alasan yang kuat, rupa-rupanya tidaklah mengena apabila efek muatan saja dapat
menerangkan perbedaan yang besar dalam lajunya. Telah diusulkan bahwa ligan-amida
dapat melabilkan gugus-lepas X dengan penggabungan tolakan elektron dalam keadaan
dasar, dan sumbangan pengikatan π kepada kestabilan intermediet-koordinasi 5.
Namun terdapat pengamatan yang oleh para peneliti juga dipandang sebagai
bertentangan dengan keterangan tersebut, akibat pertanyaan mengapa basa konjugasi
sangat reaktif belum terselesaikan.
Pembentukan kompleks oktahedral satu ion logam dalam pelarut air dengan suatu
ligan berlangsung melalui reaksi substitusi. Tahapan atau mekanisme reaksi tergantung
pada jenis ligan, jika ligan yang masuk monodentat berlangsung 6 tahap, jika ligan yang
masuk bidentat ada 3 tahap dan jika ligan tridentat berlangsung 2 tahap.
Contoh :
1. Kompleks [M(H2O)6]n+ pada saat kedalam larutan ditambahkan ligan monodentat
tidak bemuatan, maka terjadi reaksi :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L → [M(H2O)5L]n+ + H2O
Tahap II :
[M(H2O)5L]n+ + L → [M(H2O)4L2]n+ + H2O
Reaksi ini terus berlangsung hingga ke enam H2O tersubstitusi dan dihasilkan
kompleks [ML6]n+.
Jika ligan yang ditambah adalah ligan bidentat, maka pada setiap tahap ada 2
molekul air yang disubstitusi sehingga untuk menghasilkan kompleks [ML6]n+
ada 3 tahapan :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L → [M(H2O)4L2]n+ + 2H2O
Tahap II :
[M(H2O)4 L2]n+ + L → [M(H2O)2L4]n+ + 2H2O
Tahap III :
[M(H2O)2 L4]n+ + L → [ML6]n+ + 2H2O
3. Penyerangan Elektrofilik pada Ligan
Dikenal sejumlah reaksi dimana pertukaran ligan tidak melibatkan pemutusan
ikatan ligan, tetapi ikatan dalam ligan itu sendiri diputuskan dan dibentuk kembali. Satu
kasus yang terkenal adalah akuasi kompleks karbonat, bila digunakan air bertanda
isotop, ditemukan bahwa tidak ada *O yang masuk ke dalam lingkungan koordinasi ion
selama proses akuasi.
[Co(NH3)5OCO2]+ + 2H3*O+ → [Co(NH3)5(H2O)]3+ + 2H2*O + CO2
Jalur yang paling mungkin ini menyangkut penyerangan proton pada oksigen yang
terikat pada Co diikuti oleh pengusiran CO2, lalu protonasi kompleks hidrokso
(persamaan 3)
Begitu pula dalam reaksi NO2- dengan pentaaminakuokobal (III), studi mengenai
isotop bertanda memperlihatkan bahwa oksigen yang semula terikat dalam H2O berubah
menjadi terikat kepada NO2-. Hasil yang menarik perhatian ini diterangkan dengan
urutan reaksi (persamaan 4)
2NO2- + 2H+ = N2O3 + H2O

J. Reaksi Penggantian Ligan Dalam Kompleks Bujur Sangkar


Bagi kompleks bujur sangkar, masalah mekanisme ternyata lebih langsung dan
karena itu dapat dipahami lebih baik. Dalam kompleks tetra koordinasi lebih
memungkinkan mekanisme yang terjadi adalah asosiatif.
Contoh :
Pt Ln Cl4-n + Y ® Pt Ln Cl3-nY + Cl-
Dimana telah ditemukan bagi deret 4 kompleks dimana L = NH3 dan Y = H2O.
Beragam hanya oleh faktor 2. Ini merupakan keragaman yan menarik perhatian karena
muatan kompleks berubah dari -2 ke +1 bila n berubah dari 0 ke 3. Pemutusan ikatan Pt –
Cl menjadi lebih sulit dalam deret ini.
1. Efek Trans
Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah reaksi pergantian ligan
melalui efek trans. Reaksi pergantian ligan ini terjadi dalam kompleks oktahedral dan
segiempat. Ligan-ligan yang menyebabkan gugus yang letaknya trans terhadapnya
bersifat labil, dikatakan mempunyai efek trans yang kuat.
Dalam kompleks tetrakoordinat bujur sangkar khususnya platina (II), ligan yang
berorientasi trans pada ligan yang keluar (X) menentukan laju substitusi (efek trans).
Laju substitusi meningkat dengan peningkatan kemampuan akseptor p atau donor s ligan
trans dalam urutan NH3 < Cl- < Br- < I- < NCS- < PR3 < CN- < CO.
K. Reaksi Penyerahan Elektron
Ini adalah reaksi di mana kedua kompleks saling mendekat dan elektron diserahkan
dari satu kompleks kepada yang lain. Dalam beberapa hal disertai atau segera diikuti oleh
perubahan dalam kulit koordinasi salah satu atau keduanya, tetapi tidak selalu diperlukan
demikian. Biasanya kedua kompleks adalah sedemikian sehingga reaksi menyangkut
perubahan kimia netto. Reaksi seperti itu disebut reaksi redoks (reduksi-oksidasi),
misalnya:
Fe2+(aq) + Ce4+ (aq) = Fe3+(aq) + Ce3+ (aq)
Namun terdapat kasus dimana tidak terdapat perubahan kimia netto, misalnya
*
Fe(CN)62- + Fe(CN)63- = *Fe(CN)63- + Fe(CN)62-
Ini disebut reaksi pertukaran-elektron. Tentu saja reaksi tersebut hanya dapat diikuti
dengan menggunakan teknik runutan isotopik atau teknik resonansi magnetik tertentu.
Namun mereka menarik, tepatnya karena energi bebas sistem tidak mengalami perubahan
netto, dan kurva energi terhadap koordinat reaksi adalah simetrik.
Terdapat dua mekanisme umum yang telah ditetapkan dengan baik. Dalam
mekanisme pertama, yang disebut mekanisme lingkungan-luar, setiap kompleks
mempertahankan kulit koordinasi seutuhnya, dan elektron harus pindah melalui keduanya.
Tentu saja ini merupakan pernyataan formal dimana tidak berarti bahwa elektron yang
“sama”meninggalkan atom logam yang satu dan memasuki yang lain. Dalam kasus kedua,
mekanisme lingkungan-dalam, kedua kompleks membentuk intermediet dimana sedikitnya
satu ligan dipunyai bersama, yaitu secara serentak dimiliki oleh kedua kulit koordinasi.
1. Mekanisme Lingkungan Luar
Mekanisme ini pasti benar apabila kedua spesies yang ikut serta mengalami
pertukaran ligan lebih lambat daripada keikutsertaannya dalam proses penyerahan
elektron. Suatu contoh adalah reaksi
[FeII(CN)6]4- + [IrIVCl6]2- ↔ [FeIII(CN)6]3- + [IrIIICl6]3-
Dimana kedua pereaksi digolongkan sebagai inert (t1/2 – bagi akuasi larutan 0,1 M ˃ 1
ms) tetapi reaksi redoks memiliki tetapan laju sebesar ~ 105 1 mol-1 sek-1 pada 25oC.
Beberapa reaksi pertukaran elektron yang dianggap berlangsung menurut
mekanisme lingkungan luar. Jangkauan peliputan tetapan laju sangat luas, berkisar dari
10-4 sampai kira-kira batas kontrol difusi (~109). Dimungkinkan untuk menerangkan
secara kualitatif keragaman laju yang teramat, menurut perbedaan banyaknya energi
yang diperlukan untuk mengubah jarak ikatan logam ligan dalam spesi reaksi, mulai
nilai awal sampai yang diperlukan dalam keadaan transisi harus simetri; yakni kedua
belah kompleks teraktikan haruslah identik. Dapat ditunjukkan bahwa keadaan transisi
yang tidak simetri akan sesuai dengan energi pengaktifan yang lebih besar, karenanya
bukanlah merupakan bagian dari jalur reaksi yang disukai. Dalam tujuh reaksi tercepat
hanya terdapat amat sedikit perbedaan dalam panjang ikatan logam-ligan dalam kedua
spesies reaksi, jadi hanya diperlukan sedikit sekali energi uluran ikatan dan kerutan
ikatan untuk mencapai keadaan transisi yang simetrik. Bagi pasangan MnO4-/MnO42-
perbedaan itu lebih besar, dan bagi ketiga reaksi terakhir ada perbedaan yang amat besar.
Dalam reaksi penyerahan elektron antara dua ion tidak sama, di mana terdapat
penurunan energi bebas netto, umumnya laju tetapan lebih besar daripada proses
pertukaran elektron bandingannya. Dengan perkataan lain, satu faktor yang menyukai
penyerahan cepat elektron, menyukai kemampuan termodinamika dari reaksi total.
Generalisasi ini rupanya dapat diterapkan tidak hanya kepada proses lingkungan luar
yang sekarang dibahas,tetapi juga kepada mekanisme lingkungan dalam yang akan
segera dibahas.
Dalam beberapa kasus tetapan laju reaksi dalam tabel 1 telah ditemukan
bergantung kepada identitas dan konsentrasi kation yang ada dalam larutan. Efek ini
adalah kenaikan laju dengan naiknya konsentrasi kation yang ada dalam larutan. Efek
ini adalah kenaikan laju dengan naiknya konsentrasi kation, tetapi pada kation tertentu
jauh lebih efektif. Efek umum dapat dipertalikan dengan pembentukan pasangan ion,
yang lalu menurunkan sumbangan elektrostatik kepada energi pengaktifan. Efek khusus
tertentu ditemukan, misalnya dalam sistem MnO4- - MnO42- dan [Fe(CN)6]4 -
[Fe(CN)6]3- tidak begitu mudah ditafsirkan secara mantap. Efek [Co(NH3)6]3+ pada yang
terdahulu disebabkan oleh pasangan ion yang diperbesar oleh muatan yang tinggi. Tidak
ada bukti bahwa kation ikut serta dalam penyerahan elektron yang sebenarnya,
walaupun mungkin dalam beberapa kasus memang demikian.
2. Proses Ligan Berjembatan atau Lingkungan Dalam
Keadaan transisi ligan berjembatan telah diperlihatkan berlangsung dalam
sejumlah reaksi, terutama melalui eksperimen yang apik yang dirancang dan
dikerjakan oleh H. Taube dkk, mendemonstrasikan bahwa reaksi umum berikut terjadi:
[Co(NH3)5X]2+ + Cr2+ (aq) + 5 H+ = [Cr(H2O)5X]2+ + Co2+(aq) + 5NH4+
(X=F-, Cl-, Br-, I-, SO4-, NCS-, N3-, PO43-, P2O74-, CH3COO-, C3H7COO-, krotonat,
suksinat, oksalat, maleat).
Makna dan kesuksesan eksperimen-eksperimen ini terletak pada fakta berikut.
Kompleks Co3 stabil, sedangkan ion akuo Cr2 labil, dalam produknya, ion
[Cr(H2O)5X]2+ stabil, sedangkan ion Co2+ labil. Ditemukan bahwa penyerahan X dari
[Co(NH3)5X]2+ kepada [Cr(H2O)5X]2+ adalah kuantitatif. Karena semua spesies
Cr3+termasuk Cr(H2O)63+ dan Cr(H2O)5Cl2+ inert terhadap subtitusi, produksi
kuantitatif dari Cr(H2O)5Cl2+ harus berarti penyerahan elektron Cr2+→ Co3+, dan
penyerahan Cl- dan Co kepada Cr adalah kejadian yang saling bergantung, yang tidak
mungkin berlangsung sendirian. Postulasi mengenai intermediet berjembatan kloro
yang binuklir rupanya adalah cara yang dipercaya secara kimia untuk
menerangkannya. Seperti diartikan oleh persamaan umum diatas, banyak (walaupun
tidak semua) ligan dapat berlaku sebagai jembatan.
Dalam reaksi antara Cr2+ dan CrX2+, serta antara Cr2+ dan Co(NH3)5, yang adalah
kompleks lingkungan dalam, laju menurun jika X beragam dalam urutan I-˃ Br- ˃ Cl-
˃ F- . Tampaknya hal ini beralasan bila kemampuan untuk menghantar elektron yang
diserahkan dihubungkan dengan kemampuan polarisasi gugus jembatan, dan
tampaknya urutan ini bahkan dapat ditinjau sebagai diagnosa dari mekanisme. Namun
urutan sebaliknya dijumpai bagi reaksi Fe2+ / Co(NH3)5X2+ dan Eu2+/Co(NH3)5X2+,
reaksi Eu2+Cr(H2O)5X2+ memberikan urutan yang disebut pertama, jadi menunjukkan
bahwa urutan tidak hanya merupakan fungsi ion pereduksi yang digunakan. Tentu saja
urutannya harus ditentukan oleh kestabilan relatif keadaan transisi dengan berbagai X,
dalam urutan kereaktifan telah ditalar diatas.
Kini terdapat sejumlah kasus, misalnya reaksi Co(NH3)5X2+ dengan Co(CN)53-
dimana X= F-, CN-, NO3 dan NO2-, dan bahwa Cr2+ dengan IrCl62+, dimana terjadi
penyerahan elektron melalui kedua jalur lingkungan dalam dan lingkungan luar.
L. Kompleks-kompleks Fluksional dan Tidak Kaku Secara Stereokimia
Tidak ada molekul yang benar-benar kaku, dalam artian bahwa semua jarak antar
atom dan sudut ikatannya tertentu pada set nilat yang tepat. Sebaliknya sekalian molekul,
bahkan pada nol absolut melakukan vibrasi secara tepat, sedemikian sampai semua atom
beroskilasi sekitar posisi rata-ratanya, dengan amplitude beberapa per-puluhan angstrom.
Dalam artian ini tidak ada molekul yang kaku, tetapi terdapat banyak molekul yang
mengalami penataan kembali mengubah bentuk secara cepat dengan amplitudo yang jauh
lebil besar, di mana atom-atom benar-benar saling bergantian tempat.
Perlu dicatat bahwa molekul-molekul yang berada segera sebelum dan sesudah tahap
penataan kembali (atau sesudah jumlah tahap mana pun) secara kimia adalah identik.
Mereka hanya berada dalam antar peralihan dari inti yang tidak dapat dibedakan; proses
tersebut menyebabkan tidak ada perubahan kimia netto dan mempunyai ΔH˚ = ΔS˚ = ΔG˚
= 0. Molekul jenis tersebut sejauh ini yang paling umum, dan merupakan molekul-molekul
tidak kaku secara stereokimia yang paling penting, dan disebut molekul-molekul
fluksional.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga
terjemahan dari General Chemistry: The Essential Consepts, Jakarta: Erlangga.
Cotton, Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press, Depok.
Effendy. 2007. Perspektif Baru Kimia Koordinasi Jilid 1, Malang: Bayumedia
Publishing.
Sukarjo. 1985. Kimia Koordinasi Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Bina Aksara.
Sykes, A.G. 1966. Kinetics of Inorganic Reaction. New York, Pergamon Press.

Anda mungkin juga menyukai