Anda di halaman 1dari 23

JOB SHEET 1

PENILAIAN PENDERITA

I. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan teori Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K)
1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang
dihadapi, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat serta menilai bahaya-
bahaya lain yang dapat terjadi terhadap penderita, penolong maupun orang-orang
di sekitar.
2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian terhadap tanda vital kehidupan dan
pemeriksaan fisik penderita (melakukan pertolongan pertama, membersihkan luka
dan mengobati pendarahan)
3. Mahasiswa mampu membuat kesimpulan dari hasil temuannya.

II. Teori
2.1 Pertolongan Pertama
P3K (First Aid) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara
terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari
dokter atau paramedik. (S Wulandini, dkk. 2017). Berarti pertolongan tersebut bukan
sebagai pengobatan atau penanganan yang sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan
sementara yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam) yang
pertama melihat korban.
Pertolongan pertama merupakan perawatan sementara / segera yang diberikan
kepada korban kecelakaan atau korban yang terserang penyakit mendadak sebelum
tindakan medis oleh dokter. (Ghani, dkk. 2014)

2.1.1 Kecelakaan
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tak terduga dan yang tidak
diharapkan, karena dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan.
2.1.2 Kedaruratan Medis
Kedaruratan medis merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki riwayat
penyakit ataupun terkena infeksi yang berhubungan dengan peredaran darah dan
pernafasan sehingga segera memerlukan pertolongan. (Imad, Khusnul. dkk)

2.2 Penilaian

Bila hendak menolong seorang maka penilaian baik terhadap keadaan


penderita maupun situasi dan lokasi secara keseluruhan pada saat itu sangat penting.
Penolong harus melakukan penilaian dengan baik sehingga penatalaksanaan penderita
dapat dilakukan dengan sebaik – baiknya memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.
Penatalksanaan bergantung dari kasus Ruda Paksa ( Trauma , Cedera ) atau Penyakit
(Medis)

2.1.1 Langkah – Langkah Penilaian

1. Penilaian Keadaan

2. Penilaian Dini

3. Pemeriksaan Fisik

4. Riwayat Penderita

5. Pemeriksaaan Berkala Atau Lanjut

6. Pelaporan

2.3 Penilaian Keadaan

Pada saat penolong mencapai tempat kejadian, langkah pertama yang dilakukan
adalah mennilai keadaan. Ini bertujuan untuk memberi gambaran umum tentang apa
yang sedang dihadapi serta faktor pendukung / penghambat pertolongan pertama.
Disamping itu perlu juga dinilai bahaya lain yang dapat terjadi baik terhadap
penderita, penolong maupun orang – orang disekitar tempat kejadian. Pada tahap ini
penolong harus melakukan langkah – langkah pengamanan lokasi , penderita dan
dirinya sendiri serta orang – orang lainnya. Penilaian lain yang harus dilakukan adalah
menentukan bantuan apa yang diperlukan jika dianggap perlu dan memungkinkan .

Dalam melakukan penilaian keadaan ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu
penolong melakukan analisa yaitu :
1. Bagaimana kondisi saat itu

Pertanyaan ini ditujukan untuk menilai apa sebenarnya yang terjadi, berapa
jumlah penderita, bagaimana mekanisme kecelakaannya amankan lingkungannya apa
saja yang bisa dimanfaatkan.

2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi

Kejadian yang tidak diinginkan seperti kecelakaan mungkin saja tidak berhenti
sampai disitu saja. Ada kemungkinan peristiwa tersebut dapat berlanjut dan
mengancam berbagai pihak yang ada di sekitar tempat kejadian. Beberapa keadaan
yang berbahaya yang mungkin terjadi di tempat kejadian misalnya : kemungkinan
ledakan , hubungan pendek arus listrik, tanah lonsor, perkelahian, kebakaran dan lain
– lain.

Secara umum tugas seorang penolong saat tiba di lokasi adalah :

1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, korban, dan orang – orang di


sekitar lokasi kejadian.

2. Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan.

- Nama Penolong

- Nama Organsasi

- Permintaan ijin untuk menolong dari penderita / orang.

3. Menentukan keadaan umum kejadian ( Mekanisme Cedera dan mulai


melakukan penilaian dini kepada penderita )

4. Mengenali dan mengatasi gangguan cedera yang mengancam nyawa.

5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan

6. Minta bantuan bila dianggap perlu.

Dalam melakukan tugas sebagai penolong juga perlu dikumpulkan berbagai informasi
untuk menunjang penilaian. Informasi langsung dapat diperoleh :

- Kejadian itu sendiri

- Penderita bila sadar


- Keluarga / Saksi

- Mekanisme kejadian

- Perubahan bentuk yang nyata / cedera yang jelas

- Gejala atau tanda khas suatu cedera / penyakit

2.4 Penilaian Dini


Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila dalam
pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan sistem
sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan bantuan hidup dasar dsan
Resusitasi.
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila dalam
pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan sistem
sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan bantuan hidup dasar dsan
Resusitasi.

Langkah – langkah Penilaian Dini

a. Kesan Umum

Pada tahap ini pertama – tama penolong harus menenntukan apakah kasus yang dihadapi
adalah kasus Trauma / Medis.

 Kasus Trauma : kasus yang disebabkan oleh suatu ruda paksa. Mempunyai tanda –
tanda yang jelas terlihat / teraba misalnya lika terbuka, memar, patah tulang, dsb dan
dapat juga disertai dengan gangguan kesadaran.

 Kasus Medis : kasus yang diderita seorang tanpa ada riwayat ruda paksa.
Contohnya sesak napas, pingsan. Pada kasus ini penolong harus berupaya
mencari riwayat gangguannya, misalnya dari penderita itu sendiri, keluarga /
saksi mata untuk menjelaskan keadaan penderita dari awal gejalanya sampai
menjadi parah serinci mungkin.

b. Memeriksa respon

Respon seorang penderita adalah suatu cara sederhana untuk mendapat gambaran
berat ringannya ganngguan yang terjadi di dalam otak
Respon diberikan berdasarkn reaksi yang diberikan seorang penderita terhadap
rangsang yang diberikan penolong

Respon penderita dibagi menjadi 4 tingkat yaitu :

A = Awas

Penderita ini sadar dan mengetahui keberadannya artinya dia menyadari


lingkungannya, waktu pada saat itu serta namanya

S = Suara

Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara. Penderita
tidak perlu mampu menjawab namun dapat mengikuti perintah sederhana.

N = Nyeri

Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong misal
: Cubitan kuat, penekanan di tengah dada ( bila tidak ada cedera dada )

Bila penderitanya respon terhadap suara respon nyeri tidak perlu diberikan. Reaksi
yang terlihat mungkin hanya membuka mata, erangan, melipat / menjauhkan alat
gerak dan gerakannya lainnya. Laporannya penderita adalah respon.

T = Tidak respon

Penderita sam sekali tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong. Seorang penderita yang tidak sadar pasti memerlukan penanganan jalan
napas dan penata laksanaan lainnya. Penderita dilaporkan sebagai tidak ada respon.

c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik ( AIRWAY )

Pastikan jalan napas penderita terbuka dengan baik cara menentukan keadaan jalan napas
tergantung dari keadaan penderita, apakah ada respon atau tidak.

1. Pasien dengan respon baik

Perhatikan pada saat penderita berbicara. Perhatikan ada tidaknya gangguan berbicara,
atau suara tambahan ? Suara tambahan dapat menjadi petunjuk adanya gigi, darah ,
atau benda lainnya dalam saluran pernapasan. Nilai juga apakah penderita itu dapat
mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus.

2. Pasien yang tidak respon


Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan napas terbuka dengan baik.
Bila tidak ada cedera spinal gunakan tehnik Angkat Dagu Tekan Dahi, sebaliknya bila
ada cedera spinal gunakan tehnik Perasat Pendorong Rahang Bawah . Pemeriksaan
jalan napas tidak dilakukan hanya sekali saja. Pada penderita yang mengalami cedera
berat atau banyak muntah mungkin diperlukan pengawasan jalan napas secra terus
menerus.

d. Menilai Pernapasan ( Breathing )

setelah jalan napas terbuka dengan baik dan bersih maka penolong harus menentukan
pernapasan penderita. Periksa ada tidaknya napas dengan cara LDR nilai selama 3 – 5
detik, penilaian pernapasan tidak terbatas dari ada tidaknya napas saja tetapi juga
pada kualitas dari pernapasan itu sendiri.

e. Menilai Sirkulasi dan Menghentikan Perdarahan Berat

Pada pemeriksaan ini penolong menilai apakah jantung melakukan melakukan


tugsnya untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Menilai sirkulasi

1. Penderita Respon

Periksa nadi Radial ( pergelangan tangan ) sedangkan pada bayi yang diperiksa adalah
pada nadi Brakial ( bagian dalam lengan atas )

2. Penderita tidak respon

Pemeriksaan nadi karotis ( leher ) kecuali pada bayi tetap periksa nadi Brakial. Ada
tidaknya nadi diperiksa dalam waktu 5 – 10 detik. Bila tidak ada nadi segera lakukan
Tindakan RJP.

f. Hubungi bantuan

Apabila dirasa perlu segera minta bantuan rujukan, minntalah pada orang lain /
lakukan sendiri. Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap. Hubungi
bantuan segera bila penolong menilai bahwa penderita tidak ada respon, bila kita
merupakan penolong pertama mungkin meminta bantuan mungkin tidak diperlukan,
jika memang perlu manfaatkan orang yang ada disekitar tempat kejadian. Dalam
penilaian dini perlu juga dipertimbangkan prioritas Transportasi, apakah sesegera
mungkin atau dapat tertunda, penilaian terarah akan sangat menentukan hal ini.

2.5 Pemeriksaan Fisik

Penatalaksanaan penderita dialakukan bersamaan dengan pemeriksaan fisik,


sebaiknya pemeriksaan penderita dilakukan dulu secara cepat dan prioritas, cedera
mana yang harus didahulukan. Jangan sampai penolong terjebak dalam menangani
cedera yang tidak berat dan membiarkan cedera yang lebih berat tanpa pertolongan
atau terlambat.

Peniaian Terarah

Penilaian terarah bertujuan agar penolong dapat melakukan penatalaksanaan


terbaik sesuai dengan keadaan yang dihadapi.

2.5.1 Kasus Trauma

Pada kasus ini kita harus membedakan penderita berdasarkan mekanisme


cedera. Penolong harus menilai apakah mekanisme cedera signifikan atau tidak.

Contohnya :

• Terpental keluar dari kendaraan

• Ada penumpang yang meninggal di ruang yang sama

• Jatuh dari ketinggian lebih dari 5 meter

• Kendaraan terbalik, melaju dengan kecepatan tinggi

• Kecelakaan sepeda motor

• Penderita tidak respon atau ada gangguan status mental

• Ada luka tusuk di daerah kepala, dada, atau perut. Penentuan signifikan / tidak
sangat dipengaruhi oleh mekniame kejadian dan usia penderita.

Mekanisme cedera tidak signifikan

• Cari penyebab terjadinya cedera ( mekanisme cedera )


• Wawancarai penderita sambil menilai apakah pernapasanya cukup dan ada tanda –
tanda perdarahan besar / tidak.

• Temukan riwayat yang berhubungan dengan kejadiannya dan pemeriksaan sesuai


dengan keluhan penderita

• Nilai tanda vital

• Lakukan pemeriksaan fisik rinci sesuai dengan kebutuhan

Mekanisme cedera signifikan

• Nilai keadaan dan tentukan kemungkinan penyebab cedera.

• Wawancarai saksi, penilaian penderita untuk mengetahui cedera yang mengancam


nyawa, stabilkan kepala dan leher, nilai pernapasan dan nadi, jangan lupa mencari tanda
perdarahan besar.

• Lakukan penilaian trauma cepat, yaitu pemeriksaan fisik menyeluruh secara cepat dan
melakukan penatalaksanaan secara tepat pula.

• Nilai tanda Vital bila keadaan penderita terkesan tidak stabil

• Lakukan pemeriksaan fisik rinci bila waktu cukup tersedia.

• Ulangi penilaian tanda Vital, catat perubahan yang terjadi.

2.5.2 Kasus Medis

Pada kasus medis penderita dibagi berdasarkan ada tidaknya respon. Penderita
tidak respon lakukan Pemeriksaan Fisik secara cepat untuk memastikan bahwa tidak
ada trauma, lanjutkan dengan pemeriksaan tanda Vital bila menemukan adanya
perubahan tanda Vital diluar batas normal maka anggap seorang itu mengalami kasus
Medis. Riwayat penderita dilakukan dari kelurga / saksi mata, Bila korban respon
maka dilakukan wawancara langsung.

A. Penderita Respon

• Mulai dengan wawancara

• Ajukan pertanyaan yang mengarah ke riwayat penyakit


• Lakukan pemeriksaan fisik sesuai keluhan

• Nilai tanda vital

B. Penderita tidak respon

• Upayakan wawancara keluarga / saksi untuk mencari riwayat penderita atau


penyebabnya

• Pastikan jalan napas terbuka dengan baik dan ada nadi, jangan lupa memeriksa ada
tidaknya perdarahan besar

• Periksa tanda – tanda khas suatu penyakit

• Nilai tanda Vital

Prinsip pemeriksaan fisik menyeluruh penderita :

a. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh

b. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan dari ujung kepala sampai
ujung kaki, namun dapat berubah sesuai dengan kondisi peserta.

Tindakan ini melibatkan Panca Indra kita berupa :

1. Penglihatan ( Inspeksi )

bagian yang akan diperiksa seadapat mungkin terpapar dengan jelas. Jika
dianggap perlu perlu buka atau potonglah pakaian penderita. Lihat ada tidaknya
tanda khas suatu penyakit atau cedera. Inspeksi ini dilakukan secara menyeluruh
lebih dahulu baru secara khusus

2. Perabaan ( Palpasi )

perabaan dilakukan dengan kedua belah tangan secara berurutan dan


sistematis dari ujung kepala sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai dengan
kondisi, biasanya dilakukan paling akhir karena dapat menyebabkan nyeri pada
penderita.

3. Pendengaran ( Auskultasi )
Penolong mendengarkan tanda suatu penyakit atau gangguan, paling umum
digunakan untuk mendengarkan nafas.

Pada penderita cedera, harus dicari adanya :

P = Perubahan Bentuk

L = Luka Terbuka

N = Nyeri tekan

B = Bengkak

Ingat Akaronim : P,L,N,B

Pemeriksaan fisik harus dilakukan dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki dengan teliti.

1. Kepala

Kulit kepala dan tulang tengkorak, termasuk tulang – tulang wajah.

Telinga dan Hidung

Perhatikan adanya cairan bening, darah atau campurannya, bila ada curigai terjadinya
cedera tulang tengkorak dan otak, bila mekanisnya mendukung.

Mata

* Manik mata ( pupil ) adanya besar - kecil , simetris kiri dan kanan, umumnya pupil
mata mengecil bila kena cahaya

* Gerakan Bola mata : apakah gerakan kiri dan kanan sama

* Kelopak mata : apakah bagian dalam kelopak pucat

* Bagian putih mata : adanya warna selain warna putih.

* Bagaimana refleksnya : normal atau melambat

Pada saat memeriksa mata perhatikan sumber cahaya, bila memeriksa di tempat yang
terang upayakan melindungi mata dari sumber sinar.

Mulut

Apakah ada perdarahan, bagian gigi yang patah, benda asing atau gangguan lain.
2. Leher

Periksalah leher sebelum memasang pelindung leher ( bila perlu ) selain PLNB apakah
tenggorokan tertarik ke satu sisi, ada perbesaran pembuluh darah, bila ada luka pasang
pembalut kedap.

3. Dada

Perhatikan bentuk luar dari tulang dada, tulang rusuk dan kulitnya, karena berakibat pada
organ dalam rongga dada. Pada penderita respon tanyakan apakah ada nyeri saat menarik
napas. Pemeriksaan pada tulang dada dengan cara merab.

4. Perut

Pemeriksaan perut yang penting adalah perabaan dengan cara mencari daerah yang nmyeri
bila ditekan, bila ada bagian yang nyeri ditekan dengan hati – hati.

5. Punggung

Pemeriksaan punggung biasanya dilakukan terakhir yaitu saat menaikan penderita ke


tandu atau papan Spinal.

6. Panggul

Pada daerah ini yang sering terjadi adalah patah tulang yang berakibat perdarahan,
panggul bisa menampung darah 2 liter, penderita dengan Cedera Panggul akan
mengalami gangguan berkemih, dan buang air besar, mungkin adanya bau besing dan
kotoran, pada pria kemaluannya akan mengalami ereksi ( Priapismus )

7. Anggota gerak atas dan bawah

Selain mencari PLNB, juga lakukan GSS ( gerakan, sensasi, sirkulasi) ini bertujuan untuk
mengetahui adanya keadaan tulang, otot maupun saraf.

Parameter yang digunakan dalam tanda Vital adalah :

Denyut nadi normal :

Bayi : 120 – 150 x / menit

Anak : 80 – 150 x / menit


Dewasa : 60 – 90 x / menit

Frekwensi pernapasan normal

Bayi : 25 – 50 x / menit

Anak : 15 – 30 x / menit

Dewasa : 12 – 20 x / menit

Suhu tubuh normal : 37 O C

Tekanan darah normal : ( dewasa )

Sistolik : 100 – 140 mmHg

Diastokik : 60 – 90 mmHg

Kulit

Kondisi kulit :

- Lembab

- Kering

- Berkeringat

Warna kulit

- Biru

- Pucat

- Merah

- Kuning

- Biru kehitaman

- Peralatan yang digunakan :

- Jam tangan

- Senter kecil

- Stetoskop
- Alat pengukur tekanan darah ( sfigmomanometer )

- Alat tulis untuk mencatat.

1. Pemeriksaan nadi

Nadi adalah gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut jantung. Denyut yang
mewakili frekwensi, kekuatan dan irama kontraksi otot jantung.

Dapat diperiksa di :

- Pembuluh nadi leher = karotis

- Pembuluh nadi Lengan atas ( pada bayi ) = Brakilalis

- Pembuluh nadi Pergelangan tangan = Radialis

- Pembuluh nadi Lipat paha =femoralis

- Pembuluh nadi punggung kaki = dorsalis pedis

Cara memeriksa nadi

1. Pasien berbaring atau duduk dengan tenang

2. Raba nadi yang diperiksa, dengan menggunakan telunjuk.

3. Tekan sambil melihat jam

4. Nadi diperiksa selama 15 detik hasil di kali 4 untuk menilai nadi permenit.

5. Laporkan juga kuat / tidak, normal jaraknya teratur antara yang satu dengan yang lain.

III. Percobaan
3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk mengukur tanda vital adalah :
1)Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas atau stop watch
2)Senter kecil
3)Stetoskop
4)Tensimeter/stigmomanometer (pengukur tekanan darah)
5)Alat tulis untuk mencatat
6)Termometer badan

3.2 Study Case


Terdapat 20 pekerja yang sedang mengerjakan suatu proyek pembangunan apartemen
di daerah Sukolilo, Surabaya. Seorang pekerja bernama Sutarman (25) mengalami kecelakaan
kerja tertimpa material bangunan. Kecelakaan tersebut terjadi akibat kelalaian para pekerja
meletakkan peralatan kerja di atas ketinggian. Korban mengalami memar dan bengkak pada
bahu sebelah kiri, serta pendarahan hebat akibat luka terbuka.

3.3 Langkah Percobaan


A. Penilaian Keadaan
Pada tahap ini penolong harus melakukan pengaman lokasi kejadian. Sebagai
panduan jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Bagaimana Kondisi saat ini ?
ramai, karena saat kecelakaan merupakan waktu kerja

2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi ?


Retak/patah tulang selangka dan pendarahan hebat
3. Bagaimana mengatasinya ?
Luka Terbuka :
 Membersihkan luka
 Menekan luka (dengan kain bersih) untuk menghentikan pendarahan
 Mengompres dengan es batu (untuk mempersempit pembuluh darah
 Hubungi layanan darurat
Memar :

B. Penilaian Dini
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam
nyawa penderita dengan tepat , cepat , dan sederhana. Langkah - langkah penilaian
dini :

B.1 Kesan Umum


v Kasus Trauma Kasus Medis

Alasan :

B.2 Memeriksa Respon


Tahap ini adalah cara sederhana untuk mengetahui berat/ringannya gangguan pada
otak penderita
A = Awas v N = Nyeri
B = Suara T = Tidak respon
Alasan :
Karena korban sadar sepenuhnya
Kesimpulan sementara :
Korban mengalami retak dibagian tulang selangka
B.3 Memeriksa jalan nafas ( Airway ) , pernafasan (Breathing) dan peredaran darah
(Circulation) ABC

AIRWAY

a) Penderita dengan respon baik

Suara tambahan : ada tidak v

b) Penderita tidak respon

Cara :

1. Tekan dahi penderita

2. Angkat dagu penderita ( kecuali kalo dicurigai cedera tulang belakang dan
tulang leher )

BREATHING

Cara melihat ada / tidaknya nafas :

 Dilihat naik turunnya dada penderita


 Didengar ada/tidaknya hembusan & tarikan nafas

 Dirasakan ada/tidaknya hembusan nafas

Nafas penderita : ada v tidak

Jika penderita tidak ada nafas maka perlu Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR)

CIRCULATION

Tahap ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja dengan baik atau tidak , serta untuk
melihat ada tidaknya perdarahan yang harus segera ditangani.

Cara menilai circulation / peredaran darah adalah :

a) Penderita Respon baik

Periksa nadi radial (pergelangan tangan), brakial (bagian dalam lengan) dan karotis
(leher) untuk melihat ada/tidaknya kerja jantung.

Nadi penderita : ada v tidak

b) Penderita Tidak Respon

Periksa nadi seperti pada penderita respon baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan
RJP/CPR

Nadi penderita : ada tidak

Kesimpulan sementara : Penderita masih merespon dengan baik

C. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan seluruh anggota badan penderita yang


dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini
dilakukan dengan penglihatan (inspeksi) , perabaan (palpasi) , dan pendengaran
(auskultasi). Pada penderita trauma harus dicari :

1. Perubahan bentuk (P)

2. Luka Terbuka (L)

3. Nyeri Tekan (N)


4. Bengkak (B)

C.1 Kepala

P L N B

Gambaran Umum :.tidak terjadi masalah pada kepala (aman)

 Hidung dan Telinga

P L N B

Gambaran Umum :tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga (aman)

 Mulut

P L N B

Gambaran Umum :. tidak terjadi msalah pada mulut (aman)

 Mata

P L N B

Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga (aman)
C.2 LEHER

v
P L N B

Gambaran Umum : terjadi nyeri tekan karena terdapat luka pada bahu

C.3 DADA

P L N B

Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga (aman)

C.4 PERUT

P L N B

Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada hidung dan telinga (aman).

C.5 PUNGGUNG
v
P L N B

Gambaran Umum : saat tertimpa material pada bahunya, korban jatuh ke belakang sehingga
terjadi benturan pada punggung dan terjadi nyeri tekan

C.6 PANGGUL

P L N B

Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada panggul (aman)


C.7 EXREMITAS ATAS DAN BAWAH

 Tangan

v
P L N B

Gambaran Umum :.karena terdapat luka pada bahu sehingga terjadi nyeri tekan pada tangan

 Kaki

P L N B

Gambaran Umum : tidak terjadi msalah pada kaki (aman)

C. 8 PENGUKURAN TANDA VITAL

 Denyut nadi :110 kali/menit

 Frekuensi nafas : 30 kali/menit

 Suhu badan : 30 0C

 Tekanan Darah

Sistolik : 160 mmHg

Diastolik : 80.mmHg

Cara mengukur tekanan darah:

1. Mengencangkan klep pada tensimeter


2. Melilitkan manset sampai menutupi setengah lengan atas arteri brakialis

3. Memompa dengan cepat sampai arteri tidak teraba, kemuadian tambakan 30


mmHg

4. Mengurangi tekanan manset dengan cara membuka klep secara perlahan-lahan dan
jangan terlalu cepat

5. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya . Itu merupakan angka


sistolik.

6. Saat mendengar denyutan pertama membaca angkanya. Itu merupakan angka


sistolik

7. Terus kurangi tekanan manset sampai tidak terdengar denyutan. Ini merupakan
nilai diastolik.

8. Mencatat nilai sistolik dan nilai diastolik dalam mmHg.

9. Paling efektif penderita diukur dalam keadaan telentang. Apabila tidak


memungkinkan, mencatat posisi penderita pada saat diukur.

Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena:

a. Bising

b. Bagian telinga stetoskop tidak terpasang dengan baik

c. Manset tidak terpasang dengan baik

d. Nilai sistolik belum pada nilai maksimal

e. Ukuran manset tidak sesuai

f. Bagian balon terlalu besar atau terlalu kecil

g. Pengurangan tekanan manset terlalu cepat


D. RIWAYAT PENDERITA

Selain penilaian seperti yang disebutkan di atas, tetap harus dilakukan wawancara terhadap
penderita jika memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab atau pencetus
suatu kejadian, mekanisme kejadian, atau perjalanan suatu penyakit. Wawancara ini dapat
dilakukan dengan penderita, keluarga atau saksi mata. Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam
wawancara adalah:

1. Keluhan utama (gejala dan tanda)

Gejala adalah hal-hal yang hanya dirasakan oleh penderita. Tanda adalah hal-hal yang
dapat diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar maupun diraba. Saat tanya jawab
hindari jawaban “ya” dan “tidak”. Jadi gunakan pertanyaan terbuka.

2. Obat-obatan yang diminum

Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu pengobatan. Mungkin
gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum atau menelan obat tertentu. Ini sering
menjadi petunjuk dalam menghadapi kasus medis.

3. Makanan/minuman terakhir

Pertanyaan ini bermanfaat bila menemui kasus keracunan, terutama keracunan racun
melalui saluran cerna.

4. Penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang pernah diderita mungkin berhubungan dengan keadaan yang
dialami penderita pada saat ini.

5. Alergi yang dialami

Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada penderita ini adalah suatu bentuk alergi
terhadap bahan-bahan tertentu. Umumnya penderita atau keluarga sudah mengetahuinya.

6. Kejadian

Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang kita hadapi murni
trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.
E. PEMERIKSAAN BERKALA

Penilai dari penatalaksanaan yang sudah selesai tidak berarti bahwa tugas seseorang penolong
sudah selesai. Pemeriksaan harus diteruskan secara berkala dengan mengulang memeriksa
dari awal atau mencari hal yang terlewati.

F. PELAPORAN

Setelah selesai menangani penderita, maka perlu dilaporkan secara singkat dan jelas kepada
penolong selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya dicantumkan :

1. Umur dan jenis kelamin penderita : 25tahun/laki-laki

2. Keluhan utama : bahu terasa nyeri, bengkak, berdarah

3. Tingkat respon : awas, karena korban sadar sepenuhnya

4. Keadaan jalan nafas : normal/baik baik saja

5. Pernafasan : normal, tetapi terjadi peningkatan frekuensi karna terkejut

6. Sirkulasi : aman (baik baik saja)

7. Pemeriksaan fisik yang penting : denyut nadi, frekuensi nafas, suhu badan, tekanan
darah sistolik dan diastolik

8. Wawancara yang penting :

 Bagian mana saja yang sakit (keluhan utama) ?

 Obat-obatan apa yang diminum?

 Makanan dan minuman terakhir ?

 Apakah penyakit yang diderita?

 Alergi yang dialami ?

 apa sebab terjadinya kecelakaan tersebut?

9. Penatalaksanaan : menggunakan sarung tangan (saat bersentuhan dengan darah atau


tidak), ketika tangan penolong terkena darah segera mencuci nya dengan air,
membersihkan benda yang terkontaminasi darah, mencatat semua perlakuan yang
diberikan kepada penderita.

10. Perkembangan lain yang dianggap penting : luka terbuka yang ada di bahu kanan

Anda mungkin juga menyukai