1. Penutup luka :
o Kasa steril.
o Bantalan Kasa.
2. Pembalut luka :
o Pembalut gulung (pita).
o Pembalut segitiga (mitella).
o Pembalut tubuller (tabung).
o Pembalut rekat (plester).
3. Cairan antiseptik :
o Alkohol 70%.
o Betadine.
4. Cairan pencuci mata (boorwater).
5. Bidai dan peralatan stabilitas tubuh lainnya.
6. Gunting pembalut.
7. Pinset.
8. Senter.
9. Kapas.
10.Selimut.
11.Oksigen.
12.Tensimeter.
13.Stetoskop.
14.Tandu.
15.Alat Tulis.
A. Penilaian Keadaan
B. Penilaian Dini
1. Kesan Umum
o Kasus trauma : kasus yang disebabkan ruda-paksa. Memiliki
tanda-tanda yang terlihat jelas atau teraba, misal : luka terbuka,
memar, patah tulang dan sejenisnya yang dapat disertai juga
gangguan kesadaran dan sejenisnya.
o Kasus Medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat
ruda-paksa. Misal : sesak nafas, pingsan, dsj. Penolong perlu
mencari tahu riwayat gangguan penderita dari saksi maupun
keluarga penderita.
2. Respon
Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa
harus sudah ditangani sebelum melanjutkan ke pemeriksaan selanjutnya
(Pemeriksaan Fisik).
C. Pemeriksaan Fisik
1. Perubahan bentuk.
2. Luka terbuka.
3. Nyeri tekan.
4. Bengkak.
D. Riwayat Penderita
Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan untuk mengetahui riwayat penderita.
Wawancara dapat dilakukan dengan penderita dengan respon yang baik,
keluarga maupun saksi di lokasi kejadian. Penilaian riwayat merupakan hal
yang penting untuk kasus medis. Penilaian riwayat secara umum mencakup
hal-hal sebagai berikut :
1. Keluhan utama.
2. Obat-obatan yang diminum.
3. Makanan/Minuman terakhir sebelum kejadian.
4. Penyakit yang sedang/pernah diderita.
5. Riwayat alergi.
6. Kejadian yang dialami sebelum terjadinya gejala/kecelakaan.
Perdarahan terjadi akibat dari rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat
disebabkan oleh ruda paksa (trauma) ataupun penyakit. Perdarahan dengan
skala besar dapat menyebabkan syok. Perdarahan sendiri dibagi menjadi 2
(dua) macam yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam dimana berbeda
penanganan terhadap keduanya.
Pada perdarahan jenis ini penolong wajib berhati-hati dikarenakan darah yang
keluar bisa saja menjadi penularan suatu penyakit.
1. Perdarahan Arteri
Ditandai dengan darah yang keluar dari pembuluh balik (vena) yang
berwarna agak gelap. Walau terlihat banyak & luas, namun umumnya
lebih mudah dikendalikan. Bahaya yang mungkin terjadi ialah masuknya
kotoran tersedot oleh pembuluh darah vena.
Hal yang perlu diketahui dalam menolong penderita perdarahan antara lain :
1. Tekanan Langsung.
Menekan bagian yang berdarah tepat di atas luka (jangan buang waktu
untuk mencari penutup luka). Umumnya perdarahan akan berhenti 5 - 15
menit kemudian. Selanjutnya berikan penutup luka yang tebal di daerah
perdarahan.
Apabila kedua upaya di atas belum berhasil, maka dilakukan cara ke tiga
yaitu dengan menekan pembuluh nadi di atas daerah yang mengalami
perdarahan. Terdapat 2 (dua) titik tekan yaitu nadi brakialis (pembuluh
nadi di lengan atas) dan nadi femoralis (pembuluh nadi di lipat paha).
4. Cara lain :
o Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
o Kompres dingin.
o Torniket.
Torniket ialah suatu alat yang menutup seluruh aliran darah pada
alat gerak. Torniket dilakukan apabila cara-cara di atas belum
dapat menghentikan perdarahan. Kerugian teknik torniket ialah
kematian jaringan bagian yang dipasang torniket, sehingga bagian
tersebut mati dan harus diamputasi. Torniket umumnya digunakan
pada luka amputasi ataupun robekan dengan tepi yang tidak rata.
Pada kasus amputasi dengan tepi yang rata umumnya
penanggulangan perdarahan hanya menggunakan pembalut tekan.
Torniket merupakan upaya terkahir untuk menghentikan
perdarahan.
Perdarahan Dalam
Penyebab umum perdarahan dalam ialah benturan keras dengan benda tumpul,
terjatuh, ledakan dan sejenisnya. Kehilangan darah pada perdarahan dalam
tidak terlihat dikarenakan jaringan kulit yang masih utuh. Ada kalanya kita
dapat melihat darah yang terkumpul di bawah kulit seperti pada kasus memar.
Perdarahan dalam juga bersifat variatif dari yang paling ringan sampai dengan
mengancam nyawa. Kerusakan alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar
dapat mengakibatkan kehilangan darah dalam waktu singkat. Kehilangan darah
tidak terlihat, karenanya penderita dapat meninggal tanpa mengalami luka luar
yang berat.
1. Baringkan penderita.
2. Jangan memberikan makanan ataupun minuman pada penderita.
3. Berikan oksigen bila ada.
4. Rawat sebagai syok (baca penjelasan di bawah).
Syok
Syok terjadi bilamana sistem peredaran darah gagal mengirimkan darah yang
mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital tubuh. Penyebab syok
sendiri dapat terdiri dari 3 (tiga) komponen diantaranya ialah adanya gangguan
pada organ jantung, kehilangan darah dalam jumlah besar dan pelebaran
pembuluh darah akibat penyakit, trauma maupun alergi.
Tanda-tanda Syok
Akibat dari hal di atas, maka penderita akan mengalami ataupun merasakan hal
sebagai berikut
1. Mual yang kemungkinan disertai muntah.
2. Haus.
3. Lemah.
4. Pusing ataupun vertigo.
5. Tidak nyaman dan takut.
Penanganan Syok
A. Patah Tulang
Patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang baik seluruhnya maupun
sebagian saja. Penyebab umumnya ialah gaya yang cukup besar baik gaya
langsung, tidak langsung maupun gaya puntir yang berkontak dengan tubuh
kita (sistem otot-rangka)
ialah peristiwa keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung
tulang dari sendinya yang bisa diakibatkan karena sendi yang teregang
melebihi batas normal sehingga kedua ujung tulang persendian terpisah tidak
pada tempatnya. Jaringan ikat sendi tertarik dan kemungkinan sampai terobek.
Tanda-tandanya hampir sama dengan tanda-tanda patah tulang di atas, namun
lokasinya di daerah persendian secara khusus.
C. Terkilir/Keseleo
Robek/putusnya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot) karena otot
teregang melebihi batas normal. Cedera ini umumnya terjadi karena
pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu. Bisa juga terjadi karena
pembebanan berat tanpa pemanasan otot terlebih dahulu ataupun
pemanasan dengan gerakan yang salah dan teregang melebihi batas
normal. Tanda-tanda terkilir otot antara lain : nyeri yang tajam dan
mendadak pada daerah otot tertentu, nyeri menyebar keluar disertai
kejang dan kaku (kaku otot) dan bengkak pada daerah cedera.
Jenis-jenis Bidai
1. Bidai Keras
Secara umum terbuat dari bahan yang keras dan kaku. Bahan yang
sering dipakai ialah kayu, aluminium, karton, plastik ataupun bahan lain
yang kuat. Contoh : bidai kayu dan bidai vakum.
Bidai yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi sesuai
dengan daerah cedera. Contoh : bidai vakum, bantal, selimut, karton dan
kawat.
3. Bidai Traksi
4. Bidai Gendongan/Bebat
Luka bakar ialah semua cedera yang terjadi akibat paparan terhadap suhu yang
tinggi. Penyebab luka bakar umumnya dikelompokkan berdasarkan sumber
panasnya yaitu thermal (suhu > 60C), Kimia (asam kuat), Listrik dan Radiasi.
Luka bakar hanya meliputi lapisan kulit paling atas saja. Ditandai dengan
kulit kemerahan, nyeri dan terkadang bengkak pada daerah yang
terkena. Contoh : luka bakar karena sengatan matahari.
2. Luka Bakar Derajat II (Dua).
Luka bakar meliputi lapisan kulit paling luar sehingga lapisan kulit di
bawahnya terganggu. Luka bakar ini termasuk luka bakar yang paling
sakit. Ditandai dengan gelembung pada kulit yang menggelembung berisi
cairan, bengkak, kulit kemerahan ataupun putih, lembab dan rusak.
Contoh : luka bakar terkena minyak panas.
Luka bakar derajat yang lebih tinggi selalu dikelilingi oleh luka bakar derajat
lebih rendah di sekitarnya.
Untuk menilai prosentase luas luka bakar, maka dapat menggunakan hukum 9
(sembilan) pada gambar di bawah.
Penanganan (P3K) Luka Bakar
1. Hentikan proses luka bakar, alirkan air dingin pada bagian yang terkena.
Bila proses luka bakar dikarenakan bahan kimia, maka alirkan air dingin
terus-menerus selama 20 menit.
2. Lepaskan pakaiaan ataupun perhiasan penderita. Gunting pakaian
apabila pakaian penderita lengket pada luka bakar.
3. Lakukan penilaian dini (respon, nafas dan nadi).
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Tentukan derajat dan tingkat keparahan luka bakar penderita.
6. Tutup luka bakar menggunakan penutup (kassa) steril. Jangan pecahkan
gelembung serta jangan gunakan salep, antiseptik maupun es pada luka
bakar. Jika luka bakar mengenai mata, maka pastikan kedua mata
ditutup. Jika luka bakar mengenai jari-jemari, maka balut masing-masing
jari secara terpisah.
7. Jaga suhu tubuh penderita dan rawat cedera lain bila ada.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.
Keracunan
Hebbie Ilma Adzim, S.ST P3K | Juli 01, 2021
Setiap hari manusia berhubungan dengan bahan yang dapat menjadi racun
karena semua zat dalam jumlah tertentu dapat menjadi racun. Pengertian racun
sendiri ialah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah
tertentu dapat menimbulkan reaksi tubuh yang tidak diingikan bahkan kematian.
Reaksi kimia yang terjadi dapat merusak jaringan tubuh ataupun mengganggu
fungsi tubuh. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan obat dikarenakan
reaksi penggunaan obat umumnya sudah diketahui dan diinginkan, namun
adakalanya juga reaksi obat menimbulkan hal yang tidak diinginkan seperti
gatal, sesak nafas, lemas, mual, dsj.
Racun yang terserap ada kalanya dapat merusak kulit. Racun yang
masuk dari kulit secara perlahan terserap aliran darah.
o Demam.
o Mual dan muntah.
o Pingsan.
o Lemah.
o Nadi cepat dan lemah.
o Kejang.
o Gangguan pernafasan.
Pemindahan Penderita
Hebbie Ilma Adzim, S.ST P3K | Juli 01, 2021
Pemindahan Darurat
Lakukan pemindahan darurat hanya jika ada bahaya segera terhadap penderita
ataupun penolong dan juga jika penderita menghalangi akses ke penderita
lainnya. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa dimulai dengan penilaian dini
(respon, nafas dan nadi) mengingat faktor bahaya dan resiko di tempat
kejadian.
1. Tarikan Lengan
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari
tulang leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas
kepala penderita. Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita
kemudian tarik ke belakang.
3. Tarikan Baju
4. Tarikan Selimut
5. Tarikan Menjulang
Teknik ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang terutama pada penderita yang
memiliki berat badan tinggi dan atau jika tandu tidak di dapat di lokasi
kejadian.
o Posisi pemulihan.
Sumbatan jalan nafas umumnya terjadi pada saluran nafas bagian bawah
yaitu bagian bawah laring (tenggorokan) sampai lanjutannya. Umumnya
sumbatan jalan nafas pada penderita respon/sadar ialah karena
makanan dan benda asing lainnya, sedangkan pada penderita tidak
respon / tidak sadar ialah lidah yang menekuk ke belakang. Untuk
mengatasinya umumnya menggunakan teknik heimlich maneuver
(hentakan perut-dada).
B. Bantuan Pernafasan
Di udara bebas kandungan oksigen ialah sebesar kurang lebih 21%. Dari
kandungan oksigen sebanyak 21% tersebut, sebanyak 5% digunakan manusia
dalam proses pernafasan. Sehingga terdapat sekitar 16% kandungan oksigen
dari udara pernafasan yang manusia keluarkan. Sisa oksigen sebanyak 16%
inilah yang digunakan untuk memberi bantuan nafas kepada penderita yang
terdeteksi tidak terdapat nafas. Pada manusia dewasa frekuensi pemberian
nafas buatan ialah sebanyak 10-12 kali bantuan nafas per menit dengan durasi
tiap bantuan nafas ialah 1,5-2 detik tiap hembusan bantuan nafas.
Tindakan paling penting dalam bantuan sirkulasi ialah pijatan jantung luar. Hal
tersebut dimaksudkan untuk memberikan efek pompa jantung yang dinilai
cukup untuk membantu sirkulasi darah penderita pada saat kondisi penderita
mati klinis. Kedalaman penekanan pijatan jantung luar pada manusia dewasa
ialah 4-5 cm ke dalam rongga dada.
4. Tentukan titik pijatan (kira-kira 2 ruas jari ke arah dada atas dari titik
pertemuan lengkung tulang iga kanan dan kiri).
5. Posisikan salah satu tumit tangan di titik pijat, tumit tangan lainnya
diletakkan di atasnya untuk menopang.
6. Posisikan bahu penolong tegak lurus dengan tumit tangan.
Dalam melaksanakan resusitasi jantung paru pun bukan tanpa resiko bagi
penderita, resiko-resiko yang mungkin dialami penderita antara lain : patah
tulang dada/iga, kebocoran paru-paru, perdarahan dalam pada dada/paru-paru,
memar paru dan robekan pada hati/limpa. Maka bagi penolong perlu berhati-
hati.
Pelaksanaan triage ialah dengan memberi tanda (label) dengan warna tertentu
pada korban (penderita).
2. Prioritas II (Sedang)
2. Pemeriksaan Pernafasan.
3. Penilaian Sirkulasi.
Penolong memeriksa nadi karotis (nadi di dekat urat leher) pada korban
(penderita). Jika tidak ada nadi, maka beri label warna MERAH dan jika
ada maka lanjutkan ke langkah nomor 4 (empat) di bawah. Beritahukan
kepada penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang
sudah diberi label ke pos pertolongan sesuai label masing-masing.
4. Penilaian Mental.
Dalam langkah ini, korban (penderita) berarti masih memiliki nafas yang
cukup dan sirkulasi yang baik. Penolong memeriksa status mental korban
(penderita) dengan cara meminta korban (penderita) untuk mengikuti
perintah sederhana seperti menggerakkan jari atau mengarahkan
pandangan mata ke arah tertertu, dsj. Jika korban (penderita) mampu
mengikuti perintah sederhana, maka berikan label warna KUNING dan
apabila korban (penderita) tidak mampu mengikuti perintah sederhana,
maka berikan label warna MERAH. Beritahukan kepada penolong lain
untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos
pertolongan sesuai label masing-masing.