Anda di halaman 1dari 10

PERTOLONGAN PERTAMA PADA

KECELAKAAN (P3K)
 

A. Pendahuluan
Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap
korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan
perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah
tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh
dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang
disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat.
Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat
berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

B. Definisi
Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja (FIRST AID) adalah usaha pertolongan
atau perawatan darurat pendahuluan di tempat kerja yg diberikan kepada seseorang yg
mengalami sakit atau kecelakaan yg mendadak. (Buku P3K Kerja, Mukono.H.J. dan Penta
B.W.(2002)
Pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapat
kecelakaan dengan cepat dan tepat sebelum dibawa ke tempat pelayanan kesehatan
(presentasi Theni Aryasih).
P3K tidak menggantikan usaha pertolongan medis oleh yang berwewenang, akan
tetapi hanya secara sementara (darurat) membantu penanganan korban sampai tenaga medis
diperlukan, didapatkan atau sampai ada perbaikan keadaan korban. Bahkan sebagian besar
kecelakaan atau kesakitan hanya memerlukan pertolongan pertama saja.

C. Tujuan dari P3K Kerja


1. Menyelamatkan jiwa
2. Menciptakan lingkungan yg aman
3. Mencegah yg terluka atau sakit menjadi lebih buruk
4. Mencegah kecacatan
5. Mempercepat kesembuhan atau perawatan penderita setelah dirujuk ke rumah sakit
6. Melindungi korban yg tidak sadar
7. Menenangkan penderita atau korban yg terluka.
8. Mencarikan pertolongan lebih lanjut.

D. Ruang lingkup P3K


Teknik-teknik dasar dalam P3K
1. Teknik dalam pembidaian
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang
patah. Alat ini dipakai untuk menghindari gerakan yang berlebihan pada tulang yang
patah. Hal ini tentu mendapat perhatian penuh dari orang yang menolong korban. Ada
beberapa syarat dalam penggunaanya :
a. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah.
b. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku, dan pipih.
c. Supaya bidaian empuk, maka harus dibungkus.
d. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh, namun tidak boleh
terlalu longgar.
Alat-alat Bidai :
a. Papan, bambu, dahan.
b. Anggota badan sendiri.
c. Karton, majalah, kain.
d. Bantal, guling, selimut.
2. Napas bantuan / Napas buatan
Napas bantuan atau pernafasan bantuan disebut juga bantuan hidup dasar (BHD) atau
resusitasi jantung paru (RJP). Hal pokok dalam tindakan ini adalah tindakan oksigenasi
darurat terhadap korban. Tindakan ini dapat dilakukan apabila korban mengalami
beberapa kecelakaan berikut:
a. Tersedak
b. Tenggelam
c. Sengatan listrik
d. Penderita tak sadar
e. Menghirup gas dan atau kurang oksigen
f. Serangan jantung usia muda, jantung primer berhenti.

Untuk melakukan pernafasan bantuan ini, perlu memperhatikan 3 pokok hal ini :
A = Airway control (penguasaan jalan napas).
B = Breathing support (ventilasi buatan dan oksigenasi paru darurat).
C=Circulation (pengenalan ada tidaknya denyut nadi).

E. Teknis Dasar P3K


Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut diantaranya :
1. Pastikan anda tidak menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang
berpikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban,
periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien. Hindarkan sikap
sok pahlawan. Pergunakanlah sumber daya yang ada baik alat, manusia, maupun sarana
pendukung lainnya
3. Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah anda lakukan,
identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita
mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain

Sistematika Pertolongan Pertama


Secara umum, urutan pertolongan pertama pada korban kecelakaan adalah :
1. Jangan Panik
Berlakulah cekatan tapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat masal, korban-korban
yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan
diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka paling parah tapi masih
mungkin untuk ditolong
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakaan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah
penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih
mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila
dilakukan tergesa-gesa yaitu dapat memperparah konsidi korban
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban
Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan
4. Pendarahan
Pendarahan yang keluar dari pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam
waktu 3 – 5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat
pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang
atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka
memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh
5. Perhatikan tanda-tanda shock
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota
tubuh lainnya. Cara ini dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak
muntahan, darah atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera
didada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru
Korban tidak boleh dipindahkan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan
keparahan cidera yang dialami kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi
korban untuk dibiarkan di tempat tersebut. Apabila kroban hendak diusung terlebih
dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam
mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan
jangan dampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban segera evakuasi korban ke sentral
pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. perlu diingat bahwa pertolongan pertama
hanyalah sebagai live saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan
keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

F. Pelaksanaan P3K
1. Pengertian Pelaksanaan P3K, adalah
Melakukan tindakan awal dan segera pada kasus kecelakaan dengan tujuan
a. Menyelamatkan jiwa korban
b. Mencegah dan membatasi kecacatan
c. Meringankan penderitaan korban
2. Prinsip pokok Tindakan P3K adalah :
a. Jangan panic
b. Cari keterangan penyebab Kecelakaan
c. Menilai situasi dan menilai kondisi korban
3. Urutan kerja P3K
DR ABC
� D (Danger)
● Artinya kita harus menilai situasi apakah ada “DANGER (BAHAYA)”
dalam proses menolong korban
● Untuk menolong pasien kita harus memakai prinsip “3A” yaitu :
o Aman Diri

o Aman Pasien

o Aman Lingkungan

� R (Respon)
● Merupakan tindakan untuk menilai “Respon (Kesadaran)” korban
● Lakukan dengan cara:
o Ajak bicara🡺 Kalau mampu menjawab, maka dapat disimpulkan pasien
dalam keadaan sadar dan jalan napas tidak terganggu
o Tepukan /goyang-goyang

o Beri cubitan 🡺 Bila mengeluh sakit, dapat kita simpulkan pasien


mengalami gangguan kesadaran tetapi jalan napasnya aman
● Pemeriksaan gcs (glasgow coma scale)
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk
menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya
sampai keadaan koma. Teknik penilaian dengan ini terdiri dari tiga penilaian
terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah diberi stimulus tertentu,
yakni respon buka mata, respon motorik terbaik, dan respon verbal. Setiap
penilaian mencakup poin-poin, di mana total poin tertinggi bernilai 15.

Jenis Pemeriksaan Nilai

Respon buka mata (Eye Opening, E)


o Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) 4

o Respon terhadap suara (suruh buka mata) 3

o Respon terhadap nyeri (dicubit) 2

o Tidak ada respon (meski dicubit) 1

Respon verbal (V)


o Berorientasi baik 5

o Berbicara mengacau (bingung) 4

o Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan 3


substansi tidak jelas dan non-kalimat, misalnya,
“aduh… bapak..”)
2
o Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang)
1
o Tidak ada suara

Respon motorik terbaik (M)


o Ikut perintah 6

o Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan 5


stimulus saat diberi rangsang nyeri)
4
o Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang)
3
o Fleksi abnormal (dekortikasi: tangan satu atau
keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri) 2
o Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau
keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 1

o Tidak ada (flasid)

Tabel 2.1 Tabel Glasgow Coma Scale (GCS)

Interpretasi atau hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS


disajikan dalam simbol
E…V…M…
Selanutnya nilai tiap-tiap pemeriksaan dijumlahkan, nilai GCS yang
tertinggi adalah 15 yaitu E4 V5 M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1.
Biasanya, pasien dengan nilai GCS dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit
dipertahankan keselamatannya.  
Berdasarkan buku Advanced Trauma Life Support, GCS berguna untuk
menentukan derajat trauma/cedera kepala (trauma capitis). Derajat cedera kepala
berdasarkan GCS:
GCS : 14-15 = CKR (Cedera kepala ringan)
GCS : 9-13 = CKS  (Cedera kepala sedang)
GCS : 3-8 = CKB  (Cedera kepala berat)
� A (Airway/Jalan nafas)
● Tindakan untuk Menilai “Airway” ( Jalan Napas) korban, yaitu dengan metode :
o Look : Melihat adanya pergerakan dada / tidak
o Listen : Mendengar suara napas / tidak atau bunyi napas yang tidak
normal , yaitu Snoring ( ngorok), gargling (Kumur), crowing
(melengking)
o Feel : Merasakan hembusan napas / tidak

● Bila Gambar 2.1 Cara Menilai Jalan Nafas Korban salah satu dari
hal tersebut kita
temukan maka segeralah lakukan pembebasan jalan nafas
o Gargling :Bersihkan mulut dengan tangan kita (finger swab)

o Crowing : kemungkinan ada benda asing, jadi keluarkan benda asing


dengan tehnik back blow atau Abdominal thrust
o Snoring : Lakukan triple airway manuver. berhati-hati pada pasien
multiple trauma, jangan lakukan ekstensi leher tapi segera pasang collar
neck, karena perlu curiga adanya trauma leher.
● Triple Airway Manuver ( cara yang digunakan untuk menjaga jalan napas secara
manual)
o Head Tilt Chin Lift
Menggunakan satu tangan Di atas dahi penderita, satu tangan yg lain
diletakkan jari-jari dibawah mandibula, diangkat secara perlahan angkat
keatas untuk mengankat dagu depan. ( tindakan yang hiperektensi)

Gambar 2.2 Cara Melakukan Head Tilt


o Chin Lift
Menggunakan satu tangan jari-jari tangan mengangkat mandibula,
diangkat secara perlahan angkat keatas untuk mengankat dagu depan.
Leher tidak boleh ikut terangkat pada saat Chin lift.

Gambar 2.3 Cara Melakukan Chin Lift

o Jaw Thrust
Maneuver Jaw thrust dilakukan dengan Memegang sudut rahang bawah
( Angulus Mandibula ), dengan satu tangan disetiap sisinya, dan angkat
mandibula ke depan. Ketika metode ini digunakan bersamaan dengan face
mask, segel dengan baik agar oksigenisasi dan ventilasi yang adekuat
dapat tercapai.

Gambar 2.4 Cara Melakukan Jaw Thrust

� B (Breathing/Nafas)
● Tindakan menilai gangguan pernapasan, yaitu gangguan pada proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran CO 2, bukan pada jalan napasnya
● Maka untuk menilai gangguan pada breathing segera lihat

o ada tidaknya pergerakan nafas

o ada tidak adanya suara naafas

o Rasakan ada tidaknya  hembusan udara yang keluar dari mulut pasien).

● Bila hal ini tidak terjadi maka segera curigai adanya henti nafas, dan lakukan
breathing support dengan hembusan efektif sebanyak 2 kali.
● Bila belum ada perubahan setelah dua kali breathing support, segera lakukan
pemeriksaan terhadap sirkulasi sambil terus dilakukan pernafasan buatan
(artificial ventilation). Beberapa tehnik breathing support yaitu :
o Mouth to mouth breathing

o Mouth to nose breathing

o Mouth to mask breathing

� C (Circulation and bleeding control)


● Tindakan untuk menilai sirkulasi (peredaran darah) dan menilai perdarahan yang
mungkin terjadi
● Penilaian sirkulasi adalah dengan meraba nadi (adakah denyutan, berapa
frekwensinya, lemah atau kuat)
o Dewasa : nadi carotis

o Anak-anak : pada nadi femoralis atau Brachialis

o Bayi : nadi Brachialis

● Bila tidak ditemukan adanya denyut, curiga adanya henti jantung.


o Lakukan RJP : merupakan tindakan kombinasi antara pijat jantung / dada
dan pemberian napas buatan dengan rasio 30 : 2 ( pijat jantung 30 X dan
Napas 2X, yang dievaluasi setiap 2 menit dengan cek denyut nadi
o Tujuan melakukan pijat jantung adalah untuk menciptakan aliran darah
dan penghantaran oksigen ke otot jantung dan otak
o Cara melakukan RJP adalah

▪ Tentukan titik tumpu tekan jantung.


▪ Titik tumpu tekan jantung telah ditentukan, selanjutnya letakkan
telapak tangan yang lain bertumpu pada telapak tangan pertama,
dengan ujung-ujung jari saling merangkul (usahakan ujung-ujung
jari tidak menyentuh atau menekan dinding dada).
▪ Kedua lengan penonolong tegak lurus bertumpu pada tumit telapak
tangan diatas titik tumpu tekan jantung.
▪ Kedua lutut penolong merapat, lutut menempel bahu korban
▪ Selanjutnya dengan menjatuhkan berat badan melalui kedua lengan
maka tekanan akan diteruskan pada titik tumpu tekan jantung.
▪ Usahakan tekanan tersebut dapat mengakibatkan tulang dada
tertekan 4-5 cm kedalam.
▪ Dengan demikian diharapkan jantung dibawah tulang dada tersebut
akan terjepit antara tulang dada dan tulang belakang. Hal ini
mengakibatkan terciptanya aliran darah yang akan beredar
keseluruh tubuh.
▪ Sesaat setelah menekan, kendorkan kedua lengan penolong. Saat
itu maka jantung tidak terjepit, akan mengembang dan darah dari
bagian tubuh mengalir masuk jantung kembali.
▪ Selanjutnya tekan ulang, kendor lagi, tekan ulang dan seterusnya.
▪ Usahakan waktu tekan = waktu kendor.
o Pedoman dasar memberikan RJP selanjutnya ada digambar
● Bila ditemukan adanya nadi walaupun lemah dan cepat segera berpikir adanya
suatu problem sirkulasi (Syok)
● Syok adalah suatu keadaan tidak cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan

● Gejala Syok adalah


o Nadi lemah dan cepat

o Akral dingin

o warna kulit pucat

● Kenali penyebabnya
o Syok hivopolemik

o Syok neurogenik

o Syok anafilaksis, dll

● Tindakan tergantung penyebab shock


o Lakukan Syok Posisiton : mengangkat kaki lebih tinggi dari kepala

o Hentikan perdarahan kalau karena perdarahan

o Pasang infuse

● Tehnik Menghentikan perdarahan


o Penekanan langsung pada luka

o Posisikan bagian yang luka lebih tinggi daripada kepala

o Menekan pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan

▪ Untuk menghentikan darah dari luka di sekitar telapak tangan dan


jari tangan, tekanlah nadi di pergelangan tangan.
▪ Untuk luka di lengan tekanlah nadi pada ketiak penderita.
▪ Apabila luka terdapat di leher atau kepala bagian belakang,
tekanlah nadi pada leher di bawah telinga. Sedangkan nadi di
samping kepala tepat di depan telinga adalah untuk menghentikan
pendarahan di kulit bagian atas kepala.
▪ Apabila luka di wajah, tekanlah nadi di bawah rahang bawah.
o Pembebatan yaitu melakukan penjepitan di atas luka supaya aliran darah
ke bawahnya berhenti sama sekali.
1) Cabinet P3K
Kabinet P3K berisi :
1. Peralatan P3K
a. Alat Balut
● Pembalut pita
● Pembalut Segitiga
● Kasa steril
● Kapas
● Plester
● Tensoplas
b. Alat Perawatan
● Bidai
● Gunting
● Pinset
● Thermometer
● Torniket
● Tandu
● Oksigen
● Tensimeter dan Stestokop

2. Obat-Obatan
a. Analgetik
b. Antialergi
c. Antiseptik
d. Dll

Anda mungkin juga menyukai