Anda di halaman 1dari 3

A.

BUKU SEJARAH HAK CIPTA LUKISAN (KOMUNITAS BAMBU, 2012)


KARYA INDA C. NOERHADI
Menurut buku ini, pemberlakuan dan sosialisasi undang-undang HKI sampai
kini rupanya tidak seimbang dengan maraknya pemalsuan lukisan. Banyaknya lukisan
bodong di pasar antik dan di kalangan elite hampir tak tersentuh oleh hukum.
Agaknya pengawasan atas pelanggaran hak cipta di Indonesia masih jauh dari angan.
Padahal pemalsuan yang terjadi di Indonesia tidaklah jauh berbeda pola kerjanya
dengan yang terjadi di negara lain. Jika dibandingkan dengan Prancis, Inggris,
Jerman, Italia dan Amerika yang berbeda hanya pada persoalan kuantitas dan
jaringan. Pola pemalsuan berjenis reproduksi utuh, pemalsuan tanda tangan, gaya &
objek telah muncul lama di Indonesia. Sialnya, kita tak punya banyak ahli dan
direkomendasi oleh negara untuk menentukan asli palsunya sebuah karya. Perkara
keahlian inilah yang belum terbahas pada buku dan pemangku industri kreatif ini.
Dengan banyaknya perupa yang hidup di Indonesia, negara ini seperti tidak pernah
mendorong adanya situasi kondusif. Di dalamnya termasuk munculnya gagasan untuk
mendirikan asosiasi atau dewan kurator nasional yang menangani pelanggaran hak
cipta. Di samping itu sosialisasi agar para perupa secara sadar mendaftar karyanya.

B. PARAMETER PEMALSUAN KARYA LUKIS DI INDONESIA


DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA 1997,Sumarni
Mien Rukmini Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Kasus-kasus pemalsuan karya lukis terungkap, betapa ruwetnya persoalan
yang kita hadapi karena lemahnya infrastrukstur/ sarana dan prasarana seni rupa di
Indonesia lemah diberbagai hal. Di antaranya pemahaman dan kepedulian akan
tegaknya hokum UUHC di lingkungan masyarakat seni Indonesia sangat lemah.
Tidak dapat dipungkiri pula bahwa kasus-kasus seperti itu bukan hanya terjadi di
negara kita, tapi terjadi pula di Eropa, Amerika dan Australia. Namun demikian
dengan penandatanganan pelaksanaan UUHC internasional yang dikenal dengan
nama TRIPs ini, mau tidak mau kita harus siap menghadapinya, terutama di era
globalisasi ini.
Oleh karena itu perlu segera adanya kesadaran dari semua pihak untuk paham dan
peduli terhadap UUHC tersebut, baik secara individu maupun kelompok dengan
berbagai cara;
1. Meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap UUHC dengan
mempelajarinya secara sungguhsungguh baik secara individu maupun
kelompok.
2. Menyelenggarakan diskusi atau seminar untuk lingkungan sendiri maupun
umum dengan mengundang para ahli hukum dibidang UUHC.
3. Memperbanyak kerjasama yang erat antara kalangan seniman, lembaga
pemerintah dan lembaga lain yang terkait dalam bidang seni rupa dengan cara
membuat sebuah lembaga yang kuat dan berwibawa dalam menegakkan
hokum serta penyebaran pemahaman UUHC keberbagai kalangan seniman,
akademik maupun tradisional.
C. UPAYA HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA SENI LUKIS TERHADAP
PENIRUAN DESAIN LUKISAN PADA PRODUK KIOS KARYA SENI
ADVERTISING DI SAMARINDA, Ilick Suherman Fakultas Hukum
Universitas Mulawarman
Upaya yang dilakukan kantor wilayah kementrian hukum dan hak asasi
manusia dalam menanggulangi pelanggaran hak cipta terhadap peniruan desain
lukisan yaitu memberikan sosialisasi-sosialisasi terhadap pelaku usaha mengenai hak
cipta dan penegakan hak cipta serta sanksi-sanksi apa yang dapat dikenakan terhadap
pelaku usaha yang melakukan peniruan dan penjualan kembali lukisan tersebut,
kemudian memberikan sosialisasi mengenai pendaftaran hak cipta secara gratis bagi
mahasiswa, pelajar pelaku usaha kecil dan menengah lalu memberikan himbauan dan
surat tegur kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran, selain itu kepala
bidang pelayanan hokum kantor wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
provinsi Kalimantan Timur yang juga kurang memberikan pengawasan karena
keterbatasan sumber daya manusia di bidang hak cipta di kantornya.
D. KARYA SENI LUKIS DALAM RANAH PERLINDUNGAN HAK CIPTA,
Berkaitan dengan seni lukis, ada yang disebut melukis ulang, meniru atau
mereproduksi suatu karya seni lukis orang lain, baik dengan cara manual atau
mempergunakan teknologi. Perbuatan ini termasuk kategori pelanggaran hak cipta,
tetapi bisa juga tidak. Jawabannya dapat direkam dalam beberapa ilustrasi berikut.
Seorang mahasiswa sedang mengikuti kursus melukis pada sebuah sanggar. Objek
lukisannya adalah perempuan desa yang sedang mandi di pancuran karya Basuki
Abdullah. Mahasiswa ini sedang meniru lukisan karya maestro terkenal itu. Meniru,
menjiplak, atau mereproduksi dalam Undang-Undang Hak Cipta termasuk perbuatan
“memperbanyak” tanpa izin pencipta. Ini termasuk perbuatan pelanggaran hak cipta.
Namun, apa yang dilakukan mahasiswa ini bukan pelanggaran hak cipta
karena undang-undang ini mengatur bahwa untuk kepentingan pendidikan atau proses
belajar-mengajar, meniru lukisan orang lain dianggap bukan pelanggaran hak cipta.

Anda mungkin juga menyukai