PENDAHULUAN
Masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan
negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku yang sehat, mempunyai
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya pemerintah perlu didukung dalam mewujudkan visi
pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan misi membuat
rakyat sehat dengan berbagai strategi dan program kerjanya. Untuk itu diperlukan sumber daya
manusia dalam bidang kesehatan yang professional. Agar visi, misi, strategi dan program
pembangunan kesehatan dapat dilakukan secara optimal, maka diperlukan upaya-upaya dalam
bidang kesehatan yang bermutu sesuai dengan standard dan parameter yang berlaku. Untuk
mewujudkan upaya-upaya yang bermutu tersebut, maka diperlukan berbagai profesi dalam bidang
kesehatan antara lain Profesi Epidemiolog Kesehatan.
Profesi adalah pekerjaan yang didasarkan pada pendidikan dan atau keahlian tertentu sehingga
yang bersangkutan dapat membiayai hidup dari pekerjaan tersebut. Keberadaan suatu profesi
ditentukan oleh adanya batang tubuh ilmu, untuk dan dari mana diperlukan standar kompetensi, dan
selanjutnya standar pendidikan, yang para lulusannya berwenang melaksanakan suatu kegiatan
pelayanan yang standar dengan menggunakan kode etik. Sumber daya manusia yang menyandang
profesi tersebut dapat tergabung dalam organisasi profesi yang berada baik pada tingkat nasional
ataupun internasional. Disamping itu satu organisasi profesi dapat berdekatan atau serumpun
dengan organisasi lain.
Sesuai dengan keberadaan profesi tersebut di atas, Perhimpunan Ahli Epidmiologi Indonesia (PAEI)
merupakan satu organisasi dari para Epidemiolog Kesehatan yang memang dapat diakui
keberadaannya karena epidemiologi mempunyai batang tubuh ilmu, dari mana dapat dikembangkan
standar kompetensi epidemiologi, selanjutnya standar pendidikan epidemiologi, sehingga para
epidemiolog kesehatan mempunyai kewenangan untuk melakukan pelayanan epidemiologi sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan tertentu. Disamping itu, epidemiologi mempunyai kode etik
dan mempunyai jaringan internasional seperti International Epidemiology
Association (IEA), International Clinical Epidemiology (INCLEN) dan Field Epidemiology Training
Program (FETP). Profesi yang serumpun dengan Epidemiolog Kesehatan adalah sanitarian,
entomology, ahli gizi kesehatan masyarakat, dan lain-lain yang rumpunnya adalah ilmu kesehatan
masyarakat. Para ahli kesehatan masyarakat tergabung dalam satu organisasi yang disebut Ikatan
Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
IAKMI telah membentuk Majelis Kolegium Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pada tanggal 9-10 Mei
2008, Kolegium Ilmu Kesehatan Masyarakat itu mengadakan pertemuan di Jakarta, dimana
dibentuk 8 (delapan) kolegium antara lain Kolegium Epidemiologi.
Epidemiologi mempunyai batang tubuh ilmu dan sekaligus merupakan metodologi, untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan dalam rangka memperkuat dan memperluas batang tubuh ilmu
tersebut. Epidemiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarai kejadian dan distribusi
masalah, yang berkaitan dengan kesehatan beserta determinant, yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian dan distribusi tersebut. Ilmu yang mempelajari kejadian dan distribusi
tersebut disebut epidemiologi deskriptif, sedangkan ilmu yang mempelajari determinant itu
disebut epidemiologi analitik.
Tujuan epidemiologi adalah untuk:
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan menjadi acuan bagi para Epidemiolog Kesehatan dalam
berperan serta aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional dan
berpartisipasi dalam kegiatan epidemiologi internasional.
2. Tujuan Khusus
1. Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan merupakan pedoman bagi Perguruan Tinggi untuk
menghasilkan Epidemiolog Kesehatan yang melaksanakan pekerjaannya sebagai tenaga
kesehatan di bidang epidemiologi sesuai dengan peran, fungsi dan kompetensinya.
2. Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan menjadi acuan bagi Kolegium Epidemiologi untuk
melakukan Ujian Kompetensi kepada Calon Epidemiolog Kesehatan dan merupakan salah
satu acuan untuk peningkatan karir bagi Epidemiolog Kesehatan.
Mereka yang lulus dari Program Profesi Epidemiolog Kesehatan dapat langsung meneruskan
pendidikan untuk mendapatkan kualifikasi Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi
Terapan untuk Manajemen Pelayanan/Program dengan lama pendidikan setahun lagi.
II. KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan
pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.
Ada 2 pendekatan dalam menyusun kurikulum: pertama, Pendekatan Kurikulum berdasarkan Isi
yang merupakan Kurikulum Nasional 1994 untuk Perguruan Tinggi; dan yang kedua adalah
Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Komepetensi (KBK) yang muncul pada tahun 2000 sebagai
tuntutan terhadap perguruan tinggi, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, profesi
dan pengembangan ilmu (scientific mission) untuk generasi masa depan.
Kurikulum yang diperlukan dalam Standar Profesi adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Dalam KBK diintegrasikan kebudayaan dan empat pilar pendidikan UNESCO. Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) disusun berdasarkan tuntutan kompetensi lulusan yang dibutuhkan pofesi dalam
situasi dan kondisi tertentu.
Dalam KBK diasumsikan bahwa kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai, jika kualitas intelektual
dibangun dengan dukungan materi tertentu. Pendidikan merupakan eksperimen” yaitu pengalaman
belajar dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Pada Tabel 1 terlihat pemadanan persyaratan kerja dengan Empat Pilar Pendidikan UNESCO dan
dengan Kurikulum Inti dan Institusional Perguruan Tinggi. Empat Pilar Pendidikan UNESCO
ialah Learning To Know, Learning To Do, Learning To be dan Learning To Live Together. Kurikulm
Inti dan Institusional di Perguruan Tinggi terdiri atas 5 (lima) Kelompok Mata Kualiah yaitu: Mata
Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah
Perilaku berkarya (MPB), Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) dan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Maisng-masing Kelompok Mata Kuliah ini, sampai sedemikian jauh,
dapat dipadankan dengan Mata Kuliah Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Isi.
Untuk menyusun Kurikulum Perguruan Tinggi yang dikaitkan dengan elemen kompetensi dapat
dilihat pada Tabel 2. Kurikulum Inti Berbasis pada Kompetensi Utama, sedangkan Kurikulum
Institusional Berbasis pada Kompetensi Pendukung dan Kompetensi lainnya. Masing-masing
kelompok Mata Kuliah berpadanan dengan elemen kompetensi.
Tabel 2 – Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No. 045/U/2002
Demikianlah MPK sepadan dengan Elemen Kompetensi Landasan Kepribadian, MKK sepadan
dengan elemen kompetensi Penguasaan Ilmu dan Ketrampilan, MKB sepadan dengan elemen
kompetensi Kemampuan Berkarya, MPB sepadan dengan elemen kompetensi Sikap dan Perilaku
dalam Berkarya, dan MBB sepadan dengan elemen kompetensi Pemahaman Kaidah Berkehidupan
Bermasyarakat.
Kurikulum Inti berbasis pada Kompetensi Utama, sedangkan Kurikulum Institusional Berbasis pada
Kompetensi Pendukung dan Kompetensi lainnya. Masing-masing Kelompok Mata Kuliah
berpadanan dengan elemen kompetensi. Demikianlah MPK sepadan dengan Elemen Kompetensi
Landasan Kepribadian, MKK sepadan dengan elemen kompetensi Penguasaam Ilmu dan
Ketrampilan, MKB sepadan dengan elemen kompetensi Kemampuan Berkarya, MPB sepadan
dengan elemen kompetensi Sikap dan Perilaku dalam Berkarya dan MBB sepadan dengan elemen
kompetensi Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat.
Kompetensi Utama merupakan sarana untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai
dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi,
masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah kemampuan yang
relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas perguruan tinggi yang
bersangkutan. Kompetensi lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi penyelenggaraan program
studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat membantu kualitas hidup dan
ditetapkan berdasarkan keadaan dan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi.
Proses Penyusunan KBK seharusnya dengan Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity,
threat) dari perguruan tinggi, khususnya program studi dan analisis hasil tracer study untuk
mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal terhadap lulusan program studi tersebut.
Standar profesi meliputi standar pelayanan, standar kompetensi, standar pendidikan/pelatihan dan
Kode Etik. Standar pelayanan meliputi Standar Operating Procedure (SOP) termasuk pembinaan
dan pemantauannya. Sedangkan standar pendidikan meliputi kurikulum termasuk pembinaan dan
pemantauannya.
A. Standar Pelayanan
Kebutuhan pasar atau market signal terhadap para lulusan diasumsikan untuk memenuhi
standar pelayanan yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan. Sehubungan
dengan Standar Pelayanan Epidemiologi telah dihasilkan Tugas Pokok dan Rincian
Kegiatan Tenaga Jabatan Fungsional Epidemiologi oleh Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI,
dimana tertulis bahwa tenaga terampil dan tenaga ahli dari jabatan fungsional
Epidemiolog Kesehatan dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan.
2. Melakukan surveilans epidemiologi.
3. Melakukan penyelidikan KLB atau wabah.
4. Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini.
5. Melakukann pencegahan dan pemberantasan penyakit.
6. Melakukan pemberdayaan masyarakat
Dalam satu pertemuan yang dilakukan oleh PAEI, atas dasar keilmuan epidemiologi, tugas pokok
dan rincian kegiatan tenaga jabatan fungsional epidemiologi tersebut di atas, maka telah ditetapkan
Profil Lulusan dari program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan yaitu mempunyai kemampuan
untuk berperan sebagai berikut:
Dalam pendidikan profesi yang merupakan satu pengalaman, para lulusannya langsung dapat
memanfaatkan kompetensinya untuk bekerja sesuai dengan profesinya. Dengan demikian lulusan
dalam program pendidikan profesi Epidemiologi Kesehatan perlu memperoleh seluruh Elemen
Kompetensi yang bila diterjemahkan kedalam Kelompok Mata Kuliah menjadi:
B. Standar Kompetensi
Pada Tabel 3 telah dijelaskan Peran Epidemiolog Kesehatan menurut Kurikulum Inti dan Kurikulum
Institusional. Pada Tabel 4 dijelaskan Epidemiolog Kesehatan menurut Peran, Fungsi dan
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Epidemiolog Kesehatan. Masing-masing peran dari Lulusan
Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan dijabarkan menjadi Fungsi, lalu Fungsi dijabarkan
menjadi Kompetensi sebagai berikut:
Program Studi yang merupakan Sistem Pendidikan akan menghasilkan Lulusan berkualitas baik
tergantung pada Proses Belajar-Mengajar yang mutunya ditentukan oleh:
1. Input Mahasiswa
2. Software Input
3. Hardware Input dan
4. External Input.
1. Input Mahasiswa
Diperkirakan bahwa PS Pep akan menerima mahasiswa dari lulusan 3 Program Studi (PS) yaitu:
a. Program Studi SKM yang bersifat generalis (PS SKM G). Mahasiswa dari program studi
ini sudah mendapatkan mata kuliah epidemiologi yang termasuk dalam MKK. Dalam PS
Pep, mahasiswa dari PS SKM G ini harus mendapat beberapa mata kuliah epidemiologi
yang ada dalam MKK, termasuk Teknologi Informasi. Beberapa mata kuliah epidemiologi
yang termasuk dalam MKB yang dapat diberikan di ruang kuliah dan laboratorium yang
memakan waktu selama 1 semester yaitu di semester 1. Kemudian para mahasiswa
mendapat beberapa mata kuliah baik yang sepadan dengan kompetensi utama ataupun
kompetensi pendukung yang termasuk dalam MKB dan MBB yang dilaksanakan di
lapangan yang mungkin di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten atau di wilayah Puskesmas
Kecamatan selama 1 semester di Semester II. Untuk kegiatan pada Semester II, para
mahasiswa bergabung dengan mahasiswa yang berasal dari PS SKM Pep atau P SEp.
b. Program Studi SKM Peminatan Epidemiologi (PS SKM Pep). Mahasiswa dari program
studi ini ,masuk ke PS Pep dalam Semester II. Jumlah mahasiswa yang diterima minimal 8
orang dan maksimal 15 orang. Dalam bulan pertama, para mahasiswa secara berkelompok
merencanakan dan melakukan identifikasi masalah di suatu wilayah Dinas kesehatan
Kabupaten/ Kota, menentukan prioritas masalah, lalu merumuskam program intervensi
untuk memecahkan masalah. Kemudian masing-masing mahasiswa melaksanakan satu
program intervensi, untuk mana ia melakukan perannya sebagi ahli surveilans, pemantau
dan penilai program, penyelidik KLB/Wabah, penilai manajemen mutu, pelatih untuk
memberdayakan masyarakat, dan sebagai komunikator dan advokator. Semua peranan ini
dilaksanakan melalui mata kuliah yang termasuk dalam MPB dan MBB. Dalam bulan kedua
masing-masing mahasiswa merencanakan dan melaksanakan seluruh perannya itu untuk
program intervensi yang menjadi tanggung-jawabnya. Pada bulan ketiga masing-masing
mahasiswa dalam satu seminar melaporkan hasil dari pelaksanaan perannya, dimana ia
memberikan rekomendasi untuk perbaikan program. Pada bulan keempat dan kelima
masing-masing mahasiswa mencoba memperbaiki pelaksanaan program yang
bersangkutan sesuai dengan saran dan rekomendasinya. Pada bulan keenam dalam satu
seminar, masing-masing mahasiswa melaporkan program yang telah dilakukannya dan
memberikan saran atau rekomendasi terakhir.
c. Program Studi Epidemiologi (PS Ep). Mahasiswa dari PS Ep ini mungkin lebih banyak
mendapat mata kuliah epidemiologi yang termasuk dalam MKK dan MKB daripada
mahaiswa dari PS SKM Pep. Tetapi sulit dapat dimengerti apakah mahasiswa dari PS Ep ini
telah melaksanakan Proses Belajar Mengajar seperti butir b. Namun masalah ini akan
diselesaikan dengan pendekatan saling pengertian untuk kepentingan bersama.
2. Software Input
Yang termasuk software input adalah Kurikulum, dosen, perpustakaan, teknologi informasi dan lain-
lain. Kurikulum telah dibicarakan seperti tersebut di atas. Dosen seharusnya terdiri atas mereka
yang menguasai MKK dan MKB yang berasal dari perguruan tinggi dan mereka yang menguasai
MPB dan MBB baik yang berasal dari perguruan tinggi ataupun praktisi dari Departemen Kesehatan
dan instansi lainnya. Perpustakaan betul-betul harus dilengkapi sesempurna mungkin karena dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mahasiswa harus sangat aktif dan karena keterbatasan
waktu, para mahasiswa jangan dibiarkan mencari kepustakaan keluar dari kampus atau daerah
Binaan. Demikian pula teknologi informasi perlu pula dilengkapi.
3. Hardware Input
Yang termasuk hardware input adalah gedung kelas, laboratorium, kantor dan lain-lain yang
dipunyai perguruan tinggi atau instansi tertentu dimana dilakukan proses belajar-mengajar untuk
mata kuliah termasuk MKK dan MKB. Disamping itu diperlukan daerah Binaan setingkat wilayah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana para mahasiswa dan dosen dapat melakukan proses
belajar-mengajar untuk mata kuliah yang termasuk MPB dan MBB.
4. External Input
Bantuan untuk sistem pendidikan di perguruan tinggi yang menghasilkan profesi Epidemiolog
Kesehatan dapat berasal dari dalam negeri seperti: Departemen Kesehatan, Departemen
Pendidikan Nasional dan lainnya. Juga dapat berasal dari luar negeri seperti WHO, Perguruan
Tinggi dan Donor Agency. Bantuan dapat berupa software ataupun hardware.
Pihak manajemen pendidikan harus dapat berinisiatif, merencanakan dan melaksanakan kerja
sama dengan pemerintah dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sedemikian rupa sehingga saling
menguntungkan kedua belah pihak. Manajemen pendidikan di satu pihak mendapat pengalaman
proses belajar-mengajar yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan dosen sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan. Di pihak lain Pemerintah Daerah termasuk Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mendapat pengalaman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
komprehensif di wilayahnya. Interaksi antar mahasiswa, antara mahasiswa dan dosen dengan
pimpinan serta staf dan pegawai dari pemerintah dan dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dibina
sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan.
6. Output Lulusan
Output lulusan tergantung pada input dan proses belajar-mengajar. Indicator mutu dari lulusan
adalah:
a. Nilai dari mata kuliah yang termasuk dalam MKK dan MPK.
b. Hasil karya dari pelaksanaan peran dalam kerja lapangan yang termasuk dalam MPB dan
MBB yang diwujudkan dalam bentuk makalah yang berisi laporan ilmiah yang bermanfaat
bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bersangkutan, institusi pendidikan, PAEI dan
lainnya dalam rangka pembangunan kesehatan.
Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan pembangunan di berbagai bidang
dalam rangka mencapai kehidupan yang sehat dalam arti terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu ada penyatuan,
pembinaan dan pengembangan profesi serta pengamalan ilmu pengetahuan epidemiologi yang
dilandasi oleh semangat dan moralitas yang bertanggung jawab dan berkeadilan.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai kesadaran dan keinginan luhur, berdasar ilmu,
keterampilan dan sikap yang dimiliki untuk mencapai tujuan profesi tersebut di atas, maka
Organisasi Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menyusun dan menetapkan
Kode Etik Profesi Epidemiolog Kesehatan sebagai landasan semangat, moralitas dan tanggung
jawab yang berkeadilan dan merupakan kewajiban baik bagi individu, teman seprofesi,
klien/masyarakat, maupun kewajiban yang sifatnya umum sebagai insane profesi dalam
melaksanakan peran pengabdiannya sebagai berikut:
1. Kewajiban Umum
Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi
epidemiologi kesehatan dengan sebaik-baiknya.
IV. PENUTUP
Seorang Epidemiolog Kesehatan dalam melaksanakan hak dan kewajibannya senantiasa dilandasi
oleh kode etik dan selalu menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi dalam pengabdiannya berpedoman pada Standar Kompetensi dan
senantiasa terus dilengkapi dengan perangkat-perangkat keprofesian yang lain.
https://www.paei.or.id/standar-profesi-epidemiolog-kesehatan/