Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
Masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan
negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku yang sehat, mempunyai
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya pemerintah perlu didukung dalam mewujudkan visi
pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dengan misi membuat
rakyat sehat dengan berbagai strategi dan program kerjanya. Untuk itu diperlukan sumber daya
manusia dalam bidang kesehatan yang professional. Agar visi, misi, strategi dan program
pembangunan kesehatan dapat dilakukan secara optimal, maka diperlukan upaya-upaya dalam
bidang kesehatan yang bermutu sesuai dengan standard dan parameter yang berlaku. Untuk
mewujudkan upaya-upaya yang bermutu tersebut, maka diperlukan berbagai profesi dalam bidang
kesehatan antara lain Profesi Epidemiolog Kesehatan.
Profesi adalah pekerjaan yang didasarkan pada pendidikan dan atau keahlian tertentu sehingga
yang bersangkutan dapat membiayai hidup dari pekerjaan tersebut. Keberadaan suatu profesi
ditentukan oleh adanya batang tubuh ilmu, untuk dan dari mana diperlukan standar kompetensi, dan
selanjutnya standar pendidikan, yang para lulusannya berwenang melaksanakan suatu kegiatan
pelayanan yang standar dengan menggunakan kode etik. Sumber daya manusia yang menyandang
profesi tersebut dapat tergabung dalam organisasi profesi yang berada baik pada tingkat nasional
ataupun internasional. Disamping itu satu organisasi profesi dapat berdekatan atau serumpun
dengan organisasi lain.

Sesuai dengan keberadaan profesi tersebut di atas, Perhimpunan Ahli Epidmiologi Indonesia (PAEI)
merupakan satu organisasi dari para Epidemiolog Kesehatan yang memang dapat diakui
keberadaannya karena epidemiologi mempunyai batang tubuh ilmu, dari mana dapat dikembangkan
standar kompetensi epidemiologi, selanjutnya standar pendidikan epidemiologi, sehingga para
epidemiolog kesehatan mempunyai kewenangan untuk melakukan pelayanan epidemiologi sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan tertentu. Disamping itu, epidemiologi mempunyai kode etik
dan mempunyai jaringan internasional seperti International Epidemiology
Association (IEA), International Clinical Epidemiology (INCLEN) dan Field Epidemiology Training
Program (FETP). Profesi yang serumpun dengan Epidemiolog Kesehatan adalah sanitarian,
entomology, ahli gizi kesehatan masyarakat, dan lain-lain yang rumpunnya adalah ilmu kesehatan
masyarakat. Para ahli kesehatan masyarakat tergabung dalam satu organisasi yang disebut Ikatan
Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).
IAKMI telah membentuk Majelis Kolegium Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pada tanggal 9-10 Mei
2008, Kolegium Ilmu Kesehatan Masyarakat itu mengadakan pertemuan di Jakarta, dimana
dibentuk 8 (delapan) kolegium antara lain Kolegium Epidemiologi.
Epidemiologi mempunyai batang tubuh ilmu dan sekaligus merupakan metodologi, untuk
menghasilkan ilmu pengetahuan dalam rangka memperkuat dan memperluas batang tubuh ilmu
tersebut. Epidemiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarai kejadian dan distribusi
masalah, yang berkaitan dengan kesehatan beserta determinant, yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian dan distribusi tersebut. Ilmu yang mempelajari kejadian dan distribusi
tersebut disebut epidemiologi deskriptif, sedangkan ilmu yang mempelajari determinant itu
disebut epidemiologi analitik.
Tujuan epidemiologi adalah untuk:

1. Mendiagnosis masalah kesehatan.


2. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.
3. Memberikan informasi dalam rangka meningkatkan manajemen (perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan penilaian) pelayanan dan atau kesehatan.
Ketiga tujuan tersebut dapat dicapai dengan dua strategi yaitu surveilans
epidemiologi dan penelitian epidemiologi. Surveilans epidemiologi meliputi kegiatan-kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematis atau rutin untuk
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan manajemen (perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan penilaian) serta pelayanan/program kesehatan. Penelitian
epidemiologi mempunyai kegiatan yang sama dengan surveilans epidemiologi tetapi kegiatan-
kegiatan tersebut tidak dilakukan secara terus-menerus. Penelitian epidemiologi mempunyai tujuan
tertentu, yang untuk mencapainya diperlukan disain penelitian yang dibuat oleh peneliti yang
bersangkutan.
Epidemiolog Kesehatan adalah suatu profesi yang merupakan lulusan dari perguruan tinggi yang
mempunyai keahlian khusus epidemiologi yang langsung dapat diterapkan dalam pelayanan
kesehatan komprehensif yaitu pelayanan kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.
Dalam rangka mencapai tujuan dan melaksanakan strategi epidemiologi tersebut di atas, maka
perlu ditetapkan Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan yaitu suatu standar bagi profesi
epidemiologi kesehatan dalam menjalankan profesinya untuk berperan serta aktif, terarah dan
terpadu dalam pembangunan dan pelayanan kesehatan nasional dan berpartisipasi dalam kegiatan
epidemiologi internasional.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan menjadi acuan bagi para Epidemiolog Kesehatan dalam
berperan serta aktif, terarah dan terpadu dalam pembangunan kesehatan nasional dan
berpartisipasi dalam kegiatan epidemiologi internasional.

2. Tujuan Khusus
1. Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan merupakan pedoman bagi Perguruan Tinggi untuk
menghasilkan Epidemiolog Kesehatan yang melaksanakan pekerjaannya sebagai tenaga
kesehatan di bidang epidemiologi sesuai dengan peran, fungsi dan kompetensinya.
2. Standar Profesi Epidemiolog Kesehatan menjadi acuan bagi Kolegium Epidemiologi untuk
melakukan Ujian Kompetensi kepada Calon Epidemiolog Kesehatan dan merupakan salah
satu acuan untuk peningkatan karir bagi Epidemiolog Kesehatan.

B. Kewenangan Kolegium Epidemiologi


Masing-masing kolegium dalam Majelis Kolegium Kesehatan Masyarakat Indonesia antara lain
Kolegium Epidemiologi berwenang untuk:

1. Mengembangkan dan menetapkan Kurikulum dan Program Pendidikan.


2. Merencanakan dan melaksanakan ujian seleksi kepada mereka yang ingin mendapatkan
sertifikasi epidemiolog kesehatan.
3. Melakukan akreditasi terhadap institusi yang menyelenggarakan pendidikan profesi
epidemiolog kesehatan.
4. Membentuk organisasi profesi, untuk kewenangan ini, sejak tahun 1989 telah berdiri
Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI).
5. Memantapkan sebutan profesi: untuk kewenangan ini, profesinya disebut Epidemiolog
Kesehatan.
6. Memilih dan menetapkan institusi yang menyelenggarakan pendidikan profesi.
7. Menetapkan lembaga sertifikasi profesi yang perlu bekerja sama dengan BPSDM Depkes,
Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP) dan Departemen Tenaga Kerja.
8. Menetapkan sertifikat dosen epidemiologi.

C. Program Pendidikan Terkait Epidemiologi


Program pendidikan yang sudah ada di Indonesia dimana diberikan mata ajaran epidemiologi
adalah:
1. Program Pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) yang bersifat generalias, yang
memberikan mata ajaran epidemiologi yang ada pada banyak Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES).
2. Program Pendidikan SKM dengan Peminatan Epidemiologi yang ada pada beberapa FKM
dan STIKES.
3. Program Studi Sarjana Epidemiologi yang ada pada sebagian FKM.
4. Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan yang sedang direncanakan berdirinya oleh
Kolegium Epidemiologi.
5. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) dengan Peminatan Epidemiologi
Terapan untuk Manajemen Pelayanan/Program.
6. Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat (MKM) dengan Peminatan Field
Epidemiology.
7. Program Studi S-3 Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Epidemiologi.
8. Program Studi S-3 Epidemiologi dengan Peminatan Epidemiologi Komunitas dan
Epidemiologi Klinik.
Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan dapat menerima calon mahasiswa dari Program
Studi SKM yang bersifat generalis, Program Studi SKM Peminatan Epidemiologi dan Program Studi
Sarjana Epidemiologi.

Mereka yang lulus dari Program Profesi Epidemiolog Kesehatan dapat langsung meneruskan
pendidikan untuk mendapatkan kualifikasi Magister Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi
Terapan untuk Manajemen Pelayanan/Program dengan lama pendidikan setahun lagi.

Untuk menghasilkan profesi Epidemiolog Kesehatan diperlukan pendidikan di perguruan tinggi,


dimana dilakukan proses belajar-mengajar yang salah satu input terpentingnya adalah kurikulum
untuk menghasilkan lulusan yang bermutu.

II. KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan
pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

Ada 2 pendekatan dalam menyusun kurikulum: pertama, Pendekatan Kurikulum berdasarkan Isi
yang merupakan Kurikulum Nasional 1994 untuk Perguruan Tinggi; dan yang kedua adalah
Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Komepetensi (KBK) yang muncul pada tahun 2000 sebagai
tuntutan terhadap perguruan tinggi, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, profesi
dan pengembangan ilmu (scientific mission) untuk generasi masa depan.
Kurikulum yang diperlukan dalam Standar Profesi adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Dalam KBK diintegrasikan kebudayaan dan empat pilar pendidikan UNESCO. Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) disusun berdasarkan tuntutan kompetensi lulusan yang dibutuhkan pofesi dalam
situasi dan kondisi tertentu.

Dalam KBK diasumsikan bahwa kemampuan kinerja tertentu dapat dicapai, jika kualitas intelektual
dibangun dengan dukungan materi tertentu. Pendidikan merupakan eksperimen” yaitu pengalaman
belajar dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:

1. Menyatakan kompetensi secara jelas dari proses pembelajaran bidang studinya.


2. Proses pembelajaran member bekal kepada tercapainya kompetensi dan berfokus pada
mahasiswa.
3. Lebih mengutamakan kesatuan penguasaan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif secara
utuh dan terpadu.
4. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk mendemonstrasikan
kognitif, psikomotorik dan afektif (evaluasi proses dan hasil) secara terpadu.
KBK disusun berdasarkan Analisis Kebutuhan yang terdiri atas kebutuhan mahasiswa/calon
mahasiswa, kebutuhan masyarakat profesi dan kebutuhan bidang ilmu. Sejalan dengan kebutuhan
ini telah diusahakan pemadanan berbagai kepentingan, pada pengelompokan mata kuliah seperti
terlihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 – Usaha Pemadanan Berbagai KepentinganPada Pengelompokan Mata Kuliah

Pada Tabel 1 terlihat pemadanan persyaratan kerja dengan Empat Pilar Pendidikan UNESCO dan
dengan Kurikulum Inti dan Institusional Perguruan Tinggi. Empat Pilar Pendidikan UNESCO
ialah Learning To Know, Learning To Do, Learning To be dan Learning To Live Together. Kurikulm
Inti dan Institusional di Perguruan Tinggi terdiri atas 5 (lima) Kelompok Mata Kualiah yaitu: Mata
Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah
Perilaku berkarya (MPB), Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) dan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Maisng-masing Kelompok Mata Kuliah ini, sampai sedemikian jauh,
dapat dipadankan dengan Mata Kuliah Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Isi.
Untuk menyusun Kurikulum Perguruan Tinggi yang dikaitkan dengan elemen kompetensi dapat
dilihat pada Tabel 2. Kurikulum Inti Berbasis pada Kompetensi Utama, sedangkan Kurikulum
Institusional Berbasis pada Kompetensi Pendukung dan Kompetensi lainnya. Masing-masing
kelompok Mata Kuliah berpadanan dengan elemen kompetensi.
Tabel 2 – Pedoman Penyusunan Kurikulum PT Sesuai SK Mendiknas RI No. 045/U/2002

Demikianlah MPK sepadan dengan Elemen Kompetensi Landasan Kepribadian, MKK sepadan
dengan elemen kompetensi Penguasaan Ilmu dan Ketrampilan, MKB sepadan dengan elemen
kompetensi Kemampuan Berkarya, MPB sepadan dengan elemen kompetensi Sikap dan Perilaku
dalam Berkarya, dan MBB sepadan dengan elemen kompetensi Pemahaman Kaidah Berkehidupan
Bermasyarakat.

Kurikulum Inti berbasis pada Kompetensi Utama, sedangkan Kurikulum Institusional Berbasis pada
Kompetensi Pendukung dan Kompetensi lainnya. Masing-masing Kelompok Mata Kuliah
berpadanan dengan elemen kompetensi. Demikianlah MPK sepadan dengan Elemen Kompetensi
Landasan Kepribadian, MKK sepadan dengan elemen kompetensi Penguasaam Ilmu dan
Ketrampilan, MKB sepadan dengan elemen kompetensi Kemampuan Berkarya, MPB sepadan
dengan elemen kompetensi Sikap dan Perilaku dalam Berkarya dan MBB sepadan dengan elemen
kompetensi Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat.

Kompetensi Utama merupakan sarana untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai
dengan penciri program studi. Kompetensi utama ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi,
masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Kompetensi Pendukung adalah kemampuan yang
relevan dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas perguruan tinggi yang
bersangkutan. Kompetensi lainnya yang juga ditetapkan oleh institusi penyelenggaraan program
studi merupakan kemampuan yang ditambahkan yang dapat membantu kualitas hidup dan
ditetapkan berdasarkan keadaan dan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi.

Proses Penyusunan KBK seharusnya dengan Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity,
threat) dari perguruan tinggi, khususnya program studi dan analisis hasil tracer study untuk
mendapatkan kebutuhan pasar atau market signal terhadap lulusan program studi tersebut.

III. STANDAR PROFESI


Standar Profesi adalah batasan (pengetahuan, keterampilan dan afektif) minimal yang harus
dikuasai oleh seorang individu, untuk dapat melakukan kegiatan dalam masyarakat secara mandiri,
yang ditetapkan oleh organisasi profesi (UU No.29 Tahun 2004 pasal 50).

Standar profesi meliputi standar pelayanan, standar kompetensi, standar pendidikan/pelatihan dan
Kode Etik. Standar pelayanan meliputi Standar Operating Procedure (SOP) termasuk pembinaan
dan pemantauannya. Sedangkan standar pendidikan meliputi kurikulum termasuk pembinaan dan
pemantauannya.
A. Standar Pelayanan
Kebutuhan pasar atau market signal terhadap para lulusan diasumsikan untuk memenuhi
standar pelayanan yang telah ditentukan oleh Departemen Kesehatan. Sehubungan
dengan Standar Pelayanan Epidemiologi telah dihasilkan Tugas Pokok dan Rincian
Kegiatan Tenaga Jabatan Fungsional Epidemiologi oleh Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI,
dimana tertulis bahwa tenaga terampil dan tenaga ahli dari jabatan fungsional
Epidemiolog Kesehatan dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan.
2. Melakukan surveilans epidemiologi.
3. Melakukan penyelidikan KLB atau wabah.
4. Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini.
5. Melakukann pencegahan dan pemberantasan penyakit.
6. Melakukan pemberdayaan masyarakat
Dalam satu pertemuan yang dilakukan oleh PAEI, atas dasar keilmuan epidemiologi, tugas pokok
dan rincian kegiatan tenaga jabatan fungsional epidemiologi tersebut di atas, maka telah ditetapkan
Profil Lulusan dari program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan yaitu mempunyai kemampuan
untuk berperan sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi dan pemecahan masalah.


2. Merencanakan, melaksanakan dan menilai sistem surveilans.
3. Merencanakan dan melaksanakan kewaspadaan dini dan melakukan penyelidikan Kejadian
Luar Biasa (KLB) atau wabah.
4. Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai program kesehatan termasuk
program pemberantasan dan pencegahan penyakit.
5. Merencanakan dan melaksanakan manajemen mutu/audit.
6. Merencanakan, melaksanakan dan menilai pendidikan dan pelatihan termasuk
pemberdayaan masyarakat.
7. Berperilaku sebagai Komunikator dan Advokator.
8. Menguasai teknologi Informasi.
Distribusi dari peran tersebut di atas menurut Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional terlihat
dalam table 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa Kompetensi Utama adalah 62,5% dan Kompetensi
Pendukung adalah 37,55. Di provinsi atau regional tertentu mungkin diperlukan kompetensi lain,
sehingga dapat merubah komposisi 62,5% dan 37,5% itu menjadi komposisi lain.

Dalam pendidikan profesi yang merupakan satu pengalaman, para lulusannya langsung dapat
memanfaatkan kompetensinya untuk bekerja sesuai dengan profesinya. Dengan demikian lulusan
dalam program pendidikan profesi Epidemiologi Kesehatan perlu memperoleh seluruh Elemen
Kompetensi yang bila diterjemahkan kedalam Kelompok Mata Kuliah menjadi:

a. MKK (Mata Kualiah Keilmuan dan Ketrampilan)


b. MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya)
c. MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya
d. MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) dan
e. MPK (Mata Kuliah Perkembangan Kepribadian).
Seperti tersebut di atas, bahwa Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan (PS P EpKes)
menerima calon mahasiswa dari program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan
Epidemiologi (PS SKM Pep) dan Program Studi Sarjana Epidemiologi (PS Sep) yang masing-
masing disebut Program Studi Asal.
Tabel 3 – Distribusi Peran Epidemiologi Kesehatan Menurut Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional
Tabel 4 – Distribusi Peran Epidemiolog Kesehatan Menurut Program Studi dan Kelompok Mata Kuliah

Selama melaksanakan Pendidikan Profesi Epidemiolog Kesehatan, masing-masing Kelompok Mata


Kuliah itu tidak seluruhnya diberikan karena sebagian Kelompok Mata Kuliah sudah diberikan pada
Program Studi asal. Distribusi Peran Epidemiolog Kesehatan menurut Program Studi dan kelompok
Mata Kuliah dapat ditunjukkan pada Tabel 4.

B. Standar Kompetensi
Pada Tabel 3 telah dijelaskan Peran Epidemiolog Kesehatan menurut Kurikulum Inti dan Kurikulum
Institusional. Pada Tabel 4 dijelaskan Epidemiolog Kesehatan menurut Peran, Fungsi dan
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Epidemiolog Kesehatan. Masing-masing peran dari Lulusan
Program Studi Profesi Epidemiolog Kesehatan dijabarkan menjadi Fungsi, lalu Fungsi dijabarkan
menjadi Kompetensi sebagai berikut:

1. Peran untuk mengidentifikasi dan Memecahkan Masalah Kesehatan


Dalam peran ini Epidemiolog Kesehatan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi 1 yaitu mengidentifikasi masalah kesehatan khususnya penyakit. Kompetensi yang


harus dimiliki:
i. Mampu melakukan analisis situasi masalah.
ii. Mampu mennentukan prioritas situasi masalah.
b. Fungsi 2, yaitu memecahkan masalah kesehatan. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu menentukan penyebab masalah kesehatan.
ii. Mampu menentukan prioritas penyebab masalah kesehatan.
iii. Mampu memberikan saran atau rekomendasi untuk memecahkan masalah
kesehatan.
2. Peran sebagai Perencana, Pelaksana dan Penilai Sistem Surveilans
Epidemiologi
Dalam lampiran ini Epidemiolog Kesehatan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi 1, yaitu mengidentifikasi gambaran epidemiologi masalah kesehatan khususnya


penyakit. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu mengidentifikasi adanya faktor musiman, siklik, secular trend dan adanya
KLB.
ii. Mampu mengidentifikasi kapan dan dimana frekuensi masalah/penyakit tertinggi.
iii. Mampu mengidentifikasi kelompok orang dengan frekuensi masalah/ penyakit
tertinggi.
b. Fungsi 2, yaitu mengidentifikasi kelompok penduduk berisiko tinggi terhadap kejadian
penyakit atau kematian. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi frekuensi faktor
risiko tinggi dari suatu penyakit atau kematian.
ii. Mampu menggunakan metode analitik untuk mengidentifikasi hubungan faktor
dengan kejadian penyakit.
iii. Mampu menilai kualitas dan akurasi data dalam studi yang menggunakan metode
deskriptif dalam mengidentifikasi hubungan faktor dan penyakit.
c. Fungsi 3, yaitu mengetahui cakupan pelayanan/program kesehatan. Kompetensi yang harus
dimiliki:
i. Mampu menentukan cakupan pelayanan pengobatan Puskesmas atau Rumah Sakit
menurut beberapa karakteristik pengunjung.
ii. Mampu menentukan cakupann beberapa program kesehatan melalui Puskesmas
dan atau Dinas Kesehatan.
d. Fungsi 4, yaitu memantau kecenderungan penyakit dalam rangka perencanaan
penanggulangan penyakit itu dalam jangka panjang. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu melakukan analisis data untuk menentukan kecenderungan penyakit.
ii. Mampu menggunakan informasi tentang kecenderungan penyakit dan informasi lain
untuk perencanaan penanggulangan penyakit yang bersangkutan.
e. Fungsi 5, yaitu menilai sistem surveilans dari suatu program pemberantasan penyakit.
Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu menggunakan beberapa indicator atau unsure untuk menilai sistem
surveilans.
ii. Mampu menilai kualitas dan akurasi data dari surveilans yang bersangkutan.
iii. Mampu merekomendasikan perbaikan sistem surveilans yang bersangkutan.
3. Peran sebagai Perencana dan Pelaksana Kewaspadaan Dini dan Penyeldikan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah
a. Fungsi 1, yaitu merencanakan dan melaksanakan kewaspadaan dini. Kompetensi yang
harus dimiliki:
i. Mampu melakukan analisis data sekunder dalam rangka kewaspadaan dini terhadap
kemungkinan kejadian KLB.
ii. Mampu melakukan analisis data sekuden dalam rangka mengetahui keadaan yang
memungkinkan terjadinya keracunan bahan berbahaya luar biasa (KLB) atau
wabah.
iii. Mampu menganalisis data lingkungan dalam rangka mengetahui pencemaran
lingkungan.
iv. Mampu menganalisis data mikroba dan kontaminasi lainnya dalam rangka
mengetahui penurunan hygiene sanitasi yang dapat menimbulkan KLB.
b. Fungsi 2, yaitu mempersiapkan penyelidikan lapangan. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu memantapkan informasi untuk penyelidikan KLB.
ii. Mampu membuat rencana kerja penyelidikan KLB.
iii. Mampu berkomunikasi dengan Pejabat dan masyarakat setempat dalam rangka
penyelidikan KLB.
c. Fungsi 3, yaitu memastikan diagnosis penyakit dan penetapan KLB. Kompetensi yang harus
dimiliki:
i. Mampu melaksanakan diagnosis penyakit atau merujuk untuk diagnosis penyakit.
ii. Mampu menentukan adanya KLB.
d. Fungsi 4, yaitu mendeskripsikan KLB. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu mendeskripsikan kasus menurut waktu sehingga diketahui jenis kurve
epidemic.
ii. Mampu mendeskripsikan kasus menurut tempat sehingga diketahui dimana KLB
atau dari mana sumber KLB.
iii. Mampu mendeskripsikan kasus berdasarkan orang sehingga diketahui pada
kelompok orang yang mana terjadi KLB.
e. Fungsi 5, yaitu merumuskan penanggulangan sementara KLB. Kompetensi yang harus
dimiliki:
i. Mampu menentukan sumber dan cara penularan penyakit dalam waktu sementara.
ii. Mampu menentukan penyebab penyakit sementara.
iii. Mampu merumuskan penanggulangan sementara KLB atas dasar butir 1 dan butir 2.
f. Fungsi 6, yaitu mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB. Kompetensi
yang harus dimiliki:
i. Mampu merumuskan dan menguji hipotesis sumber penularan.
ii. Mampu merumuskan dan menguji hipotesis keadaan penyebab KLB.
g. Fungsi 7, yaitu melakukan pengkajian sistem yang relevan dengan keajian KLB. Kompetensi
yang harus dimiliki:
a. Mampu mengkaji sistem surveilans dari penyakit yang bersangkutan yang ada
kaitannya dengan kejadian KLB.
b. Mampu menilai program yang ada kaitannya dengan kejadian KLB.
h. Fungsi 8, yaitu menyusun rekomendasi untuk penanggulangan KLB. Kompetensi yang harus
dimiliki:
. Mampu memberikan rekomendasi dalam rangka menghilangkan sumber penularan.
i. Mampu memberikan rekomendasi dalam rangka memutus rantai penularan.
ii. Mampu memberikan rekomendasi dalam rangka merubah respon orang terhadap
penyakit.
4. Merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai program kesehatan
termasuk program penanggulangan penyakit
a. Fungsi 1, yaitu melakukan pemantauan dan penilaian terhadap kegiatan dan dampak
program-program kesehatan. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu menggunakan pendekatan sistem untuk menentukan hubungan masalah-
masalah yang terdapat dalam input, process, output, efek dan outcome.
ii. Mampu memantau kelemahan dalam manajemen kegiatan dan sumber daya.
iii. Mampu menilai dampak program terhadap status kesehatan.
b. Fungsi 2, yaitu melakukan pemeriksaan kelompok risiko tinggi. Kompetensi yang harus
dimiliki:
i. Mampu melakukan pemeriksaan penyakit khusus.
ii. Mampu memberikan pelayanan konsultasi.
iii. Mampu menilai pemeriksaan.
c. Fungsi 3, yaitu melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu menyusun kerangka acuan.
ii. Mampu menyiapkan rancangan tahunan dan bulanan.
iii. Mampu menyusun petunjuk teknis/petunjuk pelaksanaan.
iv. Mampu menyusun standar.
v. Mampu menyusun pedoman.
5. Peranan dalam audit manajemen
a. Fungsi 1, yaitu melakukan audit manajemen pelayanan. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu melakukan audit manajemen preventif.
ii. Mampu melakukan audit manajemen kuratif.
iii. Mampu melakukan audit manajemen rehabilitatif.
iv. Mampu melakukan audit manajemen promotif.
b. Fungsi 2, yaitu melakukan audit manajemen kasus. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu melakukan audit diagnosis.
ii. Mampu melakukan audit pengobatan.
iii. Mampu melakukan audit pencegahan penularan.
iv. Mampu melakukan audit menghindari kecacatan dan kematian.
6. Peran sebagai pengajar, pelatih dan pemberdayaan masyarakat
a. Fungsi 1, yaitu mengiventarisasi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang
surveilans. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu menyusun instrument pengumpulan data tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku tentang surveilans.
ii. Mampu mengumpulkan data tentang pengetahuan,sikap dan perilaku tentang
surveilans.
b. Fungsi 2, yaitu menentukan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang surveilans
yang perlu diintervensi. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu memahamai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang mungkin
berguna supaya berparisipasi dalam surveilans.
ii. Mampu menentukan alternatif bentuk intervensi supaya pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat dapat diarahkan supaya berpartisipasi dalam surveilans.
c. Fungsi 3, yaitu merencanakan bentuk intervensi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat yang dapat diarahkan supaya berpartisipasi dalam surveilans. Kompetensi yang
harus dimiliki:
i. Mampu memilih bentuk intervensi yang tepat.
ii. Mampu merancang bentuk intervensi yang kuat.
d. Fungsi 4, yaitu melaksanakan intervensi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat yang tidak atau kurang sesuai dengan kaidah surveilans. Kompetensi yang
harus dimiliki:
i. Mampu memahami tatalaksana intervensi sikap dan perilaku.
ii. Mampu menggali sumber daya dalam masyarakat.
iii. Mampu mengembangkan jejaring kemitraan untuk pemecahan masalah-masalah
pelaksanaan surveilans.
iv. Mampu menggerakkan sumber daya.
v. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah.
e. Fungsi 5, yaitu mengevaluasi hasil intervensi. Kompetensi yang harus dimiliki:
i. Mampu menentukan criteria keberhasilan intervensi.
ii. Mampu mengembangkan instrument evaluasi.
7. Peranan sebagai Advokator dan Komunikator
a. Fungsi 1, yaitu mempersiapkan materi yang merupakan data menjadi informasi dan
informasi menjadi bukti yang dapat diterima oleh pengambil keputusan di tingkat Kabpaten
(Bupati, DPRD dan Lintas Sektor). Kompetensi yang harus dimiliki adalah mampu membuat
presentasi argumentasi yang credible, relevant, urgent dan prioritas tinggi.
b. Fungsi 2, yaitu melakukan komunikasi kepada kelompok-kelompok yang terkait dengan
pengambil keputusan di tingkat Kabupaten/Kota. Kompetensi yang harus dimiliki adalah
mampu melakukan lobbying sehingga pengambil keputusan tertarik kepada presentasi
tersebut di atas.

C. Standar Pendidikan Profesi


Pada Tabel 4 terlihat Distribusi Peran Epidemiolog Kesehatan menurut Program Studi dan
Kelompok Mata Kuliah. Program Studi dikategorikan menjadi Program Studi Asal dan Program Studi
Profesi Epidemiolog Kesehatan (PS P EpKes) yang akan didirikan. Program Studi Asal
dikategorikan menjadi Program Studi SKM Generalias (PS SKM G), Program Studi SKM Peminatan
Epidemiologi (PS SKM PEp) dan Program Studi Sarjana Epidemiologi (PS SEp). Kelompok Mata
Kuliah dikategorikan menjadi MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata Kuliah
Keilmuan dan Keterampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Perilaku
Berkarya) dan MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bersama).

Program Studi yang merupakan Sistem Pendidikan akan menghasilkan Lulusan berkualitas baik
tergantung pada Proses Belajar-Mengajar yang mutunya ditentukan oleh:

1. Input Mahasiswa
2. Software Input
3. Hardware Input dan
4. External Input.
1. Input Mahasiswa
Diperkirakan bahwa PS Pep akan menerima mahasiswa dari lulusan 3 Program Studi (PS) yaitu:

a. Program Studi SKM yang bersifat generalis (PS SKM G). Mahasiswa dari program studi
ini sudah mendapatkan mata kuliah epidemiologi yang termasuk dalam MKK. Dalam PS
Pep, mahasiswa dari PS SKM G ini harus mendapat beberapa mata kuliah epidemiologi
yang ada dalam MKK, termasuk Teknologi Informasi. Beberapa mata kuliah epidemiologi
yang termasuk dalam MKB yang dapat diberikan di ruang kuliah dan laboratorium yang
memakan waktu selama 1 semester yaitu di semester 1. Kemudian para mahasiswa
mendapat beberapa mata kuliah baik yang sepadan dengan kompetensi utama ataupun
kompetensi pendukung yang termasuk dalam MKB dan MBB yang dilaksanakan di
lapangan yang mungkin di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten atau di wilayah Puskesmas
Kecamatan selama 1 semester di Semester II. Untuk kegiatan pada Semester II, para
mahasiswa bergabung dengan mahasiswa yang berasal dari PS SKM Pep atau P SEp.
b. Program Studi SKM Peminatan Epidemiologi (PS SKM Pep). Mahasiswa dari program
studi ini ,masuk ke PS Pep dalam Semester II. Jumlah mahasiswa yang diterima minimal 8
orang dan maksimal 15 orang. Dalam bulan pertama, para mahasiswa secara berkelompok
merencanakan dan melakukan identifikasi masalah di suatu wilayah Dinas kesehatan
Kabupaten/ Kota, menentukan prioritas masalah, lalu merumuskam program intervensi
untuk memecahkan masalah. Kemudian masing-masing mahasiswa melaksanakan satu
program intervensi, untuk mana ia melakukan perannya sebagi ahli surveilans, pemantau
dan penilai program, penyelidik KLB/Wabah, penilai manajemen mutu, pelatih untuk
memberdayakan masyarakat, dan sebagai komunikator dan advokator. Semua peranan ini
dilaksanakan melalui mata kuliah yang termasuk dalam MPB dan MBB. Dalam bulan kedua
masing-masing mahasiswa merencanakan dan melaksanakan seluruh perannya itu untuk
program intervensi yang menjadi tanggung-jawabnya. Pada bulan ketiga masing-masing
mahasiswa dalam satu seminar melaporkan hasil dari pelaksanaan perannya, dimana ia
memberikan rekomendasi untuk perbaikan program. Pada bulan keempat dan kelima
masing-masing mahasiswa mencoba memperbaiki pelaksanaan program yang
bersangkutan sesuai dengan saran dan rekomendasinya. Pada bulan keenam dalam satu
seminar, masing-masing mahasiswa melaporkan program yang telah dilakukannya dan
memberikan saran atau rekomendasi terakhir.
c. Program Studi Epidemiologi (PS Ep). Mahasiswa dari PS Ep ini mungkin lebih banyak
mendapat mata kuliah epidemiologi yang termasuk dalam MKK dan MKB daripada
mahaiswa dari PS SKM Pep. Tetapi sulit dapat dimengerti apakah mahasiswa dari PS Ep ini
telah melaksanakan Proses Belajar Mengajar seperti butir b. Namun masalah ini akan
diselesaikan dengan pendekatan saling pengertian untuk kepentingan bersama.
2. Software Input
Yang termasuk software input adalah Kurikulum, dosen, perpustakaan, teknologi informasi dan lain-
lain. Kurikulum telah dibicarakan seperti tersebut di atas. Dosen seharusnya terdiri atas mereka
yang menguasai MKK dan MKB yang berasal dari perguruan tinggi dan mereka yang menguasai
MPB dan MBB baik yang berasal dari perguruan tinggi ataupun praktisi dari Departemen Kesehatan
dan instansi lainnya. Perpustakaan betul-betul harus dilengkapi sesempurna mungkin karena dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mahasiswa harus sangat aktif dan karena keterbatasan
waktu, para mahasiswa jangan dibiarkan mencari kepustakaan keluar dari kampus atau daerah
Binaan. Demikian pula teknologi informasi perlu pula dilengkapi.

3. Hardware Input
Yang termasuk hardware input adalah gedung kelas, laboratorium, kantor dan lain-lain yang
dipunyai perguruan tinggi atau instansi tertentu dimana dilakukan proses belajar-mengajar untuk
mata kuliah termasuk MKK dan MKB. Disamping itu diperlukan daerah Binaan setingkat wilayah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana para mahasiswa dan dosen dapat melakukan proses
belajar-mengajar untuk mata kuliah yang termasuk MPB dan MBB.

4. External Input
Bantuan untuk sistem pendidikan di perguruan tinggi yang menghasilkan profesi Epidemiolog
Kesehatan dapat berasal dari dalam negeri seperti: Departemen Kesehatan, Departemen
Pendidikan Nasional dan lainnya. Juga dapat berasal dari luar negeri seperti WHO, Perguruan
Tinggi dan Donor Agency. Bantuan dapat berupa software ataupun hardware.

5. Proses belajar Mengajar


Kebaikan mutu dari proses belajar-mengajar tergantung pada adanya dan mutu dari input-input
tersebut di atas. Baik dosen ataupun mahasiswa serta mereka yang bertanggung jawab dalam
manajemen pendidikan perlu mengikuti aturan-aturan pendidikan yang telah ditetapkan dan selalu
memikirkan dan merencanakan serta melaksanakan segala sesuatu untuk kemajuan dan
peningkatan mutu pendidikan profesi Epidemiolog Kesehatan. Dalam setiap kegiatan mahasiswa
untuk proses belajar-mengajar, dosen perlu terlibat mengajar di kelas, membimbing di laboratorium
dan mendampingi mahasiswa dalam proses kerja lapangan.

Pihak manajemen pendidikan harus dapat berinisiatif, merencanakan dan melaksanakan kerja
sama dengan pemerintah dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sedemikian rupa sehingga saling
menguntungkan kedua belah pihak. Manajemen pendidikan di satu pihak mendapat pengalaman
proses belajar-mengajar yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan dosen sesuai
dengan kompetensi yang ditetapkan. Di pihak lain Pemerintah Daerah termasuk Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mendapat pengalaman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
komprehensif di wilayahnya. Interaksi antar mahasiswa, antara mahasiswa dan dosen dengan
pimpinan serta staf dan pegawai dari pemerintah dan dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dibina
sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang saling menguntungkan.

Walaupun dalam kerja lapangan masing-masing mahasiswa merencanakan dan melaksanakan


seluruh peran untuk satu program kesehatan secara intensif, melalui pelajaran di kelas, praktek di
laboratorium, seminar di kelas dan di dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka para mahasiswa akan
mendapat pengalaman untuk semua program kesehatan yang dikerjakan oleh angkatan atau
kelasnya, sehingga mereka mendapat pengalaman yang bermanfaat untuk melaksanakan tugasnya
sebagai epidemiolog yang dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah untuk program apa
saja.

6. Output Lulusan
Output lulusan tergantung pada input dan proses belajar-mengajar. Indicator mutu dari lulusan
adalah:

a. Nilai dari mata kuliah yang termasuk dalam MKK dan MPK.
b. Hasil karya dari pelaksanaan peran dalam kerja lapangan yang termasuk dalam MPB dan
MBB yang diwujudkan dalam bentuk makalah yang berisi laporan ilmiah yang bermanfaat
bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bersangkutan, institusi pendidikan, PAEI dan
lainnya dalam rangka pembangunan kesehatan.

D. KODE ETIK PROFESI EPIDEMIOLOG KESEHATAN


Bahwa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang bertujuan mencapai masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diperlukan peran serta dan pengabdian diri dari
segenap warga Negara Indonesia.

Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan pembangunan di berbagai bidang
dalam rangka mencapai kehidupan yang sehat dalam arti terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu ada penyatuan,
pembinaan dan pengembangan profesi serta pengamalan ilmu pengetahuan epidemiologi yang
dilandasi oleh semangat dan moralitas yang bertanggung jawab dan berkeadilan.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai kesadaran dan keinginan luhur, berdasar ilmu,
keterampilan dan sikap yang dimiliki untuk mencapai tujuan profesi tersebut di atas, maka
Organisasi Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menyusun dan menetapkan
Kode Etik Profesi Epidemiolog Kesehatan sebagai landasan semangat, moralitas dan tanggung
jawab yang berkeadilan dan merupakan kewajiban baik bagi individu, teman seprofesi,
klien/masyarakat, maupun kewajiban yang sifatnya umum sebagai insane profesi dalam
melaksanakan peran pengabdiannya sebagai berikut:

1. Kewajiban Umum
Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi
epidemiologi kesehatan dengan sebaik-baiknya.

a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya


sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
b. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi epidemiologi, seorang Epidemiolog
Kesehatan tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
c. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghindarkan diri dari perbuatan yang memuji diri
sendiri.
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap
penemuan atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang menimbulkan
keresahan masyarakat profesi atau ilmuwan.
e. Seorang Epidemiolog Kesehatan memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu
proses analisis secara komprehensif.
f. Seorang Epidemiolog kesehatan dalam menjalankan profesinya harus memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan
manusia.
g. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus bersifat jujur dalam berhubungan dengan klien atau
masyarakat dan teman seprofesinya dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya
yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi atau yang melakukan
penipuan atau kebohongan dalam menangani masalah klien atau masyarakat.
h. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-
hak teman seprofesi dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga
kepercayaan klien atau masyarakat.
i. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang Epidemiolog Kesehatan harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kelimuan epidemiologi secara
menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
j. Seorang Epidemiolog Kesehatan dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang
kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
2. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan Terhadap Klien/Masyarakat
Seorang Epidemiolog kesehatan bersikap tulus, ikhlas dan mempergunakan segala ilmua dan
kompetensinya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak
mampu melakukan suatu penelitian atau penyelidikan dalam rangka penyelesaian masalah, maka ia
wajib berkonsultasi, bekerja sama dan merujuk pekerjaan tersebut kepada Epidemiolog Kesehatan
lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.

a. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.


b. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melakukan penyelesaian masalah secara tuntas dan
keseluruhan dengan menggunakan ilmu dan metode epidemiologi serta ilmu lainnya yang
relevan.
c. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib memberikan informasi kepada kliennya atas
pelayanan yang diberikannya.
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan berhak mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian
pelayanan.
3. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Teman Seprofesi
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari
penyelesaian masalah.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dan teman
seprofesi, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang ada
4. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Diri Sendiri
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus memperhatikan dan mempraktekkan hidup bersih
dan sehat, beriman menurut kepercayaan dan agamanya supaya dapat bekerja dengan
baik.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi kesehatan yang berkaitan dan atau penggunaan ilmu, metodologi dankompetensi
epidemiologi.

IV. PENUTUP
Seorang Epidemiolog Kesehatan dalam melaksanakan hak dan kewajibannya senantiasa dilandasi
oleh kode etik dan selalu menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi dalam pengabdiannya berpedoman pada Standar Kompetensi dan
senantiasa terus dilengkapi dengan perangkat-perangkat keprofesian yang lain.

https://www.paei.or.id/standar-profesi-epidemiolog-kesehatan/

Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI)

Anda mungkin juga menyukai