Anda di halaman 1dari 80

SKRIPSI

KAJIAN KETERCAPAIAN KUALITAS PADA


PENCAMPURAN BATUBARA (COAL BLENDING) ANTARA
MT-46 DAN AL-52 PADA CHF LOAD IN MUARA TIGA
BESAR PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK.
TANJUNG ENIM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

OLEH
HORASMAN PARSAULIAN SIMARMATA

03121402068

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

i
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat,
hidayah beserta nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Kajian Ketercapaian Kualitas pada Pencampuran Batubara (Coal Blending)
antara MT-46 dan AL-52 pada CHF Load In Muara Tiga Besar PT Bukit Asam
(Persero), Tbk. Tanjung Enim”. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Satuan Kerja Penanganan batubara (PAB) PT Bukit Asam (Persero),
Tbk. pada tanggal 28 Maret sampai dengan 30 Mei 2016.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Restu
Juniah, M.T dan Syariffudin, ST., MT , selaku Pembimbing I dan Pembimbing II
yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Subriyer Nasir, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
2. Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, S.T., M.T. dan Bochori, S.T., M.T.,
sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
3. Dr. Ir. H. Maulana Yusuf, M.S, M.T. sebagai dosen Pembimbing Akademik.
4. Dosen dan staf Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya.
5. Julius Parulian Hutasoit, S.T., selaku Pembimbing Lapangan dan Asisten
Manager Operasi Penanganan Batubara 2.
6. Keluarga yang senantiasa mendoakan kelancaran pelaksanaan Tugas Akhir ini.
7. Semua pihak yang telah membantu menyukseskan dan mendukung
penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kekurangan maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menunjang
perkembangan ilmu pengetahuan.

Palembang, Januari 2017 Penulis

Universitas Sriwijaya
RINGKASAN
KAJIAN KETERCAPAIAN KUALITAS PADA PENCAMPURAN
BATUBARA (COAL BLENDING) ANTARA MT-46 DAN AL-52 PADA
CHF LOAD IN MUARA TIGA BESAR PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK.
TANJUNG ENIM
Karya Tulis Ilmiah berupa Skripsi, Januari 2017

Horasman Parsaulian Simarmata ; Dibimbing oleh DR. Ir. Restu Juniah, MT dan
Syarifudin, ST., MT

xiii + 66 halaman, 33 gambar, 6 tabel, 7 lampiran

RINGKASAN

PT Bukit Asam (Persero), Tbk. memiliki tiga lokasi penambangan dengan kualitas yang berbeda-
beda, sehingga PT Bukit Asam perlu melakukan pencampuran batubara guna meningkatkan
batubara kualitas rendah sehingga dapat dimanfaatkan, dan dapat dipasarkan ke konsumen. Untuk
batubara kualitas rendah yang berasal dari Muara Tiga Besar, yaitu batubara dengan minebrand
MT-46 dengan nilai kalori 4600-4900 Kcal/kg, PT Bukit Asam (Persero), Tbk. merencanakan
pencampuran batubara dengan batubara yang berasal dari Tambang Air Laya yaitu AL-52, dengan
nilai kalori 5201-5500 kcal/kg. Tujuan dari pencampuran ini adalah menghasilkan batubara
dengan kualitas Bukitasam-50 berdasarkan permintaan konsumen yang ada. Proporsi pencampuran
dilapangan menunjukkan pencampuran batubara antara MT-46 dan AL-52 adalah 1 : 1.91 dimana
pencampuran ini menghasilkan nilai batubara dengan Total Moisture 28.82%, Ash sebesar 3.22,
Total Sulfur sebesar 0.41 dan nilai kalori sebesar 4953 kcal/kg. Berdasarkan simulasi
pencampuran ini seharusnya menghasilkan batubara dengan Total Moisture sebesar 26.50 %, dan
ash sebesar 1.86%, Total sulfur sebesar 0.38 dan Nilai kalori sebesar 5124. Penyimpangan
kualitas yang dihasilkan antara teoritis dan aktual pada pencampuran batubara pada unit CHF Load
In Muara Tiga Besar meliputi penyimpangan Total Moisture sebesar 2.32%, ash sebesar 1.36%,
Total sulfur sebesar 0.03 dan calorivic value sebesar 170.54 cal/gr. Adapun faktor-faktor penyebab
penyimpangan kualitas dilapangan antara lain disebabkan oleh aktivitas coal getting, penurunan
kualitas batubara di front penambangan,, proses pencampuran, dan kontaminasi batubara di
stockpile. Untuk menanggulangi faktor-faktor perlu dilakukan peningkatan terhadap proporsi
pencampuran, monitoring proses pencampuran dan kontrol kualitas batubara di stockpile.

Kata Kunci : Pencampuran, Total Moisture, Ash, Calorivic Value,


SUMMARY
STUDY OF QUALITY ACHIEVEMENT AT COAL BLENDING BEETWEEN
MT-46 AND AL-52 IN CHF LOAD IN MUARA TIGA BESAR PT BUKIT
ASAM PERSERO, TBK. TANJUNG ENIM

Scientific Paper in the form of Skripsi, Januari 2017

Horasman Parsaulian Simarmata ; Dibimbing oleh DR. Ir. Restu Juniah, MT, and
Syarifudin, ST., MT

Kajian Ketercapaian Kualitas pada Pencampuran Batubara (Coal Blending) antara


MT-46 Dan AL-52 pada CHF Load In Muara Tiga Besar PT Bukit Asam
(Persero), Tbk. Tanjung Enim

xiii + 66 pages, 33 pictures, 6 tables, 7 attachments

SUMMARY

PT Bukit Asam (Persero), Tbk. have three mining locations with different qualities, because of that
PT Bukit Asam coal must doing coal blending to improve low quality coal that to be utilized, and
can be marketed to consumers. For low quality coal that coming from Muara Tiga Besar, namely
coal with minebrand MT-46 with a calorific value of 4600-4900 Kcal / kg, PT Bukit Asam
(Persero), Tbk has planning coal blending plant with coal from Air Laya that AL-52, with a
calorific value 5201-5500 kcal / kg. The goal of the blending is to produce a Bukitasam-50 coal, in
accordance with the market demand. Field shows the mixing proportions of coal blending between
the MT-46 and AL-52 is 1: 1.91 where quality value is 28.82% Total Moisture, Ash at 3.22, Total
sulfur at 0.41 and a calorific value of 4954 cal /gr. Based on simulation this mixing should produce
coal with a Total Moisture of 26.50 %, ash of 1.86 %, and total sulfur of 0.38 % and Calorific
Value at 5123. The resulting quality deviations between the teoretical and actual coal blending at
CHF unit Load In Muara Tiga Besar is 2,32% Total Moisture, 1.36 % ash, Total Sulfur at 0.03
and calorivic value of 170.54 cal / gr. The factors causing deviations in the field of quality, among
others, due to the decline in the quality of coal mining front, getting coal activity, the process of
mixing and contamination of coal in the stockpile. To overcome the factors necessary to upgreding
the coal blending proportion, the activity of mixing, quality control of coal in the stockpile.

Key Words : Coal Blending, Total Moisture, Ash, Calorivic Value.

Citations :

Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................... iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS ............................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
RINGKASAN ................................................................................................ vi
SUMMARY ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah......................................................................... 2
1.4. Tujuan ........................................................................................ 2
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Proses Pembentukan Batubara .................................................. 4
2.2. Klasifikasi Batubara………………………...…… ................... 6
2.3. Parameter Kualitas Batubara………………………...…… ...... 7
2.2.1. Analisa Proximat........................................................... 7
2.2.2. Analisa Ultimate .......................................................... 8
2.2.3. Nilai Kalori ................................................................... 9
2.4. Pelaporan Analisa Batubara………………………...…… ....... 10
2.5. Pencampuran Batubara ………………………...…….............. 12
2.6. Teori Pencampuran Batubara .................................................... 12
2.7. Metode Pelaksanaan Pencampuran .......................................... 13

Universitas Sriwijaya
2.8. Perhitungan Proporsi Pencampuran…………………...…… .... 18
2.9. Perhitungan Kualitas Akhir Pencampuran……………...…… .. 23
2.10.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencampuran…...…… ..... 24
2.11.Kegiatan Penambangan………………………...…… ............... 25

BAB 3 METODOLOGI
3.1. Lokasi Penelitian ........................................................................ 32
3.2. Pengamatan di CHF Load In ...................................................... 33
3.2. Pengambilan Sampel pada Stockpile ......................................... 34
3.3. Pengujian Sampel di Laboratorium ............................................ 35
3.4. Analisa Data ............................................................................... 40

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Batubara di Front ........................................................ 41
4.2. Permintaan Konsumen untuk BukitAsam-50 ........................... 42
4.3. Mekanisme Pencampuran ......................................................... 42
4.4. Perencanaan Pencampuran menggunakan program PQM
For Windows ............................................................................. 46
4.5. Pencampuran Batubara Secara Aktual di Lapangan ................. 47
4.6. Kualitas Batuabara Hasil Pencampuran di CHF Load In
Muara Tiga Besar ....................................................................... 48
4.7. Kualitas Batubara Seharusnya Dihasilkan Secara Teoritis
Berdasarkan Simulasi ................................................................. 49
4.8. Perbandingan Kualitas yang Dihasilkan ................................... 51
4.8.1. Perbandingan Selisih Total Moisture ............................ 51
4.8.2. Perbandingan Selisih Kadar Abu ................................. 51
4.8.3. Perbandingan Selisih Total Sulfur ................................ 51
4.8.4. Perbandingan Selisih Nilai Kalori ................................ 52
4.9. Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Kualitas
di Lapangan. .............................................................................. 52
4.9.1. Aktivitas Coal Getting .................................................. 52
4.9.2. Penurunan Kualitas Batubara di Front .......................... 53
4.9.3. Proses Pencampuran ..................................................... 54
4.9.4. Kontaminasi Batubara di Stockpile .............................. 54
4.10. Penanggulangan Terhadap Penyimpangan yang Terjadi. ....... 55
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 55
5.2. Saran ............................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Komponen Batubara dan Dasar Pelaporan ................................... 10
2.2 Roof Type Stockpile (Chevron Methods) ...................................... 14
2.3 Line Type Stacking ........................................................................ 14
2.4 Areal Stockpilling.......................................................................... 15
2.5 Axial Stockpilling .......................................................................... 15
2.6 Continous Stockpilling .................................................................. 16
2.7 Alternatif Stockpilling ................................................................... 16
2.8 Metode Curah Langsung ............................................................... 17
2.9 Metode dua Conveyor ................................................................... 18
2.10 Tampilan Awal Software POM-QM for Windows ....................... 21
2.11 Tampilan awal module linear programming ................................ 21
2.12 Tampilan form pengisian model matematika ................................ 22
2.13 Tampilan hasil perhitungan .......................................................... 22
2.14 Bulldozer Komatsu D375A melakukan kegiatan
pemerataan jalan ........................................................................... 26
2.15 Kegiatan pemuatan overburden ke dari alat gali ke
alat angkut .................................................................................... 27
2.16 Pengangkutan Lapisan Interburden dengan menggunakan
HD ................................................................................................ 28
2.17 Kegiatan Ripping Batubara sebelum dilakukan penggalian ......... 29
2.18 Kegiatan pemuatan batubara dengan PC ...................................... 30
2.19 Kegiatan pengangkutan batubara dengan menggunakan
Dump Truck .................................................................................. 30
2.20 Kegiatan dumping batubara pada CHF Load In
Muara Tiga Besar ........................................................................ 31
3.1 Peta lokasi tambang batubara PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
Tanjung enim ................................................................................ 33
3.2 Kegiatan Preparasi Sampel pada PT Bukit Asam
(Persero), Tbk ................................................................................ 35
3.4 Kegiatan pengeringan sampel pada drying room
PT Bukit Asam (Persero ............................................................... 36
3.5 a. Penimbangan sampel pada Top pan balance dan
b. Memasukkan sampel kedalam drying oven.............................. 37
3.6 Ash Furnace .................................................................................. 38
3.7 Alat pengukur Total Sulfur (Ash Furnace,
Timbangan dan Perangkat Komputer) ......................................... 38
3.8 a. Pemasangan benang pada komponen bomb calorimeter
b. Bomb Calorimeter ..................................................................... 39
3.9 Diagram alir analisis Penelitian .................................................... 40
4.1 Dump Hopper Muara Tiga Besar .................................................. 43
4.2 Feeder Breaker CHF Load In Muara Tiga Besar ......................... 44
4.3 Conveyor pada CHF Load In Muara Tiga Besar .......................... 45
4.4 Pencurahan Batubara Livestockpile 2 ........................................... 45
4.5 Aktivitas Penambangan di TAL Barat .......................................... 53
DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tabel Simplek dalam Bentuk Simbol ...................................................... 14


3.1 Rincian Kegiatan Penelitian ..................................................................... 17
4.1 Spesifikasi Kualitas Batubara untuk PLTU Bukit Asam ......................... 23
4.2 Cadangan Seam A, Seam C dan Seam D5 Sampai Tahun 2015 .............. 23
4.3 Kualitas Batubara Hasil Coal Blending Kombinasi I (Seam C
dan Seam A) .............................................................................................. 25
4.4 Kualitas Batubara Hasil Coal Blending Kombinasi II (Seam C
dan Seam D5) ............................................................................................ 26
4.5 Kualitas Batubara Hasil Coal Blending Kombinasi III (Seam C, Seam A
dan Seam D5) ............................................................................................ 26
4.6 Kualitas Hasil Coal blending Kombinasi I dan II ................................... 27
4.7 Jadwal Coal Blending September – Desember 2015 ............................... 27
2.a Data Kualitas Seam A............................................................................... 45
3.a Data Kualitas Seam C ............................................................................... 46
4.a Data Kualitas Seam D5............................................................................. 47
5.a Kualitas seam C dan seam A.................................................................... 48
5.b Kualitas seam A dan seam D5 ................................................................. 49
5.c Kualitas seam A, seam C dan seam D5 ................................................... 50

Universitas Sriwijaya
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman
A. Spesifikasi Minebrand PT Bukit Asam (Persero), Tbk 58
B. Spesifikasi Marketbrand PT Bukit Asam (Persero), Tbk 60
C. Kualitas Batubara di Front Penambangan TAL Barat 61
D. Kualitas Batubara di Front Penambangan MTB Selatan 62
E. Laporan Analisa Batubara di Stockpile 63
F. Layout CHF Load In Muara Tiga Besar 64
G. Curah Hujan 65
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang potensial di
Indonesia yakni selain mineral, minyak bumi, dan gas. Cadangan batubara di
Indonesia tercatat sebesar 30,94 miliar ton, dimana sekitar 67% berada di Pulau
Sumatera, 32% berada di Pulau Kalimantan, dan sisanya berada di pulau
Sulawesi, Jawa, dan Irian (Kementerian ESDM, 2015). Besarnya potensi batubara
inilah yang kemudian membuat Sumatera dan Kalimantan menjadi pusat dari
kegiatan pertambangan batubara di Indonesia.
PT Bukit Asam (Persero), Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar
yang bergerak dibidang industri pertambangan batubara di Sumatera. PT Bukit
Asam (Persero), Tbk. memiliki dua unit penambangan, yaitu Unit Penambangan
Ombilin (UPO) yang berada di Ombilin, Sumatera Barat dan Unit Penambangan
Tanjung Enim (UPTE) yang berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Untuk
Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE), PT Bukit Asam memiliki tiga lokasi
penambangan yakni Tambang Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar (MTB) dan
Banko Barat.
Tiga lokasi penambangan yang dimiliki PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
memiliki kualitas yang berbeda-beda, oleh karena itu PT Bukit Asam (Persero),
Tbk perlu melakukan pencampuran batubara guna meningkatkan batubara kualitas
rendah sehingga dapat dimanfaatkan, dan dapat dipasarkan ke konsumen.
Kegiatan pencampuran yang dilakukan oleh PT Bukit Asam (Persero), Tbk. dapat
dilakukan di dua tempat yakni di Coal Handling Facility Load In Muara Tiga
Besar melalui dumptruck ke chain conveyor atau dapat dilakukan di Livestockpile
melalui bulldozer untuk diumpan ke feeder. Pencampuran batubara yang
dilakukan PT Bukit Asam (Persero) pada penelitian ini bertempat di Coal
Handling Facility Load In Muara Tiga Besar.
PT Bukit Asam (Persero), Tbk. merencanakan pencampuran batubara
kualitas rendah yang berasal dari Muara Tiga Besar,yaitu batubara minebrand
MT-46 dengan nilai kalori 4600-4900 Kcal/kg dengan batubara yang berasal dari

Universitas Sriwijaya
Tambang Air Laya yaitu AL-52, dengan nilai kalori 5201-5500 kcal/kg. Kualitas
batubara yang diinginkan dari pencampuran kedua jenis batubara ini adalah
menghasilkan batubara dengan minebrand Bukitasam-50 dengan nilai kalori 5100
Kcal/Kg, yaitu pada rentang atas marketbrand PT. Bukit Asam (Persero), Tbk .
Seringnya terjadi perbedaan antara data kualitas batubara hasil pencampuran pada
livestockpile dengan kualitas batubara yang harapkan untuk dikirim ke konsumen,
membuat perlunya kajian terhadap ketercapaian kualitas pencampuran batubara
pada unit CHF Load In muara Tiga Besar PT Bukit Asam.

1.2. Rumusan Masalah


Permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pencampuran batubara MT-46 dan AL-52 di CHF Load
In Muara Tiga Besar?
2. Bagaimana aktualisasi proporsi pencampuran batubara dilapangan?
3. Bagaimana Kualitas yang dihasilkan dari pencampuran batubara antara MT-46
dan Al-52 ?
4. Bagaimana kualitas batubara yang seharusnya dihasilkan berdasarkan
simulasi?

1.3. Batasan Masalah


Pembatasan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan lapangan dilakukan pada CHF Load In Muara Tiga Besar PT
Bukit Asam (Persero), Tbk bulan April 2016.
2. Analisa kualitas batubara dilakukan pada Bukitasam-50 di Livestockpile 2
dengan metode analisa dan sampling yang dilakukan PT Bukit Asam (Persero),
Tbk

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Menjelaskan mekanisme pencampuran batubara antara MT-46 dan Al-52 di
lapangan
2. Menganalisa aktualisasi proporsi pencampuran batubara di lapangan.
3. Menganalisa kualitas batubara yang dihasilkan dari pencampuran batubara
antara MT-46 dan Al-52
4. Menganalisa kualitas batubara yang seharusnya dihasilkan berdasarkan
simulasi

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas batubara yang dihasilkan
oleh pencampuran batubara yang dilakukan pada CHF Load In Muara Tiga Besar,
menganalisa aktualisasi proporsi pencampuran dilapangan, menganalisa faktor
penyebab penyimpangan kualitas yang terjadi dilapangan dan menanggulangi
potensi penyimpangan kualitas yang ada.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Pembentukan Batubara


Batubara merupakan batuan sedimen organik hidrokarbon yang dapat
terbakar serta terbentuk di alam dari akumulasi tumbuhan yang telah mengalami
perubahan, baik secara kimia maupun fisika, dalam kondisi bebas oksigen yang
berlangsung pada tekanan dan temperatur tertentu dalam waktu yang sangat lama.
Pembentukan batubara memiliki beberapa persyaratan yang harus terpenuhi,
seperti iklim yang menunjang dan adanya tumbuh – tumbuhan (vegetasi) yang
lebat. Kondisi tersebut umumnya merupakan daerah dataran rendah, seperti
pantai, rawa – rawa, delta, ataupun cekungan antar gunung (intramountain)
berupa danau, dimana lapisan dasarnya merupakan batuan kedap air
(inpermeable) yang memungkinkan tidak terjadi sirkulasi air yang tinggi.
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan
waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika,
kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk
dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara terbentuk dan faktor-
faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara. Menurut
Muchjidin,(2006), proses terbentuknya batubara adalah sebagai berikut :
1. Tahapan pertama : Proses Pembentukan Gambut
Tahapan pembentukan gambut ini merupakan tahap awal dari rangkaian
pembentukan batubara (coalification) yang ditandai oleh reaksi biokimia yang
luas. Selama proses penguraian tersebut protein dan selulosa mengalami
penguraian lebih cepat bila dibandingkan dengan penguraian material berkayu
(lignin) dan bagian tumbuhan yang berlilin (kulit ari, daun, dinding spora, dan
tepung sari). Karena itulah, dalam batubara yang muda masih terdapat ranting,
daun, spora, bijih dan resin, sebagai sisa tumbuhan. Bagian-bagian tumbuhan itu
terurai di bawah kondisi aerob menjadi karbon dioksida air dan amoniak, serta
dipengaruhi oleh iklim. Proses ini disebut pembentukan humus (humification) dan
hasilnya adalah gambut.
2. Tahapan Kedua : Pembentukan Lignit
Proses terbentuknya gambut berlangsung tanpa menutupi endapan gambut
tersebut. Di bawah kondisi yang asam dengan dibebaskannya H2O, CH4, dan
sedikit CO2 terbentuklah material dengan rumus C65H4O30 atau ulmin yang pada
keadaan kering akan mengandung karbon 61,7%, hidrogen 0,3%, dan oksigen
38%. Dengan berubahnya topografi daerah di sekelilingnya, gambut menjadi
terkubur dibawah lapisan lanau (silt) dan pasir yang diendapkan oleh sungai dan
rawa. Semakin dalam terkubur, semakin bertambah timbunan sedimen yang
menghimpitnya sehingga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu naik
dengan jelas. Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari proses pembentukan
batubara atau yang disebut dengan tahapan metamorfik. Selain itu tahapan kedua
ini membentuk lignit yaitu batubara rank rendah yang mempunyai perkiraan
rumus C79H5,5O14,1.
3. Tahapan Ketiga : Pembentukan Batubara Subbitumen.
Tahapan selanjutnya dari proses pembentukan batubara yaitu pengubahan
batubara bitumen rank rendah menjadi batubara bitumen rank pertengahan dan
rank tinggi. Selama tahapan ketiga, kandungan hidrogen akan tetap konstan dan
oksigen turun. Tahapan ini merupakan tahap pembentukan batubara subbitumen
(sub-bituminous coal).
4. Tahapan Keempat : Pembentukan Batubara Bitumen.
Tahapan keempat merupakan tahapan pembentukan bitumen,pada tahapan
ini kandungan hidrogen turun disertai dengan menurunnya jumlah oksigen secara
perlahan-lahan, namun tidak secepat tahapan-tahapan sebelumnya. Produk
sampingan dari tahap ketiga dan keempat ini yaitu CH4,CO2, dan mungkin H2O.
5. Tahapan Kelima : Pembentukan Antrasit
Tahapan kelima yaitu pembentukan antrasit. Dalam tahap ini, oksigen
hampir kostan, sedangkan hidrogen turun lebih cepat dibandingkan dengan tahap
sebelumnya. Proses pembentukan batubara terlihat merupakan rangkaian reaksi
kimia. Kecepatan reaksi kimia dapat diatur oleh suhu atau tekanan. Suatu diagram
yang menunjukkan proses dekomposisi (penguraian), pengendapan dan tekanan
yang menyebabkan adanya kenaikan rank batubara. (Mulyana hana ,2005).
Tempat terbentuknya batubara dapat dijelaskan dengan 2 macam teori, antara lain:

Universitas Sriwijaya
1. Teori Insitu, menyatakan bahwa semua vegetasi hidup, kemudian mati dan
diendapkan pada tempat itu juga sampai dengan terbentuknya gambut dan
dilanjutkan dengan proses pembatubaraan (coalification).
2. Teori Drift, menyatakan bahwa semua vegetasi hidup kemudian mati,
tertransportasi, dan diendapkan tempat lain sampai terbentuknya gambut dan
diikuti oleh proses pembatubaraan (coalification).
Faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya batubara yaitu adanya
perkembangan dan jenis tumbuh–tumbuhan, keadaan lingkungan pengendapan,
juga adanya proses geologi. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Perkembangan dan jenis–jenis tumbuhan, faktor ini sangat mempengaruhi jenis
dan akumulasi batubara. Berbagai jenis tumbuhan dan bagian – bagian dari
akar sampai bunga, antara lain vitrain terbentuk dari batang kayu yang keras,
yang merupakan batubara yang porous.
2. Keadaan lingkungan pengendapan, lingkungan mempengaruhi jenis, kilap dan
peringkat dari batubara. Keadaan lingkungan ini meliputi : cuaca, iklim, dan
keadaan tanah maupun rawa – rawa tersebut. Pada daerah yang beriklim tropis
maka pertumbuhan hutan yang sangat banyak, akibatnya pada daerah tersebut
kemungkinan besar akan terbentuk batubara. Batubara yang terendapkan pada
daerah tropis dan beriklim hangat akan membentuk batubara yang mengkilap,
sedangkan batubara pada daerah dingin membentuk batubara yang kusam.
3. Proses geologi lainnya yang mempengaruhi pembentukan atau menaikkan
derajat kualitas batubara antara lain :
a. Intrusi, hal ini menyebabkan batubara mengalami metamorfosa kontak
sehingga derajat batubara akan meningkat seperti di Tambang Air Laya.
b. Perlipatan, pada zona perlipatan yang kuat, batubara akan mengalami
kenaikan derajat.
c. Patahan, pada zona patahan batubara akan mengalami metamorfosa akibat
adanya dislokasi. (Sukandar rumidi, 1995)

2.2. Klasifikasi Batubara


Klasifikasi batubara yang digunakan secara umum adalah klasifikasi
menurut ASTM (American Society for Testing Materials). Klasifikasi ASTM ini
didasarkan pada analisa proksimat batubara, yaitu untuk mengetahui karakteristik
dan kualitas batubara dalam kaitannya dengan penggunaan batubara tersebut,
yang meliputi jumlah relatif air lembab (moisture content), zat terbang (VM), abu
(ash), dan karbon tertambat (FC) yang terdapat di dalam batubara. Analisa ini
didasarkan berdasarkan derajat perubahan selama proses pembatubaraan dimulai
dari lignit hingga antrasit.
Pengklasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui variasi mutu atau
kelas batubara. Batubara di UPTE PT. Bukit Asam (Persero), Tbk memiliki
kualitas yang bermacam-macam, kualitas yang bermacam-macam ini dikarenakan
adanya intrusi batuan beku andesit dibeberapa tempat, intrusi ini menyebabkan
pemanasan yang mengakibatkan keluarnya kandungan air dari batubara sehingga
terjadi penipisan lapisan. Faktor inilah yang menyebabkan terbentuknya batubara
untuk dengan kualitas antrasite di daerah penambangan PT. Bukit Asam
(Persero), Tbk.
Kualitas batubara yang ada di Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk secara umum tergolong batubara kelas subbituminous hingga
antrasite. Klasifikasi kualitas batubara PT. Bukit Asam (Persero), Tbk
digolongkan berdasarkan mine brand dan market brand. Mine brand digunakan
untuk batubara-batubara yang berasal dari front penambangan atau batubara yang
baru ditambang, sedangkan market brand adalah untuk batubara-batubara yang
siap untuk dipasarkan ,dijual kepada konsumen, atau batubara hasil pencampuran
atau blending .

2.3. Parameter Kualitas Batubara


Untuk penetapan kualitas suatu batubara ditentukan oleh parameter-
parameter yang terkandung dalam batubara tersebut, parameter tersebut antara
lain (Sunarjianto dkk, 2008):
2.3.1 Analisa Proximat (Proximate Analysis)
Analisa Proximat adalah suatu cara untuk menganalisa atau mengevaluasi
batubara. Analisa proximat memberikan gambaran banyaknya senyawa organik
ringan (volatile matter) secara relative, karbon dalam bentuk padatan (fixed
carbon), kadar moisture, dan zat anorganik (ash), hingga mencakup keseluruhan

Universitas Sriwijaya
komponen batubara, yaitu batubara murni dan ditambah dengan material-materail
pengotor yang ikut bersamanya (impurities). (Muchjidin, 2006). Adapun analis
proximat terdiri dari:
A. Total Moisture (Kandungan Air Total)
Total moisture (TM) disebut juga dengan as received moisture (istilah yang
digunakan untuk pembeli batubara) atau as sampled moisture (istilah yang
digunakan untuk penjual batubara). Total moisture (TM) menunjukan jumlah
semua air yang tidak terikat secara kimiawi, yaitu air yang teradsorpsi di
permukaan, air yang berada di kapiler-kapiler batubara, dan air yang terlarut
(dissolved water). (Muchjidin, 2006)
Total moisture suatu batubara harus selalu diperhatikan, dimana total
moisture suatu batubara dapat berbeda-beda, baik itu moisture batubara pada saat
batubara belum ditambang (batubara front), moisture pada saat batubara sudah
ditambang (batubara stockpile), maupun moisture batubara pada saat mau
dipasarkan (di dalam gerbong).
B. Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture)
Kandungan air bawaan (Inherent Moisture) adalah air yang memenuhi pori-
pori batubara dalam keadaan alami. Kandungan air bawaan ini berhubungan erat
dengan nilai kalori, dimana bila kandungan air bawaan berkurang maka nilai
kalori meningkat (Sukandar Rumidi, 1995).
C. Kadar Abu (Ash Content)
Merupakan sisa-sisa zat organik yang terkandung dalam batubara setelah
dibakar. Kandungan abu tersebut dapat dihasilkan dari pengotor bawaan dalam
proses pembentukan batubara maupun dari proses penambangan (Sukandar
Rumidi, 1995).
D. Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter)
Volatile matter (VM) adalah banyaknya zat yang hilang bila sampel
batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi
oleh kadar moisture). Volatile yang menguap pada pengujian sebagian besar
terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar, seperti hidrogen, karbon monoksida, dan
methane, serta sebagian kecil uap yang dapat mengembun seperti tar dan karbon
dioksida. (Muchjidin, 2006). Zat terbang merupakan zat aktif yang menghasilkan
energi atau panas apabila batubara tersebut dibakar. Pembakaran batubara dengan
zat terbang tinggi akan mempercepat pembakaran karbon padatnya (CV),
sebaliknya zat terbang rendah akan mempersulit proses pembakaran (Sukandar
Rumidi, 1995).
E. Kandungan karbon Tertambat (Fixed Carbon)
Merupakan banyaknya karbon yang terdapat dalam material sisa setelah
volatile matter dihilangkan. Fixed carbon ini mewakili sisa penguraian dari
komponen organik batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang,
hidrogen dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimiawi. Dengan
adanya pengeluaran kandungan air dan zat terbang maka karbon tertambat secara
otomatis akan naik, sehingga makin tinggi kandungan karbonnya kelas batubara
makin baik (Sukandar Rumidi, 1995).
2.3.2 Analisa Ultimat (Ultimate Analysis)
Analisa Ultimat didefinisikan sebagai suatu analisa mengenai batubara yang
untuk mengetahui seberapa besar kandungan unsur karbon, hydrogen, oksigen,
nitrogen dan sulfur dalam suatu batubara. Analisis ultimat setiap unsur ditentukan
dalam suatu sampel analitik dan hasil penentuan dinyatakan dalam basis kering,
bebas mineral matter. (Muchjidin, 2006)
2.3.3 Nilai Kalori (Calorific Value)
Nilai kalori merupakan kemampuan panas yang mampu dihasilkan dari
pembakaran suatu batubara per kilogramnya. Nilai kalori ini dinyatakan dalam
satuan Kcal/kg, BTU/lb, MJ/kg (Muchjidin, 2006). Besar nilai kalori batubara
berbanding lurus dengan jumlah atau persentase karbon yang menyusun batubara
tersebut. Semakin banyak jumlah karbon maka semakin tinggi kalori yang
dimiliki suatu batubara. Sedangkan apabila semakin sedikit jumlah karbon pada
suatu batubara maka akan semakin rendah kalori yang dimiliki oleh suatu
batubara.

2.4 Pelaporan Hasil Analisis Batubara


Pelaporan Hasil analisis dapat dilaporkan dalam beberapa basis, seperti As
Received (ar), Air Dry Based (adb), Dry Based (db), Dry Ash Free (daf), Dry
Mineral Matter Free (dmmf). Batubara terbentuk atas moisture, mineral matter,

Universitas Sriwijaya
dan batubara murni (pure coal). Moisture terdiri dari air bebas dan air lembab,
mineral matter terdiri dari abu dan zat terbang, sedangkan batubara murni terdiri
dari bahan organic, zat terbang dan karbon tertambat. Untuk analisa batubara,
dasar pelaporan yang dilakukan oleh PT Bukit Asam (Persero) Tbk didasarkan
menurut SK Direksi No. 093/KEPT/Int-0100/PB.02.03/2015 yaitu menggunakan
basis as received (ar) sebagai basis pelaporannya.

Gambar 2.1 Komponen Batubara dan Dasar Pelaporan

A. As Received (ar)
Basis as received berarti hasil analisis dihitung dengan memasukkan
kandungan air total dari sampel. Hal ini mungkin dilakukan jika batubara dalam
keadaan basah. As Receive (Ar) dikatakan juga sebagai analisis batubara yang
didasarkan pada kondisi batubara dalam keadaan baru diterima atau disampling.
B. Air Dry Based (adb)
Basis Air Dry Based (adb) merupakan basis dimana sampel batubara yang
dianalisis ditempatkan di udara terbuka, kandungan air totalnya secara perlahan
akan mencapai kesetimbangan dengan kelembaban udara pada atmosfir
laboratorium. Jika kandungan air permukaan dari sampel ini kemudian ditentukan
maka diperoleh kandungan air dalam basis adb.

C. Dry Based (db)


Basis Dry Based merupakan dasar pelaporan dimana sampel batubara yang
diteliti dalam keadaan kering yaitu kandungan air permukaan dan kandungan air
bawaannya adalah nol atau bebas air total.
D. Dry Ash Free (daf)
Basis daf meruapakan analisis yang dilakukan dengan mengabaikan
kandungan abu (ash content) dan kandungan air (moisture content) yang ada
dalam sampel, artinya kandungan abu dan kandungan air dianggap nol. Analisis
dengan basis daf berkaitan dengan material organik murni.
E. Dry Mineral Matter Free (dmmf)
Basis dmmf adalah basis dimana analisis dilakukan untuk memberikan
gambaran mengenai komposisi organik murni, artinya mineral matter yang
terkandung dianggap sama dengan nol, yaitu bebas air total (Total Moisture) dan
bahan mineral (Mineral matter) Pelaporan hasil analisis batubara yang dilaporkan
adalah pada salah satu basis, seperti As Received (ar), Air Dry Based (adb), Dry
Based (db), Dry Ash Free (daf), atau Dry Mineral Matter Free (dmmf) dapat
dikonversi ke basis lainnya, dengan mengacu pada formula konversi analisa
batubara yang ada (Tabel 2.1)

Tabel 2.1. Formula konversi analisis batubara

Universitas Sriwijaya
2.5. Pencampuran Batubara (Coal Blending)
Ragam jenis batubara pada tumpukan-tumpukan yang dimiliki oleh suatu
perusahaan tambang belum tentu selalu dapat memenuhi perimintaan para
pelanggan. Untuk memenuhinya kerapkali perusahaan tersebut harus mencampur
beberapa jenis batubara dari beberapa tumpukan yang dimilikinya dengan
proporsi yang sesuai. (Yakub, 2012)
Pencampuran atau blending adalah penggabungan atau penimbunan secara
bersamaan dan terus menerus dalam waktu tertentu dari dua atau lebih material
(batubara beda kualitas), yang dianggap mempunyai komposisi yang konstan
(parameter kualitas konstan) dan terkontrol proporsinya.
Blending juga diartikan sebagai pencampuran batubara yang berbeda nilai
kalorinya, dimana hasil akhir dari proses pencampuran tersebut diharapkan akan
didapatkan nilai kalori yang sesuai dengan target (permintaan pasar). Tujuan dari
proses blending ini adalah untuk mengoptimalkan agar pemamfaatan nilai
cadangan batubara yang mempunyai nilai kalori rendah, sehingga akan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. (Anwar, 2011)
Langkah-langkah dalam proses pencampuran, antara lain:
- Menghitung proporsi pencampuran untuk mencapai target yang diinginkan
- Mencampurkan dan mengaduknya sampai merata (homogenisasi)
Menghitung proporsi pencampuran tidak sulit dilakukan, tapi mengaduk
campuran sampai merata sangatlah sulit dilakukan, terutama jika pengadukan
dilakukan tanpa peralatan yang memadai. Semakin tidak sempurna suatu proses
pencampuran dan pengadukan, semakin sulit proses pengambilan contonya. Hal
ini karena varian distribusi partikelnya sangat besar sehingga presisi dan akurasi
pengambilan conto semakin rendah.

2.6. Teori Pencampuran Batubara

Pelaksanaan pencampuran batubara ada beberapa hal yang harus menjadi


perhatian :
a. Sebelum blending dilakukan, yang perlu diperhatikan adalah target parameter
kualitas batubara yang ingin dicapai dari blending tersebut.
b. Hanya satu target parameter kualitas batubara yang bisa dicapai dengan tepat
(homogen) dalam satu blending. Parameter lainnya mengikuti sesuai dengan
proporsi blendingnya.
c. Diantara parameter kualitas batubara, ada yang bersifat addictive (dapat
dikalkulasi secara kuantitatif pada saat blending). Dan ada juga parameter
yang tidak bersifat addictive atau tidak dapat dihitung secara kuantitatif
berdasarkan proporsi blendingnya.
d. Parameter yang bersifat addictive termasuk didalamnya semua parameter yang
dinyatakan dalam % dan satuan berat, contoh : Total Moisture, Proximate,
Sulfur, CV, Ultimate, dan lain-lain.
e. Parameter yang bersifat non addictive biasanya parameter yang bersifat
kualitatif seperti : Ash Fusion Temperature, Swelling, HGI, dan parameter lain
yang tidak dinyatakan dalam satuan % berat dan satuan berat. Ada juga
parameter yang sebenarnya addictive, tetapi tidak bisa dikalkulasikan secara
langsung. Parameter ini adalah parameter kuantitatif yang bukan sebagai in
coal. Contoh : Ash Analisis.

2.7. Metode Pelaksanaan Pencampuran


Pelaksanaan proses blending di stockpile harus mengikuti hasil perhitungan
secara teoritis yang telah didukung dengan analisa skala laboratorium, agar
didapat kualitas yang diharapkan. Untuk menerapkan perhitungan secara teoritis
dilapangan perlu diperhatikan bahan baku batubara yang digunakan sebagai
blending, mengingat setiap batubara asal berbeda kualitas.
Prinsip kerja blending di stockpile adalah mencampur dua jenis atau lebih
kualitas batubara dengan proporsi perbandingan yang telah ditentukan. Hasil yang
diperoleh harus benar-benar homogen sehingga dapat memenuhi kualitas
permintaan konsumen.
A. Pelaksanaan Blending dengan Stacker Reclamer (SR)
Pelaksanaan blending mengunakan SR dapat dilakukan di stockpile.
Pelaksanaan blending tersebut dapat dikelompokan dalam beberapa kegiatan. Ada

Universitas Sriwijaya
beberapa metode yang dapat dilakukan pada saat membuat tumpukan yang
sekaligus membentuk formasi blending:
1. Roof type Stockpile (Chevron Method)
Material yang akan diblending ditumpahkan selapis demi selapis secara
bergantian sepanjang blending bed.(Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Roof Type Stockpile (Chevron Methods)

2. Line Type Stacking


Metode ini dilakukan dengan mencurahkan material batubara bagian demi
bagian dalam urutan yang berselang-seling dengan bagian atas atau bawah,
sehingga membentuk seperti batubata.(Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Line Type Stacking


3. Areal Stockpiling
Material yang akan diblending dicurahkan selapis demi selapis secara
horisontal dimana setiap perlapisan diratakan dulu baru kemudian
dicurahkan lapisan berikutnya demikian seterusnya.(Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Areal Stockpiling

4. Axial Stockpiling
Lapisan material yang dicurahkan disusun secara longitudinal dilakukan
dengan menggeser posisi curahan lebih tinggi dan menyamping.(Gambar
2.5)

Gambar 2.5 Axial Stockpiling

Universitas Sriwijaya
5. Continous stockpiling
Hampir sama dengan metode axial stockpiling tetapi ukuran material
tumpukan yang dicurahkan relatif sama tiggi dan sejajar ke samping.
(Gambar 2.6)

Gambar 2.6 Continous Stockpiling

6. Alternatif Stockpiling
Material blending ditumpahkan pada dua tempat dalam jarak tertentu,
lapisan selanjutnya dicurahkan secara bergantian sehingga bertemu
ditengah.( Gambar 2.7)

Gambar 2.7 Alternatif Stockpiling


B. Metode Blending yang Sesuai Dengan Kondisi Stockpile
Metode ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi tumpukan bahan
bleding yang ada pada stockpile. Dan akan berpengaruh terhadap kerja alat-alat
bantu. Adupun peralatan yang digunakan adalah bulldozer, conveyor, afron feeder
dan lainnya.
1. Metode Curah langsung
Alat yang digunakan dua alat penumpah, dua afron feeder dan satu
conveyor. Afron feeder harus dikontruksi sedemikian rupa sehingga debit
batubara yang keluar dapat diatur sesuai denagn proporsi yang diharpakan. Cara
kerja yang dilakukan adalah dua alat penumpah batubara masing – masing
menumpahkan batubara ke apron feeder yang berlainan. Setelah dua apron feeder
penuh maka AF 1 dibuka dengan aliran tertentu, setelah batubara sampai di AF 2,
AF 2 dibuka sesuai dengan proporsi yang ditentukan. (Gambar 2.8)

Gambar 2.8 Metode Curah Langsung (Apron Feeder)

2. Metode Dua Conveyor


Pencampuran dengan metode ini harus menyiapkan dua lahan untuk dua
kualitas atau lebih yang berbeda sebagai bahan blending. Batubara yang akan
diblending dalam hal ini akan masuk pada Conveyor 1 dan 2, dengan kualitas
yang berbeda antara masing-masing conveyor, untuk pencampurannya batubara

Universitas Sriwijaya
pada masing-masing conveyor akan bertemu pada conveyor ke 3 dan kemudian
akan tercampur pada conveyor tersebut.
Pencampuran dengan menggunakan dua conveyor ini memiliki beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Kecepatan conveyor 1 dan conveyor 2 harus sama
b. AF 1 dan AF 2 harus dikonsruksi seperti metode curahan langsung
c. Curahan dari conveyor 1 dan conveyor 2 harus bertabrakan pada saat posisi
curahan masih agak lurus. (Gambar 2.9)

Gambar 2.9 Pencampuran dengan Metode Dua Conveyor

2.8. Perhitungan Proporsi Pencampuran Batubara


Secara matematis, mem-blending dua jenis batubara relatif mudah, tetapi
untuk tiga atau lebih jenis batubara akan menjadi lebih kompleks, karena terdapat
lebih banyak parameter dan kemungkinan kombinasi blending. Oleh karena itu,
software komputer yang sekarang banyak terdapat di pasaran dapat digunakan.
Software-software pencampuran baisa dikembangkan dengan menggunakan
persamaan linier untuk parameter kualitas batubara yang bersifat aditif, terutama
nilai kalor, kadar abu dan kadar belerang (Suprapto,2009).
Rumus sederhana yang biasa digunakan untuk pencampuran atau blending
batubara dengan parameter aditif adalah sebagai berikut (Carpenter, 1995 dalam
Suprapto, 2009)
Xb = α1X1 + α2X2 + …. αnXn

Keterangan:
Xb = parameter kualitas produk blending
α1 = proporsi batubara ke 1 dalam blending
α2 = proporsi batubara ke 2 dalam blending
αn = proporsi batubara ke n dalam blending
X1 = parameter kualitas batubara ke 1
X2 = parameter kualitas batubara ke 2
Xn = parameter kualitas batubara ke n

Langkah-langkah dalam menentukan proporsi campuran batubara adalah


sebagai berikut:
1. Membuat persamaan/pertidaksamaan linier berdasarkan rumus diatas
2. Menyelesaikan persamaan tersebut dengan metode simpleks yang dibantu
oleh Software POM-QM for Windows

2.8.1 Software POM-QM For Windows


Perhitungan pencampuran batubara (blending) dengan kualitas berbeda
dilakukan dengan program linear dan metode simpleks (Syarif, 2013).Metode
simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang
digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan yang
berhubungan dengan pengalokasian sumber daya secara optimal. Metode
simpleks digunakan untuk mencari nilai optimal dari program linier yang
melibatkan banyak constarint (pembatas) dan banyak variabel (lebih dari dua
variabel). (Wirdasari, 2009)
Program POM-QM for Windowsmerupakan perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk membantu menghitung besarnya proporsi dari pencampuran
batubarasehingga perhitungan menjadi lebih mudah. POM-QM for Windows

Universitas Sriwijaya
adalah versi baru dari perangkat lunak windows yang merupakan gabungan dari
POM for Windows dan QM for Windows. Perangkat lunak ini merupakan produk
yang fleksibel dan paling banyak digunakan dibidang manajemen operasi.
Program POM-QM merupakan sebuah program bantu komputer yang memiliki
beberapa metode untuk memecahkan permasalahan–permasalahan yang berkaitan
dengan manajemen operasi dan riset operasi.
Program POM-QM yang digunakan dalam menentukan proporsi
pencampuran (blending) batubara sehingga sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan oleh konsumen dengan prinsip pengaplikasian metode simpleks.
Proses perhitungan metode ini denganmelalui perhitungan ulang (iteration)
dimana langkah-langkah perhitungan yang sama dilakukan berulangsampai solusi
optimal diperoleh.
Program POM-QM for windows memiliki beberapa modul yang dapat
digunakan antara lain:
- Aggregate Planing
- Assignment
- Breakeven / Cost Volume Analysis
- Capital Investment
- Decision Analysis
- Forecasting
- Inventory
- Learning Curves
- Linear Programing
- Layout
- Lot Sizing
- Project Management
- Quality Control
- Reliability
- Simulation
- Statistics
- Waiting Line
- Dan lain-lain
Adapun modul yang digunakan dalam proses perhitungan proporsi batubara
dalam proses pencampuran (blending) batubara pada Software POM-QM For
Windows yaitu Linear Programming.
Langkah-langkah dalam penyelesaian persoalan menggunakan Software
POM-QM for Windows (Hanani, 2007) yaitu:
1. Pilih menu File, kemudian pilih New
2. Secara otomatis kita diarahkan pada menu Module, kemudian pilih program
Linear Programing hingga muncul tampilan seperti Gambar 2.10

Gambar 2.10. Tampilan awal software POM-QM for windows

3. Klik pada bagian untitled(Gambar 2.11) jika ingin memberi judul sesuai
yang diinginkan, atau biarkan saja jika tidak ingin memberi judul (langsung
pada langkah 4).

Gambar 2.11. Tampilan awal module linear programming

Universitas Sriwijaya
4. Isi jumlah batasan pada number of constraint dengan cara mengetik langsung
pada angka yang ada atau dengan mengklik/menggerakkan tanda panah
5. Isi jumlah variabel pada number of variable dengan cara mengetik langsung
pada angka yang ada atau dengan mengeklik/menggerakkan tanda panah
6. Pada objective dipilih sesuai fungsi tujuan, dalam permasalahan ini fungsi
tujuannya adalah memaksimalkan, berarti kita pilih maximize (klik pada
maximize)
7. Tekan OK, sehingga muncul tampilan seperti Gambar 2.12.

Gambar 2.12. Tampilan form pengisian model matematika

8. Isi tabel pada tampilan tersebut sesuai bentuk matematis permasalahan.


Variabel X1, X2 dan constraint 1-2 bisa diubah sesuai nama variabel dan
batasan dengan cara mengetik seperti biasa
9. Klik tanda panah untuk mengganti tanda batasan menjadi <=, = atau >= .
10. Pilih/klik solve, untuk menampilkan hasil analisis (Gambar 2.13).

Gambar 2.13. Tampilan hasil perhitungan


Ada 5 output (tampilan) yang dihasilkan dari penyelesaian soal
menggunakan software POM-QM for Windows yang dapat dipilih untuk
ditampilkan dari menuWindows yaitu:
1. Linear Programming Results
2. Ranging
3. Solution list
4. Iterations
5. Graph
Output-outputini dapat ditampilkan secara bersaman dengan memilih
menu Window – Tile, atau secara bertumpuk dengan menu Window – Cascade.

2.9 Perhitungan Kualitas Akhir Hasil Pencampuran Batubara


Blending dapat dilakukan dengan kalkulasi kualitas blending dengan
rumusan berikut:

( K1 xW1 )  ( K 2 xW2 )  ...( KnxWn )


KC 
(W 1  W 2)  ...Wn

Keterangan :
KC= Kualitas Hasil Blending
K1 = Kualitas Batubara 1 (kcal/Kg)
K2 = Kualitas Batubara 2 (kcal/Kg)
Kn = Kualitas Batubara n
W1 = Berat Batubara 1 (Kg)
W2 = Berat Batubara 2 (Kg)
Wn = Berat Batubara n

Proses pencampuran batubara, memiliki hal-hal penting yang menjadi


perhatian atau pertimbangan utama yaitu:
a. Hasil suatu blending yang homogen sangat diperlukan terutama terhadap
konsumen.

Universitas Sriwijaya
b. Ketidak Homogenan dalam suatu blending akibatnya akan terasa langsung oleh
konsumen pada saat batubara tersebut digunakan.
c. Kesempurnaan dari suatu blending adalah ketepatan dalam pencapaian target
kualitas hasil blending dan Homogenitas hasil blending.

2.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencampuran Batubara


Kualitas batubara hasil pencampuran batubara haruslah sesuai dengan
kriteria kualitas yang diharapakan saat batubara sudah dicampur, dimana hal ini
sangat penting guna menghindari adanya penalty saat penjualan batubara dan
menghindari proses pencampuran ulang. Namun dalam penerapannya proses
pencampuran ini seringkali mengalami perbedaan antara kualitas batubara yang
dihitung secara teoris dengan kualitas batubara hasil pencampuran yang ada
dilapangan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas batubara dari hasil
pencampuran antara lain:
a. Proporsi blending yang akurat
Proporsi blending yang digunakan dalam proses pencampuran pada
batubara haruslah sesuai dan akurat. Proporsi blending yang digunakan
haruslah mengacu pada kualitas batubara aktual dilapangan sehingga
kualitasnya dapat tercapai.
Pencampuran ini juga harus stabil dan konstan agar proporsi
pencampuran yang telah ditentukan dapat tercapai. Proporsi blending ini harus
disesuaikan dengan jumlah alat gali muat dan angkut yang dipakai pada
masing-masing front penambangan, sehingga komposisi berat batubara yang
akan dicampur dapat sesuai dengan proporsi blending yang ditentukan.
b. Sistem blending
Sistem ataua cara sistem pencampuran sangatlah mempengaruhi hasil
dari pencampuran, system pencampuran yang dilakukan haruslah sesuai
dengan metode yang ada, baik itu dilakukan di stacker reiclamer ataupun
dilakukan dengan pada stockpile dengan menggunakan metode curah langsung
ataupun metode dua conveyor.
c. Perhitungan hasil blending yang komperhensip sesuai dengan tipical parameter
yang benar.
Perhitungan hasil pencampuran batubara haruslah sesuai dengan
keadaan kualitas batubara secara aktual dilapangan yaitu didasarkan pada hasil
analisa laboratorium. Perhitungan ini juga harus didasarkan pada typical
parameter yang benar sesuai dengan parameter yang digunakan oleh
perusahaan.
d. Ukuran Batubara dan massa batubara yang hendak dicampur
Dalam pencampuran batubara ukuran batubara yang diblending
haruslah seragam. Ukuran batubara yang diblending ini pada dasarnya dapat
mempengaruhi kehomogenan dari pada batubara yang akan dicampur. Semakin
seragam ukuran butir batubara yang dicampur maka batubara hasil
pencampurannya semakin baik.

2.11. Kegiatan penambangan


Kegiatan penambangan di PT Bukit Asam Tbk, (Persero) dilakukan sistem
tambang terbuka dengan menggunakan metode open pit dan stripping mining.
Metode penambangan yang digunakan pada Tambang Muara Tiga Besar, dan
Tambang Banko Barat adalah konvensional shovel-truck. Pada Tambang Muara
Tiga Besar, digunakan dua metode penambangan, yaitu metode shovel-truck dan
metode continous mining (BWE System). Berdasarkan lokasi kerja maka
penambangan Muara Tiga Besar dibagi dua kelompok yakni Muara Tiga Besar
Utara, dan Muara Tiga Besar Selatan (MTBS).
Kegiatan penambangan pada front MTBS adalah menggunakan metode
kombinasi shovel dan truck. Sistem panambangannya meliputi kegiatan land
clearing, pengupasan lapisan penutup (top soil), penggaruan (ripping), pemuatan
(loading), pengangkutan (hauling), penimbunan disposal (dumping), ripping
Batubara, loading batubara, hauling batubara dan dumping batubara.
1. Land Clearing
Pembersihan lahan (land clearing) dilakukan untuk membersihkan semak-
semak, pohon-pohon dan menyingkirkan material yang akan menghalangi
kegiatan penambangan. Dalam proses land clearing ini, alat yang digunakan
adalah bulldozer Komatsu D 375 A atau setaranya.

Universitas Sriwijaya
Kegiatan pioneering yang merupakan proses lanjutan dari land clearing,
yaitu melakukan penggalian lapisan tanah humus yang berada pada lapisan paling
atas. Tanah humus ini sengaja dipisahkan pada disposal tersendiri untuk disimpan
dan akan ditabur kembali pada saat proses reklamasi. Pada proses ini alat yang
digunakan adalah hydraulic excavator Komatsu PC 1250 sebagai alat gali muat
tanah humus, dumptruck HD 785 untuk pengangkutan tanah humus sejauh
2400m, dan juga bulldozer Komatsu D 375 A sebagai sarana pendukung dalam
proses pembuatan jalan akses menuju tambang (dibantu juga dengan compactor
dan grader), dan membuat saluran air jika diperlukan (Gambar 2.14).

Gambar 2.14 Bulldozer Komatsu D375A melakukan kegiatan pemerataan jalan

Proses selanjutnya yaitu pengupasan lapisan tanah penutup dengan tujuan


untuk membuang material atau tanah penutup di atas endapan bahan galian
tambang sehingga hasil bahan galian tambang dapat bersih tidak tercampur tanah
atau pengotor lainnya, mengurangi biaya pengolahan dan mempermudah kegiatan
penambangan.
2. Penggalian Overburden
Pekerjaan ini dilakukan dengan cara menggali lapisan tanah yaitu
overburden yang jenis materialnya merupakan sandy soil and dry soil dan
kemudian diangkut ke tempat penimbunan yang telah ditentukan (ke lokasi
backfilling timur).
Target rencana produksi Interburden pada tambang Muara Tiga Besar
Selatan (MTBS) bulan Juni 2016 sebesar 300.000 bcm. Penggalian dikerjakan
dengan menggunakan alat excavator Komatsu PC 400, PC 800 dan PC 1250.
Materialnya kemudian diangkut dengan menggunakan alat angkut HD 785
sebanyak 4 unit untuk PC 1250 dan DT CW 33 370 sebanyak 6-7 unit untuk PC
400 dan PC 800.
3. Pemuatan Overburden (Loading Overburden)
Kegiatan ini bertujuan untuk memindahkan Overburden hasil galian ke
dalam alat angkut, yang selanjutnya dibawa ke disposal atau backfilling di sisi
timur dari front dengan jarak 1800m – 2400m. Proses pemuatan ini menggunakan
metode single stopping, sedangkan untuk pola pemuatannya adalah top loading.
Pemuatan material overburden menggunakan hydraulic excavator Komatsu PC
400, PC 800 dan PC 1250 (Gambar 2.6).

Gambar 2.15 Kegiatan pemuatan overburden dari alat gali ke alat angkut

4. Pengangkutan Lapisan Overburden (Hauling )


Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan overburden hasil penggalian
dari front penambangan menuju disposal atau back filling dengan menggunakan
alat angkut. Pemindahan lapisan overburden ini biasanya harus
mempertimbangkan jarak dari disposal atau back filling ke front penambangan
yang sedang digali.
Pengangkutan lapisan overburden ini menggunakan alat angkut berupa HD
785 (Gambar 2.16) dan DT CW 33 370

Universitas Sriwijaya
Gambar 2.16 Pengangkutan lapisan Interburden dengan menggunakan HD

5. Penimbunan Disposal (Dumping)


Setelah penggalian overburden, selanjutnya material diangkut dengan HD
785 dan DT CW 33 370 menuju disposal Muara Tiga Besar Selatan sebelah
Timur (MTBST) dengan jarak kurang lebih 1800 m – 2400 m kemudian material
di dumping, diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan bulldozer D 85 ESS.
6. Ripping Batubara
Ripping bertujuan untuk membongkar/memberaikan batubara dari kondisi
insitu menjadi kondisi loose, sehingga hasil galian dapat diambil dengan mudah
oleh alat muat. Ripping batubara di MTBS menggunakan alat bulldozer Komatsu
D 375 A yang dilengkapi dengan ripper untuk membongkar batubara yang keras
(Gambar 2.17). Kegiatan ripping yang dilakukan antara lain :
a. Bulldozer bergerak mundur kemudian point ripper ditancapkan ke batubara
untuk mengambil posisi penggaruan, kedalaman dari digging depth kurang
lebih 1 meter.
b. Bulldozer bergerak maju yang akan memberaikan batubara. Jarak spasi antar
hasil ripping 1 meter dengan metode silang.
c. Proses ripping ini dilakukan sampai batubara yang akan dimuat
mengahasilkan ukuran butir ≤ 20 cm.
Gambar 2.17 Kegiatan Ripping Batubara sebelum dilakukan penggalian

7. Penggalian Batubara (Digging)


Pekerjaan ini dilakukan dengan cara menggali lapisan batubara kemudian
diangkut ke tempat penimbunan batubara CHF Load In dan stockpile. Penggalian
batubara ini dilakukan dengan menggunakan alat excavator Komatsu PC 400,
kemudian batubara tersebut diangkut dengan menggunakan alat angkut dumptruck
Hino FM 320 PD dengan kapasitas muatan rata-rata kurang lebih 30 ton
8. Pemuatan Batubara (Loading Coal)
Kegiatan ini bertujuan untuk memindahkan batubara hasil galian ke alat
angkut, yang selanjutnya dibawa ke langsung ke CHF Load In MTBS yang
terletak sekitar 4,6 km dari front penggalian, dan jarak dari stockpile ke CHF
Load In kurang lebih 700 m. Untuk aktivitas loading batubara di MTBS alat yang
dipakai adalah hydraulic excavator Komatsu PC 400. Untuk memenuhi satu
vessel alat angkut Hino FM 320 PD berkapasitas kurang lebih 30 ton, maka
excavator PC 400 harus men-dumping batubara sebanyak 10-11 kali.
Saat beroperasi, excavator haruslah berada di posisi yang memiliki elevasi
yang lebih tinggi dari vessel alat angkut, atau posisinya minimal sejajar dengan
vessel / bak alat angkut. Hal tersebut dimaksudkan agar produktivitas alat loading
dapat maksimal.

Universitas Sriwijaya
Gambar 2.18 Kegiatan pemuatan batubara dengan PC 400

9. Pengangkutan Batubara (Hauling)


Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan batubara hasil penggalian dari
front penambangan menuju stockpile atau langsung ke CHF Load In dengan
menggunakan alat angkut dumptruck Hino FM 320 PD sebanyak 7 unit tiap fleet
dengan kapasitas bak / vessel rata-rata 30 ton. Jarak angkut dumptruck
mengangkut material batubara berkisar rata–rata 4,2 km dari front hingga CHF
Load In (Gambar 2.19).

Gambar 2.19 Kegiatan pengangkutan batubara dengan menggunakan Dump Truck


10. Penimbangan batubara
Proses ini dilakukan kegiatan penimbangan berkala terhadap tonase batubara
yang diangkut oleh dumptruck khusus dumping ke stockpile MTB. Batubara yang
diangkut menuju stockpile akan dihitung berat rata - ratanya yang terangkut pada
setiap unit alat angkut. Berat rata-rata tersebut digunakan apabila batubara di
dumping di stockpile ketika CHF Load In dan stockpile ada halangan. Sementara
batubara yang melakukan dumping ke hopper dump station, tonase setiap unit
dumptruck-nya akan dihitung secara otomatis dengan alat sensor digital yang
terpasang pada sistem mekanisnya atau belt scale. Kemudian batubara diangkut
belt conveyor yang terpasang menuju stockpile (Gambar 2.20).

Gambar 2.20 Kegiatan dumping batubara pada CHF Load In Muara Tiga Besar

11. Penimbunan Batubara di Stockpile


Pada proses ini dilakukan penimbunan batubara di temporary stockpile yang
berjarak sekitar 4,8 km dari tempat front penggalian. Lokasi penambangan MTBS
terdapat 3 lokasi temporary stock diantaranya, stock utara, stock selatan, dan
ministock. Penumpukkan batubara disini bersifat urgensi, yaitu dilakukan pada
saat dumping ke CHF Load In tidak bisa dilakukan dikarenakan alasan tertentu,
baik ada kendala teknis atau non-teknis lain. Penumpukan batubara di tempory
stockpile ini sangat dihindari karena membuat pekerjaan menjadi berulang dalam
hal penanganan dan pengangkutan batubara atau dalam istilahnya ”double
handling / rehandling”, selain itu biaya yang dikeluarkan juga lebih besar.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


3.1.1. Wilayah Penambangan di PT. Bukit Asam (PERSERO), Tbk
Wilayah penambangan di PTBA dibagi menjadi tiga site, yaitu Tambang
Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar (MTB), dan Banko Barat. TAL merupakan
site terbesarkan pada UPTE PTBA dengan luas WIUP 7.700 Ha, yang
dioperasikan dengan menggunakan BWE (Bucket Wheel Excavator) pada periode
1981-2012, dan sekarang menggunakan shovel dan truck.
MTB memiliki luas areal 3.300 Ha. Pada tambang ini, dioperasikan dengan
menggunakan shovel-truck sejak akhir tahun 1981 dan menggunakan BWE sejak
akhir tahun 2012. Pada Muara Tiga Besar dibagi menjadi dua yaitu Muara Tiga
Besar Utara dan Muara Tiga Besar Selatan, dimana pada Muara Tiga Besar
penambangan dikelola oleh PT. Pama Persada Nusantara.
Tambang Banko Barat memiliki luas WIUP 4.500 Ha. Tambang Banko
Barat yang terdiri dari Pit I dan Pit III, dimana pada masing – masing Pit telah
dibagi lagi Pit I menjadi Pit I Barat dan Pit I Timur, sedangkan pada Pit III dibagi
menjadi Pit III Timur dan Pit III Barat. Pada tambang ini dioperasikan oleh shovel
dan truck (Yansir, 2011).
3.1.2. Geografi dan Kesampaian Daerah
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
terletak pada posisi 1030 45’ BT – 1030 50’ BT dan 30 42’ 30” LS – 40 47’ 30”.
Sungai yang mengalir di daerah ini adalah Sungai Enim di sebelah timur dan
Sungai Lawai di sebelah barat. Sungai terbesar adalah Air Lawai (terletak di
sebelah Utara front penambangan) mengalir dari Selatan ke Utara dan bermuara
ke Air Enim di Tanjung Enim dan sungai Suban terletak disebelah Selatan front
penambangan. Dengan luas 3 x 3 km2 terdiri dari perbukitan dengan elevasi
tertinggi sampai 371 m (d.p.l) yang merupakan puncak Bukit Kendi dan dataran
rendah dengan elevasi 90 m (d.p.l). Penyebaran lapisan batubara melengkung dari
arah Barat Laut ke arah Tenggara dan membelok ke arah Barat membentuk sudut
tajam hampir 450 sepanjang 4,4 km. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. memiliki 3
lokasi penambangan yaitu Air Laya, MTB, dan Banko Barat. Lokasi
penambangan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. terletak di Kecamatan Tanjung
Agung Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan yang berjarak kurang
lebih 17 km arah selatan kota Muara Enim dan 210 km arah barat daya kotamadya
Palembang.

Gambar 3.1 Foto Udara Lokasi Tambang Batubara PT Bukit Asam (Persero),
Tbk. Tanjung enim (Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PT. BA, 2015)

3.2. Pengamatan pada CHF Load In


Pencampuran batubara antara batubara Tambang Air Laya Barat dan Muara
Tiga Besar Selatan, yaitu batubara dengan minebrand AL-52 dan MT-46 yang
dilakukan oleh PT Bukit Asam (Persero), Tbk dilakukan pada unit CHF load In
Muara Tiga Besar. Pengamatan yang dilakukan penulis pada pencampuran ini
meliputi tonase batubara yang tercatat pada beltscale, ritase alat angkut dan proses
pencampuran yang dilakukan secara aktual.

Universitas Sriwijaya
3.3. Pengambilan Sampel pada Stockpile
1. Contoh yang harus diambil telah mewakili seluruh ukuran butiran yang ada.
2. Ukuran peralatan pengambilan contoh yang digunakan telah sesuai dengan
ukuran butiran yang terbesar. Lebar skop (w) = 2,5 kali diameter (d) rata-rata
ukuran butir yang terbesar.
3. Increment adalah pengambilan contoh batubara dengan satu kali
gerakan dan memakai alat pengambilan contoh, dengan jumlah minimal
pengambilan.
4. Berat minimum satu increment (m) yaitu:
m= 0,06 x “Nominal Upper Size”
Adapun langkah-langkah pengambilan sampel di stockpile yaitu sebagai
berikut :
a. Persiapan personil dan peralatan pengambilan contoh
b. Koordinasi dengan unit kerja pengelola :
1). Lokasi asal, jenis batubara, dan volume
2). Cek lokasi penumpukan batubara
3). Gambar / sketsa tumpukan batubara di stockpile
c. Tentukan tonase satu “consignment” , “Nominal Upper Size” dan berat satu
increment.
d. Berdasarkan kemampuan dan kondisi peralatan yang ada saat ini maka
pengambilan contoh yang paling representatif dengan tinggi tumpukan  2,5
meter.
e. Hitung jumlah min “increment” yang harus diambil dalam satu tumpukan.
f. Ukur panjang, lebar dan tinggi tumpukan.
g. Buat garis imaginer secara memanjang dan melebar pada
permukaan tumpukan.
h. Pastikan bahwa jumlah titik perpotongan garis-garis tersebut banyaknya 1/3
dari jumlah minimum increment.
i. Ambil “increment” dari setiap titik untuk sebanyak tiga
“increment” yaitu :
1). Pertama 1/6 tinggi tumpukan diukur dari permukaan
2). Kedua ½ tinggi tumpukan diukur dengan permukaan
3). Ketiga 5/6 tinggi tumpukan diukur dari permukaan
j. Gabungkan increment-increment yang diambil dari setiap titik secara
memanjang menjadi satu untuk membentuk satu contoh “gross contoh”.
k. Identifikasi setiap contoh dan pemberian label :
1). Nomor contoh / jenis batubara
2). Tanggal/lokasi pengambilan contoh
3). Asal batubara
4). Nama/petugas pengambilan contoh
5). Laporan hasil kerja kepada Ka. Group pada lembar data yang telah
disediakan.

3.4. Proses Pengujian Sampel di Laboratorium


Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk melakukan uji sampel di
Laboratorium adalah :
1. Preparasi
Preparasi contoh merupakan kegiatan persiapan sampel. Preparasi conto
meliputi kegiatan reduksi ukuran butir contoh (size reduction), pencampuran
(mixing) dan pembagian contoh ke dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
analisis kualitas (sample dividing).

Universitas Sriwijaya
Gambar 3.3. Kegiatan Preparasi Sampel pada PT Bukit Asam (Persero), Tbk
(Dokumen Penelitian, 2016)

Untuk melakukan analisa kualitas dibutuhkan batubara dengan ukuran butir


0,25 mm. Preparasi batubara mengalami tiga kali proses pengecilan ukuran yang
pertama yaitu menggunakan alat jaw crusher untuk mendapatkan ukuran butir
sebesar 13 mm. Kedua menggunakan alat hammer mill untuk mendapatkan
ukuran batubara sebesar 3 mm. Yang ketiga atau terakhir menggunakan alat cross
beatermill yang menghasilkan ukuran batubara sebesar 0,025 mm.
2. Pengeringan
Batubaa yang telah mengalami proses pengecilan ukuran dengan alat
peremuk batubara yang ada kemudian dimasukkan kedalam ruang pengering
untuk selama 24 jam, untuk kemudian diuji atau dianalisa kualitasnya.

Gambar 3.4. Kegiatan pengeringan sampel pada drying room PT Bukit Asam
(Persero), Tbk (Dokumen Penelitian, 2016)

3. Analisa Total Moisture


Untuk analisa total moisture siapkan batubara yang telah dipreparasi yang
berukuran 13mm, kemudian timbang tray kosong dan catat sebagai (m1), timbang
1kg batubara masukkan dalam tray dan ratakan, catat sebagai (m2). Masukkan
batubara yang sudah ditimbang ke dalam drying oven pada temperature 400C
selama 2,5-3 jam. Setelah itu timbang batubara dan tray, catat sebagai (m3).
Setelah didapat kadar FM lalu batubara dimasukkan ke dalam hammer mill untuk
mendapatkan ukuran 3 mm. Kemudian timbang 10gr batubara dengan cawan
kosong setelah ditimbang masukkan ke dalam oven bersuhu 105oC selama 3 jam
yang dialiri nitrogen yang berfungsi untuk mengikat uap air agar batubara benar-
benar kering. Setelah 3 jam kadar Moisture In Air-Dry sample akan muncul pada
layar komputer dengan sendirinya.

(a) (b)
Gambar 3.5. (a) Penimbangan sampel pada Top pan Balance dan (b) memasukkan
sampel kedalam drying oven (Dokumen Penelitian, 2016)

4. Analisa ash content


Batubara yang sudah mengalami proses pengeringan diambil sampel dan
ditimbangan sebanyak satu gram untuk dianalisis kadar abunya. Kemudian
batubara yang sudah diambil dan ditimbang tadi dimasukkan ke dalam alat seperti
oven yaitu purnice. Suhu awal untuk melakukan proses pembakaran yaitu 0-
500oC selama satu jam, lalu satu jam kemudian suhu dinaikkan sampai 815oC.
Setelah selesai pembakaran pada suhu 815oC suhu diturunkan lagi ke suhu normal
yaitu 500oC. Pengujian ini dilakukan selama  120 menit.
Batubara yang sudah dibakar kemudian didinginkan dan ditimbang kembali
untuk mengetahui persentase kadar abunya. Jika dalam proses pembakaran masih
banyak sisa abunya maka batubara tersebut mengandung banyak pengotor. Dalam
pengujian ash content terkadang kita menemukan data dimana nilai kadar abunya

Universitas Sriwijaya
tinggi kalori batubara tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh mineral pengotor seperti
besi yang ketika ikut terbakar akan ikut melebur sehingga nilai kalorinya naik.

Gambar 3.6. Ash Furnace (Dokumen Penelitian, 2016)

5. Analisis Total Sulfur


Cara pengujian total sulfur timbang cawan kosong, kemudian pompa
oksigen dinaikkan sebesar 3,25 l/menit. Timbang batubara sebanyak 0,15gr tidak
boleh lebih. Masukkan batubara ke dalam alat uji sulfur LECO S-144DR yang
menggunakan infra red.

Gambar 3.7. Alat pengukur Total Sulfur meliputi Ash Furnace, Timbangan dan
Perangkat Komputer (Dokumen Penelitian, 2016)
Cara penggunaan alat ini adalah dengan mengatur suhu sesuai dengan
furnace temperature dan set point temperatureyaitu 1311,900C. Tunggu beberapa
menit, kemudian kadar sulfur akan muncul pada layar komputer yang telah diatur
secara otomatis.
6. Analisis Calorivic Value
Untuk uji kalori siapkan batubara yang telah ditimbang 1gr, yaitu batubara
yang telah direduksi dengan menggunakan crossbeat yaitu dengan ukuran 0,212
mm. Kemudian pasang benang pada alat pengukur bomb colorimeter. Fungsi
benang adalah sebagai penghantar listrik (pembakar). Setelah itu tunggu hingga
15 menit maka nilai kalori akan muncul dengan sendirinya pada print hasil
pengujian dengan satuan cal/gr.

(a) (b)
Gambar 3.8. a. Pemasangan benang pada komponen bomb calorimeter b. Bomb
Calorimeter (Dokumen Penelitian, 2016)

3.5. Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan perubahan dari data lapangan, disusun
berdasarkan urutan, ditabulasi, kemudian dihitung nilai-nilai yang diperlukan
seperti nilai rata-rata, rumus luasan dan volume bangun ruang, dan hasilnya akan
digunakan sebagai masukan-masukan dalam penggambaran dan perhitungan

Universitas Sriwijaya
selanjutnya yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau perhitungan
penyelesaian.

3.6. Analisa data


Pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pada analisa pada data yang
diperoleh di lapangan yang didasari oleh literatur-literatur yang berhubungan dengan
masalah tersebut.

KAJIAN KETERCAPAIAN KUALITAS PADA PENCAMPURAN BATUBARA


(COAL BLENDING) ANTARA MT-46 DAN AL-52 PADA CHF LOAD IN MUARA TIGA BESAR
PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK.
TANJUNG ENIM

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Pengamatan dan
Pengambilan Data
Data Primer Data Sekunder
-Tonase Batubara -Curah Hujan
-Kualitas Batubara hasil -Target Produksi
pencampuran - Kualitas batubara di
Pengolahan Data front

Pencampuran Aktual di Lapangan

Kualitas Teoritis Kualitas Aktual

Perbandingan Kualitas Teoritis dan Aktual

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.8 Diagram alir analisis kualitas batubara


Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Target produksi batubara mine brand MT-46 pada Bulan April 2016
adalah sebesar 80.000 ton untuk. Rendahnya kualitas batubara dengan mine brand
MT-46 dan tidak adanya permintaan pasar untuk batubara ini, membuat batubara
dengan kualitas ini harus di blending dengan batubara lain untuk menghasilkan
kualitas yang lebih tinggi. Pencampuran batubara yang direncanakan oleh PT.
Bukit Asam (Persero), Tbk untuk batubara dengan mine brand MT-46 yang
berasal dari front penambangan Muara Tiga Besar tersebut adalah batubara
dengan mine brand AL-52, yang berasal dari front penambangan Tambang Air
Laya. Kualitas batubara yang diharapkan dari pencampuran atau blending
batubara ini adalah batubara dengan kualitas Bukitasam-50, dengan kalori 5100
Cal/gr.

4.1 Kualitas batubara di Front Penambangan


Sebelum melakukan tahapan eksploitasi atau pembongkaran pada lapisan
batubara yang akan ditambang, terlebih dahulu dilakukan pengujian kualitas
batubara dengan melakukan pengambilan sampel pada lapisan batubara yang ada
dilapangan yakni melalui kegiatan channel sampling. Pengambilan sampel ini
dilakukan pada permukaan batubara yaitu dari top hingga bottom dari pada
lapisan tersebut dengan melakukan pembuatan sumur uji. Kegiatan Sampling ini
dilakukan guna mengetahui kualitas batubara pada lapisan batubara yang akan
ditambang, agar dapat dijadikan acuan pada tahapan selanjutnya khususnya dalam
penanganan dan pemasaran batubara. Batubara yang didapat dari kegiatan
sampling ini kemudian dianalisa kualitasnya di laboratorium melalui tahapan yang
ada guna mendapatkan parameter kualitas dari batubara terebut.
Hasil pengujian kualitas pada front penambangan Muara Tiga besar dan
Tambang Air Laya menunjukkan bahwa terdapat kualitas batubara cukup beragam
pada masing-masing front.Batubara dari tambang air laya, dengan minebrand AL-
52, nilai kalori batubara yang dihasilkan adalah antara 5328-5399 (Cal/gr)
(Lampiran C), sedangkan untuk front penambangan Muara Tiga Besar dengan
minebrand MT-46, nilai kalori batubara yang dihasilkan adalah antara 4602-
4808 (Cal/gr) (Lampiran D).

4.2 Permintaan Konsumen Untuk Batubara Hasil Blending (Bukitasam-50)


Batubara dengan marketbrand Bukitasam-50 digunakan untuk memenuhi
permintaaan PLTU Suralaya, Tarahan dan Bukit Asam. Pemenuhan permintaan
pasar ini harus memperhatikan spesifikasi atau surat perjanjian kontrak dari pada
konsumen tersebut. Untuk pemenuhan permintaan pasar ini seminimal mungkin
dihindari adanya penyimpangan kualitas pada saat pencampuran guna untuk
menghindari penalty, memaksimalkan bonus pada saat penjualan, menghindari
penurunan kualitas pada saat pengiriman dan menghindari pencampuran ulang,
oleh karena itu PT Bukit Asam (Persero) selalu menyupakan pengiriman kualitas
batubara dengan kualitas yang tinggi.

Tabel 4.1. Spesifikasi untuk Pemenuhan pasar

Parameter CV Gross Spesifikasi Typical


(cal/gr,ar) PLTU BA Suralaya Tarahan
Calorific (%,ar) ≥5000 ≥5000 ≥5000
Total Sulfur (%,ar) ≤ 0,7 ≤ 0,5 ≤ 0,5
Total Moisture (%,ar) ≤ 28 ≤ 28 ≤ 28
Ash content (%,ar) ≤8 ≤5 ≤5

4.3 Mekanisme Pencampuran pada CHF Load In Muara Tiga Besar


Pencampuran batubara yang dilakukan pada CHF Load In Muara Tiga
Besar dilakukan dengan menggunakan metode 2 belt conveyor, dimana kedua
batubara pada masing-masing conveyor satu dan dua (CC-01 dan CC-02) akan
dicampur pada conveyor ketiga (CC03). Batubara yang berasal dari front
penambangan atau batubara yang akan dicampur akan dihauling dengan
menggunakan dump truck ke CHF Load In Muara Tiga Besar melalui dump
hopper. Batubara yang berasal dari front penambangan Muara Tiga Besar Selatan,

Universitas Sriwijaya
batubara akan di dumping pada hopper 1 dan batubara dari front penambangan
Tambang Air Laya barat akan didumping pada hopper 2.

Gambar 4.1 Dump Hopper Muara Tiga BesarPT Bukit Asam (Persero),
Tbk

Batubara yang akan didumping pada dump hopper , sebelum dicampur atau
di blending, direduksi terlebih dahulu ukurannya dengan mengunakan alat
pemecah berupa feeder breaker. Penggunaan alat berupa feeder beaker ini
bertujuan untuk memecah dan mengecilkan ukuran batubara yang relatif masih
berukuran besar sehingga batubara yang menuju conveyor 1 dan 2 ukuran
butirnya relatif akan mengecil dari ukuran aslinya yang berasal dari front
penambangan. Batubara yang masuk ke conveyor 1 dan 2 juga akan ditimbang
melalui belt scale yang berada pada unit CHF Load In untuk mengetahui seberapa
besar tonase batubara yang masuk untuk kemudian dijadikan acuan pembayaran
kepada kontraktor.
Batubara yang telah mengalami pengecilan ukuran oleh feeder breaker
batubara kemudian akan melewati magnetic separator untuk kemudian
ditumpahkan pada chain conveyor dengan kecepatan yang konstan (2 m/s). Dalam
hal ini batubara akan mengalami pencampuran yaitu pada conveyor 3 yakni
melalui batubara yang ditumpahkan pada conveyor 1 dan conveyor 2.

Gambar 4.2 Feeder Breaker pada CHF Load In Muara Tiga Besar

Setelah batubara masuk kedalam conveyor 3, batubara yang masuk akan


melewati metal detector. Metal detector ini berfungsi untuk mencegah adanya
logam atau besi, seperti bagian dari alat-alat penambangan yang terlepas dan
terbawa masuk ke conveyor. Kecepatan pada conveyor 1 dan 2 adalah konstan
yaitu 2 m/s dengan lebar 1200 mm dan kapasitas yang dimiliki adalah 850 ton per
hours untuk masing-masing chain conveyor tersebut. Setelah melewati conveyor
3, batubara yang masuk ke dump hopper akan masuk ke conveyor 4 dan kemudian
akan masuk conveyor 5 dengan kecepatan yang konstan yaitu 4,0 m/s . Batubara
yang berada pada conveyor 5 kemudian akan masuk ke conveyor 6 untuk
dicurahkan pada livestockpile.

Conveyor
Conveyor 1
3

Universitas Sriwijaya
Conveyor
2

Gambar 4.3 Conveyor Pada CHF Load In Muara Tiga Besar

Batubara pada livestockpile kemudian akan dicurahkan pada tumpukan


batubara yang telah ditentukan yaitu diatas Feeder 5. Batubara yang berada pada
Livestockpile ini kemudian akan ditumpuk dan diaduk kembali dengan
menggunakan bulldozer untuk kemudian akan dilakukan pengiriman melalui
feeder untuk kemudian masuk kedalam Train Load Station dan dikirim kepada
konsumen.

Gambar 4.4 Pencurahan Batubara Pada Livestockpile 2


4.4. Pencampuran Batubara secara aktual di CHF Load In Muara Tiga
Besar
Berdasarkan pengamatan proporsi pencampuran secara aktual dilapangan
terlihat bahwa terjadi keberagaman proporsi pencampuran batubara yang
dilakukan pada unit CHF Load In Muara Tiga Besar. Proporsi pencampuran
batubara antara MT-46 dan AL-52 didominasi oleh batubara AL-52 yang jarak
angkutnya lebih dekat dengan unit CHF Load In. Proporsi pencampuran batubara
perharinya yang dapat dilihat dari tonase batubara yang tercatat pada beltscale
yang ada di CHF Load In.
Berdasarkan tabel 4.2 proporsi pencampuran batubara yang dilakukan
perharinya sangat beragam dengan perbandingan pencampuran antara batubara
MT-46 dan AL-52 adalah 1: 1.91 atau 34.37% : 65.63%

Tabel 4.2. Tabel pencampuran Aktual di Lapangan

Hari, Tanggal Tonase MT-46 Tonase AL-52 Proporsi pencampuran


01 April 2016 2414.86 4370.90 1:1.81
02 April 2016 2581.71 4724.53 1:1.83
03 April 2016 4818.85 8288.42 1:1.72
04 April 2016 1881.07 3442.36 1:1.83
05 April 2016 2402.25 4155.89 1:1.73
06 April 2016 1404.40 2541.96 1:1.81
07 April 2016 2282.22 3971.06 1:1.74
08 April 2016 1974.22 3533.85 1:1.79
09 April 2016 6264.00 12089.52 1:1.93
10 April 2016 2726.60 5153.27 1:1.89
11 April 2016 2452.07 4291.12 1:1.75
12 April 2016 2154.69 4201.65 1:1.95
13 April 2016 1221.14 2601.03 1:2.13
14 April 2016 1900.28 3553.52 1:1.87
Hari, Tanggal Tonase MT-46 Tonase AL-52 Proporsi pencampuran
15 April 2016 404.85 724.68 1:1.79
16 April 2016 4196.82 9904.50 1:2.36
17 April 2016 1204.51 2035.62 1:1.69
18 April 2016 4257.50 7450.63 1:1.75
19 April 2016 2550.42 5865.97 1:2.30
20 April 2016 4022.28 7199.88 1:1.79
21 April 2016 662.75 1239.34 1:1.87
22 April 2016 2558.04 5730.01 1:2.24

Universitas Sriwijaya
23 April 2016 4216.02 8895.80 1:2.11
24 April 2016 2346.00 4527.78 1:1.93
25 April 2016 2046.52 3642.81 1:1.78
26 April 2016 3297.91 5969.22 1:1.81
27 April 2016 4119.24 7950.13 1:1.93
28 April 2016 4134.05 8144.08 1:1.97
29 April 2016 2371.10 5026.73 1:2.12
30 April 2016 1689.35 1639.35 1:2.21
Rata-rata 80556.113 154959.73 1:1.91

4.5. Kualitas Batubara Hasil Pencampuran di CHF Load In Muara Tiga


Besar
PT Bukit Asam (Persero), Tbk melalui Satuan Kerja Kendali Produksi
(Kenpro) melakukan sampling sesuai dengan SOP yang telah ditentukan terhadap
batubara yang ada pada livestockpile, untuk mengetahui hasil dari batubara yang
dicampur. Sampling ini dilakukan pada permukaan tumpukan batubara yang ada
pada stockpile.
Berdasarkan hasil uji kualitas yang dilakukan pada batubara yang
dicurahkan pada CHF Load In, didapat batubara dengan Total Moisture sebesar
28,82, Ash sebesar 3.22, Total Sulfur Sebesar 0.41 dan Nilai Kalori sebesar 4953.

Tabel 4.3. Kualitas Batubara Hasil Pencampuran

Parameter Hasil Pengujian

Total Moisture (ar) 28,82


Inherent Moisture (adb) 12.72
Ash (ar) 3.22
Volatile Matter (ar) 33.59
Fixed Carbon (ar) 34.43
Total Sulfur (ar) 0.41
GCV (ar) 4953

4.6. Kualitas Batubara yang Seharusnya Dihasilkan Secara Teoritis


Berdasarkan Simulasi
Pencampuran Batubara untuk membentuk Bukitasam-50 dilakukan antara
Mine Brand MT-46 dan AL – 52, mine brand memiliki parameter masing-masing
untuk total moisture, ash content,total sulfur dan calori value. Parameter-
parameter tersebut kemudian dirata-ratakan untuk kemudian diformulasikan untuk
dilakukan pencampuran.

Tabel 4.4. Kualitas batubara MT-46 dan AL-52 berdasarkan data front

Minebrand PARAMETER
TM Ash Content Total Sulfur Caloric Value
MT-46
30.01 2.41 0.59 4678.25
AL-52 24.66 1.57 0.27 5356.67

Spesifikasi kualitas yang seharusnya dihasilkan dari pencampuran


batubara antara MT-46 dan Al-52 pada front penambangan Muara Tiga Besar dan
Tambang Air Laya Barat.

Tabel 4.4. Kualitas batubara yang dihasilkan berdasarkan simulasi

Perbandingan PARAMETER
Simulasi
TM Ash Content Total Sulfur Caloric Value
(MT : AL)
1:1.0 27.34 1.99 0.43 5017

Universitas Sriwijaya
1:1.1 27.21 1.97 0.42 5034

1:1.2 27.09 1.95 0.42 5048

1:1.3 26.99 1.94 0.41 5062

1:1.4 26.89 1.92 0.40 5074

1:1.5 26.80 1.91 0.40 5085

1:1.6 26.72 1.89 0.39 5096

1:1.7 26.64 1.88 0.39 5105

1:1.8 26.57 1.87 0.38 5114

1:1.9 26.50 1.86 0.38 5123

1:2.0 26.44 1.85 0.38 5131

1:2.1 26.39 1.84 0.37 5138

1:2.2 26.33 1.83 0.37 5145

1:2.3 26.28 1.82 0.37 5151

1:2.4 26.23 1.82 0.36 5157

1:2.5 26.19 1.81 0.36 5163

4.7. Perbandingan Kualitas yang Dihasilkan secara Aktual dengan Kualitas


Teoritis
Proporsi pencampuran batubara aktual yang terjadi dilapangan pada
dasarnya telah melebihi proporsi pencampuran batubara yang telah ditetapkan
berdasarkan simulasi, yaitu dari 1:1,65 menjadi 1,1,9. Namun dalam hal ini
kualitas batuabara yang dihasilkan secara aktual berdasarkan hasil pengujian
dilapangan ternyata tidak sesuai dengan kualitas batubara yang seharusnya
dihasilkan secara teoritis. Dalam hal ini terjadi perbedaan kualitas mencakup total
moisture, ash content total sulfur dan nilai kalori batubara dari batubara hasil
pencampuran.

4.7.1. Perbandingan Selisih Total Moisture


Perbandingan selisih Total Moisture adalah perbandingan jumlah
kandungan air yang tidak terikat secara ilmiah, yaitu menyangkut air yang
teradsorpsi pada permukaan, air yang ada dalam kapiler batubara dan air yang
terlarut dalam batubara. Pada batubara total moisture ini sendiri sangat
dipengaruhi oleh cuaca, seperti curah hujan.
Secara teoritis hasil perhitungan Total Moisture batubara hasil pencampuran
adalah 26.50 % namun berdasarkan kenyataan dilapangan Total Moisture yang
dihasilkan adalah 28.82 % atau terjadi penyimpangan sebesar 2.32%

4.7.2. Perbandingan Selisih Kadar Abu (Ash Content)


Perbandingan Kadar Abu (ash content)adalah perbandingan jumlah sisa-sisa
zat anorganik yang terkandung dalam batubara setelah batubara dibakar.
Secara teoritis hasil perhitungan Kadar abu (ash content) batubara hasil
pencampuran adalah 1.86 % namun berdasarkan kenyataan dilapangan Kadar abu
(ash content) yang dihasilkan adalah 3.22 % atau terjadi penyimpangan sebesar
1.36 %.

4.7.3. Perbandingan Total Sulfur


Perbandingan sulfur adalah jumlah kandungan sulfur yang terdapat dalam
abu batubara (disebut dengan noncombusitible sulfur) dengan combustible sulfur,
atau dapat didefinisikan sebagai perbandingan inorganic dan organic sulfur
Secara teoritis hasil perhitungan Kadar abu (ash content) batubara hasil
pencampuran adalah 0.38 % namun berdasarkan kenyataan dilapangan Kadar abu
(ash content)yang dihasilkan adalah 0.41 % atau terjadi penyimpangan sebesar
0.03 %.

4.7.3. Perbandingan Selisih Nilai Kalori Batubara


Nilai kalori yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila batubara dibakar.
Panas ini merupakan reaksi eksotermal yang melibatkan senyawan hidrokarbon
dan oksigen. Ni
lai kalori ditentukan dari kenaikan suhu pada saat sejumlah tertentu batubara
dibakar.

Universitas Sriwijaya
Secara teoritis hasil perhitungan Nilai Kalori batubara hasil pencampuran
adalah 5124 Cal/gr namun berdasarkan kenyataan dilapangan Nilai Kalori yang
dihasilkan adalah 4953 Cal/gr atau terjadi penyimpangan sebesar 170.54 cal/gr.

4.8. Faktor Penyebab penyimpangan Kualitas dilapangan


Dari perbandingan kualitas batubara hasil pencampuran yang dilakukan
secara aktual dan teoritis didapat perbedaan kualitas batubara yang signifikan,
dimana dalam hal ini terjadi penyimpangan kualitas batubara setelah batubara
dicampur. Adapun penyebab penyimpangan kualitas yang terjadi antara lain
dikarenakan penurunan kualitas batubara di front penambangan, aktivitas coal
getting, metode sampling, proses pencampuran dan kontaminasi batubara di
stockpile.

4.8.1. Aktivitas Coal Getting


Saat proses penambangan sering terdapat kontaminan di dalam batubara
yang diproduksi. Kontaminan yang sering terdapat pada saat penambangan adalah
lapisan overburden yang ikut terambil, posisi bench yang tidak stabil dan
berpotensi longsor sehingga lapisan overburden tercampur dengan lapisan
batubara. Terambilnya lapisan overburden ini akan menjadi pengotor yang
menyebabkan penyimpangan pada kualitas batubara. Selain itu sistem penyaliran
air di front yang kurang diperhatikan mengakibatkan tergenangnya air pada front
penambangan yang menyebabkan peningkatan total moisture.
Penurunan kualitas batubara pada proses penambangan juga dapat
disebabkan karena terambilnya batupack yang merupakan sisipan pada lapisan
batubara dan juga merupakan pengotor pada lapisan batubara yang sulit
dipisahkan. Batu pack yang mirip dengan batubara ini merupakan batuan yang
terbentuk dari silikaan, yang disebut dengan silisified coal. Menurut Tri Anriani
(2012), keberadaan batu silikaan atau batu pack ini pada dasarnya dapat
menyebabkan peningkatan abu yang menyebabkan penurunan nilai kalori yang
signifikan pada batubara.
Batubara

Tanah

Material non batubara

GAMBAR 4.5 Aktivitas coal getting di Tambang Air Laya barat

4.8.2 Penurunan kualitas batubara di front penambangan


Penurunan kualitas batubara sering terjadi pada proses penambangan,
dimana batubara yang telah tersingkap akan mengalami degradasi kualitas karena
terjadinya oksidasi, peningkatan kadar abu dan total moisture akibat lingkungan
luar serta cuaca yang mempengaruhinya. Penurunan kualitas batubara juga dapat
terjadi karena tercampurnya tanah dengan batubara yang disebabkan oleh aliran
air hujan, bercampurnya tanah dengan batubara ini dapat menyebabkan
peningkatan kadar abu atau ash yang dapat berdampak pada penurunan nilai kalori
itu sendiri. Menurut Sulitsya R.S (2013) kenaikan kadar abu 1% yang terjadi di
front penambangan dapat menurunkan nilai kalori batubara sebesar 15,17-74,33
Cal/gr tergantung pada jenis batubaranya.
Curah hujan yang tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan Total
moisture, yaitu dimana air hujan masuk ke rekahan-rekahan dan pori-pori
batubara dan menyebabkan meningkatnya Free moisture yang berdampak kepada
penurunan nilai kalori batubara.

4.8.3 Proses Pencampuran

Universitas Sriwijaya
Pencampuran batubara yang dilakukan antara batubara dengan minebrand
MT-46 dan AL-52 pada dasarnya dilakukan pada CHF Load In atau Dump
hopper. Pada pencampuran ini batubara yang berasal dari front penambangan
Muara Tiga Besar dan Tambang Air Laya di dumping dengan menggunakan
dumptruck ke dump hopper 1 dan 2. Pada proses pencampuran ini seringkali
terjadi ketidaksesuaian penjadwalan antara batubara yang berasal dari front
penambangan dikarenakan perbedaan jarak yang cukup jauh.
Ketidaksesuaian penjadwalan antara kedua front yaitu Muara Tiga Besar
dan Tambang Air Laya dapat membuat laju pengumpanan pada hopper menjadi
tidak sesuai. Hal ini dapat menyebabkan batubara yang akan dicampur menjadi
tercampur tidak sempurna.

4.8.4 Kontaminasi Batubara di Livestockpile


Penurunan kualitas di live stockpile dapat disebabkan karena adanya
genangan air ketika hujan sehingga disekitar tumpukan batubara banyak lumpur-
lumpur yang dapat menempel pada batubara. Kemudian adanya debu-debu karena
aktivitas kerja disekitar ROM, ini dapat nantinya mengurangi kualitas dari
batubara tersebut. Debu-debu karena aktivitas kerja tersebut dapat menempel pada
permukaan dan pori-pori batubara yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar
abu, sehingga dalam hal ini terjadi penurunan nilai kalori yang disebabkan karena
meningkatnya unsur pengotor pada batubara tersebut.

4.9. Penanggulangan Terhadap Penyimpangan yang terjadi


4.9.1. Peningkatan Terhadap Proporsi Pencampuran yang ada
Pengamatan dilapangan menunjukkan, kualitas batubara yang di dapatkan
dari hasil pencampuran seringkali mengalami penyimpangan dikarenakan oleh
peningkatan unsur-unsur atau parameter-parameter pengotor seperti kadar abu,
free moisture dan Total Sulfur yang menyebabkan penurunan terhadap nilai kalori
batubara (Anwar, 2012). Untuk menanggulangi penurunan kualitas yang
disebabkan oleh aktivitas coal getting dan penurunan kualits batubara dilapangan
maka perlu dilakukan. peningkatan terhadap proporsi pencampuran yang ada.

4.9.2 Monitoring Aktivitas Pencampuran


Pencampuran batubara pada CHF Load In Muara Tiga besar menggunakan
metode dua belt conveyor, batubara dari front penambangan TAL Barat dan
Muara Tiga besar akan di dumping dengan menggunakan belt conveyor pada
kedua hopper. Pencampuran yang dilakukan pada CHF Load In harus
menggunakan dua unit hopper agar batubara yang masuk kedalam CHF Load In
kemudian dapat dicampur dengan baik melalui conveyor 1 dan 2, hasil dari pada
pencampuran kemudian akan dicurahkan pada livestock untuk kemudian dikirim
kepada pelanggan dengan menggunakan Train Load Station. Pencampuran ini
harus menggunakan dua hopper agar batubara yang akan dicampur menjadi
homogen dan tidak terjadi penyimpangan kualitas.

4.9.3 Kontrol Kualitas Batubara pada Stockpile

Manajemen stockpile yang baik, seperti pembuatan paritan-paritan atau


sistem penyaliran yang baik perlu untuk dilakukan agar batubara yang ada di
stockpile tidak tergenang ataupun tercampur tanah. Untuk mengurangi potensi
penurunan kualitas batubara yang berasal dari front penambangan setelah
diblending.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dan pengamatan yang dilakukan di
lapangan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pencampuran batubara yang dilakukan PT Bukit Asam (Persero), Tbk pada
CHF Load In Muara Tiga Besar adalah menggunakan metode dua belt
conveyor, dimana batubara yang berasal dari front penambangan yang masuk
dicampur pada Chain Conveyor 3 (CC-03) . Setelah itu batubara akan dialirkan
pada Chain Conveyor 4 (CC-04), Chain Conveyor 5 (CC-05) dan Chain
Conveyor 6 (CC-06) untuk kemudian dicurahkan di livestockpile.
2. Berdasarkan pengamatan dilapangan proporsi aktual pencampuran batubara
dilapangan adalah 1: 1.91 yaitu dengan dengan persentase 34.37% batubara
minebrand MT-46 dan 65.63% batubara minebrand AL-52.
3. Kualitas Batubara yang dihasilkan dari pencampuran antara MT-46 dan AL-52
adalah batubara dengan Total Moisture 28.82%, Ash 3,22%, Total Sulfur
0.41% dan Nilai kalori 4953
4. Kualitas Batubara yang seharusnya dihasilkan adalah batubara dengan batubara
dengan Total Moisture 26.50%, Ash 1.86%, Total Sulfur 0.38 dan Nilai Kalori
5124.

5.1 Saran
1. Berdasarkan penyimpangan yang terjadi dilapangan maka perlu dilakukan
peningkatan terhadap proporsi pencampuran yang ada, monitoring proses
pencampuran pada CHF Load In, dan manajemen stockpile agar kualitas batubara
yang dihasilkan dari pencampuran dapat sesuai dengan kualitas batubara yang
diharapkan.
2. Berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dari hasil pencampuran maka
perlu dilakukannya proses pencampuran kembali terhadap batubara yang
dihasilkan agar sesuai dengan kualitas yang diinginkan oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

.........., 2007. Spesification and Aplication Handbook, 28 th Edition, Komatsu, Ltd.

.........., 2009. Hino 500 Series Drive to Perfection, 6 th Edition, Japan.

Anriani T., Mukiat. dan Handayani HE. 2013. Analisis perbandingan


kualitasbatubara TE-67 di front penambangan dan stockpile di Tambang Air
Laya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan.

Anwar U. dan Arif T., 2011. Model matematika untuk optimasi nilai kalori
batubara blending di PT. Batubara Bukit Kendi Tanjung Enim – Sumatera
Selatan. ISBN : 979-587-395-4

Anwary F., Bahri S. dan Yulhendra D. 2014. Optimasi pencampuran batubara


beda kualitas untuk memenuhi kriteria permintaan konsumen di PT. Allied
Indo Coal (AIC) Sawahlunto, Sumatera Barat.

Ilham, M. S., Widodo, S., dan Rauf, J. H. 2013. Upaya Optimalisasi Proses
Blending untuk Meningkatkan Kualitas Batubara dan Memenuhi Kriteria
Permintaan Konsumen. Jurnal Geosains, 09 (01): 45 – 46.

Indonesianto, Yanto. 2005. Pemindahan Tanah Mekanis. UPN “Veteran”:


Yogyakarta.

Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu dalam Industri Batubara. Institut Teknologi


Bandung Press: Bandung.
Sudarsono, Arief S. 2003. Pengantar Preparasi dan Pencucian Batubara.
Departemen Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan pemanfaatannya. Gadjah Mada University


Press: Yogyakarta.

Sunarijanto dkk. 2008. Batubara: Panduan Bisnis PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
PT Bukit Asam (Persero), Tbk: Jakarta.

Tenriajeng, A. T. 2003. Pemindahan Tanah Mekanis. Gunadarman: Jakarta.

Wirdasari, Dian. 2009. Metode Simpleks dalam Program Linier. Jurnal Saintikom,
06 (01): 278 – 280.

Universitas Sriwijaya
Wulan. (2012). Peningkatan Kualitas Batubara Indonesia Peringkat Rendah
Melalui Penghilangan Moisture Dengan Pemanasan Gelombang Mikro.
Skripsi, Fakultas Teknik: Universitas Indonesia.
LAMPIRAN A
SPESIFIKASI MINE BRAND

Klasifikasi batubara yang digunakan oleh PT Bukit Asam (Persero), Tbk.,


terbagi menjadi dua bagian, yaitu mine brand Banko Barat (BB), Air Laya (AL),
dan Muara Tiga (MT) untuk batubara hasil dari penambangan yang belum
mengalami proses pengolahan (Tabel b.1) dan market brand Bukit Asam untuk
batubara yang telah mengalami pengolahan sebelumnya, seperti dilakukannya
blending, dan lain-lain (Tabel b.2).

Tabel b.1. Penggolongan kualitas mine brand PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
(Keputusan Direksi PT Bukit Asam (Persero), Tbk No 093/KEP/Int-
0100/PB.02.03/2015)

PARAMETER KUALITAS
Mine CV
TM IM Ash VM TS
Brand (kkal/kg,
(%, ar) (% ,ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar)
ar)
BB – 46 26,10 – 28,91 13,39 – 17,91 6,84 – 9,48 28,91 – 33,06 0,21 – 1,50 4600 – 4900

BB – 50 23,11 – 25,19 12,45 - 18,73 4,68 – 8,08 31,70 – 34,02 0,21 – 1,10 4901 – 5200

BB – 52 20,64 – 24,07 10,50 – 16,35 2,64 – 5,65 34,14 - 36,61 0,18 – 1,20 5201 – 5500

AL – 50 23,85 – 27,80 10,45 – 15,62 2,43 – 6,20 33,33 – 35,56 0,23 – 1,10 4910 – 5200

AL – 52 21,96 – 25,19 10,38 – 14,74 2,48 – 5,51 34,11 – 36,30 0,13 – 1,10 5201 – 5500

AL – 55 19,22 – 22,88 8,64 – 13,90 2,07 – 4,99 35,17 – 37,67 0,18 – 1,10 5501 – 5800

AL – 58 15,98 – 19,86 7,14 – 11,49 1,95 – 5,30 36,20 – 39,64 0,25 – 1,20 5801 - 6100

AL – 61 12,80 – 16,96 5,08 – 9,45 1,84 – 6,06 33,05 – 42,96 0,36 – 1,51 6001 – 6400

AL – 64 8,94 – 13, 97 3,00 – 7,11 1,72 – 8,05 33,80 – 42,13 0,29 – 1,51 6401 – 6700

Universitas Sriwijaya
PARAMETER KUALITAS
Mine CV
TM IM Ash VM TS
Brand (kkal/kg,
(%, ar) (% ,ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar)
ar)
AL – 67 7,20 – 10,71 2,39 – 5,80 2,71 – 6,81 33,19 – 42,25 0,18 – 1,56 6701 – 7100

AL – 72 4,80 – 8,57 1,43 – 4,13 2,16 – 8,18 28,51 – 42,71 0,24 – 1,32 >7101

MT – 44 26,33 – 31,48 9,98 – 16,52 4,09 – 9,83 31,46 – 33,99 0,10 – 1,10 4400 – 4600

MT – 46 25,54 – 30,03 10,28 – 16,90 3,04 – 7,22 32,43 – 35,00 0,06 – 0,81 4601 – 4900

MT - 50 23,42 – 27,74 10,29 – 15,21 2,26 – 5,69 33,72 – 36,12 0,09 – 1,35 5201 – 5500
LAMPIRAN B
MARKET BRAND

Kualitas batubara yang merupakan produk pasar (market brand) PT. Bukit
Asam (Persero), Tbk., terdiri dari empat jenis produk, yaitu: Bukit Asam-45,
Bukit Asam-50, Bukit Asam-55, dan Bukit Asam-64 (Tabel b.2).

Tabel b.2. Klasifikasi batubara market brand PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
(Keputusan Direksi PT Bukit Asam (Persero), Tbk No 093/KEP/Int-
0100/PB.02.03/2015).

PARAMETER KUALITAS
Market CV
TM IM Ash VM TS
Brand (kkal/kg,
(%, ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar)
ar)
Bukit Asam- 26,00 – 10,00 – 4,00 – 31,00 –
0,25 – 1,20 4400 – 4600
45 35,00 17,00 10,00 37,00
Bukit Asam- 20,00 – 10,00 – 31,00 –
3,00 – 8,00 0,30 – 1,20 4900 – 5100
50 30,00 14,50 36,00
Bukit Asam- 17,00 – 33,00 –
9,00 – 14,00 3,00 – 8,00 0,45 – 1,20 5400 – 5600
55 26,00 42,00
Bukit Asam- 13,00 – 33,00 –
3,00 – 7,00 4,00 – 8,00 0,40 – 1,20 6300 – 6500
64 17,00 40,00

Dengan adanya spesifikasi mine brand dan market brand ini, maka dapat
mempermudah flexibilitas dalam pemasaran terhdap permintaan pasar domestik
maupun ekspor.

Universitas Sriwijaya
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk No. Dok : BAMSF : PAB : 8.2.4:01:04
LABORATORIUM PENGUJIAN BATUBARA Revisi : 3
JL. Parigi No. 01 Tanjung Enim 31716 Halaman: 1 dari 1

LAPORAN PENGUJIAN BATUBARA

No. Laporan : 1755 / Int-251210000E / PR.03.01 / III /2016 Tanggal : 18 Maret 2016 No. SP : 39 / 251-153 /SPCB/III/2016
: Asisten Manajer Geologi
Nama Pelanggan Tanggal : 15 Maret 2016
Alamat : TANJUNG ENIM

TANGGAL HASIL PENGUJIAN KETERANGAN


No. IDENTITAS
TM *) IM *) Ash *) VM *) FC TS *) GCV *) (Cal/g)
Urut CONTOH PENGAMBILAN TERIMA PENGUJIAN LAP LOKASI LAPISAN SISTEM PENGAMBILAN
% (ar) % (adb) % (adb) % (ar) % (adb) % (ar) % (adb) % (ar) % (adb) % (ar) (adb) (ar)

1 41.115.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 26.0 12.4 1.0 0.8 43.9 37.1 42.7 36.1 0.16 0.14 6391 5399 TAL MT4. / 35 C Channel
2 41.116.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 24.8 13.5 1.8 1.6 40.3 35.0 44.4 38.6 0.31 0.27 6.151 5347 C Channel
3 41.117.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 23.6 11.0 1.6 1.4 41.8 35.9 45.6 39.1 0.49 0.42 6224 5343 C Channel
4 41.118.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 25.3 12.5 2.4 2.0 43.2 36.9 41.9 35.8 0.28 0.24 6250 5336 C Rata rata bobot AL.52 HS

5 41.119.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 24.2 9.8 2.2 1.8 43.4 36.5 44.6 37.5 0.13 0.11 6368 5351 TAL MT4. / 36 C Channel
6 41.120.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 24.2 11.3 2.7 2.3 41.6 35.5 44.4 37.9 0.18 0.15 6270 5358 C Channel
7 41.121.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 25.9 11.4 2.2 1.8 44.0 36.8 42.4 35.5 0.31 0.26 6371 5328 C Channel
8 41.122.3.16 15-Mar-16 15-Mar-16 18-Mar-16 23.3 13.5 0.8 0.7 40.4 35.8 45.3 40.2 0.66 0.59 6.080 5391 C Rata rata bobot AL.52 HS

Catatan :
- Hasil Analisis Normal Test
- Parameter IM : Analisis Inherent Moisture , Acuan : (BS.1016 Part 104.1: 1999 / ASTM D.3173-03 /ISO 17426:2005 )
- Parameter ASH : Analisis Ash Content , Acuan : (BS.1016 Part 104.4: 1998 / A STM D.3174-04/ISO 17426:2005 )
- Parameter VM : Analisis Volatile Matter, Acuan : (BS.1016 Part 104.3: 1998 / ASTM D.3175-07/ISO 17426:2005)

LAMPIRAN D
LAMPIRAN C

- Parameter GCV : Analisa Nilai Kalori Gross , Acuan : ( BS.1016 section 105 : 1992 / ASTM D.5865-07a /I SO 1928 :1995 )
- Parameter TM : Analisis Total Moisture , Acuan : (BS.1016 part 1.1973 / ASTM D.3302-07/ISO 687-1974)
- Parameter TS : Analisis Total Sulfur , Acuan : ( BS.1016 section 106.4.2 : 1996 (HTM) /ASTM D.4239 - 08/I SO 351 : 1997 )
- Parameter FC : Analisis Fixed Carbon , Acuan : Perhitungan
- Laporan Pengujian ini dinyatakan telah divalidasi secara memadai oleh personel yang berwenang pada saat didistribusikan melalui trtansmisi e-Mail.
- User name personel pengirim sama dengan personel yang memvalidasi laporan ini.
- Laporan pengujian dan/atau sertifikat ini hanya melaporkan keadaan pada saat pengujian dilakukan dan diterbitkan dengan itikad baik tanpa prasangka.
- Laporan pengujian ini tidak boleh digandakan sebagian/sepotong-sepotong, kecuali penggandaan secara lengkap dengan persetujuan secara tertulis
oleh Laboratorium Pengujian PTBA Tanjung Enim.
- Ketidaksesuaian mengenai hasil analisis ini dapat menghubungi Laboratorium Pengujian pada kesempatan pertama.
*) Parameter yang sudah diakreditasi
**) Lokasi pengambilan contoh dan Subkontraktor yang berkompeten, dll.

Telah divalidasi oleh :

(Supervisor Preparasi & Analisis Batubara Grup A-D/Deputi Manajer Teknis IV)
KUALITAS BATUBARA TAL BARAT

KUALITAS BATUBARA MTB SELATAN


LAPORAN PENGUJIAN BATUBARA

No. Laporan : 1604 / lnt-251210000E / PR.03.01 / III / 2016 Tanggal : 12 Maret 2016 No. SP : 35 / 231-153 / SPCB / III / 2016
Nama Pelanggan : Asisten Manajer Geologi TAL - MTB Tanggal : 8 Maret 2016
Alamat : Tanjung Enim

TANGGAL HASIL PENGUJIAN KETERANGAN


IDENTITAS
No. Urut TM *) IM *) Ash *) VM *) FC TS *) GCV *) (Cal/gr)
CONTOH PENGAMBILAN TERIMA PENGUJIAN LOKASI LAPISAN SISTEM PENGAMBILAN HASIL ANALISA
%(ar) %(adb) %(adb) %(ar) %(adb) %(ar) %(adb) % (ar) %(adb) %(ar) (adb) (ar)

1 42. 053.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 10-Mar-16 29.90 12.40 2.30 1.84 42.10 33.69 43.20 34.57 0.25 0.20 5911 4730 A1 Channel
2 42. 054.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 10-Mar-16 29.50 13.60 2.10 1.70 42.60 34.80 41.70 34.10 0.53 0.43 5.889 4816 A1 Channel
3 42. 055.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 10-Mar-16 30.50 13.40 1.40 1.12 42.90 34.43 42.30 33.95 0.53 0.43 5958 4782 A1 Channel
4 42. 056.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 10-Mar-16 30.4 11.5 1.9 1.49 43.4 34.1 43.2 34.0 0.18 0.14 5991 4712 MTBS/14 A1 Rata-rata Bobot MT-46 LS

5 42. 057.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 11-Mar-16 28.00 14.00 3.20 2.70 41.60 34.80 41.20 34.50 0.19 0.16 5.820 4873 A2 Channel
6 42. 058.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 11-Mar-16 28.90 15.90 2.30 1.90 41.20 34.80 40.60 34.30 0.15 0.13 5.816 4917 A2 Channel
7 42. 059.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 11-Mar-16 28.60 13.20 1.70 1.40 43.50 35.80 41.60 34.20 0.45 0.37 5.891 4846 A2 Channel
8 42. 060.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 11-Mar-16 27.40 13.30 1.30 1.09 42.40 35.50 43.00 36.01 0.45 0.38 5863 4910 MTBS/15 A2 Rata-rata Bobot MT-46 LS

9 42. 061.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 12-Mar-16 26.50 13.70 3.70 3.20 41.10 35.00 41.50 35.30 0.22 0.18 5939 5058 B Channel
10 42. 062.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 12-Mar-16 26.70 13.60 3.60 3.10 40.60 34.40 42.20 35.80 0.22 0.18 5957 5054 B Channel
11 42. 063.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 12-Mar-16 26.20 14.00 3.60 3.10 39.80 34.20 42.60 36.60 0.20 0.16 5975 5127 B Channel
12 42. 064.01.2016 8-Mar-16 8-Mar-16 12-Mar-16 26.50 13.80 3.60 3.10 40.50 34.50 42.10 35.90 0.21 0.17 5957 5079 MTBS/16 B Rata-rata Bobot MT-50 LS

Catatan :
- Hasil Analisis Normal Test
- Parameter IM : Analisis Inherent Moisture , Acuan : (BS.1016 Part 104.1:1999)
- Parameter ASH : Analisis Ash Content , Acuan : (BS/ISO 1171:2010)
- Parameter VM : Analisis Volatile Matter, Acuan : (BS/ISO 562:2010)
- Parameter GCV : Analisis Nilai Kalori Gross , Acuan : (BS/ISO 1928:2009)
- Parameter TM : Analisis Total Moisture , Acuan : (BS.1016 part 1.1973)
- Parameter TS : Analisis Total Sulfur , Acuan : ( BS/ ISO 19579:2006)
- Parameter FC : Analisis Fixed Carbon , Acuan : Perhitungan

LAMPIRAN E
- Laporan Pengujian ini dinyatakan telah divalidasi secara memadai oleh personel yang berwenang pada saat didistribusikan melalui trtansmisi e-Mail.
- User name personel pengirim sama dengan personel yang memvalidasi laporan ini.
- Laporan pengujian dan/atau sertifikat ini hanya melaporkan keadaan pada saat pengujian dilakukan dan diterbitkan dengan itikad baik tanpa prasangka.
- Laporan pengujian ini tidak boleh digandakan sebagian/sepotong-sepotong, kecuali penggandaan secara lengkap dengan persetujuan secara tertulis
oleh Laboratorium Pengujian PTBA Tanjung Enim.
- Ketidaksesuaian mengenai hasil analisis ini dapat menghubungi Laboratorium Pengujian pada kesempatan pertama.
*) Parameter yang sudah diakreditasi
**) Lokasi pengambilan contoh dan Subkontraktor yang berkompeten, dll.

Telah divalidasi oleh :

Kemas Maulana (Spv. Preparasi & Analisis Batubara A-D)

LAPORAN ANALISA BATUBARA DI STOCKPILE

Universitas Sriwijaya
LAPORAN ANALISA BATUBARA

STOCKPILE

No. Laporan : 1657 / lnt-251210000E / PR.03.01 / III / 2016


Nama Pelanggan : Asisten Manajer Kendali Mutu
Alamat : Tanjung Enim
Tanggal : April 2016

IDENTITAS CONTOH TANGGAL HASIL PENGUJIAN


No. Urut Tonase TM *) IM *) Ash *) VM *) FC TS *) GCV *) (Cal/gr) KETERA
NOMOR SP PENGAMBILAN PENGUJIAN
%(ar) %(adb) %(ar) %(ar) % (ar) %(ar) (ar)

1 STP II. 056.04.2016 1-Apr-16 2-Apr-16 3000.00 26.30 12.30 2.44 35.88 35.38 0.42 5009 F.5/AL
2 STP II. 057.04.2016 2-Apr-16 3-Apr-16 3000.00 28.30 9.20 1.70 32.50 37.50 0.36 4949 F.5/AL
3 STP II. 062.04.2016 3-Apr-16 4-Apr-16 3000.00 29.00 13.60 2.30 34.02 34.68 0.54 4916 F.5/AL
4 STP II. 056.04.2017 4-Apr-16 5-Apr-16 3000.00 27.60 11.30 3.02 34.20 35.18 0.33 5004 F.5/AL
5 STP II. 064.04.2016 5-Apr-16 6-Apr-16 3000.00 29.60 11.00 2.06 33.38 34.96 0.58 4944 F.5/AL
6 STP II. 064.04.2017 6-Apr-16 7-Apr-16 3000.00 28.30 14.50 4.19 33.46 34.05 0.30 4799 F.5/AL
7 STP II. 066.04.2016 7-Apr-16 8-Apr-16 3000.00 30.30 16.90 2.26 34.39 33.05 0.35 4979 F.5/AL
8 STP II. 067.04.2016 8-Apr-16 9-Apr-16 3000.00 29.80 11.00 4.02 31.31 34.86 0.32 4794 F.5/AL
9 STP II. 069.04.2017 9-Apr-16 10-Apr-16 3000.00 30.50 12.80 3.11 34.35 32.04 0.55 4918 F.5/AL
10 STP II. 072.04.2016 10-Apr-16 11-Apr-16 3000.00 27.60 8.30 4.82 32.92 34.66 0.43 5015 F.5/AL
11 STP II. 073.04.2016 11-Apr-16 12-Apr-16 3000.00 29.80 14.20 4.09 30.11 36.00 0.50 4916 F.5/AL
12 STP II. 074.04.2016 12-Apr-16 13-Apr-16 3000.00 27.60 11.30 3.02 34.20 35.18 0.33 5004 F.5/AL
13 STP II. 073.04.2017 13-Apr-16 14-Apr-16 3000.00 28.80 11.80 1.21 32.86 37.13 0.40 5024 F.5/AL
14 STP II. 074.04.2017 14-Apr-16 15-Apr-16 3000.00 29.70 14.60 3.50 33.60 34.20 0.33 5007 F.5/AL
15 STP II. 073.04.2018 15-Apr-16 16-Apr-16 3000.00 27.40 14.10 2.45 35.67 34.48 0.32 4938 F.5/AL
16 STP II. 080.04.2016 16-Apr-16 17-Apr-16 3000.00 27.40 11.00 3.51 33.85 35.24 0.43 5134 F.5/AL
17 STP II. 081.04.2016 17-Apr-16 18-Apr-16 3000.00 29.40 12.20 2.98 32.57 35.06 0.54 4781 F.5/AL
17 STP II. 082.04.2016 18-Apr-16 19-Apr-16 3000.00 30.80 16.10 2.97 32.74 33.49 0.36 4971 F.5/AL
18 STP II. 083.04.2016 19-Apr-16 20-Apr-16 3000.00 29.80 11.50 5.95 30.62 33.63 0.63 4933 F.5/AL

LAMPIRAN F
19 STP II. 084.04.2016 20-Apr-16 21-Apr-16 3000.00 29.00 13.80 4.78 33.11 33.11 0.40 4825 F.5/AL
20 STP II. 087.04.2017 21-Apr-16 22-Apr-16 3000.00 30.60 14.50 4.14 32.31 32.95 0.35 4778 F.5/AL
21 STP II. 088.04.2016 22-Apr-16 23-Apr-16 3000.00 28.10 12.80 2.10 35.60 34.10 0.28 5044 F.5/AL
22 STP II. 089.04.2016 23-Apr-16 24-Apr-16 3000.00 26.70 10.20 3.02 35.10 35.18 0.25 5010 F.5/AL
23 STP II. 090.04.2016 24-Apr-16 25-Apr-16 3000.00 27.90 12.80 2.56 36.22 33.32 0.51 5021 F.5/AL
24 STP II. 091.04.2017 25-Apr-16 26-Apr-16 3000.00 29.70 16.20 2.85 34.65 32.80 0.52 4934 F.5/AL
25 STP II. 090.04.2017 26-Apr-16 27-Apr-16 3000.00 30.50 12.80 3.11 34.35 32.04 0.55 4918 F.5/AL
26 STP II. 091.04.2018 27-Apr-16 28-Apr-16 3000.00 29.70 14.60 3.50 33.60 34.20 0.33 5007 F.5/AL
27 STP II. 090.04.2018 28-Apr-16 29-Apr-16 3000.00 29.80 13.40 3.73 32.75 33.72 0.47 4920 F.5/AL
28 STP II. 097.04.2021 29-Apr-16 30-Apr-16 3000.00 27.10 12.40 4.24 34.79 33.87 0.32 5034 F.5/AL
29 STP II. 098.04.2022 30-Apr-16 1-May-16 3000.00 27.60 10.40 2.83 32.73 36.85 0.18 5049 F.5/AL
RERATA 28.82 12.72 3.22 33.59 34.43 0.41 4953
Catatan:

Telah divalidasi oleh :


Supervisor/ Pengendali Produk : SALMAN

LAYOUT CHF LOAD IN MUARA TIGA BESAR


LAMPIRAN G
CURAH HUJAN PADA FRONT PENAMBANGAN

Daerah sekitar Tanjung Enim mempunyai dua musim, yaitu musim


penghujan, antara November sampai Maret dan musim kemarau antara April
sampai Oktober. Pada temperatur maksimum 380C dan minimum 150C. Dengan
metode penambangan terbuka seluruh aktivitas pekerjaan berhubungan langsung
dengan udara bebas, sehingga iklim yang ada berdampak langsung pada
operasional.
Berdasarkan data pengamatan curah hujan pada tahun 2016, curah hujan
rata-rata untuk Tambang Air Laya ditunjukkan dengan grafik berwarna Biru dan
MTBS dengan grafik berwarna warna merah . Curah hujan tertinggi untuk TAL
dan MTB yaitu pada bulan April 2016.

Universitas Sriwijaya
500

400

300
TAL
200 MTB

100

0
April Mei Juni Juli Agustus

Gambar 3.2. Grafik curah hujan rata – rata Tambang Air Laya dan Muara Tiga
Besar PT Bukit Asam (Persero), Tbk (satuan kerja perencanaan
hidrologi PT Bukit Asam (Persero), Tbk., 2016)

Anda mungkin juga menyukai