Anda di halaman 1dari 7

Konstruksi Kaca

Pada umumnya konstruksi kaca harus mempertimbangkan kekuatan kaca tersebut, baik
kaca sebagai elemen pembatas ruang atau terlebih ketika kaca berperan sebagai elemen
struktur, misalnya sebagai lantai yang harus menahan beban di atasnya. Namun hal lain
yang tidak dapat diabaikan adalah faktor tampilan visual, karena tak dapat dipungkiri
bahwa arsitektur merupakan sebuah produk visual, sehingga kehadirannya juga harus
dipertimbangkan secara visual.

Dalam konteks ini, konstruksi yang digunakan dalam pemasangan kaca sebagai elemen
pencahayaan alami tentu akan memengaruhi tampilan visual bangunan. Dari sisi tampilan,
setidaknya ada dua hal yang kerap menjadi pertimbangan dalam memasang kaca, yaitu:
a) Menggunakan frame
b) Tanpa frame (frameless)

Keduanya tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun dari sisi desain
faktor yang penting diperhatikan tentu saja konsep dan tujuan perancangan itu sendiri.
Dengan memahami konsep dan tujuan perancangan, maka akan lebih mudah untuk
menentukan sistetn pemasangan yang akan digunakan.

a) Menggunakan Frame
Frame (kusen) sebagai sistem struktur dalam pemasangan kaca sudah lama digunakan.
Kusen ini digunakan untuk menjepit kaca pada seluruh sisinya sesuai polanya. Pola segi
empat merupakan pola yang sangat umum digunakan dalam desain dan pemasangan
kaca. Selain karena membentuk pola grid yang teratur, juga lebih terintegrasi dengan
bangunan. Pola ini relatif mudah dalam tahapan konstruksi maupun pemasangannya, di
samping tidak membuang ruang dengan percuma. Berbeda dengan pola segi empat,
pola segitiga membuat banyak ruang yang terbuang walau menciptakan tampilan yang
lebih dinamis. Di sisi lain, pola lingkaran membutuhkan perlakuan yang lebih khusus
karena frame harus dibentuk terlebih dahulu mengikuti pola dan ukuran yang
dikehendaki. Penggunaan frame selain bertujuan sebagai bagian dari sistem struktur
kaca, menjaga agar kaca tetap pada tempatnya, juga berpengaruh pada tampilan
bangunan. Frame akan membentuk garis yang tegas pada bidang-bidang yang
membentuk bangunan dan menciptakan karakter tersendiri pada desain. Oleh karena
itu, pemakaian serta penempatan frame harus dipertimbangkan sejak awal agar
mendukung konsep perancangan arsitektur yang sudah dibuat. Bahkan frame akan
mendomiasi ruang visual ketika dia dihadirkan dengan warna yang dominan. Berikut
ini adalah ilustrasi konstruksi pemasangan kaca dengan frame.
Ilustrasi Potongan Kusen Jendela

Ilustrasi Detail Kusen

b) Tanpa Frame (Frameless)


Berbeda dengan struktur frame, struktur tanpa frame (frameless) tidak menjepit
kaca pada bagian sisi-sisinya, meiainkan pada bagian bidang atau bagian tengah kaca
dengan arah tegak lurus terhadap bidang kaca. Sistem struktur ini menghasilkan
tampilan visual yang lebih jernih, terutama dari sisi luar bangunan karena tidak
menciptakan elemen garis yang mendominasi fasade sebagaimana yang terjadi ketika
menggunakan frame. Secara prinsip kedua sistem tersebut memiliki kesamaan dalam
menjaga kaca agar tetap stabil pada tempatnya, yaitu dengan menjepit kaca. Namun
perbedaannya terletak pada sisi yang dijepit. Struktur frameless atau banyak dikenal
dengan sistem konstruksi spider (spider construction fitting) menjepit kaca pada
bidangnya dengan menembus kaca ke bidang di sisi yang berbeda. Sistem ini memiliki
kekuatan yang lebih besar karena tidak terbatas pada panjang dan lebar kaca
sebagaimana pada sistem yang frame. Kekuatan dan jarak struktur tidak ditentukan oleh
dimensi kaca, namun ditentukan modul dan jarak spider.

Selain digunakan pada jendela dan bidang transparan lain yang terintegrasi
dengan dinding, frame juga sering digunakan sebagai sistem struktur kaca pada atap
dan skylight. Penggunaan frame pada bagian atas bangunan ini terkait erat dengan
kekuatannya, karena beban yang diterima akan lebih besar terkait posisi kaca dan gaya
gravitasi. Namun sebagai bagian dari atap, pertemuan antara frame dan kaca harus
mendapat perlakuan khusus sehingga tidak dapat dilalui air. posisi ini rentan terhadap
masuknya air hujan rnelalui celah yang terbentuk di antara kaca dengan frame. Untuk
itu pertemuan kedua material ini membutuhkan perkuatan yang dapat dilakukan dengan
menambahkan material lain seperti karet. Selain berperan mencegah masuknya air ke
dalam bangunan, karet juga untuk mencegah terjadinya gesekan antara frame dengan
kaca, baik akibat pemuaian maupun akibat gerakan yang terjadi pada bangunan.
Dengan cara itu kaca memiliki ruang gerak yang lebih aman karena dilindungi oleh
karet yang elastis.

Sistem spider ini semakin banyak digunakan terkait dengan konsep minimalis
yang semakin populer. Disisi lain, penggunaan sistem spider juga memudahkan dalam
perawatan bangunan karena relatif lebih mudah dibersihkan, terutama pada sisi luar.
Bentuk struktur yang sangat beragam juga memungkinkan variasi yang lebih fleksibel
dalam desain bangunan. Sistem ini juga dapat menggunakan berbagai sistem struktur
sebagai struktur utamanya, baik baja, kayu, beton, bahkan kaca. Kemudahan dalam
proses pemasangannya merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki sistem struktur
spider, selain kekuatan serta variasi bentuknya. Selain dapat digunakan pada elemen
dinding. Sistem spider juga banyak digunakan sebagai sistem konstruksi kaca pada
bagian atap atau skylight. Beriku ini adalah ilustrasi konstruksi pemasangan kaca
frameless.
STUDI KASUS - HONG KONG INTERNATIONAL AIRPORT
Hong Kong lntemational Airport
merupakan salah satu bandara
terpenting di dunia. Karya Notman
Foster and Partners ini dibangun di
atas tanah reklamasi karena tak ada
lokasi yang memadai akibat
kepadatan bangunan yang sangat
tinggi di Hong Kong. Sebagai salah
satu bandara terbesar di dunia,
HKIA memiliki pendekatan
struktur yang sangat kompleks dan
pemanfataan pencahayaan alami
yang sangat baik dalam memenuhi
kebutuhan pencahayaan di dalam bangunan pada pagi sampai sore hari. Pada bagian
keberangkatan, cahaya alami memiliki akses yang sangat luas ke dalam bangunan melalui
bidang vertikal yang menggunakan kaca sebagai pembentuk dinding. Cahaya alami juga
memiliki akses ke dalam bangunan melalui bagian langit-langit dengan pendekatan desain yang
sangat baik sehingga tidak mengakibatkan glare.

Konsep Perancangan

Gedung terminal
mengembangkan konsep
yang dibuat pada bandara
Stansted, sebuah model
yang telah diadopsi oleh
beberapa perencana
bandara di seluruh dunia.
Hal ini ditandai dengan
penggunaan atap ringan,
bebas dari instalasi
pelayanan, pencahayaan
alami dan integrasi di
bawah terminal utama penanganan bagasi, pelayanan lingkungan dan transportasi. Dengan
ruang yang rapi bermandikan cahaya, mampu membentuk pintu gerbang yang spektakuler ke
kota. Hal yang sama pentingnya untuk menciptakan ruang yang jernih adalah aksentuasi
penekanan titik acuan ke alam, baik di dalam maupun di luar bangunan, penumpang yang
berangkat tetap merasakan keberadaan tanah dan air, serta tetap dapat melihat pesawat. Konsep
yang dikembangkan terlihat diselesaikan dengan sangat baik. Bangunan yang sangat besar itu
terlihat sangat ringan karena penyelesaian desain dengan warna perak dan kejernihan ruang.
Selain membuat bangunan terlihat ringan, wama perak juga memantulkan cahaya dengan baik,
terlebih dengan penggunaan reflektor yang diselesaikan dalam beberapa modul prisma dengan
perhitungan yang matang pada sudut kemiringannya.

Hall keberangkatan dan kedatangan


berada pada level yang berbeda tetapi
disatukan oleh sebuah void yang
berperan sebagai ruang bersama. Void
menciptakan ruang yang sangat luas
dan megah serta berperan
mengantarkan cahaya alami yang
masuk melalui bagian atas dan
samping secara merata ke seluruh
ruang. Pelingkup bangunan yang
didominasi oleh bidang transparan
berperan sangat besar dalam
memasukkan cahaya alami ke dalam
bangunan. Hal ini berperan besar dalam mengurangi penggunaan cahaya buatan yang
membutuhkan energi yang sangat besar. Kualitas kaca yang digunakan mampu mereduksi efek
silau yang diakibatkan oleh cahaya matahari langsung, sehingga informasi visual tetap dapat
dinikmati dengan sangat baik.

Memasukkan Cahaya

Upaya mengoptimalkan
cahaya matahari dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
Cahaya dimasukkan dari
berbagai arah. Dalam hal ini
bentuk bangunan yang
menyerupai pesawat terbang
menciptakan ruang-ruang
yang ramping. Bentuk yang
ramping memungkinkan
cahaya masuk dengan baik
dari berbagai sisi bangunan.
Upaya ini tidak hanya
dilakukan pada hall kedatangan dan keberangkatan yang memiliki volume ruang yang lebih
besar, tetapi juga dilakukan pada ruang lain, termasuk ruang boarding. Skala ruang yang lebih
kecil dibagi ke dalam dua level, menciptakan kesan ruang yang lebih akrab dan suasana yang
nyarnan sebagai ruang tunggu. Cahaya masuk melalui dua bagian, rnelalui dinding dan atap,
pada bagian dinding, selain berperan sebagai akses cahaya alami, dinding kaca juga
memungkinkan terciptanya interaksi visual antara bagian dalam dan luar. Penumpang dapat
melihat kondisi alam yang didominasi perbukitan, serta memiliki akses terhadap lalu lintas dan
ruang parkir pesawat.
Bidang transparan pada sisi bangunan yang berperan besar memasukkan cahaya pada ruang
tunggu (ruang boarding) diperkuat dengan struktur baja sehingga memungkinkan terciptanya
bidang yang lebih luas dan memasukkan cahaya dengan kuantitas yang lebih besar. Struktur
ini juga menciptakan desain yang menyatu dengan elemen ruang lainnya. Kesan ringan dan
jernih yang menjadi konsep bangunan pun tetap dapat dipertahankan.

Pemanfaatan cahaya alami pada bangunan tidak hanya dilakukan pada ruang-mang utama
seperti ruang kedatangan, ruang keberangkatan, serta ruang tunggu, tetapi juga pada beberapa
ruang koneksi atau ruang penghubung. Ruang koneksi yang menghubungkan ruang kedatangan
dengan berbagai moda transportasi lain, seperti terminal bis dan Airport Express. Cahaya alami
dioptimalkan dengan sangat baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan cahaya pada ruang-
ruang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai