Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas Berkat dan karunia-NYA, saya dapat menyelesaikan tugas makalah
“CHILD ABUSE” Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan dan pertumbuhan ABK yang mencangkup aspek pengertian,
klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, evaluasi diagnostic, penatalaksanaan Child
Abuse. Dengan memahami aspek tersebut, diharapkan bagi semua orang yang
membaca makalah ini, dapat memahami isi makalah. Semoga makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses belajar dan
pembelajaran. Kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saya mohon maaf bila ada suatu informasi yang salah dan kurang
lengkap. Saya juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai
makalah ini, sehingga saya dapat membuat mkalah yang lebih baik lagi
dikemudian hari.

Surakarta, 27 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2
Rumusan Masalah
.......................................................................................................... 1 1.3

Tujuan
............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1

Pengertian Child Abuse


.................................................................................................. 3 2.2

Klasifikasi Child Abuse


.................................................................................................... 3 2.3

Etiologi Child Abuse


....................................................................................................... 6 2.4

Manifestasi klinis Child Abuse


....................................................................................... 7 2.5

Evaluasi diagnostic Child Abuse


..................................................................................... 9 2.6

Penatalaksanaan Child Abuse


........................................................................................ 11 BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan
.................................................................................................................... 14 3.2

Saran
.............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela di mana-mana.
Hampir setiap hari di media masa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan
yang merenggut nyawa anak tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi
mengundang keprihatinan dari banyak pihak terutama komnas anak yaitu KPAI.
Kekerasan memiliki dampak negative secara psikologis terhadap anak yang
menjadi korban kekerasan dari orang terdekat seperti orang tua, keluarga,
pengasuh, tetangga, guru dan yang terdekat di lingkungan anak. Kekerasan pada
anak tentu memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku anak di masa
yang akan datang. Sekjen KPAI, Erlinda mengatakan kasus kekerasan terhadap
anak dapat dikatakan sudah memasuki 'fase darurat' sebab sampai awal Mei 2014
saja sudah terjadi lebih dari 400 kasus. Kasus kekerasan anak ini, tambahnya,
membutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah pusat agar tidak semakin
meningkat. "Ya kami berharap ada instruksi presiden dan aparat penegak hukum
agar benar-benar memperhatikan masalah perlindungan anak. "Setelah kasus
kekerasan seksual terhadap siswa TK sekolah internasional di Jakarta, muncul
kasus pedofil di Sukabumi dengan jumlah korban 110 anak dan pelakunya satu
orang. Tim KPAI memulihkan psikologis para korban telah dilakukan bekerja
sama dengan pemerintah kota Sukabumi, dengan dibantu relawan karena jumlah
korban yang besar. Bukankah fenomena tersebut sangat berdampak buruk secara
psikologis terhadap perkembangan anak? Kekerasan pada anak merupakan
masalah serius yang seharusnya mendapatkan perhatian bagi masyarakat karena
akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap lingkungan sekitar
mereka. Dalam ilmu psikologis, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
untuk memberikan penanganan terhadap korban yang pernah mengalami
kekerasan. Salah satu pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan
hipnoterapi, dimana posisi terapi sadarlah menggali segala informasi dalam alam
bawah sadar seorang individu agar mengetahui permasalahan yang sedang
dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Child Abuse?
2. Klasifikasi Child Abuse?
3. Etiologi Child Abuse?
4. Manifestasi klinis Child Abuse?
5. Evaluasi diagnostic Child Abuse?
6. Penatalaksanaan Child Abuse?

C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinis, evaluasi diagnostic, penatalaksanaan child abuse.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
- Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak
sehingga tidak optimal lagi.
- Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak,
menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan
seksual.
- Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap
anak,dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap
anak.
- Physical abuse adalah penganiayaan fisik ketika anak-anak mendapatkan
luka atauterluka oleh karena tindakan orang tua atau orang lain.
- Physical abuse terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung anak (
ketikasebenarnya anak membutuhkan perhatian ) melakukan pemukulan
atau kekerasansecara fisik pada anak.
B. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik
kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1. Stress yang berasal dari anak
a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik
anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah
anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda
dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.
b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga
anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi
denganlingkungan di sekitarnya.
c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah
cenderungmengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak
yang memilikitemperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang
memiliki temperamenkeras cenderung akan melawan bila dibandingkan
dengan anak bertemperamenlemah.
d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak
sewajarnyadan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan
bertingkah aneh didalam keluarga dan lingkungan sekitarnya.
e. Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar
disebabkanorangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati
dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada
hubungan emosionalyang kuat antara anak angkat dan orang tua.
2. Stress keluarga
a. Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor
terkuat yangmenyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua
faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga
apapun akan dilakukanoleh orangtua terutama demi mencukupi
kebutuhan hidupnya termasuk harusmengorbankan keluarga.
b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga
berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab
lingkungansekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk
kepribadian dantingkah laku anak.
c. Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak
akankehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.
d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya
perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa
yangdiinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental,
dsb.
3. Stress berasal dari orangtua
a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan
kekerasan, sebabanak selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu
mengecewakan orang lain.
b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami
perlakuansalah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap
orang lain atauanaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang
pernah dialaminya.
c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis
akanmembuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak
mampumemenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung
menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan
tindakan kekerasan.
C. Klasifikasi
1. Emotional Abuse
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak,
meneror,mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan
membuat anak merasadirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak
bernilai. Hal ini akanmenyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental
dan emosional anak.
– Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan.
– Indikator perilaku
– kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-mukul)
2. Physical Abuse
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau
tindakan yangdapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga
diartikan sebagaitindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga
mencederai anak. Biasanya berupaluka memar, luka bakar atau cedera di
kepala atau lengan.
– Indikator fisik
– luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang
tercabut,cakaran –Indikator perilaku.
– waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilakuekstrem seerti
agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk pulangke
rumah, menipu, berbohong, mencuri.
3. Neglect
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi
anak, sepertitidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian,
pengobatan, ataumeninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang
tidak dapat merawatnya .
– Indikator fisik
– kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,kurangnya
perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani. –Indikator kebiasaan
– Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada
masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian
yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.
4. Sexual Abuse
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil
gambar pornografianak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.
– Indikator fisik
– kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju
dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di
areagenital/ rektal, berpenyakit kelamin.
– Indikator kebiasaan.
– pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual yangtidak sesuai
dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul denganteman
sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku
permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk
sekolah, gangguantidur, perilaku regressif (misal: ngompol)
D. Dampak Child Abuse
Child abuse ini menimbulkan dampak (Moore, 2004) diantaranya :
1. Anak kehilangan hak untuk menikmati masa kanak-kanaknya. Anak bisa
sajakehilangan keceriaannya karena kekerasan yang dialaminya hingga
malas untuk bermain.
2. Sering menjadi korban eksploitasi dan penindasan dari orang dewasa.
Anak yang pernah menjadi korban kekerasan lagi dan semakin ditindas
orang dewasa bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Sering pada saat dewasa membawa dampak psikologis : labilitas emosi,
perilakuagresif, tindak kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, perilaku sex
bebas, dan perilakuanti sosial.
4. Kerusakan fisik : pertumbuhan dan perkembangan tubuh kurang normal
atau bahkanmengalami kecacatan dan rusaknya sistem syaraf.5.Besar
kemungkinan setelah dewasa akan memberi perlakuan keras secara fisik
padaanaknya.6.Akibatnya yang paling fatal adalah kematian
E. Manifestasi klinis
Tanda fisik yang bisa dijumpai pada physical abuse :

➢Cidera Kulit

` Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan
palingmudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong
dengan bekasgigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau
memar padatempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu
telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap
penyembuhan menunjukkanadanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar
berbentuk objek yang dapat dikenaliumumnya bukan suatu kebetulan.

➢Kerontokan Rambut Traumatik

Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau


dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat
memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat
membantumembedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-
penganiayaan.

➢Jatuh

Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang


tampak adalahcidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan
trauma yang dialamitersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan
terhadap anak.

➢Cidera Eksternal pada Kepala,

Muka dan Mulut Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada


kanal telinga luar, bibir pecah- pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada
lidah dan kedua mata biru tanpatrauma pada hidung, semuanya dapat
mengindikasikan adanya penganiayaan

➢Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya

Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil
dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar
daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan
jahat yangdisengaja.

➢Sindroma Bayi Terguncang

Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak,


menyebabkanregangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menimbulkan
cidera berat padasystem saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera eksternal.

➢Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan

Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau
dislokasikarena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang
tidak terjadi secara kebetulan. Menurut American Academy Of Child Adolescent
Psychiatry (2007) anak telah mengalami penganiayaan dapat menunjukkan ciri-
ciri :
1. Mempunyai gambaran diri yang lemah & tidak bisa menjalankan peran
2. Ketidakmampuan untuk percaya atau mencintai orang lain
3. Agresif, mengganggu, dan berperilaku tidak benar
4. Kemarahan dan amuk, merusak diri sendiri, pemikiran tentang bunuh diri
5. Pasif, menarik diri, dan perilaku mengandung kutukan
6. Ketakutan melakukan aktivitas atau hubungan interpersonal yang baru
7. Khawatir dan takut, merasa sedih yang berlebih atau merasa tertekan
8. Permasalahan sekolah atau kegagalan dan penyalahgunaan NAPZA
9. Gangguan tidur, mimpi buruk

Menurut Child Welfare Information Gateway (2006) tanda dan gejala yang
seringdijumpai pada physical abuse adalah :
1. Anak :
a. Menunjukkan adanya perubahan yang mendadak di dalam perilaku atau
prestasi sekolah
b. Belum atau tidak menerima bantuan baik secara fisik maupun
permasalahanmedis yang seharusnya diberikan oleh orang tua
c. Selalu dalam kewaspadaan seolah-olah bersiap mengahadapi sesuatu
yangtidak menyenangkan/mengancamnya akan terjadi
d. Menuntut yang berlebihan, pasif, menarik diri
e. Datang ke sekolah dan aktifitas lain lebih awal dan pulang terlambat
(sepertiingin pergi dari rumah).
2. Orang tua :
a. Pengawasan orang tua yang kurang, menunjukkan perhatian yang
sedikit padaanak
b. Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak baik tentang
permasalahan di sekolah maupun di rumah
c. Meminta pada guru atau pejabat di sekolah untuk menggunakan
kekerasan fisik dalam menegakkan disiplin pada anak yang berbuat
nakal/jahat
d. Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga atau membebani
e. Menuntut tingkatan fisik serta pencapaian akademis yang tidak
mungkindicapai oleh anak.
3. Orang tua dan anak :
a. Jarang bersentuhan atau saling berpandangan
b. Memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai hal negatif
seluruhnya
c. Mengatakan tidak suka satu sama lain.

F. Evaluasi Diagnostik
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologik yang
lengkap, dan laboratorium.
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
– Penganiayaan fisik
Tanda patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa:
1. Luka memar, terutama di wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau
punggung.
2. Luka bakar yang patogomonik dan sering terjadi: rokok,
pencelupan kaki-tangan dalam air panas, atau luka bakar berbentuk
lingkaran pada bokong.Luka bakar akibat aliran listrik seperti oven
atau setrika.
3. Trauma kepala, seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial,
perdarahanretina, dan fraktur tulang panjang yang multipel dengan
tingkat penyembuhanyang berbeda.
4. Trauma abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala
dan tulang pada penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih
dominan pada anak di atasusia 2 tahun. –Pengabaian
– Pengabaian
1. Pengabaian non organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi
yangmengakibatkan kegagalan mengikuti pola pertumbuhan dan
perkembangananak yang seharusnya, tetapi respons baik terhadap
pemenuhan makanan dankebutuhan emosi anak.
2. Pengabaian medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai
padaanak penderita penyakit kronik karena orangtua menyangkal
anak menderita penyakit kronik. Tidak mampu imunisasi dan
perawatan kesehatan lainnya.Kegagalan yang disengaja oleh
orangtua juga mencakup kelalaian merawatkesehatan gigi dan
mulut anak sehingga mengalami kerusakan gigi.

– Penganiayaan seksual
Tanda dan gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari:
1. Nyeri vagina, anus, dan penis serta adanya perdarahan atau sekret
di vagina.
2. Disuria kronik, enuresis, konstipasi atau encopresis.
3. Pubertas prematur pada wanita
4. Tingkah laku yang spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan
temansebaya, binatang, atau objek tertentu. Tidak sesuai dengan
pengetahuanseksual dengan umur anak serta tingkah laku yang
menggairahkan.
5. Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan bunuh diri, perasaan
takut padaorang dewasa, mimpi buruk, gangguan tidur, menarik
diri, rendah diri,depresi, gangguan stres post-traumatik, prostitusi,
gangguan makan, dsb.
 Laboratorium
Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada
penganiayaanseksual, dilakukan pemeriksaan:
1. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah
penganiayaan seksual.
2. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
3. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
4. Analisa rambut pubis
 RadiologiAda dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis
perlakuan salah pada anak,yaitu untuk:
1. Identifiaksi fokus dari jejas
2. Dokumentasi
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya
dilakukanuntuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun
hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam
pergerakan pada saat pemeriksaanfisik. Adanya fraktur multiple dengan
tingkat penyembuhan adanya penyaniayaanfisik.

 CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
hanyadiindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang
mengalami traumakepala yang berat.
 MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut
dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
 Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
 Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaanseksual.
G. Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak
adalah melalui:
1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program
yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat.
 Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera
Individu :
– Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah, dan
masyarakat
– Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
– Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
– Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
– Pelayanan referensi perawatan jiwa
– Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini perilaku
kekerasan.
Keluarga :
– Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah, institusi di
masyarakat
– Memfasilitasi jalinan kasih ocial pada orangtua baru.
– Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak lanjut
(follow up)
– Pelayanan ocial untuk keluarga
Komunitas :
– Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
– Mengurangi media yang berisi kekerasan
– Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti:
pelayanan krisis,tempat penampungan anak/keluarga/usia
lanjut/wanita yang dianiaya
– Kontrol pemegang senjata api dan tajam
 Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang
stress
Individu :
– Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada
keluarga padatiap pelayanan kesehatan
– Rencana penyelamatan diri bagi korban secara adekuat
– Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta bantuan dan
perlindungan
– Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban
Keluarga :
– Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
– Rujuk pada kelompok pendukung di masyarakat (self-help-group).
Misalnya: kelompok pemerhati keluarga sejahtera
– Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang memberikan
pelayanan pada korban
Komunitas :
– Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan pada
korbandengan standar prosedur dalam menolong korban
– Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi respon,
melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak
hukum/dinas sosial untuk pelayanan segera.
– Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera khususnya bayi dan
anak.
– Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan pemerintah
setempat
– Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
– Kontrol pemegang senjata api dan tajam
 Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan
kekerasan
Individu :
– Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban
– Konseling profesional pada individu
Keluarga :
– Redukasi orangtua dalam pola asuh anak
– Konseling profesional bagi keluarga
– Self-help-group (kelompok peduli)
Komunitas :
– “Foster home”, tempat perlindungan
– Peran serta pemerintah
– “follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
– Kontrol pemegang senjata api dan tajam
2. Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan
yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran
biologi. Perluditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan
harud dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu
meningkatkan keamanan anak di sekolah.Sikap atau cara mendidik anak
juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniayaemosional. Guru juga dapat
membantu mendeteksi tanda2 aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada
anak.

3. Penegak hukum dan keamanan


Hendaknya UU no.4 thn 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkansecara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua
bentuk penganiayaandan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa
“anak berhak atas perlindunganterhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
secara wajar.
4. Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya
diikuti olehartikel2 pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak
baik jangka pendek maupun jangka panjang diberitakan agar program
pencegahan lebih ditekankan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik, seksual atau
emosional atau penelantaran anak atau anak-anak. Penyalahgunaan anak
dapat terjadi di rumah anak, atau dalam organisasi, sekolah atau komunitas
anak berinteraksi. Ada empat kategori utama kekerasan terhadap anak:
pengabaian, kekerasan fisik, kekerasan psikologis atau emosional, dan
kekerasan seksual. Etiologi, fator penyebab kekerasan pada anak baik
kekerasan fisik atau psikhis yaitu: Stress yang berasal dari anak, Stress
keluarga, dan Stress berasal dari orangtua. Manifestasi klinis atau dampak
dari kekerasan anak baik fisik atupun pshikis yaitu: Akibat pada fisik anak,
Akibat pada tumbuh kembang anak, Akibat dari penganiayaan seksual.
Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis yang lengkap,
laboratorium dan radiologi. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan
dan kekerasan pada anak adalah melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan,
Penegak hukum dan keamanan dan Media massa.

B. Saran
Kekerasan memang tidak dapat ditolerir, apalagi terhadap anak.
Menyarankan agar orangtua bahkan semua orang 'bergerak' bila mengetahui
anak mengalami kekerasan. Tidak perlu ragu meski pelaku kekerasan datang
dari kerabat atau pasangan Anda sendiri. Sebab bila ada seseorang yang
mengetaui ada anak mendapat kekerasan, namun tidak ada tindakan akan
terancam tahanan 5 tahun penjara sesuai pasal 78 Tahun 2002. Berpikir untuk
bertindak menyudahi kekerasan ini merupakan langkah apik yang pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Budi Keliat. 1998.Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta : FIK
UI

Ennis Sharon Axton. 2003. Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson


Education,New Jersey.

Moore, Frazier. 2004. Humas Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung :


PT. Remaja Rosdakarya.

Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak I . Jakarta : EGC.

Whaley’s and Wong. 1996.Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition,Mosby


Company.

Sowden Betz Cicilia. 2002.Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai