Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH METODE KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR TERHADAP

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA PASIEN


DI RUANG GRIYATAMA RSUD TABANAN

I Ketut Suardana, I G.A. Ari Rasdini, Ni Nyoman Hartati.


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar

suardanamambal@yahoo.com

Abstract. Communication frame work has been done at Tabanan Hospital based on
konventional model without clearly topic. The problem appear is nurses didn’t known patient
problem completely. Effective communication based SBAR when handover time has been
applaid at Sanglah Hospital whenever fulfill JCI (Joint Commission Internasional) standard.
Effective communication verry important to ensure patient safety and quality services. The
aim of this research is to analysis the effect of SBAR communication with efectivity of
handover. Desain of this reserch is quasi eksperiment from 27`nurses at Griyatama word
Tabanan hospital with total sampling technic. Data was collected by observation process,
conten and time handover on July-September 2015. Statistic test by t test with α = 0.05.
Everage of time for handover in the morning shift after treatment is 5,73 minute and afternon
3,48 minute. The conclussion is the effect of SBAR communication model for effectivity of
handover with r =0,832 and t = 4,847 and p value 0,001 (< α = 0,05).
Keywords : effectivity, SBAR Communication, Handover

Abstrak. Kerangka komunikasi yang digunakan di RSUD Tabanan selama ini masih
berdasarkan pola komunikasi konvensional tanpa ada kejelasan materi yang
dikomunikasikan. Permasalahan yang muncul adalah perawat masih kurang mengetahui
permasalahan pasien secara menyeluruh. Komunikasi efektif berbasis SBAR, yang digunakan
pada saat perawat melakukan timbang terima (handover) merupakan suatu metode yang telah
diterapkan di RSUP Sanglah dalam rangka memenuhi standar pelayanan JCI (Joint
Commission Internasional). Komunikasi efektif sangat penting untuk menjamin keselamatan
pasien dan kualitas pelayanan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh komunikasi
SBAR dengan efektifitas timbang terima (handover). Desain penelitian ini adalah quasi
eksperimen. Penelitian dilakukan pada 27` perawat di ruang rawat inap Griyatama RSUD
Tabanan dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi
proses, isi dan waktu timbang terima. Penelitian dilakukan Juli-September 2015. Uji statistik
yang digunakan adalah t test dengan α = 0.05. Rata-rata jumlah waktu untuk timbang terima
pagi setelah perlakuan adalah 5,73 menit dan siang 3,48 menit. Ada pengaruh yang kuat
metode komunikasi efektif SBAR dengan efektifitas pelaksanaan timbang terima (handover)
dengan nilai r =0,832 serta nilai t = 4,847 dan p value 0,001 (< α = 0,05).
Kata Kunci: efektifitas, komunikasi SBAR, timbang terima

43
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

Pendahuluan komunikasi petugas yang tidak efektif


Quality of care dan patient safety sehingga berdampak terhadap keselamatan
merupakan tolok ukur dari kualitas pasien dan kualitas pelayanan
pelayanan. Salah satu kebijakan yang sebagaimana diatur dalam Pedoman
diambil pihak pemerintah untuk Standar JCI RSUD Tabanan (2012).
meningkatkan standar pelayanan rumah Dalam penerapan pelayanan yang
sakit menuju pelayanan dengan standar mengacu pada Patient Safety RSUD
Internasional. Menteri Kesehatan melalui Tabanan akan menerapkan beberapa
SK Menteri No. 1195 Tahun 2010 tentang standar, salah satu standar tersebut adalah
Lembaga Akreditasi Rumah Sakit bertaraf penerapan komunikasi efektif. Kerangka
Internasional (Joint Commission komunikasi efektif yang akan digunakan di
Internasional/JCI). Kualitas pelayanan di RSUD Tabanan adalah komunikasi efektif
rumah sakit sangat erat hubungannya berbasis SBAR, yang digunakan pada saat
dengan kualitas pelayanan keperawatan perawat melakukan timbang terima
karena sumber daya manusia terbanyak (handover), pindah ruang perawatan
yang berinteraksi secara langsung dengan maupun dalam melaporkan kondisi pasien
pasien di rumah sakit adalah perawat, kepada dokter.2
sehingga kualitas pelayanan keperawatan Komunikasi efektif berbasis SBAR
dapat dinilai sebagai salah satu indikator adalah kerangka teknik komunikasi yang
baik atau buruknya kualitas pelayanan di disediakan untuk berkomunikasi antar
1
rumah sakit. petugas kesehatan dalam menyampaikan
Sesuai dengan visi Rumah Sakit kondisi pasien.3 SBAR merupakan
Umum Daerah (RSUD) Tabanan“ Menjadi kerangka yang mudah diingat , mekanisme
Rumah Sakit bertaraf Internasional yang nyata yang digunakan untuk
mandiri dan bersahabat”, RSUD Tabanan menyampaikan kondisi pasien yang kritis
sedang proses untuk pencapaian atau perlu perhatian dan tindakan segera. S
pengakuan berstandar Internasional. Salah (Situation) mengandung komponen
satu implementasi pelayanan yang tentang identitas pasien, masalah saat ini,
mengacu pada patient safety adalah dan hasil diagnosa medis. B (Background)
penerapan komunikasi efektif berbasis menggambarkan riwayat penyakit atau
SBAR. Komunikasi efektif sangat penting situasi yang mendukung masalah/situasi
untuk diterapkan karena dari data yang saat ini. A (Assessment) merupakan
didapat sebagian besar permasalahan yang kesimpulan masalah yang sedang terjadi
terjadi dalam pelayanan bersumber dari pada pasien sebagai hasil analisa terhadap
44
IK Suardana, IGAA Rasdini, NN Hartati (Pengaruh Metode Komunikasi …)

situation dan background. R (Recommen- spesifik akan membutuhkan waktu yang


dation) adalah rencana ataupun usulan lebih lama tetapi tidak lebih dari lima
yang akan dilakukan untuk menangani menit.5 Kenyataan yang ada di lapangan
permasalahan yang ada. masih banyak perawat yang melakukan
Fenomena yang dijumpai dalam timbang terima (handover) belum
pelayanan keperawatan di rumah sakit menggunakan kerangka komunikasi
terkait dengan komunikasi antar petugas berbasis SBAR sehingga timbang terima
terutama dalam kegiatan timbang terima belangsung lama dan kesalahan
pasien (handover) adalah komunikasi yang penerimaan pesan masih terjadi, ini
salah sehingga berdampak salah persepsi, berdampak menurunkan kinerja perawat
waktu yang lama, isi (content) komunikasi dan merugikan pasien.
yang tidak fokus tentang masalah pasien Metode timbang terima (handover)
bahkan tidak jarang saat timbang terima yang dilakukan saat pergantian jaga belum
(handover) topik pembicaraan sering ada standar/juknis yang pasti sehingga
ngelantur, informasi tidak lengkap dalam pelaksanaanya membutuhkan waktu
sehingga perawat harus menanyakan ulang yang berbeda-beda tergantung dari
kepada perawat yang bertugas kemampuan komunikasi maupun
sebelumnya. Situasi ini mengakibatkan kemampuan klinis masing-masing perawat
pelayanan terlambat bahkan berdampak dalam menguasai kondisi pasien yang
terhadap keselamatan pasien (patient dirawat. Metode timbang terima yang
4
safety). sebelumnya dilakukan di Ruang
Ruang Griyatama merupakan salah Griyatama belum menggunakan konsep
satu ruang rawat inap kelas VIP dalam yang jelas, sehingga menimbulkan
meningkatkan komunikasi efektif antar berbagai kendala seperti, informasi yang
petugas kesehatan yang ada dengan kurang fokus, waktu yang panjang,
menetapkan kebijakan menggunakan kesalahan penerimaan pesan yang berefek
komunikasi efektif berbasis SBAR. pada salah persepsi, sehingga kurang
Kebijakan ini sejalan dengan salah satu efektif dan efisien. Metode SBAR belum
standar yang dipersyaratkan dari JCI dilaksanakan di RSUD Tabanan karena
tentang Patient Safety Goals. Lama waktu metode penugasan yang digunakan masih
timbang terima (handover) bervariasi menggunakan metode Tim dan timbang
tergantung kondisi pasien, biasanya terima yang dilaksanakan oleh perawat
berkisar dua menit setiap pasien. Pasien diikuti oleh seluruh perawat ke semua
yang mempunyai masalah khusus atau pasien yang ada. Berdasarkan laporan
45
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

yang tercatat pada buku survey kepuasan pasien. Penelitian dilaksanakan bulan Juli
pelanggan, laporan monitoring dan sampai September 2015 Pada penelitian ini
evaluasi pelayanan dan laporan patient populasinya adalah semua perawat di
safety di rawat inap RSUD Tabanan ruang rawat inap Ruang Griyatama RSUD
periode Juli-Desember 2011 didapatkan Tabanan yang telah mendapatkan
data sebagai berikut: komunikasi antar pengarahan dan sudah menerapkan
petugas tidak nyambung, pelayanan komunikasi SBAR dalam upaya
keperawatan lambat dengan alasan masih meningkatkan efektifitas pelayanan.
operan dan medication error oleh karena Jumlah perawat pada Rawat Inap Ruang
kesalahan penerimaan pesan. Griyatama RSUD Tabanan adalah 30
Tujuan dari penelitian ini adalah orang perawat terdiri dari 4 (perawat
untuk menganalisis pengaruh metode primer (PP), 23 perawat associate (PA)
komunikasi efektif SBAR dengan dengan satu (1) orang kepala ruangan dan
efektifitas pelaksanaan timbang terima satu (2) orang wakil Kepala Ruangan.
(handover) pada pasien di Ruang Pengambilan sampel menggunakan teknik
Griyatama RSUD Tabanan. sampling Nonprobability Sampling yaitu
total sampling.
Metode Penelitian
Jenis data yang dipergunakan dalam
Desain dalam penelitian ini adalah
penelitian ini adalah data primer yaitu,
quasi eksperimen yang menggambarkan
data yang dikumpulkan langsung dari
dan menganalisis pengaruh metode
responden, seperti data tentang hasil
komunikasi efektif SBAR terhadap
penilaian metode komunikasi SBAR
efektifitas pelaksanaan timbang terima
dengan efektifitas pelaksanaan timbang
(handover) pada pasien rawat inap Ruang
terima (handover) pada pasien rawat inap
Griyatama RSUD Tabanan tahun 2015.
Ruang Griyatama RSUD Tabanan. Metode
Pendekatan yang digunakan dalam
pengumpulan data yang menggunakan
penelitian ini adalah cross-sectional
observasi terstruktur dan pengukuran.
Penelitian dilaksanakan di Rawat
Observasi dilakukan sebanyak dua kali
Inap Ruang Griyatama RSUD Tabanan
kepada semua responden oleh peneliti dan
dengan alasan karena pihak rumah sakit
tim. Pengamatan pertama dilakukan pada
akan menerapkan kebijakan Standar
saat awal sebelum dilakukan komunikasi
Prosedur Operasional (SPO) Metode
efektif SBAR. Selanjutnya dilakukan
Komunikasi SBAR dalam efektifitas
pembekalan dan pendampingan timbang
pelayanan untuk melaporkan keadaan

46
IK Suardana, IGAA Rasdini, NN Hartati (Pengaruh Metode Komunikasi …)

terima dengan metode SBAR selama dua berdistribusi normal (hasil uji Kolmogorov
minggu. Observasi kedua dilakukan Smirnov adalah 0,109 dan 0,333 > α =
sebulan setelah dilaksanakan timbang 0,05) maka untuk menguji pengaruh dari
terima dengan metode SBAR. Setiap komunikasi SBAR dilakukan uji t dengan
responden berperan sebagai pemberi tingkat kemaknaan 95% .
pesan/informasi dengan tehnik komunikasi
Hasil dan Pembahasan
SBAR dalam melaksanakan timbang
Pada penelitian ini yang menjadi
terima (handover) dan berperan sebagai
sampel adalah perawat yang bekerja di
penerima pesan dalam melaksanakan
Ruang Griyatama RSUD Tabanan. Jumlah
asuhan keperawatan sesuai pedoman
sampel yang di peroleh sebanyak 27
observasi yang sudah disiapkan. Setiap
responden. Adapun karakteristik respon-
responden diamati pada operan jaga pagi
den sebagai berikut :
dan siang.
Teknik analisa data yang digunakan Karakteristik responden berdasarkan
adalah univariat untuk menggambarkan status kepegawaian
karakteristik responden dan tendensi Adapun karakteristik Responden
sentral dari proses serta hasil timbang berdasarkan status kepegawaian seperti
terima. Dari proses analisis diperoleh data pada tabel berikut :

Tabel 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepegawaian
di Ruang Griyatama RSUD Tabanan Tahun 2015

No Status Kepegawaian F %
1 PNS 10 37
2 Kontrak 17 63
Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa


Karakteristik responden berdasarkan
dari 27 responden sebagian besar
pendidikan
responden berstatus sebagai pegawai
kontrak (63%).

47
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
di Ruang Griyatama RSUD Tabanan Tahun 2015

No Pendidikan F %
1 Diploma III Keperawatan 25 92,6
2 S1 Keperawatan 2 7,4
Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat


bahwa dari 27 responden sebagian besar Karakteristik responden berdasarkan

responden memiliki pendidikan terakhir jabatan

Diploma III Keperawatan (92,6%)


Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
di Ruang Griyatama RSUD Tabanan Tahun 2015

No Jabatan F %
1 Perawat Primer 5 18,5
2 Perawat Asosiate 22 81,5
Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden sebagai perawat asosiate
yaitu sebanyak 22 orang (81,5%).

Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
di Ruang Griyatama RSUD Tabanan Tahun 2015

No Kelompok Umur F %
1 20 – 30 th 11 40,7
2 31 – 40 th 15 55,6
3 > 40 th 1 3,7
Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 27 responden sebagian besar responden berusia
31 – 40 tahun yaitu sebanyak 15 orang (55,6%)

48
IK Suardana, IGAA Rasdini, NN Hartati (Pengaruh Metode Komunikasi …)

Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Tabel 5
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
di Ruang Griyatama RSUD Tabanan Tahun 2015

No Masa Kerja F %
1 1 – 5 th 10 37
2 6 – 10 th 17 63
Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Griyatama RSUD Tabanan dilakukan


dari 27 responden sebagian besar untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan
responden memiliki masa kerja 6 – 10 th timbang terima (handover). Berikut
(63%) disajikan hasil analisis data dari masing-
Hasil Pengamatan Terhadap Pelaksanaan masing observasi yang telah
Komunikasi Efektif SBAR dilakukan.Adapun hasil observasi
Observasi terhadap 27 orang perawat pelaksanaan komuni-kasi tersebut sebagai
pelaksana yang bertugas di rawat inap berikut:

Tabel 6
Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Komunikasi Sebelum Perlakuan
pada Timbang Terima Pagi

Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai


No Nama Variabel Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Orang Orang Orang
1 Memberi salam dan 5 18,5 20 74,1 2 7,4
memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan 3 11,1 24 88,9 - -
3 Menyampaikan permasalahan 7 25,9 20 74,1 - -
dan kondisi terakhir pasien
4 Melaporkan riwayat - - 10 37 17 63
permasalahan
5 Menyimpulkan kondisi pasien - - 22 81,5 5 18,5
6 Menyampaikan usul/solusi - - 22 81,5 5 18,5
selanjutnya
7 Mengklarifikasi kondisi pasien - - - - 27 100
saat ini
8 Menjelaskan rencana perawat - - 27 100 - -
selanjutnya
9 Memeriksa kembali catatan - - 11 40,7 16 59,3
keperwatan/rekam medis
10 Mengakhiri dengan baik dan - - 27 100 - -
berpamitan dengan pasien

49
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

Berdasarkan hasil observasi pagi sebelum terakhir pasien” (25,9 %). Variabel yang
diberikan perlakuan menunjukkan bahwa nilai observasinya terbanyak Kurang
nilai observasinya terbanyak dengan Sesuai adalah variabel “mengklarifikasi
kriteria Sangat Sesuai adalah variabel kondisi pasien saat ini” dengan jumlah 27
“menyampaikan permasalahan dan kondisi orang (100 %).

Tabel 7
Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Komunikasi Sebelum Perlakuan
pada Timbang Terima Siang

Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai


No Nama Variabel Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Orang Orang Orang
1 Memberi salam dan 4 14,8 23 85,2 - -
memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan - - 21 77,8 6 22,2
3 Menyampaikan permasalahan - - 18 66,7 9 33,3
dan kondisi terakhir pasien
4 Melaporkan riwayat 5 18,5 22 81,5 - -
permasalahan
5 Menyimpulkan kondisi pasien 1 3,7 22 81,5 4 18,8
6 Menyampaikan usul/solusi - - 20 74,1 7 25,9
selanjutnya
7 Mengklarifikasi kondisi pasien - - 16 59,3 11 40,7
saat ini
8 Menjelaskan rencana perawat - - 27 100 - -
selanjutnya
9 Memeriksa kembali catatan - - 17 63 10 37
keperawatan/ rekam medis
10 Mengakhiri dengan baik dan - - 27 100 - -
berpamitan dengan pasien

Berdasarkan tabel di atas terlihat pasien” (18,5 %). Variabel yang nilai
pada saat timbang terima siang sebelum observasinya terbanyak Kurang Sesuai
diberikan perlakuan menunjukkan bahwa adalah variabel “mengklarifikasi kondisi
nilai observasinya terbanyak dengan pasien saat ini” dengan jumlah 11 orang
kriteria Sangat Sesuai adalah variabel (40,7 %).
“melaporkan riwayat permasalahan

50
IK Suardana, IGAA Rasdini, NN Hartati (Pengaruh Metode Komunikasi …)

Tabel 8
Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Komunikasi
Setelah Perlakuan pada Timbang Terima Pagi

Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai


No Nama Variabel Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Orang Orang Orang
1 Memberi salam dan 3 11,1 18 66,7 6 22,2
memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan 6 22,2 17 63 4 14,8
3 Menyampaikan 15 55,6 12 44,4 - -
permasalahan dan kondisi
terakhir pasien
4 Melaporkan riwayat 18 66,7 9 33,3 - -
permasalahan
5 Menyimpulkan kondisi 19 70,4 8 29,6 - -
pasien
6 Menyampaikan usul/solusi 14 51,9 13 48,1 - -
selanjutnya
7 Mengklarifikasi kondisi 6 22,2 15 55,6 6 22,2
pasien saat ini
8 Menjelaskan rencana 10 37 17 63 - -
perawat selanjutnya
9 Memeriksa kembali catatan 10 37 16 59,3 1 3,7
keperwatan/rekam medis
10 Mengakhiri dengan baik 9 33,3 18 66,7 - -
dan berpamitan dengan
pasien

Berdasarkan hasil observasi pada Variabel yang nilai observasinya


saat timbang terima pagi setelah diberikan terbanyak Kurang Sesuai adalah variabel
perlakuan menunjukkan bahwa nilai “memberi salam dan mengklarifikasi
observasinya terbanyak dengan kriteria kondisi pasien saat ini” dengan jumlah 6
Sangat Sesuai adalah variabel orang (22,2 %).
“menyimpulkan kondisi pasien” (70,4 %).

51
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

Tabel 9
Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Komunikasi Sebelum Perlakuan
pada Timbang Terima Pagi

Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai


No Nama Variabel Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Orang Orang Orang
1 Memberi salam dan 3 11,1 22 81,5 2 7,4
memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan 4 14,8 21 77,8 2 7,4
3 Menyampaikan 16 59,3 11 40,7 - -
permasalahan dan kondisi
terakhir pasien
4 Melaporkan riwayat 17 63 10 37 - -
permasalahan
5 Menyimpulkan kondisi 13 48,1 14 51,9 - -
pasien
6 Menyampaikan usul/solusi 11 40,7 16 59,3 - -
selanjutnya
7 Mengklarifikasi kondisi 4 14,8 15 55,6 8 29,6
pasien saat ini
8 Menjelaskan rencana 5 18,5 21 77,8 1 3,7
perawat selanjutnya
9 Memeriksa kembali 4 14,8 22 81,5 1 3,7
catatan keperwatan/rekam
medis
10 Mengakhiri dengan baik 9 33,3 18 66,7 - -
dan berpamitan dengan
pasien

Berdasarkan hasil observasi yang pasien saat ini” dengan jumlah 8 orang
telah dilaksanakan kepada 27 orang (29,6%).
responden yang diobservasi pada saat
timbang terima siang setelah diberikan Waktu Pelaksanaan Timbang Terima
perlakuan menunjukkan bahwa nilai Sesuai dengan tujuan umum
observasinya terbanyak dengan kriteria penelitian yaitu mengetahui efektifitas
Sangat Sesuai adalah variabel komunikasi efektif SBAR pada saat
“melaporkan riwayat permasalahan timbang terima dapat disajikan nilai
pasien” (63%). Variabel yang nilai tendensi sentralnya seperti pada tabel
observasinya terbanyak Kurang Sesuai berikut:
adalah variabel “mengklarifikasi kondisi

52
IK Suardana, IGAA Rasdini, NN Hartati (Pengaruh Metode Komunikasi …)

Tendensi sentral Waktu timbang terima Pre Waktu timbang terima Post
Pagi siang Rata-rata Pagi Siang Rata-rata
Mean 5,74 4,93 5,33 5,74 3,48 4,61
Median 5,42 4,75 4,92 5,42 3,33 4,15
Modus 4,09 5,00 4,32 4,09 2,73 4,32
SD 1,95 1,14 1,38 1,95 1,19 1,29
Skewness 0,956 1,297 1.574 0,956 0,657 0,832
Minimum 2,27 4,25 3,64 .956 .657 2,73
Maksimum 10,83 7,83 9,33 .448 .448 7,33
Range 8,56 4.25 5,70 8.56 4.47 4,61

Dari data pada tabel di atas selanjutnya dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian.
Hasil analisis sebagai berikut:

Variabel N Mean SD R t p
Lama Timbang Terima 27 5,33 1,37
Sebelum perlakuan 0,832 4,847 0,001
Lama Timbang Terima 27 4,60 1,37
Setelah perlakuan

Dari hasil analisis diperoleh nilai masing-masing perawat dalam


koefisien korelasinya adalah 0,832 yang menggunakan metode komunikasi SBAR
artinya terdapat pengaruh yang kuat dan berbeda, hal tersebut disebabkan oleh
menunjukkan arah positif. Hasil uji beda beberapa faktor antara lain: usia,
menunjukkan ρ value 0,001 yaitu kurang pendidikan, pengalaman, masa kerja, dan
dari 0,05, yang berarti bahwa Ha diterima, lainnya. Sebagian besar perawat sudah
maka dapat dikatakan ada pengaruh antara mampu dalam menerapkan komunikasi
metode komunikasi efektif SBAR dengan SBAR yaitu sebanyak 31 perawat (77,5%)
efektifitas pelaksanaan timbang terima dengan katagori sangat sesuai dan lima (5)
(handover). orang (12,5%) dengan katagori sesuai,
tidak ada perawat yang tidak mampu
Metode Komunikasi Efektif SBAR melakukan komunikasi dengan metode
Hasil penelitian dan observasi SBAR.
terhadap metode komunikasi SBAR yang Bila dilihat dari item kegiatan yang
digunakan oleh perawat saat melaksanakan diobservasi dapat dijelaskan kegiatan
timbang terima (handover) pada perawat melaporkan riwayat sebelumnya
pergantian shift di rawat inap Griyatama yang mendukung permasalahan yang
RSUD Tabanan menunjukkan kemampuan sedang terjadi sebanyak 11 orang (27,5%)

53
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

tidak sesuai, kegiatan perawat menyim- maupun masa kerja yang pendek. Hasil
pulkan tentang kondisi pasien saat ini penelitian ini sependapat dengan model
sebanyak tujuh (7) orang (17,5%) tidak proses komunikasi yang digambarkan oleh
sesuai dan kegiatan perawat menyampai- Schermerhorn, Hunt dan Orborn dalam
kan usul/solusi tindakan selanjutnya untuk Konsil Kedokteran Indonesia (2006) yaitu
mengatasi permasalahan yang terjadi komunikasi akan berjalan efektif atau
sebanyak delapan (8) orang (20,0%) tidak dapat saja terjadi kesenjangan antara
sesuai. Metode komunikasi SBAR mulai maksud pengirim pesan dengan yang
diperkenalkan dan disosialisasi di RSUD dimengerti oleh penerima pesan karena
Tabanan Denpasar sejak bulan Agustus beberapa hambatan seperti pengetahuan,
2011, teknik ini masih relatif baru pengalaman, perbedaan sudut pandang,
sehingga dalam pelaksanaannya masih budaya, bahasa dan lainnya sehingga usia
banyak ditemui kekurangan. Untuk yang relative lebih muda dan dengan
meningkatkan kemampuan dalam hal pengalaman yang masih terbatas akan
komunikasi, materi ataupun teori saja berefek terhadap kemampuan komunikasi
kurang efektif sehingga diperlukan seseorang.
simulasi dan role play dalam pembela- Menurut Wijaya (2010) hambatan
jaran. Studi eksperimen yang dilakukan dalam komunikasi dapat dipengaruhi oleh
Kesten (2011) pada mahasiswa beberapa faktor seperti fisik (ruang fisik,
keperawatan di Georgetown University lingkungan), faktor biologis yaitu
School Of Nursing and Health Studies, ketidaksempurnaan anggota tubuh dalam
Washington, DC menunjukkan perbedaan membantu proses komunikasi baik verbal
yang signifikan antara kemampuan maupun nonverbal, faktor intelektual yaitu
komunikasi SBAR yang hanya dengan tingkat pendidikan maupun pengetahuan
pemberian teori dibandingkan dengan yang dimiliki, faktor psikis (kejiwaan,
pemberian teori ditambah role play. emosional dan rasa saling percaya), dan
Pemberian teori ditambah role play faktor nilai budaya dan bahasa. Perawat
menujukkan hasil yang lebih baik. yang memiliki pengetahuan atau
Data hasil observasi menunjukkan pendidikan yang tinggi akan memiliki
perawat dengan pendidikan yang lebih kemampuan intelektual yang lebih baik
tinggi (sarjana/S1) maupun masa kerja dan kemampuan mereka dalam
yang lebih lama memiliki kemampuan menganalisa suatu masalah lebih kritis dan
komunikasi yang lebih baik dibandingkan lebih tajam. Begitu pula pengalaman
dengan pendidikan diploma (D III) dalam bekerja adalah nilai lebih yang
54
IK Suardana, IGAA Rasdini, NN Hartati (Pengaruh Metode Komunikasi …)

dimiliki oleh seorang perawat dalam dan “Implementasi tindakan sesuai


memberikan pelayanan keperawatan. dengan perencanaan yang ditetapkan”
dengan jumlah masing-masing lima (5)
Efektifitas Pelaksanaan Timbang Terima
orang (13,9%).
Dari uji statistik terlihat jelas
Pelaksanaan yang kurang sesuai
pelaksanaan timbang terima (handover)
selain karena masalah komunikasi, bisa
pada pergantian shift di ruang rawat inap
disebabkan oleh faktor lain seperti kondisi
Griyatama RSUD Tabanan berjalan sangat
lingkungan dan beban kerja. Rawat inap
efektif yang dilihat dari tiga tahap
Griyatama RSUD Tabanan merupakan
pelaksanaan yaitu input, proses dan output.
salah satu unit pelayanan di RSUD
Input dinilai dari kegiatan 1,2 dan 3,
Tabanan yang memiliki fasilitas
proses dinilai dari kegiatan 4,5,6 dan 7
terlengkap dan diharapkan mampu
sedangkan output/hasil dilihat dari
menyediakan pelayanan terbaik. Pasien
kegiatan 8,9 dan 10. Dari sepuluh item
yang memilih pelayanan di Griyatama
kegiatan di atas nilai observasi terbanyak
RSUD Tabanan adalah mereka dengan
dengan kriteria sangat sesuai adalah
kemampuan ekonomi menengah ke atas
‘Perawat menyampaikan laporan dengan
dan pejabat. Dengan jumlah tenaga
bahasa dan istilah yang mudah dimengerti’
keperawatan yang terbatas berdampak
sebanyak 34 orang (94,4%) ini berarti
pada peningkatan beban kerja, situasi ini
sebagian besar perawat mampu
merupakan salah satu faktor penyebab
berkomunikasi menggunakan bahasa yang
standar pelayanan yang diberikan kurang
benar, tidak menggunakan istilah yang
sesuai. Beban kerja yang tinggi menjadi
mengandung pengertian lebih dari satu dan
salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kebijakan dari rumah sakit tentang
kesalahan. Medical error 26% disebabkan
penggunaan istilah maupun singkatan baku
oleh kelelahan maupun beban kerja yang
yang ditetapkan di RSUD Tabanan
berlebihan.
Denpasar. Kegiatan yang nilai
Untuk memberikan pelayanan yang
observasinya terbanyak Kurang Sesuai
efektif terhadap pasien, perawat dituntut
adalah “Kesinambungan asuhan
mampu melakukan kolaborasi dan
keperawatan berjalan dengan baik” dengan
komunikasi antar perawat maupun dengan
jumlah smbilan (9) orang (25,0%).
profesi kesehatan lain di dalam
Kegiatan lain yang nilai observasinya
memberikan pelayanan kesehatan.
kurang sesuai adalah “Kesinambungan
Penelitian yang dilakukan oleh Mc.
asuhan keperawatan berjalan dengan baik”
Caffrey et al (2010) menunjukan bahwa
55
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

unsur komunikasi dan kolaborasi diantara tidak efektif.6 Sebaliknya komunikasi


pemberi pelayanan kesehatan berpengaruh efektif dimana informasi yang
terhadap hasil perawatan pasien dan disampaikan tepat, jelas, lengkap dan tidak
kejadian medical error. Peningkatan berarti ganda dan mudah dimengerti oleh
komunikasi antar perawat dan dokter penerima pesan akan menurunkan
berefek meningkatkan kualitas pelayanan. kesalahan dan meningkatkan keselamatan
Menurut Rein16 kerangka “SBAR” pasien (patient safety). Metode komunikasi
yang digunakan pada saat handover/ SBAR yang sudah diterapkan di RSUD
handoff adalah kerangka komunikasi yang Tabanan Denpasar diharapkan dapat
mudah digunakan dan sangat efektif dalam meningkatkan efektifitas pelayanan
menginformasikan pesan yang penting dan sehingga kualitas pelayanan yang
membutuhkan antisipasi segera, sebagai diberikan dapat memuaskan customer baik
contoh pasien dengan risiko jatuh melalui internal maupun eksternal.
tehnik SBAR yang efektif maka kejadian
Pengaruh Metode Komunikasi Efektif
jatuh tidak sampai terjadi. Sama halnya
SBAR
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hasil uji statistik korelasi Rank
Kathy Mikos12 komunikasi SBAR dapat
Spearman pada penelitian ini
menurunkan interupsi dan distraksi selama
menunjukkan ada hubungan antara metode
melakukan handoff karena informasi yang
komunikasi efektif SBAR yang diterapkan
disampaikan lebih terfokus dan hanya
dirawat inap Griyatama RSUD Tabanan
memuat hal-hal penting/kritis yang perlu
dengan efektifitas pelaksanaan timbang
ditindak lanjuti oleh pemberi pelayanan
terima (handover) yang menghasilkan ρ
berikutnya. Kondisi ini mempengaruhi
value 0,000. Nilai koefisien korelasinya
penurunan waktu timbang terima yang
adalah 0,902 yang artinya terdapat
signifikan yaitu sebesar 70% dari rata-rata
pengaruh yang kuat dan menunjukkan arah
enam menit menurun hingga kurang dari
positif.
dua menit waktu yang diperlukan untuk
Kerangka SBAR sangat efektif
melaporkan kondisi setiap pasien, ini
digunakan untuk melaporkan kondisi dan
sangat berpengaruh dalam menekan
situasi pasien secara singkat pada saat
kelebihan jam kerja dan mampu menekan
pergantian shift, sebelum prosedur
cost overtime karyawan.
tindakan atau kapan saja diperlukan dalam
Kejadian fatal (sentinel events) yang
melaporkan perkembangan kondisi
terjadi dalam pelayanan kesehatan
10
pasien.
merupakan akibat dari komunikasi yang
56
IK Suardana, IGAA Rasdini, NN Hartati (Pengaruh Metode Komunikasi …)

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda timbang terima pagi sebelum perlakuan
dengan penelitian yang dilakukan adalah 5,73 menit dan siang 4,93 menit.
sebelumnya oleh The Joint Commmission Efektifitas timbang terima pagi
Organizations tentang sentinel events setelah penerapan metode komunikasi
didapatkan data bahwa kejadian total efektif SBAR di Ruang Griyatama RSUD
sentinel events terjadi oleh karena masalah Tabanan sebagain besar sangat sesuai
komunikasi sebesar 70%.12 Penelitin yang dengan persentase 11,1% sampai 70,4%.
dilakukan oleh Haig et al (2006) dalam Sedangkan pada timbang terima siang
10
Kesten juga menunjukkan bahwa sebagian besar sesuai dengan persentase
komunikasi SBAR menjamin komunikasi 37% sampai 81,5%. Rata-rata jumlah
diantara para pemberi pelayanan kesehatan waktu untuk timbang terima pagi setelah
efektif dan menurunkan angka kejadian perlakuan adalah 5,73 menit dan siang
sentinel events dari 89,9 per 1000 pasien 3,48 menit.
perhari menjadi 39,96 per 1000 pasien Ada pengaruh yang kuat metode
perhari pertahun. komunikasi efektif SBAR dengan
Dari hasil penelitian ini menunjuk- efektifitas pelaksanaan timbang terima
kan bahwa metode komunikasi efektif (handover) dengan nilai r =0,832 serta
SBAR yang diterapkan oleh manajemen nilai t = 4,847 dan p value 0,001 (< α =
RSUD Tabanan sangat efektif di dalam 0,05).
pelayanan keperawatan khususnya dan Kepada perawat di Ruang Griya
pelayananan kesehatan secara umum tama diharapkan lebih sering melakukan
karena memberi efek terhadap citra rumah klarifikasi dengan menunjukkan kondisi
sakit dan kualitas pelayanan secara umum. pasien sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam melakukan intervensi. Pengucapan
Simpulan dan Saran salam juga hal yang sangat penting
Efektifitas timbang terima pagi dijadikan kebiasaan dalam memulai
sebelum penerapan metode komunikasi interaksi dengan pasien. Kepada pihak
efektif SBAR di Ruang Griyatama RSUD manajemen keperawatan dan bidang Diklit
Tabanan sebagain besar sesuai dengan RSUD Tabanan diharapkan melakukan
persentase 40,7 sampai 100%. Sedangkan inservise training tentang SBAR agar
pada timbang terima siang sebagian besar tujuan mencapai patient safety bisa
sesuai dengan persentase 59,3 sampai tercapai
100%. Rata-rata jumlah waktu untuk
57
Jurnal Skala Husada (e-issn : 2580-3700) Volume 15 Nomor 1 April 2018 : 43 - 58

Daftar Pustaka 9. Kemenkes RI, 2010, Tujuh Rumah


Sakit Tanda Tangani Komitmen
1. Aditama, T.Y. 2010. Manajemen Akreditasi Internasional, Ditjen Buk,
Administrasi Rumah Sakit. Edisi (online), (http://buk.depkes.go.id,
Kedua. Jakarta: Universitas diakses 2 Januari 2012)
Indonesia. 10. Kesten, K.S. 2011. Role-Play Using
2. Tim UPM-RS. 2011. Pedoman SBAR Technique to Improve
Keselamatam Pasien Rumah Sakit Observed Communication Skills in
(Patient Safety).Tabanan: RSUD Senior Nursing Students. Journal of
Tabanan Nursing Education, 50(2): 79-87
3. Permanente, K. 2011. SBAR 11. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.
Technique For Communication: A Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
Situaational Briefing Model. Edisi Pertama, (online), (http://inamc.
Evergreen, Colorado, USA, (online), or.id, diakses 2 Januari 2012)
(http://www.ihi.org, diakses 28 12. Mikos, K. 2007. Monitoring Handoffs
Desember 2011) For Standardization. Nursing Mana-
4. Suprapta, M.A. 2012. Hubungan gement, hlm.16-20, (online), (http://
metoda komunikasi SBAR pada www.nursingmanagement.com,
handover keperawatan dengan diakses 29 Desember 2011)
kinerja perawat di Ruang Triage IGD 13. Musliha dan Fatmawati, S. 2010.
RSUD Tabanan Denpasar, Provinsi Komunikasi Keperawatan. Jogjakarta:
Bali. (online), (http://www.sanglah Nuha Medika
hospitalbali.com, diakses 03122014) 14. Nursalam. 2011. Manajemen Kepera-
5. Kristianto, D. 2009. Hubungan watan Aplikasi Dalam Praktik
Pemberian Reward Ucapan Terima Keperawatan Profesional. Jakarta:
Kasih Dengan Kedisiplinan Waktu Salemba Medika
Saat Mengikuti Timbang Terima 15. Ohio’s Medicare Quality. 2009. SBAR
Perawat Ruang Bedah Di RSUP Dr. Comunication, (online), (http://www.
Kariadi Semarang. Skripsi tidak ohiokepro. com, diakses 2812 2011)
diterbitkan. Semarang: Program Studi 16. Rein. 2011. The ‘SBAR’ Tool To
Ilmu Keperawatan Fakultas Communicate Fall Risk, (online),
Kedokteran Universitas Diponegoro (http://www.seekwellness.com,
6. Amato-Vealy, E.J. et al. 2008. Hand- diakses 29 Desember 2011)
Off Communication: A Requisite For 17. Wahyudi, A. 2010. Urgensi
Perioperative Patient Safety. Aorn Komunikasi dalam Menunjang Efek-
Journal, 88(5): 763-770, (online), tivitas Penyelenggaraan Pelayan-an
(http://www.aornjournal.org, diakses Publik. Borneo Administrator, 6(3):
29 Desember 2011) 2122-2139
7. Arwani. 2003. Komunikasi Dalam 18. Wahyuni, I, W. dan Ancok, D. 2004.
Keperawatan. Jakarta: EGC Hubungan Antara Persepsi Gaya
8. Humaini, D.F. 2009. Komunikasi Kepemimpinan Situasional Dan
Efektif, (online), (http://cartenzhrd. efektivitas Komunikasi Interpersonal
com, diakses 5 Januari 2012) Dengan Komitmen Kerja. Sosiosains,
17(2): 233-246
58

Anda mungkin juga menyukai