Anda di halaman 1dari 2

Cerpen

MALAIKAT PENGGANTI AYAH

Karya: Ladya Bias RD

Pagi itu ku lihat seorang gadis kecil yang sedang termenung di teras rumah. Tangannya
memainkan rumput yang tertiup oleh angin. Gadis kecil itu bernama Sita. Badannya yang gemuk
membuat orang merasa gemas melihatnya. Ia pun tak kalah cantik dengan rambut yang hitam
bergelombang, juga berkulit putih. Ia tinggal bersama nenek dan kakek di desa yang jauh dari kota. Sita
lahir pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang membuat ia ditinggal ayahnya. Dari kecil sita
tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, sering kali ia menangis ketika melihat teman
sebayanya bercanda tawa dengan sosok ayah. Hari pertama Sita sekolah di Sekolah Dasar ia di antar
oleh ibunya. Banyak teman-teman Sita yang diantar oleh ayahnya, ia berdesis “Aku Ingin Seperti itu
Tuhan”. Hampir setiap pagi ia berdiri di depan gerbang sekolah hanya untuk melihat teman-temannya
yang diantar oleh seorang ayah. Betapa ia merindukan sosok ayah yang tak pernah merasakan kasih
sayangnya.

Dua tahun berlalu, Sita tak bisa lagi menahan rindu pada sosok ayah yang ia tak pernah temui. Ia
jatuh sakit dan hanya kata ayah yang terucap dari bibirnya. Disaat itu lah ia bertemu dengan ayah
kandungnya dan ibu Sita memutuskan untuk menikah lagi. Ayah tiri Sita bagaikan malaikat yang diutus
oleh Allah untuk membahagiakan Sita. Hari-hari pun tak seperti biasanya, ia lebih bergembira dan tak
lagi berdiri di depan gerbang sekolah hanya untuk melihat sosok ayah yang ia impikan. Waktu pun
berlalu, Sita menjadi siswa berprestasi disekolahnya. Akhirya ia melanjutkan sekolah ke sekolah swasta
yang ada di daerah Bandung. Kelas 2 SMP ia bergaul dengan teman-teman yang nakal. Bermacam-
macam karakter orang yang ia temui, salah satunya adalah Nisa siswi yang ditakuti oleh seluruh adik
kelas karena wajahnya yang sangar juga sering melabrak orang-orang yang tidak berdosa. Sita begitu
dekat dengannya, namun Nisa menjaga Sita agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Sejak
mengenal Nisa, Sita menjadi siswi yang tidak disiplin juga sering berkelahi dengan siswa maupun siswi
yang lain.

Suatu ketika Yanti teman sekelas Sita diusir dari rumah oleh kedua orang tuanya karena di fitnah
mengambil uang milik ibu tirinya. Nisa merasa iba dengannya, akhirnya ia memutuskan untuk mengajak
Yanti tinggal dirumahnya. Masalah pun terjadi saat Yanti tinggal dirumahnya ia tak pernah mengerjakan
apa-apa, membuat Nisa marah hingga mengajak Sita menghajar Yanti. Sepulang sekolah Nisa mengajak
Yanti ke tempat sempit yang jauh dari sekolah yang bernama gang beurit. Dengan disaksikan oleh
teman-teman yang lain Sita tanpa basa-basi menghajar wajah Yanti hingga babak belur. Suasa pun
menjadi haru saat Yanti menceritakan keluarganya yang bersikap seperti tak menghargainya. Dering
telpon pun memecahkan suasana, dan Sita melihat pesan dari ayah tirinya “Pulanglah nak, hari telah
sore ayah khawatir denganmu. Kamu baik-baik saja?” pesan itu pun hanya diabaikan oleh Sita. Semenjak
masuk sekolah tersebut sikap Sita berubah, ia tak pernah lagi menghiraukan perhatian-perhatian yang
diberikan oleh ayah tirinya. Dengan perlakuan Sita yang sudah tidak menganggapnya lagi, Ayah tiri Sita
merasa kecewa dan marah hingga tak ingin bertemu dengannya.
Tanpa Sita ketahui ayah tirinya mengidap penyakit tumor otak yang akan menggerogoti
nyawanya. Ayah tirinya pun tidak pernah memberikan kabar dan perhatian kepada Sita. Dan Sita pun
tidak perduli lagi dengannya, bagi Sita ayah tirinya sekarang hanya dianggap orang lain tanpa ia sadari
dulu ayah tirinya lah yang membuatnya semangat menjalani hidup. Hampir lima bulan ia tidak bertemu
dengan ayah tirinya, dirumah hanya ada ibunya. Sita tak pernah menanyakan kabar tentang ayah tirinya,
yang ia tahu ayah tirinya bekerja diluar kota, juga ibu yang sering pulang larut malam karena menemani
saudaranya yang sakit. Tepatnya tanggal 27 Februari Sita berulang tahun yang ke-16, dan saat itu pula
Sita kehilangan ayah tirinya. Sepulang sekolah Sita melihat bendera kuning didepan rumahnya. Ia
menanyakan siapa yang meninggal dirumahnya kepada neneknya. “Ayah tirimu” jawab nenek. Sita
berlari dan melihat ayah tirinya yang telah ditutupi kain putih. Sita menangis histeris hingga tak sadarkan
diri. Sita menyesal tidak memperdulikan ayah tirinya yang begitu menyayanginya bak malaikat. Kini
malaikat tersebut telah tiada. Sita tak sempat meminta maaf saat kepergiannya, mungkin ayah tirinya
sedang marah dan kecewa karena tak pernah diperdulikannya seperti dulu. Do’a dan kata maaf yang
hanya dapat disampaikan. Rasa penyesalan pun masih terasa saat Sita beranjak dewasa. Aku sangat
menyayangimu malaikat pengganti ayah.

Anda mungkin juga menyukai