Anda di halaman 1dari 5

Julius Axelrod (1912 -2004)

Setiap orang pasti pernah mengalami demam. Paling tidak, kita pernah
demam yang disebabkan oleh flu. Ada beberapa cara yang dilakukan orang
untuk mengurangi demam, ada yang mengompres dengan air, mengompres
dengan tumbuhan yang dilumatkan, sampai ada juga yang meminum obat
penurun panas (antipiretik). Obat penurun panas yang paling banyak
digunakan dan aman adalah parasetamol, atau nama lainnya asetaminofen.

Bahkan ada ibu-ibu yang selalu menyediakan sirup parasetamol di rumahnya


untuk mengantisipasi jika anak kesayangannya mendadak terserang demam.
Sampai saat ini parasetamol adalah obat pilihan utama untuk menurunkan
panas karena parasetamol relatif lebih aman dibandingkan dengan obat
penurun panas yang lain. Parasetamol digolongkan ke dalam obat bebas,
yang artinya dapat digunakan tanpa resep dokter.

Sebelum penemuan asetaminofen, kulit sinkona digunakan sebagai agen


antipiretik. Oleh karena pohon sinkona semakin berkurang pada 1880-an,
sumber alternatif mulai dicari. Terdapat dua agen antipiretik yang dibuat
pada 1880-an; asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini,
parasetamol telah disintesis oleh Harmon Northrop Morse melalui
pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam asam asetat gletser.

Meskipun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, parasetamol tidak
digunakan dalam bidang pengobatan hingga dua dekade setelahnya. Pada
1893, parasetamol ditemukan dalam air kencing seseorang yang meminum
fenasetin. Dan pada tahun 1899, parasetamol dijumpai sebagai metabolit
asetanilida. Namun, penemuan ini tidak dipedulikan pada saat itu.

Adalah Julius Axelrod (1912 -2004) bersama Bernard Brodie yang pertama
kali menemukan parasetamol dapat digunakan sebagai obat penurun panas.
Julias Axelrod adalah ahli biokimia berkebangsaan Amerika. Dia dilahirkan
di kota New York, anak dari seorang imigran dari Polandia. Dia lulus sebagai
sarjana biologi pada tahun 1933. Cita-cita Julius Axelrod sebenarnya ingin
menjadi seorang dokter, tetapi setiap tes ke sekolah kedokteran ia selalu
gagal. Dia bekerja sebagai teknisi laboratorium di New York University.
Kemudian pada tahun 1935, dia bekerja di Departemen Kesehatan Kota New
York.

Mata kirinya terluka ketika botol berisi amonia meledak di laboratorium


tempat dia bekerja. Julius Axelrod melanjutkan studinya dan pada tahun
1941 mendapatkan gelar Master in Science dari New York University.
Pada tahun 1940-an, banyak ditemukan kasus methemoglobinemia pada
orang yang menggunakan asetanilida. Methemoglobinemia adalah kelebihan
methemoglobin dalam darah yang dapat menyebabkan hemoglobin sukar
untuk mengikat oksigen. Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik Antipiretik
dan Obat-obatan Sedatif memberi bantuan kepada Departemen Kesehatan
New York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik.
Bernard Brodie dan Julius Axelrod ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen
bukan aspirin (asetanilida) dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia.

Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod menyatakan,


penggunaan asetanilida dapat menyebabkan methemoglobinemia dan
mendapati bahwa pengaruh analgesik antipiretik asetanilida bukan
disebabkan oleh asetanilidanya, tetapi disebabkan oleh hasil metabolisme
asetanilida, yaitu parasetamol sehingga mereka menyimpulkan bahwa untuk
analgetik antipiretik sebaiknya digunakan langsung metabolit asetanilida
yaitu parasetamol daripada asetanilida yang dapat menyebabkan
methemoglobinemia.

Julius Axelrod mendapat gelar doktor (Ph.D) pada tahun 1955 dari George
Washington University. Setelah menyelesaikan program doktornya, banyak
hal yang telah diteliti dan ditemukan oleh Suami dari Sally Taub Axelrod ini.
Puncak karier dalam dunia penelitiannya adalah pada tahun 1970. Bapak dua
anak ini menerima hadiah nobel bersama Bernard Katz dan Ulf von Euler.
Hadiah nobel ini diberikan atas kerjanya dalam menemukan proses
pelepasan, pengambilan kembali, penyimpanan neurotransmitter epinefrin
dan norefinefrin yang bertanggung jawab dalam sistem saraf.

Hasil penelitiannyapun memberikan andil besar dalam menjelaskan


bagaimana jam biologi itu bekerja.

Istrinya meninggal dunia pada tahun 1992 di usia 53 Tahun. Empat belas
tahun berselang, Julius Axelrod meninggal dunia pada tanggal 29 Desember
2004 dengan meninggalkan dua anak laki-laki dan tiga cucu.***

Dadih Supriadi, pengajar di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.


Julius Axelrod bersama Bernard Brodie menjadi ilmuwan yang pertama kali menemukan
parasetamol yang dapat digunakan sebagai obat penurun panas. Ia adalah ahli biokimia
berkebangsaan Amerika. Ia dilahirkan di kota New York, dimana orangtuanya merupakan
imigran dari Polandia.

BIOGRAFI JULIUS AXELROD


Julius Axelrod lulus sebagai sarjana biologi pada tahun 1933. Cita-citanya sebenarnya ingin menjadi
seorang dokter. Tetapi, setiap kali tes di sekolah kedokteran, ia selalu gagal.

Ia bekerja sebagai teknisi laboratorium di New York University. Kemudian, pada tahun 1935, ia bekerja di
Departemen Kesehatan Kota New York. Mata kiri Julius Axelrod pernah terluka ketika botol yang berisi
amonia meledak di laboratorium tempat ia bekerja. Ia kemudian melanjutkan studinya, dan pada tahun
1941, ia mendapatkan gelar Master in Science dari New York University.

Pada tahun 1940-an, banyak ditemukan kasus methemoglobinemia pada orang yang menggunakan
asetanilida. Methemoglobinemia adalah kelebihan methemoglobin dalam darah yang dapat menyebabkan
hemoglobin sukar untuk mengikat oksigen.

Pada tahun 1946, Lembaga Studi Analgesik Antipiretik dan Obat-obatan Sedatif memberi bantuan kepada
Departemen Kesehatan New York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard
Brodie dan Julius Axelrod ditugaskan untuk mengkaji alasan agen yang bukan aspirin (asetanilida)
dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia.

Dalam tulisan mereka pada tahun 1948, Brodie dan Axelrod menyatakan bahwa penggunaan asetanilida
bisa menyebabkan methemoglobinemia. Mereka juga mendapati bahwa pengaruh analgesik antipiretik
asetanilida bukan disebabkan oleh asetanilidanya, tetapi dikarenakan hasil metabolisme asetanilida, yaitu
parasetamol.

Itulah yang membuat mereka menyimpulkan bahwa untuk analgetik antipiretik, sebaiknya digunakan
metabolit asetanilida secara langsung, yaitu parasetamol, ketimbang asetanilida yang menyebabkan
methemoglobinemia.
Julius Axelrod mendapatkan gelar doktor (Ph.D.) pada tahun 1955 dari George Washington University.
Setelah menyelesaikan program doktornya, banyak hal yang telah diteliti dan ditemukan oleh Suami dari
Sally Taub Axelrod ini.

Puncak karier dalam dunia penelitiannya adalah pada tahun 1970. Bapak dua anak ini menerima hadiah
Nobel bersama Bernard Katz (Baca : Sir Bernard Katz : Biofisikawan Sinaps Peraih Nobel) dan Ulf von
Luler. Hadiah Nobel itu diberikan atas kerjanya dalam menemukan proses pelepasan, pengambilan
kembali, serta penyimpanan neurotransmitter epinefrin dan norefinefrin yang bertanggung jawab dalam
sistem saraf. Hasil penelitiannya pun memberikan andil besar dalam menjelaskan cara kerja jam biologi
itu.

Istrinya meninggal dunia pada tahun 1992 saat ia berusia 53 tahun. Empat belas tahun berselang, Julnj
Axelrod meninggal dunia pada 29 Desember 2004 dengan meninggalkan dua anak laki-laki dan tiga cucu
Parasetamol sering lebih dikenal dengan nama alternatif nya asetaminofen. Ini
adalah obat umum yang biasanya tersedia di warung-warung dan dijual
dengan nama merek seperti Tylenol®:. Kegunaan utamanya adalah untuk
menghilangkan rasa sakit (analgesik) dan untuk mengurangi demam
(antipiretik), dan biasanya ringan dengan sedikit efek samping. Kebanyakan
orang dapat mengambil parasetamol tanpa masalah, meskipun ada beberapa
kasus di mana mungkin kontraindikasi.

Parasetamol pertama kali diperkenalkan di Inggris pada tahun 1956 dan


dipasarkan dengan nama Panadol®. Karena tidak menyebabkan iritasi
lambung seperti kalau menggunakan aspirin, dengan cepat menjadi obat
alternatif yang populer untuk mengobati rasa sakit atau demam dan bentuk
cair untuk anak-anak diluncurkan hanya beberapa tahun setelah pil Panadol
pertama terjual.

Tylenol diproduksi beberapa tahun lebih awal dari Panadol, di Amerika Serikat pada
tahun 1948. Namun perlu dicatat bahwa bahan aktif dari kedua merek telah
digunakan sampai tingkat tertentu sejak akhir abad ke-19. Sekarang ada beberapa
versi nama merek obat di pasaran, dan banyak versi generiknya. Obat Generik
biasanya akan menghemat beberapa rupiah dan bekerja sama baiknya dengan
dengan obat dengan versi bermerek.

Ada juga beberapa penggunaan resep parasetamol. Hal ini dapat dikombinasikan
dengan obat-obatan seperti kodein dalam penghilang rasa sakit. Ada juga yang
menggunakan parasetamol dikombinasi dengan aspirin atau dengan dekongestan.
Meskipun parasetamol relatif aman untuk berbagai orang (bahkan dapat digunakan
secara aman oleh wanita hamil), itu tidak benar-benar aman jika dikonsumsi dalam
keadaan tertentu. Obat ini diproses dalam hati, dan terlalu sering menggunakan
asetaminofen dapat menyebabkan kerusakan hati. Tingkat yang aman untuk orang
dewasa tidak lebih dari 600 miligram setiap empat jam tidak lebih dari 10 hari,
kecuali diresepkan oleh dokter.

Anda mungkin juga menyukai