TINJAUAN PUSTAKA
1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap :
a. Derivat halogen hidrokarbon.
- Halothan
- Trikhloroetilen
- Khloroform
b. Derivat eter.hh
- Dietil eter
- Metoksifluran
- Enfluran
- Isofluran
2. Obat anestesia umum yang berupa gas
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan
Sungkup muka ( Face Mask ) mengantarkan udara atau gas anastesi dari alat
resusitasi atau system anestesi ke dalam jalan nafas pasien. Bentuknya dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk bernafas spontan atau dengan
tekanan positif tidak bocor dan gas masuk ke semua trakea lewat mulut atau hidung.
Bentuk sungkup sangat beragam tergantung usia danpembuatnya, ukuran 0,3
biasanya digunakan untuk bayi baru lahir, 0,2, 0,1 dan 1 digunakan pada anak-anak
kecil, pada anak-anak yang besar biasanya ukuran 2 atau 3, pada orang dewasa
memakai ukuran 4 atau 5. Biasanya sebagian sungkup muka dari bahan transparan
agar udara ekspirasi kelihatan ( berembun ) dan bila terdapat muntahan atau bibir
terjepit dapat terlihat.2
Selama tahun 1800-an, ada beberapa anestesi volatil yang telah digunakan
untuk kepentingan klinis akan tetapi mengandung gas-gas yang mudah terbakar,
seperti dietil eter, cyclopropane dan divinyl eter. Beberapa gas yang tidak mudah
terbakar juga ada, seperti kloroform dan trikloroetilen, namun gas-gas ini
dihubungkan dengan kejadian keracunan hepar (hepatotoksik) dan meracuni saraf
(neurotoksik). Pada awal tahun 1930-an penelitian tentang turunan dari zat kloroform
yang mengandung halogen mengindikasikan bahwa zat yang tidak mudah terbakar
dapat dibuat dengan menggunakan bahan fluoride organik.
Pada tahun 1951, halotan disintesis dan di uji coba secara luas kepada hewan
oleh Suckling di laboratorium ICI di Inggris. Halotan diperkenalkan pada praktek
klinik pada tahun 1956 dan secara cepat meluas pemakaiannya, dikarenakan sifatnya
yang tidak mudah terbakar dan memeliki solubilitas yang rendah terhadap jaringan.
Halotan relatif memiliki ketajaman (pungency) yang rendah dan potensi yang tinggi,
sehingga dapat diberikan pada konsentrasi insipirasi yang tinggi untuk menghasilkan
anestesia. Halotan terbukti dapat diterima melalui jalur inhalasi baik pada orang
dewasa maupun pada anak-anak. Keuntungan lain yang dimiliki halotan adalah
insiden nausea dan muntah yang lebih rendah dari gas-gas volatil pendahulunya.
Antara tahun 1959 dan 1966, Terrel dan para koleganya di ohio medical
products (sekarang baxter) mensintesis lebih dari 700 senyawa senyawa ke 347 dan
469 secara berturut-turut adalah metil etil eter enfluran dan isofluran yang di-
halogenasi dengan fluorin dan clron. Uji coba klinis dari enfluran dan isofluran
dilaksanakan hampir secara paralel, melibatkan baik relawan manusia dan studi pada
pasien. Bertahun-tahun kemudian, beberapa senyawa yang dilakukan oleh terrel
diperiksa ulang. Salah satu senyawa, yaitu senyawa ke 653, sangat sulit untuk di
sintesis karena sifatnya yang mudah meledak dan juga karena senyawa ini tekanan
yang mendekati 1 atm, sehingga tidak mungkin untuk memberikannya pada pasien
dangen alat vaporizer standar. Bagaimanapun juga, senyawa ini secara utuh
terhalogenisasi oleh fluoran, sehingga dipredikis memiliki solubilitas yang rendah
pada darah. Setelah masalah sintesis dan pemberian pada pasien dapat dipecahkan,
senyawa ini kemudian diperkenalkan dengan nama desfluran, dan mulai digunakan
pada praktek klinik pada tahun 1993.
Senyawa lain yang di jelaskan pada awal tahun 1970 oleh Wallin dan para
koleganya di travenol laboratories yang sedang mengevaluasi isopropil eter
terfluorinisasi. Salah satu senyawa ini memiliki potensi menjadi agen anestetik, yang
sekarang kita kenal dengan nama sevofluran. Seperti dersfluran, senyawa ini
memiliki solubilitas yang rendah karena adanya fluoronasi dari molekul eter.
Laporan menyebutkan bahwa sevofluran melepaskan fluoride organik dan
nonorganik baik pada hewan maupun pada manusia, sehingga obat ini tidak terlalu
dikembangkan dan dipasarkan. Pada saat hak paten di pindahkan ke ohio medical
products, uji coba lebih lanjut mengungkap kerusakan yang significant oleh soda
lime, meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan, sehingga tidak dilakukan
evaluasi lebih lanjut.
Perbedaan yang paling penting antara dua anestetik baru, yaitu sevofluran dan
desfluran, dengan isofluran, adalah pada farmakokinetiknya. Keduanya memiliki
solubilitas pada darah yang rendah, sehingga meningkatkan bersihan dari tubuh dan
mudahnya mengatur kedalaman anestesi. Karakteri dari kedua obat inilah yang
membuat mereka sesuai untuk anestesi ambulatori pada praktik anestesi modern.
Kloroform, eter, dinitrogen oksida, dan etil klorida digunakan selama akhir
abad 19. Mereka diikuti pada tahun 1930 dan 1940 oleh etilen, siklopropan,
trikloroetilen, isopropenil vinil eter, dan lain-lain sampai halotan ditemukan pada
1951 dan diperkenalkan pada praktek klinik pada 1956. Setelah itu, metoksifluran
muncul pada awal tahun ’60-an, diikuti enfluran dan isofluran pada tahun ‘70-an.
Metoksifluran ditarik dari pasaran dalam satu dekade karena berpotensi nefrotoksik.
Dua anestesi inhalasi disintesis pada tahun ’70-an tetapi digunakan pada awal tahun
‘90-an. Yang pertama, sevofluran, diperkenalkan di Jepang pada tahun 1990. yang
kedua, desfluran digunakan di Amerika pada tahun1992. Zat anestesi inhalasi yang
paling sering digunakan adalah dinitrogen oksida, isofluran, dan dua anestesi inhalasi
yang baru saja diperkenalkan sevofluran dan desfluran.
Ambilan alveolus atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:
1. Konsentrasi inspirasi.
Teoritis kalau saturasi uap anestetik di dalam jaringan sudah penuh, maka
ambilan paru berhenti dan konsentrasi uap inspirasi sama dengan alveoli. Hal
ini dalam praktek tak pernah terjadi.Induksi makin cepat kalau konsentrasi
makin tinggi, asalkan tak terjadi depresi napas atau kejang laring.Induksi
makin cepat jika disertai oleh N2O (efek gas kedua).
2. Ventilasi alveolar.
3. Koefisien darah/gas.
Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah
konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.
5. Hubungan ventilasi-perfusi.
Tekanan parsial adalah proporsi yang menggambarkan kadar suatu gas yang
berada dalam suatu campuran gas, misalnya kadar anestetik inhalasi dalam campuran
gas yang dihirup oleh pasien (udara inspirasi). Tekanan parsial suatu anestetik dalam
udara inspirasi dapat diatur besarnya dengan suatu vaporizer atau alat lainnya5,6
A. Kelarutan anestetik dalam darah
Kelarutan ini dinyatakan sebagai koefisien partisi darah/gas (ƛ),
yaitu perbandingan antara kadar anestetik dalam darah dengan kadarnya
dalam udara inspirasi pada saat dicapai keseimbangan. Anestetik yang
sukar larut (N2O, desfluran, dan sevofluran) koefisien partisinya sangat
rendah, sedangkan koefisien partisi dietileter dan metoksifluran yang
mudah larut, sangat tinggi. Ketika berdifusi dalam darah, anestetik yang
sukar larut, hanya membutuhkan sedikit molekul untuk menaikkan
tekanan parsialnya sehingga tekanan parsial gas di dalam darah segera
naik dan induksi anesthesia terjadi lebih cepat. Sebaliknya untuk anestetik
yang mudah larut, diperlukan jumlah yang lebih banyak untuk menaikkan
tekanan parsial di darah sehingga timbulnya induksi lebih lama. 5,6
Cara ini dipakai untuk anestetik yang menguap, peralatan yang digunakan
sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik diteteskan pada kapas dan
diletakkan di depan hidung penderita sehingga kadar zat anestetik yang
dihisap tidak diketahui. Pemakaiannya boros karena zat anestetik menguap
ke udara terbuka.
Cara ini hampir sama dengan open drop method, hanya untuk mengurangi
terbuangnya zat anestetik digunakan masker, karbondioksida yang
dikeluarkan sering terhisap kembali sehingga menyebabkan hipoksia.
Untuk menghindari hal ini dialirkan oksigen melalui pipa yang
ditempatkan dibawah masker.
Udara yang dihisap diberikan bersama dengan oksigen murni yang dapat
ditentukan kadarnya, kemudian dilewatkan pada vaporizer sehingga zat
anestetik dapat ditentukan. Sesudah dihisap penderita, udara napas yang
dikeluarkan akan dibuang ke udara. Keuntungan cara pemberian ini adalah
dalam anestesi dapat diatur dengan memberikan kadar tertentu dari zat
anestetik, dan hipoksia dapat dihindari dengan pemberian O2.
Closed method
Cara ini hampir sama dengan semi closed method, hanya udara ekspirasi
dialirkan melalui NaOH yang dapat mengikat CO 2, sehingga udara yang
mengandung zat anestetik dapat digunakan lagi. Cara ini lebih hemat,
aman, dan lebih mudah, tetapi harga alatnya cukup mahal.
1. Volume(VT)
Volume udara yang dihisap atau dikeluarkan pada satu kali nafas
biasa. Besarannya 8-10cc/kgBB.
2. Volume nafas semenit (V)
Jumlah volume tidal dalam semenit (V=VT x F)
3. Ruang Rugi
Bagian saluran nafas yang tidak terjadi pertukaran udara (VD =
1/3VT)
4. Ventilasi alveolar
Volume udara yang mengadakan pertukran udara selama semenit.
{VA=(VT-VD)xF}
5. Rebreathing
Pemakaian udara respirasi untuk inspirasi kembali.
6. CO2 absorber
Bahan pengikat CO2 yang terjadi, terdiri dari Ca (OH)2 dengan Na
(OH)2 (sodalime).
2.9.2 Pembagian
Pembagian berdasarkan teknik system-nya membagi sirkuit anastesia menjadi
open, semi-open, semi-closed, dan closed.
Close + Total
Semi Close + Sebagian
Sistem Open
4. Contoh :
Sistem ini akan menjadi system terbuka bila aliran O2 sama dengan 2
kali volume semenit.
Sistem Close
Sirkuit anastesia yang populer sampai saat ini ialah sirkuit lingkaran (cirvle
system), sirkuit Magiil, sirkuit Bain dan sistem pipa T.
Sistem tetes terbuka
Sistem tetes terbuka (open drop system) ialah system anastesia yang
sederhana yaitu dengan meneteskan cairan anastetik (eter, koloform) dari botol
khusus ke wajah dengan bantuan sungkup muka (face mask) Schimmelbusch.
Sistem Insuflasi
Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anastetik dengan sungkup
muka melalui salah satu ke wajah pasien tanpa menyentuhnya. Biasanya
dikerjakan pada bayi anak yang takut disuntik pada mereka yang sedang tidur
supaya tidak terbangun (induksi mencuri, steal induction). Untuk menghindari
pertumpukan gas CO2 aliran gas harus cukup tinggi sekitar 8 - 10 liter / menit.
Seperti system tetes terbuka cara ini mencemari udara sekitar.
Sistem Mapelson
Sistem Mapleson asli tak dilengkapi dengan penyerap CO2 sehingga aliran
gas harus sanggup membuang CO2. System ini disebut juga sebagai sistem aliran
nafas terkendali (flow controlled breathing system). System ini terdiri dari
beberapa kelas yaitu ABCDE. Willis menambah dengan system F dan system
ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelas A, BC, dan kelas DEF. Sistem
Mapleson disebut juga sebagai system semi-tertutup yang terdiri dari sungkup
muka (face mask), pipa ombak (carrugated tubing), kantong cadang ( reservoir
bag) dan lubang aliran gas segar (fresh gas flow inlet)
Sistem Mapleson A
Sistem Mapleson A disebut sebagai sistem Magiil atau Magiil attachment.
System ini cocok digunakan pada anastesia dengan pernapasan spontan. Katub
Ekspirasi (KE) diletakkan sungkup muka (SM=P), menggunakan pipa ombak,
sedangkan tempat masuk aliran gas segar (AGS=FG) di dekat atau pada kantong
cabang (KC=T). Pada pasien pernapasan spontan, aliran gas segar minimal harus
sama dengan besarnya ventilasi pasien semenit (80 – 100 ml/kg) yang ada pada
pasien dewasa sekitar 5 – 6 liter / menit dan katub ekspirasi dibuka maksimal.
Pada pernapasan sebagian. System ini sekarang jarang digunakan.
Sistem Mapleson D
Pada Sistem Mapleson D, katup ekspirasi diletakkan didekat masing-
masing cadang dan lubang aliran gas segar di dekat sungkup muka. Untuk
mencegah penghisapan kembali CO2 perlu aliran gas segar 2,5 x ventilasi
semenit. Modifikasi system ini disebut system Bain. Pada sistem Bain pipa kecil
yang mengalirkan gas segar di dekat sungkup masih di dalam pipa ombak. Pipa
ombak biasanya dari plastic transparan, tembus pandang, sehingga kalau ada
kerusakan pipa dalam segera diketahui.
Sistem Mapleson E ini hanya terdiri dari sungkup muka, lubang masuk
untuk aliran gas segar dan pipa ombak sebagai pipa cadang. System ini dikenal
juga dengan nama Ayre’s T-Piece atau y-piece in Rees atau Mapelson F.
Tambahan kantong cadang ini memudahkan memonitor napas spontan dan
melakukan naps kendali. System ini cocok untuk bayi dan anak kecil. Untuk
mencegah dilusi oleh gas inspirasi dengan udara atau inspirasi dengan CO2 maka
diperlukan aliran gas segar 2x ventilasi semenit.
Keuntungan sistem ini ialah tak ada sesintensi ekspirasi. Sedangkan aliran
gas tang diperlukan ialah untuk :
Sistem lingkar
Sistem ini di Amerika, menggunakan dua katup ekspirasi, satu di dekat
pasien yang lainnya di dekat kantong cadang. Aliran gas cukup 2 – 3 menit
asalkan kadar O2 > 25%. Sistem ini variasinya cukup banyak dan umumnya
terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
Dua katup searah harus diletakkan antara pasien dan kantong cadang
pada ujung distal pipa ombak
Gas segar jangan dimasukkan ke sirkuit antara pasien dan katup
ekspirasi.
Katup pop-off tak dapat ditempatkan karena pasien dan katup
inspirasi.
Tergantung tingginya aliran gas segar, maka sistem ini dapat digunakan untuk:
Resistensi tinggi.
Tidak ideal untuk anak
Pengenceran oleh udara ekspirasi
Sistem ini kompleks dengan beberapa komponen di antaranya :
Ca (OH)2 76 – 81%
NaOH 4%
KOH 1%
Ba(OH)2 20%
Ca (OH)2 80%
CO2 + Ba (OH) 2. 8HH2O BaCO3 + H2O
Warna berubah
Kapnograf CO2 meningkat
Tekanan darah mula-mula meningkat lalu menurun.
Nadi menurun
Napas menurun
Napas spontan dalam
Luka operasi darahnya merembes (oozing)
2.10 Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi
Mekanisme kerja obat anestetik inhlasi sangat rumit, dan masih merupakan
misteri dalam farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui pernapasan
menuju organ sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik dalam dunia
anestesiologi.
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya
:
1. Ambilan alveolus.
2. Difusi gas dari paru ke darah.
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Konsentrasi zat anestesi yang tinggi, ventilasi alveolus yang meningkat, serta
koefisien partisi darah/gas dan koefisien partisi darah / jaringan yang rendah dari
suatu zat anestesi, akan menyebabkan peningkatan tekanan parsial zat anestesi dalam
alveolus, darah dan jaringan. Otak merupakan organ yang banyak mendapat aliran
darah, sehingga tekanan parsial zat anestesi di dalam otak akan cepat meningkat dan
pasien cepat kehilangan kesadaran. Hal tersebut di atas dapat berfungsi dengan baik,
apabila fungsi paru-paru baik. Fungsi paru-paru dapat diketahui antara lain dengan
mengukur volume paru-paru. Dalam klinis, pengukuran yang sering dilakukan dan
berguna adalah kapasitas vital, kapasitas paru total, kapasitas reidu fungsional, dan
volume residual. Nilai normal volume tersebut bisa berbeda-beda, tergantung oleh
umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, posisi dan fisik seseorang. Laki-laki
dewasa muda (kira-kira 4,6 L) mempunyai kapasitas vital lebih besar dibandingkan
dengan wanita dewasa muda (kira-kira 3,1 L), orang tinggi biasanya mempunyai
kapasitas vital yang lebih besar dibandingkan dengan orang pendek, seorang atlet
terlatih mempunyai kapasitas vital yang lebih besar daripada orang biasa, pada
obesitas terjadi penurunan kapasitas vital, kapasitas residu fungsional, dan kapasitas
paru total. Penderita penyakit paru-paru, volume-volume tersebut dapat menurun
maupun meningkat.
1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak intattif terhadap mukosa
jalan nafas, pemulihannya relatif cepat, tidak menimbulkan mual muntah dan
tidak meledak atau cepat terbakar.
2. Kelemahannya adalah batas keamanannya sempit (mudah terjadi kelebihan
dosis), analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan
dengan obat lain. Selain itu juga menimbulkan hipotensi, gangguan irama
jantung dan hepatotoksik, serta menimbulkan menggigil pasca anestesia.
II. ENFLURAN
Enfluran adalah obat anestesi inhalasi yang bebentuk cair, tidak mudah
terbakar, tidak berwarna, tidak iritatif, lebih stabil dibandingkan halotan,
induksi lebih cepat dibanding halotan, tidak terpengaruh cahaya dan tidak
bereaksi dengan logam. 2,3,7
DOSIS
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-
3% bersama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar
antara 1- 2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.2,3,7
ABSORBSI DAN DISTRIBUSI, METABOLISM, DAN ELIMINASI
Setelah diabsorbsi dari paru ke dalam darah, enfluran akan
didistribusikan ke seluruh tubuh. Kelarutan enfluran dalam lemak lebih
rendah dibandingkan halotan. Ekskresi melalui paru dan sebagian kecil
melalui urin. 2,3,7
EFEK FARMAKOLOGIK
Terhadap SSP
Pada dosis tinggi menimbulkan “twitching” (tonik-klonik) pada otot
muka dan anggota gerak. Hal ini terutama dapat terjadi bila pasien mengalami
hipokapnia. Kejadian ini bisa dihindari dengan mengurangi dosis obat dan
mencegah terjadinya hipokapnia. Obat ini tidak dianjurkan pemakaiannya
pada pasien yang mempunyai riwayat epilepsy walaupun pada penelitian
terbukti bahwa enfluran tidak menimbulkan bangkitan epilepsi. Walaupun
menimbulkan vasodilatasi serebral, tetapi pada dosis kecil dapat dipergunakan
untuk operasi intrakranial karena tidak menimbulkan peningkatan tekanan
intracranial. 2,3,7
Terhadap system KV
Enfluran menimbulkan depresi kontraktilitas miokard, disritmia jarang
terjadi, tidak meningkatkan sensitifitas miokard terhadap katekolamin.
Hipotensi dapat terjadi akibat menurunnya curah jantung. 2,3,7
Terhadap respirasi
Pada system respirasi tidak meningkatkan sekresi bronchial dan ludah,
tidak meningkatkan iritabilitas faring dan laring. Frekuensi nafas meningkat
tetapi ventilasi semenit berkurang karena volume tidal yang menurun. 2,3,7
Terhadap ginjal
Enfluran menurunkan aliran darah ginjal, menurunkan laju filtrasi
glomerolus dan akhirnya menurunkan diuresis. Harus berhati-hati
menggunakan enfluran pada pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal.
2,3,7
Terhadap hati
Terjadi gangguan fungsi hati yang ringan setelah pemakaian enfluran
yang sifatnya reversible. 2,3,7
Terhadap uterus
Menimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap
oksitosin tetap baik selama dosis enfluran rendah. 2,3,7
Terhadap otot
Meningkatkan relaksasi, tapi untuk laparotomi masih perlu
penambahan pelumpuh otot. 2,3,7
PENGGUNAAN KLINIK
Sama seperti halotan. Untuk mengubah cairan enfluran menjadi uap,
diperlukan alat penguap (vaporizer) khusus enfluran. 2,3,7
Kontra Indikasi
1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosa
jalan nafas, pemulihannya lebih cepat dari halotan, tidak menimbulkan mual
muntah, dan tidak menimbulkan menggigil serta tidak mudah meledak atau
terbakar.
2. Kelemahannya adalah batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis),
analgesia dan relaksasinya kurang, sehingga harus dikombinasikan dengan
obat lain dan bisa menimbulkan hipotensi.
III. ISOFLURAN
Isofluran adalah obat anestesi isomer dari enfluran, merupakan cairan
tidak berwarna dan berbau tajam, menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai
dengan konsentrasi tinggi menggunakan sungkup muka. Tidak mudah
terbakar, tidak terpengaruh cahaya dan proses induksi dan pemulihannya
relatif cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada
saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan sevofluran. 2,3,7
DOSIS
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-
3% bersamasama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar
antara 1-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.2,3,7
Pada pasien yang mendapat anestesi isofluran kurang dari 1 jam akan
sadar kembali sekitar 7 menit setelah obat dihentikan. Sedangkan pada
tindakan 5-6jam, kembali sadar sekitar 11 menit setelah obat dihentikan. 2,3,7
EFEK FARMAKOLOGI
Terhadap sistem saraf pusat
Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan dosis yang diberikan.
Isofluran tidak menimbulkan kelainan EEG seperti yang ditimbulkan oleh
enfluran. Pada dosis anestesi tidak menimbulkan vasodilatasi dan perubahan
sirkulasi serebrum serta mekanisme autoregulasi aliran darah otak tetap stabil.
Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran adalah penurunan konsumsi
oksigen otak. Sehingga dengan demikian isofluran merupakan obat pilihan
untuk anestesi pada kraniotomi, karena tidak berperngaruh pada tekanan
intrakranial, mempunyai efek proteksi serebral dan efek metaboliknya yang
menguntungkan pada tekhnik hipotensi kendali. 2,3,7
Terhadap sistem kardiovaskuler
Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan
dibanding dengan obat anesetesi volatil yang lain. Tekanan darah dan denyut
nadi relatif stabil selama anestesi. Dengan demikian isofluran merupakan obat
pilihan untuk obat anestesi pasien yang menderita kelainan kardiovaskuler. 2,3,7
Terhadap sistem respirasi
Isofluran juga menimbulkan depresi pernafasan yang derajatnya
sebanding dengan dosis yang diberikan. 2,3,7
Terhadap otot rangka
Menurunkan tonus otot rangka melalui mekanisme depresi pusat
motorik pada serebrum, sehingga dengan demikian berpotensiasi dengan obat
pelumpuh otot non depolarisasi. Walaupun demikian, masih diperlukan obat
pelumpuh otot untuk mendapatkan keadaan relaksasi otot yang optimal
terutama pada operasai laparatomi. 2,3,7
Terhadap ginjal
Pada dosis anestesi, isofluran menurunkan aliran darah ginjal dan laju
fitrasi glomerulus sehingga produksi urin berkurang, akan tetapi masih dalam
batas normal. Toksisitas pada ginjal tidak terjadi. 2,3,7
Kontra Indikasi
Tidak ada kontra indikasi yang unik. Hati-hati pada hipovolemik berat.
1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosa
jalan nafas, pemulihannya lebih cepat dari halotan, tidak menimbulkan mual
muntah, dan tidak menimbulkan menggigil serta tidak mudah meledak atau
terbakar. Penilaian terhadap pemakaian isofluran saat ini adalah bahwa
isofluran tidak menimbulkan guncangan terhadap fungsi kardiovskuler, tidak
megubah sensitivitas otot jantung terhadap katekolamin, sangat sedikit yang
mengalami pemecahan dalam tubuh dan tidak menimbulkan efek eksitasi SSP.
Kelemahannya adalah batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan
dosis), analgesia dan relaksasinya kurang, sehingga harus dikombinasikan
dengan obat lain
IV. SEVOFLURAN
Sevofluran dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak
eksplosif, tidak berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelap), dan
tidak terlihat adanya degradasi sevofluran dengan asam kuat atau panas. Obat
ini tidak bersifat iritatif terhadap jalan nafas sehingga baik untuk induksi
inhalasi. Proses induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan
obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini. 2,3,7
DOSIS
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-
5,0% bersama-sama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar
antara 2,0-3,0%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.2,3,7
EFEK FARMAKOLOGI
Terhadap sistem saraf pusat
Efek depresinya pada SSP hampir sama dengan isofluran. Aliran darah
otak sedikit meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial.
Laju metabolisme otak menurun cukup bermakna sama dengan isofluran.
Tidak pernah dilaporkan kejadian kejang akibat sevofluran. 2,3,7
Terhadap sistem kardiovaskuler
Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia. Tahanan
vaskuler dan curah jantung sedikit menurun, sehingga tekanan darah sedikit
menurun. Pada 1,2-2 MAC sevofluran menyebabkan penurunan tahanan
vaskuler sistemik kira-kira 20% dan tekanan darah arteri kira-kira 20%-40%.
Curah jantung akan menurun 20% pada pemakaian sevofluran lebih dari 2
MAC. Dibandingkan dengan isofluran, sevofluran menyebabkan penurunan
tekanan darah lebih sedikit.
Sevofluran tidak atau sedikit meyebabkan perubahan pada aliran darah
koroner. Sevofluran menyebabkan penurunan laju jantung. Penelitian-
penelitian menyebutkan bahwa penurunan laju jantung tidak sampai
menyebabkan bradikardi. 2,3,7
Terhadap sistem respirasi
Menimbulkan depresi pernapasan dan dapat memicu bronkhospasme.
2,3,7
V. DESFLURAN
Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek
klinisnya sama dengan isofluran. Desfluran sangat mudah menguap
dibandingkan dengan agen volatile yang lain. Memerlukan alat penguap
khusus (TEC-6). 2,3,7
DOSIS
Untuk induksi, disesuaikan dengan kebutuhan. 2,3,7
EFEK FARMAKOLOGI
Terhadap system KV
Menurunkan resistensi vascular sistemik, menyebabkan turunnya
tekanan darah. Peningkatan konsentrasi desfluran dengan cepat menyebabkan
peningkatan tekanan darah, laju jantung, dan katekolamin. Keadaan ini bisa
dikurangi dengan memberikan klonidin, fentanil, atau esmolol. Desfluran
tidak meningkatkan aliran darah koroner. 2,3,7
Terhadap sistem respirasi
Menyebabkan menurunnya volume tidal dan meningkatnya frekuensi
nafas sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan CO2. Desfluran bersifat
iritatif, sehingga tidak ideal untuk induksi. 2,3,7
PENGGUNAAN KLINIK
Desfluran digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam
pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik, desfluran juga
mempunyai efek analgetik yang ringan dan relaksasi otot ringan.2,3,7
Kontra Indikasi
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”,
hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.
Efek anestesi N2O dan zat anestesi lain bersifat additif, sehingga pemberian
N2O dapat secara substansial mengurangi jumlah zat anestesi lain yang seharusnya
digunakan. Pemberian N2O akan menyebabkan peningkatan konsentrasi alveolar
dari zat anestesi lain dengan cepat, oleh karana sifat “efek gas kedua” dan “efek
konsentrasi” dari N2O. Efek konsentrasi terjadi saat gas diberikan dengan
konsentrasi tinggi. Semakin tinggi konsentrasi gas diinhalasi, maka semakin cepat
peningkatan tekanan arterial gas tersebut. Seorang pasien menerima 70-75% N2O
akan menyerap sampai 1.000 ml/menit N2O saat fase awal induksi. Pemindahan
volume N2O dari paru ke darah, menyebabkan aliran gas segar seperti disedot
masuk dari mesin anestesi ke dalam paru-paru, sehingga meningkatkan laju gas
lain. Pasien menerima hanya 10-25% N2O, pengambilan N2O oleh darah hanya
150 ml/menit, hal ini tidak menghasilkan perubahan yang signifikan pada laju
penyerapan agen/gas lain. Efek gas kedua terjadi saat agen inhalasi kedua
diberikan bersama dengan N2O. efek ini berkaiatan dengan pengambilan N2O
yang cepat, sekitar 1.000 ml/menit saat induksi anestesi. Pengambilan cepat
volume N2O yang besar, menmbulkan suat keadaan vakum di alveolus, sehingga
memaksa lebih banyak gas segar (N2O bersama dengan agen inhalasi lain) masuk
ke dalam paru-paru.
MAC bangun N2O adalah 65% diatas konsentrasi tersebut pasien tidak sadar
atau lupa terhadap tindakan pembedahan. Analgesia yang dihasilakan oleh 50%
N2O kira-kira sama dengan 10 mg morfin.
Absorbsi dan eliminasi nitorus oksida relatif lebih cepat dibandingkan dengan
obat anestesi inhalasi lainnya, hal ini terutama disebabkan oleh koefisien partisi
gas darah yang rendah dari N2O. total ambilan N2O oleh tubuh manusia diteliti
oleh Severinghause. Pada menit pertama, N2O (75%) dengan cepat akan diabsorbsi
kira-kira 1.000 ml/menit. Setelah 5 menit, tingkat absorbsi turun menjadi 600
ml/menit, setelah 10 menit turun menjadi 350 ml/menit dan setelah 50 menit
tingkat absorbsinya kira-kira 100 ml/menit, kemudian pelan-pelan menurn dan
akhirnya mencapi nol. Konsentrasi N2O yang diabsorbsi tergantung antara lain
oleh konsentrasi inspirasi gas, ventilasi alveolar dan ambilan oleh sirkulasi, seperti
koefisien partisi darah/gas dan aliran darah (curah jantung).
N2O tidak atau sedikit mengalami biotransformasi dalam tubuh, namun telah
ditemukan bakteri anaerob yang memetabolisir N2O dan menghasilkan radikal-
radikal bebas meskipun tidak terdapat bukti bahwa radikal-radikal bebas tersebut
menimbulkan kerusakan organ yang spesifik. N2O dieliminasi melalui paru-paru
dan sebagian kecil diekskresikan lewat kulit.
Pada saat N2O dihentikan pemberiannya, N2O berdifusi keluar dari darah dan
masuk ke alveoli secepat difusinya ke dalam darah saat induksi. Jika pasien
dibiarkan menghirup udara atmosfir saja pada saat tersebut akan mengalami
hipoksia difusi. Selama beberapa menit pertama pasien menghirup udara atmosfir,
sejumlah besar volume N2O berdifusi melalui darah ke dalam paru-paru dan
dikeluarkan lewat paru-paru. Kira-kira sebanyak 1500 ml N 2O dikeluarkan pada
menit pertama oleh pasien yang menerima N 2O : O2 dengan rasio 75% : 25%.
Jumlah tersebut menurun menjadi 1.200 ml pada menit ke dua dan 1.000 ml pada
menit ke tiga. Difusi N2O yang cepat dan dalam jumlah besar ke dalam alveoli
akan menyebabkna pengenceran dan mendesak O2 keluar dari alveoli., sehingga
mudah terjadi hipoksia dan juga menyebabkan terjadinya pemindahan volume CO2
yang lebih besar dari darah, sehinga akan menurunkan tekanan CO2 dalam darah
dan akan memperberat hipoksia. Efek hipoksia difusi dapat dicegah dengan
pemberian 100% O2 selam minimal 3-5 menit pada akhir operasi.
Efek Farmakologi
Nitrous oksida tidak mengikuti klasifikasi stadium anestesi dari guedel dalam
kombinasinya dengan oksigen dan sangat tidak mungkin mencoba memakai
nitrous oksigen tanpa oksigen hanya karena ingin tahu gambaran stadium anestesi
dari guedel. Efeknya terhadap tekanan intrakranial sangat kecil bila dibandingkan
dengan obat anestesi yang lain.
Terhadap susunan saraf otonom, nitrous oksida merangsang reseptor alfa saraf
simpatis, tetapi tahanan perifer pembuluh darah tidak mengalami perubahan.
N2O tidak mempengaruhi tonus dan motilitas saluran cerna. Distensi dapat
terjadi akibat masuknya N2O ke dalam lumen usus. Pada gangguan fungsi hepar,
N2O tetap dapat digunakan.
Terhadap ginjal
N2O tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada ginjal maupun pada
komposisi urin.
N2O tidak menyebabkan relaksasi otot rangka. Karena tonus otot tetap tidak
berubah sehingga dalam penggunaannya mutlak memerlukan obat pelumpuh otot.
Efek Samping
Walaupun nitrous oksida dikatakan sebagai obat anestetik non toksik dan
mempunyai pengaruh yang sangat minimal pada sistem organ seperti tersebut di
atas, kadang-kadang terjadi juga efek samping seperti berikut
1. Nitrous oksida akan meningkatkan efek depresi nafas dari obat tiopenton
terutama setelah diberikan premedikasi narkotik.
2. Kehilangan pendengaran pasca anestesia, hal ini disebabkan adanya
perbedaan solubilitas antara N2O dan N2 sehingga terjadi perubahan
tekanan pada rongga telinga tengah.
3. Pemanjangan proses pemulihan anestesia akibat difusinya ke rongga tubuh
seperti pneumotorak.
4. Pemakaian jangka panjang menimbulkan depresi sumsum tulang sehingga
menyebabkan anemia aplastik.
5. Mempunyai efek teratogenik pada embrio terutama pada umur 8 hari – 6
minggu, yang dianggap periode kritis.
6. Hipoksia difusi pasca anestesia. Hal ini terjadi sebagai akibat dari sifat
difusinya yang luas sehingga proses evaluasinya terlambat. Oleh karena
itu pada akhir anestesia, oksigenasinya harus diperhatikan.
Penggunaan Klinik
Dalam praktik anestesia, N2O digunakan sebagai obat dasar dari anestesia
umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan oksigen dengan perbandingan
N2O : O2 = 70 : 30 (untuk pasien normal), 60 : 40 (untuk pasien yang memerlukan
tunjangan oksigen yang lebih banyak), atau 50 : 50 (untuk pasien yan gberesiko
tinggi). Oleh karena N2O hanya bersifat analgesia lemah, maka dalam
penggunaannya selalu dikombinasikan degnan obat lain yang berkhasiat sesuai
dengan target “trias anestesia” yang ingin dicapai.