Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM

“Anastesi Inhalasi”

KELOMPOK 6A :

TERESITA M. UA LAKAWOLO (1709010013)

MONIKA N NENOTEK (1709010015)

ADRIANA G NOMLENI (1709010041)

VENANSIUS J LABHU (1709010053)

PINCE K.M IROTI (1709010061)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anastesi inhalasi”.
Makalah ini kami susun secara maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu kami menyampaikan banyak terimakasih atas peran serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak dahulu manusia telah mulai berusaha mengurangi ekstrakrasa sakit, tetapi tidak
mencapai hasil yang memuaskan. Dokumen tertua adalah tulisan dari Teodorico dr. Borgogni
pada abad ke-13, yaitu dengan spa yang disebut spons tidur atau slaapspoons, resepnya telah
dibuat oleh Nicolas Praerositus pada permulaan abad ke-12 dan obat ramuannya terkenal
dengan nama ypnoticon.

Keberhasilan oksida nitrat sebagai anestesi umum inhalansi pertama kali dicatat oleh ahli
kimia Inggris, Humphrey Davy, yang menerbitkan sebuah makalah tentang subjek pada tahun
1800-an. Salah satu pemakaian oksida nitrat pertama yang sukses adalah ekstrak gas gigi tanpa
rasa sakit yang dilakukan oleh William Thomas Green Morton pada tahun 1846.

Selama tahun 1800-an, ada beberapa anestesi volatil yang telah digunakan untuk
kepentingan klinis akan tetapi mengandung gas-gas yang mudah terbakar, seperti dietil eter,
cyclopropane dan divinyl eter. Beberapa gas yang tidak mudah terbakar juga ada, seperti
kloroform dan trikloroetilen, namun gas-gas ini dihubungkan dengan kejadian keracunan
hepar (hepatotoksik) dan meracuni saraf (neurotoksik). Pada awal tahun 1930-an penelitian
tentang turunan dari zat kloroform yang mengandung halogen mengindikasikan bahwa zat
yang tidak mudah terbakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan fluoride organik.

Kemajuan pengetahuan tentang kimia fluorin pada tahun 1940-an, menghasilkan


penggabungan molekul fluorin dengan biaya yang masih dapat diterima. Kemajuan tentang
fluorin pada awalnya didorong oleh ketertarikan terhadap peran fluorin dalam produksi bahan
bakar aviasi beroktan tinggi dan pengayaan uranium.

Kemajuan-kemajuan ini merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan anestesi
modern saat ini. Pada masa itu, setidaknya ada 46 senyaawa yang mengandung fluorin
disintesis oleh dr.Earl McBee dalam penelitian yang didukung oleh secret Manhattan project
dan oleh the mallinkrodt company. Walaupun tidak ada satupun dari zat ini yang secara pasti
teruji manfaatnya pada manusia, beberapa zat ini memiliki kedekatan struktur dengan zat yang
saat ini kita kenal dengan nama halotan. Fluorin adalah halogen yang memiliki berat atom
yang paling rendah. Penggantian gas halogen lain pada molekuk eter dengan fluorin, akan
menghasilkan penurunan titik didih, peningkatan stabilitas, dan secara umum, mengurangi
toksisitas. Ion fluoride juga mengurangi hidrokarbobon yang mudah terbakar dari kerangka
molekul eter.

Pada tahun 1951, halotan disintesis dan di uji coba secara luas kepada hewan oleh
Suckling di laboratorium ICI di Inggris. Halotan diperkenalkan pada praktek klinik pada tahun
1956 dan secara cepat meluas pemakaiannya, dikarenakan sifatnya yang tidak mudah terbakar
dan memeliki solubilitas yang rendah terhadap jaringan. Halotan relatif memiliki ketajaman
(pungency) yang rendah dan potensi yang tinggi, sehingga dapat diberikan pada konsentrasi
insipirasi yang tinggi untuk menghasilkan anestesia. Halotan terbukti dapat diterima melalui
jalur inhalasi baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak. Keuntungan lain yang dimiliki
halotan adalah insiden nausea dan muntah yang lebih rendah dari gas-gas volatil
pendahulunya.

Antara tahun 1959 dan 1966, Terrel dan para koleganya di ohio medical products
(sekarang baxter) mensintesis lebih dari 700 senyawa senyawa ke 347 dan 469 secara berturut-
turut adalah metil etil eter enfluran dan isofluran yang di-halogenasi dengan fluorin dan clron.
Uji coba klinis dari enfluran dan isofluran dilaksanakan hampir secara paralel, melibatkan
baik relawan manusia dan studi pada pasien. Bertahun-tahun kemudian, beberapa senyawa
yang dilakukan oleh terrel diperiksa ulang. Salah satu senyawa, yaitu senyawa ke 653, sangat
sulit untuk di sintesis karena sifatnya yang mudah meledaksehingga tidak mungkin untuk
memberikannya pada pasien dangen alat vaporizer standar. Bagaimanapun juga, senyawa ini
secara utuh terhalogenisasi oleh fluoran, sehingga dipredikis memiliki solubilitas yang rendah
pada darah. Setelah masalah sintesis dan pemberian pada pasien dapat dipecahkan, senyawa
ini kemudian diperkenalkan dengan nama desfluran, dan mulai digunakan pada praktek klinik
pada tahun 1993.

Perbedaan yang paling penting antara dua anestetik baru, yaitu sevofluran dan desfluran,
dengan isofluran, adalah pada farmakokinetiknya. Keduanya memiliki solubilitas pada darah
yang rendah, sehingga meningkatkan bersihan dari tubuh dan mudahnya mengatur kedalaman
anestesi. Karakteristik dari kedua obat inilah yang membuat mereka sesuai untuk anestesi
ambulatori pada praktik anestesi modern.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah yang kami buat:

 Apa Definisi dan tujuan pemberian anastesi inhalasi


 Bagaimana Agen, rute pemberian dan dosis pada hewan kecil dan besar
 Bagaimana unit mesin gas anastesi/anestesi inhalasi

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini kami buat yaitu:

 Mahasiswa mampu menguraikan konsep teoritis dan pengetahuan mengenai


Premedikasi dan Anastesi
 Agar mahasiswa bisa mendeffenisikan dan tujuan pemberian anastesi inhalasi
 Agar mengetahu Agen, rute pemberian dan dosis pada hewan kecil dan besar
 Agar mahasiswa mengenal unit mesin gas anastesi/anestesi inhalasi
BAB II

ANASTESI INHALASI

A. DEFENISI DAN TUJUAN PEMBERIAN ANASTESI INHALASI

Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum.
Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat
menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting dari
anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta
menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi
yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek
yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum. Tidak
seperti anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada jaringan
dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan, penggunaan
gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang harus sangat
diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dan dosis yang
mematikan. Sebenarnya hal ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi jaringan dan
dengan mentitrasi tanda-tanda klinis dari pasien.( Mangku, Gde.; Senapathi, Tjokorda Gde
Agung Senaphat)

Anestesi inhalan menjadi andalan untuk pemberian umum anestesi pada hewan kecil.
Inhalansia memungkinkan titrasi cepat kedalaman anestesi dan pemulihan cepat dari anestesi.
Menghirup anastesi ini mencakup ketiga aspek dari trias anestesi analgesia dicapai melalui
hilangnya persepsi sadar tion, tidak harus melalui modulasi sinyal rasa sakit (meskipun bukti
baru menunjukkan efek anes- inhalansia). Mekanisme aksi inhalansia tidak diketahui,
meskipun pengaruhnya terhadap Situs untuk dalam lipid bilayer kemungkinan besar. Tidak
ada satu saluran pun yang memiliki telah terbukti bertanggung jawab atas efek klinis,
demikian juga mungkin beberapa saluran terlibat.87,90 Inhalansia efek dan efek samping
sebagian besar tergantung pada dosis. . (. Tobias M,Karen,dkk)
Anestesi inhalasi Operasi yang memerlukan waktu lama seperti halnya penanganan
fraktur memerlukan anestesi yang mampu bekerja sesuai kebutuhan, Cocok untuk pada semua
spesies termasuk reptile, burung, dan zoo animals. Senyawa yg digunakan berupa gas murni
(N O) atau senyawa volatile/ cairan yang bi menguap (Isofluran, halothan) yang
didistribusikan ke paru paru dengan perantaraan mesin gas anestesi.

Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum, akan
tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi, terutama pada pasien. Gas anestesi inhalasi yang
banyak dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu sevofluran dan desfluran.
sedangkan pada pasien tertentu di pakai, halotan dan sevofluran paling sering dipakai.
Walaupun dari obat-obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh : penurunan tekanan
darah tergantung dosis), namun setiap gas ini memiliki efek yang unik, yang menjadi
pertimbangan bagi para klinisi untuk memilih obat mana yang akan dipakai. Perbedaan ini
harus disesuaikan dengan kesehatan pasien dan efek yang direncanakan sesuai dengan
prosedur bedah.

Cara pemberian anestesi inhalan ada 3 macam, yaitu :

• Open Drop

Penderita menghirup masker atau kain kasa yang ditetesi dengan obat anestesia

• Semi Closed

Penderita menghirup obat anestesia dari suatu alat ( EMO,Mesin anestesi lain,dsb)

• Closed System

Dengan suatu alat, obat anestesia yang dikeluarkan oleh penderita dapat dihirup kembali.
Sehingga cara ini menghemat pemakaian obat anestesia.

B. AGEN, RUTE PEMBERIAN, DOSIS ANASTESI INHALASI


a) Halotan
Berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan tidak mudah
meledak meskipun dicampur dengan oksigen, tidak iritatif dan mudah rusak bila terkena
cahaya, tetapi stabil disimpan memakai botol warna gelap. (Tjay Tan H.; Rahardja Kirana,)
(Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan)

• Dosis

Dosis untuk induksi inhalasi adalah 2-4%, dosis untuk induksi anak 1.5 – 2%. Pada
induksi inhalasi kedalaman yang cukup terjadi setelah 10 menit. Dosis untuk pemeliharaan
adalah 1 – 2%, dan dapat dikurangi bila digunakan juga N2O atau narkotik. Pemeliharaan
pada anak 0.5 – 2%. Waktu pulih sadar sekitar 10 menit setelah obat dihentikan. (Tjay Tan
H.; Rahardja Kirana,) (Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan)

• Rute Pemberian

Obat anestesi inhalasi di absorbsi di paru, setelah itu di distribusikan ke seluruh


tubuh.Metabolisme obat anestesi inhalasi secara oksidasi dan reduksi di dalam reticulum
endoplasma hepar. Eliminasi-Eliminasi sebagian besar secara ekshalasi lewat paru, sebagian
kecil melalui urin. Hasil metabolism sebagian besar diekskresi lewat urin sebagian kecil
diekskresi lewat paru. (Tjay Tan H.; Rahardja Kirana,) (Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,;
Dachlan, M. Ruswan)

b) Isofluran

Adalah obat anestesi isomer dari enfluran, merupakan cairan tidak berwarna dan berbau
tajam, menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai dengan konsentrasi tinggi menggunakan
sungkup muka. Tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh cahaya dan proses induksi dan
pemulihannya relatif cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada
saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan sevofluran (Tjay Tan H.; Rahardja
Kirana,) (Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan)

Dosis

Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3%
bersamasama dengan N2O. UntukUntuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan
konsentrasinya berkisar antara 1-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-
1%.(Mangku, Gde.; Senapathi, Tjokorda Gde Agung Senaphat) Pada pasien yang mendapat
anestesi isofluran kurang dari 1 jam akan sadar kembali sekitar 7 menit setelah obat
dihentikan. Sedangkan pada tindakan 5-6 jam, kembali sadar sekitar 11 menit setelah obat
dihentikan. (Tjay Tan H.; Rahardja Kirana,) (Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan,
M. Ruswan)

c) Enfluran

Enfluran adalah obat anestesi inhalasi yang bebentuk cair, tidak mudah terbakar, tidak
berwarna, tidak iritatif, lebih stabil dibandingkan halotan, induksi lebih cepat dibanding
halotan, tidak terpengaruh cahaya dan tidak bereaksi dengan logam.

• Dosis

Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3 bersama
dengan N2O. UntukUntuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar
antara 1- 2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%. (Tjay Tan H.;
Rahardja Kirana,) (Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan)

• Rute Pemberian

Setelah diabsorbsi dari paru ke dalam darah, enfluran akan didistribusikan ke seluruh
tubuh. Kelarutan enfluran dalam lemak lebih rendah dibandingkan halotan. Ekskresi melalui
paru dan sebagian kecil melalui urin. (Tjay Tan H.; Rahardja Kirana,) (Latief, Said A.;
Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan)

d) Sevofluran

Sevofluran dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak berbau,
stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelap), dan tidak terlihat adanya degradasi sevofluran
dengan asam kuat atau panas. Obat ini tidak bersifat iritatif terhadap jalan nafas sehingga baik
untuk induksi inhalasi. Proses induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan
obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini.
• Dosis

Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0% bersama-
sama dengan N2O. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar
antara 2,0-3,0%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.Pengenalan Unit
Mesin Gas Anastesi atau Anastesi Inhalasi

e) N2O

N2O adalah anestesi lemah dan harus diberikan dengan konsentrasi besar (lebih dari 65%)
agar efektif. Paling sedikit 20%atau 30% oksigen harus diberikan sebagai campuran, karena
konsentrasi N2O lebih besar dari 70-80% dapat menyebabkan hipoksia. N2O tidak dapat
menghasilkan anestesia yang adekuat kecuali dikombinasikan dengan zat anestesi yang lain,
meskipun demikian, karakteristik tertentu membuatnya menjadi zat anestesi yang menarik,
yaitu koefisien partisi darah / gas yang rendah, efek anagesi pada konsentrasi subanestetik,
kecilnya efek kardiovaskuler yang bermakna klinis, toksisitasnya minimal dan tidak
mengiritasi jalan napas sehingga ditoleransi baik untuk induksi dengan masker.

Efek-Efek anestesi N2O dan zat anestesi lain bersifat additif, sehingga pemberian N2O
dapat secara substansial mengurangi jumlah zat anestesi lain yang seharusnya digunakan.
Pemberian N2O akan menyebabkan peningkatan konsentrasi alveolar dari zat anestesi lain
dengan cepat, oleh karana sifat “efek gas kedua” dan “efek konsentrasi” dari N2O. Efek
konsentrasi terjadi saat gas diberikan dengan konsentrasi tinggi. Semakin tinggi konsentrasi
gas diinhalasi, maka semakin cepat peningkatan tekanan arterial gas tersebut. (Tjay Tan H.;
Rahardja Kirana,) (Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan)

• Rute Pemberian

Absorbsi dan eliminasi nitorus oksida relatif lebih cepat dibandingkan dengan obat
anestesi inhalasi lainnya, hal ini terutama disebabkan oleh koefisien partisi gas darah yang
rendah dari N2O. total ambilan N2O oleh tubuh manusia diteliti oleh Severinghause. Pada
menit pertama, N2O (75%) dengan cepat akan diabsorbsi kira-kira 1.000 ml/menit. Setelah 5
menit, tingkat absorbsi turun menjadi 600 ml/menit, setelah 10 menit turun menjadi 350
ml/menit dan setelah 50 menit tingkat absorbsinya kira-kira 100 ml/menit, kemudian pelan-
pelan menurn dan akhirnya mencapi nol. Konsentrasi N2O yang diabsorbsi tergantung antara
lain oleh konsentrasi inspirasi gas, ventilasi alveolar dan ambilan oleh sirkulasi, seperti
koefisien partisi darah/gas dan aliran darah (curah jantung). N2O akan didistribusikan ke
seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi di jaringan adalah berbanding lurus dengan perfusi per
unit volume dari jaringan, lamanya paparan dan koefisien partisi darah / jaringan zat tersebut.
Jaringan dengan aliran darah besar/banyak seperti otak, jantung, hati dan ginjal akan
menerima N2O lebih banyak sehingga akan menyerap volume gas yang lebih besar. Jaringan
lain dengan suplai darah sedikit seperti jaringan lemak dan otot menyerap hanya sedikit N2O,
ambilan dan penyerapan yang cepat menyebabkan tidak terdapatnya simpanan N2O dalam
jaringan tersebut sehingga tidak menghalangi pulihnya pasien saat pemberian N2O
dihentikan.N2O dieliminasi melalui paru-paru dan sebagian kecil diekskresikan melalui kulit.

f) Eter

Disintesis oleh Valerius Cordus pada 1540 di Jerman. Juga terdaftar sebagai etil eter,
dietil eter, eter sulfur dan dietil oksida. Itu tidak berwarna dengan bau menyengat dan memiliki
rasa terbakar.Uap anestesi 2,6 kali lebih berat dari udara. Eter cair lebih ringan dari air dan
juga sedikit larut dalam air. Itu mudah terbakar dan meledak di alam. Itu teroksidasi di
hadapan udara, oksigen atau cahaya dan ada produksi zat beracun - peroksida dan aldehida.
Karena itu sebagian besar disimpan dalam wadah tertutup dengan tembaga atau logam lain
dari dalam yang dapat bergabung dengan oksigen. Juga dapat disimpan dalam warna kuning
gelap botol untuk mencegah pajanan terhadap cahaya. Disimpan di tempat-tempat keren tapi
tidak kulkas. Ini adalah depresan SSP yang sangat baik dan menghasilkan semua tahapan GA.
Itu menghalangi jalur sensorik ke korteks dan menekan aktivitas kortikal

• Rute pemberian :

Dengan semua metode anestesi inhalasi tetapi ditutup Sistem lebih disukai karena
sifatnya yang eksplosif. Paling banyak digunakan untuk pemeliharaan anestesi karena
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk induksi (3-10 menit tergantung pada metode
pemberian, konsentrasi atau premedikasi). Hampir 20% konsentrasi diperlukan untuk induksi
bisa berakibat fatal bagi pasien.

• Dosis :

Untuk pemeliharaan anestesi adalah 3,5 hingga 4,5% volume dalam campuran inhalansia.
Lebih dari 6,7% konsentrasi dapat menyebabkan henti pernapasan.

g) Kloroform:

dengan bau yang menyenangkan dan tidak mudah terbakar. Ini tidak menyebabkan iritasi
pada kulit dan selaput lendir. Agen terurai oleh kapur soda berkualitas buruk dengan adanya
panas. Ketika dipanaskan di udara - dihasilkan gas fosgen yang sangat beracun. 1% etil
alkohol ditambahkan untuk mencegah produksi fosgen karena ada pembentukan etil karbonat
dan etil klorida. Kloroform adalah anestesi inhalan yang paling kuat tetapi memiliki keamanan
yang rendah margin dan henti jantung mungkin bertepatan dengan gagal napas.

• Rute pemberian:

Dengan sistem terbuka / tertutup.

• Dosis:

1,35% untuk anestesi ringan dan 1,65% untuk dalam anestesi. Lebih dari 2% konsentrasi
dapat menyebabkan kematian henti pernapasan.

h) Cyclopropane (C 3 H 6)

Ini adalah obat bius gas yang sangat kuat dan bekerja cepat. Ini tidak menimbulkan iritasi
tetapi sangat eksplosif dan mudah terbakar . Ini adalah depresi pernafasan dan menyebabkan
vasodilatasi peningkatan perdarahan di lokasi operasi. Ini membuat hati peka terhadap aksi
katekolamin. Siklopropana dapat menyebabkan aritmia jantung terutama jika ada hiperkapnia.

• Rute pemberian

Dengan metode semi tertutup atau tertutup dalam 15-20% konsentrasi dengan oksigen.
Karena sangat eksplosif, sekarang tidak digunakan lagi.
C. PENGENALAN UNIT MESIN GAS ANASTESI.
a. Teknik Anastesi menggunakan mesin gas.

Untuk menggunakan anestesi inhalasi, dokter perlu membuat persiapan yang matang agar
dalam pelaksanaan tidak terdapat gangguan teknis yang akan mengganggu jalannya operasi.
Hal yang perlu dipersiapkan antara lain: (1) Oksigen, (2) Mesin gas anestesi, (3) Anestetikum
volatile, (4) Monitor dan (5) Ventilator. Beberapa mesin sederhana tidak dilengkapi dengan
ventilator, namun mesin yang baik akan lengkap dengan ventilator yang berguna untuk
membuat pernafasan mekanik bila terjadi gangguan pernafasan. Monitor juga sangat
diperlukan untuk mengamati kondisi pasien dalam hal ini dengan pengamatan: (1) Denyut
jantung, (2) Tekanan darah, (3) Temperatur tubuh, (4) SpO2.

Langkah dalam melakukan anestesi:

 Persiapan segala sesuatunya meliputi: (1) tabung oksigen terisi penuh, selalu cek
tekanan dan isi (2) mesin dan pipa-pipa tidak bocor (3) vaporizer terisi penuh dengan anestesi
(4) monitor menyala dengan baik dan (5) ventilator siap bekerja bila diperlukan, dengan
tekanan sesuai pasien yang di operasi.
 Injeksi pasien dengan anestesi induksi (missal: ketamin-silazin, dosis normal), agar
mudah dipasang endotracheal tube dan menerima anestesi volatile.
 Pasang endotracheal tube, sesuai dengan ukurannya. Ukuran endotracheal tube
seperti pada table dibawah ini:

 Setelah diketahui cukup, regulator yang sudah dibuka kemudian diatur dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Diukur kebutuhan tadi adalah:
Contoh bila berat badan anjing 9 kg
Tidal volume = 6,2 x 1,01 x 9 = 6,37 ml
Oxygen flow rate = 56,37 x 10 = 563,7 ml/min
Kebutuhan anjing untuk oxygen = 563,7 ml/mi

 Bilamana mesin siap, koneksikan endotracheal tube dengan breathing system yaitu
selang yang menghubungkan mesin anestesi dengan pernafasan hewan.
 Oksigen diatur sesuai kebutuhan dengan menghitung Tidal Volume hewan
sehingga diperoleh volume kebutuhan dan kekuatan tekanan.
 Biarkan tanpa gas anestesi terlebih dahulu, pastikan paru-paru aman, pernafasan
hewan lancar tidak berhenti dan pada layar monitor tertera semua dalam kondisi normal.
 Buka katup flow meter, atur tekanan sesuai kekuatan paru-paru hewan, misalnya
pada hewan 9 kg tadi diperoleh 563,7 ml/menit atau 0,5637 L/menit.
 Uap anestesi volatile mulai dialirkan dengan memutar bila hewan belu mencapai
stadium operasi, atur dengan volume tinggi terlebih dahulu, setelah masuk stadium yang
dituju, volume gas dikecilkan. Kerja vaporizer adalah sebagai berikut: Volume tinggi artinya
lebar maksimal jendela keluar uap anestesi volatile jika jendela dikecilkan, uap yang keluar
juga sedikit.

b. Monitoring Anastesi

Selama operasi berlangsung, monitor kondisi hewan diperlukan untuk memantai


perubahan yang terjadi pada pasien setiap menitnya. Data yang terpantai pada monitor
meliputi denyut jantung, tekanan darah, suhu badan dan Sp02 Monitoring anestesi Melalui
data yang terlihat pada layer monitor, kondisi hewan akan terus terpantau tanpa henti dan
layak dicatat sebagai bahan evaluasi. Apabila terjadi penyimpangan dari kondisi normal atau
angka pada layer menunjukkan kondisi yang sudah membahayakan, alarm pada monitor akan
berbunyi dan dokter harus melakukan tindakan pertolongan pada hewan yang bersangkutan.
(. Tobias M,Karen,dkk)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum.
Anestesia inhalasi yang sempurana adalah yang (a) masa induksi dan masa pemulihannya
singkat dan nyaman, (b) peralihan stadium anestesinya terjadi cepat, (c) relaksasi ototnya
sempurna, (d) berlangsung cukup aman, dan (e) tidak menimbulkan efek toksik atau efek
samping yang berat dalam dosis anestetik yang lazim.( Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,;
Dachlan, M. Ruswan)

Dalam melakukan tindakan anestesi yang perlu dimonitor selama operasi adalah tingkat
kedalaman anestesi, efektivitas kardiovaskuler dan efisiensi perfusi jaringan (tekanan darah,
nadi, Saturasi oksigen, MAP, EKG, suhu). ( Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M.
Ruswan)

DAFTAR PUSATAKA
Tobias M, Karen, dkk. 2012. Bedah Hewan Hewan Kecil. Georgia: Buku Digital
Elsevier.

Barash, Paul G.; Cullen, Bruce F.; Stoelting, Robert K.Clinical Anesthesia 5th edition.
Lippincott Williams & Wilkins. 2006

Mangku, Gde.; Senapathi, Tjokorda Gde Agung Senaphati. Ilmu Anestesi dan Reanimasi.
Jakarta : Indeks Jakarta. 2010

Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007

Soenarjo; Jatmiko, Heru Dwi. Anestesiologi. Semarang : Ikatan Dokter Spesialis Anestesi
dan Reanimasi. 2010.

Gunawan, Sulistia Gan. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru. 2007

Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology 10th edition. Singapore : Mc Graw
Hill Lange. 2007

Tjay Tan H.; Rahardja Kirana. Obat – Obat Penting : Kasiat, Penggunaan dan Efek – Efek
Sampingnya Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gramedia. 2010

Anda mungkin juga menyukai