oleh:
1.2 Tujuan
1. Menentukan distribusi tegangan dan regangan terhadap laminat ketika
dilakukan variasi pembebanan dengan simulasi oleh program Genlam.
2. Menentukan nilai strength ratio (R) untuk mengetahui kriteria kegagalan
laminat dengan menggunakan program Genlam.
1
BAB II
TEORI DASAR
1. Particle-reinforced composites
Large-particle composites
Dispersed-strengthened composites
Sumber: http://nanophotonics.spiedigitallibrary.org/article.aspx?articleid=1225279
dikases pada tanggal 12 Maret 2017 pukul 20.00
2
2. Fiber-reinforced composites:
3. Structural-reinforced composites
Sandwich composites
Laminar composites
Sumber : http://majalah1000guru.net/2013/05/carbon-nanotubes-material-cerdas/
diakses pada tanggal 13 Maret 2017 pukul 20.00
3
3. Ceramic matrix composites (CMC):
Zirconia in alumina
2.3. Mikromekanik
E , , E , , G , 3
1 1 2 2 12 12
Transv Longit
Gambar 2.4 Model Mikromekanik untuk Uni Directional Fiber
2.4. Makromekanik
Di dalam komposit sangat erat kaitannya dengan istilah lamina dan laminat
karena dari sinilah sifat dari suatu komposit muncul dan dapat diperkirakan lalu
dapat dimodelkan. Lamina merupakan satu lapis pelat datar/lengkung dari
unidirectional fiber atau woven fabrics dalam matriks sedangkan Laminat
merupakan pelat yang terdiri dari tumpukan lamina yang orientasinya dapat
4
ditentukan. Koordinat lamina ditunjukkan dengan notasi sumbu 1,2,3 sedangkan
koordinat laminat ditunjukkan dengan notasi sumbu x, y, z.
5
Berdasarkan orientasi lamina penyusunnya, laminat dibedakan menjadi
sebagai berikut:
1. Laminat Simetri
Contohnya: a-b-c-c-b-a.
2. Laminat Asimetris
Merupakan laminat yang memiliki susunan orientasi tidak simetris dan tidak
teratur terhadap mid-planenya.
Contohnya: a-b-c-a-b-c.
3. Laminat Antisimetris
Contohnya: a-(-a)
6
2.5. Genlam
7
Keterangan:
B = Kekakuan coupling
8
kegagalan lapisan. Daerah di luar FPF locus, paling sedikit satu dari lapisan telah
mengalami kegagalan.
FC 90°
FPF
FC 0°
FC 90°degraded
LPF
FC 0°degraded
9
BAB III
PENGOLAHAN DATA
1-a. Dari software GENLAM didapat data engineering constant AS-3501 (02, 902)
s dan AS-3501 (0, 90)2s sebesar:
10
1.b. Dari software GENLAM didapat data engineering constant Scotch-Ply UD dan
Scotch-Ply (0, 90)2 sebesar:
Scotch-Ply UD
11
Latihan 2 Pembebanan dan Tegangan
a. Scotch-ply UD
Tegangan
Regangan
12
b. Scotch-ply (0, ±45, 90, 0, ±45, 90)
Tegangan
Regangan
13
c. IM6 epoxy (0, ±45, 90, 0, ±45, 90)
Tegangan
Regangan
14
2.2. Scotch-ply UD
a. Pembebanan Tarik biaxial masing masing 1 MN/m2
Tegangan
Regangan
15
b. Pembebanan geser sebesar 10 N/mm2
Tegangan
Regangan
16
c. Momen bending M1 sebesar 10 N.m
Tegangan
Regangan
17
d. Momen torsi sebesar 5 N.m
Tegangan
Regangan
18
2.3 Grafik tegangan dan regangan jika diberi beban tarik biaxial 10 N/mm2
a. Scotch-ply UD
Tegangan
Regangan
19
b. Scotch-ply (0, ±45, 90, 0, ±45, 90)
Tegangan
Regangan
20
Latihan 3 Kegagalan pada laminat
a. B-N5505 UD
Case 1 : beban Tarik biaksial
Tegangan :
Rasio Tegangan :
21
Case 2 : Tarik - Tekan
Tegangan :
Rasio Tegangan :
22
Case 3 : Tekan - Tarik
Tegangan :
Rasio Tegangan :
23
Case 4 : Tekan - Tekan
Tegangan :
Rasio Tegangan :
24
b. B-N5505 ( +45)s
Case 1 : Tarik - Tarik
Tegangan :
Rasio Tegangan :
25
Case 2 : Tarik - Tekan
Tegangan :
Rasio Tegangan :
26
Case 3 : Tekan - Tarik
Tegangan :
Rasio Tegangan :
27
Case 4 : Tekan - Tekan
Tegangan :
Rasio Tegangan :
28
c. IM6-Epoxy (+/-30,+-60)s
Case 1 : Tarik Tarik
Tegangan :
Rasio Tegangan :
29
Case 2 Tarik - Tekan
Tegangan :
Rasio Tegangan :
30
Case 3 : Tekan - Tarik
Tegangan :
Rasio Tegangan :
31
Case 4 : Tekan - Tekan
Tegangan :
Rasio Tegangan :
32
3.2 Cross-Ply Kevlar-Epoxy pada temperatur 250C
33
BAB IV
ANALISIS DATA
Latihan 1
a. AS-3501 (0, 0, 90, 90) s dengan AS-3501 (0,90)2s
Pada kedua laminat ini, inplane constants memiliki nilai yang sama. Hal ini
disebabkan karena kedua lamina tersebut memiliki jumlah lamina yang sama pada
setiap orientasinya, dan hanya memiliki orientasi 0 dan 90. Hanya saja memiliki
perbedaan cara penyusunan lamina yang tidak berpengaruh terhadap nilai E.
Akibatnya kedua laminat tersebut memiliki nilai E1, E2, dan E6 yang sama. Nilai
modulus elastisitas laminat AS-3501 (0,0,90, 90) s yang lebih besar pada arah 1
dikarenakan terdapat 2 lapis lamina terluar yang orientasinya sejajar yaitu 0.
Sedangkan pada laminat AS-3501 (0,90)2s, lapisan terluarnya sejajar namun
lapisan kedua dari luar memiliki orientasi yang tegak lurus sehingga kemampuan
menahan tegangan tarik/tekannya lebih rendah dibandingkan dengan laminat AS-
3501 (0,0,90,90). Sehingga pada kasus tersebut, diarah 1 laminat yang 2 lapisan
terluarnya memiliki lamina yang orientasinya sejajar 0 akan lebih kaku daripada
laminat yang 2 lapisan lamina terluarnya saling tegak lurus. Hal demikian dapat
terjadi karena pada flexural strength, distribusi tegangan tarik/tekan material
semakin ke permukaan semakin besar.
Dari percobaan didapat nilai inplane constant dan flexural constant antara
kedua laminat berbeda, hal tersebut disebabkan karena kedua laminat memiliki
orientasi yang bebeda, pada Scotch-ply UD hanya memiliki orientasi yaitu 0 saja
sedangkan pada Scotch-ply (0,90)2 memiliki orientasi 0 dan 90. Nilai inplane
constant Scotch-ply UD lebih besar daripada Scotch-ply (0,90)2 pada arah 1. Hal
terjadi dikarenakan orientasi Scotch-ply UD searah dengan arah pembebanannya,
sehingga lebih mampu menerima pembebanan. Nilai inplane constant Scotch-ply
(0,90)2 lebih besar daripada IM6 epoxy UD pada arah 2. Hal tersebut dikarenakan
34
orientasi Scotch-ply (0,90)2 searah dengan arah pembebanannya, sehingga lebih
mampu menerima pembebanan.
Latihan 2.1.
a. Scotch-ply UD
Pada laminat ini, distribusi tegangan yang terjadi pada tiap lamina
menunjukan nilai yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan orientasi
dan susunan lamina. Lamina yang mengalami tegangan yang paling tinggi dialami
oleh lamina keempat yang memiliki orientasi, di arah transversal yang mengalami
tegangan terbesar adalah lamina kelima dengan orientasi 0, dan pada tegangan geser
yang mengalami tegangan geser terbesar adalah pada lamina ketiga dengan
orientasi -45 lamina keenam dengan orientasi +45. Kemiringan pada grafik
disinyalir merupakan pengaruh dari interface lamina.
Pada distribusi regangan terjadi hasil nilai yang tidak merata, hal tersebut
disebabkan karena adanya perbedaan orientasi dan susunan lamina. Regangan yang
35
terjadi pada lamina berbeda pada arah 1, 2 dan 6. Dapat dilihat pada grafik apabila
terjadi penambahan dimensi maka nilai reganganya positif dan sebaliknya jika nilai
regangan negatif berarti terjadi pengurangan dimensi.
Kemiringan pada grafik diatas bersifat linier, hal ini dapat terjadi karena
setiap ujung mengalami regangan yang berbeda yang dipengaruhi oleh lamina
diatas dan dibawahnya. Kemiringan linier pada regangan terjadi karena interface
antar lamina yang saling menyatu sehingga dapat disimpulkan bahwa laminat
belum mengalami kegagalan.
Nilai distribusi regangan yang terjadi juga tidak merata, hal tersebut
dikarena adanya perbedaan orientasi dan susunan lamina. Regangan yang terjadi
pada lamina berbeda pada arah 1, 2 dan 6. Pada grafik dapat disimpulkan jika nilai
regangan postif maka terjadi penambahan dimensi dan sebaliknya jika nilai
regangan negatif berarti terjadi pengurangan dimensi.
36
Latihan 2.2
Pembebanan mekanik Scotch-ply UD
a. Pembebanan tarik biaksial masing-masing sebesar 10 N/mm
Dari grafik hasil percobaan, tegangan yang terjadi adalah sama, baik pada
arah longitudinal maupun pada arah transversal karena orientasinya hanya pada
arah 0 sehingga tegangan yang terjadi pada arah 1 dan 2 sama besar. Pada arah
tegangan geser terlihat tidak ada nilainya Karena pembebanan yang diberikan
merupakan beban biaksial.
Pada pembebanan ini juga terjadi perubahan dimensi. Nilai regangan yang
terjadi pada arah 1 berbeda dengan arah 2. Arah 2 mengalami pertambahan dimensi
yang lebih besar daripada pada arah 1, hal tersebut disebabkan karena orientasinya
lamina yang ada di satu arah, sehingga muncul regangan yang cukup besar pada
arah tegangan yang tidak searah dengan arah serat.
37
d. Momen torsi sebesar 5 N
Dari hasil pemberian beban torsi sebesar 5N, distribusi tegangan dan
regangan paling besar terjadi pada arah geser. Hal tersebut disebabkan adanya
pembebanan momen torsi pada arah gesernya. Nilai tegangan dan regangan yang
maksimum terjadi pada permukaan laminat dan secara linier berubah semakin kecil
menuju titik tengah dari laminat.
Latihan 2.3
a. Scotch-ply UD
Sesuai dengan grafik hasil percobaan, dapat terlihat bahwa laminat memiliki
orientasi searah, dengan terlihat distribusi tegangan yang homogen dari lapis
pertama hingga terakhir pada arah 1 maupun arah 2, hal tersebut berlaku pada
tegangan dan regangan. Dan pada pembebanan arah geser bernilai nol karena tidak
ada pembebanan bending yang diberikan.
Dari hasil percobaan dapat terlihat di grafik, tegangan atau regangan yang
diterima laminat tidak homogen ketika diberi beban, diakibatkan oleh orientasi
yang berbeda-beda pada setiap lamina dalam laminatnya. Lapis paling bawah dan
atas menerima regangan paling besar di arah 1 dan 2, dan tegangan yang diterima
tidak teratur karena adanya perbedaan orientasi.
Dari hasil percobaan dapat terlihat di grafik, ketika epoxy diberikan beban
aksial yang sama dengan diberikan kepada scotch-ply, kurva tegangan dan regangan
yang muncul berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh sifat dari bahan yaitu kekuatan
materialnya berbeda, walaupun orientasinya sama. Untuk tegangan, lamina yang
tengah menerima tegangan paling besar dan untuk regangan, dapat dilihat bahwa
38
regangan menurun pada sigma-1 karena adanya penurunan kekakuan. Terjadi
regangan dan tegangan pada arah geser disebabkan karena fenomena coupling,
seperti pada scotch-ply, yang menyebabkan adanya beban bending.
LATIHAN 3
a. Latihan 3.1.a
Pada percobaan kali ini, komposit yang digunakan adalah B-N5505 UD.
Ketika diberikan pembebanan berupa beban tarik dan beban tekan sebesar 50N/mm,
dengan kombinasi tarik-tarik, tarik-tekan, tekan-tarik, dan tekan-tekan. Dapat
dilihat dari grafik laminat mengalami tegangan tarik pada dua sumbu dan tidak
mengalami tegangan geser selama variasi pembebanan yang diberikan.
Berdasarkan simulasi pada genlam komposit tidak mengalami kegagalan
karena nilai 1/R dari komposit tidak mencapai nilai 1. Namun komposit tersebut
tidak tahan terhadap beban tarik. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai 1/R dari
komposit tersebut yang mendekati nilai 1.
b. Latihan 3.1.b
Selain itu bila dilihat dari tegangan geser yang diterima laminat selama
pembebanan. Laminat yang diberikan pembebanan tarik-tekan maupun tekan-tarik
mendapatkan tegangan geser terbesar. Nilainya yang melebihi nilai tegangan tarik
yang diterimanya dapat menunjukan bahwa material akan gagal.
39
c. Latihan 3.1.c
Pada percobaan kali ini, komposit yang digunakan adalah komposit IM6-epoxy
dengan orientasi lamina ±30, ±60 simetri dengan pembebanan yang diberikan 50
N/mm. Pada semua variasi pembebanan yang diberikan, terdapat perbedaan besar
tegangan yang terdistribusi antara lamina ±30 dan ±60, hal ini disebabkan adanya
perbedaan kekakuan antara lamina ±30 dan ±60.
Selain itu, dapat dilihat bahwa disetiap jenis pembebanan, lamina dengan
orientasi ±60 mengalami distribusi tegangan lebih besar di arah 2. Sedangkan
lamina dengan orientasi ±30 mengalami distribusi tegangan lebih besar di arah 1.
d. Latihan 3.2
Pada soal latihan 3.2 ini, laminat komposit yang terdiri dari lamina serat Kevlar
dan matriks Epoksi dengan susunan lamina cross-ply diberi beban termal sebesar
temperatur kamar yakni 25 oC. Berdasarkan grafik hasil percobaan, dapat dianalisis bahwa
nilai 1/R masih menunjukan angka kurang dari 1 yang artinya laminat masih dalam batas
aman.
40
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
41
Daftar Pustaka
- Ramelan, Aditianto dkk. 2017. Panduan Praktikum MT3203–Laboratorium
Teknik Material 3. Bandung
- Judawisastra, H. 2011. Diktat Kuliah: Material Komposit Rev-04. Bandung:
Penerbit ITB
- http://nanophotonics.spiedigitallibrary.org/article.aspx?articleid=1225279
dikases pada tanggal 12 Maret 2017 pukul 20.00
- http://majalah1000guru.net/2013/05/carbon-nanotubes-material-cerdas/
diakses pada tanggal 13 Maret 2017 pukul 20.00
-
42
Lampiran
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
43
2. Laminat (02, ±45, 90) AS-3501
FPF terjadi pada lapisan 1 bottom karena R-int pada lapisan 1 bottom
memiliki nilai R paling kecil yaitu 0.603. Tegangan yang bertanggung
jawab atas terjadinya kegagalan adalah σ1 = -515,41 MPa. Lapisan yang
bertanggung jawab atas terjadinya kegagalan terakir laminat adalah lapisan
5 karena mempunyai nilai safety factor (R) paling tinggi daripada lapisan
lain.
44
TUGAS TAMBAHAN
1. Mengapa laminat yang telah terdegradasi dapat menerima regangan lebih
besar di LPF dibanding FPF? Apa yang akan terjadi ketika grafik LPF
dsuperposisi dengan FPF?
Jawab:
Hal ini disebabkan oleh daerah aman dan locus dari masing-masing laminat
pada LPF lebih besar daripada FPF. LPF akan sama dengan FPF untuk
laminat yang telah terdegradasi.
Ketika grafik FPF digabung dengan LPF:
Akan terjadi superposisi dimana apabila ada lamina yang gagal didaerah
FPF namun lamina tersebut masih aman didaerah LPF sehingga tidak terjadi
kegagalan laminat.
45
2. Apa itu [B]?
Jawab:
[B] = matriks kekakuan kopel (coupling stiffness matrix)
Matriks ini dapat dijelaskan melalui ilustrasi berikut:
46