Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material 3

Modul A Proses Pembuatan Dan Karakterisasi Komposit

oleh:

Nama : Egi Setiawan


NIM : 13714007
Kelompok :9
Anggota (NIM) : Jonathan Sebastian (13713002)
Dyfan Aji K (13713058)
Egi Setiawan. (13714007)
Ahmad M. Anwar (13714019)
Huda Diwang Ariyoseto (13714033)

Tanggal Praktikum : Jumat, 21 April 2017


Tanggal Penyerahan Laporan : Rabu, 28 April 2017
Nama Asisten (NIM) : Adam Dwiputra (13713001)

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material


Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini kebutuhan akan material tertentu masih terus berputar tidak
hanya fokus pada satu material tertentu. Penggunaan logam masih sangat dominan
untuk saat ini tetapi jika melihat bagaimana material komposit mulai di kenalkan
maka material komposit ini memiliki kriteria yang tidak dapat di capai oleh material
lainnya. Hal ini memicu perkembangan keilmuan dari material komposit ini serta
mulai banyak nya perekayasaan material komposit. Karena material komposit ini
masih dibilang baru sehingga masih belum di kenal terlalu luas meskipun begitu
saat ini mulai banyak di kembangkan penelitian mengenai material komposit ini.

1.2 Tujuan
1. Menentukan nilai kekuatan tarik material komposit dengan teknik Wet Hand
Lay Up dan Compression Molding dengan cara uji tarik dan rule of mixture.
2. Menentukan nilai fraksi volume void dari teknik Wet Hand Lay Up dan
Compression Molding.

1
BAB II
TEORI DASAR

Salah satu faktor yang menentukan sifat dari material komposit lainnya
yaitu jenis pemrosesan dan manufaktur. Metoda-metoda manufaktur yang
digunakan dalam pemrosesan material komposit antara lain:

1. Wet Hand Lay-Up


2. Compression Molding
3. Spray Up
4. Pre-preg Lay-Up
5. Injection Molding
6. Pultrusion
7. Filament Winding
8. Roll Forming
9. Liquid Molding
10. Diaphragm Forming
Dua dari sekian banyak teknik manufaktur untuk material komposit ini yaitu
Wet Hand Lay-Up dan Compression Molding. Teknik manufaktur Wet Hand Lay-
Up dan Compression Molding dilakukan dengan cara berikut:

1. Wet Hand Lay-Up


Pada prinsipnya dilakukan dengan cara meletakan serat/preform dalam
sebuah cetakan lalu dberikan resin sebagai matriks dan juga berikan wax
agar tidak susah saat melepas komposit dari cetakan. Impregnasi resin ke
celah serat-serat dibantu dengan tekanan yang dilakukan oleh operator
menggunakan alat bantu (Rol). Kualitas dari proses ini tergantung dari
operator yang melakukannya.

2
Gambar 2.2 Proses Wet Hand Lay-Up [2]
2. Compression Molding
Pada prinsipnya dilakukan dengan cara meletakan Bulk Moulding
Compound atau Sheet Moulding Compund kedalam alat cetak lalu
dilakukan proses penekanan oleh alat press tesebut sehingga Bulk Moulding
Compound akan menempati cetakan. Proses ini relatif cepat. Kerugian dari
proses ini yaitu tekanan membuat serat menjadi pendek dan acak sehingga
kekuatan dari komposit ini akan menurun.

Gambar 2.3 Proses Compression Molding [3]

3
Akibat perbedaan sifat dari kedua matriks, maka pemrosesan komposit dalam
manufaktur pun menjadi beberapa poin bergantung dengan jenis matriks yang
dimanfaatkan. Walaupun demikian, terdapat beberapa jenis manufaktur yang
mampu mengolah kedua jenis matriks ini.

Thermoset Thermoplastic
Wet hand lay-up Prepreg lay-up
Spray-up Compression molding
Prepreg lay-up Diaphragm forming
Compression molding Injection molding
VARI Pultrusion
Pultrusion Roll forming
Filament winding
1. Wet hand lay-up
Adalah pemroresan komposit dengan cara mengatur fiber pada cetakan, lalu
diberi resin (dapat menggunakan tangan atau bantuan alat roll) kemudian
dilapisi fiber lagi, lalu diberi resin kembali, begitu terus hingga
mendapatkan jumlah lapisan yang diinginkan.

2. Spray-up
Adalah pemrosesan komposit dengan cara mencacah fiber menjadi pendek
pendek, lalu dimasukkan kedalam resin dan dimasukkan ke dalam mesin
spray, kemudian spray ini ditembakkan pada cetakan sehingga resin dan
fiber menempel pada permukaan cetakan.
3. Prepreg lay-up
Adalah pemrosesan komposit dengan memanfaatkan prepreg (suatu jenis
fiber yang telah mengandung resin dengan komposisi tertentu) yang dimana
prepreg ini diatur dalam suatu cetakan, lalu diberi resin untuk mengeras.
4. Compression molding

4
Adalah pemrosesan komposit dengan cara mengatur fiber pada suatu
cetakan, lalu diberi resin dan kemudian di press dengan penekanan dan
temperature tertentu.

Gambar 2.3 alur Compression molding

5. VARI
Merupakan pemrosesan komposit dengan cara mengatur fiber pada suatu
cetakan, lalu suatu sisi dihubungkan dengan alat vacuum dan sisi yang lain
dihubungkan dengan resin. Saat mesin vacuum dinyalakan maka udara pada
fiber akan terhisap dan resin akan memasuki cetakan.
6. Pultrusion
Merupakan pemrosesan komposit dengan cara mengatur fiber, lalu
mencelupkannya pada resin dan kemudian dilalui pada suatu dies, sehingga
setelah keluar dari fiber maka komposit akan memiliki orientasi seperti dies.

Gambar 2.4 Sketsa pemrosesan pultrusion.


7. Filament winding

5
Merupakan pemrosesan komposit dengan cara mengatur fiber pada suatu
cetakan dengan cara dimemutar cetakan sehingga fiber akan melingkara
cetakan. Sebelum diatur dalam cetakan fiber terlebih dahulu dimasukkan
kedalam suatu resin terlebih dahulu.
8. Diaphragm forming
Merupakan pemrosesan komposit dengan cara mengatur fiber pada suatu
cetakan, dan diberi resin. Kemudian fiber dan resin diberikan penekanan
serta diberikan thermal dan kondisi ini terjadi pada kondisi vacuum.

6
BAB III

PENGOLAHAN DATA

1. Penghitungan Fraksi Volume Komponen


Data:
 mfwh: 0,46 gr; mfcm: 0,3 gr
 ρserat = 2,58 gr/ml
 ρmatriks= 1,25 gr/ml
 mcompositecm: 0,5 gr, mcompositewh:1 gr,
 Vcompositecm: 0,5 ml, Vcompositewh:1 ml

Penghitungan:

Mmatriks = mcomposite - mserat

Untuk Wet Hand Lay Up: mmatriks = 1 gr – 0,46 gr = 0,54 gr

Untuk Compression Moulding: mmatriks = 0,5 gr – 0,3gr = 0,2 gr

Vmatriks = mmatriks/ρmatriks;

Vmatrikswh = 0,54 gr / 1,25 (gr/ml) = 0,432 ml

Vmatrikscm = 0,2 gr / 1,25 (gr/ml) = 0,16 ml

Vserat = mserat/ρserat ;

Vseratwh = 0,46 gr / 2,58 (gr/ml) = 0,17829 ml

Vseratcm = 0,3 gr / 2,58 (gr.ml) = 0,11627 ml

Fraksi Volume Serat = Vserat / Vcomposite ;

Fraksi Volume Serat WHLU = 0,17829ml / 1 ml = 0,17829

Fraksi Volume Serat CM = 0,11627 ml / 0,5 ml = 0,23254

Fraksi Volume Matriks = Vmatriks / Vcomposite ;

Fraksi Volume Matriks WHLU = 0,432 ml / 1 ml = 0,432

7
Fraksi Volume Matriks CM = = 0,16 ml / 1 ml = = 0,16

Fraksi Volume Void = 1-(Fraksi Volume Serat+Fraksi Volume Matriks)

Fraksi Volume Void WHLU = 1-(0,17829+0,432) = 0,38971

Fraksi Volume Void CM = 0,5-(0,23254+0,16) = 0,10746

2. Penghitungan Kekuatan Tarik Komposit


Data :
Fmatriks = 1500 N
FkompositWHLU= 7500 N
FkompositCM = 4650 N

Penghitungan tegangan komposit :

1. Dari hasil Uji Tarik :

Luas penampang untuk komposit WHLU = 1,61x25 = 40,25 mm2

Nilai σWHLU = F/A = 7500 N / 40,25 mm2= 186,33 MPa

Luas penampang untuk komposit CM = 2,01 x 20 = 40,2 mm2

Nilai σCM = F/A = 4650 N / 40,2 mm2= 115,67 Mpa

2. Dari Rule of Mixture :

Diketahui luas penampang dari spesimen uji tarik polyester 85,0375 mm2

Nilai σmatriks = F/A = 1500 N / 80,0375 mm2= 18,74 MPa

Sehingga dari rule of mixture didapat ,

σCWHLU= 18,74 MPa x 0,432+ (0,17829/2) x 3,62 x 103 MPa

= 330,80 MPa

8
σCCM = 18,74 MPa x0,16+ (0,23254/2) x 3,62 x 103 MPa

= 423,896 MPa

9
BAB IV
ANALISIS DATA

Dari praktikum yang sudah di lakukan didapatkan fraksi volume void dari
masing-masing teknik manufaktur. Untuk manufaktur wet hand lay-up didapat
volume void 38% dan untuk manufaktur compression molding 10%. Perbedaan
tersebut wajar terjadi karena pada proses manufaktur wet hand lay-up hasil yang
didapat sangat bergantung pada kemampuan dari operator. Pada saat praktikum
yang melakukan nya adalah kami yang pertama kali mencoba sehingga volume void
yang didapat pun sangat besar yaitu 38%.

Dari data yang di dapat volume void dari manufaktur wet hand lay-up lebih
besar dari manufaktur compression molding. Hasil yang didapat bisa saja lebih
besar atau lebih kecil tergantung dari kemampuan operator yang sudah dijelaskan
tadi.

Selain itu pada faktor yang menyebabkan adanya volume void pada
komposit yaitu pada saat manufaktur compression molding tidak sesuai dengan
prosedur yang seharusnya. Besarnya tekanan yang harusnya di berikan yaitu
seharusnya 7,5Mpa tetapi karena alat yang digunakan tidak ada sehingga memakai
alat uji bending dengan cara spesimen di simpan di kaki alat uji bending tersebut
sehingga kita tidak mengetahui apakah besarnya tekanan 7,5Mpa tercapai atau
tidak. Selain itu resin yang terlalu banyak pada saat penuangan yang menyebabkan
resin keluar cetakan. Proses manufaktur wet hand lay-up sangat sulit mendapatkan
hasil yang baik apabila pertamakali mencoba. Pada saat praktikum orientasi dari
serat tidak pas lurus semua ada yang belok-belok sehingga hasil yang di dapat pun
tidak sesuai. Selain itu resin yang terdapat pada komposit tersebut kurang merata
karena sesekali arah dari penekanan rol nya tidak searah sehingga impregnasi
kurang sempurna.

Dari void yang terdapat pada komposit tersebut berakibat pada penurunan
sifat mekanik dari komposit tersebut. Dapat dilihat dari hasil perhitungan kekuatan
dari masing-masing komposit yaitu

10
Nilai σWHLU = F/A = 7500 N / 40,25 mm2= 186,33 Mpa

Nilai σCM = F/A = 4650 N / 40,2 mm2= 115,67 Mpa

Pengaruh dari void sangat terlihat jelas dengan nilai dari kekuatan
komposit yang tidak sesuai dengan perhitungan manual rule of mixture yaitu

σCWHLU = 330,80 MPa

σCCM = 423,896 MPa

Dari sini dapat terlihat bahwa penurunan yang sangat besar terjadi akibat
adanya volume void. Tetapi dengan volume void 10% kekuatan dari komposit
manufaktur compression molding turun sangat jauh hal tersebut bisa saja di
akibatkan dari penekanan yang tidak sempurna karena penggunaal alat yang tidak
sesuai sehingga resin tidak mengimpregnasi dengan sempurna yang menyebabkan
kekuatan interface nya tidak baik.

Selain itu pengujian tarik ini tidak sesuai dengan standard ASTM D3039
yaitu pada bagian ukuran spesimen nya sehingga nilai yang di dapatpun tidak
akurat.

11
Dari praktikum yang sudah di lakukan didapatkan fraksi volume void dari
masing-masing teknik manufaktur. Untuk manufaktur wet hand lay-up didapat
volume void 38% dan untuk manufaktur compression molding 10%. Perbedaan
tersebut wajar terjadi karena pada proses manufaktur wet hand lay-up hasil yang
didapat sangat bergantung pada kemampuan dari operator. Pada saat praktikum
yang melakukan nya adalah kami yang pertama kali mencoba sehingga volume void
yang didapat pun sangat besar yaitu 38%.

Dari data yang di dapat volume void dari manufaktur wet hand lay-up lebih
besar dari manufaktur compression molding. Hasil yang didapat bisa saja lebih
besar atau lebih kecil tergantung dari kemampuan operator yang sudah dijelaskan
tadi.

Selain itu pada faktor yang menyebabkan adanya volume void pada
komposit yaitu pada saat manufaktur compression molding tidak sesuai dengan
prosedur yang seharusnya. Besarnya tekanan yang harusnya di berikan yaitu
seharusnya 7,5Mpa tetapi karena alat yang digunakan tidak ada sehingga memakai
alat uji bending dengan cara spesimen di simpan di kaki alat uji bending tersebut
sehingga kita tidak mengetahui apakah besarnya tekanan 7,5Mpa tercapai atau
tidak. Selain itu resin yang terlalu banyak pada saat penuangan yang menyebabkan
resin keluar cetakan. Proses manufaktur wet hand lay-up sangat sulit mendapatkan
hasil yang baik apabila pertamakali mencoba. Pada saat praktikum orientasi dari
serat tidak pas lurus semua ada yang belok-belok sehingga hasil yang di dapat pun
tidak sesuai. Selain itu resin yang terdapat pada komposit tersebut kurang merata
karena sesekali arah dari penekanan rol nya tidak searah sehingga impregnasi
kurang sempurna.

Dari void yang terdapat pada komposit tersebut berakibat pada penurunan
sifat mekanik dari komposit tersebut. Dapat dilihat dari hasil perhitungan kekuatan
dari masing-masing komposit yaitu

Nilai σWHLU = F/A = 7500 N / 40,25 mm2= 186,33 Mpa

Nilai σCM = F/A = 4650 N / 40,2 mm2= 115,67 Mpa

12
Pengaruh dari void sangat terlihat jelas dengan nilai dari kekuatan
komposit yang tidak sesuai dengan perhitungan manual rule of mixture yaitu

σCWHLU = 330,80 MPa

σCCM = 423,896 MPa

Dari sini dapat terlihat bahwa penurunan yang sangat besar terjadi akibat
adanya volume void. Tetapi dengan volume void 10% kekuatan dari komposit
manufaktur compression molding turun sangat jauh hal tersebut bisa saja di
akibatkan dari penekanan yang tidak sempurna karena penggunaal alat yang tidak
sesuai sehingga resin tidak mengimpregnasi dengan sempurna yang menyebabkan
kekuatan interface nya tidak baik.

Selain itu pengujian tarik ini tidak sesuai dengan standard ASTM D3039
yaitu pada bagian ukuran spesimen nya sehingga nilai yang di dapatpun tidak
akurat.

13
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

14
Daftar Pustaka
- Ramelan, Aditianto dkk. 2017. Panduan Praktikum MT3203–Laboratorium
Teknik Material 3. Bandung
- Judawisastra, H. 2011. Diktat Kuliah: Material Komposit Rev-04. Bandung:
Penerbit ITB
- http://nanophotonics.spiedigitallibrary.org/article.aspx?articleid=1225279
dikases pada tanggal 12 Maret 2017 pukul 20.00
- http://majalah1000guru.net/2013/05/carbon-nanotubes-material-cerdas/
diakses pada tanggal 13 Maret 2017 pukul 20.00
-

15
Lampiran
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Jelaskan perbedaan sifat fisik dan mekanik komposit matrix thermoset yang
diperoleh dari metode berikut : Wet hand lay up , Compression Moulding ,
dan VARI!
2. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan sifat mekanik komposit.

JAWABAN

1. Wet Hand Lay Up : Sifat Mekanik bergantung pada kemampuan dari orang
dalam melakukannya karena impregnasi resin dilakukan secara manual
menggunakan tangan dengan bantuan alat rol maka kualitas interface dan
kualitas komposit secara keseluruhan dapat berbeda jika dilakukan oleh
orang yang berbeda.
Compression Moulding : Metode ini menghasilkan sifat mekanik yang
kurang bagus dan jika di bandingkan dengan wet hand lay up relatif lebih
buruk karena serat yang digunakan adalah serat pendek dan acak akibat
tekanan.
VARI : Sifat mekanik yang dihasilkan tergantung dari resin yang mengalir.
Apabila resin tidak mengalir sempurna maka komposit yang didapat tidak
homogen dan akan menyebabkan sifat mekanik yang kurang baik

2. Faktor yang Mempengaruhi :


 Jenis dan Fraksi Volume Komponen = Fraksi volume material
penyusun mempengaruhi besarnya kekuatan mekanik dari komposit.
Jika fraksi volume serat semakin banyak maka kekuatan mekanik
komposit akan semakin tinggi mendekati kekuatan mekanik serat
tersebut. Jenis material penyusun sangat berpengaruh yaitu serat
gelas dan serat karbon memiliki sifat mekanik yang berbeda
sehingga sifat dari komposit tersebut akan berbeda juga.

16
 Kualitas Interface : Interface sangat penting untuk mentransfer gaya
dari matriks ke serat sehingga keberadaan serat dapat memberikan
efek penguatan.
 Preform : Bentuk preform menentukan sifat mekanik yang didapat
karena komposit bersifat anisotrop maka untuk mengatur orientasi
serat digunakan preform.
 Jenis Proses Manufaktur : Tiap proses manufaktur memiliki
kelebihan dan kekurang nya sendiri seperti kemampuan resin untuk
mengimpregnasi, kemampuan dapat menggunakan serat kontinu
atau serat pendek dll.

17
TUGAS TAMBAHAN

18

Anda mungkin juga menyukai