Anda di halaman 1dari 11

TERM OF REFERENCE (TOR)

SAYEMBARA DESAIN KAWASAN TERPADU PENANDA KEISTIMEWAAN


DI KAWASAN PERBUKITAN PARANGTRITIS, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. DASAR PEMIKIRAN

Penetapan Undang undang No.13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta, merupakan sebuah tonggak sejarah yang menjadikan DIY sebagai wilayah istimewa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang didalamnya terdapat 5 pilar urusan
keistimewaan DIY, yaitu: tata cara pengisian jabatan kedudukan, tugas dan wewenang gubernur
dan wakil gubernur; penataan kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; kebudayaan; pengaturan
pertanahan; dan tata ruang. Dalam konteks ini, diharapkan DIY mempunyai sebuah kawasan
penanda yang mampu merepresentasikan karakteristik nilai-nilai filosofis keistimewaan dan
meneguhkan entitas Yogyakarta sebagai kota pendidikan, budaya, dan pariwisata. Rumusan /
substansi / konsepsi kawasan terpadu penanda keistimewaan tersebut sekaligus diharapkan
menjadi sebuah icon dan branding tools keistimewaan dalam aspek kebudayaan, pendidikan,
kepariwisataan, dan industri kreatif.

Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan ini, direncanakan dibangun di kawasan


perbukitan Parangtritis, Bantul, DIY. Lokasi ini ditetapkan oleh Bapak Gubernur DIY berdasarkan
rekomendasi Tim Pengarah Penanda Keistimewaan (SK Gubernur DIY No. 102 / TIM / 2017)
melalui serangkaian proses pembahasan yang mempertimbangkan aspek strategis terkait
dengan penyampaian Visi – Misi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017-2022, yaitu
“Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja”. Hal ini
merupakan kelanjutan dari penyampaian visi – misi Gubernur DIY Tahun 2012-2017 tentang
“Transformasi Paradigma Among Tani menuju Dagang Layar”, sehingga keberadaan lokasi yang
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia ini dipilih sebagai lokasi Kawasan Terpadu
Penanda Keistimewaan.

Dalam rangka mewujudkan visi – misi Gubernur terkait pengembangan kawasan pantai
selatan Yogyakarta sebagai halaman muka Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan dengan
pengembangan akses Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang dalam konteks strategis
pengembangan wilayah DIY, akses ini menghubungkan antara New Yogyakarta International
Airport yang berada di wilayah Temon, Kabupaten Kulon Progo hingga pantai-pantai diwilayah
Kabupaten Gunungkidul.
Akses JJLS ini melalui perbukitan Parangtritis, Bantul menuju daerah Girijati di
Kabupaten Gunungkidul, yang dikenal dengan Ruas Parangtritis-Girijati (Kelok 18). Lokasi
Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan, secara topografi, berada diatas Kelok 18, dan
memungkinkan konektivitas langsung dengan tambahan akses pendukung. Pada kawasan ini,
juga terdapat serangkaian potensi daya tarik wisata yang dapat dikembangan dalam satu
kesatuan pengembangan, antara lain : Goa Jepang, Watu Lumbung, Mata Air Surocolo, Sand
Dune Parangkusumo, Pantai Parangkusumo, Pantai Parangtritis, Laguna Depok, Bukit
Paralayang, dan Airstrip Depok (Wisata Dirgantara).

Untuk mewujudkan Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan tersebut diatas yang


sekaligus sebagai upaya untuk mewadahi dan memperkaya pemikiran, aspirasi, ide, gagasan,
dilaksanakan dengan pendekatan sayembara desain kawasan. Hasil dari lomba / sayembara
desain Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan tersebut, akan diformulasi dan dirangkai
dalam bentuk Masterplan Pengembangan Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan DIY di
Kawasan Perbukitan Parangtritis.

B. TUJUAN
Menemukan konsep dan rancangan terbaik bagi pengembangan Kawasan Terpadu Penanda
Keistimewaan DIY, dalam aspek bentukan penanda / tetenger / landmark yang mampu
merepresentasikan keistimewaan, nilai filosofis, dan mewakili citra Yogyakarta sebagai kota
budaya, pendidikan, dan pariwisata, sekaligus aspek konsep dan rancangan pengembangan
kawasan terpadu meliputi area penanda keistimewaan, pengembangan kawasan wisata baru,
ruang budaya, pendidikan, dan ekonomi kreatif, yang ditunjang dengan fasilitas pendukung
berupa akomodasi pariwisata, parkir, rest area, serta tourism amenities & services.

C. TAHAPAN SAYEMBARA
Sayembara Desain Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan DIY di launching pada tanggal 12
September 2017 sampai dengan penetapan pemenang sayembara pada 17 November 2017.
Proses penjurian dilakukan melalui 2 (dua) tahap penjurian :
 Tahap pertama : penetapan 6 (enam) karya terbaik.
 Tahap kedua : dilakukan dengan presentasi nominasi 6 karya terbaik

Rincian tahapan sayembara adalah sebagai berikut:


 Launching Sayembara : 12 Sep 2017
 Pendaftaran dan Pengumpulan Desain : 12 Sep – 07 Nov 2017
 Penjurian Tahap Pertama : 08 – 09 Nov 2017
 Pengumuman 6 karya terbaik : 10 Nov 2017
 Penjurian Tahap Kedua dan Penetapan Pemenang : 17 Nov 2017
D. ARAHAN SUBSTANSI DESAIN
Untuk menjamin tercapainya tujuan sayembara Kawasan Terpadu Penanda
Keistimewaan dan kesamaan pemahaman dalam hal batasan substansi desain, diperlukan
arahan substansi desain meliputi aspek substansi filosofis dan substansi konseptual
pengembangan kawasan.

1. Substansi Filosofis
Substansi filosofis dalam sayembara ini mengacu pada filosofi Kepemimpinan Jawa
(Hasta Brata) dan tata nilai keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang tercantum
dalam Naskah Akademik Perdais (Peraturan Daerah Keistimewaan) Tata Ruang dan
Kebudayaan, antara lain:

i. Renaisans Menyongsong Peradaban Baru


Renaisans Yogyakarta merupakan pemikiran yang mengedepankan budaya sebagai
mainstream (arus utama) pembangunan di DIY yang tertuju langsung pada upaya
mengangkat derajat manusia seutuhnya bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemikiran ini
diturunkan dari filosofi Hamemayu Hayuning Bawana, yang menjadi payung sekaligus
landasan dan pedoman filosofis bagi penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan
masyarakat DIY. Renaisans Yogyakarta ditujukan guna terciptanya peradaban baru unggul
yang menghasilkan ‘manusia yang utama’ (jalmâ kang utâmâ), yang berasaskan ‘rasa ke-
Tuhan-an, rasa kemanusiaan dan rasa keadilan’, dengan mengandalkan modal dasar
‘kebudayaan dan pendidikan’. Renaisans Yogyakarta juga harus menjadi lahan bersemi-
tumbuh-kembangnya peradaban yang berbasis nilai-nilai kemanusiaan, sebuah
peradaban yang penuh harmoni dalam kebhinnekaan. Bukan peradaban yang bias global
atau bias lokal. Semuanya melebur dalam pemahaman, saling menghargai dan
menghormati, peduli, saling mengubah dan menyesuaikan diri dan berkembang-tumbuh
dalam kebersamaan yang beradab dan bermartabat.

Renaisans Yogyakarta secara spesifik ditujukan untuk mengakselerasikan


pembangunan dengan upaya membangkitkan kembali (revitalisasi) peradaban unggul
Yogyakarta dan Nusantara melalui renaisans budaya, yang memuat kearifan lokal
Hamemayu Hayuning Bawana, yang secara konseptual mengatur harmoni hubungan dan
tata laku antar sesama manusia, antara manusia dengan lingkungannya, dan antara
manusia dengan Tuhan serta mengacu pada undang-undang yang berlaku. Renaisans
Yogyakarta digariskan meliputi 9 strategi, yaitu Pendidikan, Pariwisata, Teknologi,
Ekonomi, Energi, Pangan, Kesehatan, Keterlindungan warga, dan Tata ruang & Kelestarian
lingkungan.

ii. Hamemayu Hayuning Bawana


Dalam Naskah Induk Perdais Tata Ruang, dirumuskan bahwa “Hamemayu Hayuning
Bawana” adalah “filosofi payung” bagi filosofi-filosofi lain karena maknanya mampu
melintas tema, konteks, ruang, dan waktu. Hamemayu Hayuning Bawana adalah filosofi
yang maknanya bersifat universal, komprehensif, sekaligus holistik. Beberapa kata kunci
yang memiliki substansi dan makna yang melekat erat dengan filosofi Hamemayu
Hayuning Bawana adalah: (1) Rahayuning Bawana Kapurba Waskithaning Manungsa, (2)
Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane, (3) Dharmaning Satriya Mahanani
Rahayuning Nagara, (4) Mangasah Mingising Budi , (5) Memasuh Malaning Bumi. Dengan
demikian, didalam deskripsi mengenai filosofi Hamemayu Hayuning Bawana ke lima
filosofi yang disebutkan di atas akan secara implisit dibahas sebagai bagian yang tidak
terpisahkan atau saling mengkait.

iii. Hasta Brata


Hasta Brata adalah delapan perilaku utama yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam menjalankan pemerintahan. Cerita dalam pewayangan ini diilhami oleh
laku utama dalam agama Hindu yang kemudian mengalami inkulturasi-modifikasi dalam
ajaran Jawa-Islam (Islam Jawa). Perwujudannya berubah dari anasir Dewa / Bhatara
menjadi watak / sifat-sifat alam, yaitu:

Endra : badan manusia, yaitu simbol dari bumi atau tanah, wataknya disebut
hambeging kisma (kaya, rela, suka berderma, kaya hati = lembah manah,
legawa, narima).

Surya : angan-angan manusia disebut hambeging surya (memberi kekuatan


kepada orang lain), perjalanannya istiqomah (alon maton, alon-alon asal
klekon).

Bayu : nafas manusia disebut hambeging samirana (wataknya angin) selalu


meneliti, menyelidki segala sesuatu yang terjadi agar keputusan da
kebijakannya bermakna.

Kuwera : rasa pangrasa manusia, dilambangkan dalam bentuk hambeging samodra,


bermakna luas hati, menerima keuhan, menampung keluh kesah,
sehingga hatinya nyegara (seperti samudra).
Baruna : simbol wicara (bicara) disebut dengan hambeging tirta, yang selalu
mengalir ke tempat yang lebih rendah dan bersikap andhap asor anoraga
(rendah hati dalam kehidupan sehari-hari).

Yama : simbolisasi dari karsa manusia disebut hambeging kartika,


menggambarkan kepribadian, maqom, atau posisi. (Cita-cita yang tinggi,
kokoh, tetap seperti bintang di langit). Bintang sebagai patokan/pedoman
(rambu-rambu penentu arah).

Candra : simbol kebersihan hati manusia disebut hambeging candra, yang memberi
penerang (pepadhang) nuansa keindahan religius-spiritual senantiasa
ber-musyahadah (nglangut) kepada kebesaran dan keindahan Tuhan.

Brama : simbol nafsu manusia yang melambangkan hambeging dahana, mampu


menyelesaikan masalah dengan adil dan tidak pilih kasih. Nuansa positif
serius dan dapat menyelesaikan masalah secara tuntas (bisa mrantasi
gawe).

2. Substansi Konseptual
Secara konseptual pengembangan kawasan, Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan
terdiri dari :
i. Sub kawasan pengembangan tetenger / Penanda / landmark Keistimewaan
Pengembangan pada sub kawasan ini terkait dengan bangunan penanda /
tetenger / landmark keistimewaan beserta penataan lansekapnya. Dalam pengertian
penanda secara visual atau dari segi visual, dapat diartikan sebagai sebuah ruang
koridor yang di dalamnya terdapat bangunan dan ruang terbuka (linier dan terpusat).
Adapun secara fungsi, disimpulkan oleh SEGD (Society of Environmental Graphic Design),
sebagai: (1) Wahana yang bisa membantu manusia dengan cara memberi petunjuk arah,
mengenali ruang dan kemudian memberi petunjuk pada manusia untuk melakukan
kegiatan di dalam sebuah ruang. (2) Memperkuat identitas lingkungan secara visual. (3)
Mengarahkan dan memberi informasi agar manusia lebih merasakan ruang disekitarnya
dan memberikan ciri tersendiri (distinct character) agar ruang atau lingkungan
tersebut mudah diingat dan dikenali oleh manusia.

Dalam definisi lain, pembangunan penanda harus dapat merefleksikan karakter


suatu tempat dan dalam penggunaan / penempatannya harus harmonis dengan
bangunan / lingkungan dimana penanda tersebut berada. (Shirvani, 1985)
Pertimbangan Utama dalam Pembangunan sebuah penanda / tetenger /
landmark antara lain:

- Visibilitas
Yaitu tingkat kemudahan bagaimana penanda tersebut dapat dilihat oleh
manusia. Hal–hal yang mendukung antara lain penempatan, penggunaan warna
dan material, serta bentuk.

- Readibilitas
Yaitu bagaimana informasi yang ingin ditunjukkan oleh penanda tersebut agar
dapat dimengerti oleh orang lain dengan mudah menjadi pertimbangan utama
dalam penyajian / perancangannya.

- Legibilitas
Yaitu bagaimana informasi yang paling penting dalam sebuah penanda dapat
tersampaikan dengan jelas, seperti kemampuan sebuah kata utama muncul dan
mencolok atau menarik perhatian dibandingkan latar belakangnya.

ii. Sub kawasan pengembangan ruang budaya


Dalam kawasan terpadu ini, arahan konseptual pengembangan sub kawasan ini
meliputi penyediaaan sarana / wadah / tempat untuk menampilkan atraksi, pagelaran,
seni pertunjukan berstandar internasional (modern theater), baik indoor (berkapasitas
2.000 tempat duduk) maupun outdoor (berkapasitas 5.000 tempat duduk).

iii. Sub kawasan pengembangan ruang pendidikan


Dalam kawasan terpadu ini, juga dikembangan sub kawasan yang menyediakan
fasilitas wisata edukasi sejarah keistimewaan, termasuk museum dan education theme
park (seluas 10.000 m2).

iv. Sub kawasan pengembangan ekonomi kreatif


Kawasan terpadu penanda keistimewaan ini juga memiliki sub kawasan
pengembangan ekonomi kreatif, meliputi fasilitas untuk galeri kerajinan, kuliner, ruang
bagi pengembangan aplikasi digital/cyber community, animasi dan film, yang didukung
convention center sebagai pendukung destinasi MICE (dengan luasan assembly hall
sampai dengan 10.000 m2). Pengembangan ekonomi kreatif harus sejalan dan seiring
dengan konsep penanda keistimewaan.
v. Sub kawasan pendukung
Sub kawasan pendukung berfungsi sebagai pelengkap dan pendukung fasilitas
yang ada dikawasan terpadu penanda keistimewaan, meliputi area parkir (kapasitas
mencapai 5.000 mobil), rest area, akomodasi pariwisata (resort, cottage, restaurant)
serta tourism amenities & services (Information Center, Pos Keamanan, ATM, dsb).

E. KRITERIA PENILAIAN SAYEMBARA


Kriteria penilaian sayembara Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan DIY meliputi:
1. Ide dan gagasan (kreativitas, inovasi dan relevansi)
2. Pemahaman terhadap substansi filosofis dan pengembangan transformasi desain
3. Kesesuaian dengan arahan konseptual dan prinsip pengembangan kawasan
4. Aspek keterkaitan kontekstual desain dengan lingkungan dan kawasan di sekitarnya,
termasuk mitigasi bencana
5. Pemaparan / teknik presentasi

F. LOKASI SAYEMBARA
Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan DIY terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul, DIY. Kawasan ini berada pada 280 – 305 meter diatas permukaan laut,
dan dengan luas 17,15 Ha. Secara topografi, kawasan ini berada diatas Kelok 18, dan
memungkinkan konektivitas langsung dengan tambahan akses pendukung. Terdapat beberapa
daya tarik wisata lain disekitarnya yang memungkinkan untuk dilakukan pengembangan
kawasan lebih lanjut.

G. PERSYARATAN HASIL KARYA YANG HARUS DIKUMPULKAN

Hasil karya yang harus diserahkan peserta untuk bisa dilakukan seleksi dalam proses penjurian
harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Merupakan karya asli, dibuktikan dengan surat pernyataan orisinalitas karya bermaterai.
2. Karya belum pernah diikutsertakan dalam lomba desain kawasan dimanapun.
3. Penyelenggara sayembara mempunyai hak untuk menggunakan dan menerapkan gagasan
pemenang peserta sayembara, termasuk mengurangi / menambahkan desain ataupun
konten lain sesuai dengan kebutuhan.
4. Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan merupakan uraian proses dari ide dan
gagasan awal yang ditransformasikan kedalam desain. Dibuat dalam bentuk
narasi/deskripsi atau preskriptif, dilengkapi dengan ilustrasi gambar/sketsa, dibuat dalam
format kertas A2 maksimal sebanyak 3 lembar.
5. Konsep dan Layout pengembangan Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan berisi
pengembangan sub-sub kawasan seperti yang tercantum pada arahan substansi
konseptual sayembara. Dibuat dalam format eye bird view dengan arah pandang kawasan
perbukitan parangtritis / pantai, dibuat dalam format kertas A2 maksimal sebanyak 3
lembar.
6. Gambar layout, tampak potongan 2 arah, perspektif, dilengkapi dengan sketsa
detail/suasana (format bebas, bisa komputer atau gambar tangan), dibuat dalam format
kertas A2 maksimal sebanyak 6 lembar.
7. Hasil karya pada nomor 4, 5, dan 6, ditempel diatas media karton / impraboard / atau
media sejenis untuk memudahkan display pada saat gelar karya / penjurian.
8. Peserta tidak diperkenankan untuk mencantumkan identitas dalam bentuk apapun pada
hasil karya. Peserta hanya diperkenankan mencantumkan Identitas berupa ID peserta yang
didapat pada saat melakukan pendaftaran. Contoh format layout hasil karya dapat di
download pada tautan yang berada di halaman website visingjogja.com.
9. ID peserta didapatkan pada saat peserta mendaftarkan melalui email dengan terlebih
dahulu mengisi format pendaftaran dan melampirkan pakta orisinalitas karya (dokumen
dalam bentuk scan) .
10. Peserta sayembara diminta untuk memasukkan materi desain/gambar lengkap ke dalam 1
(satu) buah CD-R dengan resolusi 300 dpi per halaman gambar yang memiliki ukuran
minimal 1500 pixel pada sisi terpendek, dengan bentuk format jpeg atau pdf. CD-R
tersebut diserahkan/dikirimkan bersamaan dengan dokumen asli form pendaftaran, pakta
orisinalitas karya (bermaterai Rp. 6.000,- dan telah ditandatangani), fotokopi kartu
identitas diri, serta print out hardcopy desain Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan.
11. Peserta akan mendapatkan pemberitahuan melalui email dan telepon bila karyanya terpilih
menjadi nominasi.
12. Panitia berhak mencabut hadiah dan gelar juara jika terbukti terjadi plagiasi.
13. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.
H. PERSYARATAN PESERTA
Sayembara Desain Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan DIY terbuka untuk seluruh
lapisan masyarakat di dalam maupun diluar Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Pendaftaran peserta tidak dipungut biaya
2. Peserta dapat mendaftar sebagai individual/perorangan atau kelompok dengan jumlah
anggota maksimal 5 (lima) orang.
3. Satu peserta (individu/kelompok) hanya dapat mengikutsertakan 1 (satu) karya.
4. Peserta dapat mendaftar dengan cara mengunduh form pendaftaran dan pakta orisinalitas
karya yang disediakan di website www.visitingjogja.com, dan mengirimkan kembali form
pendaftaran dan pakta orisinalitas karya yang telah diisi dan ditandatangani (dokumen
dalam bentuk scan) melalui email penanda_istimewa@visitngjogja.com.
5. Kebutuhan data pelengkap (peta citra, peta SRTM/kontur, Naskah Akademik Perdais
tentang Tata Ruang dan Budaya, video aerial view lokasi), juga dapat diunduh pada tautan
yang tercantum didalam website.
6. Peserta mendaftar dengan melampirkan fotokopi kartu identitas diri (1 lembar). Untuk
kelompok, melampirkan fotokopi kartu identitas diri dari ketua kelompok.
7. Peserta wajib mengumpulkan form pendaftaran dan pakta orisinalitas (dokumen asli) pada
saat pengumpulan karya.
8. Pengumpulan karya dilakukan di Sekretariat Panitia pada alamat sebagaimana tertera pada
TOR ini sampai dengan tanggal 7 November 2017.
9. Seluruh tim juri maupun pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan sayembara,
tidak berhak mengikuti sayembara. Apabila diketahui ada pelanggaran terhadap hal
tersebut, panitia penyelenggara dapat membatalkan kepesertaannya (diskualifikasi).

I. BATAS PENERIMAAN KARYA


Karya sayembara dapat diserahkan secara langsung atau dikirim melalui jasa pengiriman
pos/kurir, paling lambat diterima oleh panitia pada tanggal 07 November 2017, selambat-
lambatnya pukul 16.00 WIB di Sekretariat Panitia Sayembara Kawasan Terpadu Penanda
Keistimewaan, dengan alamat : Dinas Pariwisata DIY, Jl. Malioboro No. 56, Danurejan,
Yogyakarta, kode pos 55213. Telp. (0274) 587-486, 512-211, Fax. (0274) 565-437. Website :
www.visitingjogja.com, Email : penanda_istimewa@visitingjogja.com.
J. DEWAN JURI SAYEMBARA
Penjurian dilangsungkan dalam dua tahap, yaitu pemilihan 6 besar pada tahap pertama
(penjurian tertutup), dan tahap kedua yaitu paparan konsep/desain Kawasan Terpadu Penanda
Keistimewaan oleh 6 nominasi karya terbaik dihadapan Dewan Juri untuk kemudian ditetapkan
pemenangnya.

Dewan juri yang terlibat dalam sayembara ini terdiri dari pakar dalam bidang:

1. Ir. Gatot Saptadi, Birokrasi


2. Argo Twikromo, Ph.D, Budayawan
3. Drs. Anusapati, MFA , Pelaku Seni
4. Ir. Eko A Prawoto, M.Arch, IAI, akademisi/arsitek
5. Raden Mas Cahyo Bandono, MT., praktisi/arsitek

K. HADIAH SAYEMBARA

Penghargaan bagi para pemenang sayembara Desain Kawasan Terpadu Penanda Keistimewaan
DIY seluruhnya adalah sebesar Rp. 120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah), dengan rincian
masing-masing adalah sbb :
 Juara I : Rp. 40.000.000,-
 Juara II : Rp. 30.000.000,-
 Juara III : Rp. 20.000.000,-
 Juara harapan I : Rp. 12.500.000,-
 Juara harapan II : Rp. 10.000.000,-
 Juara harapan III : Rp. 7.500.000,-

*Pajak ditanggung oleh pemenang.

Anda mungkin juga menyukai