Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN PRAKTIKUM

UJI BAHAN
(D3 PENDIDIKAN VOKASI)

OLEH:

TEAM LABORATORIUM
PENGUJIAN BAHAN DAN KONSTRUKSI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016

DIPAKAI DALAM LINGKUNGAN SENDIRI


Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2


BAB II AGREGAT .................................................................................................................... 2
1. Pengujian Kadar Air....................................................................................... 2
2. Pengujian Penentuan Kadar Butir Lewat Saringan No.200 .................... 3
3. Pengujian Berat Isi ......................................................................................... 3
4. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus ........................... 4
5. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar ............................ 5
6. Pengujian Analisa Saringan ......................................................................... 6
7. Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles ...................... 7
8. Pengujian Impact Test ................................................................................... 7

BAB III BETON


1. Pengujian Mix Design Beton ........................................................................ 9
2. Pengujian Slump Test .................................................................................... 9
3. Pengujian Kuat Tekan Beton ........................................................................ 10

BAB IV ASPAL
1. Pemeriksaan Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen (SNI 06 - 2456 – 1991).. 13
2. Berat Jenis Aspal dan Ter (SNI 06 - 2434 – 1991) ...................................... 14
3. Pemeriksaan Kelekatan Aspal pada Batuan (SNI 03 - 2439 – 1991) ...... 14
4. Pemeriksaan Kehilangan Minyak dan Aspal (SNI 06 - 2440 – 1991) .... 15
5. Pemeriksaan Daktilitas (SNI 06 - 2432 – 1991) .......................................... 16
6. Mix Design Aspal ........................................................................................... 17

1
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua bangunan gedung maupun jembatan terdiri dari beton. Keamanan–keamanan struktur bangunan
tergantung pada mutu bahannya. Untuk memenuhi hal tersebut maka diperlukan pengertian dasar tenteng uji
bahan pengetahuan dasar tersebut meliputi pembagian jenis dan sifat – sifat mekanis.
Oleh karena itu untuk melengkapi pengetahuan yang dimaksud perlu ditunjang dengan pelaksanaan
pengujian di laboratorium dengan teliti sehingga penyajian data – data pengujiannya akurat serta dapat
digunakan untuk perencanaan campuran bahan yang teliti dan dapat mengurangi kebutuhan perencanaan yang
berlebihan ditinjau dari segi ekonomis.
Pengujian di laboatorium Program Diploma III Teknik Sipil Pendidikan Vokasi Universitas Haluoleo adalah untuk
melengkapi pengetahuan dasar tenteng uji bahan yang selama ini diperoleh dibangku perkuliahan dengan cara
praktikum langsung.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium yang tentunya besifat pengetahuan
dasar yang meliputi pengenalan alat – alat uji, jenis uji, praktek pengujian, perhitungan dan pelaporan hasil uji
serta konsultasi pelaporannya. Ini tentunya dibimbing oleh para asisten dan teknisi laboratorium Teknik Sipil
Universitas Haluoleo.

C. Maksud dan Tujuan

1. Maksud
Kegiatan ini dimaksud agar para mahasiwa yang akan mengikuti praktek di Laboratorium Uji Bahan akan
lebih mengetahui bagaimana cara melakukan pengujian di laboratotium sebagai control mutu dari pada
suatu bahan yang digunakan pada bangunan Sipil.

2. Tujuan
Praktikum uji bahan bertujuan membantu mahasiswa memberikan pengetahuan kepada Mahasiswa
Program Diploma III Teknik Sipil Pendidikan Vokasi Universitas Haluoleo tentang penggunaan alat – alat
laboratorium uji bahan dengan teliti dan benar sehingga kelak para peserta dapat mengujinya.

D. Metodologi praktikum
Metodologi praktikum yang digunakan adalah metode persiapan peralatan yang akan digunakan di dalam
melakukan praktikum yang disesuaikan dengan buku standar pedoan yang ada. Pengujian dilakukan dengan
mengikuti prosedur standar pengujian di laboratorium
Perhitungan dan penggambaran yang diambil dari data hasil pengujian berpedoman Standar Nasional Indonesia (
SNI ) upun standar – standar yang resmi. Studi kepustakaan baik yang ada di buku panduan dan perpustakaan
kampus Fakultas Teknik Universitas Haluoleo maupun yang ada pada laboratorium Teknik Sipil.

2
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

BAB II
AGREGAT

 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGGREGAT

A. Tujuan
Secara umum praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar air dalam aggregat.
Kadar air aggregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung aggregat dengan berat aggregat
dalam keadaan kering.
Tujuan lain adalah agar dapat :
1. Menghitung persentase kadar air dalam aggregat.
2. Menerangkan produser pemeriksaan kadar air dalam aggregat.
3. Menggunakan peralatan yang digunakan.

B. Peralatan dan Bahan


1. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
b. Oven pengering yang suhunya dapat diatur konstan ( 110 + 5 ) 0 C
c. Cawan
2. Bahan
Berat contoh aggregat minumum tergantung pada ukuran butir maksimum.

C. Prosedur Pelaksanaan.
1. Catat dan imbangi berat container / wadah kosong
2. Masukkan benda uji kadalam container / wadah, kemudian timbang dan catat
beratnya ( W2 ).
3. Hitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 )
4. Keringkan benda uji beserta wadah dalam oven dengan suhu ( 110 + 5 ) 0 C sampai beratnya tetap
5. Setelah kering, timbang dan catatlah berat benda uji beserta wadah ( W4 )
6. Hitunglah berat benda uji kering oven ( W5 = W4 – W1 )
7. Hitunglah nilai kadar air aggregat tersebut.

D. Perhitungan
Kadar air aggregat = ( W4 – W5 ) x 100 %
W5
Dimana :
W4 = Berat benda uji semula ( gram )
W4 = Berat benda uji kering oven ( gram )

E. Data Hasil Pemeriksaan


Data hasil pemeriksaan terlampir.

 PEMERIKSAAN PENENTUAN KADAR LUMPUR LEWAT SARINGAN NO.200

A. Tujuan
Diharapkan dapat menentukan kadar lumpur yang dikandung oleh aggregat dan dapat pula untuk :
1. Menerangkan prosedur pelaksanaanpenentuan kadar butir halus dari aggregat.
2. Menentukan kadar lumpur dalam aggregat halus.
3. Menentukan kadar lumpur dalam aggregat kasar.
4. Menggunakan peralatan yang diperlukan.

B. Peralatan dan bahan


1. Peralatan
a. Saringan No. 16 dan No. 200
b. Bejana gelas dan pengaduk.
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu ( 110 + 5 ) 0 C
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
e. Container / wadah.
f. Penjepit.
g. Desikator.
2. Bahan :
berat contoh aggregat kering minium tergantung pada ukuran aggregat maksimum.

C. Prosedur Pelakasanaan
1. Masukan contoh aggregat kurang lebih 1,25 kali berat benda uji kedalam cawan dan keringkan
dalam oven dengan suhu ( 110 + 5 ) 0 C sapai beratnya tetap.
2. Timbang benda uji dengan berat ( W1 ).
3. Masukkan benda uji kedalam bejana,tuangkan air bersih kedalam bejana tersebut sehingga benda uji
terendam.
4. Aduk contoh benda uji, sehingga terpisah dari bagian halus.
5. Tuangkan suspensi yang kelihatan keruh dengan perlahan – lahan kedalam susunan ayakan.
6. Ulangi langkah 3,4 dan 5 di atas beberapa kali, sehingga air cucian di dalam bejana kelihatan jernih.
7. Bilas butiran yang tertinggal di atas ayakan dan di dalam bejana.
8. Tampung butiran – butiran yang tertinggal di atas ayakan dan di dalam bejana.

3
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

9. Keringkan butiran tersebut kedalam oven dengan suhu ( 110 + 5 ) 0 C sampai beratnya tetap.
10. Timbang catat beranya ( W2 ).
11. Lakukan percbaan ini ganda ( double ).

D. Perhitungan
Kadar butir lewat saringan No. 200 = W1 – W2 x 100 %
W1
Dimana W1 = Berat benda uji semula ( gram ).
W2 = Berat butiran yang tertahan pada saringan No. 200 (gram )

E. Data Hasil Pemeriksaan


Data hasil pemeriksaan terlampir

PEMERIKSAAN BERAT ISI AGGREGAT

A. Tujuan
Secara umum pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat isi agaregat halus, kasar ataupun
capuran. Berat isi adalah perbandingan berat dan isi.

B. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
Timbangan yang memiliki ketelitian 0,1 % berat contoh.
 Talang yang bekapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh aggregat.
 Tongkat pemedat berdiameter 15 mm panjang 60 cm yang ujungya bulat.
 Mistar perata ( straight edge ).
 Wadah baja yang berbentuk kaku yang berbentuk selinder dengan alat pemegang.

b. Bahan
Sebagai benda uji dapat digunakan aggregat kasar, halus dan campuran.

C. Prosedur Pelakasanaan
a. Persiapan Benda Uji
Masukkan contoh aggregat kedalam talang sekurang – kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai
daftar. Keringkan dalam oven dengan suhu ( 110 + 5 ) 0 C sampai berat tetap, baru digunakan sebagai
benda uji.

b. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) Berat isi lepas :
 Timbang dan catat berat wadah uji ( W1 ).
 Masukkan benda uji kedalam wadah,lakukan hal ini dengan hati – hati agar tidak terjadi
pemisahan butir, untuk ini dapat digunakan sendok atau skop dengan ketinggian jatuh
maksiu 5 cm.
 Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata.
 Timbang berat benda uji beserta wadah ( W2 ) .
 Hitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 ) .
2) Berat isi aggregat ukuran butir maksimum 38,1 mm ( 1 1/2 “) dengan cara penusukan :
 Timbang dan catat berat wadah uji ( W1 ).
 Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang saa tebal, setiap lapisan dipadatkan dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Pada pemdatan tongkat harus
tepat masuk sampai lapisan bawah tiap –tiap lapisan.
 Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata.
 Timbang berat benda uji beserta wadah ( W2 ).
 Hitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1)
3) Berat isi padat ukuran butir antara 38,1 mm ( 1 1/ 2 “) sampai 101,6 mm (4” ) dengan cara
penggoyangan :
 Timbang dan catat berat wadah benda uji ( W1 ).
 Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
 Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang – goyangkan wadah seperti berikut:
 Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya
kira – kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
 Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan setiap lapisan sebanyak 25 kali
untuk lapisan .
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji ( W2 ) .
 Hitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 ).

D. Perhitungan
Berat isi aggregat = W3 ( kg/dm3 )
V
Dimana :
V = Volume ( isi wadah ) dm3
W3 = Berat benda uji

4
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

E. Catatan
Wadah sebelum digunakan dikalibrasi dengan cara :
a. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada waktu ditutup dengan plat
kaca tidak telihat gelembung udara.
b. Timbang dan catat berat wadah berikut air.
c. Hitung berat air
d. Dilampirkan dengan dua angka di belakang koma.

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGGREGAT HALUS

A. Tujuan
Secara umum praktikum ini bertujuan untuk dapat mengetahui berat jenis dan persentase berat air yang
terkandung ( dapat diserap ) oleh agegat halus,dihitung terhadap keringnya .
Secara khusus praktikum ini bertujuan :
 Menentukan berat jenis aggregat halus dalam keadaan jenuh air kering oven.
 Menentukan berat jenis aggregat halus dalam keadaan jenuh air kering permukaan.
 Menerangkan kegunaan pemerikasaan ini dalam kaitanya dengan perhitungan rancangan susunan
campuran beton.
 Menentukan kadar air aggregat halus dalam keadaan jenuh air kering permukaan ( SSD ).
 Dapat menggunakan peralatan yang dipakai.

B. Peralatan Dan Bahan

a. Peralatan
 Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
 Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
 Kerucut terpancung ( Cone ) diameter bagian atas ( 40 + 30 ) mm,diameter bagian bawah ( 90
+ 3 ) mm dan tinggi (75 + 3 ) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.
 Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat ( 340 + 15 ) gram, diameter
permukan penumbuk ( 25 + 3 ) mm.
 Saringan No. 4
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 + 15 ) 0 C.
 Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1 0C .
 Bejana tempat air.
 Pompa hampa udara ( Vacum Pump ) atau tungku.
 Air suling.
 Desikator.

b. Bahan
Benda uji adalah aggregat yang lewat saringan no.4 yang diperoleh dengan menggunaakan Riffle
Sampler atau sistem perempat ( Quartering ) aggregat disiapkan sebanyak kira – kira 500 gram.

C. Prosedur Pelaksanaan

 Keringkan benda uji dalam oven pada suhu ( 110 + 5 ) 0 C sampai berat tetap. Yang dimaksud dengan
berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam
oven dengan selang waktu 2 jam beturut – turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih
besar dari pada 0,1 %. Dinginkan pada suhu ruang, kemudiam rendam dalam air selama 24 jam.
 Buang air perendam hati – hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan aggregat di atas talang,
keringkan diudara panad dengan cara membalik – balikkan benda uji. Lakukan pengeringan
sampai tercipta keadaan permukaan jenuh.
 Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji kedalam kerucut terpancung,
padatkan dengan batang pengaduk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering
permukaan jenuh tercapai bila ada benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
 Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda uji kedalam
picnometer. Masukkan air suling sampai mencapai 90 % isi piknometer, putar sambik diguncang
sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat proses ini dapat
dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut
terisap, dapat juga dilakukan degan merebus piknometer.
 Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar
250 C
 Tambahkan air sampai mencapai tanda batas
 Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
 Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu ( 110 + 10 ) 0 C sampai berat tetap, kemudian
dinginkan benda uji kedalam desikator
 Setelah benda uji dingin maka timbanglah
 Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standar
25 0 C

5
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

D. Perhitungan
A
1. Berat jenis Curah ( Bulk specific gravity ) = --------------------
(B+S–C)
S
2. Berat jenis jenuh kering permukaan = -------------------
( saturated surface Dry SSD) (B+S–C)
A
3. Berat jenis semu = --------------------
( Apparent specific gravity ) (B+A–C)
(S - A )
4. Penyerapan Air (Absorption) = -------------------- x 100 %
A

Dimana :
A = Berat benda uji kering oven ( gram )
B = Berat piknometer berisi air ( gram )
C = Berat piknometer berisi benda uji + air ( gram )
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan ( gram )

E. Data hasil Pemerikasaan


Data pemeriksaan terlampir.

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

A. Tujuan
Secara umum praktikum ini bertujuan untuk dapat mengtahui berat jenus dan persentase berat air yang
terkandung ( dapat diserap ) oleh aggregat kasar, dihitung terhadap berat keringnya. Secara khusus
praktikum ini juga bertujuan :
a. Menentukan berat jenis aggregat kasar dalam keadaan kering oven.
b. Menentukan berat jenis aggregat kasar dalam keadaan jenuh air kering permukaan ( SSD ).
c. Menerangkan kegunaan pemerikasaan ini dalam kaitannya dengan perhitungan rancangan susunan
campuran beton.
d. Menentukan kadar air aggregat kasar dalam keadaan jenuh air kering permukaan ( SSD ).
e. Dapat menggunakan peralatan yang dipakai.

B. Peralatan dan Bahan


a. Peralatan
 Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm ( no. 6 atau no. 8 ) dengan kapasitas kira – kira 5
kg.
 Tempat air dengan kapasitas dengan bentuk yang sesaui untuk pemeriksaan. Tempat ini harus
dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
 Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang dan
dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 + 5 ) 0 C.
 Alat pemisah contoh
 Saringan no. 4

b. Bahan
Benda adalah aggregat yang tertahan saringan no. 4 yang diperoleh dengan menggunakan Riffler
sampler atau sistem perempat (quartering), aggregat yang disiapkan kira – kira 1000 gram.

C. Prosedur Pelaksanaan
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan – bahan lain yang melekat pada permukaan.
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105 0 C sampai berat tetap.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1- 3 jam kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram.
d. Rendam benda uji kedalam air pada suhu kamar selama 24 jam.
e. Keluarkan benda uji dari dalam air, kemudian dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan aggregat hilang ( aggregat ini dinyatakan dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau
SSD ).
f. Dalam keadaan SSD tersebut benda uji ditimbang.
g. Letakkan benda uji kedalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap
dan tentukan beratnya didalam air. Ukur suhu air untuk meyelesaikan perhitungan kepada suhu
standar (250 C )

D. Perhitungan A
1. Berat jenis curah kering ( Bulk Spesific Gravity ) = --------------
B–C
B
2. Berat jenis jenuh kering permukaan ( saturated surface Dry SSD) = ------------
B–C

6
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

A
3. Berat jenis semu ( Apparent Specific Grafity ) = ----------------
A–C
B–A
4. Penyerapan Air (Absorption) = ---------------- x 100 %
A
Dimana :
A = berat benda uji kering oven ( gram )
B = berat benda uji kering permukaan (SSD) di udara ( gram )
C = berat benda uji di dalam air ( gram ).

PEMERIKSAAN ANALISA SARINGAN AGREGAT

B. Tujuan
Pemerikasaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir ( gradasi ) aggregat halus dan kasar
dengan menggunakan saringan.

C. Peralatan Dan Bahan


a. Peralatan
 Timbangan / neraca dengan ketelitian 0,2 % dari benda uji.
 Satu set saringan dengan ukuran 1,5” ; 3/4” ; 3/8” ; No. 4; No. 8; No. 16; No. 30; No. 50 ; No.
100 ; PAN.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110 + 5 ) 0 C.
 Alat pemisah contoh.
 Mesin pengguncang saringan.
 Talang
 Kuas, sikat kuningan, sendok dan lain - lain.

b. Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak :
 Aggregat halus
Ukuran maksimum no. 4 ; berat minimum 500 gram
Ukuran maksimum no. 8 ; berat minimum 100 gram
 Aggregat kasar
Ukuran maksimum no. 3,5 ; berat minimum 35 kg
Ukuran maksimum no. 3 ; berat minimum 30 kg
Ukuran maksimum no. 2,5 ; berat minimum 25 kg
Ukuran maksimum no. 2 ; berat minimum 20 kg
Ukuran maksimum no. 1,5 ; berat minimum 15 kg
Ukuran maksimum no. 1 ; berat minimum 10 kg
Ukuran maksimum no. 3/4 ; berat minimum 5 kg
Ukuran maksimum no. 1/2 ; berat minimum 2,5kg
Ukuran maksimum no. 3/8 ; berat minimum 1 kg
Bila aggregat berupa campuran dari aggregat halus dan kasar, aggregat tersebut dipisahkan menjadi
2 bagian dengan saringan no. 4, selanjutnya aggregat halus dan aggregat kasar disediakan sebanyak
jumlah seperti tercantum di atas. Benda uji disiapkan sesui dengan PB – 0208 – 76 kecuali apabila
butiran yang melalui sarigan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat tidak
menghendaki pencucian.

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu ( 110 +5 ) 0 C sampai berat tetap.
2. saringan benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan diatas.
Saringan diguncang dengan tangan atau dengan mesin pengguncang selama + 15 menit.

D. Perhitungan
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing – masing terhadap berat totol benda uji.

E. Pelaporan
Laporan meliputi :
a. Jumlah prosentase melalui masing – masing saringan atau jumlah prosentase di atas masing – masing
saringan dalam bilangan bulat.
b. Grafik akumulatif.

F. Data Hasil Pemeriksaan


Data hasil pemeiksaan terlampir.

PEMERIKSAAN KEAUSAN AGGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES

A. Tujuan

7
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

Pemerikasaan ini dimaksud untuk menentukan ketahanan aggregat kasar terhadap keausan dengan
mempergunakan mesin los angeles. Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat aus
lewat saringan no. 12 terhadap berat semula dalam persen.

B. Peralatan
 Mesin los angeles.
Mesin ini terdiri dari selinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28”) panjang
dalam 50 cm (20”). Selinder bertumpu pada dua poros pendek terus menerus berputar pada poros
mendatar. Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan tidak terganggu. Dibagian dalam
selinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”).
 Saringan no. 12 dan saringan lainya.
 Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
 Bola – bola baja dengan diameter rata – rata 4,6 cm (17/8”) dan berat masing – masing antara 390 gram
sampai 445 gram.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memnasi sampai ( 110 + 5 ) 0 C

C. Bahan

a. Berat dan gradasi benda uji.


b. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada ( 110 + 5) 0 C

D. Prosedur Pelaksanaan

a. Benda uji dan bola – bola baja dimasukkan kedalam mesin los angeles. Gradasi E, F, dan G.
b. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan saringan no. 12.
Butiran yang tertahan diatas dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu ( 110 + 5 ) 0
C sampai berat tetap.

E. Perhitungan

A–B
= --------------- x 100 %
A
Dimana :
A = Berat benda uji semula ( gram )
B = Berat benda uji tertahan saringan no. 12 ( gram

F. Lampiran Pembagian Gradasi

UKURAN SARINGAN BERAT DAN GRADASI BENDA UJI


Lewat (mm) Tertahan (mm) A B C D E F G
76,2 mm (3”) 63,5 mm (2½”) 2500
63,5 mm (2½”) 50,8 mm (2”) 2500
50,8 mm (2”) 37,5 mm (1½”) 2500
37,5 mm (1½”) 25,4 mm (1”) 1250 5000
25,4 mm (1”) 19,0 mm (3/4”) 1250 5000 5000
19,0 mm (3/4”) 12,5 mm (1/2”) 1250 1250
12,5 mm (1/2”) 9,5 mm (3/8”) 1250 1250
9,5 mm (3/8”) 6,3 mm (1/4”)
6,3 mm (1/4”) 4,75 mm (No.4) 2500
4,75 mm (No.4) 2,36 mm (No.8) 5000
Jumlah Berat
Jumlah Bola Baja 12 11 8 6 12 12 12
Berat Bola Baja 25 25 20 15 25 25 25

G. Data Hasil Pemeriksaan


Data hasil pemeriksaan terlampir.

PEMERIKSAAN IMPACT TEST

A. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai keausan aggregat akibat tumbukan. Nilai keausan (
nilai impact test ) adalah persentase perbandingan antara bahan hancur yang lolos saringan no. 8 terhadap
berat semula.

B. Peralatan
 Mesin infect test.
 Takaran contoh yang terbuat dari selinder besi berdiameter dalam 7,5 cm dan tinggi 5 cm.
 Tamping rod tongkat dari besi berdiameter 1 cm, panjang 23 cm yang ujungnya berbentuk bulat.
 Sarigan ½ “ ( 12,5 mm ), 3/8 ( 10 mm ) dan no.8 ( 2,36 mm ).

8
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

 Oven yang dilengkapi dengan suhu untuk memanasi sampai suhu ( 110 + 5 ) 0 C.
 Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

C. Benda Uji
Benda uji adalah contoh batuan yang lolos ayakan ½ dan tertahan 3/8 sebanyak + 2.500 gram.

D. Prosedur Pelaksanaan
 Timbangan takaran contoh ( B gram )
 Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu ( 110 + 5 ) 0 C.
 Masukkan benda uji kedalam takaran contoh dan timbang.
 Pindahkan benda uji dari takaran kemangkuk mesin infect test, lalu tumbuk engan alat infect test
sebanyak 15 kali tumbukan jatuh bebas dengan kecepatan 1 tumbukan / detik.
 Saringlah benda uji yang telah ditumbuk dengan saringan no. 8
 Timbang benda uji yang lolos pada saringan no. 8
 Tentukan besarnya nilai persentase infect test.

E. Perhitungan
C
Nilai imfact test = --------------- x 100 %
A–B
Dimana :
A = Berat benda uji lolos ½ dan tertahan 3/8 takaran ( gram )
B = Berat takaran ( gram )
C = Berat lolos saringan no. 8

F. Pelaporan
Nilai imfact test dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen ( % ).

9
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

BAB IV
BETON

A. Pendahuluan
Beton adalah campuran antara aggregate alam yaitu pasir, kerikil dan semen ditambah air. Ikatan yang terjadi
bersifat hidrolis yang artinya ikatan antara semen dan aggregate terjadi apabila ada air dengan proporsi tertentu.
Seringkali untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu dari beton, beton biasanya ditambahkan dengan material tertentu
pula atau yang lebih dikenal dengan nama bahan additive dan bahkan kini telah diadakan percobaan dengan
penambahan Mika Silika sebagai aggregate tambahan guna mendapatkan ikatan yang lebih monolit. Sifat beton yang
begitu kuat terhadap tekan bila dibandingkan kekuatannya terhadap tarik menyebabkan penggunaan tulangan pada
beton konstruksi.
Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis beton dan dapat dilihat berdasarkan :

1. Berat volume
Untuk beton jenis ini ditentukan oleh aggregate yang dipakai dan terdiri dari :
a. Beton berat, beton ini mempunyai berat volume lebih besar 2,8 T/m3 dipakai untuk massa yang berat
dan untuk konstruksi yang menahan sinar magma, biasanya digunakan pada reactor-reaktor
pembangkit.
b. Beton normal atau beton biasa, dipakai untuk penggunaan biasa dengan berat volume berkisar 1,8 – 2,8
T/m3.
c. Beton ringan, mempunyai berat volume 0,6 – 1,8 T/m3, dipakai untuk beton yang relative ringan dan
biasa juga dipakai sebagai lapisan peredam suara.

2. Teknik pembuatan
a. Beton biasa, beton ini langsung dapat dibuat dalam keadaan plastis, cara pencampurannya dapat
dilakukan dilapangan ataupun dipabrik pembuatannya.
b. Beton precast (pracetak), beton ini terlebih dahulu dicetak kedalam bentuk-bentuk tertentu berdasarkan
tujuan penggunaannya dan dipasang pada bagian structural setelah beton tersebut mengeras.
c. Beton prestress (prategang), beton ini diberi tegangan terlebih dahulu sebelum timbul tegangan akibat
beban luar yang bekerja.

3. Kelas dan Mutu Beton


a. Beton kelas I, merupakan beton nonstructural yang pembuatannya tidak memerlukan keahlian khusus,
pengawasannya merupakan pengawasan ringan terhadap material penyusun dan tidak disyaratkan
pengawasan terhadap kuat tekan beton.
b. Beton kelas II, merupakan beton structural yang secara umum disyaratkan memenuhi kuat tekan yang
cukup sesuai dengan standar misalnya K125, K175 dan K225. Diperlukan keahlian yang cukup dalam
pengawasan terhadap aggregate serta diadakan pemeriksaan berkala untuk mendapatkan kuat tekan
beton yang cukup.
c. Beton kelas III, merupakan beton structural dengan kuat tekan lebih besar dari K225, memerlukan
keahlian dan pengawasan khusus dalam pembuatannya.

4. Sifat-sifat beton segar


Beton segar adalah campuran antara semen, air dan aggregate serta bahan-bahan additive bila diperlukan.
Tingkat kemudahan penanganan beton segar sebelum dicetak dapat dilihat dari nilai Slump yang ada.
Ketelitian dalam pencampuran dan perlakuan terhadap beton yang masih muda sangat mempengaruhi kuat
beton nantinya.

5. Sifat pengerjaan beton


Ada beberapa karakteristik yang berperan dalam sifat pengerjaan beton yaitu kekentalannya, yang
menunjukkan keadaan basah beton yang juga berpengaruh terhadap kemampuan beton untuk masuk
kedalam cetakan dan kemudahan dalam proses pemadatan.

6. Kekuatan beton
Kekuatan beton dinyatakan dalam besarnya kemampuan memikul beban, baik yang berupa beban tekan
maupun tarik. Beberapa hal yang sangat berpengaruh terhadap kuat tekan beton diantaranya adalah kadar air
(Faktor air semen), mutu aggregate dan perlakuan perawatan beton.

 MIX DESIGN BETON

A. Tujuan.
Secara umum perencanaan campuran (mix design) ini bertujuan untuk menentukanbeberapa perbandingan
dari bahan-bahan yang dapat menghasilkan mutu beton yang diinginkan.

B. Perhitungan penggabungan aggregat


Untuk perhitungan perbandingan aggregate kasar dan halus, digunakan rumus :
A B
Y = ------ x Ya + ------ x Yb
100 100

Dimana :
Y = Prosentase gabungan antara aggregate halus dan aggregate kasar
Ya = Prosentase kumulatif pasir yang lolos saringan
Yb = Prosentase kumulatif kerikil yang lolos saringan

10
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

A&B = Prosentase perbandingan pasir dan kerikil

C. Perencanaan Mix Design ( Cara Doe )


 Tentukan mutu beton yang direncanakan dan kemungkinan gagal ( K )
 Tentukan standar deviasi ( s )
 Hitung nilai margin
 Hitung tegangan rata-rata
 Tentukan type aggregate yang digunakan
 Hitung perbandingan air bebas dari tegangan rata-rata dan semen dari factor semen
 Menentukan nilai
 Menentukan ukuran aggregate kasar
 Menetukan kebutuhan air bebas
 Menghitung berat semen yang dibutuhkan
 Menghitung berat jenis aggregate gabungan (%aggregat halus x berat aggregate halus) + (%aggregat kasar x
berat aggregate kasar)
 Menghitung berat volume beton basah
 Menghitung berat total aggregate
 Menghitung berat aggregate halus
 Menghitung berat aggregate kasar.
D. Cara Pencampuran
Mencampur beton dilakukan dengan mesin campur (molen,trick ready mixer)
 Pencampuran semen, pasir dan aggregate kedalam alat campuran secara simultan
 Air harus diberikan kedalam alat campuran pada waktu yang bersamaan
 Pencampuran harus berlangsung terus sampai campuran beton seragam konsistensinya
 Alat campur diisikan sesuai dengan kapasitasnya
 Alat campur harus distel dengan teliti sehingga sumbu putar wadah pencampur dalam posisi horizontal
 Untuk mendapatkan penampilan beton yang memuaskan alat pencampur harus menghasilkan beton yang
seragam pada seluruh takaran
 Alat campur harus berputar pada kecepatan yang benar seperti yang dinyatakan oleh pabrik
 Pembersihan teratur pada setiap akhir dari siklus pencampuran beton
 Pisau campur beton yang telah aus, bengkok dan menjadi jelek akahn mengurangi efisiensi serta harus segera
diganti
 Lekatan semen dikurangi dengan cara mengoleskan minyak pada setiap permukaan alat campur, sebab
setelah pembersihan lapis semen bisa jadi lekatan dan keras pada bagian hidung dari hopper pengisi sehingga
harus seringkali diantisipasi.

 PEMERIKSAAN SLUMP BETON

A. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan nilai slump dari beton. Nilai slump ini merupakan ukuran kekentalan
beton segar.

B. Peralatan dan bahan


1. Peralatan
Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas 10 cm dan
tinggi 30 cm. Bagian bawah dan atas cetakan terbuka
Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari
baja tahan karat
Plat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air
Sendok cekung.
2. Bahan
Contoh beton muda sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.

C. Prosedur pelaksanaan
a. Cetakan dan plat dibasahi dengan kain basah
b. Letakkan cetakan diatas plat
c. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis, tiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi cetakan.
Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata. Pada saat pemadatan,
tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada saat lapisan pertama
penusukan, bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai degan kemiringan cetakan
d. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama setengah
menit dan dalam jangka waktu ini semua benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan
e. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan dan letakkan disamping benda uji
f. Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tiggi cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji.

D. Perhitungan
Besar Slump = Tinggi cetakan – Tinggi rata-rata benda uji

E. Pelaporan
Laporkan slump dalam satuan Cm.

F. Hasil pemeriksaan
Data hasil pemeriksaan terlampir.

11
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk kubus yang dibuat dan
dimatangkan (curing) dilaboratorium. Kekuatan tekan beton adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton
hancur.

B. Peralatan dan bahan


1. Peralatan
Cetakan kubus, yang berukuran 15cm x 15cm x 15cm
Bak pengaduk beton kedap air
Timbangan dengan ketelitian 1,0
Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan
Satu set alat pelapis (capping)
Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, perata, talam dll
Satu set alat pemeriksaan kuat tekan beton
2. Bahan
Air bersih
Aggregat halus dan kasar
Semen Portland

C. Benda uji
a. Pembuatan dan pematangan benda uji
Pengadukan
Masukkan semen dan aggregate halus kedalam molen kemudian diaduk sampai rata.
Masukkan aggregate kasar dan aduklah sampai merata, teruskan pengadukan sambil menambahkan
air pencampur sedikit demi sedikit.
Isi cetakan kubus, kemudian ratakan dengan mesin penggetar, setelah itu biarkan beton dalam cetakan
kubus selama 24 jam
Setelah berumur 24 jam, beton lalu dikeluarkan dari cetakan kubus
Rendam beton tadi kedalam bak perendam selama jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Persiapan pengujian
Keluarkan beton/benda uji dari dalam bak perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yang
menempel dengan kain lembab
Timbang berat beton tersebut
Benda uji siap untuk ditest.

D. Prosedur pelaksanaan
1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris
2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm²
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah angka maksimum yang tertera pada
mesin kuat tekan beton yang menunjukkan daya tahan benda uji tersebut
4. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan akhir benda uji.

E. Perhitungan
Kekuatan tekan beton = ( EMBED Equation.3 ) (Kg/cm²)
Dimana :
P = Beban maksimum
A = Luas penampang benda uji

F. Pelaporan
a. Untuk benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 x 15 cm, cetakan diisi dengan adukan beton dalam 2
lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 32 kali tusukan dengan tongkat pemadat berdiameter 10 mm dan
panjang 30 cm.
b. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu dilapisi
c. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari
d. Pada setiap pemeriksaan minimum 2 buah benda uji
e. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan, isi bak pengaduk maksimum 7 dm3 dan pengadukan tidak
boleh dilakukan untuk beton yang kental.

G. Data pemeriksaan
Data hasil pemeriksaan terlampir.

12
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

BAB IV
ASPAL

PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid dan semi solid)
dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu tertentu, beban dan waktu tertentu ke dalam
bitumen pada suhu tertentu.

B. Peralatan dan Bahan

1. Peralatan :
o Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur
penetrasi sampai 0,1 mm
o Pemegang jarum seberat (47.5 + 0.05) gr masing-masing digunakan untuk mengukur penetrasi dengan beban
100 gram dan 200 gr.
o Jarum penetrasi terbuat dari stainless mutu 440oC atau NRC 54-60 dengan ukuran dan bentuk menurut
gambar no.2 ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
o Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata-rata berukuran
sebagai berikut :penetrasi dibawah 200 diameter 55 mm, dalam 355 mm, untuk 200-300 diameter 70 mm,
dalam 45 mm.
o Bak perendam. Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu
dengan ketelitian + 0,1oC, bejana dilengkapi dengan plat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm diatas dasar
bejana dan tidak kurang dari 100 mm dibawah permukaan air dalam bejana.
o Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang
dari 350 ml, dan tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
o Pengukur waktu.Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan skala pembagian
terkecil 0.1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 per 60 detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan
alat otomatis kesalahan tersebut tidak lebih dari 0,1 detik.
o Termometer.
2. Bahan :
 Panaskan contoh perlahan-lahan serta adukan hingga cukup air untuk dapat dituangkan. Panaskan
contoh untuk ter tidak lebih dari 60 oC di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 90 oC di
atas titik lembek. Waktu pemanasan tidak lebih dari 30 menit. Adukan perlahan-lahan agar udara tidak
masuk ke dalam contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dari tempat tersebut tidak kurang
dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah benda uji tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan
diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1 ½ jam dan 1 ½ sampai 2 jam untuk benda uji besar.

C. Prosedur Pelaksanaan

 Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air tersebut dalam bak perendam yang
telah berada pada suhu yang telah ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1 ½ jam dan 1 ½
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
 Periksalah pemegang jarum dipasang dengan baik dan bersihkan jarum toluene atau pelarut lain. Kemudian
jarum tersebut dicuci dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada pemegang jarum.
 Letakkan pemberat 50 gr di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 + 0,1 ) gr.
 Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
 Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji. Kemudian aturlah
angka 0 pada arloji penetrometer sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.
 Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama jangka waktu (5 + 0,1) detik.
 Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berhimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan
hingga angka 0,1 mm terdekat.
 Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan selanjutnya.

D. Analisa Perhitungan

 (X – X1)2
SX = -------------
N (n – 1)

Keterangan :

X = Jumlah masing-masing percobaan


X1 = Jumlah rata-rata
N = Jumlah percobaan
Sx = Nilai standard deviasi

13
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL

1. MAKSUD

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen keras dan ter dengan piknometer. Berat
jenis bitumen atau ter adalah perbandinagn antara berat bitumen atau ter dan berat air suling dengan isi yang sama pada
suhu tertentu.

2. PERALATAN

a. Termometer, sesuai daftar no. 1 gambar No. 1


b. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 + 0,1)oC.
c. Piknometer, gambar No. 2
d. Air suling sebanyak 1000 cm3.
e. Bejana gelas

3. BENDA UJI

a. Panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 50 gr, sampai menjadi cair dan aduklah untuk mencegah
pemanasan setempat.
b. Tuangkan contoh tersebut kedalam piknometer yang telah kering hingga ¾ bagian.

4. CARA MELAKUKAN

a. Isilah bejana dengan air suling hingga diperlukan bagian atas piknometer yang tidak terendam 40 mm.
kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam sehingga terendam sekurang-kurangnya
100 mm. aturlah suhu bak perendam pada suhu 25 oC.
b. Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg (A).
c. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air suling kemudian tutuplah piknometer
tanpa ditekan.
d. Letakkan piknometer kedalam bejana dan tekanlap penutup sehingga rapat, kembalikan bejana berisi
piknometer ke dalam bak perendam. Diamkan bejana tersebut ke dalam bak perendam sekurang-kurangnya 30
menit, kemudian angkatlah piknometer dan keringkan dengan lap. Timbanglah piknometer dengan ketelitian 1
mg (B).
e. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering selama ¾ bagian.
f. Biarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit dan timbanglah denga penutupnya
dengan ketelitian 1 mm ©.
g. Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-
gelembung udara keluar.
h. Angkatlah bejana dari bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit. Angkat, keringkan dan timbanglah
piknometer (D).

5. PERHITUNGAN
Hitunglah berat jenis dengan rumus :
(C - A)
B.J = ----------------
(B-A) – (D-C)

Dimana :
A : Berat piknometer (dengan penutup) (gram)
B : Berat piknometer berisi air (gram)
C : Berat piknometer berisi (gram)
D : Berat piknometer berisi aspal dan air (gram)

PEMERIKSAAN KELEKATAN ASPAL PADA BATUAN

A. Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan kelekatan aspal pada batuan dalam air.

B. Peralatan dan Bahan

1. Peralatan
a. Botol bermulut besar, dengan isi 1000 cm 3.
b. Oven yang suhunya dapat diatur konstan (150 + 5)oC

2. Bahan
a. Batu putih (silikat) dengan ukuran butir tertahan pada saringan 19 mm, dan lolos saringan 32 mm.

14
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

b. Air suling pH 6-7 kira-kira 2000cm3.

C. Prosedur Pelaksanaan
 Batu kira-kira 1000 gr dicuci dengan air suling kemudian dikeringkan pada suhu 125 oC selama 5 jam dan
diamkan selama 24 jam pada suhu ruang, batuan tersebut sebanyak 500 gram dipanaskan pada suhu 40 oC.
 Batu tersebut dicampur dengan 25 gr aspal cair atau 30 gr ter selama 5 menit dengan suhu 70 oC.
 Letakkan benda uji tersebut dalam botol yang tersedia dan tutuplah botol tanpa tekan.
 Setelah 30 menit isilah botol dengan air suling pada suhu ruang sehingga benda uji terendam seluruhnya.
Kemudian botol tersebut diletakkan dalam oven pada suhu 40 oC.
 Setelah 3 jam apabila botol tersebut dari oven kemudian diperkirakan luas batu yang masih terselimuti aspal.

PEMERIKSAAN KEHILANGAN BERAT ASPAL

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetapkan penurunan berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan
tebal teretentu.

B. Peralatan dan Bahan

1. Peralatan
a. Thermometer
b. Oven yang dilengkapi dengan :
 Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 + 1) oC
 Pinggan logam berdiameter 25 mm, menggantung dalam oven. Pada poros vertical dan berputar
enggan kecepatan 5 – 6 putaran permenit.
c. Cawan
Logam atau gelas berbentuk silinder, dengan dasar yang rata. Ukuran dalam diameter 5 mm dan tinggi 35
mm.
d. Neraca analitik, dengan kapasitas (200 + 0,001) gr
2. Bahan
a. Persiapan.
a. Aduklah contoh minyak atau aspal serta panaskan bila perlu untuk mendapatkan campuran yang rata.
b. Tuangkan contoh kira-kira (50 + 0.5) gr kedalam cawan dan setelah dingin timbanglah dengan ketelitian
0.01 gr.
c. Benda uji yang diperiksa harus bebas air.
d. Siapkan benda uji ganda (duplo).

C. Prosedur Pelaksanaan
 Letakkan benda uji diatas pinggang setelah oven mencapai suhu (163 + 1) oC.
 Pasanglah Thermometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak 1,9 cm dari pinggir pinggan dengan
ujung 6 mm di atas pinggan.
 Ambillah benda uji dari oven setelah 5 jam 15 menit.
 Dinginkan benda uji pada suhu ruang, kemudian timbanglah dengan 0,01 gram.

D. Analisa Perhitungan.

(A – B)
Penurunan berat = ------------ x 100 %
A

Keterangan :

A : Berat sebelum dioven


B : Berat setelah dioven

PEMERIKSAAN DAKTALITAS ASPAL

A. Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
aspal keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tertentu.

B. Peralatan dan Bahan

Peralatan :
 Termometer yang sesuai
 Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan ketelitian 0,1 oC dan benda
uji dapat direndam sekurang-kurangnya 10 cm di bawah permukaan air. Bak tersebut dilengkapi dengan plat
dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji.
 Cetekkan daktalitas kuningan

15
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

 Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :


- Dapat menarik benda uji dengan kecepatannya tetap
- Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan
 Methiyl alkohol teknik dan sodium klorida teknik

C. Prosedur Pelaksanaan

 Lapisi semua bagian dalam cetakan daktalitas dan abgian atas plat dasar dengan campuran glyserin dan kaloin
atau amalgan
 Panaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat dihitung. Untuk menghindari pemanasan
setempat dengan hati-hati pemanasan dilakukan dengan suhu disaring antara 80 oC – 100 oC diatas titik lembek.
Kemudian contoh disaring pada saringan No. 50 dan setelah diaduk dituangkan dalam cetakan.
 Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari keujung hingga penuh berlebihan.
 Dingingkan cetakan pada suhu ruang selama 30 – 40 menit telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai
dengan spesifikasi) selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan denga pisau atau spatula yang
panas hingga cetakan terisi penuh dan rata.
 Benda uji didiamkan pada suhu 25 oC dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit, kemudian lepaskan
benda uji dari plat dasar dan sisi cetakannya.

 Pasanglah benda uji pada alat mesin dan tariklahbenda uji dengan kecepatan lebih kurang 5 % masih diizinkan.
Bacalah pada jarak antara pemegang cetakan pada saat benda uji putus ( dalam cm ) selama percobaan
berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu harus dipertahankan
tetap (25 + 0,5 ) oC.

CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

Pembuatan Formula Campuran Rencana (FCR)


Untuk perencanaan campuran beraspal panas , dapat dilakukan langkah-langkah:
Penggabungan Agregat Dengan Trial and Error.
1. Memahami batas gradasi yang disyaratkan
2. Memasukkan data spesifikasi gradasi pada kolom spesifikasi unit
3. Memasukkan prosentase lolos saringan, masing-masing jenis batuan kedalam persentase passing
4. Memasukkan spesifikasi ideal pada kolom target value, yaitu nilai salah satu dari spesifikasi ideal yang
disyaratkan.
5. Mengambil dari salah satu spesifikasi ideal dengan jenis yang ada, dalam hal ini aggregat kasar, sedang dan
halus kemudian dicampur ketiganya dengan jumlah 100 % dan nilai gabungannya mendekati nilai spesifikasi
ideal yang kita ambil tadi.
6. Jika sudah mendekati salah satu nilai spesifikasi ideal dari ketiga aggregat tadi, yang lain dihitung atau
combined dengan prosentase yang sama. Sehingga dapat dipergunakan sebagai gradasi untuk campuran aspal
panas sebagai perkerasan jalan.

A. Pengujian Marshall untuk perencanaan campuran aspal


(1) Maksud
Metode Marshall standar dimaksudkan untuk perencanaan campuran beton aspal, ukuran agregat maksimum
25 mm (1”) yang ditambah aspal.
(2) Peralatan
Pada saat akan melakukan pengujian campuran beraspal dengan metode Marshall standar terlebih dahulu
harus dilakukan tahapan penyiapan peralatan:
a. Enam buah cetakan benda uji diameter 101,6 mm (4 in), tinggi 76,2 mm (3 in) lengkap dengan pelat atas dan
leher sambung.
b. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap
c. Alat pengeluar benda uji;
d. Alat pengeluar benda uji (extruder) dengan diameter 100 mm (3,95 in).
e. Alat Marshall lengkap dengan Kepala penekan, dongkrak pembebanan yang Cincin penguji dan arloji
pengukur pelelehan
f. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur
g. Penangas air (water bath)
h. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji
i. Termometer logam (metal thermometer) berkapasitas 10oC sampai 204oC dengan ketelitian 2,8 oC
j. Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan sensitivitas sampai 0,2 oC
k. Perlengkapan lain seperti Wadah untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran beraspal, sendok
pengaduk dan spatula, Kompor atau pemanas (hot plate),sarung tangan dari asbes, karet serta pelindung
pernafasan.
(3) Persiapan pengujian
Pengujian Marshall dimulai dengan persiapan benda uji. Untuk keperluan ini perlu diperhatikan hal sebagai
berikut :
a. Bahan yang digunakan telah memenuhi spesifikasi
b. Kombinasi agregat memenuhi gradasi yang disyaratkan
c. Untuk keperluan analisa volumetrik (density-voidss), berat jenis bulk dari semua agregat yang digunakan
pada kombinasi agregat, dan berat jenis aspal keras harus dihitung terlebih dahulu.
d. Jumlah benda uji, minimum tiga buah untuk masing-masing kombinasi.

16
Panduan Praktikum Laboratorium Uji Bahan

e. Oven dalam kaleng (loyang) agregat yang sudah terukur gradasi dan sifat mutu lainnya, sampai
temperatur yang diinginkan
f. Panaskan aspal terpisah sesuai panas yang diinginkan pula.
g. Cetakan dimasukkan dalam oven dengan temperatur 93 0C.
h. Campur agregat dan aspal sampai merata.
i. Keluarkan dari oven cetakan dan siapkan untuk pengisian campuran, setelah campuran dimasukkan
kedalam cetakan tusuk-tusuk dengan spatula 10 x bagian tengah dan 15 x bagian tepi.
j. Tumbuk 2x75 kali, 2x50 kali atau 2x35 kali, sesuai peruntukkannya.
k. Keluarkan benda uji dari mold dengan Extruder pada kondisi dingin.
l. Diamkan contoh satu malam, kemudian periksa berat isinya.

(4) Langkah pengujian


a. Rendam dalam water bath pada temperatur 600C selama 30 menit dan keringkan permukaan benda uji serta
letakkan pada tempat yang tersedia pada alat uji Marshall
b. Setel dial pembacaan stabilitas dan kelehan yang telah terpasang pada alat Marshall
c. Lakukan pengujian Marshall dengan menjalankan mesin penekan dengan kecepatan deformasi konstan 51
mm (2 inch.) per menit sampai terjadi keruntuhan pada benda uji.
d. Baca dan catat besar angka pada dial untuk memperoleh nilai stabilitas (stability) dan kelelehan (flow)
e. Dengan faktor koreksi dan kalibrasi proving ring pada alat Marshall dapat diperoleh nilai stabilitas dan
kelelehan (flow).

C. Pembuatan Benda Uji.

 Masing-masing agregat ditimbang sesuai dengan besarnya persentase perbandingan komposisi agregat,
kemudian dikalikan terhadap berat tertahan agregat untuk setiap benda uji. Berat total untuk setiap benda uji
adalah 1200 gram.

 Campuran agregat dipanaskan sampai mencapai suhu 130 oC – 150 oC, kemudian dituangkan secara perlahan-
lahan sesuai dengan berat yang telah ditetapkan kedalam talam pencampur.

 Aduk sampai homogen dan terlihat seluruh permukaan agregat tertutup oleh aspal. Suhu selama pengadukan
adonan atau spesi aspal diusahakan tetap dipertahankan 150 oC, hal ini dikontrol dengan Termometer aspal.

 Adonan atau spesi dipindahkan ke dalam Mould (ring) yang pada dasarnya diletakkan kertas saringan yang
digunting sesuai dengan diameternya kemudian ditusuk dengan spatula (Sendok Semen) pada bagian sisi
mould sebanyak 15 x keliling dan 10 x bagian dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul segresi butir-
butir kasar pada adonan tersebut. Suhu pada saat pemanasan campuran ini dibuat dengan berbagai variasi yang
pada akhirnya nanti untuk melihat pengaruhnya terhadap kadar aspal optimum campuran dan nilai stabilitas
yang dihasilkan.
 Kemudian dilakukan penumbukan sebanyak 75x tumbukan pada bagian-bagian sisi atas dan bawah mould.
 Dalam membuat benda uji (briket) dengan persentase aspal yang berbeda-beda.
 Benda-benda uji yang telah didinginkan dikeluarkan dari mould.
 Dibersihkan benda uji dari kotoran yang menempel.
 Diberikan tanda pengenal sesuai dengan persentase kadar aspalnya.
 Timbang benda uji.
 Rendam benda uji dalam air dan beratnya ditetapkan untuk mendapatkan isi.
 Benda uji diangkat dan di Lap dengan kain lap sampai mencapai keadaan permukaan jenuh (SSD) atau
saturated surface dry kemudian ditimbang dalam keadaan SSD beratnya tetapkan.
 Rendam benda uji tersebut di dalam bak perendam yang diatur suhunya dengan suhu 60 oC selama 30 – 40
menit.
 Kemudian benda uji dipindahkan dan diletakkan pada alat marshall test, siap untuk dilakukan percobaan tekan.
Sebelum percobaan dimulai seluruh alat marshall di kontrol.

D. Pengetesan Benda Uji


 Benda uji yang telah dikeluarkan dalam bak perendaman, dimasukkan ke dalam cincin penjepit dan
selanjutnya diletakkan diatas piston penekan.
 Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh alas cincin
penjepit.
 Pada cincin penjepit dipasang dial (arloji pembacaan kelelehan / flow) jarum dial disetel pada angka nol.
 Diusahakan dasar dari pada cincin penjepit tepat ditengah-tengah sisi piston.
 Dial stabilitas distel pada angka nol. Perlu diketahui bahwa dial stabilitas dipasang pada proving ring yang
telah ditentukan nomornya.
 Benda uji dalam kondisi ini telah siap intuk diadakan percobaan tekan, kemudian mesin dijalankan dengan
membuka aliran strom motor penggerak (ON).
 Pengamatan seperti biasanya dilakukan oleh dua orang. Satu orang memngawasi dial flow yang lainnya
mengamati dial stabilitas. Perlu juga diketahui bahwa benda uji dari bak perendaman air sampai beban
maksimum tidak boleh lebih dari 30 detik.

17

Anda mungkin juga menyukai