Anda di halaman 1dari 7

TUNED AMPLIFIER

1. Tujuan
1. Mengukur titik kerja dari tuned amplifier.
2. Menjelaskan ketergantungan frekuensi pada penguatan dari tuned
amplifier.
3. Menentukan bandwidth 3dB dari tuned Ampliefier.
4. Menjelaskan pengaruh over-driving pada Amplifier.
5. Menjelaskan pengaruh arus negatif feedback dalam rangkaian tuned
amplifier.
6. Menampilkan respon frekuensi tuned amplifier, dengan menggunakan
wobble generator.
7. Menjelaskan pengaruh penambah rangkaian demodulator pada tuned
amplifier.
2. Dasar Teori

Tuned amplifier memiliki sebuah rangkaian osilator parelel yang ditempatkan


biasa pada tempat penghambat kerja. Impedansi rangkaian ini tergantung pada
frekuensi dan impedansi maksimum terjadi pada saat frekuensi resonansi, fo :

Zo = L/ Rv.C atau Zo = Q.Xo

Penguatan sebuah common emitter amplifier tanpa feedback :

gain = Zo rCE / rBE

Resistansi rCE transistor untuk parallel pada rangkaian osilator dan kawat
osilator, juga, kapasitansi elektroda efek transistor pada frekuensi resonansi
rangkaian osilator. Mengurangi efek transistor dalam rangkaian osilator, berbagai
modifikasi rangkaian amplifier digunakan :

- Nilai rCE bertambah, misal dengan arus feedback.


- Resistor dengan range 100 - 1000Ω dihubungkan diantara kolektor dan
rangkaian osilator, digandengkan dengan rangkaian osilator.
- Kolektor dihubungkan sebuah tap coil dalam rangkaian osilator
Kemampuan karakteristik kritis tuned amplifier, kurva respon frekuensi harus
direncanakan, dari yang dapat dilihat, tergantung penguatan frekuensi dan
tergantung bandwidth frekuensi.

Common emitter tuned amplifier mempunyai maksud berosilasi, khususnya


ketika sebuah osilator memiliki frekuensi sama, dimasukkan kedalam input
amplifier. Pengaruh R dan C diantara kolektor dan basis.

3. Alat-alat yang digunakan

No. Alat dan Komponen Jumlah


1. Universal Power Supply 1
2. Wobble function generator 1
3. Universal patch panels 3
4. Osiloskop dua kanal 1
5. Frequency Counter 1
6. Digital Multimeter 1
Resistor 47 Ω 1
Resistor 56 Ω 1
Resistor 100 Ω 1
7.
Resistor 470 Ω 1
Resistor 1 KΩ 1
Resistor 100 KΩ 3
8. Variable capasitor 5 – 500pF 1
Kapasitor 100 pF 2
9.
Kapasitor 100 nF 3
10. Coil 140 µH 1
11. Diode AA 118 1
12. Transistor BC 107, base left 1
4. Diagram Rangkaian

VCC
15V
C1

L1 500pF
140µH 50%
C6 Key=A
100nF

R7
470Ω XSC1
R3
100kΩ
Ext T rig
+
Q1
C2 R2
_
A B
+ _ + _

100Ω C4
100nF 100pF
BC107BP
R1 R4 R9
XFG1 56Ω 47kΩ C3
R5 100nF 100kΩ
1kΩ

R6 R8 D1 C5
47Ω 100kΩ BAV21 100pF

Gambar 1 Tuned Amplifier

5. Langkah Kerja
1. Buatlah rangkaian seperti yang ditunjukkan pada diagram.
2. Atur frekuensi function generator sesuai dengan yang diinginkan.
3. Disini digunakan frekuensi awal yaitu 50 Hz.
4. Selanjutnya lihat pada osiloskop berapa nilai Vpp yang didapat dari
output rangkaian.
5. Atur ulang nilai frekuensi pada function generator dengan pertambahan
setiap 5 Hz lalu catat nilai Vpp yang didapat sampai frekuensi 1000 Hz.
6. Tentukan titik kerjanya.
6. DATA HASIL PERCOBAAN

Tabel 6.1 Hasil Tuned Amplifier dengan kondisi C1 Minimum

Frekuensi kerja Vout


Vin (V) (Hz) (V)
5 50 2.28
5 100 2.4
5 150 2.56
5 200 2.56
5 250 2.56
5 300 2.56
5 350 2.56
5 400 2.6
5 450 2.6
5 500 2.56
5 550 2.56
5 600 2.56
5 650 2.52
5 700 2.52
5 750 2.48
5 800 2.48
5 850 2.4
5 900 2.4
5 950 2.28
5 1000 2.2
Tabel 6.2 Hasil Tuned Amplifier dengan kondisi C1 Maksimum

Frekuensi kerja Vout


Vin (V) (Hz) (V)
5 50 2.56
5 100 2.56
5 150 2.56
5 200 2.56
5 250 2.56
5 300 2.6
5 350 2.6
5 400 2.56
5 450 2.56
5 500 2.56
5 550 2.52
5 600 2.52
5 650 2.48
5 700 2.48
5 750 2.4
5 800 2.4
5 850 2.28
5 900 2.2
5 950 2.2
5 1000 2.1

7. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pada data Tabel 6.1 dengan memberikan tegangan input sebesar 5 V dengan
kondisi C1 minimum dan frekuensi yang bervariasi,maka pada sisi output
tegangan mengalami peredaman. Hal ini terjadi karena kesalahan komponen-
komponen yang sudah usang sehingga hasil menjadi tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Kemudian, meskipun mengalami peredaman di sisi output tetapi
tegangan di sisi output juga memberikan informasi dimana amplifier bekerja
seperti Band Pass Filter dengan prinsip melewatkan frekuensi pada daerah
tertentu diantara frekuensi cut-off pertama (Fc 1) dan frekuensi cut-off kedua (Fc
2) lalu meredam frekuensi di luar daerah tersebut seperti diperlihatkan pada
Gambar 7.1
Vout (V)
2.65 Fc Fc
2.6 1 2
2.55
2.5
2.45
2.4
2.35 Vout (V)
2.3
2.25
2.2
2.15
0 200 400 600 800 1000 1200

Gambar 7.1 Kurva Amplifier dengan C1 Minimum

Pada data Tabel 6.2 dengan memberikan tegangan input sebesar 5 V dengan
kondisi C1 Maksimum dan frekuensi yang bervariasi,maka pada sisi output
tegangan mengalami peredaman. Hal ini juga terjadi karena kesalahan komponen-
komponen yang sudah usang sehingga hasil menjadi tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Selain itu, sama seperti hasil saat kondisi C1 minimum, saat C1
maksimum maka rangkaian amplifier juga bekerja seperti Band Pass Filter
dengan prinsip melewatkan frekuensi pada daerah tertentu diantara frekuensi cut-
off pertama (Fc 1) dan frekuensi cut-off kedua (Fc 2) lalu meredam frekuensi di
luar daerah. Tetapi jika dilihat lebih jauh, ternyata terjadi pergeseran frekuensi
kerja dan titik kerja maksimum seperti diperlihatkan pada Gambar 7.2
Vout (V)
2.61 Fc Fc
2.56 1 2
2.51
2.46
2.41
Vout (V)
2.36
2.31
2.26
2.21
2.16
0 200 400 600 800 1000 1200

8. KESIMPULAN
1) Dengan komponen yang kurang bekerja dengan baik disebabkan oleh
umur komponen yang sudah tua, maka rangkaian amplifier tidak
menguatkan output dan sebaliknya yaitu meredam tegangan input
2) Prinsip kerja Amplifier sama dengan Band Pass Filter dimana melewatkan
frekuensi diantara frekuensi cut-off dan meredam frekuensi diluar daerah
kerja frekuensi yang dilewatkan
3) Kapasitor berperan untuk menggeser frekuensi kerja karena kapasitor
bekerja sebagai filter

Anda mungkin juga menyukai